Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of...

18
PERANAN BOARD OF DIRECTOR, BOARD COMMITTES, BOARD POWER, BOARD COMPOSITION DAN IMPLEMENTASINYA DALAM IMPLEMENTASI CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA Kendala – Kendala Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia Aktifitas bisnis tidak akan terlepas dari kondisi lngkungan yang melandasi beserta kendala-kendalanya seperti diantaranya kendala sebagai negara berkembang, multi etnis, suku dan budaya, negara kepulauan, dan kendala lainnya. Begitu pula penerapan Good Corporate Governance di Indonesia sudah barang tentu pasti dipengaruhi oleh kendala-kendala tersebut yang secara garis besar akan dikelompokan ke dalam kendala hukum, kendala budaya, kendala politik, kendala lingkungan bisnis, dan kendala lainnya. Kendala Hukum Corporate Governance haruslah menjamin perlakuan yang sama dan perlindungan atas hak-hak semua pemegang saham dari berbagai bentuk penyalahgunaan oleh pihak-pihak tertentu. Di Indonesia pemegang saham tertentu dan stakeholder lainnya hanya memiliki sedikit celah untuk melindungi diri mereka dari tindakan penyalahgunaan pemegang saham mayoritas. Dalam sistem hukum kita mekanisme tindakan

Transcript of Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of...

Page 1: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

PERANAN BOARD OF DIRECTOR, BOARD

COMMITTES, BOARD POWER, BOARD

COMPOSITION DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM IMPLEMENTASI CORPORATE

GOVERNANCE DI INDONESIA

Kendala – Kendala Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia

Aktifitas bisnis tidak akan terlepas dari kondisi lngkungan yang melandasi beserta

kendala-kendalanya seperti diantaranya kendala sebagai negara berkembang, multi

etnis, suku dan budaya, negara kepulauan, dan kendala lainnya. Begitu pula penerapan

Good Corporate Governance di Indonesia sudah barang tentu pasti dipengaruhi oleh

kendala-kendala tersebut yang secara garis besar akan dikelompokan ke dalam

kendala hukum, kendala budaya, kendala politik, kendala lingkungan bisnis, dan

kendala lainnya.

Kendala Hukum

Corporate Governance haruslah menjamin perlakuan yang sama dan perlindungan

atas hak-hak semua pemegang saham dari berbagai bentuk penyalahgunaan oleh

pihak-pihak tertentu. Di Indonesia pemegang saham tertentu dan stakeholder lainnya

hanya memiliki sedikit celah untuk melindungi diri mereka dari tindakan

penyalahgunaan pemegang saham mayoritas. Dalam sistem hukum kita mekanisme

tindakan semacam itu memang ada diatur tetapi karena lemahnya pelaksanaan

penegakan hukum dan praktik pengadilan maka efektivitasnya menjadi terbatas,

begitu juga dengan sistem kepailitan dan pengadilan memiliki kelamahan telah

membuat para kreditur hanya memiliki pengaruh yang kecil terhadap para debitur

mereka.

Kendala Budaya

Sebagaimana disinggung sebelumnya, bahwa terdapat suatu pandangan bahwa praktik

corporate governance itu hanyalah suatu bentuk kepatuhan terhadap peraturan atau

ketentuan dan bukannya suatu sistem yang diperlukan oleh perusahaan untuk

Page 2: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

meningkatkan kinerja. Hal ini menyebakan Good Corporate Governance tidak

sepenuh hati dilaksanakan sehingga efektifitasnya berkurang, begitu juga halnya

dengan adanya dan telah membudaya adanya tanggapan bahwa tindakan

penyelewengan maupun transaksi dengan orang dalam adalah hal yang biasa dan

lumrah dilakukan dan bahkan tindakan korupsi pun dianggap hal yang biasa dan tidak

salah. Anggapan seperti jelas bertentangan dengan jiwa GCG, sehingga akan

mengganggu dan menghambat berjalannya konsep tersebut. Kondisi ini ditambah lagi

dengan lemahnya pengungkapan dan keterbukaan dan tidak efektifnya mekanisme

pengungkapan dan kedisplinan di pasar modal. Dalam beberapa kasus dijumpai

fenomena bahwa para manajer dan direktur immune terhadap pertanggungjawaban

kepada stakeholder.

Kendala Politik

Kendala ini terutama berkaitan dengan perusahaan-perusahaan BUMN, yaitu

perusahaan yang dimiliki Negara. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa pengertian

Negara selalu menjadi kabur dan diartikan Negara sebagai pemerintah, tetapi ada juga

yang mengartikannya sebagai lembaga Negara lainnya. Hal ini ditambah lagi dengan

dikaburknnya pengertian pemisahan kepentingan bisnis dan kepentingan pemerintah

dan kepentingan lembaga lainnya. Akibatnya berbagai keputusan bisnis di BUMN

sangat diintervensi oleh pemerintah bahkan sangat diekploitasi oleh para politisi.

Dalam beberapa kasus hal ini terjadi juga pada beberapa perusahaan swasta. Kondisi

lain yang mungkin akan menjadi perhatian bahwa peranan lembaga pasar modal

sebagai lembaga pengatur masih lemah dalam membela dipengadilan.

Kendala Lingkungan Bisnis

Sebagaimana yang berlaku umum diberbagai Negara di Asia lainnya bahwa

perusahaan-perusahaan meskipun berbentuk perseroan terutama dimiliki oleh

keluarga. Dengan kondisi ini maka praktik GCG kemungkinan saja melenceng dari

yang seharusnya karena berbagai kepentingan keluarga, misalnya dalam hal

penunjukan komisris independen. Keadaan ini dalam berbagai kasus masih saja

berlangsung meskipun perusahaan-perusahaan tersebut telah menjual sahamnya di

pasar modal.

Page 3: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

Kendala Lainnya

Bank-bank di Indonesia telah diakui keberadaanya sebagai lembaga penyedia dana

yang dibutuhkan oleh para pelaku bisnis. Sebagai penyedia dana harusnya berperan

active dalam mengawasi pengelolaan dana perusahaan termasuk para manajernya

dalam penggunaan dana. Dalam berbagai kasus fungsi monitoring ini tidak berjalan

dengan efektif bahkan pada beberapa kasus hal ini sudah terjadi sejak proses anlisa

proposal yang diajukan.

Kendala – kendala tersebut di atas menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di

Indonesia belum mampu melaksanakan corporate governance dengan sungguh-

sungguh sehingga perusahaan mampu mewujudkan prinsip-prinsip good corporate

governance dengan baik. Hal ini karena adanya sejumlah kendala yang dihadapi

tersebut diatas. Kendala diatas ini dapat dibagi tiga, yaitu kendala internal, kendala

eksternal, dan kendala yang berasal dari struktur kepemilikan. 

Kendala internal meliputi kurangnya komitmen dari pimpinan dan karyawan

perusahaan, rendahnya tingkat pemahaman dari pimpinan dan karyawan perusahaan

tentang prinsip-prinsip good corporate governance, kurangnya panutan atau teladan

yang diberikan oleh pimpinan, belum adanya budaya perusahaan yang mendukung

terwujudnya prinsip-prinsip good corporate governance, serta belum efektifnya sistem

pengendalian internal. Kendala eksternal dalam pelaksanaan corporate governance

terkait dengan perangkat hukum, aturan dan penegakan hukum (law-enforcement).

Indonesia tidak kekurangan produk hukum. Secara implisit ketentuan-ketentuan

mengenai GCG telah ada tersebar dalam UU No. 40 tentang Perseroan Terbatas,

Undang-undang dan Peraturan Perbankan, Undang-undang Pasar Modal dan lain-lain.

Namun penegakannya oleh pemegang otoritas, seperti Bank Indonesia, Bapepam,

Kementerian Keuangan, BUMN, bahkan pengadilan sangat lemah. Oleh karena itu

diperlukan test-case atau kasus preseden untuk membiasakan proses, baik yang

yudisial maupun quasi-yudisial dalam menyelesaikan praktik-praktik pelanggaran

hukum perusahaan atau GCG. 

Baik kendala internal maupun kendala eksternal sama-sama penting bagi perusahaan,

namun demikian, jika kendala internal bisa dipecahkan maka kendala eksternal akan

lebih mudah diatasi. Kendala yang ketiga adalah kendala yang berasal dari struktur

kepemilikan. Berdasarkan prosentasi kepemilikan dalam saham, kepemilikan terhadap

perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kepemilikan yang terkonsentrasi dan

Page 4: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

kepemilikan yang menyebar. Kepemilikan yang terkonsentrasi terjadi pada saat suatu

perusahaan dimiliki secara dominan oleh seseorang atau sekelompok orang saja

(40,00% atau lebih). Kepemilikan yang menyebar terjadi pada saat suatu perusahaan

dimiliki oleh pemegang saham yang banyak dengan jumlah saham yang kecil-kecil

(satu pemegang saham hanya memiliki saham sebesar 5% atau kurang). 

Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh struktur kepemilikan adalah

perusahaan tidak dapat mewujudkan prinsip keadilan dengan baik karena pemegang

saham yang terkonsentrasi pada seseorang atau sekelompok orang dapat menggunakan

sumber daya perusahaan secara dominan sehingga dapat mengurangi nilai perusahaan.

Sama seperti halnya kendala eksternal, dampak negatif yang ditimbulkan dari struktur

kepemilikan dapat diatasi jika perusahaan memiliki sistem pengendalian internal yang

efektif, seperti mempunyai sistem yang menjamin pendistribusian hak-hak dan

tanggung jawab secara adil diantara berbagai partisipan dalam organisasi (Dewan

Komisaris, Dewan Direksi, manajer, pemegang saham, serta pemangku kepentingan

lainnya), dan dampak negatif ini juga akan hilang jika dalam stuktur organisasinya,

perusahaan mempunyai Komisaris Independen dengan jumlah tertentu dan memenuhi

kualifikasi yang ditentukan (syarat-syarat yang ditentukan untuk menjadi Komisaris

Independen). 

KOMISARIS INDEPENDEN

Keberadaan Komisaris Independen ini diharapkan mampu mendorong dan

menciptakan iklim yang lebih independen, obyektif, dan menempatkan keadilan

sebagai prinsip utama yang memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas

dan pemangku kepentingan lainnya. Peran Komisaris Independen ini diharapkan

mampu mendorong diterapkannya prinsip dan praktik corporate governance pada

perusahaan-perusahaan publik di Indonesia, termasuk BUMN. Upaya perusahaan

untuk menghadirkan sistem pengendalian internal yang efektif tersebut terkait dengan

upaya perusahaan untuk mengatasi kendala internalnya. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa dampak negatif dari struktur kepemilikan akan hilang jika

perusahaan mampu mengatasi permasalahan yang terkait dengan kendala internalnya.

Persoalan independensi juga muncul dalam hal penggajian Dewan Komisaris

didasarkan pada persentase gaji Dewan Direksi. Kepemilikan saham yang terpusat

dalam satu kelompok atau satu keluarga, dapat menjadi salah satu penyebab lemahnya

posisi Dewan Komisaris, karena pengangkatan posisi anggota Dewan Komisaris

Page 5: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga

atau kenalan dekat. Di Indonesia, mantan pejabat pemerintahan ataupun yang masih

aktif, biasanya diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris suatu perusahaan dengan

tujuan agar mempunyai akses ke instansi pemerintah yang bersangkutan. Dalam hal

ini integritas dan kemampuan Dewan Komisaris seringkali menjadi kurang penting.

Pada gilirannya independensi Dewan Komisaris menjadi sangat diragukan karena

hubungan khususnya dengan pemegang saham mayoritas ataupun hubungannya

dengan Dewan Direksi ditambah kurangnya integritas serta kemampuan Dewan

Komisaris.

Seharusnya ada definisi yang jelas tentang komisaris "ekstern" atau komisaris

"independen". Kriteria untuk Outside Directors dalam One Tier System tersebut telah

diterjemahkan menjadi kriteria untuk Komisaris Independen. Kriteria tentang

Komisaris Independen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komisaris Independen bukan merupakan anggota manajemen;

2. Komisaris Independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau

seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung

atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan;

3. Komisaris Independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak

dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau

perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan

dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi

seperti itu;

4. Komisaris Independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan

atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut;

5. Komisaris Independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan

yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang

satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak

langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut;

6. Komisaris independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau

perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan

tersebut;

7. Komisaris Independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun

atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar dapat dianggap sebagai

campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai seorang

Page 6: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan.

TERMINOLOGI TENTANG INDEPENDENSI

Independensi Profesional adalah suatu bentuk sikap mental yang sulit untuk dapat

dikendalikan karena berhubungan dengan integritas seseorang. Melaksanakan "fit and

proper test" terhadap kandidat yang akan menduduki jabatan tertentu di perusahaan

merupakan salah satu usaha mengetahui independensi profesional. Akan tetapi,

integritas independensi seseorang lebih ditentukan oleh apa yang sebenarnya

diyakininya dan dilaksanakannya dalam kenyataan (in fact) dan bukan oleh apa yang

terlihat (in appearance). Lebih lanjut, dalam menyelenggarakan suatu "fit and proper

test", pemberian kesempatan yang sama (equal opportunity) terhadap setiap orang

untuk menempati suatu jabatan akan menuju kepada seleksi calon-calon yang lebih

memenuhi syarat dan adil.

PERANAN BOARD OF DIRECTORS, BOARD OF COMMITEES, BOARD OF

POWER DAN BOARD OF COMPOSITION DALAM IMPLEMENTASI

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Sudah disinggung diatas perihal kendala-kendala dalam penerapan GCG diantaranya

karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yangada  dibandingkan  yang 

menganggap  prinsip  tersebut  sebagai  bagian  dari  kultur perusahaan, sehingga

memang dibutuhkan pendekatan yang mengedepankan pola pikir melakukan GCG

sebagai salah satu kebutuhan yang harus dijalani bukanlah sekedar kewajiban yang

tertulis dalam visi dan misi. Hal ini menjadi lebih rumit ketika harus menyamakan

presepsi mengenai sebuah konsep GCG yang baik ditengah keberagaman suku dan

budaya yang ada di Indonesia karena setiap suku dan budaya bisa saja mempunyai

presepsi akan hal baik dan buruk yang berbeda.

Indonesia  masih  menganut  menggunakan  pendekatan  yang  lembut meskipun

masih terdapat banyak pratik-pratik yang bertolak belakang dengan prinsip-prinsip

GCG seperti korupsi, kkn, pungli dan masih banyak contoh lainnya. Di Indonesia

untuk mengimplementasikan GCG yang baik diperlukan dorongan hukum untuk

membantu merubah kultur masyarakat Indonesia menjadi lebih baik karena

diharapkan dengan pemberian hukuman yang didukung  dengan  sistem penilaian

kinerja yang adil dapat  menciptakan  efek  jera secara jangka panjang dapat

mengubah perilaku.

Page 7: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

Dari hal ini menurut saya dengan mengedepankan adanya konsep-konsep pendekatan 

komprehensif  yang mencakup  penerapan regulasi, implementasi yang konsisten,

serta pemberian sanksi dapat membantu masyarakat Indonesia untuk menerapkan

prinsip GCG yang baik di Indonesia.

Peranan Dewan Komisaris dalam Suatu Perusahaan. Dewan Komisaris memegang

peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan GCG,

Dewan Komisaris - merupakan inti dari Corporate Governance - yang ditugaskan

untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam

mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya,

Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk

memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen

yang bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan -

sedangkan Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen - maka

Dewan Komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan. Lebih

lanjut tugas-tugas utama Dewan Komisaris meliputi: Menilai dan mengarahkan

strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko,

anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkan sasaran kerja; mengawasi

pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta memonitor penggunaan modal perusahaan,

investasi dan penjualan aset; Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi

kunci, penggajian anggota Dewan Direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan

anggota Dewan Direksi yang transparan dan adil; Memonitor dan mengatasi masalah

benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota Dewan Direksi dan anggota

Dewan Komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi

transaksi perusahaan; Memonitor pelaksanaan Governance, dan mengadakan

perubahan di mana perlu; Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi

dalam perusahaan.

Hingga saat ini masih ditemui definisi yang bermacam-macam tentang Corporate

Governance. Namun demikian umumnya mempunyai maksud dan pengertian yang

sama, yaitu: "seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta

para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan." Disamping itu juga menjelaskan, bahwa tujuan dari

Corporate Governance adalah "untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak

Page 8: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

yang berkepentingan (stakeholders)." Secara lebih rinci, terminologi Corporate

Governance dapat dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari Dewan

Direksi, Dewan Komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para pemegang

saham. Ada empat unsur penting dalam Corporate Covernance, yaitu:

Fairness (Keadilan). Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham,

termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta

menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

Transparency (Transparansi). Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat

waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan,

pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

Accountability (Akuntabilitas). Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta

mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan

pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris (dalam Two

Tiers System).

Responsibility (Pertanggungjawaban). Memastikan dipatuhinya peraturan serta

ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

Sebagai gambaran, untuk berhasil di pasar yang bersaing, suatu perusahaan harus

mempunyai pengelola perusahaan yang inovatif, yang bersedia untuk mengambil

risiko yang wajar, dan yang senantiasa mengembangkan strategi baru untuk

mengantisipasi situasi yang berubah-ubah. Hal ini menuntut manajemen sebagai

pengurus perusahaan mempunyai ruang gerak untuk bertindak bebas dan didorong

untuk bertindak untuk kepentingan investor atau penanam modal.

Board Of Director

Board of directors merupakan badan yang mewakili kepentingan para pemegang

saham, dan bertanggung jawab kepada mereka untuk serangkaian tugas tertentu,

termasuk mendefinisikan strategi perusahaan dan filosofi perusahaan, pengawasan

eksekutif manajemen, dan pelaksanaan pengendalian internal.

Kata board of directors memiliki artian yang berbeda-beda di beberapa negara. Di

Negara Amerika Serikat, Kanada dan Inggris menggunakan kata board of

directors untuk mewakili Dewan Direksi dan Dewan Komisaris, sedangkan di Negara-

negara Asia seperti Jepang, Korea dan Indonesia kata board of directorssetara dengan

Dewan Komisaris. Penyebab perbedaan arti tersebut dikarenakan ada Negara yang

menggunakan single board system dan dual board system.

Page 9: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

Di Indonesia yang menggunakan dual board system sehingga terdapat pembagian

divisi dewan menjadi dua bagian yaitu yang pertama Supervisory board (Dewan

Komisaris) yang bertindak sebagai agen dari pemegang saham serta memiliki

tanggung jawab untuk menunjuk, mengawasi dan member masukan anggota dewan

manajemen dan juga mengembangkan strategi perusahaan yang mendasar. Kedua

adalah Management board yang bertanggung jawab terhadap menjalankan fungsi

harian manajemen bisnis, divisi atau melakukan fungsi control di

Indonesia Management board sering juga disebut dengan Dewan Direksi.

Board Committees

Board of committees mulai berkembang sejak beberapa tahun terakhir dan saat ini

terus mengalami peningkatan. Terdapat dua jenis umum dari Board of committees ,

tipe yang pertama adalah Management Support atau Operating Committee yang

bertugas untuk memberikan masukan kepada manajemen mengenai keputusan. Tipe

yang kedua adalah komite sebagai monitoring yang bertugas untuk melindungi

kepentingan pemegang saham dengan menyediakan tujuan, tinjauan independen

urusan perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan legalitas, integritas, dan kualitas

etis dari kegiatan perusahaan.

Sebagai Board of committees memiliki tanggung jawab komite, antara lain :

1. Meninjau dan menyetujui strategi dan kebijakan Grup dan pendekatan untuk

digunakan dalam Ulasan Kompensasi tahunan Grup remunerasi;

2. Memastikan bahwa dukungan kinerja terkait pengaturan kompensasi strategi bisnis

dan memberikan keseimbangan menantang yang sesuai antara risiko dan imbalan;

3. Mempertimbangkan undang-undang, peraturan, pedoman dan rekomendasi yang

berkaitan dengan remunerasi dan tata kelola perusahaan;

4. Pemantauan tingkat dan struktur remunerasi untuk manajemen senior, termasuk

kinerja individu terhadap tujuan dan merekomendasikan remunerasi masing-

masing anggota Dewan eksekutif, dan

5. Menyediakan laporan tahunan kepada Dewan dan pemegang saham dari kebijakan

remunerasi Perseroan.

Board Composition dan Board Power

Page 10: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

Board composition dapat dibagi dalam tiga kategori, antara lain:  Insider

Director, Affiliated outside director, dan Independent outside director . Board

compositiondapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan dan biasanya

menyangkut isu-isu yang berkaitan dengan board independence dan keragaman

(perusahaan dan pengalaman industri, latar belakang fungsional, dll) dari board

members. Board independence mengacu pada dewan perusahaan yang memiliki

mayoritas outside directors independen. Dibandingkan dengan papan insider-

didominasi, papan luar yang didominasi diyakini morevigilant dalam memantau

perilaku manajerial dan pengambilan keputusan perusahaan. Sebuah papan yang

terdiri dari direksi dengan beragam rangkaian keahlian fungsional (marketing, teknik,

keuangan, dll) industry experiences, kualifikasi pendidikan, etnis dan jenis kelamin

campuran mungkin lebih siap untuk menghadapi berbagai masalah yang dihadapi

perusahaan dan memberikan para eksekutif dengan saran dan konsultasi dari berbagai

perspektif.

Board power memiliki wewenang untuk memilih dan mengatur keadaan

sebuah board  didalam perusahaan, selain itu Board power memiliki tanggung jawab

penuh atas pengurusan dan hal-hal terkait kepentingan perusahaan sesuai dengan

maksud dan tujuan perusahaan.

Implementasinya Dalam Kontek Good Corporate Governance Di Indonesia

Tentu dengan adanya pembagian-pembagian seperti Board of Director, Board

Committes, Board Power dan Board Composition akan sangat berpengaruh bagi

penerapan GCG di perusahaan maupun di Indonesia, hal ini dikarenakan dengan

sistem kerja yang baik tentu akan lebih mudah untuk melakukan pengaturan dan

pengawasan.

Sistem pembagian struktur yang baik akan membantu dalam mewujudkan perusahaan

yang jujur dan bertanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Dengan adanya

pembagian ini juga akan membantu mengurangi praktekwhite collar crime  yang

hingga saat ini masih menjadi musuh bersama dan tentu hal ini sangat bertentangan

dengan prinsip GCG. Manfaat lain dari penerapan sistem ini adalah dengan sistem

kepengurusan yang baik akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan tentu hal ini

dapat menarik modal investor dengan biaya yang lebih rendah melalui perbaikan

kepercayaan investor dan kreditur domestik maupun internasional.

Page 11: Be&gcg, unang toto handiman, hapzi ali, peranan board of director, board of commitees, board of power dan board of compositions implementasi di indonesia, mercubuana, 2017

Di Indonesia walaupun masing-masing jenis perusahaan memiliki Board of Director,

Board Committes, Board Power dan Board Composition yang berbeda-beda tetapi

menurut saya di Indonesia yang terpenting adalah kejujuran dari setiap

anggota board karena sistem kepengurusan yang baik tidak akan memberi dampak

yang baik jika tidak ada kejujuran dari setiap anggota. Sistem kepengurusan di

Indonesia saat ini masih ada yang belum menerapkan kejujuran di masing-

masing board sehingga banyak kasus perusahaan yang melibatkan anggota board ,

keadaan seperti ini harus segera diperbaiki agar dapat mewujudkan perusahaan yang

berkembang dengan menerapkan prinsip GCG yaitu Transparansi, Kemandirian,

Akuntabilitas, Pertanggung Jawaban, Kewajaran dan Kesetaraan.

DAFTAR PUSTAKAhttps://atyantahenggar.wordpress.com/2017/03/29/good-corporate-governance-di-indonesia-serta-perbedaan-board-of-director-board-committes-board-power-board-composition-dan-implementasinya/Dilek Demirbas, 2011. Independence of board of directors, employee relation and harmonisation of corporate governance. Employee Relation Journal. Vol. 33, No. 4: 444-471

Eriza, 2013.https://erizanugrahvianti.wordpress.com/2013/05/27/good-corporate-governance, 29 Maret 2017, 20.44)

Harrison, 1987. The Strategic Use Of  Corporate Board Committees. California Management Review. Vol. 30, No. 1: 109-125

Sushil Tamang, 2017.https://www.academia.edu/2636174/Board_Composition_and_Corporate_Governance, 29 Maret 2017 20.45

https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2009/12/fcgi_booklet_ii.pdf, 29 Maret 2017, 21.00  

https://id.wikipedia.org/wiki/Komisaris, 30 Maret 2017, 00.15http://ejournalfia.ub.ac.id/index.php/profit/article/view/237, 30 Maret 2017, 00.20