Bed Ahhh
-
Upload
annisanintyarifa -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Bed Ahhh
PENDAHULUAN
Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia dan telah
dijadikan hewan kesayangan. Pemeliharaan kucing kadang dapat menjadi masalah
besar bagi kesehatan manusia dimana populasinya yang setiap tahun meningkat.
Semakin banyak populasi kucing, maka semakin besar penularan penyakit. Salah
satu cara untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah dengan melakukan
tindakan sterilisasi pada betina. Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan
dengan mengangkat ovariumnya (ovariectomy) atau operasi pengambilan atau
pemotongan organ ovarium, uterus, atau ovarium dan uterus dari rongga abdomen
(ovariohisterectomy). Operasi dilakukan pada hewan betina untuk terapi adanya
tumor, pyometra, cyste ovari, dan sterilisasi. Ovariohisterektomi biasanya
dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan pada hewan
ternak. Tindakan ovariohisterektomi akan menimbulkan efek perubahan tingkah
laku hewan seperti tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui.
Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal.
Tujuan dilakukannya praktikum ovariohisterektomi adalah supaya
mahasiswa mampu mempersiapkan bahan dan peralatan yang digunakan untuk
bedah ovariohisterektomi, cekatan dalam membantu dokter hewan untuk operasi
bedah ovariohisterektomi serta mampu melakukan penanganan pasca bedah
ovariohisterektomi.
METODELOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di Poliklinik Hewan Diploma Institut Pertanian
Bogor. Waktu praktikum yaitu hari Jumat, tanggal 13 Maret 2015 pukul 07.00 –
11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah timbangan, syringe, tali, termometer,
stetoskop, silet, kapas, alat bedah minor, tutup kepala, masker, sikat, handuk, baju
operasi, sarung tangan, lampu operasi, meja operasi, wadah, tampon, benang jahit
(silk dan catgut), jarum, tisu, kandang kucing dan koran. Bahan yang digunakan
adalah kucing betina, betadine, alkohol, sabun, air, ketamin, xylazine, atropin
sulfat, dan penicillin.
Prosedur Kerja
Sebelum dilakukannya bedah ovariohisterektomi, hewan disiapkan
terlebih dahulu. Berat badan hewan ditimbang oleh paramedik dan obat yang akan
digunakan disiapkan oleh paramedik lain sesuai berat badan dari si hewan. Selama
paramedik lain menyiapkan obat, temperatur, frekuensi nafas dan jantung diukur..
Jika, suhu hewan normal, dilanjutkan dengan pemberian atropin sulfat secara SC.
Kemudian ditunggu 15 menit kemudian, dan temperatur, frekuensi nafas dan
jantung diukur kembali, dan ketamin dan xylazine disuntikkan secara IM. Setelah
hewan terbius, hewan diposisikan ventrodorsal dengan keempat kaki diikat
dengan ikatan tomfool dan ditarik kearah luar, sehingga kaki tidak mengganggu
daerah yang akan disayat. Kemudian, bagian inguinal dibasahi dengan air yang
sudah diberi sabun, dan rambut hewan dicukur dengan jarak 5-10 cm dari daerah
yang akan disayat. Rambut hewan dicukur melawan arah tumbuhnya rambut. Jika
sudah selesai pencukuran, daerah yang sudah dicukur diberi desinfektan yaitu
betadine dan alkohol dengan cara melingkar dari dalam ke arah luar.
Sementara hewan disiapkan, operator dan dua asisten operator
mempersiapkan diri. Sebelum bungkusan baju dibuka, tangan dicuci terlebih
dahulu menggunakan sabun. Setelah itu, tutup kepala dan masker digunakan
secara berurutan. Kemudian, tangan dicuci dengan menggunakan sikat dan sabun,
dikeringkan dengan handuk yang sudah steril. Setelah itu baju operasi dan sarung
tangan digunakan, operator dan asisten operator yang sudah lengkap memakai
pakaian bedah dilarang untuk memegang benda-benda yang tidak steril lainnya.
Kemudian peralatan bedah, duk dan tampon disiapkan. Peralatan bedah disusun
dari kiri ke kanan. Lampu operasi siap digunakan mengarah pada bagian yang
akan dioperasi.
Setelah persiapan hewan dan persiapan operator serta asisten operator
sudah siap, pembedahan dimulai. Bagian inguinal disayat, secara perlahan-lahan
sayat bagian kulit terlebih dahulu, kemudian lemak, daging dan seterusnya sampai
bagian uterus dan ovarium bisa diambil. Bagian uterus dicari dan dikeluarkan,
uterus diangkat dan lakukan penjepitan pada bagian antara ovarium dan kornua
uteri, di bagian yang dijepit lakukan penjahitan. Jika penjahitan sudah selesai,
lakukan pemotongan di bagian atas tempat penjahitan. Begitu juga dibagian
ovarium sebelahnya. Setelah itu, lakukan penjahitan di bagian korpus uteri,
penjahitan dilakukan diantara korpus uteri dan serviks. Kemudian, uterus
dipotong diatas tempat penjahitan. Setelah pemotongan selesai, bagian otot dan
lemak dijahit oleh operator (dokter). Kemudian bagian kulit hewan dijahit oleh
asisten operator (paramedik). Selama proses operasi, temperatur, frekuensi nafas
dan jantung tetap diukur atau dipantau. Luka jahitan ditutup menggunakan kain
kasa yang sudah diberi betadine dan difiksasi menggunakan plester. Setelah itu,
hewan diberi gurita.Cara pembuatan gurita adalah pertama-tama kain disiapkan,
kemudian bagian tengah kain digunting di satu sisi, dan disuir-suir atau dipotong
menjadi beberapa bagian pada kedua sisinya. Lalu lubang dibuat sesuai dengan
ukuran kaki hewan. Setelah selesai, dipasangkan pada posisi ikatan dibagian
punggung hewan.
Setelah operasi selesai, alat dan bahan yang digunakan dibersihkan, kucing
dimasukkan ke dalam kandang yang sudah dialasi koran dan diberi lampu sebagai
penghangat. Peralatan dibersihkan dengan cara direndam air sabun, kemudian
disikat dan dibilas sebanyak 10 kali dari ujung ke arah pangkal alat. Setelah itu,
alat disusun kembali di dalam bak instrument sesuai urutan masing – masing. Alas
operasi dan pakaian operator dan aisten operator dicuci. Selama pasca operasi,
temperatur, frekuensi napas dan jantung hewan dipantau selama 6 hari dan diberi
perlakuan seperti diberi antibiotik dan obat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik Hewan Sebelum dan Selama Bedah Histerektomi
No Parameter FisiologisMenit ke-
0 15 30 45 60 75
1 Temperatur oC 38,9 38,7 38,5 36 35,2 34,2
2 Frek nafas/mnt 30 30 37 42 25 17
3 Frek jantung/mnt 110 98 98 103 89 82
4 Reflek kelopak mata v v x x x v
5 Diameter pupil 1cm 1cm 1cm 1cm 1cm 1cm
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Hewan Setelah Bedah Ovariohisterektomi
NoParameter
Fisiologis
Hari ke-
1 2 3 4 5 6
1 Temperatur oC 35,7 40,5 37,8 38,1 37,9 38
2 Frek nafas/mnt 39 32 42 30 32 31
3Frek
jantung/mnt103 165 139 130 125 139
4 Makan - v v v v v
5 Minum - v v v v v
6 Feces - - - v v v
7 Urinasi v v v v v v
8 Luka bedah - - - - - -
Pembahasan
Ovariohisterektomi adalah tindakan pembedahan untuk melakukan
pembuangan/ pengangkatan sel telur, tuba falopii dan uterus pada hewan betina
agar hewan tersebut menjadi mandul, operasi ini umum dilakukan pada kasus-
kasus penyakit yang menyerang ovarium dan uterus seperti: kista ovarium,
pyometra, torsio uterus, prolaps uterus dan ruptura uterus (pencegahan agar tidak
terjadi hiperplasia vagina). Ovariohisterektomi sebaiknya dilakukan pada kucing
yang berumur lebih 6 bulan, sebelum atau sesudah siklus esterus yang pertama.
Ovariohisterektomi akan menyebabkan kucing tidak akan mengalami estrus dan
menstruasi, menghilangkan sifat berisik dan kebiasaan mengangkat ekor sebagai
petanda ingin kawin, serta menurunkan resiko kemungkinan terjadinya/timbulnya
tumor payudara (Mammary adenocarcinoma).
Tanggal 13 Maret 2015 kucing lokal bernama Nyo-nyo, berat badan 3.1
kg, dibawa ke Klinik Hewan Pendidikan Diploma IPB untuk operasi
ovariohisterektomi. Kucing secara umum dalam keadaan sehat, nafsu makan dan
minum normal, tidak diare dan tidak menyusui. Sebelum dilakukan operasi
ovariohisterektomi terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik. Hal ini untuk mengetahui kondisi kucing berkenaan dengan
anestesi yang akan dilakukan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukan ekspresi muka
takut, kondisi tubuh sedang. Frekuensi nafas 30 kali per menit, frekuensi pulsus
110 kali per menit, dan suhu tubuh 38,9 oC. Refleks kelopak mata baik dengan
diameter pupil 1 cm. Sebelum di operasi, kucing dipuasakan terlebih dahulu
selama 8-10 jam (Fossum 2002). Adapun tujuan dari puasa tersebut adalah untuk
menurunkan kadar darah agar narkose hewan saat teranastesi menjadi lama,
mengosongkan isi lambung sehingga pada saat operasi dapat mencegah terjadinya
muntah. Lambung yang terisi penuh dapat menyebabkan muntah sehingga
menimbulkan terjadinya aspirasi yang dikhawatirkan berakibat slikpneumonia,
selain itu lambung yang penuh akan mengurangi pergerakan diafragma sehingga
mengganggu respirasi (Sardjana dan Kusumawati 2004).
Premedikasi yang digunakan adalah injeksi Atropine Sulfat 0.25 mg/mL
dengan dosis 0.02 mg/kg BB secara subkutan dengan berat badan 3.1 kg sehingga
volume obat yang diberikan 0.24 mL. Pemberian Atropine Sulfat akan berefek
penekanan terhadap sekresi air liur dan mukus bronkus, dilatasi pupil, gangguan
akomodasi dan penghambatan nervus vagus terhadap jantung, juga menghambat
peristaltik usus dan sekresi kelenjar lambung. Atropine Sulfat penting diberikan
sebagai premedikasi oleh karena Xylazine mempunyai efek samping
menyebabkan muntah (Tenant 2002).
Anestesi diberikan setelah efek dari Atropine Sulfat terlihat yang ditandai
mengeringnya mukosa mulut kurang lebih 10-15 menit setelah pemberian.
Anestesi yang digunakan adalah injeksi Ketamin 0.31 mL yang dikombinasikan
dengan Xylazine 0.31 mL secara intramuskuler. Ketamin dan Xylazine
merupakan kombinasi yang baik karena memberikan beberapa keuntungan seperti
mudah disuntikan, baik secara intramuskuler maupun intravena, induksi dan
pemulihanya cepat, relaksasi otot yang dihasilkan cukup baik, dan jarang
menimbulkan efek klinis. Kombinasi antara Ketamin dan Xylazine yang
digunakan sebagai anastetika telah terbukti sangat memuaskan karena
memperpanjang durasi analgesia, menurunkan dosis penggunaan Ketamin dan
mempercepat waktu sadar (Tenant 2002).
Persiapan operasi sangat diperhatikan sebelum operasi dilakukan baik itu
hewan, alat operasi, obat-obatan serta operator sangat mendukung keberhasilan
operasi. Hewan direbahkan dengan posisi dorsal recumbency pada meja operasi,
diikat pada keempat ekstremitasnya dan dalam posisi simetris. Bagian abdomen
yang akan diincisi dicukur terlebih dahulu kemudian didesinfeksi dengan alkohol
70% yang bertujuan untuk menghilangkan kontaminan di permukaan kulit.
Alkohol 70% efektif untuk membunuh mikroorganisme, tetapi tidak efektif
membunuh spora. Setelah diolesi alkohol 70% , daerah yang akan diincisi dioles
dengan betadine yang merupakan antiseptik pada bakteri gram positif dan negatif,
efektif pada spora dan reaksi alerginya rendah permukaan . Pengolesan demulai
dari bagian dalam ke luar (Fossum 2000).
Operasi dimulai dengan pembukaan dinding abdomen, pemotongan sel
telur, tuba falopii dan uterus oleh dokter hewan. Saat melakukan
ovariohisterektomi, pamaredis memberikan penicillin pada jaringan. Penicillin
bekerja sangat efektif terhadap bakteri gram positif dengan mekanisme
menghambat kerja enzim transpeptidase pada pembentukan dinding bakteri.
Setelah dilakukan ovariohisterektomi, ditemukan uterus mengalami penegangan.
Hal ini dikarenakan kemungkinan kucing telah hamil muda (usia janin dibawah 1
bulan). Proses operasi ovariohisterektomi berjalan dengan lancar dibantu oleh
paramedis. Penutupan bagian dalam dilakukan oleh dokter hewan dengan
menggunakan benang catgut chromic dan jarum berujung bulat untuk
menghindari kerusakan jaringan. Penggunaan benang catgut chromic disarankan
karena jenis benang ini kuat, mempunyai efek minimal pada jaringan dan tetap
mengikat kuat dalam waktu 10-20 hari. Namun jika kondisi lingkungan tidak
normal, benang akan diserap dalam waktu 6-10 hari. Benang ini akan lebih cepat
diserap apabila pasien sensitif terhadap benang tersebut atau terhadap asam
khromik atau jika digunakan untuk menjahit jaringan yang mendapat suplai darah
yang melimpah. Penutupan dinding abdomen dilakukan oleh paramedis dengan
benang silk menggunakan simpul bedah dan jarum berujung segitiga (cutter).
Benang silk dapat ditolelir oleh jaringan, mudah dihandle dan simpulnya tidak
mudah lepas serta kekuatan benang dapat bertambah apabila dalam keadaan
basah. Jarum yang digunakan berujung segitiga karena lebih tajam sehingga lebih
mudah untuk menjahit pada permukaan kulit. Luka operasi diolesi dengan
betadine dan ditutup dengan perban (Fossum 2002).
Monitoring pasca operasi secara intensif dilakukan 2-4 jam setelah operasi
karena masa rekoveri setelah pemberian Ketamin sebagai anastesi berlangsung
selama 2-4 jam. Pada umumnya suhu tubuh mengalami penurunan dikarenakan
obat anastesi bekerja pada pusat pengatur suhu tubuh di sistem syaraf pusat,
sehingga suhu tubuh dapat naik turun sesuai dengan pengaruh lingkungannya.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh tebal dan lebarnya kain penutup operasi,
intensitas lampu operasi, temperatur ruang operasi, proses anastesi, dan operasi
yang lama (Sardjana dan Kusumawati 2004). Setelah kondisi kucing
menunjukkan pengaruh anastesi sudah hilang dan suhu tubuh kembali normal,
maka kucing dipindahkan ke kandang.
Pemeriksaan rutin dilaksanakan setelah operasi sampai dilepasnya jahitan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan rutin untuk frekuensi pulsus, nafas dan temperatur
pada pagi dan sore hari masih dalam kisaran normal. Perawatan pasca operasi
dilakukan dengan pemberian antibiotik Amoxicillin 2.5 mL selama 5 hari dan
Dexamethasone ½ tablet selama 3 hari secara oral pagi dan sore untuk
menghindari adanya infeksi sekunder. Dexamethasone adalah obat anti inflamasi
dan anti alergi yang sangat kuat. Amoxicillin berfungsi untuk melindungi tubuh
dari infeksi bakteri (Tenant 2002).
Setelah dioperasi, pada hari ke-2 kucing tersebut mengalami demam dan
diberi proris 0,15mL serta diberikan infus NaCl 0,9% secara subkutan salah satu
fungsi sebagai pengganti cairan elektrolit dan sumber kalori sehingga hewan
terhindar dari dehidrasi, serta untuk mencukupi kebutuhan nutrisi kucing tersebut.
Setiap hari luka jahitan dibersihkan dan diberikan betadine. Penggunaan antiseptik
ini dapat mengurangi populasi kuman dan mencegah infeksi. Menurut Fossum
(2002), “Kesuksesan operasi sangat tergantung pada kesembuhan luka”. Proses
kesembuhan luka dibagi menjadi beberapa tahap yaitu inflamasi, debris, perbaikan
dan pematangan. Proses kesembuhan luka pada hari pertama setelah operasi
menunjukan jahitan masih utuh tidak ada yang lepas dan tampak sedikit bengkak.
Pada hari ke-2 setelah operasi menunjukan tidak ada jahitan yang lepas
dan masih basah tapi tidak keluar cairan dan masih agak bengkak. Betadine
diberikan dari hari pertama hingga hari ke-3 pada saat penggantian perban. Pada
hari ke-4 dan seterusnya diberi perubalsem pada bekas luka untuk mempercepat
proses pengeringan luka. Pada hari ke-6, jahitan tampak mengering dan jahitannya
tidak ada yang lepas. Pada dasarnya kesembuhan luka dapat dilihat dari proses
penanganan pada tepi luka yang diaposisikan. Perawatan luka dilakukan setiap
hari untuk mengurangi adanya kontaminasi dan dapat mempercepat kesembuhan
luka. Proses kesembuhan luka pada operasi ovariohisterektomi ini tergolong
proses kesembuhan luka primer dilihat dari tidak adanya nanah dan darah, jahitan
tidak ada yang lepas sehingga penutupan luka pada kulit sempurna (Darmojono
2002).
SIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan sebelum operasi, pelaksanaan operasi, dan
perawatan rutin pasca operasi, Kucing yang bernama Nyo-nyo telah menjalani
operasi ovariohisterektomi pada tanggal 13 Maret 2015 dan mengalami
kesembuhan primer setelah 7 hari perawatan pasca operasi ditandai dengan proses
digesti yang kembali normal yaitu makan dan defekasi secara normal mulai pada
hari ke 4 post operasi disertai dengan kondisi kucing yang kembali aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojono H. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner (Hewan Kecil) 2. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Fossum T W. 2000. Manual of Small Animal Surgery. St Louis: C.V. Mosby.
Fossum T W. 2002. Small Animal Surgery Second Edition. St Louis: C.V. Mosby.
Sardjana I K W dan Kusumawati D. 2004. Anastesi Veteriner Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tenant B. 2002. BSAVA Small Animal Formulary Fourth Edition. England: BSAVA.
Lampiran
1 2
3 4
6
Keterangan :
Gambar 1 Pembukaan abdomen
Gambar 2 Proses ovariohisterektomi
Gambar 3 Pengangkatan ovarium dan uterus
Gambar 4 Pemberian Penicillin
Gambar 5 Uterus yang telah diangkat
Gambar 6 Penjahitan organ kulit
Gambar 7 Penjahitan selesai
Gambar 8 Pemberian perban
Gambar 9 Hewan pasca operasi
7 8
9