BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Transcript of BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Beberapll Permllsalalwn
BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Oleh : Safry Nugraha . -
Apabila kita berhicara mengenai keuang:m neg,.ra llIak.'l titik tolak tetap herpijak pada konstitusi negara, yakni UUD 1945. Sebenamya dasar hukulll te.'Sebut dapat kita lihat pada pasal 23, sedang mengenai pengelolaan keuangan negara memakai lew 1925. Mengenai delinisi keuang:lI1 negara tidak ada delinisi yang tepat mengenai hat ini. Pada kesempatan Ill. penulis mencoba memapark.'ln aspek ynridis kenangan neg:lr Repnblik Indonesia.
Pengertian Kenangan Negara.
, ~ .. '
259
Pengertian k.euangan negara sampa"j 5.:'lat sekarang ini belum
menemukan satu definisi yang tepat dan pasti mengenai hal tersehut tadi.
Keuangan ncgarn sampai dengan tulisan ini dibuat, mempunyai berbagai
pengertian yang herheda, tergantung hagaimana istilah tersehut diartikan
oleh masing-masing pakar yang mengeluarkan pendapat tersehut.
Dasar hukum keuangan negara tercantum dalam pasal 23 Undang
Undang Dasar 1945,.. yang termasuk ke dalam Bah VIII Hal Keuangan .
Pad a pasal 23 tersehut dinyatakan sehagai herikut :
1) Anggaran Pendapatan dan Belanja ditetapkan tiap-tiap taltun
dengan undang-undang. Apahila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
menyetujui anggaran yang diusulkan Pemerintah, maka
Pemerin!>lh menjalankan anggaran tahun yang lalu.
2) Segala pajak untuk keperluan negara herdasarkan undang-undang.
3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
luniN92
260 Hukum dan Pembangunan
4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.
5) Untuk memeriksa tanggung-jawah tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya
ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diheritahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Dari ketentuan tersehut diatas, dalam hal pengelolaan keuangan
negara heriakulah lew 1925, sedangkan untuk pemhentukan Badan
Pemeriksa Keuangan telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973. pari kedua peraturan tersehut diaL1s, ternyata pengertian 'keungan
negara sehagaimana dimaksudkan dalam Pasal 23 UUD 1945, mempunyai heherapa pengertian yang herheda satu dengan lainnya.
Beherapa pengertian keuangan negara tersehut adalah an tara lain sehagai herikut :
1. Keuangan negara dalam arti sempit ialah sarna dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara l
2. Keuangan Negara dalam arti ' luas adalah meliputi APBN, ditamhah dengan Keuangan Negara lninnya, haik yang heras.1l
dari APBN maupun yang herasal dari sumher lainnya, yang
pengelolaannya herada dalam tanggungjawah Pemerintah di . 2
hidang Keuangan Negara.
3. Keuangan Negara yang tercantum dalam Pasal 23 (5) UUD 1945 yaitu mengena i pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
3 Negara.
4. Keuangan Negara mencakup semua hak dan kewaJiban yang
dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu haik
herupa uang maupun harang yang dapat dijadikan milik (kekayaan) negara herhuhung dengan pelaksanaan hak dan
kewaj ihan tersehut4
A.Hamid S,A.. Kcuangan Negara, lingkup pengcrli,mnya dan hakekal perundang-undangannya menurut L1UO 1945. Makalah pada Seminar Nasional Kcuangan Ncgara I, FHUI, 1986, hal.5~
2 Ibid, hal.6
3 Liha! Harun Al R;)::;id.Pcngcnian Kcu<lngan Negarn, Majalah Bulan:ln Keuangan, NO.93/9/1979, h<lI.15.
4 $udarmin.PcdoOlan ten[:lng Pcmcriksaan K..'\ $ dan Barang Negara., Jakarl a:rrT Genep laya Baru, 1982, haL21.
Beberapa Permasalllltan 261
5. Keuangan Negara adalah segala kekayaan negara dalam hentuk
apapun haik terpisah maupun tidak. Dengan kata lain tidak hanya
kekayaan berhentuk uang tetapi seluruh kekayaan n"gara
termasuk tli daiamnya segaia hagian-bagian hart.:1 milik kekayaan
itu dan segala hak serta kewajiban yang timbul karenanya, baik
kekayaan itu beraua pad a pejabat-pejabat dan/atau
lemhaga-Iemh:lga yang termasuk pemerintahan umum maupun berada dalam penguasaan hukum publik ak1upun perdata
perusahaan-perusahaan negara dan usaha-usaha di mana
pemerintah mempunyai kepentingan khusus serta dalam
penguasaan dan pengurusan pihak lain maupun juga berdasarkan
perjanjian dengan penyert.1an (partisipasi) Pemerinl.1h atau
penunjukkan dari Pemerinlah 5
6. Keuangan Negara adalah keuangan negara yang diurus dan
dipertanggungjawabkan oleh Pemerintah yang harus diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan, yaitu anIma lain meliputi
pertanggungjawahan atas pelaksanaan APBN, APBD, Anggaran 6 Pyrusahilan Negara, hakekatnya seluruh kekayaan negara.
Pengertian Tanggungjawab Keuangan Negara
Ayat 5 Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa :
nUntuk memeriksa tanggungjawab tent.:1ng keuangan negara diadakan suatu Badan P~meriksa Keuangan n
. Pertanyaannya. adalah keuangan negara manakah yang harus dipertanggung jawabkan?, uan selanjutnya
siap~lkah yang harus mempertanggungjawabkannya ? Untuk hal ini ada
beberapa pendapat yang berbecla satu dan lainnya.
5 Pcnjelas;lIl Pas.'l13 Undang-Undang NOlllor 171llhun 1965.
6 Adjill Sudrllj<ll. Eengurusan dan Perlllnggungjaw,I[l,lIl Kcu:lngan Negara dalam Era TinggaJ Landas. mabl"h pada St:minar Nasional Keuangan Neg,lra II FHUI 1 QQl. h<ll.4
262 H ukum dan Pembangunan
Penjelasan pasal 23 ayat 5 diatas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tanggungjawab tersebut adalah : .... tanggungjawab Pemerintah .. . " dalam 'kaitannya dengan : "Cara Pemerintah mempergunakan uang belanja yang sudah disetujui ' Dewan Perwakilan Rakyat...". Dari penjelasan ini;
dipertanyakan lebih lanjut bagaimana dengan keuangan negara yang dilaksanakan oleh lembaga-Iembaga negara lainnya, seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sendiri, Kemudian apa~ila ditilik dari kata-kata : "Cara pemerintah menggunakan uang belanja",," , boleh ditafsirkan bahwa cara Pemerintah memperoleh pendapatannya untuk belanja tersebut tidaklah termasuk yang harus diperiksa oleh BPK.
Selain itu , hal lainnya adalah menyangkut apa saja yang harus dipertanggungjawabkan oleh Pemerintah, Hasan Akroan berpendapat bahwa dalam kaitan pertanggungjawaban keuangan negara adalah keuangan negara dalam arti , Iuas, ladi pertanggungjawaban keuangan negara yang harus dilakukan oleh Pemerintah tidak saja mengenai APBN, tapi meliputi juga APBD, Keuangan Unit-unit usaha Negara dan pada hakikatnya seluruh kekayaan negara 7
Haru\! AI Rasid berpendapat bahwa keuangan negara yang dipertanggungjawabkan Pemerintah sebagaimana tercantum dalarn Pasal 23 ayat 5 UUD 1945 adalah :"""harus diartikan seeara restriktip, yaitu mengenai pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara8
Pendapat serupa juga dinyatakan oleh lusuf LIndradewa SH Q :
7 Has"n Akman, Sebli lagi Icnln ng 11,,1 Keuangan mcnurul llUD (Bab VIII),makaiah pada Tim Pcnelitian d:ln Perllmu$ Undang-Undang Perucndaharaan Negara, Departemen Keuangan, Jakarta, 1976,
8 HMon AI Rasid, Loe.Cit.
Q Jusuf L.lndradcwa,PengellJlaan Keuangan Negara dalam Era Tinggal L'Indas, makalah Seminar Nasional Keu<lngan Ncgara FHtll,lQQ2, hal.6
Beberllpa Permasalalran 263
"Yang harus dipertanggungjawabkan adalah keuangan negara yang dalam penjelasan ayat yang bersangkutan disebut uang belanja yang sudah disetujui oleh DPR, yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja". Sedangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 menyatakan dalam
pasal 2 bahwa " Badan Pemeriksa Keuangan bertugas untuk memeriksa tanggung jawab · Pemerintah ten tang Keuangan Negara", sedangkan Penjelasan pasal tersebut merumuskan bahwa :
"Pemeriksaan yang dilakukan terhadap pertanggungan-jawab Keuangan Negara, termasuk an tara lain pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (baik Anggaran Rutin maupun Pembangunan), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Anggaran Perusahaan-perusabaan milik Negara, bakikatnya seluruh kekayaan Negara ......... ".
Pinjaman Lllar Negeri
Pinjaman Luar Negeri seolah menjadi satu hal yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan keuangan negara, terutama dalam hal pencarian dana-dana untuk pembangunan yang sedang dilaksanakan dewasa ini. Pinjaman luar negeri ini terjadi; karen a seluruh penerimaan dalam negeri tidak cukup untuk membiaya;" seluruh anggaran belanja negara baik anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Defisit anggaran yang bersangkutan selalu dit\ltup dengan bantuan luar negeri yang nilainya menjadi serna kin besar dari tahun ke tahun 10
Setiap tahun dalam Undang-Undang APBN selalu dicantumkan besamya bantuan luar negeri yang dipakai untuk membiayai kegiatan pembangunan negara kita. Dengan dic.1ntumkannya dalam Undang-Undang APBN, sementara fihak berpendapat bahwa DPR telah menyetujui adanya pinjaman luar negeri yang dilakukan Pemerintah. Hal semacam ini antara lain diungkapkan oleh Dedi Soemardi,SH, yang menyatakan bahwa :
10 Arifin P.Soerjaalmadja. Beberapa Aspek yuridis hak budget DPR- R1,makatah _pada Seminar Nasionat Keuanga? Negara FHUl,1986. hal.8.
11 Dedi Soemardi, Hubungan Dewan Perwakitan ft'\kyat dengan Badan Pemeriksa Keuangan; makalah Seminar Nasional Mewujudkan Pemerintahao Berdasarkan Alas HukuOJ, Pers.1hi-FHUI.1990, hal.4
264 HlIkllm dan Pembangunan
" .... perjanjian atau loan agreement yang dibuat oleb pemerintah selama ini, baik ditinjau dari segi kehidupan hukum sebagai gejala sosial yang selalu dinamis maupun dari segi yuridis, telah memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sah menurut hukum 1'.
Hal ini sebenarnya tidak semudah itu kesimpulannya. Ini disebabkan karena pinjaman luar negeri yang telah disetujui oleh DPR adalah banya jumlahnya saja, sedangkan aspek-aspek lainnya DPR tidak mengikutinya
sama sekali. Dari segi hukum, pinjaman luar negeri ternyata meliputi banyak segi hukum, baik hukum perdata, hukum tata negara, bukum
administrasi negara serta juga hukum internasional. Bila dikaitkan dengan segi kedaulatan rakyat, pinjaman luar negeri
berpengaruh sekali terhadap kedaulatan rakyat ini, terutama karen a pinjaman ini herasal dari negara I~in yang juga berdaulat. Karena biasanya pemberi pmpman illl mempunyai kepentingan tersendiri dengan pemberian pinjamannya, kepentingan ini selalu yang menguntungkan
untuk bangsa dan negara donor. DPR sebagai pemegang kedaulatan dalam b'd . 11 lang anggaran sudah sepatutnya memegang peranan yang teramat penting dalam bidang
pinjaman luar negeri ini. Sebagai wakil-wakil rakyat, anggota-anggota DPR berkewajiban mengikuti dengan seksama prosedur pinjaman luar negeri ini, terutama dalam hal penggunaan pengaruh kepentingan negara
donor dan hubungannnya dengan kedaulatan rakyal. Bukankah dalam
penjelasan pasal 23 dinyatakan bahwa dalam hal keuangan negara · ini
:" .... kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat dari kedudukan Pemerintah. Ini tanun kedaulatan rakyat ".
Penman Dewan Perwakilan Rakyat dan Badan Pemeriksa Keuangan dalam bidang Keuangan Negara
Pasal 23 ayat 5 menguraikan beberapa hal menyangkut peranan DPR dan BPK dalam bidang keuangan negara. Beberapa peranan tersebut antara lain adalah :
12 Arifin.p.socril1l1lmadja, Loc.Cil.
Beberapa Permasalaltan 265
I. Persetujuan DPR terhadap Rancangan UU APBN yang diusulkan
Pcmerintah. Khusus untuk hal ini, penjelasan pasal 23 ayat 1 menentukan hahwa :11 .. ... dalum hal rnenetapkan pendapatan dan
belanja, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat
daripada kedudukan Pemerintah. Ini tanda kedaulatan rakyat".
2. Persetujuan DPR terhadap Rancangan UU Perpajakan yang
diusulkan Pemerintah.
3. BPK memeriksa tanggungjawab tentang keuangan negara, dan
memberitahukan hasil pemeriksaan tersebut kepada DPR.
Dari hal-hal tersebut diat.1s, OPR dan BPK memegang peranan yang
penting dalam bidang keuangan negara. Atau dengan perkataan lain, BPK
dapat membantu DPR baik untuk bersikap dengan kedudukan yang "Iebih
kuat daripada kedudukan Pemerintah" dalam menentukan anggaran negara
berikutnya, maupun dalam mengawasi tindakan-tindakan Pemerintah
selanjutnya di bidang kellangan ll
Kanstruksi Pasal 23 UUD 1945 menempatl<an kedudukan DPR pada
persetlljuan terhadap RUU APBN, berarti sebelum APBN dilaksanakan,
tercermin dari pernyataan kalimat pertama Pa&11 23 (1) tersebut
" .. anggaran yang diusulkan Pemerintah ... . ". Walaupun · demikian,
kedaulatan rakyat di bidarig anggaran negara adalah berada pada
DPR 12, sekalipun DPR hanya menyetujui anggaran yang diusulkan
Pemerintah, ditambah dengan pernyataan bahwa :" ... .. keduduk"n
Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat daripada kedudukan
Pemerintah ... ". Sedangkan kedudukan BPK adalah pada akhir
pelaksanaan anggaran yang tercermin dari pernyataan Pasal 23 (5)
tadi,yaitu :" Untllk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan
negara ..... ", dan dalam Penjelasannya dinyatakan bahwa yang
diperiksa adalah : ... "Cara Pemerinlah menggunakan uang helanja yang
sudah disetlljui oleh Dewan Perwakilan Rakyat harus sepadan dengan
kepu tusan tersebu t " .
Dengan demikian DPR dan BPK masing-masing mempunyai peranan
yang renting untllk keberhasilan pelaksanaan pengelalaan keuangan
negara. Satu hal yang juga penting adalah bahwa DPR . dan BPK
masing-masing merupakan Lembaga Tinggi Negara yang sederajat satu
dengan lainnya. Hal 1nI tercantum dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomar III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan
Juni1992
266 Hukum dan Pembangunan
Huhungan Tata-Kerja Lemhaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lemhaga-Lemhaga Tinggi Negara.
D"ari herhagai hal yang telah disehutkan diak1s, nampak hahwa hidang keuangan negara ternyata masih mempunyai berhagai permasalahatl yuridis yang dihadapinya, haik karena peraturan perundang-undangan yang mengaturnya maupun praktek ketatanegaraan yang berlaku selama ini.
Salah satu contah untuk hal tersehut adalah mengenai peristilahan
keuangan negara itu sendiri. Tidak adanya satu definisi yang tepat dan
pasti mengenai keuangan negara tersebut mengakibatkan s~mpai sekarang
terjadi kerancuan, keuangan negara manakah yang harus
diperk1nggungjawabkan aleh Pemerink1h, apakah itu hanya menyangkut APBN saJa, ataukah APBN + APBD + Anggaran Perusahan Negara/Daerah, hakekatnya seluruh kekayaan negara. Dalam praktek, tanggungjawah Pemerintah yang diperiksa oleh BPK adalah APBN, tetapi seluruh kekayaan negara pada hakekatnya juga merupakan obyek
Pellleriksaan BPK. Hal ini antara lain didasarkan pada ICW 1925 dan Undang-Undang Nomar 5 Tahun 1973.
Hal ini juga an tara lain disehahkan oleh ketidakjelasan dari ketentuan
pasal 23(5) UUD 1945 sendiri sepanjang menyangkut "tanggungjawah keuangan negara", apakah yang dimaksudkan adalah hanya tanggungjawah
keuangan negara dari· Pemerintah saja, sedangkan tanggungjawah
keuangan negara yang dikelala lemhaga-Ielllhaga negara lainnya tidak
dimintai perk1ng- gungjawahannya dan hehas dari kewajihan untuk melllpertanggung- jawahkannya, hal ini masih merupakan masalah yuridis yang memerlukan pemikiran lehih lanju!.
Masalah yang sarna juga terjadi apahila dilihat penjelasan Pasal 23(5) tadi yang menyatakan bahwa pemeriksaan tanggungjawah Pemerink1h aleh
BPK hany" mengenai "uang helanja yang sudah disetujui aleh Dewan Perwakilan Rakyat". L'lntas bagaimana dengan uang pendapatan yang diperoleh Pemerintah, apakah terlllasuk dalam ahyek pemeriksaan BPK,
karena Penjelasan Pasal 23(5) tidak menyatakan hal itu. Dasar hukum
pemeriksaan BPK selama ini didasarkan pada ketentuan ICW 1925 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973, yang juga menyehutkan hahwa
anggaran pendapak1n Pemerintah juga termasuk yang diperiksa aleh BPK. Masalah yuridisnya apakah haleh satu ketentuan perundang- undangan
dibawah Undang-Undang Dasar menentukan satu hal yang dalam
Beberal'o Permasallllwn 267
Undang-Undang Dasar tidak disehutkan seeara jelas, atau memperluas
hal-hal yang dalam UUD sudah dinyatakan secara tegas. Atau memang hal
ini terlupi' nleh para penyusun UUD 1945 dan penjelasannya. Dengan
demikian hal ini masih merupakan pertanyaan yuridis yang menarik untuk
disimak lehih lanjut dan c1ijadikan hahasan clan kajian oleh para pakm.
Selanjutnya adalah mengenai pinjaman luar negeri yang sekarang ini
menjadi hahan pemhicaraan dalam herhagai kesempatan dan peristiwa. Hal
ini menarik untuk diana lisa, karena pinjaman luar negeri yang herlaku
sekarang ini uianggap sudah disetujui oleh DPR, pada 5.1at RUU APBN
diajukan uan uisetujui oJeh DPR. Padahal ualam kenyataan ada heherapa
hal yang perlu uibji lebih mendalam.
Pertama adalah, siapakah yang paling mcnentukan dalam penentuan
pinjaman luar negeri; Pemerintah, DPR, atau yang lainnya. Apahila dilihat
bahw(1 pinjaman luar negeri merupakan perjanjian an tara negara/lembaga donor dengan negara Indonesia, maka apakah perjanjian ini termasuk kedalam "perjanjian c1engan negara lain" sesuai dengan ketentuan pasal 11
UUD 1945 sehingga memerlukan persetujuan terlehih dahulu dari DPR.
Selama ini y;mg terjadi adalah penelapan maupun pengesahan setiap
perjanjian pinjaman keuangan at.1U loan agreement selalu dilakukan
uengan Keputusan Presiden. Hal mana adalah sejalan dengan Ketentuan
Tap MPRS No.xX/MPRS/1966 ten lang Tala Urutan Peraturan Perundang
undangan Repuhlik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 (Dedi
Soemarcli, 1987:2). Dan cJengan dicantumkannya nilai pinjaman uang Iloan
agreement dalam setiap UncJang-Undang APBN, jelas tampak hahwa
persetujuan DPR pun tetap ada (Dedi Soemardi,1987:4).
Apahila dikaitkan dengan ketentuan Pasal 23 UUD 1945 yang seeara
eksplisit menentukan hahwa pemegang kedaulatan dalam hiuang anggaran
acJalah DPR uan jelas-jelas dikatakan hahwa " .... uarimana didapatnya
belanja huat hidup, harus ditetapkan oleh Rakyat itll sencliri, c1engan
peranlaraan Dewan Perwakilannya ". Karena pinjnman luar negeri termasuk pcngembalian hlltannya menyangkut kehiuupan rakyat masa kini
dan masa akan dalang, maka persetujuan DPR harus mUllak diadakan,
sehingga kurang tepatlah kalau pinjaman luar negeri dilakllkan seperti
ualam praktek sekarang ini, yaitu cukup dengan Kepulusan Presiden saja, dan DPR hanya diheritahukan saja oleh Pemerintah.
Juni 1992
268 Hukum dan Pembangllnlm
Selain itu ada juga pendapat yang menyatakan bahwa BPK hendaknya
tidak hanya memeriksa tanggungjawab pelaksanaan pinjaman luar negeri
saja akan tetapi per~ncanaaan sebagai landasan pembiayaan dana luar negeri juga merupakan obyek pemeriksaan BPK (Arifin P.Soeriaatmadja,
1992:4). Penuapat semaeam ini merupakan satu hal yang baru dari praktek
kebiasaan ketatanegaraan yang dilakukan sekarang ini yang lebih
menekankan pemeriksaan BPK paua akhir pelaksaanaan suatu pengelolaan
keuangan negara, sebagaimana termuat dalam Pasal 2 ayat 1,2,3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973.
Sebenarnya hal ini kurang tepat, karena menurut pasal 23(5) UUO
1945 dan juga UU 5/1973, kewenangan pemeriksaan BPK lebib ditujukan
pad a pemeriksaan terhadap akhir kegiatan pengelolaan keuangan negara,
sebagaimana dinyatakan dalam Penjelasan Pasal 23(5) tadi yang
menyehutkan bahwa yang uiperi.ksa oleh BPK adalah "Cam Pemerintah
menggunakan uang helanja ...... ". Oengan demikian herarti uang helanja
tersebut harus sudah digunakan terlehih dahulu oleh Pemerintah.
Aualah akan lehih tepat apahila dalam perencanaan pinjaman luar
negeri taui, BPK diminta semaeam nasihat/rekomendasinya oleh OPR,
sehelum OPR tersehut menyetujui reneana Pemerintah untuk melakukan
pinjaman luar negeri dalam satu tahun anggaran atau untuk jangka waktu
yang lehin panjang, misabnya untuk kurun waktu lima tahun dalam satu
Reneana Pemhangunan Lima Tahun (Repelita). BPK adalah pihak yang
tepat unluk uimintai nasihat/rekomendasinya, karena beroasarkan
pengalaman ua lam memeriksa APBN selama ini tentunya BPK sudah
mengetahui apa dan hagajmana se luk heluknya penggunaan dan
pengelolaan pinjaman luar negeri o leh Pemerintah selama ini. Oengan
demikian OPR dapat mengetahui perkemhangan penggunaan pinjaman
luar negeri selama ini apakah telah herhasilguna dan hen.layaguna ataukah
tidak. Apahila menc.1pai tujuannnya dan tidak memheratkan rakyat dapat
terus dilanjutkan, sedangkan apabila dalam prakteknya selama ini kurang
haik hasilnya, misalnya memheratkan neraea pemoayaran uan merugikam
rakyat ui masa depan, maka OPR dapat tidak menyetujui usulan perjanjian
piniaman luar negeri yang uiusulkan Pemcrinlah, dengan menggunakan
kcuuuukan OPR yang Ichih kuat dari keuudukan Pemerintah dalam hal
menetapkan anggnran negara.
Beberapa permllsalalwn 269
Dengan demikian antara ketiga Lembaga Negara yang terlibat pengelolaan keuangan negar", Pemerintah,DPR, dan BPK, akan terliliat
peranan masing-masing yang saling mengisi demi tercapainya pengelolaan
keuangan negara yang berhasil guna dan berdaya guna sebesar-besarnya sehagaimana diamanatkan oleh kelenluan pasal 23 UUD 1945, dan
mengurangi hal-hal yang dapat mengakihalkan terjadinya pengelolaan
keuangan yang merugikan bangsa dan negara kita.
Selain itu sudah diperlukan adanya kelenluan -ketentuan hukum yang
mengatur secara tepat dan pasti hal-hal yang masih helum hegilu jelas pada
ketentuan Pasal 23 UUD 1945, seperli an lara lain mengenai definisi apa
sebenarnya keuangan negara itu , siapa saja yang mengelola dan bertanggungjawab dalam bidang keuangan negara , dan juga mengenai pinjaman luar negeri yang sudah seharusnya peranan DPR lehih
ditingkatkan lagi sesuai (.Iengan kedaulalan anggaran yang dimilikinya.
Dengsn uemikian kedudukan DPR akan memenuhi amanat dan ketentuan
Pasal23 UUD 1945 ilu sendiri.
Oleh karena itu, beberapa permasalahan 'yuridis dalam keuangan negara memang Illemerlukan penanganan yang haik dan serius, sehingga
ketentuan-ketentuan yang ada dalalll Pasal 23 (5) UUD 1945 akan
terlaksana dengan baik dalalll jiwa uemokrasi serla didasarkan alas prinsip
musyawarah dan mufakat untuk mencapai' tujuan nasional sebagaimana c1iamanalkan oleh Pelllhukaan UUD 1945. Salah satu cara unluk mencapai
tujuan nasional tersebut adalah dengan mendayagunakan seoptimal mungkin pengelolaan keuangan negara sesuai ketenluan - ketentuan hukum
yang berlaku untuk hal tersehut.
1. Pengertian kemmgan negara sampai . saat sekarang ini belum menemukan kesatuan pendapat yang pasti, karena perhedaan
penafs'iran lerhadap pengerlian yang terdapat dalam herhagai
peraturan perundang- undangclll yang ada.
2. Antar" Pelllerintah, DPR, BPK masing-masing mempunyai
penman tersencliri yang saling mengisi dalam hidang keuangan
negara, khususnya mengenai pinjaman luar negeri yang ban yak
kailannya dengan prinsip kedaualatan rakyat dalam bidang
anggaran.
3, Dalam hal menetapkan anggaran negara, kedudukan DPR jauh
lehih kuat dari kedudukan Pemerinlah, demikian juga seharusnya
Juni1992
270 H u/wm dan Pembangunan
3. Oalam hal menetapkan anggaran negara, kedudukan OPR jauh lehih kuat dari kedudukan Pemerintah, demikian juga seharusnya
dalam prosedur perjanjian pinjaman luar negeri .
Kesimpulan
1. Pengertian keuangan negara sampai saat sekarang ini helum
menemukan kesatuan pendapat yang pasti, karen a perhedaan
penafsiran terhadap pengertian yang terdapat dalam herhagai
peraturan perundang-undangan yang ada.
2. Antara Pemerintah, OPR, BPK masing-masing mempunyai peranan tersendiri · yang saling mengisi dalam hidang keuangan negara, khususnya mengenai pinjaman luar negeri yang hanyak
kaitannya dengan prinsip kedaualatan rakyat dalam hidang anggaran.
3. Oalam hal menet.1pkan anggaran negara, kedudukan OPR jauh ·Iehih kuat dari kedudukan Pemerintah, demikian juga seharusnya
dalam prosedur perjanjian pinjaman luar negeri.
B. San-ln-sanln.
1. Peningkatan peranan OPR dan BPK dalam hidang keuangan
negara, terutama dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, sudah
dClpat uilakukan pada saat proses perencanaan anggaran, maupun perencanaan pinjaman luar negeri .
2. Perlll diciptakan satu perluran perundang-undangan yang khusus
mengatuT mengenai keuangan negara, sebagai undang-undang organik Pasal 23 UUO 1945. sehingga pengerlian keuangan
negara dapat diseragamkan dan dicapai satu kepastian definisi
mengenai hal tersehu!.
3. Prosedur pInpman luar negeri hendakoya
undang-undang tersendiri, karena pInJ3man mengandung berhagai aspek yuridis, terutama
diatur dalam
luar negeri menyangkut
mengenai kedaul:1tan negara, khususnya kedaulatan anggaran .
Beberllpll permasala/lCln
DAFTAR PUSTAKA
Akman, Hasan , Sekali
VIII), mablah
271
lagi ten tang Hal Keuangan menurut UUD (Bah
paua Tim Penelitian dan Penyusunan RUU Pcrhenliaharaan, Departemen Keu angan, Jakarta, 1976.
AI Rasill, Harun, Pcngcrtian Keuangan Negara, Majalah Bulanan Keuangan, Nomor 93/9/1 ')79.
Attamimi , A.Hamid,S, Keuangan Negar", lingkup pengerti"nnya dan hakekat perunuang-unuangannya menurut UUD 1945, makalah pada Seminar Nasional Keuangan Negara I, FHUI, 1986.
Goedhart, C, Garis-gat'is Besar Ihnll Kellangan Negara, terjemahan
Ratmoko, Jakarta : Jambatan, 1975.
lnuradewa, Jusu!" L. ,Pengelola'1n Keuangan Nega ra dalam Era Tinggal L1nuas, makalah pada Seminar Nasional Keu angan Negara II,
FHUI,1991
Soeriaatmauja, Arifin P., Mekanisme Pertanggungjawahan Keuangan
Negara, Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta: Gramedia, 1986.
Soemardi, Dedi,Hubungan Dewan Perwakilan Rakyat dengan Badan
Pemeriksa Keuangan, makalah pacta S~minar Nasional Mewujudkan Pemerintahan Berdasarkan atas Hukum, Persahi-FHUI, Depok, 1990.
Sudrajat, Adjat, Pengurusan dan Pertanggungjawahan Keuangan Negara dalam Era Tinggal L1ndas, makalah pada Seminar Nasional Keuangan Negara II, FHUI, 1991.
Engkau jelas bersalah jika me1akukan penindasan Dan engkau dapat pula bersalah jika membiarkan penindasan
(Erasmus Darwin)
Juni1992