BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR
-
Upload
edwin-octavian-mahendra -
Category
Documents
-
view
1.304 -
download
1
Transcript of BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 1/15
Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
1
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS
FISKAL DI PROPINSI JAWA TIMUR
Etsie Veraningsih
Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi
Abstract
Kapasitas fiskal merupakan cerminan kemampuan keuangan suatu
daerah yang dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam perolehan
Dana Alokasi Umum pada era desentralisasi ini. Oleh karena itu penelitian
dilakukan untuk mencari solusi yang tepat dalam rangka memperkuat
keuangan daerah. Permasalah dalam penelitian ini apakah PDRB perkapita,tingkat pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi daerah berpengaruh
terhadap kapasitas fiskal suatu daerah. Penelitian ini dilakukan di Propinsi
Jawa Timur selama Tahun 2004-2006. Sampel dalam penelitian ini 29 (dua
puluh sembilan) kabupaten/kota yang dipilih berdasarkan ketersediaan data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB perkapita memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap kapasitas fiskal. Artinya bahwa semakin
tinggi PDRB perkapita, maka makin besar kapasitas fiskal daerah.
Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
kapasitas fiskal. Artinya adanya pertumbuhan akan diikuti penurunan
kapasitas fiskal. Dari temuan ini diduga bahwa terdapat faktor lose dari
pengumpulan pajak yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah. Rasio sektor pertanian dengan sektor industri tidak berpengaruh terhadap kapasitas fiskal.
Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kemampuan keuangan
daerah dapat dilakukan melalui upaya peningkatan PDRB perkapita,
pengefektifan penerimaan pajak, pengembangan perekonomian daerah sesuai
potensi daerah tanpa menitikberatkan pada salah satu sektor.
Kata kunci : kapasitas fiskal, PDRBperkapita, pertumbuhan ekonomi
Abstract
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 2/15
Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur
2
FACTORS INFLUENCING FISCAL CAPACITIES IN EAST JAVA PROVINCE
Fiscal capacities is reflection of monetary ability an area taken as as one of
consideration in acquirement of Dana Alokasi Umum at this decentralization era.
Therefore research done to look for correct solution for the agenda of strengthening
area finance. Permasalah in this research is PDRB perkapita, level of economic
growth and area economics structure influential to fiscal capacities an area. This
research done in Propinsi Jawa Timur during Tahun 2004-2006. Sample in this
research 29 kabupaten/kota selected based on availibility of data. Result of this
research indicates that PDRB perkapita to have positive influence signifikan to fiscal
capacities. Mean that excelsior PDRB perkapita, hence more and more big area
fiscal capacities. Economic growth has negativity influence signifikan to fiscal
capacities. Mean existence of growth will be followed degradation of fiscal
capacities. From this finding anticipated that there is loge factor from gathering of tax which ought to able to be obtained government. Agricultural sector ratio with
industrial sector doesn't have an effect on to fiscal capacities. Therefore suggested to
increase finance ability of area can be done through improvement effort of PDRB
perkapita, effective of tax acceptance?receiving, economics expansion of area
according to area potency without menitikberatkan at one of sector.
Key word : fiscal capacities, PDRBPERKAPITA, economic growth
I. PENDAHULUANPada dasarnya berbagai teori tentang fiscal federalism menjelaskan timbulnya dampak
ekonomi dari desentralisasi. Teori-teori tersebut dapat digolongkan dalam dua perspektif yaitu
traditional theories (first generation theories) dan new perspective theories (second
generation theories). Teori tradisional menekankan manfaat adanya desentralisasi yaitumemberikan allocative efficiency dan menciptakan dimensi persaingan. Teori pertama
dikemukakan oleh Hayek (1945) yang menjelaskan bahwa dalam proses pengambilan
keputusan yang terdesentralisasi akan semakin mudah dengan penggunaan informasi yang
efisien karena pemerintah daerah lebih dekat dengan masyarakatnya.Teori kedua oleh Tiebout (1956) yaitu menjelaskan akan ada kompetisi antar
pemerintah daerah tentang alokasi pengeluaran publik, sehingga memungkinkan masyarakatmemilih berbagai barang dan jasa publik yang sesuai dengan selera dan keinginan mereka.Teori fiscal federalism lainnya yaitu oleh Musgrave (1959) dan Oates (1972) yang
menekankan pentingnya revenue and expenditure assigment antar tingkat pemerintahan
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (M.Khusairy, Dr; 90)
Second Generation Theory berpandangan bahwa dengan implementasi desentralisasi
fiskal akan terjadi perubahan prilaku pemerintah daerah ketika pusat menyerahkan berbagai
kewenangan kepada pemerintah daerah, yaitu semakin berusaha meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Sebagaimana konsep money
follows function, bahwa penyerahan kewenangan daerah juga dibarengi dengan penyerahan
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 3/15
Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
3
sumber-sumber pendanaan yang sebelumnya masih dipegang oleh Pemerintah Pusat. Dengan
demikian diharapkan daerah menjadi mampu untuk melaksanakan segala urusannya sendiri
sebab sumber-sumber pembiayaan juga sudah diserahkan. Apabila mekanisme tersebut sudah
terwujud maka cita-cita kemandirian daerah dapat direalisasikan.Jaya (1999: 11) menyatakan sumber pembiayaan pembangunan yang penting untuk
diperhatikan adalah penerimaan daerah sendiri, karena sumber inilah yang merupakan wujudpartisipasi langsung masyarakat suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan.
Koswara (2000:50) berpandangan bahwa ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom
mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom
harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangansendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pusat
harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian sumber
keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah
sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 sumber keuangan Negara telah diserahkan kepada
Pemerintahan Daerah yang dimanifestasikan dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD).PAD bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, lain-lain PAD yang sah. PAD inilah sumber pembiayaan yang memang benar-
benar harus digali dari daerah itu sendiri sehingga dapat mencerminkan kondisi riil daerah.Jika struktur PADnya sudah kuat, maka dapat dikatakan daerah juga memiliki kemampuan
pembiayaan sendiri yang kuat. Untuk itu tentu dibutuhkan struktur perekonomian yang
mantap beserta obyek pajak dan retribusi yang taat. Sementara DAU dan berbagai bentuk
transfer dari Pemerintah Pusat seyogyanya hanya bersifat pendukung bagi pelaksanaanpemerintahan dan pembangunan di daerah
Namun, tujuan tersebut tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda yangmenggembirakan. Fenomena yang terjadi dewasa ini justru sebaliknya yaitu daerah makinbergantung kepada alokasi transfer dari Pemerintah Pusat, terutama DAU. Banyak penelitian
sebelumnya menunjukkan suatu fakta yang sangat memprihatinkan, yaitu hampir di semua
daerah di Indonesia rasio DAU terhadap Total Pendapatan Daerah melebihi angka 50%.
Tidak berbeda dengan hasil penelitian tersebut sebelumnya, selama ini DanaPerimbangan yang merupakan transfer dari Pemerintah Pusat masih merupakan kontributor
terbesar dalam Total Penerimaan di kabupaten/kota di Jawa Timur. Tabel 1.1 menunjukkan
proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Penerimaan di kabupaten/kota di Jawa Timur (
M.Khusaini, Dr; 2006). Dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat terhadapAPBD setelah desentralisasi fiskal masih menunjukkan nilai yang sangat besar, yaitu
mencapai rata-rata sebesar 91,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada era otonomi daerah justru bukan kemandirian daerah yang terwujud, melainkan ketergantungan daerah yangmakin besar kepada Pusat.
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 4/15
Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur
4
Tabel 1.1. Proporsi Dana Perimbangan Terhadap Total PenerimaanKab/kota Sebelum Desentralisasi Fiskal (1999) Setelah Desentralisasi Fiskal (2000) Ket
Dana
Perimbangan(Rp Juta)
Total
Penerimaan(Rp Juta)
% Dana
Perimbangan(Rp Juta)
Total
Penerimaan(Rp Juta)
%
Total 6.578.943 7.036.964 93,5 10.723.281 11.913.373 90,0 Turun
Rata-rata 177.809 190.188 94,5 289.818 289.818 91,3 turun
Sumber : APBD Kab/kota di Jawa Timur, dalam M.Khusaini, Dr, 2006
Demikian pula kontribusi PAD dalam penerimaan daerah di kabupaten/kota di
Indonesia jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi PAD dalam penerimaan
daerah di tingkat propinsi (M.Khusaini, Dr, 2006). Tabel 1.2. memperlihatkan bahwa padatahun 2001 kontribusi PAD untuk kabupaten/kota di Indonesia kurang dari 5%, sementara
dana perimbangan mencapai 72,58% dan untuk daerah propinsi kontribusi PAD rata-rata
32,23 %
Tabel 1.2. Komposisi Penerimaan Daerah di Indonesi 1999-2001
1999(%) 2000(%) 2001(%)
Propinsi 100 100 100,PAD 37,22 32,3 32,23
Dana Bagi Hasil 18,66 15,94 25,89
DAU/DAK 44,12 51,76 41,88
Kabupaten/Kota 100 100 100
PAD 10,31 9,04 4,99Dana Bagi Hasil 12,39 11,31 22,43
DAU/DAK 77,3 79,65 72,58
Sumber: Departemen Keuangan; dalam Simanjuntak dan Mahi 2003
Sebenarnya konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah berdasarkam UU No 32 tahun2004 dan UU No 33 tahun 2004 adalah adanya reformasi dalam manajemen keuangan daerah.
Dengan reformasi manajemen keuangan daerah yang tepat akan dapat menumbuhkan
kemandirian daerah. Secara garis besar manajemen keuangan daerah dapat dibagi menjadimanajemen pengeluaran daerah dan manajemen penerimaan daerah.
Pada manajemen pengeluaran daerah telah dilakukan budgeting reform yaitu
perubahan dari traditional budget ke performance budget. Dengan performance budget maka
sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah berorientasi pada pencapaian kinerja.Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik. Dalam
kaitannya pengelolaan anggaran ini, Sultan Suhab (2004) dengan mengutip World Bank
(1994) secara spesifik merekomendasikan dua hal pokok yaitu pengalokasian anggaranbelanja pemerintah daerah pada kegiatan pembangunan yang mempunyai cost recovery
tertinggi dan pengalokasian anggaran belanja daerah pada kegiatan pembangunan yang
mampung merangsang penerimaan daerah. Atau dengan kata lain program-program
pemerintah daerah harus diarahkan pada upaya menumbuhkan aktivitas ekonomi daerah sertamembuka jaringan distribusi barang dan jasa melalui penciptaan infrastruktur perdagangan
sehingga perekonomian daerah meningkat dan pada gilirannya pajak dan retribusi daerah
meningkat.
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 5/15
Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
5
Sedangkan dari sisi manajemen penerimaan daerah diperlukan upaya peningkatan
kapasitas fiskal daerah ( fiscal capacity). Peningkatan kapasitas fiskal daerah sebenarnya tidak
hanya menyangkut peningkatan PAD melainkan optimalisasi sumber-sumber penerimaan
daerah. Karena bagaimanapun juga sulit sekali bagi daerah untuk dapat membiayai seluruhpengeluaran rutin dan modalnya dari PAD saja mengingat sumber-sumber PAD sangat kecil.
Selain itu juga perlu diingat bahwa peningkatan kapasitas fiskal bukan berarti anggaran yangbesar jumlahnya, sebab anggaran yang besar bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan masalah.
Kapasitas fiskal merupakan salah satu ukuran kemampuan keuangan suatu daerah.
Semakin besar kapasitas fiskal suatu daerah, semakin kuat kemampuan keuangan daerahtersebut. Berdasarkan besar kapasitas fiskal, Daerah di Indonesia dibagi dalam 4 (empat)
kelompok yaitu Daerah berkapasitas fiskal sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.
Pada tabel 1.3. Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota, Lampiran Keputusan Menteri
Keuangan RI No 129/PMK.02/2005 dapat dilihat besar kapasitas fiskal kabupaten/kota di
Propinsi Jawa Timur cenderung rendah. Propinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kab/kota(29 kabupaten dan 9 kota) hanya 4 kota yang tergolong kapasitas fiskal tinggi yaitu Kota
Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto dan Kota Pasuruan. Sedangkan yang tergolongkapasitas fiskal sedang terdapat 5 kota yaitu Kota Batu, Kota Surabaya, Kota Probolinggo,
Kota Malang dan Kota Kediri. Sisanya tergolong kapasitas fiskal rendah.
Realita tersebut menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah kabupaten/kota diPropinsi Jawa Timur cenderung masih lemah. Oleh karenanya Daerah perlu mencari solusi
yang tepat untuk memperkuat keuangan Daerah sejalan dengan nafas otonomi dan
desentralisasi. Dengan kata lain, kabupaten/kota harus mampu meningkatkan kapasitas
fiskalnya, agar kelak Daerah dapat mengembangkan diri untuk menciptakan suatu polakemandirian daerah dan sekaligus mensejahterakan masyarakatnya.
Potensi kemampuan keuangan suatu daerah tidak bisa lepas dari faktor kemakmurandan pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara cepat lambatnya laju pertumbuhan ekonomidaerah tak kan terpisahkan dari faktor kondisi struktur ekonomi daerah.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh PDRB terhadap kapasitas fiskal kabupaten/kota di Propinsi Jawa
Timur.2. Mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap kapasitas fiskal kabupaten/kota di
Propinsi Jawa Timur.
3. Mengetahui pengaruh aktivitas industri dan perdagangan terhadap kapasitas fiskal
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.4. Untuk mengkaji faktor pengaruhnya paling dominan terhadap kapasitas fiskal.
II. METODE PENELITIANObyek penelitian ini adalah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini
ditujukan untuk mencari pengaruh PDRB perkapita dan Pertumbuhan terhadap KapasitasFiskal. Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang menggunakan pendekatan
analisa kuantitatif.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data yang berkaitan
dengan PAD dan Dana Bagi Hasil diperoleh dari Laporan Realisasi APBD Kabupaten, Kotadan Propinsi se- Propinsi Jawa Timur TA. 2004 – TA. 2006 yang dikeluarkan oleh instansi
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 6/15
Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur
6
Departemen Keuangan DJAPK Subdirektorat Dana Perimbangan (www.sikd.djapk.com).
Sedangkan data yang berkaitan dengan masalah PDRB perkapita dan Pertumbuhan didapat
dari instansi BPS Pusat.
Adapun periode waktu yang digunakan terdiri dari data time series mulai tahun 2004hingga tahun 2006 yang akan dikombinasikan dengan data cross section pada 29 kabupaten di
propinsi Jawa Timur yang dipilih sebagai daerah sampel.Analsisis dalam penelitian ini digunakan regresi linear berganda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kapasitas Fiskal adalah : PDRB perkapita, pertumbuhan dan rasio antara
sektor pertanian terhadap sektor industri . Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
eΧbΧbΧbb 3322110
Keterangan:Y = kapasitas fiskal
X1 = PDRB perkapita X2 = Pertumbuhan X3 = Rasio antara sektor pertanian dengan sektor industri
b0 = Konstanta b1 = Koefisien besarnya pengaruh PDRB perkapita terhadap
Kapasitas Fiskal b2 = Koefisien besarnya pengaruh pertumbuhan terhadap
Kapasitas Fiskal b3 = Koefisien besarnya pengaruh rasio antara sektor
pertanian dengan sektor industri terhadap kapasitas fiskal
E = variabel pengganggu
Untuk menguji secara bersama-sama koefisien regresi variabel PDRB perkapita,
pertumbuhan dan rasio antara sektor pertanian dengan sektor industri. Apakah mempunyai
pengaruh nyata atau tidak terhadap kapasitas fiskal di Propinsi Jawa Timur. Menurut Gujarati(2000:120), rumus uji F sebagai berikut:
F =k
NR1
1k R2
2
Dimana:R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabelN = Jumlah sampel
Untuk menguji secara individual variabel bebas PDRB perkapita, Pertumbuhan, danrasio antara sektor pertanian dengan sektor industri terhadap variabel terikat Kapasitas Fiskal
(Gujarati, 2000:140):
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 7/15
Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
7
Dimana:
ib = Koefisien regresi
Seib = Standart error deviasi
Untuk mengukur proporsi kontribusi variasi variabel bebas PDRB perkapita ,
Pertumbuhan dan rasio antara sektor pertanian dengan sektor industri terhadap varibel terikat
kapasitas fiskal (Gujarati, 2000:139).
R2=
TSS
ESS
R2
=2
i
kiik 2ii21ii1
y
xyβ.........xyβxyβ
Dimana:
R2
= Koefisien determinasi
ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskanRSS = Jumlah kuadrat total (ESS+RSS)
RSS = Jumlah kuadrat residual
Pengujian asumsi klasik meliputi: uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan ujiautokorelasi. Uji Multikolinieritas, digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
yang sempurna atau tidak antara variabel-variabel bebas, sehingga sulit untuk memisahkanpengaruh antara variabel-variabel tersebut secara individu terhadap variabel terikat.
Uji Heteroskedastisitas, digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebuthomoskedatisitas. Dan, jika varians berbesa disebut heteroskedatisitas. Untuk mengetahui
adanya heteroskedatisitas dilakukan dengan menggunakan uji scatterplot.
Uji Autokorelasi. digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel itu
sendiri pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Dengan menggunakan uji Durbin
watson, dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi apabila nilai d ( durbin watson hitung)memenuhi kriteria: du < d < 4-du (maka dalam hal ini dapat dikatakan tidak terjadi atau tidak
ada korelasi positif maupun negatif). Dengan model statistik Durbin Watson adalah sebagaiberikut (Nakhrowi, 2002:143):
d = Ν
2t
2
t
Ν
2t
2
1tt
U
UU
ie
i
bS
b t
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 8/15
Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur
8
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analsisis Data Penelitian
Analisis regresi berganda pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel-variabel independen X1 (PDRB perkapita), X2 (Pertumbuhan) dan X3 (rasio sektorpertanian terhadap sektor industri) terhadap variabel dependen Y (kapasitas fiskal). Untuk
mengetahui hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1: Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi
Variabel Koefisien Regresi t hitung Probabilitas
Konstanta 143.104,381 2,141 .035
PDRB perkapita 0,22 16,070 .000
Pertumbuhan -45.833,041 -3,619 .001
Rasio pertanian terhadap industri 1.333,507 1,592 .115
R. Square = 0,766
Adjusted R. Square = 0,758
F ratio = 90,809
Probabilitas = 0,000
Sumber : data sekunder diolah, 2009.
Model persamaan regresi yang terbentuk adalah :
Y = 143.104,381 + 0.22 X1 - 45.833,041 X2
Koefisien regresi merupakan angka yang menunjukkan besarnya pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh masing-masingvariabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Angka konstanta menunjukkan nilai 143.104,381. Artinya pada saat PDRB perkapitadan pertumbuhan = 0, kapasitas fiskal daerah sebesar 143.104,381
b) Koefisien regresi dari PDRB perkapita adalah sebesar 0,003 yang berarti bahwa setiap
kenaikan satu juta PDRB perkapita akan menyebabkan kenaikan jumlah kapasitas
fiskal yang diperoleh masing-masing daerah sebesar Rp 0.22 juta dengan asumsi
bahwa pertumbuhan dianggap konstan ;
c) Koefisien regresi dari pertumbuhan adalah sebesar -45.833,041 yang berarti bahwasetiap kenaikan 1% pertumbuhan, maka akan menyebabkan penurunan nilai kapasitas
fiskal daerah sebesar Rp -45.833,041 juta dengan asumsi bahwa variabel PDRB
perkapita dianggap konstan ;
d) Koefisien regresi dari rasio sektor pertanian terhadap sektor industri adalah sebesar1.333,507, namun berdasarkan nilai signifikansinya yang sebesar 0.115 maka dapat
dinyatakan koefisien ini tidak signifikan sehingga todak digunakan dalam persamaan.
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 9/15
Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
9
Untuk menguji koefisien regresi secara serentak dari variabel bebas yaitu : PDRB
perkapita (X1) , pertumbuhan (X2), rasio sektor pertanian dengan sektor industri (X3)
terhadap variabel terikat kapasitas fiskal di gunakan uji F (Fisher Test).
Dengan menggunakan derajat keyakinan sebesar 95% ( = 0,05 ) maka hasil
perhitungan diketahui bahwa nilai probabilitas F lebih kecil dari yaitu 0,000 < 0,05 maka
dinyatakan signifikan. Oleh karena itu, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya PDRB perkapita,
pertumbuhan dan rasio sektor pertanian dengan sektor industri secara bersama-samaberpengaruh nyata terhadap kapasitas fiskal daerah.
Untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas yaitu PDRB
perkapita (X1), pertumbuhan (X2) dan rasio sektor pertanian dengan sektor industri (X3)
terhadap variabel terikat kapasitas fiskal kabupaten/kota digunakan uji t. Berdasarkanlampiran 1, maka pengujian hipotesis secara parsial untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat adalah :
a) Pengujian hipotesis variabel PDRB perkapita terhadap kapasitas fiskal yang diperolehdaerah dengan tingkat keyakinan 95% ( = 0,05) diperoleh nilai probabilitas t <yaitu 0,000 < 0.05 yang berarti signifikan, maka Ho ditolak dan H1 diterima artinyavariabel PDRB perkapita berpengaruh terhadap variabel kapasitas fiskal daerah.
b) Pengujian hipotesis variabel pertumbuhan terhadap kapasitas fiskal yang diperoleh
daerah dengan tingkat keyakinan 95% ( = 0,05) diperoleh nilai probabilitas t <
yaitu 0,001 < 0.05 yang berarti signifikan, maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya
variabel pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap variabel kapasitas fiskaldaerah;
c) Pengujian hipotesis variabel rasio sektor pertanian dengan sektor industri terhadap
kapasitas fiskal yang diperoleh daerah dengan tingkat keyakinan 95% ( = 0,05)diperoleh nilai probabilitas t > yaitu 0,115 < 0.05 yang berarti tidak signifikan, makaHo diterima dan H1 ditolak artinya variabel rasio sektor pertanian dengan sektor
industri tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kapasitas fiskal daerah.
Analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi sumbangan variabelbebas atau independen (X1 , X2, X3) terhadap variasi perubahan naik atau turunnya variabel
terikat atau dependen (Y) adalah dengan menggunakan koefisien determinasi berganda (R2).
Hasil perhitungan R2
diketahui bahwa kontribusi atau sumbangan variabel bebas
terhadap variasi naik turunnya variabel dependen (Y) adalah sebesar 0,766 dengan nilaikoefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,758. Hal ini berarti perubahan PDRB
perkapita dan laju pertumbuhan mempunyai kontribusi atau sumbangan terhadap naik turunnya kapasitas fiskal daerah sebesar 76,6 % sedangkan sisanya yaitu 23,4 % dipengaruhioleh faktor lain di luar model penelitian ini.
Untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan dari variabel independen terhadap
perubahan variabel dependen dilakukan dengan membandingkan nilai beta standar (Beta
Standardized ). Variabel yang mempunyai nilai beta standar paling tinggi adalah variabel yang
paling dominan memberikan pengaruh terhadap kapasitas fiskal, ditunjukkan tabel 1.
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 10/15
Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur
10
Tabel 1: Variabel yang Berpengaruh Paling Dominan
Variabel Standardized Koefisien (Beta)
PDRB perkapita 0,965
Pertumbuhan -0,215
Sumber : data sekunder diolah, 2009.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel PDRB perkapita memiliki nilai beta
standar paling tinggi yaitu 0,965. Dengan demikian PDRB perkapita dapat dikatakan
mempunyai pengaruh paling besar terhadap besar kecilnya kapasitas fiskal kabupaten/kota
Propinsi Jawa Timur tahun 2004-2006.
Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya multikolinearitas pada sebuah variabel dapatdiketahui dengan metode Variance Inflation faktor (VIF) masing-masing dari variabel
bebasnya tersebut. Sedangkan nilai VIF yang digunakan sebagai ukuran yaitu kurang dari 5dapat dinyatakan tidak ada indikasi multikoliniaritas antar variabel bebas. Berdasarkan
perhitungan diperoleh seperti tabel 2.
Tabel 2: Hasil analisis Variance Inflation Factor
VariabelCollinearity Statistics
Tolerance VIF
PDRB perkapita .929 1.281
Pertumbuhan .929 1.254
Sumber : data sekunder diolah, 2009.
Dari hasil analisis diatas yang sesuai dengan lampiran 5 maka dapat disimpulkan bahwavariabel bebas PDRB perkapita dan Pertumbuhan memiliki nilai VIF tidak lebih dari 5, untuk
PDRB perkapita 1,281 dan Pertumbuhan sebesar 1.254
Cara lain untuk melihat multikolinearitas dapat dilihat dari perhitungan koefisienkorelasi antara PDRB perkapita dan pertumbuhan seperti pada tabel 4.7. Cara pengukurannya
yaitu bila koefisien korelasi sebesar 1 disebut korelasi sempurna, sehingga semakin mendekati
1 maka korelasinya semakin kuat yang berarti terdapat indikasi multikolinearitas,
ditunjukkan tabel 3.
Tabel 3. Coefficient CorrelationsModel PDRBperkapita Pertumbuhan
1 Correlations PDRBperkapita 1.000 -.378Pertumbuhan -.378 1.000
Covariances PDRB perkapita 0.000 -6.421
Pertumbuhan -6.421 0.000
Sumber : data sekunder diolah, 2009.
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 11/15
Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
11
Berdasarkan nilai korelasi antara PDRB perkapita dan pertumbuhan yaitu hanya sebesar
0,266 tidak mendekati 1, berarti kedua variabel tersebut tidak ada korelasinya atau
multikolinearitas.
2) Uji AutokorelasiHasil perhitungan terhadap Autokorelasi pada kapasitas fiskal ini dilakukan guna
mengetahui atau menguji suatu model apakah variabel pengganggu masing-masing variabelbebas saling mempengaruhi, hal tersebut dapat dilihat dari hasil Durbin Watson yang nilai
sebesar 1,785. Kriteria untuk terpenuhi asumsi autokorelasi yaitu du < DW < 4 – du (1,4 <
1,785 < ( 4 – 1,4), dengan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah dengan
gejala autokorelasi.
3) Uji Heteroskedatis
Digunakan untuk mengetahui apakah varian dari gangguan adalah seragam untuk semua
variabel. Pendeteksian gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat scatter plot . Hasil
analisis regresi menghasilkan scatter plot seperti pada gambar 1.
6420-2
Regression Standardized Predicted Value
8
6
4
2
0
-2
-4
R e g r e s s i o n
S t u d e n t i z e d
D e l e t e d
( P r
e s s ) R e s i d u a l
Dependent Variable: Fiskal
Scatterplot
Gambar 1. Scatter Plot
Dari gambar tersebut dapat dilihat titik-titik berkumpul diantara titik -2 dan 2. Hal ini
menunjukkan bahwa varian dari pengganggu tidak besar atau seragam artinya tidak ada gejala
heteroskedatis.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Kapasitas fiskal merupakan ukuran kemampuan pemerintah daerah untuk memperolehpendapatan dari sumber-sumber yang dimilikinya. Oleh karena itu kapasitas fiskal dapat
dianggap sebagai salah satu tolak ukur kemampuan keuangan daerah ataupun sebagai potret
kemandirian daerah. Menghitung kapasitas fiskal diperlukan untuk menentukan besarnya
intergovermental grants atau dana perimbangan dari pusat dengan tujuan pemerataan sumber
daya yang dimiliki setiap daerah. Di Indonesia istilah ini dikenal sebagai Dana Alokasi
Umum.
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 12/15
Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur
12
Meskipun demikian, menghitung atau menentukan kapasitas fiskal yang tepat tidaklah
mudah. Salah satu penyebabnya adalah adanya perbedaan antara pendapatan riil yang
diterima pemerintah daerah dengan potensi kemampuan pemerintah daerah untuk
memperoleh pendapatan. Apabila yang digunakan adalah penerimaan riil maka nilai tersebutbelum mencerminkan kemampuan yang sebenarnya. Demikian pula penghitungan potensi
tidaklah sederhana karena perbedaan tarif pajak dan dasar pengenaan pajak dari sumber-sumber pajak yang mungkin dipungut.
Satu hal yang membedakan metode penghitungan kapasitas fiskal di Indonesia dengan
negara lain yaitu sumber-sumber penerimaannya. Di negara lain seperti Inggris, Amerika
Serikat, Rusia penghitungan kapasitas fiskalnya hanya dari sumber pajak saja. Bahkanberdasar rekomendasi dari Advisory Commision On Intergovernmental Relation (US) telah
dikembangkan 6 (enam) metode yang semuanya berdasar sumber pajak saja. Sedangkan di
Indonesia penghitungan kapasitas fiskal meliputi pula Dana Bagi Hasil. Dalam Dana Bagi
Hasil terdapat pula komponen Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Jadi
penghitungannya meliputi penerimaan dari sumber daya alam.Demikian pula dalam formula penghitungan DAU berdasarkan UU No 33 tahun 2004
yang menempatkan kapasitas fiskal sebagai faktor pengurang dalam alokasi DAUmenyebabkan terjadinya disinsentif bagi pemerintah daerah yang mampu memacu penerimaan
(Soekarwo, 2004). Memang hal ini merupakan suatu dilematis bagi pemerintah daerah.
Kapasitas fiskal kecil menunjukkan daerah tidak mampu, namun kapasitas fiskal besar akanmenurunkan alokasi DAU yang akan diterima.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai signifikansi PDRB perkapita sebesar 0,000
yang berarti bahwa PDRB perkapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kapasitas
fiskal. Koefisien regresi sebesar 0,022, menunjukkan adanya pengaruh positif PDRBperkapita terhadap kapasitas fiskal. Artinya bahwa semakin tinggi PDRB perkapita, maka
makin besar kapasitas fiskal daerah dan sebaliknya semakin kecil PDRB perkapita makakapasitas fiskal juga akan semakin turun.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi PDRB perkapita suatu kabupaten/kota
maka semakin tinggi kemampuan penduduk daerah tersebut untuk membayar pajak sehingga
akan mendorong penerimaan pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan
kapasitas fiskal daerah tersebut.Kondisi ini sejalan dengan Mardiasmo dan Mahfatih (2000). Salah satu faktor yang
mempengaruhi potensi sumber penerimaan daerah adalah perkembangan PDRB perkapita.
Semakin tinggi pendapatan seseorang yang dicerminkan dari PDRB perkapita maka
semakin tinggi kemampuan untuk membayar berbagai pungutan-pungutan yang ditetapkanpemerintah sehingga semakin tinggi pula potensi sumber penerimaan daerah.
Demikian pula analisis elastisitas PAD terhadap PDRB yang dilakukan oleh Bappenas(2003) pada pemerintah Propinsi, menunjukkan bahwa 12 propinsi memiliki nilai elastisitas
≥1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan PDRB akan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap PAD. Adanya kenaikan PAD berarti kapasitas fiskal juga
meningkat.Berdasarkan hasil analisis terhadap pertumbuhan diperoleh nilai signifikansi sebesar -
0,001, yang berarti bahwa pertumbuhan memiliki pengaruh yang signifikan. Koefisien regresi
sebesar -45.833,041 menunjukkan pengaruh negatif faktor pertumbuhan ekonomi terhadap
kapasitas fiskal. Artinya adanya pertumbuhan akan diikuti penurunan kapasitas fiskal.
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 13/15
Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
13
Secara teoritis kondisi tersebut tidak sesuai. Seharusnya pertumbuhan ekonomi akan
mendorong kenaikan penerimaan daerah yang artinya peningkatan kapasitas fiskal. Seperti
yang disebutkan oleh Peecok dan Wiseman, bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan
pemungutan pajak yang semakin meningkat, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga meningkat (Mangkoesoebroto,1999:173).
Namun dari hasil penelitian terhadap 29 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur ini,memang terdapat pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti kenaikan penerimaan pemerintah.
Berdasarkan kenyataan tersebut dapat diduga terdapat faktor lose dari pengumpulan pajak
yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah. Artinya adanya pertumbuhan ekonomi yang
mencerminkan kenaikan kemakmuran penduduk namun tidak diikuti kesadaran untuk membayar pajak yang lebih banyak. Atau sistem pemungutan pajak yang tidak efisien
sehingga potensi pajak belum dapat diterima oleh pemerintah daerah. Juga dapat diduga
bahwa sistem pajak ataupun tarif pajak yang diterapkan menjadi disinsentif masyarakat
dalam berproduksi.
Temuan ini didukung hasil penelitian BAPPEPROP Jatim dengan Lembaga PenelitianUniversitas Jember Tahun 2006 bahwa pertumbuhan PDRB tidak sejalan dengan kenaikan
penerimaan pemerintah. Selain itu juga sesuai pendapat Kim (1997 : 167) yang telahmelakukan penelitian di Korea selama periode 1970 sampai dengan 1991 menyimpulkan
pungutan pajak lokal dan pendapatan daerah tidak kena pajak memiliki efek negatif signifikan
pada tingkat pertumbuhan ekonomi. Demikian pula temuan dari Miller dan Russek (1997)yang meneliti struktur fiskal dan pertumbuhan ekonomi pada tingkat lokal dan negara bagian
dengan menggunakan alat analisis OLS, efek tetap dan efek acak. Hasil analisis diketahui
bahwa pajak berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi jika dipergunakan untuk
mendanai transfer, namun tidak jika dipergunakan untuk mendanai jasa-jasa publik.Temuan lain yang mendukung yaitu Kneller dan Norman (1999) meneliti kebijakan
fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi pada 22 negara anggota organisasi kerjasama ekonomidan pembangunan (OECD), dengan mempergunakan alat analisis OLS. Hasil analisisdiketahui bahwa penerimaan pajak “distortionary” ( pajak pendapatan dan keuntungan,sumbangan keamanan masyarakat, pajak gaji dan tenaga kerja, pajak kekayaan) berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sebaliknya penerimaan pajak “non-distortionary”
(pajak barang dan jasa dalam negeri, pajak perdagangan internasional) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Analisis terhadap koefisien rasio kontribusi sektor pertanian terhadap sektor industri
menghasilkan angka 1.333,507 tetapi tidak signifikan. Dengan demikian dominasi sektor
pertanian ataupun sektor industri dalam perekonomian tidak berpengaruh terhadap kapasitasfiskal. Memang tiga daerah yang kapasitas fiskalnya terbesar yaitu Kota Surabaya, Kab.
Gresik, Kab. Sidoarjo adalah daerah yang sektor industrinya dominan. Namun terdapatkab/kota lain yang kapasitas fiskalnya sedang untuk daerah Jawa Timur adalah merupakandaerah pertanian seperti Kab. Bojonegoro, Kab. Jember, Kab. Jombang, Kab. Lumajang, Kab.
Malang, Kab. Nganjuk.
Sesuai dengan teori Rostow mengenai prasyarat untuk tinggal landas bahwa sektorpertanian harus diperkuat karena sebagai penjamin ketersediaan bahan makanan, menghindari
penggunaan cadangan devisa untuk keperluan import makanan dan yang paling penting dalam
kaitannya dengan kapasitas fiskal yaitu kenaikan pendapatan di sektor pertanian dapat
menjadi sumber biaya pengeluaran pemerintah yaitu melalui pengenaan pajak sektorpertanian. Artinya penerimaan pemerintah tidak hanya dari pajak atas sektor industri namun
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 14/15
Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur
14
juga dapat diperoleh dari kontribusi sektor pertanian. Hal ini terkait dengan peraturan
perpajakan di Indonesia terutama Pajak Pertambahan Nilai yang mengenakan pajak atas
seluruh barang dan jasa tidak hanya sektor industri tetapi juga sektor pertanian. Artinya
penguatan kapasitas fiskal dapat dari sektor pertanian maupun sektor industri.Demikian pula yang disebutkan dalam Ekonomi Publik bahwa pengembangan
perekonomian tidak hanya pada sektor industri namun harus sebanding antara sektor pertaniandan sektor industri karena keduanya saling mendukung. Karena bukti empiris ini
menunjukkan bahwa penekanan pada sektor industri saja tidak akan berpengaruh pada
kapasitas fiskal daerah. Oleh karena itu sektor pertanian perlu juga dikembangkan untuk
peningkatan kapasitas fiskal.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kabupaten/kota di Propinsi Jawa timu danpembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. PDRB perkapita memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kapasitas fiskal.
Artinya bahwa semakin tinggi PDRB perkapita, maka makin besar kapasitas fiskal
daerah dan sebaliknya semakin kecil PDRB perkapita maka kapasitas fiskal juga akansemakin turun. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah yang
tercermin pada kapasitas fiskal dapat dilakukan melalui upaya peningkatan PDRB
perkapita.
2. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kapasitas
fiskal. Artinya adanya pertumbuhan akan diikuti penurunan kapasitas fiskal. Secarateoritis kondisi ini tidak lazim. Namun dari bukti ini diduga bahwa terdapat faktor lose
dari pengumpulan pajak yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah jadi terdapat
kemungkinan sistem pemungutan pajak pemerintah tidak efektif. Juga dapat didugabahwa sistem pajak ataupun tarif pajak yang diterapkan menjadi disinsentif
masyarakat dalam berproduksi.
3. Rasio sektor pertanian dengan sektor industri tidak berpengaruh terhadap kapasitas
fiskal. Sehingga untuk meningkatkan kapasitas fiskal tidak hanya terkonsentrasi padasektor pertanian saja ataupun sektor industri saja. Karenanya sektor pertanian dan
sektor industri harus saling mendukung.
Saran yang disampaikan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:1. Karena keterbatasan data Realisasi APBD Kabupaten/Kota maka sampel dalam
penelitian ini hanya meliputi kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur saja sehinggahasil yang didapat belum bisa digeneralisasi. Oleh karena itu masih diperlukan
penelitian lebih lanjut yang meliputi Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dengan periode
waktu yang lebih panjang;
2. Definisi kapasitas fiskal sudah tepat namun sub komponen dalam kapasitas fiskal perludipertimbangkan lagi yaitu pada Sub Komponen Bagi Hasil Sumberdaya Alam. Bagi
Hasil Sumber Daya Alam bukanlah kapasitas fiskal daerah, karena kepemilikan sumber
daya alam tersebut ada pada pemerintah pusat dengan mengacu pada Pasal 33 ayat 3
5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 15/15
Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
15
UUD 1945. Layaknya Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah untuk menangani
masalah-masalah yang ditimbulkan dari pengeksploitasian SDA di daerah yang
bersangkutan. Misalnya: masalah lingkungan, dampak sosial, pemulihan alam yang
rusak dsb. Oleh karena itu perlu mengeluarkan sub komponen Dana Bagi HasilSumber Daya Alam sebagai salah satu cara untuk menurunkan kapasitas fiskal. Alasan
ini cukup logis untuk dipertimbangkan.
3. Karena kapasitas fiskal tidak dipengaruhi oleh dominasi sektor pertanian ataupunsektor industri maka untuk peningkatan kapasitas fiskal tidak harus menitikberatkan
pada sektor industri saja atau sektor pertanian saja, tetapi perlu memperhatikan potensi
daerah yang bersangkutan. Seyogyanya kedua sektor harus berkembang seiring.