BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR

15
 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009 1 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROPINSI JAWA TIMUR Etsie Veraningsih Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi  A b st r act  Kapasitas fiskal merupakan cerminan kemampuan keuangan suatu daerah yang dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam perolehan  Dana Alokasi Umum pada era desentralisasi ini. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mencari solusi yang tepat dalam rangka memperkuat keuangan daerah. Permasalah dalam penelitian ini apakah PDRB perkapita, tingkat pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi daerah berpengaruh terhadap kapasitas fiskal suatu daerah. Penelitian ini dilakukan di Propinsi  Jawa Timur selama Tahun 2004-2006. Sampel dalam penelitian ini 29 (dua  puluh sembilan) kabupaten/kota yang dipilih berdasarkan ketersediaan data.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB perkapita memiliki pengaruh  positif yang signifikan terhadap kapasitas fiskal. Artinya bahwa semakin tinggi PDRB perkapita, maka makin besar kapasitas fiskal daerah.  Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kapasitas fiskal. Artinya adanya pertumbuhan akan diikuti penurunan kapasitas fiskal. Dari temuan ini diduga bahwa terdapat faktor lose dari  pengumpulan pajak yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah. Rasio sektor  pertanian dengan sektor industri tidak berpengaruh terhadap kapasitas fiskal. Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah dapat dilakukan melalui upaya peningkatan PDRB perkapita,  pengefektifan penerimaan pajak, pengembangan perekonomian daerah sesuai  potensi daerah tanpa menitikberatkan pada salah satu sektor. K a ta kunci   : kapasitas fiskal, PDRBperkapita, pertumbuhan ekonomi  A b st r act

Transcript of BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 1/15

 

 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

1

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS

FISKAL DI PROPINSI JAWA TIMUR

Etsie Veraningsih

Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi

 Abstract

Kapasitas fiskal merupakan cerminan kemampuan keuangan suatu

daerah yang dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam perolehan

 Dana Alokasi Umum pada era desentralisasi ini. Oleh karena itu penelitian

dilakukan untuk mencari solusi yang tepat dalam rangka memperkuat 

keuangan daerah. Permasalah dalam penelitian ini apakah PDRB perkapita,tingkat pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi daerah berpengaruh

terhadap kapasitas fiskal suatu daerah. Penelitian ini dilakukan di Propinsi

 Jawa Timur selama Tahun 2004-2006. Sampel dalam penelitian ini 29 (dua

 puluh sembilan) kabupaten/kota yang dipilih berdasarkan ketersediaan data.

 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB perkapita memiliki pengaruh

 positif yang signifikan terhadap kapasitas fiskal. Artinya bahwa semakin

tinggi PDRB perkapita, maka makin besar kapasitas fiskal daerah.

Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap

kapasitas fiskal. Artinya adanya pertumbuhan akan diikuti penurunan

kapasitas fiskal. Dari temuan ini diduga bahwa terdapat faktor lose dari

 pengumpulan pajak yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah. Rasio sektor  pertanian dengan sektor industri tidak berpengaruh terhadap kapasitas fiskal.

Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kemampuan keuangan

daerah dapat dilakukan melalui upaya peningkatan PDRB perkapita,

 pengefektifan penerimaan pajak, pengembangan perekonomian daerah sesuai

 potensi daerah tanpa menitikberatkan pada salah satu sektor.

 Kata kunci : kapasitas fiskal, PDRBperkapita, pertumbuhan ekonomi

 Abstract

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 2/15

 

 Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur 

2

 FACTORS INFLUENCING FISCAL CAPACITIES IN EAST JAVA PROVINCE

Fiscal capacities is reflection of monetary ability an area taken as as one of 

consideration in acquirement of Dana Alokasi Umum at this decentralization era.

Therefore research done to look for correct solution for the agenda of strengthening

area finance. Permasalah in this research is PDRB perkapita, level of economic

growth and area economics structure influential to fiscal capacities an area. This

research done in Propinsi Jawa Timur during Tahun 2004-2006. Sample in this

research 29 kabupaten/kota selected based on availibility of data. Result of this

research indicates that PDRB perkapita to have positive influence signifikan to fiscal

capacities. Mean that excelsior PDRB perkapita, hence more and more big area

 fiscal capacities. Economic growth has negativity influence signifikan to fiscal

capacities. Mean existence of growth will be followed degradation of fiscal

capacities. From this finding anticipated that there is loge factor from gathering of tax which ought to able to be obtained government. Agricultural sector ratio with

industrial sector doesn't have an effect on to fiscal capacities. Therefore suggested to

increase finance ability of area can be done through improvement effort of PDRB

 perkapita, effective of tax acceptance?receiving, economics expansion of area

according to area potency without menitikberatkan at one of sector.

 Key word : fiscal capacities, PDRBPERKAPITA, economic growth

I.  PENDAHULUANPada dasarnya berbagai teori tentang fiscal federalism menjelaskan timbulnya dampak 

ekonomi dari desentralisasi. Teori-teori tersebut dapat digolongkan dalam dua perspektif yaitu

traditional theories (first generation theories) dan new perspective theories (second 

generation theories). Teori tradisional menekankan manfaat adanya desentralisasi yaitumemberikan allocative efficiency dan menciptakan dimensi persaingan. Teori pertama

dikemukakan oleh Hayek (1945) yang menjelaskan bahwa dalam proses pengambilan

keputusan yang terdesentralisasi akan semakin mudah dengan penggunaan informasi yang

efisien karena pemerintah daerah lebih dekat dengan masyarakatnya.Teori kedua oleh Tiebout (1956) yaitu menjelaskan akan ada kompetisi antar

pemerintah daerah tentang alokasi pengeluaran publik, sehingga memungkinkan masyarakatmemilih berbagai barang dan jasa publik yang sesuai dengan selera dan keinginan mereka.Teori  fiscal federalism lainnya yaitu oleh Musgrave (1959) dan Oates (1972) yang

menekankan pentingnya revenue and expenditure assigment  antar tingkat pemerintahan

dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (M.Khusairy, Dr; 90)

Second Generation Theory berpandangan bahwa dengan implementasi desentralisasi

fiskal akan terjadi perubahan prilaku pemerintah daerah ketika pusat menyerahkan berbagai

kewenangan kepada pemerintah daerah, yaitu semakin berusaha meningkatkan kesejahteraan

masyarakat lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Sebagaimana konsep money

 follows function, bahwa penyerahan kewenangan daerah juga dibarengi dengan penyerahan

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 3/15

 

 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

3

sumber-sumber pendanaan yang sebelumnya masih dipegang oleh Pemerintah Pusat. Dengan

demikian diharapkan daerah menjadi mampu untuk melaksanakan segala urusannya sendiri

sebab sumber-sumber pembiayaan juga sudah diserahkan. Apabila mekanisme tersebut sudah

terwujud maka cita-cita kemandirian daerah dapat direalisasikan.Jaya (1999: 11) menyatakan sumber pembiayaan pembangunan yang penting untuk 

diperhatikan adalah penerimaan daerah sendiri, karena sumber inilah yang merupakan wujudpartisipasi langsung masyarakat suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan.

Koswara (2000:50) berpandangan bahwa ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom

mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom

harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangansendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk 

membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pusat

harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian sumber

keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah

sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 sumber keuangan Negara telah diserahkan kepada

Pemerintahan Daerah yang dimanifestasikan dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD).PAD bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, lain-lain PAD yang sah. PAD inilah sumber pembiayaan yang memang benar-

benar harus digali dari daerah itu sendiri sehingga dapat mencerminkan kondisi riil daerah.Jika struktur PADnya sudah kuat, maka dapat dikatakan daerah juga memiliki kemampuan

pembiayaan sendiri yang kuat. Untuk itu tentu dibutuhkan struktur perekonomian yang

mantap beserta obyek pajak dan retribusi yang taat. Sementara DAU dan berbagai bentuk 

transfer dari Pemerintah Pusat seyogyanya hanya bersifat pendukung bagi pelaksanaanpemerintahan dan pembangunan di daerah

Namun, tujuan tersebut tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda yangmenggembirakan. Fenomena yang terjadi dewasa ini justru sebaliknya yaitu daerah makinbergantung kepada alokasi transfer dari Pemerintah Pusat, terutama DAU. Banyak penelitian

sebelumnya menunjukkan suatu fakta yang sangat memprihatinkan, yaitu hampir di semua

daerah di Indonesia rasio DAU terhadap Total Pendapatan Daerah melebihi angka 50%.

Tidak berbeda dengan hasil penelitian tersebut sebelumnya, selama ini DanaPerimbangan yang merupakan transfer dari Pemerintah Pusat masih merupakan kontributor

terbesar dalam Total Penerimaan di kabupaten/kota di Jawa Timur. Tabel 1.1 menunjukkan

proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Penerimaan di kabupaten/kota di Jawa Timur (

M.Khusaini, Dr; 2006). Dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat terhadapAPBD setelah desentralisasi fiskal masih menunjukkan nilai yang sangat besar, yaitu

mencapai rata-rata sebesar 91,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada era otonomi daerah justru bukan kemandirian daerah yang terwujud, melainkan ketergantungan daerah yangmakin besar kepada Pusat.

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 4/15

 

 Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur 

4

Tabel 1.1. Proporsi Dana Perimbangan Terhadap Total PenerimaanKab/kota Sebelum Desentralisasi Fiskal (1999) Setelah Desentralisasi Fiskal (2000) Ket

Dana

Perimbangan(Rp Juta)

Total

Penerimaan(Rp Juta)

% Dana

Perimbangan(Rp Juta)

Total

Penerimaan(Rp Juta)

%

Total 6.578.943 7.036.964 93,5 10.723.281 11.913.373 90,0 Turun

Rata-rata 177.809 190.188 94,5 289.818 289.818 91,3 turun

Sumber : APBD Kab/kota di Jawa Timur, dalam M.Khusaini, Dr, 2006

Demikian pula kontribusi PAD dalam penerimaan daerah di kabupaten/kota di

Indonesia jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi PAD dalam penerimaan

daerah di tingkat propinsi (M.Khusaini, Dr, 2006). Tabel 1.2. memperlihatkan bahwa padatahun 2001 kontribusi PAD untuk kabupaten/kota di Indonesia kurang dari 5%, sementara

dana perimbangan mencapai 72,58% dan untuk daerah propinsi kontribusi PAD rata-rata

32,23 %

Tabel 1.2. Komposisi Penerimaan Daerah di Indonesi 1999-2001

1999(%) 2000(%) 2001(%)

Propinsi 100 100 100,PAD 37,22 32,3 32,23

Dana Bagi Hasil 18,66 15,94 25,89

DAU/DAK 44,12 51,76 41,88

Kabupaten/Kota 100 100 100

PAD 10,31 9,04 4,99Dana Bagi Hasil 12,39 11,31 22,43

DAU/DAK 77,3 79,65 72,58

Sumber: Departemen Keuangan; dalam Simanjuntak dan Mahi 2003

Sebenarnya konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah berdasarkam UU No 32 tahun2004 dan UU No 33 tahun 2004 adalah adanya reformasi dalam manajemen keuangan daerah.

Dengan reformasi manajemen keuangan daerah yang tepat akan dapat menumbuhkan

kemandirian daerah. Secara garis besar manajemen keuangan daerah dapat dibagi menjadimanajemen pengeluaran daerah dan manajemen penerimaan daerah.

Pada manajemen pengeluaran daerah telah dilakukan budgeting reform yaitu

perubahan dari traditional budget ke performance budget. Dengan performance budget maka

sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah berorientasi pada pencapaian kinerja.Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik. Dalam

kaitannya pengelolaan anggaran ini, Sultan Suhab (2004) dengan mengutip World Bank 

(1994) secara spesifik merekomendasikan dua hal pokok yaitu pengalokasian anggaranbelanja pemerintah daerah pada kegiatan pembangunan yang mempunyai cost recovery

tertinggi dan pengalokasian anggaran belanja daerah pada kegiatan pembangunan yang

mampung merangsang penerimaan daerah. Atau dengan kata lain program-program

pemerintah daerah harus diarahkan pada upaya menumbuhkan aktivitas ekonomi daerah sertamembuka jaringan distribusi barang dan jasa melalui penciptaan infrastruktur perdagangan

sehingga perekonomian daerah meningkat dan pada gilirannya pajak dan retribusi daerah

meningkat.

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 5/15

 

 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

5

Sedangkan dari sisi manajemen penerimaan daerah diperlukan upaya peningkatan

kapasitas fiskal daerah ( fiscal capacity). Peningkatan kapasitas fiskal daerah sebenarnya tidak 

hanya menyangkut peningkatan PAD melainkan optimalisasi sumber-sumber penerimaan

daerah. Karena bagaimanapun juga sulit sekali bagi daerah untuk dapat membiayai seluruhpengeluaran rutin dan modalnya dari PAD saja mengingat sumber-sumber PAD sangat kecil.

Selain itu juga perlu diingat bahwa peningkatan kapasitas fiskal bukan berarti anggaran yangbesar jumlahnya, sebab anggaran yang besar bila tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan masalah.

Kapasitas fiskal merupakan salah satu ukuran kemampuan keuangan suatu daerah.

Semakin besar kapasitas fiskal suatu daerah, semakin kuat kemampuan keuangan daerahtersebut. Berdasarkan besar kapasitas fiskal, Daerah di Indonesia dibagi dalam 4 (empat)

kelompok yaitu Daerah berkapasitas fiskal sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Pada tabel 1.3. Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota, Lampiran Keputusan Menteri

Keuangan RI No 129/PMK.02/2005 dapat dilihat besar kapasitas fiskal kabupaten/kota di

Propinsi Jawa Timur cenderung rendah. Propinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kab/kota(29 kabupaten dan 9 kota) hanya 4 kota yang tergolong kapasitas fiskal tinggi yaitu Kota

Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto dan Kota Pasuruan. Sedangkan yang tergolongkapasitas fiskal sedang terdapat 5 kota yaitu Kota Batu, Kota Surabaya, Kota Probolinggo,

Kota Malang dan Kota Kediri. Sisanya tergolong kapasitas fiskal rendah.

Realita tersebut menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah kabupaten/kota diPropinsi Jawa Timur cenderung masih lemah. Oleh karenanya Daerah perlu mencari solusi

yang tepat untuk memperkuat keuangan Daerah sejalan dengan nafas otonomi dan

desentralisasi. Dengan kata lain, kabupaten/kota harus mampu meningkatkan kapasitas

fiskalnya, agar kelak Daerah dapat mengembangkan diri untuk menciptakan suatu polakemandirian daerah dan sekaligus mensejahterakan masyarakatnya.

Potensi kemampuan keuangan suatu daerah tidak bisa lepas dari faktor kemakmurandan pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara cepat lambatnya laju pertumbuhan ekonomidaerah tak kan terpisahkan dari faktor kondisi struktur ekonomi daerah.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.  Mengetahui pengaruh PDRB terhadap kapasitas fiskal kabupaten/kota di Propinsi Jawa

Timur.2.  Mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap kapasitas fiskal kabupaten/kota di

Propinsi Jawa Timur.

3.  Mengetahui pengaruh aktivitas industri dan perdagangan terhadap kapasitas fiskal

kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.4.  Untuk mengkaji faktor pengaruhnya paling dominan terhadap kapasitas fiskal.

II.  METODE PENELITIANObyek penelitian ini adalah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini

ditujukan untuk mencari pengaruh PDRB perkapita dan Pertumbuhan terhadap KapasitasFiskal. Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang menggunakan pendekatan

analisa kuantitatif.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data yang berkaitan

dengan PAD dan Dana Bagi Hasil diperoleh dari Laporan Realisasi APBD Kabupaten, Kotadan Propinsi se- Propinsi Jawa Timur TA. 2004  – TA. 2006 yang dikeluarkan oleh instansi

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 6/15

 

 Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur 

6

Departemen Keuangan DJAPK Subdirektorat Dana Perimbangan (www.sikd.djapk.com).

Sedangkan data yang berkaitan dengan masalah PDRB perkapita dan Pertumbuhan didapat

dari instansi BPS Pusat.

Adapun periode waktu yang digunakan terdiri dari data time series mulai tahun 2004hingga tahun 2006 yang akan dikombinasikan dengan data cross section pada 29 kabupaten di

propinsi Jawa Timur yang dipilih sebagai daerah sampel.Analsisis dalam penelitian ini digunakan regresi linear berganda. Faktor-faktor yang

mempengaruhi Kapasitas Fiskal adalah : PDRB perkapita, pertumbuhan dan rasio antara

sektor pertanian terhadap sektor industri . Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

eΧbΧbΧbb 3322110  

Keterangan:Y  =  kapasitas fiskal

X1 =  PDRB perkapita X2  =  Pertumbuhan X3 = Rasio antara sektor pertanian dengan sektor industri

b0  =  Konstanta b1  =  Koefisien besarnya pengaruh PDRB perkapita terhadap

Kapasitas Fiskal b2  =  Koefisien besarnya pengaruh pertumbuhan terhadap

Kapasitas Fiskal b3  = Koefisien besarnya pengaruh rasio antara sektor

pertanian dengan sektor industri terhadap kapasitas fiskal

E  = variabel pengganggu 

Untuk menguji secara bersama-sama koefisien regresi variabel PDRB perkapita,

pertumbuhan dan rasio antara sektor pertanian dengan sektor industri. Apakah mempunyai

pengaruh nyata atau tidak terhadap kapasitas fiskal di Propinsi Jawa Timur. Menurut Gujarati(2000:120), rumus uji F sebagai berikut:

F =k 

 

NR1

1k R2

2

 

Dimana:R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabelN = Jumlah sampel

Untuk menguji secara individual variabel bebas PDRB perkapita, Pertumbuhan, danrasio antara sektor pertanian dengan sektor industri terhadap variabel terikat Kapasitas Fiskal

(Gujarati, 2000:140):

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 7/15

 

 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

7

Dimana:

ib = Koefisien regresi

Seib   = Standart error deviasi

Untuk mengukur proporsi kontribusi variasi variabel bebas PDRB perkapita ,

Pertumbuhan dan rasio antara sektor pertanian dengan sektor industri terhadap varibel terikat

kapasitas fiskal (Gujarati, 2000:139).

R2=

TSS

ESS 

R2

=2

i

kiik 2ii21ii1

y

xyβ.........xyβxyβ 

Dimana:

R2

= Koefisien determinasi

ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskanRSS = Jumlah kuadrat total (ESS+RSS)

RSS = Jumlah kuadrat residual

Pengujian asumsi klasik meliputi: uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan ujiautokorelasi. Uji Multikolinieritas, digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

yang sempurna atau tidak antara variabel-variabel bebas, sehingga sulit untuk memisahkanpengaruh antara variabel-variabel tersebut secara individu terhadap variabel terikat.

Uji Heteroskedastisitas, digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebuthomoskedatisitas. Dan, jika varians berbesa disebut heteroskedatisitas. Untuk mengetahui

adanya heteroskedatisitas dilakukan dengan menggunakan uji scatterplot.

Uji Autokorelasi. digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel itu

sendiri pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Dengan menggunakan uji Durbin

watson, dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi apabila nilai d ( durbin watson hitung)memenuhi kriteria: du < d < 4-du (maka dalam hal ini dapat dikatakan tidak terjadi atau tidak 

ada korelasi positif maupun negatif). Dengan model statistik  Durbin Watson adalah sebagaiberikut (Nakhrowi, 2002:143):

d = Ν

2t

2

t

 Ν

2t

2

1tt

U

UU

 

ie

i

bS

b t

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 8/15

 

 Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur 

8

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.  Analsisis Data Penelitian

Analisis regresi berganda pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

variabel-variabel independen X1 (PDRB perkapita), X2 (Pertumbuhan) dan X3 (rasio sektorpertanian terhadap sektor industri) terhadap variabel dependen Y (kapasitas fiskal). Untuk 

mengetahui hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1: Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi

Variabel Koefisien Regresi t hitung Probabilitas 

Konstanta 143.104,381 2,141 .035

PDRB perkapita 0,22 16,070 .000

Pertumbuhan -45.833,041 -3,619 .001

Rasio pertanian terhadap industri 1.333,507 1,592 .115

R. Square = 0,766

Adjusted R. Square = 0,758

F ratio = 90,809

Probabilitas = 0,000

Sumber : data sekunder diolah, 2009.

Model persamaan regresi yang terbentuk adalah :

Y = 143.104,381 + 0.22 X1 - 45.833,041 X2

Koefisien regresi merupakan angka yang menunjukkan besarnya pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh masing-masingvariabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a)  Angka konstanta menunjukkan nilai 143.104,381. Artinya pada saat PDRB perkapitadan pertumbuhan = 0, kapasitas fiskal daerah sebesar 143.104,381

b)  Koefisien regresi dari PDRB perkapita adalah sebesar 0,003 yang berarti bahwa setiap

kenaikan satu juta PDRB perkapita akan menyebabkan kenaikan jumlah kapasitas

fiskal yang diperoleh masing-masing daerah sebesar Rp 0.22 juta dengan asumsi

bahwa pertumbuhan dianggap konstan ;

c)  Koefisien regresi dari pertumbuhan adalah sebesar -45.833,041 yang berarti bahwasetiap kenaikan 1% pertumbuhan, maka akan menyebabkan penurunan nilai kapasitas

fiskal daerah sebesar Rp -45.833,041 juta dengan asumsi bahwa variabel PDRB

perkapita dianggap konstan ;

d)  Koefisien regresi dari rasio sektor pertanian terhadap sektor industri adalah sebesar1.333,507, namun berdasarkan nilai signifikansinya yang sebesar 0.115 maka dapat

dinyatakan koefisien ini tidak signifikan sehingga todak digunakan dalam persamaan.

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 9/15

 

 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

9

Untuk menguji koefisien regresi secara serentak dari variabel bebas yaitu : PDRB

perkapita (X1) , pertumbuhan (X2), rasio sektor pertanian dengan sektor industri (X3)

terhadap variabel terikat kapasitas fiskal di gunakan uji F (Fisher Test).

Dengan menggunakan derajat keyakinan sebesar 95% ( = 0,05 ) maka hasil

perhitungan diketahui bahwa nilai probabilitas F lebih kecil dari yaitu 0,000 < 0,05 maka

dinyatakan signifikan. Oleh karena itu, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya PDRB perkapita,

pertumbuhan dan rasio sektor pertanian dengan sektor industri secara bersama-samaberpengaruh nyata terhadap kapasitas fiskal daerah.

Untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas yaitu PDRB

perkapita (X1), pertumbuhan (X2) dan rasio sektor pertanian dengan sektor industri (X3)

terhadap variabel terikat kapasitas fiskal kabupaten/kota digunakan uji t. Berdasarkanlampiran 1, maka pengujian hipotesis secara parsial untuk mengetahui pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat adalah :

a)  Pengujian hipotesis variabel PDRB perkapita terhadap kapasitas fiskal yang diperolehdaerah dengan tingkat keyakinan 95% ( = 0,05) diperoleh nilai probabilitas t <yaitu 0,000 < 0.05 yang berarti signifikan, maka Ho ditolak dan H1 diterima artinyavariabel PDRB perkapita berpengaruh terhadap variabel kapasitas fiskal daerah.

b)  Pengujian hipotesis variabel pertumbuhan terhadap kapasitas fiskal yang diperoleh

daerah dengan tingkat keyakinan 95% ( = 0,05) diperoleh nilai probabilitas t <

yaitu 0,001 < 0.05 yang berarti signifikan, maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya

variabel pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap variabel kapasitas fiskaldaerah;

c)  Pengujian hipotesis variabel rasio sektor pertanian dengan sektor industri terhadap

kapasitas fiskal yang diperoleh daerah dengan tingkat keyakinan 95% ( = 0,05)diperoleh nilai probabilitas t > yaitu 0,115 < 0.05 yang berarti tidak signifikan, makaHo diterima dan H1 ditolak artinya variabel rasio sektor pertanian dengan sektor

industri tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kapasitas fiskal daerah.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi sumbangan variabelbebas atau independen (X1 , X2, X3) terhadap variasi perubahan naik atau turunnya variabel

terikat atau dependen (Y) adalah dengan menggunakan koefisien determinasi berganda (R2).

Hasil perhitungan R2

diketahui bahwa kontribusi atau sumbangan variabel bebas

terhadap variasi naik turunnya variabel dependen (Y) adalah sebesar 0,766 dengan nilaikoefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,758. Hal ini berarti perubahan PDRB

perkapita dan laju pertumbuhan mempunyai kontribusi atau sumbangan terhadap naik turunnya kapasitas fiskal daerah sebesar 76,6 % sedangkan sisanya yaitu 23,4 % dipengaruhioleh faktor lain di luar model penelitian ini.

Untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan dari variabel independen terhadap

perubahan variabel dependen dilakukan dengan membandingkan nilai beta standar (Beta

Standardized ). Variabel yang mempunyai nilai beta standar paling tinggi adalah variabel yang

paling dominan memberikan pengaruh terhadap kapasitas fiskal, ditunjukkan tabel 1.

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 10/15

 

 Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur 

10

Tabel 1: Variabel yang Berpengaruh Paling Dominan

Variabel Standardized Koefisien (Beta)

PDRB perkapita 0,965

Pertumbuhan -0,215

Sumber : data sekunder diolah, 2009.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel PDRB perkapita memiliki nilai beta

standar paling tinggi yaitu 0,965. Dengan demikian PDRB perkapita dapat dikatakan

mempunyai pengaruh paling besar terhadap besar kecilnya kapasitas fiskal kabupaten/kota

Propinsi Jawa Timur tahun 2004-2006.

Uji Asumsi Klasik

1)  Uji Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada atau tidak adanya multikolinearitas pada sebuah variabel dapatdiketahui dengan metode Variance Inflation faktor (VIF) masing-masing dari variabel

bebasnya tersebut. Sedangkan nilai VIF yang digunakan sebagai ukuran yaitu kurang dari 5dapat dinyatakan tidak ada indikasi multikoliniaritas antar variabel bebas. Berdasarkan

perhitungan diperoleh seperti tabel 2.

Tabel 2: Hasil analisis Variance Inflation Factor

VariabelCollinearity Statistics

Tolerance VIF

PDRB perkapita .929 1.281

Pertumbuhan .929 1.254

Sumber : data sekunder diolah, 2009. 

Dari hasil analisis diatas yang sesuai dengan lampiran 5 maka dapat disimpulkan bahwavariabel bebas PDRB perkapita dan Pertumbuhan memiliki nilai VIF tidak lebih dari 5, untuk 

PDRB perkapita 1,281 dan Pertumbuhan sebesar 1.254

Cara lain untuk melihat multikolinearitas dapat dilihat dari perhitungan koefisienkorelasi antara PDRB perkapita dan pertumbuhan seperti pada tabel 4.7. Cara pengukurannya

yaitu bila koefisien korelasi sebesar 1 disebut korelasi sempurna, sehingga semakin mendekati

1 maka korelasinya semakin kuat yang berarti terdapat indikasi multikolinearitas,

ditunjukkan tabel 3.

Tabel 3. Coefficient CorrelationsModel PDRBperkapita Pertumbuhan

1 Correlations PDRBperkapita 1.000 -.378Pertumbuhan -.378 1.000

Covariances PDRB perkapita 0.000 -6.421

Pertumbuhan -6.421 0.000

Sumber : data sekunder diolah, 2009.

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 11/15

 

 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

11

Berdasarkan nilai korelasi antara PDRB perkapita dan pertumbuhan yaitu hanya sebesar

0,266 tidak mendekati 1, berarti kedua variabel tersebut tidak ada korelasinya atau

multikolinearitas.

2)  Uji AutokorelasiHasil perhitungan terhadap Autokorelasi pada kapasitas fiskal ini dilakukan guna

mengetahui atau menguji suatu model apakah variabel pengganggu masing-masing variabelbebas saling mempengaruhi, hal tersebut dapat dilihat dari hasil Durbin Watson yang nilai

sebesar 1,785. Kriteria untuk terpenuhi asumsi autokorelasi yaitu du < DW < 4 – du (1,4 <

1,785 < ( 4  –  1,4), dengan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah dengan

gejala autokorelasi.

3)  Uji Heteroskedatis

Digunakan untuk mengetahui apakah varian dari gangguan adalah seragam untuk semua

variabel. Pendeteksian gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat scatter plot . Hasil

analisis regresi menghasilkan scatter plot seperti pada gambar 1.

6420-2

Regression Standardized Predicted Value

8

6

4

2

0

-2

-4

    R   e   g   r   e   s   s    i   o   n

    S    t   u    d   e   n    t    i   z   e    d

    D   e    l   e    t   e    d

    (    P   r

   e   s   s    )    R   e   s    i    d   u   a    l

Dependent Variable: Fiskal

Scatterplot

 Gambar 1. Scatter Plot

Dari gambar tersebut dapat dilihat titik-titik berkumpul diantara titik -2 dan 2. Hal ini

menunjukkan bahwa varian dari pengganggu tidak besar atau seragam artinya tidak ada gejala

heteroskedatis.

2.  Pembahasan Hasil Penelitian

Kapasitas fiskal merupakan ukuran kemampuan pemerintah daerah untuk memperolehpendapatan dari sumber-sumber yang dimilikinya. Oleh karena itu kapasitas fiskal dapat

dianggap sebagai salah satu tolak ukur kemampuan keuangan daerah ataupun sebagai potret

kemandirian daerah. Menghitung kapasitas fiskal diperlukan untuk menentukan besarnya

intergovermental grants atau dana perimbangan dari pusat dengan tujuan pemerataan sumber

daya yang dimiliki setiap daerah. Di Indonesia istilah ini dikenal sebagai Dana Alokasi

Umum.

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 12/15

 

 Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur 

12

Meskipun demikian, menghitung atau menentukan kapasitas fiskal yang tepat tidaklah

mudah. Salah satu penyebabnya adalah adanya perbedaan antara pendapatan riil yang

diterima pemerintah daerah dengan potensi kemampuan pemerintah daerah untuk 

memperoleh pendapatan. Apabila yang digunakan adalah penerimaan riil maka nilai tersebutbelum mencerminkan kemampuan yang sebenarnya. Demikian pula penghitungan potensi

tidaklah sederhana karena perbedaan tarif pajak dan dasar pengenaan pajak dari sumber-sumber pajak yang mungkin dipungut.

Satu hal yang membedakan metode penghitungan kapasitas fiskal di Indonesia dengan

negara lain yaitu sumber-sumber penerimaannya. Di negara lain seperti Inggris, Amerika

Serikat, Rusia penghitungan kapasitas fiskalnya hanya dari sumber pajak saja. Bahkanberdasar rekomendasi dari Advisory Commision On Intergovernmental Relation (US) telah

dikembangkan 6 (enam) metode yang semuanya berdasar sumber pajak saja. Sedangkan di

Indonesia penghitungan kapasitas fiskal meliputi pula Dana Bagi Hasil. Dalam Dana Bagi

Hasil terdapat pula komponen Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Jadi

penghitungannya meliputi penerimaan dari sumber daya alam.Demikian pula dalam formula penghitungan DAU berdasarkan UU No 33 tahun 2004

yang menempatkan kapasitas fiskal sebagai faktor pengurang dalam alokasi DAUmenyebabkan terjadinya disinsentif bagi pemerintah daerah yang mampu memacu penerimaan

(Soekarwo, 2004). Memang hal ini merupakan suatu dilematis bagi pemerintah daerah.

Kapasitas fiskal kecil menunjukkan daerah tidak mampu, namun kapasitas fiskal besar akanmenurunkan alokasi DAU yang akan diterima.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai signifikansi PDRB perkapita sebesar 0,000

yang berarti bahwa PDRB perkapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kapasitas

fiskal. Koefisien regresi sebesar 0,022, menunjukkan adanya pengaruh positif PDRBperkapita terhadap kapasitas fiskal. Artinya bahwa semakin tinggi PDRB perkapita, maka

makin besar kapasitas fiskal daerah dan sebaliknya semakin kecil PDRB perkapita makakapasitas fiskal juga akan semakin turun.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi PDRB perkapita suatu kabupaten/kota

maka semakin tinggi kemampuan penduduk daerah tersebut untuk membayar pajak sehingga

akan mendorong penerimaan pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan

kapasitas fiskal daerah tersebut.Kondisi ini sejalan dengan Mardiasmo dan Mahfatih (2000). Salah satu faktor yang

mempengaruhi potensi sumber penerimaan daerah adalah perkembangan PDRB perkapita.

Semakin tinggi pendapatan seseorang yang dicerminkan dari PDRB perkapita maka

semakin tinggi kemampuan untuk membayar berbagai pungutan-pungutan yang ditetapkanpemerintah sehingga semakin tinggi pula potensi sumber penerimaan daerah.

Demikian pula analisis elastisitas PAD terhadap PDRB yang dilakukan oleh Bappenas(2003) pada pemerintah Propinsi, menunjukkan bahwa 12 propinsi memiliki nilai elastisitas

≥1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan PDRB akan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap PAD. Adanya kenaikan PAD berarti kapasitas fiskal juga

meningkat.Berdasarkan hasil analisis terhadap pertumbuhan diperoleh nilai signifikansi sebesar -

0,001, yang berarti bahwa pertumbuhan memiliki pengaruh yang signifikan. Koefisien regresi

sebesar -45.833,041 menunjukkan pengaruh negatif faktor pertumbuhan ekonomi terhadap

kapasitas fiskal. Artinya adanya pertumbuhan akan diikuti penurunan kapasitas fiskal.

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 13/15

 

 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

13

Secara teoritis kondisi tersebut tidak sesuai. Seharusnya pertumbuhan ekonomi akan

mendorong kenaikan penerimaan daerah yang artinya peningkatan kapasitas fiskal. Seperti

yang disebutkan oleh Peecok dan Wiseman, bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan

pemungutan pajak yang semakin meningkat, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga meningkat (Mangkoesoebroto,1999:173). 

Namun dari hasil penelitian terhadap 29 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur ini,memang terdapat pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti kenaikan penerimaan pemerintah.

Berdasarkan kenyataan tersebut dapat diduga terdapat faktor lose dari pengumpulan pajak 

yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah. Artinya adanya pertumbuhan ekonomi yang

mencerminkan kenaikan kemakmuran penduduk namun tidak diikuti kesadaran untuk membayar pajak yang lebih banyak. Atau sistem pemungutan pajak yang tidak efisien

sehingga potensi pajak belum dapat diterima oleh pemerintah daerah. Juga dapat diduga

bahwa sistem pajak ataupun tarif pajak yang diterapkan menjadi disinsentif masyarakat

dalam berproduksi.

Temuan ini didukung hasil penelitian BAPPEPROP Jatim dengan Lembaga PenelitianUniversitas Jember Tahun 2006 bahwa pertumbuhan PDRB tidak sejalan dengan kenaikan

penerimaan pemerintah. Selain itu juga sesuai pendapat Kim (1997 : 167) yang telahmelakukan penelitian di Korea selama periode 1970 sampai dengan 1991 menyimpulkan

pungutan pajak lokal dan pendapatan daerah tidak kena pajak memiliki efek negatif signifikan

pada tingkat pertumbuhan ekonomi. Demikian pula temuan dari Miller dan Russek (1997)yang meneliti struktur fiskal dan pertumbuhan ekonomi pada tingkat lokal dan negara bagian

dengan menggunakan alat analisis OLS, efek tetap dan efek acak. Hasil analisis diketahui

bahwa pajak berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi jika dipergunakan untuk 

mendanai transfer, namun tidak jika dipergunakan untuk mendanai jasa-jasa publik.Temuan lain yang mendukung yaitu Kneller dan Norman (1999) meneliti kebijakan

fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi pada 22 negara anggota organisasi kerjasama ekonomidan pembangunan (OECD), dengan mempergunakan alat analisis OLS. Hasil analisisdiketahui bahwa penerimaan pajak  “distortionary” ( pajak pendapatan dan keuntungan,sumbangan keamanan masyarakat, pajak gaji dan tenaga kerja, pajak kekayaan) berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sebaliknya penerimaan pajak “non-distortionary”

(pajak barang dan jasa dalam negeri, pajak perdagangan internasional) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Analisis terhadap koefisien rasio kontribusi sektor pertanian terhadap sektor industri

menghasilkan angka 1.333,507 tetapi tidak signifikan. Dengan demikian dominasi sektor

pertanian ataupun sektor industri dalam perekonomian tidak berpengaruh terhadap kapasitasfiskal. Memang tiga daerah yang kapasitas fiskalnya terbesar yaitu Kota Surabaya, Kab.

Gresik, Kab. Sidoarjo adalah daerah yang sektor industrinya dominan. Namun terdapatkab/kota lain yang kapasitas fiskalnya sedang untuk daerah Jawa Timur adalah merupakandaerah pertanian seperti Kab. Bojonegoro, Kab. Jember, Kab. Jombang, Kab. Lumajang, Kab.

Malang, Kab. Nganjuk.

Sesuai dengan teori Rostow mengenai prasyarat untuk tinggal landas bahwa sektorpertanian harus diperkuat karena sebagai penjamin ketersediaan bahan makanan, menghindari

penggunaan cadangan devisa untuk keperluan import makanan dan yang paling penting dalam

kaitannya dengan kapasitas fiskal yaitu kenaikan pendapatan di sektor pertanian dapat

menjadi sumber biaya pengeluaran pemerintah yaitu melalui pengenaan pajak sektorpertanian. Artinya penerimaan pemerintah tidak hanya dari pajak atas sektor industri namun

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 14/15

 

 Etsie Veraningsih,, Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fiskal Di Propinsi Jawa Timur 

14

 juga dapat diperoleh dari kontribusi sektor pertanian. Hal ini terkait dengan peraturan

perpajakan di Indonesia terutama Pajak Pertambahan Nilai yang mengenakan pajak atas

seluruh barang dan jasa tidak hanya sektor industri tetapi juga sektor pertanian. Artinya

penguatan kapasitas fiskal dapat dari sektor pertanian maupun sektor industri.Demikian pula yang disebutkan dalam Ekonomi Publik bahwa pengembangan

perekonomian tidak hanya pada sektor industri namun harus sebanding antara sektor pertaniandan sektor industri karena keduanya saling mendukung. Karena bukti empiris ini

menunjukkan bahwa penekanan pada sektor industri saja tidak akan berpengaruh pada

kapasitas fiskal daerah. Oleh karena itu sektor pertanian perlu juga dikembangkan untuk 

peningkatan kapasitas fiskal.

IV.  KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kabupaten/kota di Propinsi Jawa timu danpembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. PDRB perkapita memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kapasitas fiskal.

Artinya bahwa semakin tinggi PDRB perkapita, maka makin besar kapasitas fiskal

daerah dan sebaliknya semakin kecil PDRB perkapita maka kapasitas fiskal juga akansemakin turun. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah yang

tercermin pada kapasitas fiskal dapat dilakukan melalui upaya peningkatan PDRB

perkapita.

2. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kapasitas

fiskal. Artinya adanya pertumbuhan akan diikuti penurunan kapasitas fiskal. Secarateoritis kondisi ini tidak lazim. Namun dari bukti ini diduga bahwa terdapat faktor lose 

dari pengumpulan pajak yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah jadi terdapat

kemungkinan sistem pemungutan pajak pemerintah tidak efektif. Juga dapat didugabahwa sistem pajak ataupun tarif pajak yang diterapkan menjadi disinsentif 

masyarakat dalam berproduksi.

3. Rasio sektor pertanian dengan sektor industri tidak berpengaruh terhadap kapasitas

fiskal. Sehingga untuk meningkatkan kapasitas fiskal tidak hanya terkonsentrasi padasektor pertanian saja ataupun sektor industri saja. Karenanya sektor pertanian dan

sektor industri harus saling mendukung.

Saran yang disampaikan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:1. Karena keterbatasan data Realisasi APBD Kabupaten/Kota maka sampel dalam

penelitian ini hanya meliputi kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur saja sehinggahasil yang didapat belum bisa digeneralisasi. Oleh karena itu masih diperlukan

penelitian lebih lanjut yang meliputi Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dengan periode

waktu yang lebih panjang;

2. Definisi kapasitas fiskal sudah tepat namun sub komponen dalam kapasitas fiskal perludipertimbangkan lagi yaitu pada Sub Komponen Bagi Hasil Sumberdaya Alam. Bagi

Hasil Sumber Daya Alam bukanlah kapasitas fiskal daerah, karena kepemilikan sumber

daya alam tersebut ada pada pemerintah pusat dengan mengacu pada Pasal 33 ayat 3

5/16/2018 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS FISKAL DI PROVINSI JAWA TIMUR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/beberapa-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-fiskal-di-provinsi-jawa-timur 15/15

 

 Jurnal Perencanaan Wilayahdan Pembangunan , Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

15

UUD 1945. Layaknya Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah untuk menangani

masalah-masalah yang ditimbulkan dari pengeksploitasian SDA di daerah yang

bersangkutan. Misalnya: masalah lingkungan, dampak sosial, pemulihan alam yang

rusak dsb. Oleh karena itu perlu mengeluarkan sub komponen Dana Bagi HasilSumber Daya Alam sebagai salah satu cara untuk menurunkan kapasitas fiskal. Alasan

ini cukup logis untuk dipertimbangkan.

3. Karena kapasitas fiskal tidak dipengaruhi oleh dominasi sektor pertanian ataupunsektor industri maka untuk peningkatan kapasitas fiskal tidak harus menitikberatkan

pada sektor industri saja atau sektor pertanian saja, tetapi perlu memperhatikan potensi

daerah yang bersangkutan. Seyogyanya kedua sektor harus berkembang seiring.