Beberapa Cara Perlakuan Benih Aren (Arenga Pinnata Merr) Untuk Mematahkan Dormansi
-
Upload
herman-thehunter -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Beberapa Cara Perlakuan Benih Aren (Arenga Pinnata Merr) Untuk Mematahkan Dormansi
-
LAPORAN SEMINAR UMUM
BEBERAPA CARA PERLAKUAN BENIH AREN (Arenga pinnata Merr) UNTUK
MEMATAHKAN DORMANSI
TRI MARSIWI
08/270058/PN/11443
PEMULIAAN TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
-
HALAMAN PENGESAHAN
BEBERAPA CARA PERLAKUAN BENIH AREN (Arenga pinnata Merr) UNTUK
MEMATAHKAN DORMANSI
Disusun oleh:
Nama : Tri Marsiwi
NIM : 08/270058/PN/11443
Laporan seminar umum ini telah disahkan dan disetujui sebagai kelengkapan mata
kuliah pada semester II tahun ajaran 2011/2012 di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada.
Menyetujui: Tanda Tangan Tanggal
Dosen Pembimbing
Prof.Dr. Ir. Djoko Prajitno, M.Sc ..
Mengetahui :
Komisi Kerja Lapangan
Jurusan Budidaya Pertanian
Dr.Ir. Rudi Harimurti. ..
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian
Dr. Taryono, M. Sc. .. .
-
BEBERAPA CARA PERLAKUAN BENIH AREN (Arenga pinnata Merr) UNTUK
MEMATAHKAN DORMANSI
INTISARI
Aren ( Arenga pinnata Merr) merupakan tumbuhan yang memiliki banyak manfaat bagian tanaman
aren tersebut menpunyai kegunaan masing-masing. Tanaman aren( Arenga pinnata Merr) perlu
dikembangakan karna kegunaanya cukup banyak dalam rangka menunjang program pemanenan aren,
benih merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Benih aren memerlukan waktu relatif lama
untuk perkecambahanya karna memiliki struktur kulit yang tebal dan keras.Pada kondisi alami benih
baru bisa berkecambah 5-6 bulan setelah semai. Untuk mempercepat perkecambahan benih aren
dilakukan usaha pematahan dormansi.bahan kimia dapat digunakan sebagai perlakuan untuk
memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki
oleh air pada waktu proses imbibisi. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain asam sulfat pekat
dan asam nitrat pekat. Dormansi aren terjadi karena Aren( Arenga pinnata Merr) memiliki kulit biji
yang keras.Perlakuan perendaman benih dengan GA3 500ppm selama 24 jam tidak berbeda dengan
benih dalam KNO3 0.2% selama 24 jam.
Kata kunci : aren,benih, dormansi,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pohon aren atau enau ( Arenga pinnata Merr) merupakan pohon yang menghasilkan
bahan-bahan industri sudah sejak lama kita kenal. Banyak manfaat yang diperoleh dari
tanaman aren ini antara lain tandan bunganya disadap menjadi nira untuk bahan pembuat
gula, cuka dan minuman, bahkan digunakan untuk pembuatan minuman keras yang dikenal
dengan tuak, dari buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digunakan sebagai bahan
makanan ringan, dari ijuknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku anyaman untuk atap
rumah, dekorasi, sapu lantai, jok mobil dan lain-lain, daun muda dapat digunakan sebagai
rokok daun yang disebut kawung, serabut batangnya dijadikan bahan makanan, akar aren
digunakan sebagai obat tradisional dan peralatan bangunan, batang untuk pembuatan
peralatan bahan bangunan (Sunanto, 1993).
Aren ( Arenga pinnata Merr) merupakan tumbuhan yang memiliki banyak manfaat
bagian tanaman aren tersebut menpunyai kegunaan masing-masing. Kolang kaling berasal
indosperma muda aren merupakan bahan campuran pembutaan makanan dan
minuman.Batang pohon aren yang masih muda dapat diambil tepungnya. Akar aren dapat
dianyam untuk membuat berbagai perabot rumah tangga seprti keranjang buah dan fas bunga,
ijuk merupakan bahan baku untuk membuat peralatan rumah tangga seprti sapu sikat dan tali.
( Miller,1964;Sunanto,1993) aren juga berfungsi ekologis sebagai pengatur tata air dan
konservasi tanah terutama didaerah-daerah dengan topografi miring (Satrapradja,1978).
-
Tanaman aren( Arenga pinnata Merr) perlu dikembangakan karna kegunaanya cukup
banyak dalam rangka menunjang program pemanenan aren, benih merupakan salah satu
faktor yang sangat penting. Benih aren memerlukan waktu relatif lama untuk
perkecambahanya karna memiliki struktur kulit yang tebal dan keras. Pada kondisi alami
benih baru bisa berkecambah 5-6 bulan setelah semai (Mashud,Rahman Dan
Malangakay,1989).
Untuk mempercepat perkecambahan benih aren dilakukan usaha pematahan dormansi
dengan berbagai cara fisik dan kimia. Pematahan dormansi secara fisik misalnya dengan
pelukaan didekat embrio (Massano,1989) dan skarifikasi dengan kertas pasir, sedangkan
secara kimiah misalnya dengan perlakuan pandangan benih dalam larutan HCL pada pH 6
IAA 50 ppm H2SO4 (Sapulete,1989) serta kombinasi stratifikasi suhu 5 C dan IAA50 ppm.
Aren ( Arenga pinnata Merr) memiliki kulit biji yang keras sehingga untuk memacu
proses perkecambahan perlu dilakukan perlakuan pendahuluan. Perlakuan pendahuluan yang
dilakukan yaitu dengan melakukan suatu tindakan untuk mengikis jaringan penutup embrio
yang disebut skarifikasi yang disebabkan oleh hambatan mekanis yang ditimbulkan oleh
kerasnya jaringan endosperma dan endocarp yang menutup embrio agar air, oksigen dan
faktor lain yang mendukung untuk mempercepat perkecambahan lebih mudah masuk
sehingga membantu dalam proses perkecambahan. Suhu adalah salah satu faktor yang
berperan dalam proses perkecambahan. Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
terganggunya proses perkecambahan bahkan dapat mengakibatkan kematian terhadap embrio
benih (Sutopo, 1993).
Perlakuan kimia yang diberikan pada benih yang dorman khususnya yang disebabkan
kulit benih menjadi lunak dan mudah dimasuki air dan udara.Menurut Sutopo (1993) bahan
kimia dapat digunakan sebagai perlakuan untuk memecahkan dormansi pada benih.
Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu
proses imbibisi. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain asam sulfat pekat dan asam
nitrat pekat.
B. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk mempalajari beberapa teknik pematahan dormansi yang
paling efektif dalam meningkatkan viabilitas benih aren.
C. Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh metode pemecahan dormansi
yang dapat mempercepat perkecambahan biji aren yang dapat diterapkan di lapangan yang
dapat menambah informasi bagi dunia pendidikandan penelitian
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Anatomi Tanaman aren ( Arenga pinnata Merr)
Klasifikasi ilmiah (Anonim a,2011)
Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Arenga
Spesies : A. pinnata
Nama binomial :Arenga pinnata Merr.
Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam sehingga tanaman ini dapat
diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya
mempunyai kemiringan lebih dari 20%.Akar-akarnya yang direndam dalam air sehingga
kulitnya mengelupas menghasilkan suatu material anyaman yang mudah dibelah-belah. Akar
pohon aren juga dapat digunakan untuk benang kail karena mempunyai sifat kuat sedang inti
akar (mamangar) dapat digunakan untuk membuat cambuk yang sangat disukai oleh sais
pedati. Akar pohon aren juga dapat digunakan untuk obat tradisional yaitu sebagai
penghancur batu kandung kemih. Pohon aren tua tingginya dapat mencapai 20 m dan garis
tengah batangnya di bagian bawah dapat mencapai 75 cm. Batang pohon ini tidak
mempunyai lapisan kambium, sehingga tidak dapat tumbuh semakin besar lagi ( Sunanto,
1993).
Susunan benih aren terdiri dari kulit benih (testa), endosperma,dan embrio. Jaringan
testa tersusun oleh sel-sel sklereid, jaringan endosperma dan embrio tersusun oleh sel-sel
parenkim, sedangkan jaringan endosperma sebagian selnya bersifat hidup. Lainnya halnya
dengan bagian embrio benih, seluruhnya tersusun oleh sel-sel hidup yang aktif secara
fisiologis dan banyak mengandung air untuk mempertahankan kehidupan sel penyusunnya
(Widyawati et al., 2009).
Benih aren yang siap dikecambahkan diambil dari buah yang sudah mencapai masak
fisiologis dengan ciri-ciri sebagai berikut : bagian eksokarp berwarna kuning sampai kuning
kecoklatan dan licin, mesokarp berwarna kuning kecoklatan dan lunak, endokarp berwarna
hitam pekat dan dan sangat keras, endosperm berwarna putih sangat keras dan memadat.Cara
mendapatkan benih aren yaitu buah aren diekstraksi dengan cara merendam buah dalam
-
ember yang berisi air sampai buah kemudian ditutup dengan karung selama 5 hari.
Selanjutnya benih aren dibersihkan dari daging buah (mesokarp) dengan cara diinjak-injak,
sisa daging buah dibersihkan dengan menggunakan serbuk gergaji. Benih dipilih yang
berwarna hitam mengkilap dengan ukuran yang seragam (Saleh, 2004; Rofik dan Murniati,
2008).
Proses perkecambahan benih aren tidak seperti tanaman monokotil umumnya.
Perkecambahan dimulai dengan munculnya axisembrio. Setelah mencapai panjang tertentu
axis embrio membengkak pada bagian ujungnya, pada bagian inilah akan muncul plumula
dan akar (Masano, 1989 dalam Rofik dan Murniati, 2008).
Benih aren termasuk ke dalam benih rekalsitran karena kandungan airnya relatif
tinggi pada waktu dipanen dan penurunan kandungan air benih dapat menurunkan daya
berkecambah benih tersebut (Rabaniyah,1997 dalam Widyawati et al., 2009).Sifat
permeabilitas benih aren ditentukan oleh faktor umur,semakin tua benih aren maka kadar
lignin dan tannin meningkat. Semakin tinggi kandungan lignin dan tannin biji aren maka
semakin rendah imbibisinya. Peningkatan kadar lignin dan tannin tersebut sangat berperan
dalam menurunkan permeabilitas benih aren terhadap air sehingga ketika dikecambahkan
proses imbibisi benih aren berlangsung sangat lambat(Widyawati et al., 2009).
Umur pohon aren mencapai lebih dari 50 tahun, dan diatas umur ini pohon aren sudah
sangat berkurang dalam memproduksi buah, bahkan sudah tidak mampu lagi memproduksi
buah. Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin
atau serangga. Buah aren terbentuk bulat, berdiameter 4-5 cm, didalamnya berisi 3 buah,
masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih. Bagian-bagian dari buah aren
terdiri dari(Sunanto, 1993) :
1. Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning setelah
tua (masak).
2. Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan
3. Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam
yang keras setelah buah masak.
4. Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada
waktu buah masih muda; dan berwarna putih, padat atau agak keras pada waktu buah
sudah masak.
Bunga betina berbentuk butiran (bulat) berwarna hijau dan duduk sendiri- sendiri
pada untaian, maka bunga jantan berbentuk bulat panjang seperti peluru dengan panjang 1,2-
1,5 cm berwarna ungu. Dengan demikian pada pohon aren tumbuhnya bunga dari tahun ke
-
tahun semakin ke bawah atau semakin mendekati permukaan tanah tempat tumbuhnya. Jadi,
makin tua pohon aren, semakin rendah munculnya tandan bunga.Nira aren yang digunakan
untuk pembuatan gula merah atau tuak dan cuka merupakan hasil penyadapan tandan bunga
jantan.Untuk dapat memperoleh nira dalam jumlah banyak, bunga betina harus dihilangkan
(Sunanto, 1993).
Kulit buah aren yang masih hijau mengandung racun dan dapat menimbulkan iritasi
dan infeksi bila mengenai kulit yang peka.Kulit buah tersebut bila dilumatkan dengan air
dapat dipakai untuk menangkap ikan, karena ikan-ikan menjadi mabuk lalu mengambang
sehingga mudah ditangkap.Batangnya berwarna hitam cukup potensial untuk bahan lantai,
meja, kursi, tangkai peralatan dan kayu bakar (Badan Pengelola Gedung Manggala
Wanabakti dan Porsea, 1995).
Syarat Tumbuh tanaman aren ( Arenga pinnata Merr)
Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-
daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m diatas permukaan laut. Pada daerah-
daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren
tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan. Di samping itu, banyaknya
curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini.Tanaman aren
menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu minimun sebanyak 1200 mm
setahun. Atau jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang
cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah (Sunanto, 1993)
Perkecambahan Biji aren ( Arenga pinnata Merr)
Kulit buah aren yang masih hijau mengandung racun dan dapat menimbulkan iritasi
dan infeksi bila mengenai kulit yang peka. Kulit buah tersebut bila dilumatkan dengan air
dapat dipakai untuk menangkap ikan, karena ikan-ikan menjadi mabuk lalu mengambang
sehingga mudah ditangkap.Batangnya berwarna hitam cukup potensial untuk bahan lantai,
meja, kursi, tangkai peralatan dan kayu bakar.(Badan Pengelola Gedung Manggala
Wanabakti dan Porsea, 1995).
Secara morfologis sukar ditemukan dengan pasti kapan perkecambahan biji berakhir
dan pertumbuhan dimulai. Kesukaran ini terutama disebabkan oleh karena dalam prakteknya,
penentuan suatu biji berkecambah apabila telah kelihatan keluarnya radikula atau plumula
dari kulit biji. Sedangkan, sebelum keluarnya radikula atau plumula itu sendiri adalah hasil
proses pertumbuhan yang telah terjadi, disebabkan oleh pembelahan sel, pemanjangan sel
atau kedua- duanya (Kamil, 1979).
-
Biji aren memiliki ciri khas yaitu tunas kecambahnya tumbuh di sisi tengah dari biji. Hal ini
dapat dilihat jika biji buah aren yang belum tua itu dibuat kolang-kaling. Jika kolang-kaling
itu ditekan pada sisi tengahnya, maka akan muncul benda kecil berwarna putih dari salah satu
sisinya. Benda putih inilah calon lembaga yang akan tumbuh sebagai kecambah. Sedangkan
pada biji aren yang sudah tua dan siap disemaikan, calon lembaga tersebut kelihatan sebagai
sebuah bulatan kecil di salah satu sisi biji aren.Biji-biji sudah mulai berkecambah setelah 30-
40 hari disemai, dimana kecambah tumbuh kedalam media pasir (tumbuh ke bawah) dan biji
semakin terangkat ke atas sampai muncul dan terangkat diatas permukaan media pasir
(Sunanto, 1993).
Menurut Kuswanto (1996), proses awal yang terjadi dalam perkecambahan adalah
Proses imbibisi, yaitu masuknya air ke dalam benih sehingga kadar air di dalam benih itu
mencapai persentase tertentu (50-60%). Proses perkecambahan itu dapat terjadi jika kulit
benih permeable terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu Air
yang diserap oleh biji dapat terjadi melalui proses imbibisi dan diikuti keluarnya energi
kinetik akibat adanya pengambilan molekul air. Proses imbibisi yang terjadi akan segera
diikuti oleh kenaikan aktifitas enzim dan pernafasan yang besar. Pati, lemak dan protein yang
tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang lebih mobil; gula, asam-asam lemak, dan asam-
asam amino yang diangkut ke bagian-bagian embrio yang tumbuh aktif (Sutopo, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih dapat berasal dari dalam
benih (faktor internal), maupun dari luar benih (faktor eksternal). Faktor internal yang
mempengaruhi perkecambahan benih antara lain adalah tingkat kemasakan benih, ukuran
benih dan berat benih serta dormansi. Disamping itu viabilitas dan jangka waktu benih dapat
hidup serta genetika juga berpengaruh. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
perkecambahan benih antara lain: air, suhu, oksigen, cahaya dan media. Dua faktor penting
yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih itu sendiri terutama
pada kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.Banyaknya air
yang diperlukan tergantung dari jenis benih, tapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga
kali berat keringnya (Sutopo, 2004).
-
III. TEKNIK PEMATAHAN DORMANSI AREN
a. Pengertian Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah
memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.Wirawan dan Wahyuni (2002) dormansi
benih merupakan kondisi benih yang tidak mampu berkecambah meski kondisi
lingkungannya optimun untuk berkecambah. Dormansi pada benih dapat berlangsung selama
beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan
tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa
dormansinya atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut
(Sutopo, 2004).
Secara alami biji aren memiliki masa dormansi yang cukup lama, yaitu bervariasi dari
1-12 bulan yang terutama disebabkan oleh kulit biji yang keras dan impermeabel sehingga
menghambat terjadinya imbibisi air ke dalam biji.Upaya pematahan dormansi telah dilakukan
untuk mengatasi impermeabilitas kulit biji ini melalui perendaman dengan HCl, H2SO4, air
panas dan skarifikasi. Dormansi biji aren juga disebabkan oleh adanya zat inhibitor
perkecambahan seperti ABA, kematangan embrio yang belum sempurna dan faktor genetis
tanaman aren (Puslitbang Bioteknologi, 2000).
Menurut Gardner et al, dormansi yaitu suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau
dalam keadaan istirahat, yang merupakan kondisi yang berlangsung selama periode yang
tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan untuk perkecambahan.
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis
dari embrio atau kombinasi dari kedua tersebut. Dormansi benih berhubungan dengan usaha
benih untukmenunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. dormansi dapat terjadi meskipun benih
viabel,benih tidak berkecambah pada kondisi yang sudah memenuhi syarat untuk
berkecambah (suhu, air dan oksigen yang cukup).
Dormansi dapat terjadi pada kulit benih maupun pada embrio. Benih yang telah
masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang
sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya.
Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit benih, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.
-
Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi terbagi menjadi 2 yaitu (1) Imposed
dormancy (quiescence) dan (2) Innate dormancy(rest). Imposed dormancy yaitu dormansi
yang disebabkan terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yangtidak
menguntungkan, sedangkan Innate dormancy disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam
organ-organ benih itu sendiri (Anonim b,2009). Dengan melihat fisik benih maka benih aren
termasuk Innatedormancy (rest) dimana dormansi ini disebabkan oleh benih memiliki kulit
yang keras dan impermeabel sehingga menghambat terjadinya imbibisi air ke dalam benih.
b. Teknik Pematahan Dormansi
Benih aren secara alami memiliki masa dormansi yang cukup panjang, yakni sekitar
4 6 bulan bahkan terkadang sampai 1 tahun (Saleh, 2004). Hal tersebut terutama disebabkan
oleh kulit benih yangkeras dan impermeabel sehingga menghambat terjadinya imbibisi air ke
dalam benih yang menyebabkan perkecambahan terlambat. Penyebab dormansi benih aren
antara lain adalah tebalnya kulit benih dan ketidakseimbangan senyawa perangsang dan
senyawa penghambat dalam memacu aktivitas perkecambahan benih.Disamping itu
meningkatnya senyawa kalsium oksalat pada buah aren yang telah matang juga diduga
sebagai penghambat perkecambahan,disisi lain kalsium oksalat dikeluhkan oleh petani karena
dapat menimbulkan rasa gatal.
Dipandang dari segi ekonomis terdapatnya keadaan dormansi pada benih dianggap
tidak menguntungkan. Oleh karna itu diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipecahkan
atau sekurang-kurangnya lama dormansinya dapat dipersingkat beberapa cara yang telah
diketahui adalah ( sutopo,2004):
1. Perlakuan Mekanis
Perlakuan mekanis umum digunakan untuk memecahkan dormansi benih yang
disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas, resisten mekanis kulit
perkecambahan yang terdapat pada kulit biji (Sutopo,2004).
1.1.Skarifikasi
Mencakup cara seperti mengikir atau mengosok kulit biji dngan kertas amplas,
melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk beni-benih sumbat
gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehinga lebih
permeabel terhdap air atau gas(Sutopo,2004).
1.2.Tekanan
Benih-benih darisweet clover (Melilotus alba) dan alfalfa (Medicago sativa) setelah
diberi perlakuanyang diberi tekana hidraulik 2000 atm pada 18C selama 5-20 menit ternyata
perkecambahanya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat setelah benih-benih
-
tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan perkecamabahan terjadi
disebabkan oleh perubahan permaebilitas kulit biji terhadap air (Sutopo,2004).
2. Perlakuan kimia
Perlakuan dengan mengunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk
memecahkan dormansi pada benih. Tujuanya adalah untuk menjadikan agar kulit biji lebih
mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat
dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji lebih lunak sehinga dapat dilalui
oleh air dengan mudah. Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah: potassium
hydroxide, asam hidrocklorit, potassium nitrat, dan thiourea. Disamping itu dapat pula
digunakan hormontumbuh untuk memecahkan dormansi pada benih, antara lain adalah:
cytokinin, gibberellin dan auxin( contoh:indole Acetic Acid)(Sutopo,2004).
3.Perlakuan peredaman dengan air
Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan peredaman didalam air panas agar
bertujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Prosedur yang umumnya digunakan
adalah sebagai berikut: air dipanaskan sampai 180-200F, benih dimaksudkan kedalam air
panas tersebut dan biarkan sampai menjadi dingin, selama beberapa waktu. Misal: untuk
benih apel direndam selama 2 hari, air mendidih kadang juga diganakan (212F). Caranya:
benih diletakan dalam kantong kain dan kemudian dimasukan kedalam air yang sedang
mendidih, biarkan selama lebih kurang 2 menit setelah itu diangkat keluar, untuk
dikecambahkan (Sutopo,2004).
4. Perlakuan pemberian temperatur tertentu
4.1. Stratifikasi
Banyak benih yang perlu diberi temperatur tertentu sebelum dapat diletakan yang
cocok untuk perkecambahannya. Cara yang sering dipakai dengan memberi temperatur
rendah pada keadaan lembab disebut Stratifikasi.Selama stratifikasi terjadi sejumlah
perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya bahan-bahan penghambat
pertumbuhan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang perangsang pertumbuhan. Benih-
benih yang memerlukan stratifikasi selama waktu tertentu sebelum tanam yaitu: apel, angur,
pear, pinus, rosa, stroberry,chery dan lain-lain (Sutopo,2004).
4.2. Perlakuan pada temperatur rendah dan tinggi
Keadaan dormansi pada beberapa benih dapat diatasi dengan pemberian efek dari
temperatur rendah dan agak tinggi. Tetapi temperatur extreme pada perlakuan ini tidak boleh
lebih dari 0 atau 20C, pada umumnya berada diatas dari titik beku. Benih dari jenis-jenis
jahe liar (Asarum canadense), Lilium spp., Viburnum spp. Pada temperatur tinggi hanya
-
redikalnya saja yang tumbuh . Sehinga harus diikuti perlakuan temperatur rendah untuk
proses after repening dari epikotil yang akan menyebabkan tumbuhnya tunas pucuk. Disini
diperlukan temperatur rendah untuk proses after repening dari epikotil yang akan
menyebabkan tumbuhnya tunas pucuk. Diperlukan waktu selama 2-6 bulan (pada beberapa
jenis Viburnum spp, sampai 17 bulan) pada temperatur tinggi yang diperlukan untuk
pertumbuhan akar sebelum diberikan periode chiling selama 1-4 bulan . Hal yang lebih
komplek terjadi pada sejumlah tanaman, kebanyakan dari jenis-jenis tanaman liar di daerah
temperatur atau daerah beriklim sedang . sebagai contoh ( Caulophyllum), lily of-the-
valley(convallaria), Soloms seal (Polygonatum commutatum), bloodroot (Sanguinaria
canadebsis) dan triliium spp.Benih-benih dari tanaman tersebut memrlkan perlakuan sebagai
berikut : suatau periode dingin selama 1-6 bulan untuk proses after ripening dari redikal dan
kemudian periode dingin kedua selama 1-6 bulan untuk proses after ripening dari epikotil
(Sutopo,2004 ).
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae.
Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui
satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena
kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu
rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini
adalah (Anonim b,2011) :
jika kulit dikupas, embrio tumbuh
embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi.
perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil.
akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi
berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
5. Perlakuan dengan Cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji
yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran
intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji
yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya). Biji
positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka
waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut
-
skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant
jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur
rendah.(Anonim b,2011).
Menurut Justice dan Louis (1990) dormansi pada beberapa jenis disebabkan oleh: 1)
struktur benih, misalnya kulit benih, pericarp dan membran, yang mempersulit keluar
masuknya air dan udara; 2) kelainan fisiologis pada embrio; 3) penghambat (inhibitor)
perkecambahan atau penghalang lainnya ; atau 4) gangguan dari faktor-faktor tersebut diatas.
Kedapnya kulit benih terhadap air atau oksigen karena kulit benih tersebut terlalu keras,
diliputi oleh gabus atau lilin. Zat penghambat dapat berada disekitar kulit serat di bagian-
bagian dalam benih itu, atau menempel pada kulit (sebelumya zat ini berada dalam daging
buah) (Kartasapoetra, 1989).Ditambahkan oleh Mugnisjah (1994), dormansi juga dapat
sebagai salah satu strategi benih-benih tumbuhan agar dapat mengatasi lingkungan
suboptimun guna mempertahankan kelanjutan spesiesnya. Menurut Danoesastro (1982)
mekanisme dormansi benih terdiri dari tiga bentuk yaitu :
1. Pembatasan permeabilitas, terutama untuk masuknya air dan oksigen ke dalam bagian
benih yang sedang dorman
2. Pembatasan oleh zat pengatur tumbuh, termasuk inhibitor dan zat-zat yang
menghambat berlangsungnya pertumbuhan.
3. Pembatasan fisik terhadap pembatasan embrio dan keluarnya kecambah.
Menurut hasil penelitian Massano (1989) pada benih aren yang diperoleh dari kotoran
musang, perkembangan perkecamabahan benihnya adalah sebagai berikut : setelah 12 hst
muncul seludan motil dan berkembang terus sampai mencapi ukuran tertentu, diikuti oleh
membesarnya ujung seludang kotil tersebut (30hst). Perkembangan selanjutnya tumbuh akar-
akar lateral setelah 54 hst.Kuncup daun pertama muncul setelah 63 hst dan daun pertama
mekar setelah 108hst.
Dormansi benih aren disebabkan oleh kulit bijinya yan keras ( Massano,1989;Mashud
et.al., 1989). Menurut Mashud et.al,.(1989) masa dormansi benih aren di lapang diperpendek
dengan air hujan dan panas dengan silih berganti dan aktifitas biologis flora dan fauna
tanah.Pemecahan dormansi secara alamiah membutuhkan waktu 5-6 bulan sampai benih
berkecambah.
S. S. Harjadi (1989) menyatakan bahwa benih-benih yang berkulit kertas akan
manjadi permeabel terhadap air bila benih-benih tersebut dikikir. Dialam, kilt benih akan
pecah atau tertembus oleh kikisan mekanis, serangan mikroba, masuk dalam pencernaan
hewan atau karena pergantiaan suhu tinggi dan suhu rendah tang mengakibatkan benih
-
menjadi retak. Di laboratorium pertanian cara-cara lain telah dicobakan yaitu dengan
menguncangakan dan pemakaian amplas atau dengan kikiran agar benih pecah secara
mekanis.Selain itu pemecahan dormansi dapat dilakuakan dengan perlakuan kimia.
S. S. Harjadi (1974) mengemukaan bahwa bahan kimia berupa persenyawaan
sederhana seprti KNO3 dapat memecahkan dormansi. KNO3 dengan konsentrasi tertenu dapat
merangsang perkecambahan benih. Pada konsentrasi antara 0,01-0,05% KNO3 cenderung
meningkatakn persentase perkecamabahan. Perkecambahn eragrotis kurvula dapat dirangsang
dengan perlakuan suhu antara 15 C dan 30C dalam gelap dengan KNO3 pada suhu lebih
tinggi atau suhu silih berganti tidak ada efek,sedangakan pada perkecambahan polypogon
dirangsang oleh KNO3 hanya dengan suhu silih berganti.
Pada penelitian pematahan dormansi aren dengan peredaman dalam GA3 500ppm
selama 24 jam menghasilkan potensi tumbuh maksimum yang masih rendah. Diduga
konsentrasi larutan GA3 yang diberikan terlalu tinggi.Copeland Dan Mc Donald (1985)
menyatakan bahwa zat tumbuh yang termasuk dalam giberelin, auksin, sitokini berfungsi
sabagai perangsang pertumbuhan (promotor) juga dapat berfungsi sebagai penghambat
pertumbuhan atau inbihitor dalam proses perkecambahan bila konsentrasi larutanya lebih
tinggi.
Menurut salibusry dan ross (1995) salah satu efek GA3 pada benih adalah mendorong
perpanjangan sel, sehingga radikula meneembus indosperma, kulit benih atau kulit buah yang
membatasi pertumbuhanya. Hasil penelitian chairani dan subronto (1988) memperlihatkan
bahwa perlakuan perendaman benih aren dengan GA3 10 ppm selama 24 jam menghasilkan
banyak kecambah sebesar 55%.
Hasil penelitian Sapulete (1989) pada benih aren yang direndam dalam H2SO410 N
selama 10 menit mampu meningkatkan daya berkecambahnya, namun dari hasil yang
diperoleh tampak bahwa apabila konsentrasi yang diberikan makin tinggi maka daya
berkecambah benih cenderung menurun. Kerusakan benih tersebut akibat tingginya
konsentrasi H2SO4 yang diberikan sehinga meracuni benih, juga karna kurangya air yang
diserap oleh benih untuk proses berkecamabah. Menurut Kamil (1982) Apabila konsentrasi
larutan diluar benih dinaikan , masuknya kedalam benih akan berkurang atau sama sekali
tidak akan masuk kedalam benih, akiabatnya rehidrasi kurang atau tidak terjadi didalam
benih sehinga menyebabkan tidak terjadi atau kurang sempurnanya daya berkecamabah
benih.
Menurut Sunanto (1993) benih aren dapat berkecambah jika kondisi lingkungan teduh
dan lembab.Tanaman aren dapat tumbuh dengan subur didaerah perbukitan yang lembab dan
-
tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari, dan menurut
Satrapradja (1978) tanaman aren membutuhkan tanah-tanah lembab dekat air.Berikut ini
tabel penelitian yang dilakukan Rosari Marito. S (2008) yang berjudul berbagai metode
pemecahan dormansi biji aren (Arenga pinnata merr. )
Tabel 1. pengaruh perlakuan pematahan dormansi benih terhadap viabilitas potensial
dengan tolak ukur daya berkecambah dan Kecepatan berkecambah benih aren ( Arenga
pinnata (wurmb) Merr.)
Keterangan :
angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada baris yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf DMRT 0.05
angka dalam kurung adalah hasil transformasi arc sin %.
P0 adalah benih tanpa perlakuan.
P1 adalah perendaman benih dalam larutan GA3 500 ppm selama 24 jam.
P2 adalah perendaman benih dalam larutan KNO3 0.2 % selama 24 jam.
Daya berkecambah mencerminkan kemampuan tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman normal pada kondisi yang optimum. Vigor benih mencerminkan kemampuan benih
untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan sub
optimum atau berkembang diatas normal pada kondisi sub optimum atau berkembang diatas
normal pada kondisi lingkungan optimum (sadjad, 1994).
Perlakuan perendaman benih dengan GA3 500 ppm selama 24 jam dalam penelitian
tidak efektif untuk mematahkan dormansi benih aren. Hal ini ditunjukan oleh daya
berkecambah yang tidak berbeda dengan benih dalam KNO3 0.2% selama 24 jam justru
menurukan daya berkecambah secara nyata. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan,
pematahan dormansi benih aren dalam penelitian ini menghasilkan beberapa tolak ukur dari
Tolak ukur Pematahan dormansi
P0 P1 P2
Daya
Berkecambah (%)
11.7(19.3a) 7.8 (13.8a) 1.7(4.7b)
Kecepatan
Tumbuh (%)
0.08 (1.56a) 0.07 (1.38a) 0.02(0.84b)
-
vabilitas potensial dan vigor kekuatan tumbuh yang masih rendah. Penelitian masano (1989),
mashud, et.al,.1989) menunjukan hasil daya berkecambah benih aren yang berbeda daripada
daya berkecambah yang dihasilkan dalam penelitian ini. Perbedaan-perbedaan yang ada
diduga disebabkan oleh benih aren yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut
berbeda jenisnya karena dari berbagai jenis aren di indonesia dijumpai ada yang berumur
dalam. Jenis tersebut memiliki sifat perkecambah yang lebih lama.selain itu penentuan
kriteria daya berkecambah atau kecambah normal yang digunakan juga berbeda (sapulete,
1989).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkecambah benih adalah tingkat kemasakan
benih.Pada beberapa sepesies, biji terlepas dari tanaman induk sebelum berdiferensi dengan
sempurna sehinga belum dapat langsung berkecambah (kozlowski, 1972). Dalam satu untai
buah aren tingkat kemasakanya belum tentu sama karna letak buah aren dalam untaian tidak
tersusun rapi, akibatnya dalam buah aren yang masak lebih dahulu dan ada yang belum
masak, tergantung letak buah aren tersebut. Massano (1989) menyatakan bahwa benih aren
yang diperoleh dari pemetikan buah yang tua dengan ciri kilt berwana kuning tingkat
kemasakanya tidak dijamin seragam. Hal ini disebabkan antara lain belum adanya kriteria
tentang ciri-ciri buah aren yang sudah tua dan masak. Tingkat kemasakan buah yang beragam
tersebut diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan lamanya benih aren
berkecamabah serta rendahnya nilai berkecambah sehingga meskipun telah dipatahkan
dormansinya, hasilnya kurang memuaskan.
IV. KESIMPULAN
1. Dormansi benih merupakan kondisi benih yang tidak mampu berkecambah meski
kondisi lingkungannya optimun untuk berkecambah
2. Dormansi aren terjadi karena Aren( Arenga pinnata Merr) memiliki kulit biji yang
keras.
3. Perlakuan perendaman benih dengan GA3 500ppm selama 24 jam tidak berbeda
dengan benih dalam KNO3 0.2% selama 24 jam.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2011. Aren. Diakses tanggal 11 November 2011.
Anonim b. 2011. Aren. Diakses
tanggal 11 November 2011.
Badan Pengelola Gedung Manggala Wanabakti dan Porsea Indonesia (BPGMWPI.). 1995.
Pohon Kehidupan. Bogor.
Chairani, M dan Subronto. 1988.Pengecambahan dan Pertumbuhan Benih Aren (Arenga
pinnata (Wurmb) Merr). Jurnal Penelitian Kelapa Vol.19 No. 3 Hal 120-136.
Copeland. L. o. and M. B. Mc.1985. Principles seed Science and Tecnology. 2nd
.edition.
burgess Company. Minneapolis, Minnesota.
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tumbuhan
Budidaya.Penerjemah Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.
Harjadi,S.S .1974. Dormansi benih.Hal 73- 96. Proceding khusus singkat penujian
benih.intitut pertanian bogor.
Justice, O.L dan Louis N. Bass 1990.Prinsip dan praktek penyimpanan benih. Rajawali Prss.
Jakarta..446 hal.
Kamil.J. 1982.Teknologi Benih.Angkasa. Bandung. 227 hal.
Kartasapoetra, A. G. 1989. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta.
Masano. 1989. Perkecambahan benih aren. Duta Rimba. Perum Perhutani 15(105-106) 24-30.
Mashud N.R Rahman dan R. B. Mallangkay. 1989. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan
kimia terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr). Jurnalpenelitian kelapa 4 (1) : 27 37.
Miller,R.H. 1964.The versatile sugar palm.Principes journl of the palm society. 8 (4) :115-
146.
Mugnisjah, W. Q., A. Setiawan, Suwarto, dan S. Cecep.1994. Panduan Praktikum dan
Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mogea.J.P. 1979. Revis jenis- jenis aren hal 193- 196 Dalam Budiman,A. dan O. D.
Sastraatmadja (ed.). Penelitian peningkatan pendayagunaan sumber daya Hayati .
Laporan teknik 1978-1980. LBN LIPI. Bogor.
. 1979. Venologi aren hal 168- 172 Dalam Budiman,A. dan K. Kartawiwinata
(ed.). Penelitian peningkatan pendayagunaan sumber daya Hayati . Laporan teknik
1978-1980. LBN LIPI. Bogor.
http://wikipedia/org/http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/dormansi-biji/
-
Puslitbang Bioteknologi. 2000. Study on in vitro and in vivo seed germination of Arenga
pinnata (Wurmb) Merr.; Studi perkecambahan biji aren (Arenga pinnata (Wurmb)
Merr.) secara in vitro dan in vivo. Bogor.
Rabaniyah, R., 1993. Peningkatan Kecepatan BerkecambahBiji Aren (Arenga Pinnata
(Wurb.)Merr.) Secara Fisik dan Kimiawi.Tesis Program Pasca Sarjana
UGM.Yogyakarta.
Rofik, A. dan E. Murniati. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi dan mediaperkecambahan
untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Buletin
Agronomi 36 (1) 33 40.
Rosari.2008.berbagai metode pemecahan dormansi biji aren (Arengapinnata Merr.).Buletin
Agronomi 33 (1) 20 25.
Sadjad,S. 1980 . Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 301 hal.
Saleh, M.S., 2002. Pengembangan Teknologi Benih Guna Mendukung Budidaya Tanaman
Aren. Hal.75 82. Dalam Industri Benih di Indonesia Aspek Penunjang
Pengembangan.Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB.Bogor.
Salisbury,F. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tanaman ( Terjemahan). Jilid III. Edisi ke-4
.Institut Teknologi Bandung.Bandung 300 hal.
Sapulette.1989. Pengaruh Perendaman dengan asam sulfat terhadap perkecambahan benih
aren (Arenga pinnata (Wurmb.)Merr). Buletin Penelitian Kehutanan 5(1) : 93-100.
Sastrapradja. 1978. Palem Indonesia. Lembaga Biologi Nasional. Bogor. 103 hal.
Sunanto, H. 1993. AREN: Budidaya dan Multigunanya. Kanisius.Yogyakarta.
Sutopo , L. 1993. Teknologi Benih. edisi Revisi. Cetakan ke-3.PT Raja Grafindo. Jakarta.
, L. 2004. Teknologi Benih. edisi Revisi. Cetakan ke-6.PT Raja Grafindo. Jakarta.
Toumey, J.W. and C.F. Korstian. 1977. Seedling and Planting in the Practice of Forestry 3-rd
Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas danperkecambahan
benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia 37 (2) : 152
158
Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memprodusi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya.
Jakarta.