Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan...

19
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Manusia dan Pekerjaannya Mengemukakan berbagai dorongan yang menyebabkan manusia bekerja dari yang bersifat dasar yaitu merupakan syarat bagi dilakukannya kegiatan-kegiatan dan dicapainya kebutuhan lain, sampai pada kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi yang baru diusahakan pemenuhannya setelah tingkat yang lebih rendah dirasakan telah dimiliki. Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pekerjaan. Faktor-faktor ini patut diperhatikan bukan hanya bersifat wajar secara manusiawi tetapi juga akan menimbulkan serangkaian kerugian bila tidak diperhatikan, tetapi bila diperhatikan dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. 2.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja, secara garis besar faktor-faktor tersebut dimasukkan kedalam dua kelompok yaitu kelompok pertama faktor-faktor diri (individu), seperti sikap, sifat, sistem nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi usia, jenis kelamin, pendidikan dan pengalaman. Yang kedua kelompok faktor-faktor situsional seperti lingkungan fisik, mesin, peralatan dan metode kerja. Kelompok faktor situsional terbagi kedalam dua sub kelompok yaitu yang terdiri dari faktor sosial dan keorganisasian dan faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan. 2.1.2. Beberapa segi mengenai beberapa faktorfaktor diri Faktor-faktor diri kebanyakan tidak dapat dirubah maka agar suatu pekerjaan dapat dijalankan dengan baik, harus dilakukan pemilihan terhadap calon-calon pekerja yang meliputi pengukuran terhadap kemampuan-kemampuan diri calon pekerja dan penilaian kecocokannya

description

Bab 2 Landasan Teori2.1. Manusia dan Pekerjaannya Mengemukakan berbagai dorongan yang menyebabkan manusia bekerja dari yang bersifat dasar yaitu merupakan syarat bagi dilakukannya kegiatan-kegiatan dan dicapainya kebutuhan lain, sampai padakebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi yang baru diusahakan pemenuhannya setelah tingkat yang lebih rendah dirasakan telah dimiliki. Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pekerjaan. Faktor-faktor in

Transcript of Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan...

Page 1: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

Bab 2

Landasan Teori

2.1. Manusia dan Pekerjaannya

Mengemukakan berbagai dorongan yang menyebabkan manusia bekerja

dari yang bersifat dasar yaitu merupakan syarat bagi dilakukannya

kegiatan-kegiatan dan dicapainya kebutuhan lain, sampai pada

kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi yang baru diusahakan pemenuhannya

setelah tingkat yang lebih rendah dirasakan telah dimiliki. Setelah

seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor yang

mempengaruhi jalannya pekerjaan. Faktor-faktor ini patut diperhatikan

bukan hanya bersifat wajar secara manusiawi tetapi juga akan

menimbulkan serangkaian kerugian bila tidak diperhatikan, tetapi bila

diperhatikan dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.

2.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja, secara garis besar

faktor-faktor tersebut dimasukkan kedalam dua kelompok yaitu kelompok

pertama faktor-faktor diri (individu), seperti sikap, sifat, sistem nilai,

karakteristik fisik, minat, motivasi usia, jenis kelamin, pendidikan dan

pengalaman. Yang kedua kelompok faktor-faktor situsional seperti

lingkungan fisik, mesin, peralatan dan metode kerja. Kelompok faktor

situsional terbagi kedalam dua sub kelompok yaitu yang terdiri dari faktor

sosial dan keorganisasian dan faktor-faktor fisik pekerjaan yang

bersangkutan.

2.1.2. Beberapa segi mengenai beberapa faktor–faktor diri

Faktor-faktor diri kebanyakan tidak dapat dirubah maka agar suatu

pekerjaan dapat dijalankan dengan baik, harus dilakukan pemilihan

terhadap calon-calon pekerja yang meliputi pengukuran terhadap

kemampuan-kemampuan diri calon pekerja dan penilaian kecocokannya

Page 2: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

dengan tuntutan pekerjaan. Uji kelayakan adalah salah satu contohnya,

pengujian ini mengukur kemampuan dasar manusia seperti kemampuan

dasar mekanis dan kemampuan dasar psikomotor yang menguji hal-hal

seperti kecepatan reaksi, kecepatan gerak dan keterampilan tangan.

Kecocokan antara pekerja dengan pekerjaannya merupakan suatu syarat

penting karena jika diabaikan hasil kerjanya akan rendah.

2.1.3. Beberapa segi mengenai faktor-faktor sosial dan

keorganisasian

Tidak semua kebutuhan seseorang dapat dipenuhi dengan materi.

Perlakuan sebagai manusia dibutuhkan pekerja walaupun mereka

merupakan salah satu alat produksi. Bila membicarakan tentang segi

kemanusiaan dari seseorang maka segera tampaklah berbagai

kebutuhannya, seperti rasa aman, rasa terjamin, ingin perlakuan yang

adil, ingin prestasinya diketahui dan dihargai orang lain, ingin berteman,

ingin diakui sebagai bagian dari masyarakat, bahkan ingin menonjol.

Herzberg melihat sebagian besar dari hal–hal tersebut sebagai motivator,

yaitu yang jika dipenuhi membuat seorang pekerja mendapatkan

kepuasan kerja dan semangat dalam bekerja. Tentu pada gilirannya hal ini

dapat diharapkan mendatangkan keberhasilan kerja. Peranan perusahaan

disini sangat besar, seperti menciptakan iklim kerja yang baik,

menjalankan kepemimpinan yang baik, mengadakan hubungan-hubungan

terbuka baik formal maupun informal, penyelenggaraan sistem upah yang

adil, sistem “penghargaan dan hukuman” yang tepat, latihan-latihan yang

cukup, pembagian tugas dan tanggung jawab yang memadai dan

sebagainya.

2.1.4 Beberapa segi mengenai faktor–faktor fisik pekerjaan

Hubungan antara manusia pekerja dengan mesin serta peralatan-

peralatannya dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang

unik, karena interaksi antara hal–hal di atas membentuk suatu sistem

kerja yang tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai

Page 3: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

disiplin ilmu. Di suatu pabrik kecil dimana jumlah buruh tidak besar,

hubungan antara pekerja dapat berkembang erat termasuk antara atasan

dengan bawahan. Hal ini menimbulkan akibat psikologis tersendiri yaitu

berupa rasa bangga, rasa berperan yang menimbulkan kepuasan kerja.

Sebaliknya di pabrik besar yang produksinya bersifat banyak, jumlah

mesin yang sangat banyak, dapat menimbulkan suatu ketegangan pada

pekerja. Hubungan antara pekerja maupun hubungan antara pekerja dan

pimpinan tidak terjalin erat, sehingga bisa juga menimbulkan kejenuhan

dan ketidaknyamanan.

2.2. Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya

Setiap hari manusia terlibat dengan kegiatan–kegiatannya apakah itu

bekerja atau bergerak, kesemuanya memerlukan tenaga. Yang penting

harus kita perhatikan bagaimana mengatur kegiatan ini sedemikian rupa

sehingga posisi tubuh saat bekerja tersebut ada dalam kadaan nyaman

tanpa mempengaruhi hasil kerjanya.

Tubuh manusia bisa dianggap sebagai suatu mesin, dimana untuk

melaksankan kegiatannya dibatasi oleh serangkaian hukum–hukum alam.

Kemampuan manusia untuk melaksanakan kegiatannya tergantung pada

struktur fisik dari tubuhnya, yang terdiri dari struktur tulang, otot-otot

rangka, sistem syaraf dan proses metabolisme. Dua ratus enam tulang

manusia membentuk rangka, yang berfungsi untuk melindungi dan

melaksanakan kegiatan-kegiatan fisik. Tulang-tulang tersebut antara satu

dengan yang lain dihubungkan dengan sendi-sendi tulang yang terdiri atas

gumpalan-gumpalan serabut otot yang dapat berkontraksi, serabut otot ini

berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik. Kegiatan-

kegiatan dari otot ini dikontrol oleh sistem syaraf sedemikian rupa

sehingga kegiatan kerja secara keseluruhan dapat berlangsung dengan

baik.

Page 4: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

Semua kegiatan dari tubuh manusia sudah dikatakan diatas memerlukan

tenaga. Tenaga ini diperoleh karena adanya proses metabolisme dalam

otot, yaitu berupa kumpulan-kumpulan dari proses kimia yang mengubah

bahan makanan menjadi dua bentuk, masing-masing kerja mekanis dan

panas. Untuk mencari metode pengukuran tentang semua kegiatan yang

dialami pekerja selama kegiatannya dan kemudian untuk menyebarkan

informasi-informasi tersebut kedalam bentuk angka-angka, diperlukan

pendekatan secara ilmiah dan teknik.

Sebagaimana kita ketahui, kerja manusia ada yang bersifat mental dan

ada yang bersifat fisik dan masing-masing mempunyai tingkat intensitas

yang berbeda-beda. Tingkat intensitas yang terlampau tinggi

memungkinkan pemakaian tenaga yang berlebihan, sebaliknya tingkat

intensitas yang terlampau rendah, memungkinkan timbulnya rasa jenuh

atau bosan.

Tingkat intensitas yang optimum ada diantara dua batas ekstrim di atas

dan tentunya berbeda-beda untuk setiap individu. Dengan demikian,

usaha-usaha ergonomi harus diarahkan pada pencapaian tingkat

intensitas optimum ini.

Tingkat intensitas kerja yang optimum, umumnya dilaksanakan apabila

tidak ada tekanan (stress) dan ketegangan (strain). Tekanan disini

berkenaan dengan beberapa aspek dari kegiatan manusia atau

lingkungan yang terjadi pada individu sebagai akibat reaksi individu

tersebut, karena terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan

keinginannya. Sedangkan ketegangan merupakan konsekuensi logis yang

harus diterima oleh individu tersebut, sebagai akibat dari tekanan.

Page 5: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

2.3. Pengukuran Kerja dengan Metode Fisiologis

Metoda pengukuran kerja fisik, dilakukan dengan menggunakan standar:

a. Konsep horse-power (foot pounds of works per menit)

b. Tingkat konsumsi energi untuk pengukuran pengeluaran energi.

c. Perubahan tingkat fisik ukuran jantung (metode terbaru)

Metode fisiologis biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan denyut

jantung dan pernafasan. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa

kecepatan tekanan dan denyut jantung dipengaruhi tekanan psikologis,

tekanan oleh lingkungan atau tekanan akibat kerja keras dimana ketiga

tekanan tersebut sama pengaruhnya, sehingga apabila kecepatan denyut

jantung seseorang meningkat, kita sulit menentukan apakah

meningkatnya ini disebabkan akibat kerja atau akibat temperatur ruangan

yang terlampau panas atau akibat rasa takut. Volume oksigen yang

dibutuhkan selama bekerja dipakai sebagai dasar menentukan jumlah

kalori yang dibutuhkan selama bekerja atau dengan persamaan 1 liter

oksigen = 4,7 – 5,0 kilokal/ menit.

Volume oksigen yang digunakan tersebut dihitung dengan cara mengukur

volume udara espirasi dan kemudian kadar oksigennya ditentukan dengan

teknik sampling. Dengan mengetahui temperatur dan tekanan udaranya,

maka kita bisa mengetehui volume oksigen yang digunakan.

Pengukuran berdasarkan kecepatan denyut jantung lebih mudah

dilakukan tetapi pengukuran cara ini kurang tepat dibandingkan dengan

konsumsi oksigen karena lebih banyak dipengaruhi faktor-faktor individu,

seperti emosi, kondisi fisik, jenis kelamin dan lainnya.

Tiffin mengemukakan kriteria-kriteria yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh-pengaruh pekerja terhadap manusia dalam sistem kerja yaitu

kriteria faal, kriteria kejiwaan dan kriteria hasil kerja.

Page 6: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

Secara garis besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat digolongkan

menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat

dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat

antara satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari energi yang

dikeluarkan, kerja mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi

dibanding dengan kerja fisik.

Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan pada fungsi alat-alat tubuh,

yang dapat dideteksi melalui:

a. Konsumsi oksigen.

b. Denyut jantung.

c. Peredaran udara dalam paru-paru.

d. Temperatur tubuh.

e. Konsentrasi asam laktat dalam darah.

f. Komposisi kimia dalam darah dan air seni.

g. Tingkat penguapan dan faktor lainnya.

Kerja fisik akan mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan

erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi dengan secara tidak

langsung, yaitu dengan pengukuran:

a. Kecepatan denyut jantung.

b. Konsumsi oksigen.

Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat erat dengan

aktifitas faal lainnya, seperti digambarkan dibawah ini:

Gambar 4.2.1. Hubungan kecepatan denyut jantung dengan aktivitas faal lainnya

1. Tekanan darah. 2. Aliran darah 3. Komposisi kimia dalam

darah 4. Temperatur tubuh 5. Tingkat penguapan 6. Jumlah udara yang

dikeluarkan oleh paru-paru

Hubungan

Kecepatan denyut jantung

Page 7: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

Dalam hal penetuan kosumsi energi, biasanya digunakan parameter

indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung indeks ini merupakan

perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu

dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat, untuk merumuskan

hubungan antara energi dengan kecepatan jantung dari pendekatan

kuantitatif hubungan antara energi dengan kecepatan denyut dengan

menggunakan analisis regresi kuadratis dengan persamaan sebagai

berikut:

Dimana Y : energi (kilokalori per menit).

X : kecepatan denyut jantung (denyut per menit).

Setelah besar kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi,

maka kosumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan

dalam bentuk matematis sebagai berikut:

Dimana : Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori).

: Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu

(kilokalori).

: Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilogram).

Konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara

pengeluaran energi pada waktu kerja tersebutdengan pengeluaran energi

pada saat istirahat. Kerja fisiologis tidak identik dengan kerja mekanik.

Aktfitas otot merubah fungsi berikut: denyut jantung (heart rate), tekanan

darah, output jantung (cardiac output dalam liter per menit), komposisi

kimia dalam darah dan urine, temperatur tubuh, perspiration rate, ventilasi

paru-paru (pulmonary ventilation dalam liter per menit) dan konsumsi

oksigen oleh otot.

Page 8: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

Unit kerja fisiologis, pengeluaran energi, kerja fisiologis dan biaya fisiologis

berkaitan erat dengan konsumsi oksigen. Kita dapat mengukurnya secara

langsung dalam liter/menit atau secara tidak langsung dalam detak

jantung/menit. Unit satuan dasar yang digunakan adalah pengeluaran

kalori dalam kalor/menit. Astrand dan Christensen menyelidiki

pengeluaran energi dari tingkat detak jantung dan menemukan bahwa ada

hubungan langsung antara keduanya.

Tingkat energi terdapat tingkat kerja fisiologis yang umum, yaitu: istirahat,

limit kerja aerob dan anaerob. Pada tahap istirahat pengeluaran energi

diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut tingkat

metabolisme basal, pengukuran perbandingan oksigen yang masuk dalam

paru-paru dengan Co2 yang keluar.

Berat tubuh dan luas permukaan adalah faktor-faktor penentuan dan

tingkat yang normal dinyatakan dalam kilokalori/area permukaan/jam.

Rata-rata manusia mempunyai berat 65 kg dan mempunyai area 1,77 m2

dapat dinyatakan sebagai 1 kilokalori/menit.

Kerja aerob bila supply oksigen pada otot sempurna. Sekali supply ada

ketidak sempurnaan, sistem menjadi debat oksigen dan kerja menjadi

anaerob. Tentu saja terdapat limit fisiologis aktivitas, itu tergantung pada

skill, kekuatan dan keadaan kesehatan dan dapat ditingkatkan dengan

training.

Tabel 4.2.1. Aktivitas dan Tingkat Energi

Energi

(kkal/menit) 1 2.5 5 7.5 10

Detak jantung

(menit) 60 75 100 125 150

Oksigen

(liter/menit) 0.2 0.5 1 1.5 2

Page 9: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

Basis manusia normal, berat 65 kg. Permukaan tubuh 1,77 m2, cadangan

energi 25 kal.

Tabel 4.2.2. Klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologis

Grade of

work

Energi

Expenditure

Kcal/min

Kcal/8th Heart rate

Berat/menit

Approximate

Oxygen

condumption

Liter/min

Unduly heavy Over 12,5 Over – 6000 Over – 175 Over – 2.5

Very heavy 10,0 - 12,5 4800 – 6000 150 – 175 2,0 – 2,5

Heavy 7,5 – 10,0 3600 – 4800 125 – 150 1,5 – 2,0

Moderate 5,0 – 7,5 2400 – 3600 100 – 125 1,0 – 1,5

Light 2,5 – 5,0 1200 – 2400 60 – 100 0,5 – 1,0

Very light Under – 2,5 Under-1200 Under-60 Under – 0,5

Tabel 4.2.3. Makanan kecil dan isi kalori

Makanan Kecil Isi Kalori

1 cangkir air putih 0

1 cangkir sop 10-15

1 cangkir teh dengan 2 sendok gula 35

1 cangkir kopi dengan 2 potong gula dan susu 37

1 cangkir sari buah 65

1 cangkir susu 66

1 cangkir susu olvaltine 130

biskuit 50 gram 190

roti 50 gram 120

roti dan buah 240

roti dan keju 300

roti dan coklat 350

Page 10: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

2.4. Fatique (Kelelahan)

Banyak definisi tentang kelelahan ini, tetapi secara garis besarnya dapat

dikatakan bahwa kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul pada

suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang

sudah tak sanggup lagi untuk melakukan aktifitasnya. Pada dasarnya pola

ini ditimbulkan oleh dua hal, yaitu akibat kelelahan fisiologis (fisik atau

kimia) dan akibat kelelahan psikologis (mental atau fungsional), ini bisa

bersifat obyektif (akibat perubahan performance) dan bisa bersifat

subyaktif (akibat perubahan dalam perasaan dan kesadaran).

Yang dimaksud dengan kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul

karena adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh. Dari segi

fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang

mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan output berupa tenaga–

tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari–hari. Pada

prinsipnya terdapat beberapa macam mekanisme yang dilakukan tubuh,

yaitu: sistem peredaran, sistem pencernaan, sistem syaraf dan sistem

pernafasan. Kerja fisik yang continue, berpengaruh terhadap mekanisme–

mekanisme diatas. Baik secara sendiri–sendiri ataupun sekaligus.

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk–produk sisa dalam otot dan

peredaran darah, dimana produk–produk sisa ini bersifat bisa membatasi

kelangsungan aktivitas otot atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk–

produk sisa ini mempengaruhi serat–serat syaraf pusat sehingga

menyebabkan orang menjadi lambat kerjanya jika sudah lelah.

Fatique (kelelahan fisik) itu sendiri adalah suatu kelelahan yang terjadi

pada syaraf dan otot–otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi lagi

sebagaimana mestinya. Maka berat beban yang dikerjakan dan semakin

tidak teraturnya pergerakan, maka timbulnya fatique akan lebih cepat.

Page 11: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

Barnes menggolongkan kelelahan dalam tiga hal tergantung darimana hal

ini dilihat, yaitu:

a. Merasa lelah.

b. Kelelahan karena perubahan fisiologis dalam tubuh.

c. Menurunnya kemampuan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fatique:

a. Besarnya tenaga yang dikeluarkan.

b. Cara dan sikap melakukan aktivitas.

c. Jenis olah raga.

d. Jenis kelamin.

e. Umur.

Fatique dapat ditentukan atau diukur dengan:

a. Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernafasan

b. Mengukur tekanan darah, peredaran darah udara dalam paru -paru,

jumlah oksigen yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, temperatur

badan, komposisi kimia dalam urine dan darah.

c. Menggunakan alat penguji kelelahan riken fatique Indikator dengan

ketentuan pengukuran elektroda logam melalui tes variasi perubahan

air liur (salvina) karena lelah.

Pengukuran kelelahan dilakukan dalam praktek ini dimana hasil

pengukuran dibandingkan dengan indek penunjuk dan pembeda warna

untuk mengetahui tingkat kelelahannya.

Berikut ini diberikan suatu daftar yang biasa digunakan sebagai patokan

untuk mengetahui telah datangnya gejala–gejala atau perasaan–perasaan

dari kelelahan:

a. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa

berat, menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa

Page 12: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

“berat” kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam

berdiri dan merasa ingin berbaring.

b. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat

berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu,

cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu,

tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.

c. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan

merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari

kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat

badan.

Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1 menunjukkan perlemahan

kegiatan, kelompok 2 menunjukkan perlemahan motivasi dan kelompok 3

menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis.

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya:

a. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh

b. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya

bekerja dengan memakai prinsip ekonomi gerakan

c. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya pengeluaran tenaga tidak

melebihi pemasukkannya dengan memperhatikan batasan-

batasannya.

d. Memperhatikan waktu kerja yang teratur berati harus dilakukan

pengaturan terhadap: jam kerja, waktu istirahat, dan sarana–

sarananya, masa–masa libur dan rekreasi dan lain-lainnya.

e. Mengatur lingkungan fisik sebaik–baiknya seperti: temperatur,

kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau-

bauan dan lain-lain.

f. Berusaha untuk motoni dan ketegangan–ketegangan akibat kerja,

misalnya: dengan penggunaan warna dan dekorasi ruangan kerja,

menyediakan musik, menyediakan waktu–waktu olah raga dan lain-

lain.

Page 13: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

2.5. Kecepatan Reaksi

Yang dimaksud dengan kecepatan reaksi adalah berhubungan dengan

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang

mendadak, misalnya kecepatan satpam membunyikan alarm saat lampu

tanda bahaya berwarna merah. Sedangkan ketelitian menunjukkan jumlah

kesalahan yang dilakukan per satuan waktu, berhubungan dengan

gerakan pada saat pencarian jejak. Banyak faktor yang mempengruhi

kecepatan reaksi: Waktu menanggapi, pengharapan, waktu gerakan dan

lain–lain. Pengujian kecepatan reaksi bertujuan untuk mengetahui waktu

reaksi manusia terhadap warna tertentu.

2.6. Pengaruh Lingkungan Terhadap Performansi Kerja

Suatu kondisi lingkungan kerja yang baik tidak bisa ditentukan begitu saja

tetapi harus melalui tahapan–tahapan percobaan dimana setiap

kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap

kemampuan manusia dengan melihat sifat dan tingkah laku manusia di

ruangan yang terisolasi untuk observasi.

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performansi Kerja

Secara garis besar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

kerja (performansi) manusia, dan dapat dibagi atas 2 kelompok:

a. Faktor-faktor diri (individu) faktor-faktor ini datangnya dari diri si pekerja

itu sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja yang

bersangkutan datang di pekerjaannya seperti: sikap, sifat, sistem nilai,

karakteristik fisik, minat, motivasi, usia, jenis kelamin dan kecuali

pendidikan dan pengalaman faktor yang tidak dapat di rubah.

b. Faktor-faktor situasional, faktor–faktor yang ini datangnya dari luar diri

si pekerja dan faktor ini bisa di ubah-ubah (oleh pimpinan) dan di sebut

juga faktor–faktor management. Faktor–faktor tersebut di bagi dua sub

kelompok yaitu faktor sosial dan keorganisasian dan yang terdiri dari

Page 14: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

faktor–faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan. Lingkungan fisik, mesin

dan peralatan, metode kerja dan lain lain.

2.8. Bunyi Dan Pengaruhnya Terhadap Manusia

2.8.1. Pengertian Bunyi

Bunyi adalah gelombang energi yang merambat melalui media kenyal

sampai kepada telinga dan menggetarkan gendang dan seterusnya

hingga memperoleh rangsangan pendengaran. Suara biasanya berasal

dari bergetarnya sebuah benda seperti garpu-nada yang menimbulkan

gelombang berurutan dari tempatnya dan mengembangnya media tadi

dan melaluinya secara bebas.

Didalam udara, gelombang bunyi itu bergerak dengan kecepatan 760

mil/jam. Kecepatan rambatan melalui air akan 4 kali lebih cepat daripada

melalui udara. Didalam hampa, gelombang bunyi tidak dapat bergerak

karena tidak ada media kenyal. Karena suara adalah gelombang maka

seperti halnya gelomabang-gelombang lain, suara memiliki amplitudo dan

juga frekuensi. Frekuensi akan menentukan tinggi rendahnya nada,

Amplitudo aka menentukan intensitas atau kadar suara.

Energi suara yang besar pada sumber suara, akan berkurang terus

selama perjalanannya untuk mencapai telinga. Semakin jauh jarak

rambatan itu, energinya semakin kecil dan akhirnya akan habis, mungkin

habis sebelum mencapai telinga sehingga tidak terdengar.

Nada atau frekuensi suara yang menentukan keras dan rendahnya suara

dinyatakan dalam cycle/detik (C/dt) atau Hertz (Hz). Suaranya dapat di

dengar oleh telinga manusia merentang antara 20-20.000 Hz. Kurang dari

20 C/dt suara itu akan lemah sekali dan akan dirasakan hanya sebagai

getaran saja (Infra-suara), mungkin bisa di dengar oleh telinga binatang.

Frekuensi di atasa 20.000 Hz (melebihi Sound Barrier) termasuk sebagai

Page 15: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

ultra-suara dan di gunakan untuk bidang pengobatan. Amplitudo

menentukan kuat lemahnya suara (Sound Pressure).

Makin besar amplitudo dari gelombang suara itu, semakin kuat pula

tekanan suaranya. Satuan ukuran bagi tekanan suara ialah Bel (B), tetapi

ukuran tersebut sebenarnya terlalu besar untuk digunakan pada keadaan

yang biasa, karena itu satuan Desibel (dB) lebih lazim dipergunakan (1

desibel = 1dB=0,1 B). Satu dB merupakan besarnya tekana suara di

tingkat amabng frekuensi 1000 Hz, yaitu tekanan minimal yang masih

dapat kita dengarkan sebagai bisikan lembut (ambang pendengaran =

Hearing Threshold).

Ukuran-ukuran yang telah di kenal, menguraikan pengamatan secara fisik

dan dapat di rekam oleh instrumen yang memadai di laboratorium. Akan

tetapi di dalam praktek, kepekaan pendengaran orang per orang agar

sangat berbeda. Walaupun tekanan suara sama besarnya, namun kuat

atau tidaknya suara itu akan di tetapkan secara subyektif oleh orang yang

mendengarnya. Karena itu, seharusnya di buat skala khusus yang di

dasarka atas ketetapan rata-rata dari sejumlah besar orang dan

dinamakan skala subyektif tentang keras bunyi (loudn).

Ketinggian keras bunyi yang sama pada frekuensi yang berbeda-beda

telah di teliti oleh Robinson dan Dadson. Robinson dan Dadson

mendapatkan penetapan dari sejumlah orang yang mendengarnya bunyi

sekeras yang di persamakan dengan kadar suara pada nada 1000 Hz.

Dengan demikian di dapatkan garis lekuk liku (cotour) yang berkekerasan

sama, diacu dengan tinggi tekanan suara dalam dB pada frekuensi 1000

Hz. Garis-garis lekuk-liku yang berkekerasan sama tidak dinyatakan

dengan satuan ”tinggi keras bunyi” (loudness level) yang disebut phon.

Kekerasan dari setiap nada diberi nilai numerik sepadan dengan nilai

Page 16: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

desibel dari 1000 Hz. Setiap titik terletak pada satu garis lekuk-liku itu di

anggap mempunyai keras bunyi yang sama tinggi (garis iso-phon).

Pada frekuensi 8000 Hz, tinggi kerasnya bunyi 40 phon akan dicapai oleh

tekanan suara yang 36dB, tetapi kalau frekuensi nadanya 100 Hz, maka

harus dicapai tekan suara yang 50 dB (garis iso-phon 40). Jika anda

menghendaki tinggi kerasnya bunyi 60 phon dan frekuensi nada 1000 Hz

maka di perlukan tekanan suara 60 dB tapi kalau frekuensinya 4000 Hz

tekanan suara cukup 55 dB saja (garis iso-phon 60). Suara dapat terbagi

dalam dua bagian besar yaitu bising (diartikan sebagai suara yang tidak di

sukai dan mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan) dan nada atau

musik sebagai suara yang beratur.

Definisi dapat meliputi variasi yang luas dari situasi bunyi yang dapat

mengganggu pendengaran. Suara radio yang tidak disenangi dapat dia

anggap sebagai sesuatu kebisingan oleh seseorang karena mengganggu

dan menjengkelkan, karena musik yang disegani tidak cocok dengan radio

tersebut. Bising juga dapat bersasal dari dunia sekitar yang bisa benar-

benar merusak indera pendengaran.

Resiko rusak pendengaran bergantung pada kepekaan pendengaran

seseorang, tetapi pada umumnya terletak pada frekuensi 2400 dan 4800

C/dt. Selain tingginya frekuensi, resiko pendengaran dipengaruhi juga oleh

lamanya menghadapi bising dan apakah bising itu berlangsung secara

kontinyu atau terjadi kadang-kadang.

Secara sederhana dapat di ungkapkan bahwa bumi mengalir dalam

bentuk Gelombang melalui udara dan di ukur dalam bentuk frekuensi dan

intensitasnya. Frekuensi mengacu pada tinggi nada, tinggi atau rendahnya

kualitas suara dan di ukur dalam Hertz, jumlah daur per detik dimana

gelombang begetar. Semakin tinggi suatu nada, semakin lambat

getarannya. Gelombang bunyi yang sangat rendah memiliki panjang

Page 17: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

gelombang yang jauh lebih panjang dan membutuhkan tempat yang jauh

lebih luas.

2.8.2. Anatomi Bunyi

Proses mendengar terjadi apabila gelombang suara mengenai telinga

dalam melalui telinga luar dan tengah. Energi suara dirubah menjadi

ajakan sarafi yang mencapai pusat otakdan cocok dan ekspresi suara

akan terjadi.

Gelombang suara menyebabka gendang telnga bergetar, getaran itu di

perkuat oleh jembatan tulang (Ossicles) yang terdiri atas palu, landasan

dan sanggurdi (stirrup) diteruskan ketelinga dalam.

Telinga normal dapat menangkap bunyi-bunyian yang berkisar antara 16

hingga 20.000 Hz. Tomatis pendapat bahwa bunyi-bunyian frekuensi

tinggi (3000 hingga 8000 hertz atau lebih) dapat mempengaruhi fungsi-

fungsi kognitif, berpikir, persepsi spasial dan ingatan. Bunyi-bunyian

frekuensi sedang (750 hingga 3000 hertz) cenderung merangsang

jantung, paru-paru dan emosi.

Sedangkan frekuensi bunyi-bunyian frekuensi rendah (125 hingga 750

hertz) mempengaruhi gerakan fisik. Intensitas atau kerasnya bunyi di ukur

dalam desibel (dB).

Desau dedaunan tercatat sekitar 10 dB, bisikan sekitar 30 dB, rumah atau

kantor yang tenang tercatat sekitar 40 sampai 50 dB, percakapan biasa

sekitar 60 dB, laju lalu lintas biasa sekitar 70 dB, percakapan dengan

berteriak tercatat sekitar 100 dB, gergaji listrik 110 dB, musik rock yang

keras 115 dB dan pesawat jet yang take-off lebih dari 120 dB.

Page 18: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

2.8.3. Pengertian Musik

Sepanjang sejarah musik dipakai untuk bisa bekerja lebih mudah. Banyak

macam-macam nyanyian dari para seniman, lagu-lagu mars dari para

tentara, semuanya bermaksud untuk menggalakan dan mendorong orang

berlaku lebih menderita.

Rancangan akustik mencapai sistem kantong penggiat via telinga dalam

serta saraf pendengaran dan dari sini rangsang itu menuju ke korteks

untuk meningkatkan semangat dan kesadaran. Pada pekerjaan yang

monoton, bising dapat mempunyai efek merangsang dan meningkatkan

prestasi. Irama dari musik yang terarah dapat juga mempengaruhi otak

untuk kerja bersemangat dan meningkatkan prestasi.

Bising dan musik juga dapat membiaskan, hingga kegiatan yang menuntut

pemikiran dan atensi yang tinggi dapat menderita karenanya. Dalam

pekerjaan yang monoton, berulang-ulang yang hanya memerlukan sedikit

atensi, musik dapat menguntungkan, tetapi terhadap pekerjaan yang

murni intelektual efeknya masih diragukan.

Pemakaian musik sambil bekerja harus dipandu oleh pertimbangan

berikut:

a. Musik dalam bekerja menciptakan suasana akustik yang

menghasilkan efek menguntungkan pada pikiran.

b. Musik bernilai sekali pada pekerja tangan dan repetitif dan jabatan lain

yang hanya membutuhkan sedikit kegiatan mental.

c. Jika bising latar belakang cukup tinggi, musik tidak begitu tinggi

bernilai.

d. Musik keras jangan anda tampilkan pada pekerja menuntut banyak

upaya mental. Musik keras jangan dimainkan secara continue.

e. Penampilan sikap yang membangunkan perlu di berikan pada awal

hari, satu lagi yang bernada meriah di akhir hari dan 4 kali setiap

setengah jam pada tengah hari dengan musik ringan.

Page 19: Beban Fisik dan Mental - Bab 2 Landasan Teori - Modul 4 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas Komputer

Tempo musik jangan terlalu slow tapi juga jangan terlalu fast. Irama yang

slow biasa menidurkan sedangkan yang fast dapat mengganggu dan

dapat menciptaka ketergesaan. Musik adalah bunyi yang diatur

sedemikian rupa mengenai tinggi rendahnya nada, keras lembutnya,

warna nada dan sebagainya sehingga bunyi tersebut dapat dinikmati.

Terdapat berbagai macam instrumen musik. Penggunaan instrumen yang

berbeda-beda pula lah yang melahirkan banyak jenis musik.