Beasiswa ads bagi orang awam

29
Beasiswa ADS bagi orang awam This entry was posted on April 4, 2012, in Australia , Beasiswa ADS , Beasiswa Luar Negeri , Leadership , Scholarship . Bookmark the permalink . 92 Comments Hari ini saya mendapat email dari seseorang perihal beasiswa Australian Development Scholarship atau ADS. Yang agak mengejutkan, meskipun rasanya saya sudah menulis cukup banyak tentang beasiswa ADS di blog ini, pengirim email ini “tidak tahu harus mulai darimana”. Kalimat ini saya petikkan langsung dari emailnya. Dengan dugaan bahwa kawan kita ini tidak sendiri, maka saya menulis informasi ini, dipersembahkan khusus bagi mereka yang ingin mendaftar beasiswa ADS tetapi “tidak tahu harus mulai dari mana”. Apa sih beasiswa ADS itu? ADS singkatan dari Australian Development Scholarship alias Beasiswa Pembangunan Australia yang diberikan oleh Australian Agency for International Development alias AusAID. Beasiswa ADS juga dikenal dengan beasiswa AusAID. Beasiswa ADS diberikan kepada orang Indonesia dan beberapa negara lain yang ingin belajar S2 atau S3 di Australia. Mereka yang berhasil memperoleh beasiswa ini bisa menempuh pendidikan S2 atau S3 di institusi/universitas Australia yang menjadi rekanan AusAID. Artinya pelamar harus sekolah di universitas yang masuk dalam daftar ini. Perlu diketahui, tidak semua institusi Australia masuk dalam daftar AusAID. Mulai dari mana? Idealnya calon pelamar harus mulai dari membaca secara cermat SEMUA informasi yang sudah ditulis dengan lengkap selengkap- lengkapnya di website ADS . Jika sabar dan cermat, semua hal ada di sana dan sebenarnya tidak perlu banyak bertanya, terutama tentang persyaratan. Saya sarankan mulailah dari mengunduh formulirnya dari website ADS atau bisa juga dari blog saya . Di formulir ini ada informasi yang lengkap, terutama soal persyaratannya. Dengan membaca dan mencermati setiap pertanyaan dari formulirnya maka Anda akan tahu apa saja yang harus dikuasai atau disiapkan. Kemungkinan besar akan ada pertanyaan yang belum dipahami maknanya, apalagi

Transcript of Beasiswa ads bagi orang awam

Page 1: Beasiswa ads bagi orang awam

Beasiswa ADS bagi orang awam

This entry was posted on April 4, 2012, in Australia, Beasiswa ADS, Beasiswa Luar Negeri, Leadership, Scholarship. Bookmark the permalink. 92 Comments

Hari ini saya mendapat email dari seseorang perihal beasiswa Australian Development Scholarship atau ADS. Yang agak mengejutkan, meskipun rasanya saya sudah menulis cukup banyak tentang beasiswa ADS di blog ini, pengirim email ini “tidak tahu harus mulai darimana”. Kalimat ini saya petikkan langsung dari emailnya. Dengan dugaan bahwa kawan kita ini tidak sendiri, maka saya menulis informasi ini, dipersembahkan khusus bagi mereka yang ingin mendaftar beasiswa ADS tetapi “tidak tahu harus mulai dari mana”.

Apa sih beasiswa ADS itu?

ADS singkatan dari Australian Development Scholarship alias Beasiswa Pembangunan Australia yang diberikan oleh Australian Agency for International Development alias AusAID. Beasiswa ADS juga dikenal dengan beasiswa AusAID. Beasiswa ADS diberikan kepada orang Indonesia dan beberapa negara lain yang ingin belajar S2 atau S3 di Australia. Mereka yang berhasil memperoleh beasiswa ini bisa menempuh pendidikan S2 atau S3 di institusi/universitas Australia yang menjadi rekanan AusAID. Artinya pelamar harus sekolah di universitas yang masuk dalam daftar ini. Perlu diketahui, tidak semua institusi Australia masuk dalam daftar AusAID.

Mulai dari mana?

Idealnya calon pelamar harus mulai dari membaca secara cermat SEMUA informasi yang sudah ditulis dengan lengkap selengkap-lengkapnya di website ADS. Jika sabar dan cermat, semua hal ada di sana dan sebenarnya tidak perlu banyak bertanya, terutama tentang persyaratan. Saya sarankan mulailah dari mengunduh formulirnya dari website ADS atau bisa juga dari blog saya. Di formulir ini ada informasi yang lengkap, terutama soal persyaratannya. Dengan membaca dan mencermati setiap pertanyaan dari formulirnya maka Anda akan tahu apa saja yang harus dikuasai atau disiapkan. Kemungkinan besar akan ada pertanyaan yang belum dipahami maknanya, apalagi jawabannya. Dari sinilah Anda bisa kembali membaca petunjuk umum di website atau bertanya pada orang lain. Dengan cara ini, pertanyaannya akan menjadi lebih spesifik sehingga lebih mudah bagi orang untuk membantu menjawabnya.

Daftar persyaratan ada di halaman 24 formulir ADS. Dengan membaca persyaratan ini, calon pelamar akan tahu apakah dirinya memenuhi syarat atau tidak. Tentang TOEFL atau IELTS misalnya, pelamar harus mencapai skor tertentu dan menyiapkan terlebih dahulu. Jika belum memenui syarat, harus belajar dulu dan ikut ujiannya. Persyaratan lain misalnya adalah dokumen yang harus diterjemahkan ke Bahasa Inggris. Jika belum, lakukan ini dulu. Intinya, lengkapi dan penuhi syaratnya.

Sambil melengkapi syarat, mulailah melihat-lihat universitas yang cocok. Sebelum itu tentu saja perlu menetapkan bidang yang ingin dipelajari. Silakan lihat cara memilih universitas pada posting saya sebelumnya. Jika Anda akan sekolah master

Page 2: Beasiswa ads bagi orang awam

by research atau S3 maka perlu mencari calon supervisor. Silakan lihat bedanya master by research dengan master by coursework dan cara mencari calon supervisor di blog ini. Semua hal ini bisa dilakukan parallel tetapi ingat bahwa kontak dengan supervisor dan informasi tentang jurusan/program S2/S3 tidak akan ada gunanya kalau Anda tidak memenuhi syarat. Yang paling krusial tentu saja IP dan TOEFL/IELTS. IP tentu tidak bisa diubah, kecuali Anda mengulang S1. Sementara itu, TOEFL atau IELTS tentu bisa diperbaiki. Maka saya selalu sarankan, meskipun bisa kerja parallel mencari sekolah dan mencari supervisor, sebaiknya berikan perhatian penuh pada syarat formal seperti IP dan TOEFL/IELTS terlebih dahulu.

Secara terpisah, semua informasi ini suda ada di blog saya, tentu perlu kesabaran dalam mencari. Semua informasi sudah saya kumpulkan dalam satu halaman di Beasiswa ADS. Silakan lihat di sana, saya yakin, sebagian besar pertanyaan Anda sudah dijawab di sana.

Saya selalu senang berbagi kepada siapa saja. Itulah sebabnya ada puluhan tulisan tetang beasiswa ADS di blog ini. Saya juga paham, ada orang yang benar-benar awam soal beasiswa sehingga muncul pertanyaan seperti yang saya sampaikan di awal tulisan ini. Hanya saja memang saya sering merenung sendiri jika ada yang tiba-tiba muncul dengan pertanyaan yang sangat mendasar dan sesungguhnya bisa dicari sendiri di website ADS atau bahkan di blog ini. Pertanyaan saya adalah apakah tulisan saya sulit dipahami atau membosankan sehingga membuat orang enggan membaca? Jika demikian, saya harus belajar menulis lebih baik lagi. Untuk mereka yang demikian, saya akan tetap berusaha menjawab dengan baik tetapi tentu saja saya berharap para peminat ini memiliki kesungguhan untuk membaca dan mencari sendiri. Memang mudah sekali bertanya dan sangat nyaman jika kita bisa mendapatkan jawaban secara instan dari seseorang. Namun percayalah, life is not always that easy. Sering kita harus melakukan hal penting dengan bersusah payah dan bekerja keras. Kadang kita terantuk dan tersandung tanpa ada seorangpun yang peduli. Maka dari itu mari kita syukuri kemudahan mendapatkan informasi dari teman-teman kita dengan tidak menjadikannya sebagai alasan untuk menjadi malas.

Beasiswa ADS ini diperebutkan oleh sekitar 5000 orang setiap tahunya. Mereka yang tangguh dan ulet yang akan memenangkannya. Membaca dan mencatat dengan cermat adalah bagian dari pembuktian ketangguhan itu. Saya selalu menyebut para pemburu beasiswa ini sebagai “pejuang” dan saya yakin Anda memenuhi syarat untuk sebutan itu. Selamat berjuang dan kita akan bersulang saat kemenangan dalam genggaman!

Page 3: Beasiswa ads bagi orang awam

Tips Beasiswa: Menghubungi Calon Pembimbing

This entry was posted on June 17, 2010, in Australia, Geodesi UGM, Leadership, Scholarship, Tips. Bookmark the permalink. 169 Comments

Mereka yang melanjutkan sekolah pascasarjana (S2 atau S3) umumnya memerlukan pembimbing atau supervisor atau professor. Intinya, jika bersekolah yang ada komponen penelitiannya (menulis tesis atau desertasi), kehadiran pembimbing adalah wajib. Hal ini tentu tidak berlaku pada mereka yang menempuh studi S2 by coursework karena memang tidak diwajibkan membuat tesis. Program S2 semacam ini, setahu saya, ada di Australia yang bisa ditempuh dalam waktu setahun.

Kesulitan yang cukup sering dialami oleh calon mahasiswa adalah dalam melakukan kontak dengan calon pembimbing ini. Jika Anda ingin bersekolah S2 (master by research) atau S3 di Australia, Anda sudah harus mengontak calon pembimbing sebelum datang ke Australia. Biasanya, Anda bahkan perlu melakukan komunikasi sebelum lebih jauh melamar sekolah. Jika Anda ingin melamar beasiswa seperti ALA, maka Anda wajib sudah diterima di sebuah universitas. Sementara untuk bisa diterima di universitas Anda wajib punya calon pembimbing. Singkatnya, mendapatkan pembimbing ini sangatlah penting. Jika saat ini Anda sedang di Indonesia, bagaimana cara menghubungi calon pembimbing tersebut?

Lagi-lagi harus saya tegaskan bahwa saya tidak memiliki kualifikasi formal untuk menasihati cara menghubungi professor di luar negeri. Yang saya mau sampaikan adalah pengalaman saya, pengalaman teman dan hasil membaca berbagai sumber. Untuk sedikit meyakinkan Anda, saat ini saya bekerja paruh waktu sebagai International Student Adviser di University of Wollongong yang salah satu tugasnya adalah memberi masukan/informasi kepada calon mahasiswa perihal ini. Semoga berita ini membuat saya sedikit lebih mayakinkan.

Ketika diminta menjadi pemateri di UII Yogyakarta beberapa waktu lalu, saya sampaikan beberapa hal penting dalam menghubungi professor. Pertama, Anda harus tahu orang yang akan Anda hubungi ini adalah orang sibuk. Mereka sibuk karena mereka hebat. Karena mereka hebatlah maka Anda menghubunginya kan? Saya sering berkelakar, mereka bukan supervisor, tetapi superstar yang cirinya adalah tidak mudah dihubungi, waktunya selalu terbatas. Artinya, kalau email Anda tidak langsung dibalas, bersabarlah dan itu adalah hal yang wajar. Karena mereka sibuk, biasakan menggunakan bahasa yang singkat, langsung ke pokok persoalan tanpa menjadi tidak sopan. Kalau mengirim email pertama sebaiknya tidak lebih dari 200 kata. Paragraf yang sedang Anda baca ini terdiri dari 110 kata.

Hal kedua, Anda wajib mencari tahu secara intensif informasi tentang orang tersebut. Kunjungi website universitas di mana dia berkantor dan cari informasi rinci tentang dirinya. Hal penting adalah ketertarikan risetnya, publikasi yang sudah pernah ditulis dan aktivitas risetnya saat ini. Biasanya, informasi seperti itu tidak sulit dicari di websitenya. Hal selanjutnya adalah Anda sebaiknya tidak tembak langsung, meminta dia jadi supervisor pada email pertama. Mulailah dengan menyinggung karyanya yang dipublikasikan di jurnal atau di konferensi. Intinya, Anda harus benar-benar pernah membaca tulisannya, terutama yang terkait dengan topik yang ingin

Page 4: Beasiswa ads bagi orang awam

Anda tekuni. Jika bisa mendapatkan tulisan terbarunya di sebuah jurnal akan lebih bagus. Bagaimana caranya? Kunjungi websitenya, lihat daftar publikasinya lalu pilih yang paling sesuai. Anda biasanya akan melihat judul atau abstraknya saja di website itu, sedangkan naskah lengkap ada di jurnal yang memuatnya. Umumnya kita di Indonesia tidak memiliki akses terhadap jurnal ini tapi jangan khawatir karena jurnal itu bisa didapatkan dari berbagai sumber. Jika Anda punya teman yang sedang sekolah di luar negeri, minta dia mengunduh jurnal tersebut dan mengirimkannya pada Anda. Jika tidak ada teman di luar negeri, kontak dosen Anda ketika kuliah dulu. Kalau dosen ini cukup gaul dan banyak temannya di luar negeri (istilah kerennya, jaringannya luas) maka tidak akan sulit baginya mendapatkan jurnal tersebut. Jika Anda merasa kurang pas dengan dosen Anda karena dulu killer dan memberi nilai C saat skripsi, coba cari dosen lain. Dari sekian banyak, masak sih tidak ada yang akrab? Jika benar-benar tidak ada dosen yang Anda kenal dengan baik, berarti Anda bermasalah. Coba pikirkan lagi, mengapa!

Tapi kalau benar-benar Anda tidak mengenal siapapun yang bisa membantu, saatnya mencari kenalan. Coba ikuti milis mailto:[email protected]. Di sana ada banyak sekali orang baik yang hobi membantu orang lain. Perhatikan anggota yang aktif dan sedang berada di luar negeri. Coba kontak beliau dengan santun, minta diunduhkan jurnal. Kalau cara Anda cukup sopan, semestinya ada yang rela membantu. Setelah membaca jurnal itu, perhatikan, resapi, pahami dan buat catatan penting tentang bagian yang akan Anda bicarakan. Selanjutnya dalam email pertama, lakukan sapaan singkat dan mulailah menyinggung topik tersebut. Cara yang baik adalah sedikit berkomentar untuk menunjukkan pemahaman, selanjutnya bisa ditutup dengan pertanyaan singkat tentang topik itu. Saya cukup sering melakukan ini dan selalu berhasil mendapat respon. Jika Anda khawatir dengan Bahasa Inggris Anda (atau bahasa asing lainnya), mintalah teman untuk membaca sebelum dikirim. Ini namanya KKN, Kawan Kawan Nolong.

Ada kalanya, profesor yang hendak Anda hubungi ini sudah memiliki mahasiswa bimbingan, baik S2 maupun S3. Dalam banyak kasus, bukan tidak mungkin salah satu bimbingannya itu adalah orang Indonesia. Daftar mahasiswa ini biasanya akan muncul di websitenya. Jika demikian, berusahalah mencari alamat email mahasiswa tersebut jika di website tesebut tidak ada. Jika iseng-iseng anda ketikkan namanya di Google, kemungkinan besar akan muncul alamat facebooknya. Adakah orang yang tidak memiliki fecebook di tahun 2010 ini? Tentu saja ada. Tapi orang itu pastilah bukan saya atau Anda. Kalaupun itu Anda, itu adalah sebuah pengecualian yang sangat langka. Selanjutnya coba kontak mahasiswa Indonesia ini dan sampaikan persoalan Anda. Ingat, setiap orang akan lebih senang menerima email yang sopan, tidak berkepanjangan, dan tidak sibuk memamerkan kehebatan sendiri. Ingat juga, semua orang suka dipuji, meskipun banyak orang yang berkata ”ah saya biasa-biasa saja kok. Saya hanya beruntung saja.” Padahal kalau pakai helm, helmnya sudah pecah karena pujian Anda.

Berkenalan lewat teman ini cukup efektif. Hanya saja kalau mahasiswa Indonesia ini ternyata sedang bermasalah dengan pembimbingnya itu, mungkin Anda belum beruntung. Mungkin dia tidak mau mengaku secara terus terang bahwa dia sedang bermasalah dengan pembimbingnya namun dari jawaban-jawabannya Anda tentu bisa menduga arahnya. Jika rasanya tidak mungkin, janga dipaksa dan tutup

Page 5: Beasiswa ads bagi orang awam

komunikasi dengan baik, tetap sopan dan tetap berterima kasih. Siapa tahu suatu saat Anda akan bertemu dia di bawah pembimbing yang sama. Sekedar peringatan, mahasiswa yang sedang pusing menulis tesis atau desertasi kadang aneh dan mudah emosi. Bersabarlah.

Jika semua lancar, jalan Anda mungkin lebih mudah karena memiliki ’perwakilan’ yang bisa menyampaikan keinginan Anda. Perlu diingat juga, banyak profesor yang sangat ingin menambah mahasiswa tetapi sulit menemukan kandidat yang cocok. Dengan direkomendasikan oleh muridnya sendiri, dia akan lebih yakin terhadap Anda. Jika demikian, urusan akan jadi lebih mudah.

Banyak orang yang bertanya pada saya, kalau mereka menguhubungi dua atau lebih profesor sekaligus dan semuanya memberikan respon bagaimana cara menolak salah satunya. Saya tegaskan, umumnya mereka profesional. Calon mahasiswa internasional yang baik memang kadang menjadi rebutan. Ini hal biasa dan jangan merasa bersalah. Kalau Anda menyampaikan dengan baik, terbuka dan apa adanya, mereka umumnya mengerti. Saya sekolah S2 di UNSW Sydney tetapi saat S3 saya memilih University of Wollongong yang lebih kecil. Sementara itu, supervisor S2 saya sangat ingin saya kembali ke UNSW. Saya mengatakan terus terang bahwa saya merasa akan lebih berkembang di Wollongong karena ini ini dan ini. Salah satu alasan penting adalah karena di Wollongong ada lebih banyak orang yang menekuni bidang yang sama sehingga punya teman diskusi yang lebih banyak. Supervisor S2 saya pun mengerti dan dia tetap memberikan reference letter yang sangat istimewa. Mereka memang profesional. Hanya saja, saya ingatkan lagi, jangan berbohong karena dunia itu sempit, apalagi bidang Anda sangat khusus. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Anda akan bertemu dia lagi di forum internasional. Jangan sampai Anda kagok sendiri. Intinya, memilih satu pembimbing dari sekian pilihan itu biasa, menegosiasikan topik juga biasa. Asal Anda tahu, komunikasi yang baik adalah yang sopan, elegan dan jelas dasarnya.

Satu hal penting, Anda harus tahu bahwa tidak semua orang hebat itu bule. Tidak sedikit yang heran dan terkejut ketika bersekolah di Australia atau di Amerika mendapati pembimbingnya adalah orang China atau India atau Timur Tengah. Maka dari itu, jangan selalu membayangkan bahwa orang yang membalas email Anda adalah orang bule. Tidak sedikit orang bukan bule yang justru sangat hebat di bidangnya. Ada beberapa kawan saya yang mengurungkan niat sekolah karena tahu calon pembimbingnya dari China. ”Jauh-jauh sekolah ke Australia dibimbing China” katanya. Saya mau tanya pada Anda, pernahkan Anda membayangkan Anda berkantor di belahan bumi utara atau selatan lalu suatu hari mendapat email dari seseorang dan orang itu memohon-mohon agar Anda mau menjadi pembimbing S3nya? Apa yang Anda pikirkan jika beberapa hari kemudian mahasiswa ini membatalkan gara-gara tahu kulit Anda sawo matang? Semoga Anda menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini.

Untuk meringkas, saya ulangi lagi calon pembimbing Anda adalah orang sibuk, jadi harus singkat saja. Anda wajib mencari informasi selengkap mungkin sebelum menghubungi dan jangan tembak langsung di email pertama. Ada sebaiknya mulai dengan mengapresiasi karyanya dan mengajukan pertanyaan. Bisa juga berkenalan lewat teman sesama Indonesia sehingga lebih mudah. Selain itu, perlu diingat bahwa mereka, umumnya professional, tidak mudah sakit hati, tidak juga mudah

Page 6: Beasiswa ads bagi orang awam

tersinggung. Meski begitu, tetaplah berkomunikasi dengan sopan, menghormati dan elegan. Saya ingatkan lagi, jangan terkejut kalau pembimbing anda bukan bule.

Hal terakhir yang mungkin sangat ingin Anda dapatkan dari tulisan ini adalah contoh email yang baik untuk menghubungi calon supervisor. Kalau Anda agak rajin sedikit saja dalam melakukan pencarian di dunia maya, ribuan contoh bisa Anda dapatkan. Ketik saja misalnya how to contact a professor di Googel. Meski begitu, saya ingatkan lagi, email ini mirip seperti personal statement, harus mencerminkan diri sendiri. Jangan asal salin dari sembarang tempat. Sempatkan untuk melakukan penyesuaian sendiri. Berikut adalah salah satu contoh yang mungkin bisa dipertimbangkan.

Dear Prof. Arsana,

I hope this finds you well.

I am Andi from Indonesia, a lecturer in the Department of Geodetic Engineering at Gadjah Mada University. I have read your paper concerning Australia’s extended continental shelf published in latest Marine Geodesy. Thank you for writing the paper. It is very helpful for me to understand the technicality of continental shelf beyond 200 M from baselines. I particularly like the way you explain article 76 of UNCLOS through simple, yet effective illustrations.

I have a question to ask about Australia’s extended continental shelf in the Antarctic. From the map in your paper I understood that the part has been delineated. However, it is not part of the official submission to the UN. Could you please elaborate more about this?

I am interested in the issue of continental shelf and thinking of pursuing a master degree with this topic. I hope you can shed a light on this issue. Thank you very much for your kind attention and I am looking forward to hearing from you at your earliest convenience.

Sincerely yoursAndi

Surat di atas mungkin sedikit agak panjang untuk mereka yang sangat sibuk. Karenanya itu bukan panduan yang harus Anda turuti. Itu hanya contoh saja yang saya rasa akan mampu mengetuk hati calon pembimbing Anda. Kalimat terakhir tentang apresiasi dan pengaharapan atas jawaban itu adalah standar surat resmi yang sopan dan elegan. Anda boleh tiru bagian yang itu.

Mendapatkan beasiswa memang ada caranya dan bisa dipelajari. Meski demikian ini adalah juga masalah common sense. Cobalah membayangkan diri sebagai professor. Calon mahasiswa seperti apa yang ideal menurut Anda?

PS. Apa bedanya Master by Research dan Master by Coursework?

Master by research merupakan sebuah program S2 dengan proporsi dominan untuk penelitian guna pembuatan tesis. Program ini biasanya berlangsung selama 2 tahun.

Page 7: Beasiswa ads bagi orang awam

Mata kuliah hanya sedikit (kalaupun ada),  paling banyak 3 mata kuliah saja selama 2 tahun itu. Biasanya mahasiswa akan menghabiskan semester pertama untuk kuliah dan 3 semester berikutnya full riset dan menulis tesis.

Master by coursework sebaliknya, isinya kuliah saja, tanpa kewajiban penelitian untuk menghasilkan tesis. Tesis adalah sesuatu yang tidak wajib pada Master by Coursework. Isinya full kuliah saja, membuat tugas (assignment), ujian (mid ataupun akhir) dan setelah semuanya beres, tamatlah sudah. Meski begitu, ada juga mahasiswa Master by Coursework ini mengambil mata kuliah yang berisi komponen riset yang cukup tinggi sehingga perlu membuat mini thesis. Ini biasanya dilakukan di semester akhir. Sekali lagi ini adalah keputusan sendiri, bukan merupakan sesuatu yang wajib. Program ini biasanya ditempuh dalam waktu satu tahun.

Perbedaan yang menyolok dari keduanya: waktu tempuh berbeda (Master by Research 2 tahun, Master by Coursework 1 tahun), gelarnya berbeda tetapi pengakuan di Indonesia sama saja, sama-sama S2. Kalau mau melanjutkan S3, umumnya Master by Research lebih berpeluang karena dianggap sudah berpengalaman melakukan riset mandiri. Meski demikian, kenyataannya banyak juga alumni Master by Coursework yang kemudian melanjutkan S3. Ini bukan sesuatu yang tidak mungkin.

Bagaimana memilih jurusan dan universitas di luar negeri

This entry was posted on March 29, 2012, in Australia, Beasiswa ADS, Beasiswa Luar Negeri, Geodesi UGM, Tips. Bookmark the permalink. 41 Comments

Saya sering mendapat pertanyaan dari pejuang beasiswa luar negeri (biasanya Australian Developmen Scholarship atau ADS) yang bernada seperti ini:

“saya alumni jurusan xxx dari uiversitas yyy. Saat ini saya sedang bekerja di zzz. Jurusan apa yang kira-kira cocok untuk saya dan di universitas mana ya?”

Karena saya tidak bekerja sebagai konsultan pendidikan, pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Lebih tidak mudah lagi karena bidang ilmu si penanya sangat amat jauh dengan apa yang sedang saya pelajari. Awalnya saya senyum-senyum saja menerima pertanyaan seperti ini dan di kesempatan lain ada perasaan kurang nyaman juga. Coba dibayangkan, misalnya, ada orang yang memiliki latar belakang aktuaria (jangan khawatir, saya juga tidak tahu barang apa ini) dan tiba-tiba mengirim email pada saya dan minta nasihat jurusan dan universitas yang tepat. Saya yakin seyakin-yakinnya si penanya ini tidak tahu bahwa saya adalah sarjana Teknik Geodesi yang pekerjaannya bercengkrama dengan peta dan sekali-sekali berurusan dengan perbatasan.

Lambat laun saya menjadi terbiasa. Tidak jarang ada email yang bertanya tentang penelitian ekonomi, linguistik, psikologi, olah raga hingga kajian gender. Percayalah, tidak mudah bagi seorang surveyor seperti saya untuk memberi masukan apalagi

Page 8: Beasiswa ads bagi orang awam

petunjuk studi yang tepat bagi para penanya ini. Tapi biasanya saya beri masukan perihal cara memilih jurusan dan sekolah. Maka ini saya tuliskan agar bisa dibaca lagi oleh siapa saja yang mengalami kesulitan serupa.

Jika bidang ilmu Anda seperti bidang ilmu saya yang tidak popular, urusannya biasanya lebih mudah. Di Australia, misalnya, tidak banyak universitas memiliki jurusan Teknik Geodesi atau ilmu bumi yang spesifik seperti yang saya pelajari. Akibatnya, saya tidak mengalami kesulitan dalam memilih jurusan dan universitas. Jika Anda belajar bidang ilmu yang sangat umum seperti ekonomi atau politik, misalnya, urusannya bisa jauh lebih rumit.

Pertama, seorang pelamar barus menentukan bidang kajian yang diinginkan. Jika belum tahu bidang yang diinginkan, berarti Anda perlu menentukan dulu. Diskusi soal ini tentu saja bisa tiga hari tiga malam tidak selesai, jadi saya serahkan pada Anda untuk menentukannya. Pertimbangannya tentu saja bisa terkait pekerjaan yang dilakukan sekarang atau pekerjaan yang diinginkan di masa depan atau passion pribadi Anda yang mungkin tidak selalu terkait dengan trend dan pekerjaan di masa depan. Silakan menimbang-nimbang dan kemudian menentukan. Percayalah, yang paling tahu hal ini adalah mereka yang menekuni bidang ini.

Jika sudah cukup jelas bidang yang ingin dikaji, mulailah membaca buku atau artikel jurnal atau koran atau laporan terkait bidang tersebut. Yang perlu diutamakan adalah publikasi ilmiah seperti jurnal terkini di bidang tersebut. Jika tidak punya akses terhadap jurnal ilmiah, bisa menggunakan Google Scholar. Coba cari bidang kajian tersebut di Google Scholar maka artikel yang muncul dipastikan adalah artikel ilmiah. Ini penting agar Anda terhindar dari informasi tidak sahih yang saat ini bertebaran di dunia maya. Dengan banyak membaca bidang yang akan ditekuni, Anda mulai tahu nama ahli dan juga institusi tempat ahli itu bernaung. Dengan begini, Anda mulai bisa meraba-raba, institusi mana yang nantinya menjadi pilihan. Jika sama sekali tidak punya gambaran apa yang harus dibaca, coba main ke kampus tempat Anda menamatkan S1 dulu. Coba ngobrol dengan dosen pembimbing atau teman yang jadi dosen sekedar untuk menyegarkan ingatan akan keilmuan Anda. Biasanya akan ada ide. Jika Anda sudah bekerja, ngobrol dengan akademisi ini sangat bagus karena kedua belah pihak akan untung. Anda disegarkan dengan teori mapan, sang akademisi juga mendapat perspektif yang segar dari ‘dunia nyata’.

Jika Anda akan kuliah dengan komponen penelitian yang banyak (Master by Research atau PhD) maka membaca jurnal ilmiah ini sangat penting. Ini bisa jadi modal untuk menghubungi professor sebagai calon pembimbing. Jika Anda akan sekolah dengan sistem coursework, maka membaca jurnal ini setidaknya bisa memberi gambaran institusi mana yang cocok. Jurnal itu tentu ditulis oleh seorang pakar dan pakar itu pasti bernaung di sebuah institusi. Demikianlah caranya menentukan institusi. Jika Anda belum menemukan mood membaca karena sudah terlalu lama berada di luar ruang kelas, coba ikuti seminar di bidang keilmuan Anda. Jika malas membaca, biasanya bisa dirangsang dengan mendengar dan melihat dulu.

Cara lain adalah dengan melakukan pencarian menggunakan mesin pencari seperti Google. Jika sudah yakin dengan bidang kajian yang diminati maka lakukan

Page 9: Beasiswa ads bagi orang awam

pencarian dengan kata kuncinya tertentu dengan tambahan pembatasan bahwa pencarian itu khusus untuk mencari universitas saja. Caranya adalah dengan menambahkan ekstensi domain yang sesuai. JIka mencari bidang ilmu/kajian di universitas Australia maka harus menggunakan ekstensi domain universitas Australia. Anda harus tahu bahwa domain institusi pendidikan di Australia adalah edu.au. Indonesia misalnya menggunakan ac.id. Amerika menggunakan edu, Inggris menggunakan ac.uk, Belanda menggunakan nl, Singapura memakai edu.sg dan seterusnya. Misalnya jika Anda ingin belajar aktuaria di universitas di Australia maka coba ketikkan di Google actuarial studies site:edu.au. Hasilnya adalah website institusi pendidikan di Australia yang ada ada kata actuarial. Jika ingin menkuni pemetaan atau geodesi di Australia, coba surveying site:edu.au. Ini akan memudahkan Anda untuk memilih.

Setelah mendapatkan website beberapa universitas, kunjungi website tersebut dan pelajari program yang ada di situ. Umumnya program mereka akan sangat lengkap, terutama ada silabus/kurikulumnya. Biasanya ada juga daftar mata kuliah dan isinya secara singkat. Dengan memahami ini Anda akan mendapat gambaran yang lebih jelas apa yang bisa diharapkan jika belajar di program/jurusan tersebut. Selain melihat programnya, perhatikan juga penelitian dan terutama publikasi dosen/professor di jurusan/program tersebut. Biasanya, di websitenya akan ada link yang menjelaskan staff/dosen/peneliti yang bekerja di tempat itu. Masing-masing staf akan dijelaskan sedemikian rupa, misalnya soal sejarah pendidikannya, ketertarikan penelitiannya dan publikasi terkininya. Dengan memperhatikan itu, Anda akan bisa memahami seberapa produktif staf di jurusan tersebut. Semakin banyak publikasinya, tentu semakin baik. Dari daftar publikasi itu Anda juga akan tahu seberapa cocok bidang yang Anda minati dengan keahlian orang-orang yang ada di jurusan tersebut.

Selain soal publikasi, biasanya ada juga berita terkait peran jurusan itu di masyarakat atau asosiasi profesi terkait. Misalnya, seberapa sering stafnya ikut konferensi, mengadakan workshop, kerjasama dengan pemerintah, punya proyek dengan dunia industri dan sebagainya. Semakin banyak hal tersebut, semakin bagus peran jurusan itu di masyarakat, artinya Anda boleh menduga bahwa semakin terjamin pula kualitasnya, meskipun ini tidak selalu benar. Jika Anda berencana belajar di universitas tesebut dengan beasiswa maka harus dicek apakah beasiswa tersebut bersedia mendanai Anda untuk belajar di universitas pilihan itu. Beasiswa ADS misalnya memiliki daftar universitas tertentu yang diijinkan. Jika hasil pencarian Anda tidak termasuk dalam daftar ini maka artinya Anda tidak bisa melamar Beasiswa ADS. Solusinya, pilih universitas lain atau pilih jenis beasiswa lain.

Untuk mengkonfirmasi kualitas suatu jurusan/universitas, coba juga cari orang Indonesia yang sedang atau pernah sekolah di jurusan tersebut. Caranya? Dengan menghubungi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di universitas tersebut. Belum tahu caranya? Coba gunakan Google dengan kata kunci “Indonesian Students” “University of X” atau “Perhimpunan Pelajar Indonesia” “University of X”. Jika masih kesulitan, coba lihat website oisaa.org dan cari PPI di negara yang dimaksud. Setelah ketemu kontak/website PPI suatu negara, coba tanyakan PPI di universitas yang Anda inginkan. Di Australia, misalnya, PPI itu berjenjang, mulai dari PPI Australia Pusat yang menaungi satu negara, PPI Cabang dengan lingkup negara bagian dan PPI ranting yang berada di suatu universitas. Jika yang Anda cari

Page 10: Beasiswa ads bagi orang awam

memang ada, pasti akan dibantu. Kalau saja Anda serius untuk melakukan pencarian ini dalam waktu 1 jam saja, saya yakin PASTI bisa mendapatkan kontak. Soal ada respon atau tidak, itu adalah cerita lain. Dengan jejaring social saat ini, mencari orang atau organisasi adalah pekerjaan yang sangat amat mudah.

Kadang ada yang bertanya, selain kualitas bidang ilmu tertentu di sebuah institusi, apalagi pertimbangan lain untuk memilih universitas. Salah satu yang sering dipertimbangkan adalah rangking universitas tersebut menurut standard umum, misalnya menurut Times Higher Education. Di Australia, misalnya ada konsorsium Group of Eight yg mengklaim sebagai delapan universitas dengan kualitas khusus di Australia. Anda mungkin juga ingin menjadi mahasiswa dari salah satu universitas tersebut untuk alasan kualitas atau prestise. Bagaimanapun juga prestise itu penting meski urusan kualitas diri itu seringkali adalah urusan diri sendiri.

Tulisan ini bisa menjadi satu buku yang sangat tebal karena ada banyak sekali pertimbangan dalam memilih jurusan atau sekolah di luar negeri. Yang ingin saya tekankan sekali lagi adalah bahwa memilih sekolah itu sebaiknya didasarkan pada riset mendalam yang dilakukan sendiri dengan kriteria yang ditetapkan. Beberapa kriteria itu sudah saya contohkan di atas. Yang jelas, bertanya pada seseorang secara singkat dengan kalimat “Universitas X dan Y itu bagus mana ya?” tidak selalu mendapatkan jawaban yang memuaskan. Untuk membandingkan, harus ada kriteria yang jelas. Tidak jarang calon mahasiswa mementingkan gedung yang mentereng atau lokasi yang strategis dekat pusat perbelanjaan dibandingkan jumlah koleksi buku/jurnal di perpustakaan universitas tersebut. Mana yang ingin Anda bandingkan? Sepemahaman saya, tidak ada satu institusipun yang segalanya lebih baik dari institusi lain. Rangking itu relatif, tergantung kriteria yang dipakai.

Sebelum bertanya, ada baiknya kita menyempatkan diri melakukan pencarian sendiri sebisa mungkin. Akan lebih baik jika kemudian kita bertanya pada orang lain dengan kalimat “saya sudah mengunjungi website universitas A, B, C dan D lalu membandingkan criteria X, Y, Z dari keempatnya. Saya kira Univesitas C ada di posisi yg lebih baik dari tiga universitas lainnya. Yang belum berhasil saya temukan adalah soal Z. Apakah Mas/Mbak bisa membantu saya mendapatkan informasi ini?” Berkaca pada diri sendiri, saya akan jauh lebih bersemangat membantu orang dengan gaya seperti ini. Saya yakin, banyak orang lain juga demikian. Selain ini bedampak sehat bagi orang yang ditanya, bersekolah pada dasarnya adalah sebuah proses pencarian mandiri. Latihan untuk Ini bisa dimulai saat mencari jurusan dan universitas yang tepat. Selamat berjuang.

Tips Beasiswa: Menulis Personal Statement

This entry was posted on June 8, 2010, in Australia, Geodesi UGM, Scholarship. Bookmark the permalink. 40 Comments

Page 11: Beasiswa ads bagi orang awam

Tidak sedikit yang bertanya pada saya cara membuat sebuah personal statement atau statement of purpose yang diperlukan untuk melamar beasiswa atau melamar sekolah pascasarjana di luar negeri. Meskipun pernah mendapat beasiswa, saya bukanlah orang yang ahli soal ini dan tidak memiliki kualifikasi resmi untuk menilai sebuah personal statement (PS). Menariknya, setelah saya mengecek di internet, ada banyak sekali tips pembuatan PS yang disediakan oleh berbagai institusi dan berbeda satu sama lain. Tidak mudah bagi saya untuk mengatakan mana yang baik dan mana yang buruk. Meski demikian, toh saya memang pernah membuat PS dan dengannya saya mendapat beasiswa. Oleh karena itu, ketika diminta mengisi workshop di UII Yogyakarta beberapa waktu lalu, yang saya andalkan bukanlah teori, tetapi pengalaman. Yang saya tawarkan kepada peserta bukanlah petunjuk teknis membuat PS tetapi pengalaman saya dalam membuat PS yang akhirnya membuat saya mendapat beasiswa.

Ada beberapa hal yang ketika itu saya kemukakan, gabungan antara pengalaman dan hasil membaca. Yang utama, kita tidak sedang berbohong. PS memang harus cantik, tetapi dia tidak boleh merupakan kebohongan hanya untuk menipu pembaca. We are not putting lipstick on a pig. Meski tidak boleh bohong, kita mengenal apa yang disebut ‘kemasan yang baik’. Good packaging, kalau istilah orang-orang bule. Selain itu, kita harus menghindari penggunaan kata-kata bombastis/terlalu generik. Sebaiknya menggunakan contoh nyata yang menggambarkan kita memiliki sifat dan kemampuan yang baik. Dalam workshop di Jogja saya membandingkan antara Dasa Dharma Pramuka yang sangat normatif dan mendayu-dayu dengan kalimat lain, misalnya “Saya ditugaskan membuat proposal penelitian HIV/AIDS di tahun 2006. Saya selesaikan dalam dua hari dengan hasil baik dan proposal tersebut didanai oleh WHO. Sejak itu, dosen saya selalu mempercayakan pekerjaan serupa kepada saya.” Saya ingin menunjukkan bahwa contoh nyata akan lebih baik dibandingkan jargon bombastis seperti “bertanggung jawab dan dapat dipercaya” atau “suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan”.

Karena PS harus ditulis dalam bahasa asing (umumnya Inggris) maka saya juga ingatkan bahwa bahasa adalah persoalan sikap hidup. Jika tidak bisa berkomunikasi

Page 12: Beasiswa ads bagi orang awam

yang baik dalam bahasa ibu, jangan berharap bisa memukau dalam bahasa asing. Maka dari itu, belajar santun dan efektif dalam berkomunikasi dalam bahasa ibu akan sangat membantu dalam menyusun PS dalam bahasa asing. Lebih lanjut saya kemukakan sepuluh larangan dan anjuran dalam membuat PS seperti yang disarankan oleh sebuah situs yang direkomendasikan oleh MIT di Amerika Serikat. Meskipun tidak harus diikuti seratus persen, tips semacam ini perlu diperhatikan. Yang lebih penting, perguruan tinggi yang hendak kita tuju biasanya menyediakan tips tersendiri yang mungkin berbeda dengan yang disediakan oleh pihak lain. Perhatikan dan utamakan tips dari perguruan tinggi yang kita tuju tersebut.

Sebenarnya contoh PS sangat banyak di dunia maya. Dengan mengetikkan, misalnya, ”personal statement sample” maka Anda akan menemukan banyak sekali contoh. Di sinilah kita harus jeli memilih. Sekali lagi, perlu diperhatikan bahwa sebaiknya kita mengacu pada sumber yang disarankan oleh perguruan tinggi yang kita tuju. Selain itu, dalam menggunakan contoh/template, tentu saja kita harus bijaksana. Menyalin apa adanya dengan hanya mengganti nama dan bagian penting lainnya tentu saja tidak disarankan. Kita akan terdengar ’palsu’, tidak orisinil. Bayangkanlah kalau Anda menjadi seorang anggota tim penyeleksi dan menemukan ada seorang peserta menggunakan lamaran yang disalin dari buku atau dari internet. Rasanya tidak sulit untuk mengetahuinya, apalagi jika kemudian dibandingkan dengan gaya bahasa orang tersebut di dokumen lainnya seperti formulir pendaftaran, CV, dll. So, be yourself!

Pada akhirnya, PS adalah masalah personality. PS adalah cerminan kepribadian yang membedakan seseorang dengan kandidat lainnya. PS harus khas dan benar-benar mencerminkan diri sendiri. Meskipun berhasil ’menipu’ dengan PS yang membuai-buai, suatu saat akan ketahuan juga. Serapi-rapinya seekor srigala menyembunyikan tubuhnya dalam bulu domba, suatu saat dia akan meraung juga. Maka dari itu, buatlah PS yang benar-benar mencerminkan kepribadian Anda.

Jika ingin melihat PS yang pernah saya buat, silakan unduh di sini. Sekali lagi saya tegaskan, PS ini bukanlah model yang harus dijadikan acuan, hanya untuk perbandingan. Jika dibandingkan dengan berbagai tips yang tersebar di dunia maya, bisa jadi PS ini banyak kelemahan dan kesalahannya. Hanya saja, dengan PS ini saya telah diterima beasiswa Endeavour Australia yang katanya fenomenal itu, meskipun dengan berat hati harus saya tolak karena suatu alasan yang baik. Selamat berjuang.

Page 13: Beasiswa ads bagi orang awam

Writing Your Grad School Personal Statement

You want to create a statement of purpose that highlights your strengths and unique qualifications as a student and as an individual. This task can pose quite a challenge, especially when your competition is fierce, your time is limited, and you have no idea what you should write about.

The experienced staff of consultants and editors at Accepted.com has been helping grad school applicants like you gain acceptance to top graduate school programs since 1994. We will ensure that you distinguish yourself from the competition by helping you craft a compelling statement of purpose that presents you at your best. We will help you work efficiently to brainstorm, outline, and edit your graduate school personal statements until they are of "Accepted!" quality.

We offer expert advising and editing services and invaluable free resources:

Personal Statement Resources for Grad Students

Prepping for Grad School Apps Grad School Sample Essays

Grad Admissions Ebooks Five Fatal Flaws to Avoid

Grad School Admissions Consulting and Editing

Essay Editing Letters of Recommendation

Wait-List Letters Client Feedback

Why Choose Accepted Service Request

In fact, let's get started on your grad school personal statement right now by clarifying a few things.

What is a Graduate Statement of Purpose or Personal Statement?

It is an essay that demonstrates your qualifications for and your commitment to your chosen academic field. You do this by discussing the people, events, and experiences that have inspired you to bring you to this junction in your life. The essay should be vibrant with details and examples, and should scream to the adcom readers, "This is a person worth getting to know!"

That's a tall order for a 2-3 page essay!

The following tips will help you write a persuasive, vibrant statement of purpose—one that transforms you from a bland collection of test scores and classes into an exciting human being.

Ten Do's and Don'ts for Your Statement of Purpose

Page 14: Beasiswa ads bagi orang awam

The Do's

1. Unite your essay and give it direction with a theme or thesis. The thesis is the main point you want to communicate.

2. Before you begin writing, choose what you want to discuss and the order in which you want to discuss it.

3. Use concrete examples from your life experience to support your thesis and distinguish yourself from other applicants.

4. Write about what interests you, excites you. That's what the admissions staff wants to read.

5. Start your essay with an attention-grabbing lead -- an anecdote, quote, question, or engaging description of a scene.

6. End your essay with a conclusion that refers back to the lead and restates your thesis.

7. Revise your essay at least three times. 8. In addition to your editing, ask someone else to critique your statement of

purpose for you. 9. Proofread your personal statement by reading it out loud or reading it into a

tape recorder and playing back the tape. 10.Write clearly, succinctly.

The Don'ts

1. Don't include information that doesn't support your thesis. 2. Don't start your essay with "I was born in...," or "My parents came from..." 3. Don't write an autobiography, itinerary, or resume in prose. 4. Don't try to be a clown (but gentle humor is OK). 5. Don't be afraid to start over if the essay just isn't working or doesn't answer

the essay question. 6. Don't try to impress your reader with your vocabulary. 7. Don't rely exclusively on your computer to check your spelling. 8. Don't provide a collection of generic statements and platitudes. 9. Don't give mealy-mouthed, weak excuses for your GPA or test scores. 10.Don't make things up.

It's Not All About Content…

Persuasive writing requires more than just good content. If you're going to draw (and then keep) the attention of the adcom readers, you're going to need to employ stellar writing techniques as well. The most fascinating content can be all but ruined by poor style, erroneous grammar or vocabulary, typos, and incorrect usage.

You may call the process of editing nit-picky and boring, but believe us when we tell you that it is essential step to creating a prized essay. If you are not confident about your writing or editing skills, we can help you. Our experienced editors will do more than just dot your i's and cross your t's; they will help you make sure that your content is engaging, that there are no stylistic, grammatical, or other errors in your essay, and that you are truly presenting your best work possible. Browse Accepted.com's review and editing services for more information.

Page 15: Beasiswa ads bagi orang awam

If you feel like you need advising on the content front as well, then you may choose to purchase one of Accepted's complete packages which provide one-on-one, personalized assistance every step of the way.

By Linda Abraham, Founder and President of Accepted.com

Cara Membuat Proposal Penelitian untuk Beasiswa Luar Negeri

This entry was posted on June 26, 2012, in Australia, Beasiswa ADS, Beasiswa Luar Negeri, Books, Contemplations, Geodesi UGM, Scholarship, Tips and tagged australian development scholarship, proposal seminar. Bookmark the permalink. 43 Comments

The Proposal – movie

Untuk melamar sekolah dan beasiswa, kita kadang diharapkan mengajukan proposal penelitian/riset (research proposal) untuk tesis atau disertasi. Hal ini wajib bagi mereka yang akan sekolah S3 atau S2 dengan penelitian (master by research). Banyak yang bertanya perihal proposal riset ini pada saya. Saya biasanya menjawab sesuai pengalaman saja, tidak ada teori berlebihan. Satu hal yang selalu saya sampaikan, meskipun pernah diterima, proposal saya juga pernah ditolak. Anggap saja tulisan ini pelengkap dari pencarian teman-teman yang sudah sangat intensif. Jika ini adalah tulisan pertama tentang proposal riset yang dibaca, jangan percaya begitu saja, silakan baca tulisan lainnya.

Ibu saya, meskipun tidak sekolah, sering penasaran dengan apa yang saya lakukan. Beliau rajin menanyakan istilah-istilah asing seperti konferensi, proposal, seminar, presentasi dan sebagainya. Tentu saja heran karena beliau tidak pernah

Page 16: Beasiswa ads bagi orang awam

menyiapkan anaknya bergaul dengan hal-hal aneh seperti itu. Saya bilang, proposal ini adalah usul. Kalau kita punya satu maksud maka kita perlu sampaikan dalam bentuk usulan. Tujuannya agar pihak lain mengerti dan kemudian mendukung usulan itu. Proposal riset juga demikian.

Proposal itu bisa seratus halaman, bisa juga hanya satu halaman, tergantung untuk siapa proposal itu dibuat. Gagasan yang hebat sekalipun bisa disampaikan dalam satu lembar proposal. Kita akan diskusi proposal versi kedua yaitu versi pendek untuk kepentingan melamar beasiswa luar negeri. Saya akan mengacu pada kerangka pertanyaan proposal di formulir beasiswa ADS (Australian Development Scholarship). Di formulir tahun 2013 halaman 15-16 ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab. Jika semua pertanyaan itu dijawab dengan baik, maka kita sudah menghasilkan sebuah proposal penelitian.

Pertama, judul/tema harus tegas dan menarik. Judul atau tema sebaiknya menunjukkan isi penelitiannya sendiri. Dengan membaca judulnya, orang harus sudah bisa membayangkan isinya. Kita tidak sedang membuat film atau novel misteri, apalagi sinetron. Masih ingat sinetron “Tersanjung”? Mengapa judulnya harus “Tersanjung” sementara inti ceritanya bukan soal sanjungan atau menyanjung. Bagaimana dengan judul ini “Study on Error Measurement on Several Standard Setting Methods”? Bisakah kita langsung menebak bidang kajiannya? Sekilas mungkin terdengar bagus, tetapi saya yakin orang yang tidak sebidang ilmu akan menebak-nebak. Saya bahkan menduga ini bidang teknik/sains, ternyata ini terkait pendidikan. Is it just me? Judul yang saya pilih ketika mendaftar ALA adalah “Challenges and Opportunities in the Delimitation of Indonesian Maritime Boundaries – A Legal and Technical Approach”

Kedua, latar belakang harus jelas dan mendukung. Apa sih yang membuat kita ingin meneliti itu? Apa yang kita saksikan di sekitar kita? Apa yang kita baca? Apa yang sedang jadi persoalan? Fakta dan fenomena apa yang terjadi atau teramati sehingga kita merasa perlu adanya penelitian? Penelitian saya didukung oleh fakta bahwa Indonesia memiliki sepuluh tetangga yang dengannya perlu menetapkan batas maritim dan belum tuntas hingga hari ini. Fenomena lain adalah bahwa dengan batas yang belum tuntas itu sering ada insiden di perbatasan. Tentu banyak contoh yang bisa disebutkan. Insiden ini merugikan banyak pihak seperti nelayan dan lain-lain. Ketidakjelasan batas ini juga menyulitkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut. Maka dari itu perlu ada usaha untuk menyelesaikan batas maritim ini. Penelitian yang serius terhadap ini jelas diperlukan. Bagaimana dengan bidang Anda?

Ketiga, sampaikan pernyataan penelitian dan maksud dengan tegas. Maksud (purpose) ini kadang bermakna sama atau kabur dengan tujuan (objective) dan seringkali penggunaanya tertukar tanpa masalah. Dari pustaka yang saya baca dan pengalaman, ‘maksud’ adalah sesuatu yang lebih filosofis mendasari sebuah riset. Untuk menyatakan maksud, sebaiknya menggunakan kata-kata seperti discover, explain, evaluate, explicate, infer dan sejenisnya. Maksud dari penelitian saya misalnya adalah “to evaluate existing approach in the delimitation of Indonesia’s maritime boundaries with its neighbours and to propose possible improvement.”

Page 17: Beasiswa ads bagi orang awam

Di form ADS, pertanyaan purpose ini juga harus dilengkapi dengan keunikan penelitian yang diusulkan. Intinya bahwa usulan penelitian kita harus berbeda dengan yang lain. Meskipun bagus dan penting tetapi kalau sudah ada yang melakukan hal yang persis sama, tentu ini tidak unik. Dengan kata lain, penelitian itu tidak perlu dilakukan karena sudah dilakukan orang lain.

Inti dari sebuah penelitian adalah melengkapi yang sudah ada atau melakukan apa yang belum dilakukan. Sederhananya, kita tidak akan melakukan hal yang persis sama dengan apa yang sudah pernah dilakukan orang lain. Dalam ungkapan Bahasa Inggris disebut bahwa kita tidak “reinventing the wheel”. Maka dari itu kita perlu membaca penelitian yang sudah ada di bidang terkait untuk memastikan kita mengetahui perkembangan bidang tersebut dan menjamin bahwa apa yang kita lakukan tidak mengulang apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Membaca jurnal, laporan resmi, dan buku menjadi sangat penting dalam hal ini. Kita tidak bisa mengatakan “penelitian ini unik dan belum pernah dilakukan” tanpa mendalami atau setidaknya membaca penelitian orang lain di bidang tersebut. Kita juga tidak bisa mengatakan penelitian ini baru dan unik hanya karena ada seorang professor yang kita kenal mengatakan demikian secara lisan. Di sinilah perlunya literature review.

Dalam membuat proposal untuk beasiswa seperti ADS yang biasanya singkat, tentu kita tidak bisa sampaikan semua teori. Cukup sampaikan beberapa pustaka utama untuk menunjukkan bahwa kita sudah mengikuti perkembangan ilmu tersebut dan paham sampai di mana perkembangan riset terkait sehingga kemudian kita bisa melangkah maju berdasarkan apa yang sudah diteliti orang lain. Ini bisa juga diistilahkan dengan “finding the gap” atau mencari “novelty” atau kebaruan dari penelitian kita. Kalimat yang bisa disampaikan misalnya “researches concerning blah blah blah have been carried out by blah blah blah revealing that blah blah blah. While those researches have contributed significantly to the development of blah blah blah, none of those researches have managed to address the blah blah blah aspects of it. This proposed research is aimed at analysing the blah blah blah aspects of the issue to contribute what have been missing in the existing discourses.”

Intinya, keunikan itu bisa ditegaskan dengan menyatakan bahwa riset kita akan menggunakan metode baru yang belum pernah, atau menggunakan pendekatan baru, atau membahas kasus yang sama sekali baru, atau menggabungkan beberapa metode di bidang lain yang belum pernah diuji, atau melengkapi kekosongan (filling the gaps) dan lain-lain. Perlu diperhatiian bahwa penelitian unik itu tidak selalu berarti harus benar-benar menemukan sesuatu yang spektakuler. Penelitian tidak selalu tentang menemukan roket untuk pergi ke bulan pulang pergi dalam waktu sehari.

Hal selanjutnya adalah hipotesis. Memang tidak semua penelitian itu perlu menyampaikan hipotesis tetapi umumnya ada hipotesis atau dugaan yang ingin dibuktikan. Dalam kasus penelitian terkait batas maritim, hipotesis yang bisa disampaikan misalnya “pendekatan XXX yang diterapkan saat ini tidak efektif dan perlu diperbaiki dengan pendekatan baru yaitu pendekatan XXX.” Kalau proposalnya berbahasa Inggris tentu tinggal diterjemahkan. Hipotesis ini tentu saja didasarkan pada penelusuran yang cukup intensif. Di sinilah perlunya membaca penelitian terkait sebelum menulis proposal. Tanpa membaca penelitian terdahulu kita tidak

Page 18: Beasiswa ads bagi orang awam

bisa membuat hopotesis. Mengutip Will Smith dalam film Hitch, “You can’t really know where you’re going until you know where you’ve been”. Kita memang tidak akan tahu ke mana mana penelitian ini kita arahkan jika tidak tahu persis sudah sampai di mana perkembangan riset saat ini. Hipotesis juga tidak harus selalu benar. Bisa saja hasil penelitian kita nanti menyimpulkan bahwa hipotesis kita salah.

Selanjutnya adaah menjelaskan tujuan penelitian atau objectives. Secara sederhana, tujuan ini merupakan bentuk rinci dan lebih teknis dari maksud (purpose). Tujuan merupakan penjabaran dari maksud menjadi sesuatu yang lebih terukur. Dalam kasus penelitian saya misalnya, tujuannya bisa 1) mendeskrispikan dan menjelaskan status batas maritim Indonesia terkini, 2) mengindentifikasi batas maritim yang memerlukan penetapan baru, 3) mengidentifikasi tantangan dan harapan/kesempatan terkait penetapan batas maritim di masa depan dan 4) menganalisis dan menyajikan opsi batas maritim yang sesuai untuk Indonesia dan negara tetangga. Intinya, sekali lagi, tujuan atau objective adalah pejabaran dari maksud atau purpose penelitian.

Untuk bagian metodologi, kita harus menjabarkan cara atau metode kita dalam mencapai maksud dan tujuan penelitian. Sampaikan apakah akan mengandalkan kajian pustaka saja (literature review) atau disertai dengan eksperimen, wawancara atau Focus Group Discussion (FGD). Jika melibatkan data, sampaikan sumber data serta bagaimana data itu diperoleh dan diolah. Perlu disampaikan juga perangkat yang digunakan untuk mengolah dan metode yang dipakai. Yang tidak kalah penting adalah rencana penelitian dalam bentuk jadwal. Jika belum tahu pasti soal ini maka bisa dibuat kalimat umum yang membuat pembaca proposal mendapat gambaran menyeluruh. Akan lebih baik jika proposal dilengkapi dengan satu pernyataan bahwa kita sudah melakukan langkah-langkah tertentu sebagai persiapan. Misalnya, kita sudah melakukan komunikasi dengan pihak terkait yang akan bisa menyediakan data. Dukungan dari instansi penyandang dana juga perlu disampaikan jika sudah ada.

Kesiapan seorang peneliti juga dinilai dari pengalamannya. Untuk mendaftar S3, biasanya diharapkan orang yang sudah penah meneliti. Maka dari itu penting untuk menyantumkan daftar publikasi, misalnya jika sudah pernah menulis di jurnal atau ikut konferensi. Hal ini akan meyakinkan pembaca proposal bahwa kita memiliki kesiapan yang lebih karena sudah pengalaman. Jika belum pernah menulis sama sekali, bisa juga sampaikan pengalaman yang mendukung, misalnya pernah menjadi asisten peneliti terkait, pernah terlibat dalam pembuatan laporan yang tidak diterbitkan, pernah menulis skpripsi yang terkait, pernah menjadi asisten professor di bidang terkait meskipun belum pernah meneliti secara sistematis. Intinya, sampaikan saja apapun yang bisa menguatkan bahwa kita memiliki kesiapan untuk meneliti di bidang itu. Tentu saja akan lebih bagus kalau sudah pernah publikasi di jurnal atau majalah. Maka dari itu, jika kita membaca tulisan ini dan merencanakan akan sekolah S2/S3 dalam waktu dua atau tiga tahun lagi, pastikan kita melakukan penelitian pendahuluan dan pernah membuat publikasi. Ingat juga, publikasi adalah tulisan yang diterbitkan secara resmi di jurnal yang dinilai oleh rekan sejawat/ahli atau dipresentasikan di sebuah konferensi. Menulis blog atau catatan pribadi tidak bisa dimasukkan dalam kategori publikasi ilmiah meskipun yang ditulis terkait erat dengan bidang penelitian.

Page 19: Beasiswa ads bagi orang awam

Setelah semua perihal ilmiah tercakup, kadang perlu menyampaikan institusi yang tepat untuk proposal tersebut. Sampaikan mengapa kita memilih sebuah institusi, misalnya. Yang jelas sampaikan alasan yang mendukung misalnya, kampus tersebut memiliki pusat studi yang relevan, memiliki banyak ahli di bidang terkait dan adanya mahasiswa S2 dan S3 yang meneliti bidang terkait. Atau mungkin karena universitas tersebut memiliki program pendidikan yang secara formal memang mengajarkan bidang yang kita minati, misalnya program S2 dengan konsentrasi di bidang yang sesuai. Intinya, kita harus melakukan penelitian secara intensif dengan membaca sebanyak mungkin informasi tentang universitas yang kita tuju terlebih dahulu sebelum menulis proposal. Coba lihat tulisan saya terkait memilih universitas.

Selain institusi, kadang kita juga perlu mencantumkan calon pembimbing/supervisor kita untuk S2 atau S3 nanti. Jika sudah kenal tentu tidak ada masalah. Jika belum maka ini bisa jadi masalah tersendiri. Intinya kita harus menjalin kontak terlebih dahulu dengan calon supervisor ini. Coba baca tulisan saya terkait cara menghubungi calong pembimbing. Setelah mendapat nama, tentu kita harus mejelaskan alasannya mengapa orang ini dipilih. Keahlian tentu saja menjadi alasan utama yang dibuktikan dengan jumlah publikasinya di jurnal atau di konferensi atau buku yang ditulisnya. Keterlibatan dia di organisasi profesi, misalnya menjadi presiden asosiasi profesi internsional, adalah salah satu alasan yang baik. Intinya, sampaikan mengapa dia layak jadi supervisor. Jika ada alasan pribadi, misalnya merasa cocok bekerjasama dalam bidang ini karena sebelumnya pernah penelitian bareng, silakan sampaikan.

Bagian yang sangat penting dalam membuat proposal penelitian untuk melamar beasiswa adalah menunjukkan manfaat penelitian itu bagi Indonesia. kita harus memikirkan ini dengan seruis dan menjawab dengan tepat. Di sini kita perlu tahu persoalan Indonesia yang terkait penelitian kita dan bagaimana penelitian itu akan memberi solusi atau setidaknya membuat pemahaman terhadapnya jadi lebih baik. Semakin spesifik, semakin bagus. Misalnya sebaiknya tidak mengungkapkan istilah-istilah umum seperti “dengan penelitian ini maka persoalan tentang ini akan bisa diatasi”. Yang lebih bagus misalnya “penelitian dari X dan laporan dari lembaga Anu menunjukkan persoalan di Indonesia terkait dengan A, B dan C. Sementara itu, penelitian ini diharapkan akan menghasilan P, Q dan R yang secara langsung bisa dimanfaatkan untuk menanggulangi persoalan A, B dan C. Secara spesifik, akan hal ini akan dilakukan dengan cara ini dan itu.”

Proposal yang baik juga harus menyertakan informasi apakah akan melibatkan kerja lapangan (field work) atau tidak. Jika ya, lebih baik menjelaskan fieldwork ini dengan rinci. Saya paham, umumnya para pelamar beasiswa belum memiliki gambaran bagaimana hal ini dilakukan. Sampaikan saja secara umum bahwa data untuk penelitian ini akan diperoleh dari lembaga A, B dan C dan memerlukan interaksi langsung untuk memperolehnya. Selama penelitian, Anda akan melakukan kunjungan untuk penelitian lapangan ke A, B dan C yang direncanakan akan dilakukan pada tahun kedua. Selama fieldwork itu, jelaskan bahwa kita akan melakukan komunikasi pendahuluan dengan instansi terkait dan meminta orang-orang tertentu untuk membantu, bisa juga sebagai pembimbing lapangan. Jelaskan dengan estimasi berapa lama penelitian lapangan itu akan berlangsung dan sumberdaya apa saja yang diperlukan. Misalnaya selain tiket PP dari Australia ke lokasi, kita juga akan memerlukan akomodasi dll. Dalam hal ini kita harus tahu persis

Page 20: Beasiswa ads bagi orang awam

apakah biaya ini bisa ditanggung oleh penyedia beasiswa atau tidak. Jika tidak, sampaikan bagaimana strategi kita mengatasi masalah itu. Misalnya, sampaikan bahwa di lokasi tersebut kita memiliki saudara yang bersedia membantu akomodasi, misalnya. Hal ini nampak sederhana dan kecil tetapi bisa menguatkan prosposal kita. Tentu saja hal ini tidak harus dijadikan isu utama, tetapi pendukung yang menguatkan. Hal utama tentu saja adalah konten ilmiah dari proposal tersebut.

Sebagai penutup, coba bayangkan diri kita menjadi seorang penilai atau penguji proposal penelitian. Apa yang membuat kita yakin proposal itu layak diterima? Coba renungkan. Coba juga tanyakan hal-hal berikut:

1. Apa sih yang mau dilakukan peneliti ini? Maksusnya apa, tujuannya apa? Lalu latar belakangnya apa kok dia mau meneliti topik ini?

2. Mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Kalau tidak dilakukan bagaimana?3. Penelitian ini memang baik, tapi apakah memang masih perlu diteliti? Apakah

belum ada penelitian lain? Apa bedanya/kelebihannya dengan penelitian yang sudah ada?

4. Bagaimana cara dia melakukannya? Apakah hanya baca buku saja di perpusatakaan atau akan tenggelam di lab atau jalan-jalan wawancara orang-orang di lapangan. Lalu mengolah datanya bagaimana sehingga maksud dan tujuannya tercapai?

5. Mampukah orang ini melaklukannya? Kesiapan akademisnya bagaimana? Dukungan pihak luar bagaimana? Dukungan dana?

6. Dan banyak lagi pertanyaan yang mungkin muncul. Coba renungkan dan jawab pertanyaan itu di proposal. Semakin banyak pertanyaan yang bisa dijawab oleh proposal itu, semakin bagus dia dan semakin berpeluang untuk diterima.

Akhir kata, saya kembali tegaskan bahwa tulisan ini tidak boleh dijadikan satu-satunya acuan dan saya tidak pernah mengklaim ini tips yang pasti membuat proposal Anda diterima. Meski demikian, saya memang pernah membuat proposal dengan cara yang sama dan diterima. Di luar semua hal-hal yang rumit, selalulah ingat bahwa proposal, seperti yang saya jelaskan ke ibu saya, adalah usulan semata, tidak lebih dari itu. Dia akan diterima jika bisa menjawab semua (atau sebagian besar) pertanyaan dan keraguan dari mereka yang menerima usul itu. Lihat juga contoh proposal yang pernah saya buat. Selamat berjuang.

PS. Baca juga: Panduan menulis proposal