BBPV
-
Upload
yulianasaputri4646 -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of BBPV
Portofolio
BPPV
(BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO)
Oleh :
dr. Yuliana Saputri
Pendamping :
dr. Yulva Roza
dr. Yola Herda Putri
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
RSUD ACHMAD DARWIS SULIKI
2015
Portofolio Kasus Penyakit Dalam
No. ID dan Nama Peserta : dr. Yuliana Saputri
Nama Wahana : RSUD dr. Achmad Darwis Suliki
Topik : BPPV
Tanggal (kasus) : 25 / 10 / 2015
Nama : Ny. B
Tanggal Presentasi : -
Nama Pendamping : dr.Yulva Roza, dr. Yola Herda Putri
Tempat Presentasi : Ruang pertemuan RSUD dr. Achmad Darwis Suliki
Objektif Presentasi : Keilmuan
Bahan Bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan diskusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO
DEFINISI
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo
vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, ditandai dengan
serangan-serangan yang menghilang spontan. Benign Paroxysmal Positional Vetigo
didefinisikan sebagai kelainan pada telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan
episodic dari vertigo posisional. BPPV juga sering dikenal dengan kelainan pada bagian
vestibular.1,2
BPPV bukan suatu penyakit, melainkan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari
penyakit pada telinga dalam.3
Penelitian Baloh mendapatkan usia rata-rata penderita BPPV adalah 54 tahun, dengan
rentang usia 11-84 tahun. Wanita : pria 1.6 : 1.0, sedangkan pada yang idiopatik 2:1.
Insidensi dari BPPV berkisar 10.7-64 per 100.000 orang dan meningkat 38% setiap
dekadenya.1,4
ETIOLOGI
a. Idiopatik
Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.4
b. Simtomatik
Pasca trauma, pasca-labirinitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, Meniere, pasca-
operasi, ototoksisitas, mastoiditis kronik.5
Pada orang tua, penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem vestibular dari
telinga bagian dalam.6
PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 hipotesa yang menerangkan patofisiologi BPPV, yaitu:4,7
1. Hipotesa kupulotiasis
2. Hipotesa kanalitiasis
Hipotesa Kupulotiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia yang
terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula
semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah makula urtikulus. Debris ini
menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih
sensitif terhadap perubahan arah gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke
berbaring dengan kepala tergantung, seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah
posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul
nistagmus dan keluhan vertigo.
Pergeseran massa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan
adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan vertigo.
Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas dan masuk
ke dalam endolimfe, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue, yaitu berkurangnya atau
menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya mekanisme kompensasi sentral.
Nistagmus tersebut timbul secara paroksismal pada bidang kanalis posterior telinga
yang berada pada bidang kanalis posterior telinga yang berada pada posisi di bawah, dengan
arah komponen cepat ke atas.
Hipotesa Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula, melainkan
mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada perubahan posisi kepala debris
tersebut akan bergerak ke posisi paling bawah, endolimfe bergerak menjauhi ampula dan
merangsang nervus ampularis. Bila kepala digerakkan tertentu debris akan ke luar dari
kanalis posterior ke dalam krus komunis, lalu masuk ke dalam vestibulum, dan
vertigo/nistagmus menghilang.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum yang didapatkan yaitu pusing biasanya muncul setelah beberapa gerakan
kepala, bermasalah dengan keseimbangan, dan rasa ingin muntah (mual).8
Vertigo muncul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada
waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali badan,
menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang
dari 30 detik.4
Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah.
Setelah rasa berputar menghilang pasien bisa merasa melayang.9,10
Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu dan kadang-
kadang bisa kambuh lagi.10
DIAGNOSIS
Diagnosis BPPV ditegakkan secara klinis berdasarkan:4,10
a. Anamnesis
Adanya vertigo yang terasa berputar, timbul mendadak pada perubahan posisi kepala
atau badan, lamanya kurang dari 30 detik, bisa disertai oleh rasa mual, kadang-kadang
muntah.
b. Pemeriksaan fisik
Pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan. Pada yang sistomatik bisa ditemukan
kelainan neurologic fokal, atau kelainan sistemik.
1. Tes Dix Hallpike
Tes ini dilakukan sebagai berikut:2,4
a. Sebelumnya pasien diberi penjelasan dulu mengenai prosedur pemeriksaan supaya
tidak tegang.
b. Pasien duduk dekat bagian ujung pemeriksa.
c. Dengan mata terbuka dan berkedip sedikit mungkin selama pemeriksaan, pada posisi
duduk kepala menengok ke kiri atau ke kanan, lalu dengan cepat badan pasien
dibaringkan sehingga kepala tergantung pada ujung meja pemeriksa, lalu dilihat
adanya nistagmus dan keluhan vertigo, pertahankan posisi tersebut selama 10
sampai 15 detik, setelah itu pasien dengan cepat didudukkan kembali. Berikutnya
maneuver tersebut diulang dengan kepala menunjuk kesisi lain. Untuk melihat
adanya fatigue maneuver ini diulang 2-3 kali.
Interpretasi Tes Dix Hallpike11,12
a. Normal : tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka. Kadang-
kadang dengan mata tertutup bisa terekam dengan elektronistagmografi adanya
beberapa detak nistagmus.
b. Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV mempunyai 4 ciri,
yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detk, disertai vertigo yang lamanya
sama dengan nistagmus, dan adanya fatigue, yaitu nistagmus dan vertigo yang
makin berkurang setiap kali manuver diulang.
Gambar 1. Tes Dix Hallpike bagian I.
Gambar 2. Tes Dix Hallpike bagian II.
Gambar 3. Tes Dix Hallpike bagian III.
2. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air,
dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air panas adalah 44oC.
volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40
detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri
diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian
telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan
(telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5
menit ( untuk menghilangkan pusingnya).
3. Electronystagmography (ENG) pengujian mungkin diperlukan untuk mencari
karakteristik nistagmus yang disebabkan oleh Dix-Hallpike tes. Telah diklaim bahwa
BPPV disertai dengan kelumpuhan unilateral kanal lateral adalah sugestif dari etiologi
vaskuler. Untuk diagnosis BPPV dengan tes laboratorium, adalah penting untuk
memiliki tes ENG dilakukan oleh laboratorium yang dapat mengukur gerakan mata
vertikal. Sebuah Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan akan dilakukan jika tumor
otak stroke atau dicurigai. Sebuah tes kursi berputar dapat digunakan untuk masalah
diagnostik sulit.. Hal ini mungkin tetapi jarang (5%) untuk memiliki BPPV di kedua
telinga (bilateral BPPV).7,12
PENATALAKSANAAN
Komunikasi dan Informasi
Oleh karena BPPV menimbulkan vertigo yang hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir
akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Maka itu perlu diberikan
penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik, dapat hilang
spontan setelah beberapa waktu, walaupun kadang-kadang berlangsung lama dan sewaktu-
waktu bisa kambuh lagi.4
Medikamentosa
Beberapa kategori dari medikasi vestibular suppresan yang biasa digunakan yaitu
benzodiazepine dan antihistamine. Benzodiazepine seperti diazepam dan clonazepam yang
memiliki efek anxiolitik, sedatif, muscle relaksan, anti konvulsi derivate dari efek inhibitor
potensial sistem asam gamma-amino butirat. Dalam mengatasi dizziness, medikasi ini bisa
mengurangi sensasi rasa berputar, tetapi juga dengan kompensasi pada kondisi vestibular
perifer. Antihistamin, di sisi lain untuk menekan rasa mual dan muntah. Contoh antihistamin
yaitu meclizine dan diphenhydramine. Akan tetapi belum ada bukti dari literature yang
menyarankan medikasi vestibular suppresan efektif sebagai pengobatan primer dari BPPV
atau subsitusi dari manuver reposisi.
Obat-obatan anti vertigo seringkali tidak dibutuhkan, oleh karena vertigo-nya
berlangsung sebentar saja. Lagipula serangan akut vertigonya tidak dapat sepenuhnya ditekan
dengan obat antivertigo.9
Latihan
a. Metoda Brandt Daroff
Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung. Lalu dengan
kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30
detik, setelah itu duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan dengan cepat ke sisi lain,
perahankan selama 30 detik, lalu duduk tegak kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi
hari sebelum bangun tidur, dan 3 kali pada malam hari sebelum tidur, sampai 2 hari berturut-
turut tidak timbul vertigo.1,10,13
Gambar 4. Metoda Brandt Daroff
Gambar 4. Metoda Brandt Daroff
b. Vibrasi
Metoda ini diperkenalkan oleh Epley dan disebut Canalith Repositioning Procedure.
Caranya L vibrator diletakkan pada daerah mastoid telinga yang diduga ada kelainan.
Pasien berbaring terlentang dengan kepala agak hiperektensi, lalu kepala diputar ke arah
telinga tersebut sampai muka menghadap ke lantai dengan sudut 45o, pertahankan posisi
tersebut selama 15 detik atau sampai nistagmus menghilang. Kemudian kepala dan badan
diputar kea rah berlawanan sampai muka menghadap ke lantai dengan sudut 45o, pertahankan
sela ma 15 detik. Selanjutnya pasien duduk dengan kepala menunduk selama 15-30 detik,
sementara itu vibrasi dilakukan terus pada mastoid.
Prosedur ini menyebabkan debris terlepas dari kupula dan masuk ke dalam endolimfe.
Setelah 1 minggu bila vertigo timbul lagi bisa dilakukan vibrasi ulang.
Komplikasi dari prosedur ini termasuk konversi dari canalith menjadi canal yang berbeda
pada alterasi dari tipe nistagmus dan atau arah nistagmus. Komplikasi ini dapat dicegah
dengan manuver tambahan selama duduk, Komplikasi lain termasuk yang dilaporkan yaitu
rasa nyeri, berkeringat, demam, dan hipotensi selama manuver tadi.1,2,4,13
Gambar 5. Epley Manuver.
Gambar 6. Canalith Repositioning Procedure (Epley Manuver).
Instruksi untuk pasien setelah perawatan (Manuver Epley):13
1. Tunggu selama 10 menit setelah manuver dilakukan sebelum pulang ke rumah. Ini
mencegah terjadinya putaran cepat atau serangan vertigo tiba-tiba seperti reposisi debris
setelah manuver. Jangan berkendara sendirian ke rumah; lebih baik seseorang yang
mengantar.
2. Tidur dengan kepala ditinggikan dengan 45o. Ini biasanya lebih mudah dilakukan
dengan kursi sandaran atau menggunakan bantal yang disusun di atas kursi. Selama hari itu,
tetap jaga kepala posisi vertical. TIdak boleh bepergian ke tempat tukang cukur atau dokter
gigi. Jangan beraktifitas yang berhubungan dengan kepala.
3. Untuk sekurangnya 1 minggu, mencegah perubahan posisi kepala yang memicu
BPPV lagi. Gunakan 2 bantal saat tidur, cegah tidur dalam posisi sisi afektif, dan jangan
biarkan kepala terlalu ke atas atau ke bawah.
4. Selama 1 minggu setelah perawatan, posisikan diri biasanya yang membuat pusing.
Posisikan dengan tanpa mencederai diri. Biarkan dokter tahu bagaimana dirimu
melakukannya.
Manuver ini efektif dalam 80% pasien dengan BPPV. Jika manuver ini bekerja dengan
baik tetapi gejala muncul atau berespon parsial, manuver lain disarankan dilakukan.2,13
Gambar 7. Posisi tidur setelah Manuver Epley.
Terapi Bedah
Pada sebagian kecil penderita BPPV yang berkepanjangan dan tidak sembuh dengan
terapi konservatif bisa dilakukan operasi neurektomi atau cannal plugging. Akan tetapi
tindakan operatif tersebut bisa menimbulakn komplikasi berupa tuli sensorineural pada 10%
kasus.10
Hanya sekitar 1 / 200 BPPV kami pasien akhirnya memiliki prosedur ini dilakukan.
Operasi tidak harus dipertimbangkan sampai ketiga manuver / latihan (manuver epley,
semont, dan brandt daroff) telah dicoba dan gagal.
Pengobatan bedah BPPV tidak mudah - dokter THT Anda mungkin akan tidak memiliki
pengalaman sama sekali dengan operasi ini. Tentu saja, selalu dianjurkan saat merencanakan
operasi untuk memilih ahli bedah yang telah selebar pengalaman mungkin. Komplikasi
jarang terjadi, namun demikian kita masih harus berpikir hati-hati tentang menjalani prosedur
yang memiliki resiko 3% dari kehilangan pendengaran unilateral.10,13
Indikasi untuk operasi:
Jika latihan yang dijelaskan di atas tidak efektif dalam mengendalikan gejala, gejala telah
berlangsung selama satu tahun atau lebih, dan diagnosis sangat jelas, prosedur bedah yang
disebut "Canal plugging blocks" mungkin disarankan. Canal memasukkan sebagian besar
blok fungsi kanal posterior tanpa mempengaruhi fungsi dari saluran lain atau bagian dari
telinga. Prosedur ini menimbulkan risiko kecil untuk mendengar - sekitar 3%, tetapi efektif
pada sekitar 85-90% dari individu yang tidak memiliki respon terhadap pengobatan lain.
Risiko operasi untuk mendengar berasal dari melanggar sengaja ke dalam kompartemen
endolimfatik ketika mencoba untuk membuka labirin tulang dengan bor.10,13
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. B
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Minang/ WNI
Alamat : Koto Baru - Mungka
Pekerjaan : IRT
Tgl MRS : 25/10/2015 Pukul 14.00
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Pusing berputar
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pusing berputar dialami pasien sejak 2 hari yang lalu dan semakin memberat dalam 3
jam sebelum masuk rumah sakit. Pusing dirasakan selama kurang lebih 20 detik. Pusing
yang dirasakan timbul secara tiba-tiba dan dirasakan hilang timbul. Pasien merasa dirinya
melayang mengitari ruangan, terutama jika pasien memejamkan mata dan mengubah
posisi kepala, dari posisi tidur ke posisi duduk atau tegak/berdiri.
Tidak dirasakan rasa penuh dan suara berdenging pada kedua telinga. Penurunan
pendengaran tidak dirasakan selama serangan. Sebelumnya pasien tidak pernah merasakan
pusing yang sehebat ini. Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah selama kepala
terasa pusing. Pasien akan merasakan pusing jika berubah posisi ke arah kanan ataupun
kiri. Tidak ada gangguan penglihatan selama keluhan ini dirasakan. Tidak ada riwayat
trauma/terjatuh dan demam sebelumnya. Tidak ada riwayat kejang dan penurunan
kesadaran. Keluhan seperti ini baru dirasakan pertama kali.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa.
Riwayat hipertensi, dibetes mellitus, asma, disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Didalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Dari dalam keluarga riwayat
hipertensi, asma, diabetes mellitus disangkal oleh pasien.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : E4M6V5
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Frekuensi respirasi : 20 x/menit
Temperatur : 36, 4oC
Status generalis:
Kepala : Normocephali
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Distensi (-), Nyeri tekan ulu hati (+)
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat +/+
III. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :
Tek. Darah : 130/70 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
T : 36,4 °C
Kepala – Leher
Kepala : bentuk simetris, deformitas (-)
Mata : anemis -/-, ikterik -/-
Hidung : tidak ada kelainan
Telinga : tidak ada kelainan
Leher : pembesaran KGB (-), massa (-)
Thorax-Cardiovascular
Inspeksi : dinding simetris, gerak simetris, retraksi (-)
Palpasi : fremitus vokalis (+/+)
Perkusi : paru (sonor), jantung (sulit dievaluasi)
Auskultasi :
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), luka bekas operasi (-), striae gravidarum (-)
Auskultasi : bising usus (+) N
Palpasi : nyeri tekan ulu hati (+). Defens muskulat (-)
Perkusi : timpani
Ekstremitas atas
deformitas (-), edema (-), pembesaran KGB(-), akral hangat
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium:
WBC : 9.300
Hb : 10,9
HCT : 21,7
Trom : 290.000
GDS : 98
V. DIAGNOSIS
BPPV
VI. RENCANA TINDAKAN
Diet MLDL RG II
IVFD RL 8 jam/kolf
Inj. Ranitidin 2 x 1 A
Inj. Metoclopramid 3 x 1 A
Flunarizin 2 x 1 tab
Betahistin 3 x 1 tab
VII. FOLLOW UP
Jam S O A P
26/10/2015 Pasien
mengeluh
kan Pusing
berputar
(+) sudah
mulai
berkurang
Mual (+)
Muntah
(+)
KU :sedang
Kes:
composmentis
TD : 150/80
N : 88/ menit
RR: 20/menit
T:36oC
BPPV +
Hipertensi stage
1
Diet MLDL RG II
IVFD RL 8 jam/kolf
Inj. Ranitidin 2 x 1 A
Inj. Metoclopramid 3
x 1 A
Flunarizin 2 x 1 tab
Betahistin 3 x 1 tab
Captopril 3 x 25 mg
27/10/2015 Pasien
mengeluh
kan Pusing
berputar
(+) sudah
mulai
berkurang
KU :sedang
Kes:
composmentis
TD : 140/80
N : 82/ menit
RR: 20/menit
BPPV + Sind.
Dispepsia +
Hipertensi stage
1
Diet MLDL RG II
IVFD RL 8 jam/kolf
Inj. Ranitidin 2 x 1 A
Inj. Metoclopramid 3
x 1 A
Flunarizin 2 x 1 tab
Mual (+)
Muntah (-)
T:36oC Betahistin 3 x 1 tab
- Captopril 3 x 25 mg
28/10/2015 Pasien
mengeluh
kan Pusing
berputar
(-) sudah
mulai
berkurang
Mual (-)
Muntah (-)
KU :sedang
Kes:
composmentis
TD : 130/70
N : 80/ menit
RR: 20/menit
T:36oC
BPPV + Sind.
Dispepsia
- Acc Pulang
-
DAFTAR PUSTAKA
Weber Peter. Vertigo and disequilibrium: a practical guide to diagnose and management. United Kingdom: Thieme Medical Publishers, 2008.
Solomon David. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Current Science Inc. 2000: 2:417–427.
Von Brevern M, Radtke A, Lezius F, et al. Epidemiology of benign baroxysmal positional vertigo: a population based study. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2007;78:710-715.
Fife D, Fitzgerald JE. Do patients with benign paroxysmal positional vertigo receive prompt treatment? Analysis of waiting times and human and financial costs associated with current practice. Int J Audiol. 2005;44: 50-57.
Amar A, Kurnia K. Neuro-otologi klinis vertigo. Surabaya: Airlangga University Press, 2002
Oghalai JS, Manolidis S, Barth JL, et al. Unrecognized benign paroxysmal positional vertigo in elderly patients. Otolaryngol Head Neck Surg. 2000;122:630-4.
Aw ST, Todd MJ, Aw GE, McGarvie LA, Halmagyi GM. Benign positional nystagmus: A study of its three-dimensional spatio-temporal characteristics. Neurology. 2005;64:1897-1905.
Tomaz A, Gananca MM, Gananca CF, et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Concomitant Involvement of Different Semicurcular Canals. Ann Oto Rhinol Laryn. 2009;118: 113-117.
Herdman SJ. Advances in the treatment of vestibular disorders. Phys Ther. 1997;77:602-618.
Borang Portofolio Kasus Medis
No. ID dan Nama Peserta dr. Yuliana Saputri
No. ID dan Nama Wahana RSUD Dr.Rasidin Kota Padang
Topik BPPV
Tanggal (kasus)
Nama Pasien No. RM
Tanggal Presentasi - Pendampingdr. Yulva Roza
dr. Yola Herda Putri
Tempat Presentasi Ruang pertemuan RSUD Achmad Darwis Suliki
Objektif Presentasi
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi
□ Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Appendicitis
Bahan Bahasan□ Tinjauan
Pustaka□ Riset
□ Kasus□ Audit
Cara Membahas □ Diskusi□ Presentasi dan
Diskusi□ E-mail □ Pos
Data Pasien No. Registrasi :
Nama RS : RSUD dr. Achmad Darwis Suliki Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : BPPV ( Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
2. Riwayat Pengobatan : Pasien mengkonsumsi Paracetamol selama 1 hari
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah mengalami sakit kepala seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang mendrita vertigo
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien seorang ibu rumah tangga
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama suami dan sudah mempunyai anak.
7. Lain-lain : -