bayi

12
Setiap Jam, 10 Bayi di Indonesia Meninggal Oleh redaksi pada Kam, 12/13/2007 - 10:32. Artikel Setiap jam sepuluh dari sekitar 520 bayi yang lahir di Indonesia meninggal dunia. H itu diungkapkan kata Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sukman Tulus Putra di Jakarta, Senin (20/11). Jumlah itu dihitung berdasarkan angka kematian bayi Indonesia yang saat ini mencapai 36 per 1.000 kelahiran hidup. "Ini sangat memrihatinkan, dengan kondisi yang ada saat ini kita juga akan sulit mencapai target MDGs (Millenium Development Goals-red) untuk menurunkan angka kematian bayi menjadi dua per tiga dari sebelumnya," kata Sukman. Dia menjelaskan tingginya angka kematian bayi antara lain dis ebabkan oleh masih minimnya akses layanan penanganan kesehatan pada bayi dan anak. Jumlah dokter anak yang ada di seluruh Indonesia, kata dia, saat ini hanya sekitar 1.800 orang sedangkan jumlah bayi, balita dan anak yang harus ditangani jauh lebih banyak (lebi dari 60 juta-red). Ia mengatakan bahwa rasio dokter anak di Indonesia besarnya hanya 2,4 per 100 ribu anak, jauh lebih rendah dibanding rasio dokter anak di negara-negara maju yang bisa mencapai 42 per 100 ribu anak Oleh karena itu, ia melanjutkan, guna meningkatkan layanan penanganan masalah kesehatan dan gizi pada bayi dan anak pihaknya memberikan pelatihan kepada dokter-dokter umum yang bertugas di Puskesmas. Ia menjelaskan dokter umum Puskesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan yang menjalankan fungsi penyuluhan (promotif), pencegahan (preventif) dan pengobatan (kuratif) bagi semua kalangan masyarakat, termasuk bayi dan anak Namun demikian tidak semua dokter umum memiliki pengetahuan mendalam tentang penanganan kesehatan pada bayi dan anak. Pemberian pelatihan tentang penanganan masalah kesehatan dan gizi pada bayi dan anak kepada dokter umum, ia melanjutkan, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dokter umum tentang penanganan masalah kesehatan anak dan meminimalkan dampak a kibat minimnya jumlah dokter anak. (Ant/OL-06).

Transcript of bayi

Setiap Jam, 10 Bayi di Indonesia Meninggal Oleh redaksi pada Kam, 12/13/2007 - 10:32. Artikel Setiap jam sepuluh dari sekitar 520 bayi yang lahir di Indonesia meninggal dunia. Hal itu diungkapkan kata Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sukman Tulus Putra di Jakarta, Senin (20/11). Jumlah itu dihitung berdasarkan angka kematian bayi Indonesia yang saat ini mencapai 36 per 1.000 kelahiran hidup. "Ini sangat memrihatinkan, dengan kondisi yang ada saat ini kita juga akan sulit mencapai target MDGs (Millenium Development Goals-red) untuk menurunkan angka kematian bayi menjadi dua per tiga dari sebelumnya," kata Sukman. Dia menjelaskan tingginya angka kematian bayi antara lain dis ebabkan oleh masih minimnya akses layanan penanganan kesehatan pada bayi dan anak. Jumlah dokter anak yang ada di seluruh Indonesia, kata dia, saat ini hanya sekitar 1.800 orang sedangkan jumlah bayi, balita dan anak yang harus ditangani jauh lebih bany ak (lebih dari 60 juta-red). Ia mengatakan bahwa rasio dokter anak di Indonesia besarnya hanya 2,4 per 100 ribu anak, jauh lebih rendah dibanding rasio dokter anak di negara-negara maju yang bisa mencapai 42 per 100 ribu anak Oleh karena itu, ia melanjutkan, guna meningkatkan layanan penanganan masalah kesehatan dan gizi pada bayi dan anak pihaknya memberikan pelatihan kepada dokter -dokter umum yang bertugas di Puskesmas. Ia menjelaskan dokter umum Puskesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan yang menjalankan fungsi penyuluhan (promotif), pencegahan (preventif) dan pengobatan (kuratif) bagi semua kalangan masyarakat, termasuk bayi dan anak Namun demikian tidak semua dokter umum memiliki pengetahuan mendalam tentang penanganan kesehatan pada bayi dan anak. Pemberian pelatihan tentang penanganan masalah kesehatan dan gizi pada bayi dan anak kepada dokter umum, ia melanjutkan, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dokter umum tentang penanganan masalah kesehatan anak dan meminimalkan dampak a kibat minimnya jumlah dokter anak. (Ant/OL-06).

Isu kebijakan tentang pemberian ASI secara eklusifFasilitator mei Fasilitator: dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A Diskripsi:

Target MDG4 adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990 - 2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI secara eklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan AKB. Dalam pelaksanaannya tidak semua aktor melaksanakan kebijakan tersebut dengan bukti cakupan pemberian ASI eklusif masih rendah dibawah target nasional (80%)

Isi Kebijakan 1. Kepmenkes RI 450/MENKES/SK/IV 2004 tentang pemberian ASI secara eklusif bagi bayi di Indonesia sejak lahir sampai usia 6 bulan dan dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yg sesuai dan semua tenaga kesehatan yang bekerja disarana kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu melahirkan agar memberikan ASI eklusive dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui. 2. Rekomendasi tentang pemberian makan bayi pada situasi darurat. a. pernyataan bersama WHO, UNICEF dan IDAI, 2005 b. pedoman pemberian makanan pada bayi dan anak pada situasi darurat bagi petugas kesehatan, Depkes 2007 c. Peraturan bersama Menteri Negara Pemberdayaan Wanita, Menteri tenaga kerja dan transmigrasi dan menteri Kesehatan tentang pemberian ASI selama waktu kerja ditempat kerja, 2008 Aktor 1. Menteri kesehatan, menteri negara pemberdayaan wanita, menteri tenaga kerja dan transmigrasi 2. Pemda, Pemkot 3. Petugas kesehatan 4. Rumah Sakit, klinik bersalin, Puskesmas 5. Organisasi profesi (IDAI, IDI, IBI, POGI) 6. LSM: Unicef, WHO 7. Produsen susu formula Konteks Faktor yang mempengaruhi pelaksaan kebijakan:

1. Pemda, Dinkes Tidak semua pemda menindaklanjuti secara kongkrit peraturan tentang pemberian ASI eklusif melalui 10 langkah keberhasilan menyusui, misalkan dalam perda (termasuk reward dan sangsi bagi yang melaksanakannya), penganggaran dalam APBD misalnya untuk pelatihan-pelatihan untuk petugas kesehatan dan promosi. 2. Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter) Masih banyak petugas kesehatan yang belum menjalankan kebijakan ini. Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan 10 langkah kebehasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam kontek ASI ekslusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang. 3. Promosi produsen susu formula. Meskipun sudah ada peraturan dan kode etik tentang pemasaran susu formula, tetapi dalam pelaksanaanya masih ada produsen yang tidak melaksanakan secara benar. Gencarnya promosi produsen susu formula baik untuk publik maupun untuk petugas kesehatan (dengan memberikan bantuan untuk kegiatan ilmiah) menghambat pemberian ASI ekslusif. 4. Ibu bekerja. Dengan semakin banyaknya prosentasi ibu menyususi yang bekerja akan menghambat praktek pemberian ASI ekslusif. Meskipun sudah ada SKB bersama 3 menteri tentang hak ibu bekerja yang menyusui dalam prakteknya tidak semua tempat kerja mendukung praktek pemberian ASI 5. Ibu dengan HIV positif. Pemberian ASI pada ibu dengan HIV positif didasarkan kalkulasi antara kerugian dan manfaat penghentian atau melanjutkan pemberian ASI, yaitu kemungkinan anak tertular/ terinfeksi virus HIV dari ASI dan kerugian akibat anak tidak mendapat ASI syang berakibat meningkatkan risiko terjadinya diare, pneumonia, kurang gizi dan infeksi lain. Sebelumnya WHO merekomendasikan salah satu cara dalam Preventive mother to child transmission (PMCT) adalah menghentikan pemberian ASI kecuali bila susu formula tidak memenuhi syarat affordable, accessabel, safety, sustainable (AFASS). Penelitian terbaru membuktikan bahwa pemberian ARV pada ibu hamil lebih awal dan dilanjutkan selama menyusui terbukti dapat mencegah transmisi virus HIV melalui ASI, sehingga WHO (2009) merekomendasikan pemberian ASI pada ibu yang telah yang telah mendapat ARV profilaksi. 6. Kondisi darurat misalnya bencana. Pada kondisi yang darurat pemberian ASI menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, bahan bakar dan kesinambungan ketersediaan susu formula dalam jumlah yang memadai. Pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi dan kematian bayi. Bila mendapat sumbangan susu formula, maka distribusi maupun penggunaannya harus di monitor oleh tenaga yang terlatih, dan hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas, yaitu: telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu, dan relaktasi tidak memungkinkan, diberikan hanya kepada anak yang tidak dapat menyusu, misalnya:

anak piatu, bagi bayi piatu dan bayi yang ibunya tidak lagi bisa menyusui, persediaan susu formula harus dijamin selama bayi membutuhkannya, dan harus diberikan konseling pada ibu tentang penyiapan dan pemberian susu formula yang aman, dan tidak boleh dengan menggunakan dot. Belajar dari pengalaman tsunami di Aceh dan gempa di DIY, bantuan susu formula menyebabkan turunnya pencapaian ASI eklusif

Bayi Baru Lahir-Dengan Masalah KesehatanBayi Lahir dengan Masalah Kesehatan Ketika Anda sedang hamil, Anda mungkin belajar segala hal yang dapat membuat proses kehamilan sampai melahirkan berjalan dengan lancar sehingga Anda dan bayi Anda dapat berada dalam keadaan sehat. Tetapi penting untuk mengerti beberapa masalah kesehatan dan komplikasi tertentu yang dapat terjadi walaupun masa kehamilan Anda berjalan dengan lancar. Mustahil untuk bisa sepenuhnya siap, baik dalam menghadapi komplikasi selama proses kelahiran atau dalam menghadapi anak Anda yang lahir cacat atau mempunyai masalah kesehatan. Tetapi dengan memahami masalah-masalah kesehatan pada bayi baru lahir dan tatalaksananya mungkin dapat mengurangi kekhawatiran tentang kemungkinan bahwa sesuatu dapat berjalan salah. Sebelum Bayi Lahir Dengan melakukan tes sebelum kelahiran, dokter sering dapat mendeteksi cacat bawaan tertentu, seperti spina bifida, Sindrom down, penyakit jantung bawaan, kegagalan penutupan dinding perut sehingga usus terpapar ke luar rongga perut, atau bibir sumbing sebelum bayi Anda lahir. Cacat lahir lainnya tidak dapat diketahui sampai setelah bayi Anda lahir. Komplikasi kelahiran seperti aspirasi mekonium (ketika bayi baru lahir menghirup campuran mekonium kotoran pertama bayi yang biasanya keluar setelah kelahiran dengan air ketuban selama proses kelahiran) juga dapat terjadi. Jika cacat pada bayi diketahui sebelum kelahiran, maka dokter Anda mungkin membahas apa yang akan terjadi tepat pada saat Anda melahirkan. Anda dan dokter Anda harus membahas Rumah Sakit yang dapat memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi Anda sehingga Anda bisa merencanakan untuk melahirkan di RS tersebut. Anda dapat menanyakan apakah Anda dapat melihat unit perawatan intensif di RS tersebut agar Anda bisa lebih merasa nyaman dan bertemu dengan tim kesehatan yang akan merawat bayi Anda. Tim ini mungkin termasuk neonatologists, ahli bius anak, ahli bedah anak, perawat bayi baru lahir, praktisi perawat, dokter dalam masa pelatihan (seperti dokter jaga). Masalah Umum pada Bayi Baru Lahir Adalah sangat umum bagi bayi, terutama yang lahir prematur, untuk mengalami lahir kuning (jaundice/ikterus) atau mempunyai masalah pernapasan. Banyak bayi prematur, bahkan bayi cukup umur yang mengalami jaundice apabila fungsi hati mereka yang belum matang, sehingga tidak dapat membuang bilirubin (pigmen kuning hasil penguraian sel darah merah) yang berlebih di dalam darah. Jaundice dapat membuat kulit bayi dan bagian putih pada mata tampak kekuning-kuningan.

Jika bayi Anda mengalami jaundice, dokter mungkin akan memerintahkan tes darah untuk mengukur tingkat bilirubin dan menentukan apakah perawatan lebih lanjut diperlukan. Biasanya, bayi jaundice disinar dengan menggunakan lampu khusus yang membantu mengurai kelebihan bilirubin sehingga dapat diproses oleh tubuh bayi. Masalah lain yang umum terjadi adalah paru-paru yang belum matang. Hal ini terjadi ketika paru-paru bayi kekurangan surfaktan, zat kimia yang mencegah paru-paru menguncup (kolaps) selama bernapas. Surfaktan biasanya tidak akan melapisi paru-paru janin sampai janin berusia 34 minggu, sehingga banyak bayi prematur yang membutuhkan bantuan pernapasan. Ventilator, mesin yang dihubungkan dengan pipa plastik kecil yang masuk sampai trakea (batang tenggorok) bayi, biasa dipakai untuk membantu pernapasan bayi. Sekarang surfaktan sintetis secara rutin diberikan (melalui pipa pernapasan) pada bayi yang lahir sangat prematur segera setelah mereka lahir. Bayi prematur tidak mempunyai cukup surfaktan yang dapat membuat paru paru mereka terus berkembang. Memberikan surfaktan tambahan dapat membuat bayi untuk bisa segera bernapas sendiri , dan mereka akan mengalami resiko kerusakan paru-paru yang lebih rendah sebab mereka tidak memerlukan penggunaan ventilator dalam jangka panjang. Dalam Kamar Bersalin Kebanyakan bayi lahir dalam kamar bersalin. Tetapi jika terdapat komplikasi maka ibu dapat dipindahkan ke kamar bersalin yang dilengkapi peralatan tambahan. Selain DSOG, bidan, atau dokter keluarga, perawat, neonatologis, atau dokter spesialis lain akan siap untuk memberikan pertolongan apabila diperlukan. Misalnya, jika bayi yang baru lahir terkena spina bifida (tulang belakang terlihat menonjol keluar tanpa dilapisi kulit) atau Hidrosefalus (kelebihan cairan di dalam atau di sekitar otak), dokter akan memberikan perawatan khusus untuk menyangga kepala atau menutupi bagian tulang belakang yang terbuka. Untuk bayi baru lahir yang mengalami usus yang tidak tertutup oleh kulit perut, usus-usus bayi ditutupi untuk melindungi mereka baik dari infeksi dan dari panas serta kehilangan cairan. Dalam hal aspirasi mekonium, biasanya dokter akan mencoba untuk memembersihkan saluran pernapasan bayi dengan menyedot keluar segala cairan yang mengganggu pernapasan bayi. Bayi yang terus menerus mengalami kesulitan bernapas atau lahir sangat prematur mungkin membutuhkan tabung untuk membantu pernapasan. Setiap kali ada masalah, staf medis, termasuk DSA atau neonatologis, akan memantau pernapasan dan denyut jantung bayi serta memastikan bahwa bayi berada dalam keadaan hangat. Jika perlu, mereka akan melakukan CPR (pernapasan dan kompresi jantung buatan) khusus untuk bayi baru lahir. Bila kondisi bayi sudah cukup stabil, biasanya bayi akan langsung dipindahkan ke unit perawatan intensif bayi baru lahir (NICU) untuk dirawat lebih lanjut. The dokter kebidanan (DSOG) akan berada dengan sang ibu ketika bayi sedang dirawat dan memberikan perawatan medis yang diperlukan oleh sang ibu. DSOG akan memastikan apakah

ari-ari sudah dikeluarkan, apakah ibu sudah menerima jahitan, dan menyelesaikan operasi dalam kasus kelahiran Caesar. Berkomunikasi Dengan Dokter Mintalah tim medis yang menangani bayi Anda di NICU untuk berkomunikasi dengan Anda mengenai keadaan bayi Anda. Bila bayi Anda mengalami kondisi yang sudah terdiagnosa sebelum kelahiran, dokter akan menjelaskan apabila ada perubahan dari rencana semula dan memberi tahu kabar terbaru tentang perkembangan bayi Anda. Ketika ada masalah yang tidak bisa diantisipasi, dokter atau perawat akan menjelaskan apa yang sedang terjadi. Dalam keadaan darurat, tim medis mungkin tidak dapat menjelaskan masalah yang terjadi sesegera mungkin, dan akan melakukannya pada saat keadaan sudah stabil. Setelah Melalui Kamar Bersalin Setelah keluar dari kamar bersalin, bayi mungkin memerlukan cairan atau obat infus. Oleh karena bayi cepat kehilangan panas maka bayi Anda akan ditaruh diinkubator atau pemanas untuk menjaga suhu tubuhnya. Tim medis mungkin akan memerintahkan untuk melakukan rontgen paru-paru agar mengetahui penyebab jika bayi bernapas terlalu cepat atau tidak wajar, Kadang-kadang, tes darah atau monitor oksigen pada kaki atau tangan bisa membantu dokter untuk mengetahui berapa banyak bantuan pernapasan yang bayi Anda perlukan. Tim medis mungkin akan memberikan bayi Anda sedikit tambahan oksigen atau memasang ventilator ke bayi Anda untuk membantu pernapasannya. Ketika pernapasan dan denyut jantung bayi sudah stabil, perawatan untuk setiap cacat lahir bisa dimulai. Evaluasi dan perawatan bisa berlangsung dalam hari atau minggu, tergantung dari kondisi bayi Anda. Para dokter mungkin juga ingin melakukan tes darah untuk menyingkirkan segala masalah lain dan mengukur hal-hal seperti jumlah sel darah dan tingkat gula darah. Beberapa tes darah dapat dilakukan dengan cara mengambil darah dari tumit bayi, sedangkan yang lain harus mengambil langsung dari pembuluh darah di lengan bayi. Dukungan Yang Anda Perlukan Masa berpisah dengan bayi adalah saat yang sangat sulit bagi keluarga, terutama bagi orang tua bayi. Sangatlah manusiawi untuk merasakan kekecewaan atau bahkan merasa bersalah. Berbicara dengan anggota tim medis atau petugas sosial di RS akan bisa sangat membantu. Dengan mengetahui informasi sebanyak mungkin tentang bayi Anda akan dapat membantu menghilangkan kegelisahan dan perasaan ketidakberdayaan Anda.

Kebanyakan RS mendorong orang tua untuk menghabiskan waktu dengan bayi mereka sebanyak mungkin. Jika bayi Anda dipindahkan ke RS yang mempunyai NICU khusus, bisa dipertimbangkan untuk menanyakan apakah ibunya juga bisa mendapatkan perawatan setelah melahirkan di RS yang sama , sehingga mereka bisa sembuh bersama-sama. Adakalanya bayi Anda perlu tinggal di rumah sakit walaupun sang ibu sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Akan sulit bagi Anda untuk pulang tanpa si kecil, tetapi berbicara dengan teman-teman, keluarga, dan staf medis dapat membantu meringankan perasaan Anda. Orang tua juga harus mendapatkan banyak istirahat dan olah raga secara teratur, serta mengkonsumsi makanan bergizi pada saat-saat seperti ini. Jika sang ibu ingin menyusui, bicaralah dengan perawat atau ahli laktasi tentang pemakaian pompa ASI agar ASI perah dapat disimpan dan dapat diberikan ketika bayi siap. Jika bayi Anda lahir dengan masalah kesehatan, Anda memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan informasi dan dukungan. Mulailah dengan meminta informasi tentang RS atau layanan masyarakat dari dokter. Dukungan sesama, baik pertemuan secara langsung maupun melalui internet, banyak tersedia untuk berbagai masalah dan kondisi.

Bayi berat lahir rendahBayi berat lahir rendah adalah bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2.5 kg ketika lahir. Bayi dengan kondisi seperti ini biasanya memiliki berbagai resiko komplikasi kesehatan dan kemungkinan untuk bertahan hidup lebih kecil. Bayi berat lahir rendah bisa disebabkan karena adanya infeksi penyakit atau masalah kesehatan semasa kehamilan, misalnya infeksi vagina pada ibu hamil, adanya masalah kesehatan gigi pada wanita hamil yang bisa menimbulkan infeksi, usia kehamilan yang kurang pas (kurang dari 18 tahun dan lebih dari 44 tahun), dan berat badan ibu saat hamil (kelebihan atau kekurangan berat badan). Selain itu, resiko melahirkan bayi berat lahir rendah akan meningkat akibat adanya faktor lingkungan seperti banyak terpapar karbon monoksida, rokok, alcohol, dan obat-obatan saat masih dalam kandungan. Kondisi kejiwaan ibu saat hamil juga amat berpengaruh pada kesehatan janin, misalnya adanya tekanan (stress), kecemasan, kegelisahan, dan rasa tidak bahagia. Kasus bayi berat lahir rendah bisa juga terjadi pada kasus kelahiran bayi kembar (kasus kehamilan dengan jumlah janin lebih dari satu) dan kasus bayi lahir premature (tidak cukup bulan, yaitu kurang dari 37 minggu). Untuk ibu yang pernah melahirkan bayi premature, maka akan memiliki resiko lebih besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah pada kehamilan berikutnya. Resiko kelahiran prematur dapat diturunkan apabila ibu hamil banyak mengkonsumsi buah dan sayuran semasa kehamilan. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa konsumsi vitamin C sebesar 100 mg per hari dapat menurunkan resiko kelahiran prematur sebesar 74 %. Bahkan menurut hasil riset lain juga disebutkan bahwa wanita hamil yang banyak mengkonsumsi buah dan sayuran berwarna merah atau oranye yang mengandung beta karoten akan lebih rendah kemungkinannya menghadapi kelahiran prematur. Menurunkan resiko kelahiran prematur berarti juga menurunkan kasus kelahiran bayi berat lahir rendah. Untuk masalah merokok selama hamil, ibu yang merokok saat hamil biasanya memiliki kemungkinan dua kali lipat untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Dalam satu batang rokok misalnya terkandung lebih dari 2500 zat kimia yang bisa meracuni bayi. Bayangkan begitu banyaknya zat kimia yang masuk ke dalam tubuh bayi yang dikandung. Bayi masih memiliki kemungkinan untuk lahir dengan kondisi cukup sehat jika si ibu berhenti merokok pada trimester kedua. Berbagai masalah komplikasi kesehatan yang mungkin terjadi pada kasus bayi berat lahir rendah diantaranya adalah adanya gangguan pada hati, kerusakan saraf, pertumbuhan tubuh kerdil, diabetes, berbagai masalah perilaku, dan resiko kematian. Karena berbagai komplikasi yang mungkin timbul tersebut, maka bayi yang lahir dengan berat badan rendah akan mengalami kesulitan untuk bernafas sehingga memerlukan bantuan pernafasan untuk bisa bertahan hidup. Misalnya dengan bantuan ventilator untuk mengeluarkan karbondioksida dari paru-paru, atau bisa juga dengan menggunakan obat-obatan untuk menyelamatkan paru-paru bayi agar bisa bernafas lebih baik.

Bayi adalah manusia-manusia yang lahir sebagai generasi penerus kehidupan. Sungguh amat disayangkan jika akibat kurangnya kesadaran ibu-ibu dalam menjaga kesehatannya semasa hamil, banyak bayi yang terlahir dalam kondisi yang kurang sehat seperti pada kasus bayi berat lahir rendah. Untuk itu, upaya untuk memberikan kesadaran kepada ibu-ibu hamil dalam menjaga kesehatan janin dan kehamilannya merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kasus bayi lahir dengan berat badan rendah. Ibu hamil hendaknya memerhatikan asupan nutrisi untuk ibu dan janin, jangan sampai kekurangan gizi. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari rokok, alcohol, obat-obatan, mengatur dan mengolah kondisi emosi kejiwaan agar lebih tenang, dan bahagia, serta tetap rutin menjaga dan memantau kondisi kesehatan semasa kehamilan. (ST)

Read more: http://informasitips.com/bayi-berat-lahir-rendah#ixzz18TDBzbEd http://informasitips.com

KOMPAS.com "Sekitar 80 persen kulit bayi di Indonesia bermasalah," ujar dr Titi Lestari Sugito, SpKK, Ketua PPP Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Hal ini ia sampaikan pada acara Johnson's Baby Day yang berlangsung pada hari Sabtu (7/8/2010) di Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta. Diterangkan oleh dr Titi, karakteristik kulit anak adalah sensitif, lembut, dan mudah teriritasi. Kulit merupakan organ terluar dan merupakan lini perlindungan pertama pada anak, "Sehingga, jika terjadi sesuatu pada anak, kulitlah yang akan paling dulu terkena. Kulit merupakan barrier pertama si anak. Lebih dari 80 persen anak pernah alami masalah kulit." Itulah mengapa, ketika tidak terawat dengan benar, akan timbul masalah pada kulit. Pada dasarnya, struktur kulit bayi atau anak hampir sama dengan kulit orang dewasa. Namun, fungsinya belum berkembang sempurna. Penting untuk orang yang mengasuh bayi agar memerhatikan benar kesehatan kulit si bayi. Dalam presentasinya, dr Titi menyampaikan beberapa penyakit kulit yang paling banyak menghinggapi anak-anak dan bayi, di antaranya: - Dermatitis Atopik Penyakit kulit ini biasa juga disebut dengan eksim susu. Ini adalah penyakit kulit terbanyak yang ditemukan pada anak-anak. Hal ini ditengarai dicetuskan oleh faktor eksternal, seperti detergen, polusi, debu, dan keringat akibat aktivitas. Ia terlihat seperti radang kronik (kemerahan), berulang, terasa gatal, dan bisa terjadi karena hipersensitivitas. - Miliria Dikenal juga dengan keringat buntet, penyakit ini juga sering sekali ditemukan pada anak-anak. Miliria biasanya terjadi pada daerah dahi, dada, dan punggung. Ia bisa dicegah dengan menjaga ventilasi udara dan memastikan udara di sekitar si anak cukup nyaman dan pakaian yang dikenakan juga menyerap keringat. Selalu memastikan kebersihan kulit si bayi dan tidak membiarkan keringatnya mengendap. - Dermatitis popok Disebut juga dengan ruam popok, dermatitis popok merupakan kondisi peradangan. Dijelaskan oleh dr Titi, belakangan, pasien yang datang akibat masalah ini makin banyak. Biasanya kesalahan terjadi pada orang yang mengasuh si bayi kurang tanggap terhadap keadaan popok si bayi. Seharusnya, ketika popok sudah mulai mau melebihi batas kapasitasnya, segera ganti, jangan biarkan urine terlalu banyak mengendap pada popok karena bisa kembali bersentuhan dengan kulit si bayi dan menyebabkan iritasi pada kulit. Jumlah urine yang dihasilkan oleh bayi berbeda-beda sehingga perlu kejelian dan kewaspadaan dari orang yang mengasuh si bayi. Hal ini paling sering terjadi pada waktu malam karena bayi paling jarang diganti popoknya pada malam hari. - Dermatitis seboroik Sering pula dikenal dengan "sarap", dermatitis seboroik adalah kondisi ketika kulit bayi bersisik, berkerak, kemerahan, berminyak, terutama di daerah kepala, muka, telinga, dada, dan lipatan. Ini biasanya terjadi karena hormon ibu yang menempel pada bayi saat di kandungan. Lama-

kelamaan, kulit yang mengelupas ini akan hilang, lebih kurang selama 6 bulan. "Kulit bayi dan anak relatif rentan terhadap berbagai kelainan kulit dibandingkan orang dewasa. Amat penting untuk orang yang mengasuh anak agar menjaga kesehatan kulit anak dengan selalu menjaga kebersihan kulitnya. Sebaiknya, selalu cegah masalah kulit dengan perawatan yang benar: membersihkan dengan sabun dan air, selalu melembabkan dengan lotion atau krim, dan gunakan bedak untuk mengurangi gesekan pada lipatan kulit anak.