BATUK DARAH edit terakhir.doc
-
Upload
annisa-astari -
Category
Documents
-
view
240 -
download
0
Transcript of BATUK DARAH edit terakhir.doc
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
1/26
I. PENDAHULUAN
Hemoptisis merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit yang
bersifat serius dan potensial mengancam jiwa karena sulitnya memperkirakan berat
dan sumber perdarahan.1 Penyebab hemoptisis sangat beragam antara lain penyakit
infeksi, neoplasma, benda asing, trauma, gangguan vaskular, penyakit autoimun dan
lain-lain. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dari dahak bercampur darah
dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi
perdarahan.
Hemoptisis sering kali membuat, pasien dan keluarga panik dan mencari
pertolongan medis ke unit !awat "arurat. Penderita yang mengalami hemoptisis
memerlukan pertolongan segera dan pengawasan medik karena sewaktu-waktu dapat
terjadi perdarahan masif yang berakibat fatal. Penanganan hemoptisis pada prinsipnya
menjaga jalan napas agar tidak terjadi asfiksia, menghentikan perdarahan dan
penatalaksanaan selanjutnya tergantung pada etiologi dan lokasi sumber perdarahan.
Hemoptisis lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga
etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang seksama.1,
"isebutkan didalam salah satu kepustakaan penyebab hemoptisis dinegara
berkembang masih didominasi oleh penyakit infeksi. Hemoptisis yang disebabkan
oleh penyakit infeksi antara lain tuberkulosis, pneumonia, bronkitis akut dan kronik,
bronkiektasis serta mikosis paru.
1
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
2/26
Hemoptisis masif memerlukan penanganan segera karena dapat mengganggu
pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu kestabilan hemodinamik penderita
sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa.
1
II. DEFENISI
Hemoptisis berasal dari bahasa #unani $haima,$ yang berarti darah, dan $ ptysis,$
yang berarti meludah.% Hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada
saluran nafas dibawah laring atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas di
bawah laring.
III. KLASIFIKASI.
&anyaknya jumlah darah yang dikeluarkan sangat penting diketahui untuk
menentukan klasifikasi hemoptisis nonmasif atau masif . &atuk darah ringan apabila
jumlah darah yang dikeluarkan kurang dari ' ml() jam, batuk darah sedang apabila
jumlah darah '-'* ml() jam dan batuk darah masif bila jumlah darah lebih dari
+** ml() jam.1,,%,),'
&erdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan Pursel membuat suatu klasifikasi +
batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis
dalam sputum
batuk dengan perdarahan 1 %* ml
batuk dengan perdarahan %* 1'* ml
batuk dengan perdarahan / 1'* ml
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
3/26
Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis sedang, positif
empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis masif.
0honson membuat pembagian lain menurut jumlah darah yang keluar menjadi
1. Single hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung kurang dari hari.
. Repeated hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung lebih dari hari dengan
interval sampai % hari.
%. Frank hemoptysis yaitu bila yang keluar darah saja tanpa dahak
2umah 3akit Persahabatan menggunakan % kriteria untuk menyatakan batuk darah
masif yang mengancam jiwa yaitu
1. &atuk darah / +** ml() jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak
berhenti.
. &atuk darah 4 +** ml() jam tetapi / '* ml() jam dan pada pemeriksaan
hemoglobin 4 1* gr5 batuk darah masih berlangsung.
%. &atuk darah 4 +** ml() jam tetapi / '* ml() jam dan pada pemeriksaan
hemoglobin /1* gr5 dan pada pengamatan selama )6 jam dengan pengobatan
konservatif, batuk darah masih berlangsung.
IV. SIRKULASI PEMBULUH DARAH PARU
3irkulasi darah paru berasal dari dua sistem sirkulasi yaitu sirkulasi bronkial
dan pulmoner. 3umber perdarahan pada Hemoptisis dapat berasal dari kedua sistem
sirkulasi tersebut. 3irkulasi bronkial berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada paru dan
saluran napas. Pembuluh darah pada sirkulasi bronkial memiliki tekanan sesuai
tekanan pembuluh darah sistemik. Variasi sirkulasi bronkial antar individu sangat
beragam. 3irkulasi bronkial memegang peranan penting dalam patofisiologi
%
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
4/26
Hemoptisis, karena sirkulasi tersebut memperdarahi sebagian besar jalan napas dan
berada dalam pengaruh tekanan sistemik sehingga perdarahan yang berasal dari
sirkulasi bronkial cenderung dapat terjadi perdarahan hebat. 3irkulasi pulmoner
memiliki fungsi khusus yaitu mengatur pertukaran gas. 7rteri pulmonalis membawa
darah dari ventrikel kanan menuju pembuluh darah kapiler paru dan kembali ke
atrium kiri melalui vena pulmonalis. 3irkulasi pulmoner merupakan suatu sistem
sirkulasi dengan tekanan rendah yaitu berkisar 1' - * mmHg pada saat sistolik dan '
- 1* mmHg pada saat diastolik. 7rteri pulmoner berjalan sepanjang bronkus dan
hanya memperdarahi bronkiolus terminalis serta selanjutnya bercabang-cabang ke
alveolus membentuk pembuluh darah kapiler paru yang berfungsi dalam pertukaran
gas.),6
8mumnya pada Hemoptisis masif, sumber Hemoptisis berasal dari sirkulasi
bronkial 9:*5; dari pada sirkulasi pulmoner 9'5;.1
)
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
5/26
Penderita kelainan pleura dan parenkim paru umumnya memiliki pembuluh darah
kolateral sistemik nonbronkial, sehingga perlu diperhitungkan keterlibatan pembuluh
darah kolateral terutama bila akan dilakukan embolisasi arteri.
+
V. ETIOLOGI
Hemoptisis merupakan tanda dan gejala dari penyakit yang mendasarinya.
Penyakit atau keadaan yang menyebabkan hemoptisis sangat beragam sehingga
anamnesis, pemeriksaan fisis serta berbagai pemeriksaan penunjangnya perlu
dilakukan dengan teliti agar dapat menentukan etiologinya. 3ecara umum penyebab
hemoptisis dapat dikelompokkan sebagai berikut1,,),
1. eoplasma kanker paru, adenoma bronkial, tumor metastasis
%. ?elainan hematologi "isfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated
intravascularcoagulation 9"
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
6/26
VI. EPIDEMIOLOGI
Bpidemiologi penyebab hemoptisis berbeda-beda pada beberapa literatur.
egara berkembang penyebab hemoptisis tersering masih
didominasi oleh penyakit infeksi.1,,),' ?ralingen serta ?nott-craig dkk mendapatkan
penyebab tersering adalah D& paru diikuti bekas D&, pneumonia dan bronkitis. "i
23 Persahabatan, 2etno pada penelitiannya terhadap %% penderita hemoptisis
+
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp%3FWordId%3DLUNG%2520CANCER%26MaxResults%3D50&prev=/search%3Fq%3Dhaemoptisis%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiE2QkBZscuV6w5XHYaVyVePukaEQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp%3FWordId%3DLUNG%2520CANCER%26MaxResults%3D50&prev=/search%3Fq%3Dhaemoptisis%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiE2QkBZscuV6w5XHYaVyVePukaEQ
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
7/26
mendapatkan penyebab tersering adalah D& paru 9+),)% 5; dan bronkiektasis 91+,1
5; sedangkan kanker paru sejumlah %,)5 Hadiarto dkk mendapatkan penyebab
tersering adalah D& paru 9'*5;, karsinoma bronkus 9% 5;, bronkitis 96 5; dan
bronkiektasis 9'5;.
VII. PATOGENESIS
Patogenesis terjadinya hemoptisis yang disebabkan oleh berbagai penyakit
yang mendasarinya pada prinsipnya hampir sama, yaitu bila terjadi penyakit(kelainan
pada parenkim paru, sistem sirkulasi bronkial atau pulmoner, maupun pleura
sehingga terjadi perdarahan pada kedua sistem sirkulasi tersebut. Patofisiologi
hemoptisis akibat beberapa penyakit dasarnya yang biasa kita jumpai, akan dibahas
berikut ini.
7.1 Infeksi
7.1.2. Tue!ku"#sis
Bkspektorasi darah dapat terjadi akibat infeksi tuberkulosis yang masih aktif
ataupun akibat kelainan yang ditimbulkan akibat penyakit tuberkulosis yang telah
sembuh. 3usunan parenkim paru dan pembuluh darahnya dirusak oleh penyakit ini
sehingga terjadi bronkiektasi dengan hipervaskularisasi, pelebaran pembuluh darah
bronkial, anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmoner.
Penyakit tuberkulosis juga dapat mengakibatkan timbulnya kaviti dan terjadi
pneumonitis tuberkulosis akut yang dapat menyebabkan ulserasi bronkus disertai
nekrosis pembuluh darah di sekitarnya dan alveoli bagian distal. Pecahnya pembuluh
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
8/26
darah tersebut mengakibatkan ekspektorasi darah dalam dahak, ataupun hemoptisis
masif.
2uptur aneurisma 2assmussen telah diketahui sebagai penyebab hemoptisis
masif pada penderita tuberkulosis ataupun pada bekas penderita tuberkulosis.
?ematian akibat hemoptisis masif pada penderita tuberkulosis berkisar antara '-5.
Pada pemeriksaan postmortem, ternyata pada penderita tersebut ditemukan ruptur
aneurisma arteri pulmoner. 8mumnya pada penderita yang meninggal tersebut,
terjadi ruptur pada bagian arteri pulmoner yang mengalami pelebaran akibat inflamasi
pada kaviti . Hal tersebut dapat terjadi karena keterlibatan infeksi tuberkulosis pada
tunika adventisia atau media pembuluh darah namun juga akibat proses destruksi dari
inflamasi lokal.
Hemoptisis masif juga dapat terjadi pada bekas penderita tuberkulosis. Hal
tersebut dapat terjadi akibat erosi lesi kalsifikasi pada arteri bronkial sehingga terjadi
hemoptisis masif. 3elain itu ekspektorasi bronkolit juga dapat menyebabkan
hemoptisis.,:,1*,11
$.1.2 Pneu%#ni&
Hemoptisis dapat terjadi pada infeksi berat dimana saja pada saluran pernafasan. Hal
ini jarang ditemukan pada pneumonia oleh karena virus atau bakteri biasa.
Hemoptisis yang terjadi pada pneumonia yang disebabkan bakteri tertentu dapat
dilihat dari tampilan sputumnya. Pada pneumonia oleh karena pneumococus, sputum
tampak seperti berkarat. Pada ?lebsiella pneumonia, hemoptisis sering menyerupai
jeli kismis.3edangkan pada 3taphylococus Pneumonia, sputum bercampur darah dan
nanah
6
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
9/26
7.1.' B!#nki(is )&n B!#nkiek(&sis
&ronkitis biasanya menyebabkan hemoptisis ringan. Proses inflamasi pada
mukosa saluran nafas dan pecahnya pembuluh darah kecil pada mukosa
mengakibatkan adanya bercak darah pada dahak. Pada &ronkiektasis terjadi akibat
destruksi tulang rawan pada dinding bronkus akibat infeksi ataupun penarikan oleh
fibrosis alveolar. Perubahan yang terjadi ternyata juga melibatkan perubahan arteri
bronkial yaitu hipertrofi, peningkatan atau pertambahan jumlah jaring vaskuler
9vascular bed;. Perdarahan dapat terjadi akibat infeksi ataupun proses inflamasi.
Pecahnya pembuluh darah bronkial yang memiliki tekanan sistemik dapat berakibat
fatal .
7.1.* Infeksi +&%u! P&!u
7ngioinvasi oleh elemen jamur menimbulkan kerusakan pada parenkim dan
struktur vaskuler sehingga dapat menimbulkan infark paru dan perdarahan. Aeskipun
demikian infeksi jamur paru yang invasif jarang menimbulkan hemoptisis.
3ebaliknya pembentukan misetoma dapat menimbulkan hemoptisis pada '*-:*5
penderita misetoma.
Aisetoma umumnya terbentuk pada penderita dengan penyakit paru berkaviti
misalnya D&, sarkoidosis, cavitary lung carcinoma, infark paru, emfisema bulosa,
bronkiektasis, penyakit fibrobulosa dari arthritis rematoid dan ankylosing spondilytis,
trauma mekanik akibat pergerakan fungus ball di dalam kaviti, jejas vaskuler akibat
endotoksin 7spergillus, dan kerusakan vaskuler akibat reaksi hipersensitiviti tipe
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
10/26
Hemoptisis dapat pula terjadi akibat bronkolitiasis dari adenopati histoplasma yang
mengalami kalsifikasi.
7.1., Ases -&!u
Hemoptisis dapat terjadi pada 11-1'5 penderita abses paru primer.
Perdarahan masif dapat terjadi pada *-'*5 penderita abses paru yang mengalami
hemoptisis. Aekanisme perdarahan adalah akibat proses nekrosis pada parenkim paru
dan pembuluh darahnya.
7.1.$ Fi!#sis Kis(ik
Perdarahan pada penderita fibrosis kistik multifaktorial, namun umumnya
perdarahan berasal dari arteri bronkial. Pemeriksaan postmortem menunjukkan
bronkiektasis luas, abses paru dan bronkopneumonia. 3istem arteri bronkial
mengalami hipervaskularisasi dan anastomosis bronkopulmoner. ?elainan tersebut
diatas ditambah dengan hipertensi pulmoner menyebabkan tingginya insiden
hemoptisis pada penderita fibrosis kistik, walaupun demikian hemoptisis masih
jarang terjadi.
7.2 Ke"&in&n +&n(un.
Hemoptisis dapat terjadi pada *-' 5 penderita stenosis mitral dan
hemoptisis masif terjadi pada :-16 5 penderita. 3umber perdarahan adalah
submukosa vena bronkial yang mengalami dilatasi untuk mengakomodasi
peningkatan aliran darah akibat peningkatan tekanan atrium kiri. Hemoptisis masif
karena stenosis mitral merupakan suatu keadaan darurat medis dan merupakan
1*
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
11/26
indikasi untuk intervensi bedah. Hemoptisis akibat dari gangguan peredaran darah
lainnya kurang umum. ?adang-kadang, suatu aneurisma aorta menembus ke dalam
saluran nafas sehingga menyebabkan kematian.
1*.11
7.' Tu%#! P&!u
Hemoptisis pada tumor paru biasanya ringan dengan darah bercampur dengan
dahak. Hemoptisis dapat terjadi akibat proses nekrosis dan inflamasi pembuluh darah
pada jaringan tumor. d-#7!; terhadap penderita dengan keganasan trakeobronkial. Pencegahan
terjadinya komplikasi perdarahan pada saat tindakan tersebut perlu diperhatikan
11
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
12/26
misalnya penderita dengan kelainan pembekuan darah serta kesiapan operator dalam
mengantisipasi terjadinya perdarahan.
7., Pen/&ki( Au(#i%un &(&u Pe!)&!&0&n A"e#"&!
7lveolar hemorrhage 9perdarahan alveolar; merupakan hal yang cukup sering
terjadi pada penyakit autoimun ataupun penyakit idiopatik sistemik. 8mumnya
perdarahan disebabkan oleh penyakit antibasement membrane antibody 97&A7;,
penyakit vaskuler kolagen, glomerulonefritis progresif atau penyakit hemosiderosis
idiopatik. Danda perdarahan alveolar diantaranya adalah hemoptisis, anemia dan
infiltrat pada foto toraks.
7.$ He%#-(isis K!i-(#enik
Hemoptisis kriptogenik atau idiopatik adalah hemoptisis yang tidak diketahui
sumber perdarahan atau penyebabnya walaupun telah menjalani berbagai
pemeriksaan. Pada penelitian 7delman dkk menemukan bahwa 1,+5 penderita
hemoptisis kriptogenik adalah perokok, meskipun belum diketahui hubungannya.1,%
VIII. DIAGNOSIS
Hal pertama yang harus diketahui dalam mengevaluasi hemoptisis adalah
mengetahui apakah perdarahan berasal dari saluran napas bawah, dari saluran napas
atas 9contoh epistaksis;, atau dari saluran cerna 9hematemesis;. Penentuan sumber
perdarahan merupakan hal penting karena akan menentukan langkah penatalaksanaan
selanjutnya. 7namnesis dan pemeriksaan fisis sangat menentukan di dalam
menentukan apakah perdarahan yang terjadi merupakan hemoptisis, epistaksis atau
hematemesis.,6
1
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
13/26
8ntuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu
dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun
penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan.
1. 7namnesis
. 8ntuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan untuk
mendapatkan data-data
0umlah dan warna darah
Camanya perdarahan
&atuknya produktif atau tidak
&atuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan
3akit dada, substernal atau pleuritik
Hubungannya perdarahan dengan istirahat, gerakan fisik, posisi badan dan
batuk
Fhee=ing
2iwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.
Perdarahan di tempat lain bersamaan dengan batuk darah
Perokok berat dan telah berlangsung lama
3akit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada
2iwayat pemakaian obat sebelumnya.
1%
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
14/26
8ntuk membedakan antara batuk darah dengan muntah darah dapat digunakan
petunjuk sebagai berikut :
?eadaan Hemoptisis Hematemesis
1. Prodromal 2asa tidak enak di
tenggorokan, ingin batuk
Aual, stomach distress
. Enset "arah dibatukkan "arah dimuntahkan dapat
disertai batuk
%. Penampilan darah &erbuih Didak berbuih
). Farna Aerah segar Aerah tua
'.
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
15/26
kemungkinan sumber perdarahan selain dari paru atau saluran napas bawah. Aulut
juga perlu diperiksa mengenai kemungkinan laserasi dan tumor. Pemeriksaan
laringoskopi tidak langsung untuk menyingkirkan kemungkinan perdarahan dari
sekitar faring. &unyi napas tambahan seperti stridor atau mengi dapat memberikan
petunjuk tumor(benda asing didaerah trakeolaring ,ronkhi basah dengan atau tanpa
whee=ing menunjukkan bronchiektasis. Perdarahan dari pembuluh darah bronkus
atau kapiler paru tercemin dari ditemukannya ronki basah atau ronki kering lokal.
Pada pemeriksaan jantung bisa dijumpai murmur yang khas yang menandakan
stenosis mitral sebagai penyebab hemoptisis. !ambaran saddle nose atau perforasi
septum dapat menunjukan !ranulomatosis wegener. 0ari tabuh 9clubbing finger;
memberikan petunjuk kemungkinan keganasan intratorakal dan supurasi intratorakal
9abses paru, bronkiektasis;.1,),+
.2 Pe%e!iks&&n Penun3&n
.2.1 Pe%e!iks&&n L&#!&(#!iu%
Pemeriksaan darah tepi lengkap harus segera dilakukan untuk mengetahui
jumlah sel darah merah, hemoglobin dan faktor pembekuan darah 9PD,aPDD;.
Aendapatkan hasil Haemoglobin secara cepat dapat mengetahui jumlah perdarahan
dan penatalaksanaaan lebih lanjut. 7nalisis !as "arah, elektrolit, fungsi ginjal dan
hati perlu diperiksa untuk mengetahui keadaan klinis penderita akibat hemoptisis
serta menganalisis kemungkinan penyebabnya.+,,6
.2.2 Pe%e!iks&&n R&)i#"#is
Pemeriksaan fototoraks merupakan salah satu komponen penting dalam
pemeriksaan untuk mengetahui penyebab perdarahan terutama kelainan parenkim
1'
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
16/26
paru, misalnya pemeriksaan dengan kaviti, tumor, infiltrat dan atelektasis. Pola
perselubungan mengindikasikan sisi dan bahkan sebab perdarahan. Perdarahan intra-
alveolar menimbulkan pola infiltrat retikulonedular. ?onfigurasi mineral dari jantung
dan Kerley B lines mendukung diagnosis stenosis mitral dan hipertensi pulmonal.1*
>amun demikian gambaran foto toraks bisa normal atau tidak informatif.1,,),+,
Pemeriksaan payar paru 9computed tomograhy scanning ; dapat memberikan
informasi yang lebih jelas dari foto toraks, misalnya gambaran brokiektasis atau
karsinoma bronkus yang berukuran kecil. Pemeriksaan CTScan dengan resolusi
tinggi merupakan metode pilihan dalam diagnosis bronkiektasis. Pemeriksaan payar
paru menjadi alat diagnostik pada separuh kasus hemoptisis 9 %:-665; dan lokasi
perdarahan dapat diketahui +%-1**5 kasus. Pemeriksaan ini sebaiknya dikerjakan
sebelum pemeriksaan bronkoskopi, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan
!7A&72 1 !7A&727> 27"
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
17/26
Pemeriksaan sputum yang dapat dilakukan adalah untuk pemeriksaan bakteri
pewarnaan gram, basil tahan asam(&D7 dan disertai kultur. Pemeriksaan sputum
sitologi dilakukan apabila penderita berusia / )* tahun dan perokok.
1,+
.2.* B!#nk#sk#-i1241'
Dindakan bronkoskopi merupakan tindakan yang rutin dilakukan untuk
evaluasi pasien dengan hemoptisis. &ronkoskopi dapat bersifat diagnostik untuk
mencari penyebab hemoptisis namun juga untuk terapeutik. Dindakan bronkoskopi
merupakan sarana untuk menentukan diagnosis, lokasi perdarahan, maupun persiapan
operasi, namun waktu yang tepat untuk melakukannya merupakan pendapat yang
masih kontroversial, mengingat bahwa selama masa perdarahan, bronkoskopi akan
menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga dapat memperhebat perdarahan
disamping memperburuk fungsi pernapasan. Cavase dengan bronkoskop !i"eroptic
dapat menilai bronkoskopi merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi
perdarahan. "alam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop
serat optik jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat dalam
membersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda asing,
disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus di tempat
terjadinya perdarahan. . ,+,6,:
.2., Pe%e!iks&&n Penun3&n L&in
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan sesuai dengan indikasi. Aisalnya
pada penderita dengan kecurigaan gangguan pembekuan darah atau kelainan
1
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
18/26
hematologi lainnya dilakukan pemeriksaan faal hemostasis, pada penderita dengan
kecurigaan penyakit autoimun systemic lupus eritomateus 93CB; dilakukan
pemeriksaan anti ds ">7 atau 7>7 9antinuclear antibody;
1,1*
7rteriografi bronkial dan pulmoner dilakukan bila semua pemeriksaan diatas
gagal atau menemukan sumber perdarahan. 7rteriografi dapat pula digunakan
sebagai alat terapeutik dengan melaksanakan embolisasi.+
I5. PENATALAKSANAAN HEMOPTISIS
6.1 He%#-(isis N#n %&sif
1'41*41,41$
Prinsip penatalaksanaan hemoptisis non masif terdiri dari beberapa langkah
yaitu menjaga jalan napas dan stabilisasi penderita, menentukan lokasi perdarahan
dan memberikan terapi. 3ebagai langkah awal,evaluasi dari
G7&@#(air$ay%"reathing%circulation) sangatlah penting.
Penyebab tersering hemoptisis nonmasif terutama yang terjadi akut adalah
bronkitis, risiko pasien ringan dengan gambaran radiologi yang normal.
Penatalaksaan kondisi pasien seperti ini dapat dengan monitoring airway, breathing
dan circulation serta pengobatan terhadap penyebabnya misalnya dengan pemberian
antibiotik bila diperlukan.
7lur diagnosis Hemoptisis nonmasif dapat dilihat pada gambar .
16
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
19/26
!ambar .
7lgoritma untuk mendiagnosis nonmassive Hemoptisis. 9@D computed
tomography.;
6.2 He%#-(isis M&sif ',1+,1,16
Prinsip penatalaksanaan hemoptisis masif terdiri dari beberapa langkah yaitu
menjaga jalan napas dan stabilisasi penderita, menentukan lokasi perdarahan dan
memberikan terapi.
L&nk&0 I Men3&& 3&"&n n&-&s )&n s(&i"is&si -en)e!i(&
Cangkah tahap ini merupakan upaya konservatif dalam penatalaksanaan
hemoptisis masif . 3etelah diagnosis hemoptisis ditegakkan, upaya pembebasan jalan
napas dilakukan untuk menghindari resiko aspirasi. 7spek lain yang harus diingat
1:
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
20/26
meliputi resusitasi cairan, suplementasi oksigen, koreksi gangguan pembekuan darah,
pemberian antitusif ringan, laksan dan sedasi ringan diberikan sesuai indikasi.
7dapun tahapan tersebut, yaitu
a. Aenenangkan dan mengistirahatkan penderita sehingga perdarahan lebih
mudah berhenti. Penderita perlu diberitahu agar tidak takut membatukkan
darah yang ada di saluran napasnya.
b. Aenjaga jalan napas tetap terbuka. 7pabila terdapat tanda sumbatan jalan
napas perlu dilakukan pengisapan. Pengisapan dengan bronkoskop akan lebih
baik, tetapi memerlukan ketrampilan khusus. Pemberian suplementasi oksigen
lebih banyak menolong kecuali bila jalan napas dibebaskan.
c. 2esusitasi cairan dengan pemberian cairan kristaloid atau koloid.
d. Dransfusi darah diberikan bila hematokrit turun di bawah nilai '-%*5 atau
hemoglobin 9Hb; dibawah 1* g5 dan perdarahan masih berlangsung.
e. Caksan 9stool softener; dapat diberikan untuk menghindari kemungkinan
mengedan.
f. &ila batuk mencetuskan terjadinya perdarahan lebih lanjut dapat diberikan
obat sedasi ringan untuk mengurangi kegelisahan penderita dan tirah baring.
Ebat antitusif ringan hanya diberikan bila terdapat batuk yang berlebihan dan
merangsang timbulnya perdarahan yang lebih banyak.
g. Aanipulasi dinding dada berlebihan harus dihindari seperti perkusi dinding
dada dan spirometri.
h. Hipoksemia yang mengalami perburukan merupakan tanda bahwa perdarahan
mengganggu pertukaran gas dan harus diberikan suplementasi oksigen.
*
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
21/26
i. &ila terjadi serangan Hemoptisis, tergantung dari keadaan penderita
- Penderita dengan keadaan umum dan refleks batuk baik, maka penderita
duduk dan diberikan instruksi cara membatukkan darah dengan benar.
- Penderita dengan keadaan umum berat dan refleks batuk kurang adekuat,
maka posisi penderita Trendelen"erg ringan dan miring ke sisi yang sakit
9lateralisasi; untuk mencegah aspirasi darah ke sisi yang sehat.
j. &ila hemoptisis terus berlanjut dan terjadi perburukan hipoksemia, maka
penderita perlu diintubasi dengan pipa endotrakeal berdiameter besar agar
memungkinkan penggunaan bronkoskopi serat optik lentur untuk evaluasi,
meiokalisir perdarahan dan tindakan pengisapan 9 suctioning ;.
k.
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
22/26
l.
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
23/26
Pemberian terapi spesifik dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan
mencegah berulangnya perdarahan. Pemberian terapi spesifik dapat dilakukan
melalui bronkoskopi 9bronkoskopi terapeutik; dan terapi non bronkoskopik.
1. B!#nk#sk#-i Te!&-eu(ik
a. &ilas bronkus dengan larutan garam fisiologis dingin 9 iced saline la&age;
Pemberian larutan garam fisiologis dingin dimaksudkan untuk meningkatkan
hemostasis dengan menginduksi vasokonstriksi. 3uatu studi tanpa kontrol
mengamati % penderita yang diberikan pembilasan dengan aliJuot '* ml
sekuansial dengan suhu )K @ 9total '** ml; melalui bronkoskop kaku.
Dernyata kontrol perdarahan dicapai pada 1 penderita.1
b. Pemberian Ebat Dopikal
Pemberian epinefrin topikal dengan konsentrasi 1*.*** dimaksudkan untuk
vasokontriksi pembuluh darah, namun efektivitasnya masih dipertanyakan
terutama pada hemoptisis masif.. >amun terapi ini masih perlu penelitian
lebih lanjut.
c. Damponade Bndobronkial
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
24/26
lalu balon dikembangkan. &3EC dikeluarkan dan keteter dibiarkan tertinggal
selama ) jam, kemudian balon dikempiskan di bawah pengamatan &3EC.
&ila tidak ada perdarahan lagi, kateter diketuarkan. &ila visualisasi melalui
&3EC sulit, maka pipa endotrakeal lumen ganda dengan katup.
d. Iotokoagulasi laser 9>d-#7! Caser;
Iototerapi menggunakan laser >eodymium-yttrium-aluminium-garnet 9>d-
#7"; telah digunakan sebagai terapi paliatif dengan hasil bervariasi pada
penderita hemoptisis masif. Derapi ini digunakan pada penderita pada
penderita dengan perdarahan endobronkial karena kemampuan koagulasinya.
2. Te!&-i N#n B!#nk#sk#-ik
a. Pemberian terapi medikamentosa1+
- Vasopresin intravena merupakan vasokonstriktor sistemik dengan dosis *,-
*,) unit(menit telah digunakan untuk mengatasi hemoptisis masif. Ebat ini
menghentikan perdarahan dengan konstriksi arteri bronkial. >amun perlu
berhati-hati terutama pada penderita penyakit pembuluh darah koroner
maupun hipertensi.
- Pemberian asam traneksamat 9antifibrinolitik; untuk menghambat aktivasi
plasminogen dilaporkan dapat mengontrol hemoptisis pada penderita fibrosis
kistik yang tidak dapat terkontrol oleh embolisasi arteri bronkial.
- Pemberian kortikosteroid sistemik dengan obat sitotoksik dan plasmaferesis
mungkin dapat bermanfaat pada penderita hemoptisis masif akibat perdarahan
alveolar penyakit autoimun.
)
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
25/26
- Hemoptisis karena penyakit infeksi seperti D&, infeksi jamur atau kuman lain
maka diberikan antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik.
.
E%#"is&si A!(e!i B!#nki&"is )&n Pu"%#ne!
Bmbolisasi arteri bronkial merupakan kateterisasi arteri bronkial selektif dan
angiografi yang diikuti dengan embolisasi pembuluh darah abnormal untuk
menghentikan perdarahan. Deknik ini pertama kali dilakukan oleh 2emi pada
tahun 1:). Bmbolisasi dapat dilakukan pada arteri bronkialis dan sirkulasi
pulmoner. Deknik ini terutama dipilih untuk penderita dengan penyakit
bilateral, fungsi paru sisa yang minimal, menolak operasi ataupun memiliki
kontrainsikasi tindakan operasi. Derapi ini dapat diulang beberapa kali untuk
mengontrol perdarahan. Bmbolisasi memiliki angka keberhasilan dalam
mengontrol perdarahan 9jangka pendek; antara +)-1**5 dan angka kejadian
berulang *5 dalam jangka waktu + bulan setelah embolisasi.
8. Be)&0
Pembedahan merupakan terapi definitif pada penderita hemoptisis masif yang
sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi paru adekuat, tidak
ada kontraindikasi bedah, ada kontraindikasi embolisasi arteri atau kecurigaan
perforasi arteri pulmoner dan rupture misetoma dengan kolateral arteri yang
banyak. &edah tetap menjadi prosedur pilihan pasien dengan bronkiektasis
lokal, trauma, kista hidatidosa, arteriovenous malformasi, aneurisma dada dan
aspergilloma.),'
'
-
8/20/2019 BATUK DARAH edit terakhir.doc
26/26
5. PROGNOSIS
Hemoptisis merupakan suatu gejala dari suatu kelainan dasar. ?ebanyakan
penderita memiliki prognosis yang baik. >amun penderita hemoptisis akibat
keganasan dan gangguan pembekuan darah memiliki prognosis yang lebih buruk.
?eberhasilan terapi diartikan sebagai berhentinya perdarahan dan tidak terjadi
kekambuhan. Hasil terapi konseervatif mengalami perbaikan sejak berkembangnya
teknik pengendalian perdarahan secara endobronkial dan embolisasi arteri. 7ngka
kekambuhan pada embolisasi arteri setelah + bulan pengamatan didapatkan sebesar
%5.+
5I. KESIMPULAN
Penyebab Hemoptisis sangat beragam antara lain penyakit infeksi, neoplasma,
benda asing, trauma, gangguan vaskular, penyakit autoimun dan lain-lain.
Penanganan Hemoptisis pada prinsipnya menjaga jalan napas agar tidak terjadi
asfiksia, menghentikan perdarahan dan penatalaksanaan selanjutnya tergantung pada
pada etiologi dan lokasi sumber perdarahan.