batuk dan pilek

30
Kelompok B-5 Ketua : Adhelia Kusuma W (1102008273) Sekretaris : Nurul Qomariyah (1102008296) Anggota : Dian Kemala Putri (1102008280) Novita Kartika Ningsih (1102008181) Ratu Ursula Paramadina (1102008299) Tantrie Desty Lianawati (1102008250)

description

batuk dan pilek

Transcript of batuk dan pilek

Page 1: batuk dan pilek

Kelompok B-5

Ketua : Adhelia Kusuma W(1102008273)

Sekretaris : Nurul Qomariyah (1102008296)

Anggota : Dian Kemala Putri (1102008280)

Novita Kartika Ningsih (1102008181)

Ratu Ursula Paramadina (1102008299)

Tantrie Desty Lianawati(1102008250)

Page 2: batuk dan pilek

Toharudin(1102008255)

Urfiarani (1102008258)

Zus Levioni (1102008268)

Batuk Pilek

Seorang anak berusia 6 tahun dibawa ibunya ke Poliklinik Umum RS YARSI karena batuk, pilek, bersin-bersin disertai demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri menelan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadarannya komposmentis, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi napas 24x/menit, frekuensi nadi 110x/menit, suhu 38,50C, berat badan 21 kg, terdapat nasal discharge, faring hiperemis, Ti-Ti tidak hiperemis, dan tidak ada pembesaran KGB regio colli dan submandibula. Orang tua pasien juga sedang batuk pilek. Dokter menyatakan pasien tersebut menderita radang tenggorokan kemudian diberi obat simptomatis berupa ekspektoran, dekongestan, dan analgetik-antipiretik.

2

Page 3: batuk dan pilek

Sasaran Belajar

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Saluran Napas Bagian Atas

1.1. Menjelaskan Anatomi Makroskopik Saluran Napas Bagian Atas

1.2. Menjelaskan Anatomi Mikroskopik Saluran Napas Bagian Atas

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Saluran Napas Atas

2.1. Menjelaskan Mekanisme Respirasi

2.2. Menjelaskan Mekanisme Batuk dan Bersin

3. Memahami dan Menjelaskan Patogisiologi dan Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Napas Atas

3.1. Menjelaskan Patofisiologi Infeksi Saluran Napas Atas

4. Memahami dan Menjelaskan Virus Penyebab Infeksi Saluran Napas

4.1. Menjelaskan Klasifikasi dan Morfologi Virus Penyebab Infeksi Saluran Napas Atas

5. Memahami dan Menjelaskan Farmakoterapi Simtomatis Pada Infeksi Saluran Napas Atas

5.1. Menjelaskan Ekspektoran

5.2. Menjelaskan Dekongestan

5.3. Menjelaskan Analgetik-Antipiretik

6. Memahami Anatomi Pernapasan Menurut Agama Islam

3

Page 4: batuk dan pilek

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Saluran Napas Bagian Atas

1.1. Menjelaskan Anatomi Makroskopik Saluran Napas Bagian Atas

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh

untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari

metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.

STRUKUTR SISTEM RESPIRASISistem respirasi terdiri dari:

1. Saluran nafas bagian atas

Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan

dilembabkan

2. Saluran nafas bagian bawah

Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke

alveoli.

3. Alveoli

Terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2

4. Sirkulasi paru

Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena

meninggalkan paru.

5. Paru

Terdiri dari :

a. Saluran nafas bagian bawah

b. Alveoli

c. Sirkulasi paru

6. Rongga Pleura

Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga

dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura

veseralis

7. Rongga dan dinding dada

Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam

proses respirasi

4

Page 5: batuk dan pilek

Saluran Nafas Bagian Atas

a. Rongga hidung

Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :

- Dihangatkan

- Disaring

- dan Dilembabkan

Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari :

Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan

partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan

disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi

melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi

menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha.

Kemudian udara akan diteruskan ke

b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)

c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat

pangkal lidah)

d. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

Saluran Nafas Bagian Bawah

a. Laring

Terdiri dari tiga struktur yang penting

- Tulang rawan krikoid

- Selaput/pita suara

- Epilotis

- Glotis

b. Trakhea

Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin

tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh

membran fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.

c. Bronkhi

Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini

disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat 5

Page 6: batuk dan pilek

dengan trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior,

medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior

Alveoli

Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.

Membran alveolar :

- Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli

- Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan

surfactant.

- Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling

berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam

rongga endotel

- Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel

kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit

serum.

Sirkulasi Paru

Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis

dan mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis

kembali ke ventrikel kiri.

Paru

Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis,

bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.

Rongga dan Dinding Dada

Rongga ini terbentuk oleh:

- Otot –otot interkostalis

- Otot – otot pektoralis mayor dan minor

- Otot – otot trapezius

- Otot –otot seratus anterior/posterior

- Kosta- kosta dan kolumna vertebralis

- Kedua hemi diafragma

1.2. Menjelaskan Anatomi Mikroskopik Saluran Napas Bagian Atas6

Page 7: batuk dan pilek

HIDUNG

Masing-masing rongga hidung disusun oleh dinding kaku terdiri atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindingnya disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta tulang rawan dan bentuknya dapat berubah-ubah kerena adanya gerakan otot-otot.

Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri adanya kelenjar sebacea besar, yang meluas kebagian depan vestibulum nasi tempat terdapatnya beberapa kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut dengan rambutnya yang kaku dan kasar.

Dibagian yang lebih dalam dari vestibulum nasi, epitel berlapis gepeng itu tidak memiliki lapisan tanduk lagi dan epitel jenis ini pada bagian respirasi rongga hidung beralih menjadi epitel bertingkat bersilindris bersilia, bersel goblet yang disebut sebagai “epitel respirasi” . Selain sel bersilia dan sel goblet, terdapat sel basal yang dianggap merupakan sel induk yang dapat berkembang menjadi sel jenis lain. Lapisan epitel terletak diatas lamina basal dan ditopang oleh lamina propria yang mengandung sejumlah kelenjar tubuloalveolar yang bercabang. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah kelenjar mukosa dan serosa dengan sebagian diantaranya memiliki alveoli campuran, mirip kelenjar liur kecil. Lamina propria mengandung pula sekelompok kecil jaringan limfatik, terutama dibagian belakang dekat nasofaring, dan sel-se mononuklir (fagositik) acapkali meneyebuki jaringan itu. Lapisan terdalam lamina bersatu dengan periosteum atau perikondrium dari tulang atau tulang rawan dinding rongga hidung, menyusun suatu mukoperiosteum atau mikoperikondrium.

Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah alpokat, terbagi dua oleh sekat (septum mediana) dan dari dinding lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi oleh mukosa. Bangunan ini adalah konka nasalis superior, medius dan inferior. Konka nasais inferior merupakan yang terbesar dan dilapisi oleh lapisan mukosa yang lebih tebal. Walaupun lamina propria mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh darah dan biasanya dengan anastomosis arteriovenosa, namun pada konka nasalis(terutama konka nasalis inferior) terdapat pleksus vena yang besar, berdinding tipis, terletak dangkal dipermukaan disebut jaringan kavernosa atau jaringan erektil.

Konka nasalis juga menyebabkan aliran udara berputar, membantu kontak antara udara inspirasi dengan lapisan mukosa, sehingga benda-benda kecil mudah tertangkap dan gas-gas yang tercemar seperti ozon dan sulfur dioksida dapat diserap. Silia yang tedapat pada sel-sel yang bersilia, senantiasa mendorong lapisan lendir ke belakang ke arah nasofaring untuk selanjutnya ditelan atau dibatukkan keluar.

ALAT PENGHIDU

Pada setiap puncak rongga hidung dan meluas ke bawah, diatas konka nasalis superior serta di bagian sekat hidung di dekatnya, terdapat suatu daerah

7

Page 8: batuk dan pilek

berwarna coklat-kekuningan. Daerah khusus ini mengandung reseptor penghidu, disebut daerah olfaktoria atau mukosa olfaktoria.

Epitel olfaktoria adalah bertingkat silindris, tanpa sel goblet, dengan lamina basal yang tidak jelas. Epitel ini sangat tinggi, hampir 60 mikron, atau mikrometer tingginya. Epitel disusun oleh tiga jenis sel :

1. Sel penyokong

2. Sel basal

3. Sel olfaktorius

SEL SUSTENTAKULAR atau SEL PENYOKONG

Sel-sel ini berbentuk silindris, tinggi ramping dan relatif lebar di bagian puncaknya serta menyempit dibagian dasarnya. Inti sel lonjong, terletak ditengah dan lebih superfisisal dari inti sel sensorik. Dipermukaan apikal sel terdapat mikrovili langsing yang menonjol di dalam lapisan mukus. Di bagian apikal sel juga terlihat “terminal web” yang tersusun dari bahan-bahan berbentuk filamen yang berhubungan dengan “junctional complex” diantara sel penyokong dan sensoris yang berdekatan. Aparat golgi kecil terletak superfisial dari inti dengan butir-butir pigmen mirip lipofuksin yang menyebabkan warna mukosa coklat kekuningan.

SEL BASAL

Sel-sel ini berbentuk kerucut, kecil, dengan inti berbentuk lonjong, gelap dan tonjolan sitoplasma bercabang, terletak diantara sel-sel penyokong di bagian dasar. Sel-sel ini dianggap sebagai sel induk yang mampu berkembang menjadi sel penyokong.

SEL SENSORIK atau SEL OLFAKTORIA

Sel-sel ini tersebar diantara sel-sel penyokong dan merupakan modifikasi sel bipolar dengan sebiah badan sel , sebuah dendrit yang menonjol ke permukaan dan sebuah akson yang masuk lebih dalam ke lamina propria. Inti sel bulat, terletak lebih ke basal dari pada inti sel penyokong. Dendrit-dendrit dibagian apikal langsing dan berjalan ke permukaan diantara sel-sel penyokong dan akan berakhir sebagai bangunan mirip bola kecil disebut vesikula olfaktoria. Dari masing-masing vesikula (gelembung) keluar enam sampai sepuluh helai rambut (silia) secara radier, disebut silia olfaktoria.

Di dalam lamina propria terdapat kelenjar serosa tubuloasinosa bercabang (kelenjar bowman), yang mengeluarkan sekret berupa cairan yang dicurahkan kepermukaan melalui saluran sempit. Sekter kelenjar bowman membasahi permukaan epitel olfaktorius dan berperan melarutkan bahan-bahan berbau.

SINUS PARANASAL

Epitel yang membatasi sinus-sinus paranasal merupakan lanjutan dari epitel hidung dan juga adalah jenis epitel bertingkat silindris bersilia. Namun lebih

8

Page 9: batuk dan pilek

tipis dan sedikit sel goblet dan lamina basal yang kurang berkembang. Demikian pula dengan lamina propria lebih tipis dan mengandung lebih sedikit kelenjar dibandingkan yang ada dihidung serta tidak mengandung jaringan erektil. Seperti mukosa hidung, lapisan terdalam bersatu dengan periosteum, sehingga sulit dipisahkan.

NASOFARING

Epitel yang membatasi nasofaring dapat merupakan epitel bertingkat silindris bersilia atau epitel berlapis gepeng yang terdapat pada daerah yang mengalami pergesekan yaitu tepi belakang faring tempat kedua permukaan tersebut mengalami kontak langsung sewaktu menelan. Daerah-daerah lainnya mempunyai jenis epitel seperti saluran nafas disertai dengan sel goblet. Lamina propria di daerah ini mengandung banyak jaringan elastin, terutama dibagian luar yang berhubungan dengan otot rangka di faring. Suatu submukosa hanya terdapat dibagian lateral nasofaring. Di dalam lamina propria terdapat kelenjar, terutama kelenjar mukosa. Namun dapat pula dijumpai kelenjar serosa dan kelenjar campur. Jaringan limfatik banyak dijumpai di seluruhbagian faring dan folikel-folikel limfatik yang sebenarnya terdapat dibagian belakang nasofaring (adenoid atau tonsila faringea), di bagian lateral pada masing-masing sisi tempat peralihan rongga mulut dan orofaring (tonsila palatina) dan pada akar lidah (tonsila lingua).

LARING

Tulang rawan utama pada laring (tiroid, krikoiddan aritenoid) adalah tulang rawan hialin; yang lebih kecil (kornikulata, kuneiformis dan ujung aritenoid) adalah tulang rawan elastis, seperti tulang rawan epiglotis. Tulang-tulang rawan bersama tulang hyoid dihubungkan oleh tiga selaput pipih dan lebar : (1). Tirohyoid, (2). Kuadratus dan, (3). Krikovokal. Selaput-selaput tersebut terdiri atas jaringan ikat padat fibrosa dengan banyak serat elastin, terutama selaput krikovokal.

Epitel mukosa yang membatasi laring bermacam-macam sesuai dengan tempatnya. Pada permukaan depan dan sepertiga atas sampai setengah permukaan belakang epiglotis, lipatan ariepiglotika (tepi atas selaput kuadratus) dan pita suara, epitelnya adalah berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Bagian laring selebihnya mempunyai epitel bertingkat silindris bersilia, umunya di jumpai pula bercak-bercak epitel berlapis gepeng. Pada pita suara, lamina propria dibawah epitel berlapis gepeng itu padat dan terikat erat dengan jaringan ikat ligamentum vokalis dibawahnya. Didalam laring tidak ada submukosa, tetapi lamina propria dari membran mukosanya tebal dan mengandung banyak serat elastin. Didalamnya terdapat kelenjar tubuloasianosa yang kebanyakan adalah mukosa. Beberapa asini mengandung bulan sabit serosa dan sebagian lagi merupakan kelenjar (bersekresi) serosa murni. Pada kedua permukaan epiglotis terutama di jumpai kelenjar liur campur, yang terbanyak di permukaan posterior dan acapkali terletak pada cekungan tulang rawan elastis yang tak beraturan. Pada permukaan posterior atau laringeal, terdapat beberapa kuncup

9

Page 10: batuk dan pilek

kecap di dalam epitelnya. Limfonodulus tersebar di dalam lamina propria.Silia epitel bagian laringeal, seperti halnya diseluruh saluran nafas, menyapu ke arah faring.

Pada setiap potongan laring terdapat serat otot rangka. Di dinding posterior dan posterolateral dijumpai serat-serat muskulus konstriktor. Berhubungan dengan selaput kuadratus dan krikovokal terdapat serat-serat muskular intrinsik laring, yaitu otot-otot yang berkaitan dengan fonasi, bernafas dan menelan.

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Saluran Napas Atas

2.1.Menjelaskan Mekanisme Respirasi

Fungsi Sistem Respirasi :1. Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem

aliran darah.2. Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.3. Melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan

berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari patogen.

4. Sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya.

5. Memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory di superior portion pada rongga hidung.

Sistem respirasi juga dibagi menurut divisinya, yakni :1. Divisi konduksi

Divisi ini dimulai dari rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, himgga terminal bronkiolus

2. Divisi respirasiDivisi ini dimulai dari bronkiolus hingga alveoli, udara memenuhi kantung paru-paru dan terjadilah pertukaran gas antara udara dan darah.

Mekanisme Respirasi

Secara umum, respirasi terdiri dari 2 proses: respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal meliputi pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) antara cairan interstisial tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan dari respirasi eksternal adalah untuk memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini disebut juga respirasi selular, terjadinya di mitokondria.Berikut adalah tahapan-ahapan dalam respirasi eksternal:1. Ventilasi pulmoner atau bernapas, melibatkan perpindahan udara secara fisik

keluar masuk paru-paru.2. Difusi gas, melewati membran respiratori antara ruangan alveolar dan kapiler

alveolar serta melewati kapiler alveolar dan kapiler jaringan.3. Transportasi oksigen dan karbon dioksida; antara kapiler alveolar dan kapiler

jaringan.

10

Page 11: batuk dan pilek

Ventilasi Pulmoner Adalah perpindahan udara secara fisik keluar masuk paru-paru. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga keseimbangan ventilasi alveolar. Tekanan atmosfer memiliki peranan penting dalam ventilasi pulmoner.

Menurut hukum Boyle, tekanan berbanding terbalik dengan volume. Udara akan mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Kedua hukum ini merupakan dasar dari ventilasi pulmoner. Satu siklus respirasi tunggal terdiri dari inhalasi/inspirsi dan ekshalasi/ekspirasi. Keduanya melibatkan perubahan volume paru-paru. Perubahan ini menciptakan gradien tekanan yang memindahkan udara keluar atau masuk paru-paru.

Kedua paru-paru memiliki rongga pleural. Parietal dan viseral pleura dipisahkan hanya oleh selaput tipis cairan pleural. Perbandingan ikatan cairan terjadi antara parietal pleural dan viseral pleura Hasilnya, permukaan masing-masing menempel pada bagian dalam dada dan permukaan superior diafragma. Pergerakan dada dan diafragma ini akan menyebabkan perubahan volume paru-paru. Volume rongga toraks berubah ketika diafragma berubah posisinya atau tulang rusuk bergerak.

Saat diafragma berkontraksi, volume rongga toraks akan bertambah, ketika diafragma berelasasi, volume rongga toraks akan berkurang. Sementara pergerakan superior rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks bertambah. Pergerakan inferior rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks berkurang.

Saat bernapas dimulai, tekanan di dalam dan luar paru-paru sama, tidak ada pererakan keluar masuk paru-paru. Saat rongga toraks membesar, rongga pleural dan paru-paru akan berekspansi untuk memenuhi rongga dada yang membesar. Ekspansi ini mengurangi tekanan paru-paru, maka udara dapat memasuki saluran pernapasan karena tekanan dalam paru-paru lebih rendah dari tekanan luar. Udara terus masuk sampai volume paru-paru berhenti bartambah dan tekanan di dalam sama dengan tekanan udara luar. Saat volume rongga toraks berkurang, tekanan alam paru-paru naik sehingga udara dari paru-paru dikeluarkan dari saluran pernapasan.

Compliance:Compliance paru-paru merupakan indikasi kemampuan perluasan paru-paru, bagaimana paru-paru dengan mudahnya mengembang dan mengempis. Semakin rendah compliance, semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk mengisi dan mnegosongkan paru-paru. Semakin besar compliance, semakin mudah bagi paru-paru, semakin mudah paru-paru untuk mengisi dan mengosongkan paru-paru. Factor yang mempengaruhi compliance adalah:· Struktur jaringan penghubung dari paru-paru. Kehilangan jaringan

penghubung menghasilkan kerusakan alveolar, seperti pada emfisema, yang meningkatkan compliance

11

Page 12: batuk dan pilek

· Produksi surfaktan, pada saat ekshalasi, alveoli yang kolaps karena produksi surfaktan yang tidak mencukupi, seperti pada respiratory distress syndrome, mengurangi compliance paru-paru

· Mobilitas rongga toraks, arthritis atau kelainan skelet lainnyamempengaruhi artikulasi rusuk atau kolom spinal juga mengurangi compliance

Perubahan tekanan selama inhalasi dan ekshalasi1. Tekanan intrapulmoner

Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan tekanan intrapulmoner. Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran pernafasan, di alveoli. Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan atmosfer dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru mengembang dan tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan intrapulmoner 1 mm Hg di bawah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmoner pada umumnya ditulis dengan -1 mmHg. Pada saat ekshalasi, paru-paru mengempis dan tekanan intrapulmoner meningkat menjadi 761 mmHg, atau +1 mmHg.Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet yang berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum, diferensial tekanan dapat mencapai -30 mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis yang ettap tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada saat ekshalasi; karena ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal meningkat dengan signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.

2. Tekanan intrapleuralTekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan visceral pleura. Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat mencapai – 18 mmHg selama inhalasi yang dipaksakan. Tekanan ini di bawah tekanan atmosferyang diseabkan hubungan antara paru-paru dan dinding tubuh. Pada awalnya, kita mencatat bahwa paru-paru memiliki keelastisan yang tinggi. Pada kenyataanya, paru-paru dapat kolaps jika elastic fiber dapat berbalik ke keadaan normal dengan sempurna. Elastic fiber tidak bisa berbalik secara signifikan Karena elastic fiber tidak cukup kuat untuk mengatasi ikatan cairan antara parietal dan visceral pleura. Elastic fiber selanjutnya melawan ikatan cairan dan menarik paru-paru menjauh dari dinding dada dan diafragma, menurunkan tekanan intrapleural . karena elastic fiber yang tersisa membesar bahkan setelah ekshalasi penuh, tekanan intrapleural berada di bawah tekanan atmosfer melaui siklus inhalasi dan ekshalasi normal.

Siklus RespirasiSatu siklus respirasi terdiri dari satu kali inhalasi dan satu kali ekshalasi. Jumlah udara yang keluar atau masuk paru-paru dalam satu siklus respirasi disebut volume tidal. Saat siklus dimulai, tekanan atmosfer dan intrapulmonar sama besar, tidak ada pertukaran udara. Inhalasi dimulai dengan penurunan tekanan

12

Page 13: batuk dan pilek

intrapleural yang diakibatkan ekspansi rongga dada sehingga udara masuk. Saat ekshalasi dimulai, tekanan intrapleural dan intrapulmonar naik denga cepat, mendorong udara keluar dari paru-paru. Otot yang Digunakan Saat Inhalasi

Kontraksi diafragma membuat ‘lantai’ rongga dada menjadi rata, menaikkan volumenya dan membuat udara masuk ke paru-paru. Kontraksi diafragma berperan dalam hampir 75% pergerakan udara pada pernapasan normal.

Kontraksi otot eksternal interkostal membuat tulang rusuk bergerak naik saat inhalasi. Kontraksi ini bertanggung jawab atas 25% volume udara di paru-paru.

Kontraksi otot aksesori, seperti sternocleidomastoid, serratus anterior, pectoralis minor, dan otot scalens. Otot-otot ini juga berperan dalam pengangkatan tulang rusuk oleh otot eksternal interkostal. Otot-otot ini meningkatkan jumlah dan kecepatan pergerakan tulang rusuk.

Otot yang Digunakan Saat Ekshalasi

Otot internal inetrkostal dan transversus thoracis menekan tulang rusuk dan menurunkan lebar dan kedalaman rongga dada.

Otot abdominal, termasuk oblique internal dan eksternal, tranversus abdominis dan otot rectus abdominis, dapat membantu otot internal interkostal saat ekshalasi dengan memampatkan abdomen dan mendorong diafragma untuk bergerak ke atas.

Pernapasan BiasaDisebut juga eupnea, inhalasinya melibatkan kontraksi otot diafragma dan eksternal interkostal, tetapi ekshalasinya merupakan proses pasif. Saat pernapasan diafragma atau pernapasan dalam, kontraksi diafragma mengakibatkan perubahan penting volume rongga dada. Udara masuk ke paru-paru saat diafragma berkontraksi, dan diekshalasi secara pasif saat diafragma berelaksasi.Pada pernapasan kostal atau pernapasan dangkal, volume rongga dada berubah karena tulang rusuk merubah bentuknya. Inhalasi terjadi saat kontraksi otot eksternal interkostal menaikkan tulang rusuk dan memperbesar volume rongga dada. Ekshalasi terjadi secara pasif ketika otot-otot tersebut berelaksasi. Pernapasan KuatDisebut juga hiperpnea, melibatkan pergerakan aktif inspiratori dan ekspiratori. Inhalasi pada pernapasan kuat dibantu oleh otot aksesori, ekshalasi melibatkan kontraksi otot internal interkostal. Pada tingkat pernapasan kuat mutlak, otot abdominal juga dilibatkan dalam ekshalasi. Kontraksinya dapat memampatkan isi abdomen, mendorongnya ke atas melawan diafragma sehingga menurunkan volume rongga dada.

13

Page 14: batuk dan pilek

· Volume tidal (VT) adalah volume udara ketika ekspirasi atau inspirasi dalam 1 siklus respirasi dengan kondisi rileks. Jumlah pada pria dan wanita sama yaitu sekitar 500 ml.

· Volume inspirasi cadangan (VIC) adalah volume udara yang masih dapat di inspirasi setelah melakukan inspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda, pada pria sekitar 3100 ml dan pada wanita sekitar 1900 ml.

· Volume ekspirasi cadangan (VEC) adalah volume udara yang masih dapat di ekspirasikan setelah melakukan ekspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda, pada pria sekitar 1200 ml dan pada wanita sekitar 700 ml.

· Volume residu adalah volume udara yang masih terdapat dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda tapi tidak terlalu signifikan, pada pria sekitar 1200 ml dan pada wanita sekitar 1100 ml.

Terdapat empat jenis kapasitas respirasi antara lain kapasitas vital, residual fungsional, inspirasi, dan kapasitas paru-paru total. Dengan masing-masing pengertian, sbb :· Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah maksimal udara yang terdapat

dalam paru-paru setelah melakukan inspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda, pada pria sekitar 6000 ml dan pada wanita sekitar 4200 ml. KTP = VT+ VIC+ VEC+ VR.

· Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat di ekspirasikan setelah melakukan inspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda, pada pria sekitar 4800 ml dan pada wanita sekitar 3100 ml. KV = VT+ VIC+ VEC (sekitar 80 % dari volume KTP).

· Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah maksimal udara yang dapat di inspirasi setelah melakukan ekspirasi normal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda, pada pria sekitar 3600 ml dan pada wanita sekitar 2400 ml. KI = VT+ VIC.

· Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah jumlah udara yang masih terdapat dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda, pada pria sekitar 2400 ml dan pada wanita sekitar 1800 ml. KRF= VEC+ VR.

Jenis-Jenis Pernapasan· Quiet Breathing

Pada quiet breathing atau eupneu, inhalasi melibatkan kontraksi otot, tapi ekshalasi merupakan proses yang pasif. Inhalasi melibatkan kontraksi otot diafragma dan interkostal eksternal.

· Forced BreathingDisebut juga hiperpnea; melibatkan inhalasi dan ekshalasi aktif. Pada pernapasan jenis ini, otot aksesori ikut berperan dalam inhalasi, sementara pada ekshalasinya yang juga turut berperan adalah otot interkostal internal. Pada level paling maksimum forced breathing, kontraksi otot abdominal digunakan dalam ekshalasi.

Ventilasi Alveolar

14

Page 15: batuk dan pilek

Ventilasi alveolar adalah jumlah udara yang mencapai alveoli tiap menitnya. Hanya sebagian dari udara inhalasi yang mencapai permukaan alveoli. Umumnya inhalasi menarik 500 ml udara ke dalam saluran pernapasan. Sebanyak 350 ml masuk ke ruang-ruang alveolar, sisanya hanya mencapai divisi konduksi dan tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran gas dengan darah. Udara di alveoli ini mengandung oksigen yang lebih sedikit dan karbon dioksida yang lebih banyak daripada komposisi di udara. Kecepatan RespirasiKecepatan respirasi adalah jumlah pernapasan dalam satu menit. Kecepatan yang normal adalah 12 sampai 18 pernapasan per menit. Pernapasan pada anak-anak lebih cepat, yaitu 18-20 kali per menit.

2.2. Menjelaskan Mekanisme Batuk

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita.

Refleks Batuk

Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama, yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferan, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor.

Batuk bermula dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga torak. Yang terletak baik didalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma.

Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsangan dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n.Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring ke nervus prenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.

15

Page 16: batuk dan pilek

Oleh serabut aferen rangsang ini di bawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pernapasan dan pusat muntah. Kemudian disini oleh serabut-serabut eferen n.Vagus, n.Frenikus, n.Interkostal dan lumbar, n.Trigerminus, n.Fasialis, n.Hipolosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.

Mekanisme Batuk

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase kompresi, fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pemubkaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu.

Fase inspirasi, dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 300 ml diatas kapasitas residu fungsional. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memeprkuat fase ekspirasi dan dapat menghasilkan ekspirasi yang kebih cepat dan lebuh kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memeperkecil ringga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lenih mudah.

Setelah udara di inspirasi, maka mulailah kfase kompresi dimana glotis akan tertututp selama 0,2 detik. Pada massa ini, tekanan paru dan abdomen akan meningkat 50-100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk yang membedakannya. Dengan manuver ekpirasi paksa lai karena akan menghasilkan tenaga yag berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekpirasi paksa yang lain.

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekpirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 30-50 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap. Keceptan udara yang

16

Page 17: batuk dan pilek

dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm permenit, dan pda fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.

3. Memahami dan Menjelaskan Patogisiologi dan Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Napas Atas

3.1. Menjelaskan Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Napas Atas

Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernapasan di atas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan. Gambaran patofisiologinya meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongesti vaskuler, bertambahnya sekresi mukus, dan perubahan struktur dan fungsi siliare.

Berbagai mikroorganisme (terutama virus) terutama mampu menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas. Organisme yang sama dapat menyebabkan infeksi yang tidak tampak atau gejala-gejala klinis dengan berbagai keparahan dan meluas sesuai dengan faktor hospes seperti umur, jenis kelamin, sebelumnya telah ada kontak dengan agen, alergi, dan status nutrisi. Misalnya, pada berbagai anggota dari keluarga yang sama, satu virus secara simultan dapat menyebabkan cold khas pada orang tua, bronkiolitis pada bayi, croup pada anak yang sedikit lebih tua, faringitis pada yang lain. Anak-anak yang dimasukkan ke perawatan anak terpajan patogen dengan kisaran yang lebar pada umur yang lebih dini.

Nasofaringitis Akut

PATOLOGI

Perubahan yang pertama adalah edema dan vasodilatasi pada submukosa. Infiltrat sel mononuklear menyertai, yang dalam 1-2 hari, menjadi polimorfonuklear. Perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer, kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernapasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus.

MANIFESTASI KLINIS

Cold lebih berat pada anak kecil daripada anak yang lebih tua dan dewasa. Pada umumnya anak yang berumur 3 bulan sampai 3 tahun menderita demam pada awal perjalanan infeksi, kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam, dan anak yang lebih tua dapat menderita demam ringan. Komplikasi purulen terjadi lebih sering dan lebih parah pada umur-umur yang lebih muda. Sinusitis persisten dapat terjadi pada semua umur.

Manifestasi awal pada bayi yang umurnya lebih dari 3 bulan adalah demam yang timbul mendadak, iritabilitas, gelisah dan bersin. Ingus hidung mulai

17

Page 18: batuk dan pilek

keluar dalam beberapa jam, segera menyebabkan obstruksi hidung, yang dapat mengganggu pada saat bayi menyusu, pada bayi kecil yang mempunyai ketergantungan lebih besar pada pernapasan hidung, tanda-tanda kegawatan pernapasan sedang dapat terjadi. Selama 2-3 hari pertama membrana timpani biasanya mengalami kongesti, dan cairan dapat ditemukan di belakang membrana tersebut, yang selanjutnya dapat terjadi otitis media purulenta atau tidak. Sebagian kecil bayi mungkin muntah, dan beberapa penderita menderita diare. Fase demam berakhir dari beberapa jam sampai 3 hari, demam dapat berulang dengan komplikasi purulen.

Pada anak yang lebih tua gejala awalnya adalah kekeringan dan iritasi dalam hidung dan tidak jarang, di dalam faring. Gejala ini dalam beberapa jam disertai dengan bersin, rasa mengigil, nyeri otot, ingus hidung yang encer, dan kadang-kadang batuk. Nyeri kepala, lesu, anoreksia, dan demam ringan, mungkin ada. Dalam 1 hari sekresi biasanya menjadi lebih kental dan akhirnya menjadi purulen. Cairan ini mengiritasi, terutama selama fase purulen. Obstruksi hidung menyebabkan pernapasan mulut, dan hal ini, melalui pengeringan membrana mukosa tenggorokan, menambah rasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, fase akut berakhir 2-4 hari.

Faringitis Akut

MANIFESTASI KLINIK

Tergantung apakah streptokokus atau virus yang menjadi penyebabnya.

Faringitis virus biasanya dianggap merupakan penyakit yang mulai relatif bertahap, yang biasanya mempunyai tanda awal seperti demam, malaise, dan anoreksia dengan nyeri tenggorokan sedang. Nyeri tenggorokan dapat ada pada mulanya, tetapi yang lebih lazim adalah nyeri mulai timbul sekitar sehari sesudah mulainya gejala-gejala, mecapai puncaknya pada hari ke-2 sampai ke-3. Suara parau, batuk,dan rhinitis juga lazim ada. Bahkan pada puncaknya, radang faring secara relatif dapat kelihatan ringan, tetapi kadang-kadang berat, dan dapat terbentuk ulkus kecil pada palatum lunak dan dinding faring posterior. Eksudat dapat muncul pada folikel limfoid palatum dan tonsil, dan mungkin tidak dapat dibedakan dari eksudat yang ditemukan pada penyakit streptokokus. Limfonodi servikalis sering membesar sedang dan keras, dan mungkin nyeri atau tidak. Keterlibatan laring lazim ada, tetapi trakea, bronkus, dan paru-paru biasanya bukan merupakan sumber gejala. Jumlah sel darah putih berkisar dari 6.000 sampai diatas 30.000, kenaikan jumlah (16.000-18.000) dengan dominasi sel polimorfonuklear lazim pada fase awal penyakit. Jumlah leukosit mempunyai arti kecil dalam membedakan penyakit virus dan bakteri. Keseluruhan penyakit dapat berakhir kurang dari 24 jam dan biasanya tidak menetap selama lebih dari 5 hari. Komplikasi yang berarti jarang terjadi.

Faringitis streptokokus pada anak di atas umur 2 tahun mulai dengan keluhan nyeri kepala, nyeri perut, dan muntah. Gejala-gejala ini dapat disertai dengan demam setinggi 40oC, kadang-kadang kenaikan suhu tidak tampak selama 12 jam atau lebih. Beberapa jam sesudah keluhan awal, tenggorokan dapat menjadi nyeri, dan pada sepertiga penderita ditemukan pembesaran tonsil, eksudasi, dan eritema faring. Parahnya nyeri faring tidak selalu sama dan dapat bervariasi dari ringan sampai berat, membuatnya sukar menelan. Dua pertiga

18

Page 19: batuk dan pilek

penderita hanya menderita eritema ringan, tanpa pembesaran tonsil dan tanpa eksudat. Limfadenopati servikal anterior biasanya terjadi awal, dan limfonodi sering nyeri. Demam dapat berlanjut selama 1-4 hari, pada kasus yang amat berat anak dapat tetap sakit selama 2 minggu. Temuan-temuan fisik paling mungkin yang berkaitan dengan penyakit streptokokus adalah kemerahan difus pada tonsil dan dinding penyangga tonsil, dengan bintik-bintik ptekie palatum lunak, dapat ditemukan dengan adanya limfadenitis atau eksudasi folikuler. Atau tidak. Tanda-tanda ini, meskipun lazim dijumpai pada faringitis streptokokus, namun tidak bersifat diagnostik dan sering ditemukan juga pada faringitis virus. Konjungtivitis, rhinitis, batuk, dan serak jarang terjadi pada faringitis yang terbukti disebabkan streptokokus, dan adanya dua atau lebih tanda atau gejala ini memberi kesan diagnosis infeksi virus.

Rhinitis

MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejal bervariasi, tetapi ingus hidung yang kronis lazim dijumpai pada semua kasus. Pada kasus yang menetap baunya mungkin tidak enak, dan dapat ditemukan adanya pengelupasan lubang hidung anterior dan bibir atas. Ingus berdarah biasanya ada pada lesi sifilis dan difteri dan pada benda asing tetapi dapat juga terjadi pada keadaan lain, terutama jika ada pengorekan hidung yang teru menerus. Seringkali ada gangguan rasa dan bau. Selama penjelekan atau infeksi yang menumpangi, demam lazim ada tetapi yang lain biasanya tidak ada.

Rhinitis alergika persisten relatif sering dijumpai dan munkin bersifat musiman. Membrana mukosa cenderung pucat, jaringan lunak membengkak dan resisten terhadap tekanan.

Rhinitis kronis juga dapat diakibatkan dari penggunaan dekongestan topikal hidung yang lama dan berlebihan (rhinitis medikamentosa0.

Rhinitis atrofikans jarang dijumpai dan biasanya disertai dengan keadaan kelemahan umum, atau mungkin merupakan skuele terhadap infeksi hidung yang berlangsung lama. Indra penciuman terganggu. Mungkin ada sedikit ingus atau tidak ada ingus tetapi banyak kerak dan hidung serta tenggorokan terasa kering. Pada beberapa kasus ingus hidung banyak, berlebihan dan berbau.

4. Memahami dan Menjelaskan Virus Penyebab Infeksi Saluran Napas

4.1. Menjelaskan Klasifikasi Virus Penyebab Infeksi Saluran Napas Atas

19

Page 20: batuk dan pilek

Klasifikasi

RNA virus Virus influenza A Influenza

Virus parainfluenza Croup

Virus pernafasan sinisitial Bronkiolitis

Virus rubella Rubella

Virus measles Campak

Virus mumps (gondongan) Parotitis dan meningitis

Rhinovirus Salesma

Coronavirus Salesma

Coxsakievirus Herpangina dan pleurodina

DNA virus Virus herpes simpleks tipe 1 Gingivostomatitis

Virus eipstein barr Mononukleusis infeksiosa

Varicella zooster Varicella, ruam saraf

Adenovirus Faringitis, pneumoni

Orthomixovirus (virus Influenza)

Adalah determinan utama morbiditas dan mortalitas akibat penyakit pernafasan dan wabah infeksi kadang-kadang terjadi sebagai epidemi di seluruh dunia.

Ada 3 tipe yaitu A, B dan C. Tipe A sangat bervariasi secara antigen dan menimbulkan epidemik influenza. Tipe B mengalami perubahan antigen dan kadang-kadang menyebabkan epidemi.

Tipe C stabil secara antigen dan hanya menyebabkan penyakit ringan pada individu immunokompeten.

Sifat : Virion : sferis, pleomorfik, diameter 80-120nm (nukleokapsid heliks 9nm)

Komposisi : RNA (1%), protein (73%), lipid (20%), karbohidrat(6%)

Genom : RNA tunggal, bersegmen (8 molekul), sense(-), ukuran total 13,6 kb.

Protein : 9 protein sruktural dan 1 nonstruktural

Selubung : mengandung protein hemaglutinin (HA) dan neuromidase (NA virus)

Replikasi : transkripsi nuklear 5’ terminal RNA selular

Karakteristik yang menonjol : sering terjadi penyusunan gen ulang

20

Page 21: batuk dan pilek

Paramiksovirus

Merupakan agen penyakit tersering seperti gondong dan campak.

Sifat : Virion : sferis, pleomorfik, diameter 150 nm atau lebih (nukleokapsid berbentuk heliks 13-18 nm)

komposisi : RNA (1%), protein (73%), lipid (20%) dna karbohidrat (6%)

genom : RNA untai tunggal, linear, tidak bersegmen, sense (-), non infeksius & 15kb

protein : 6-8 protein sruktural

selubung : glikoprotein hemaglutinin virus kadang-kadang melakukan

aktivitas neuromidase dan glikoprotein fusi sangat rentan.

Replikasi : sitoplasma, tonjolan di membran plasma

Karakteristik yang menonjol : stabil secara antigen dan labil tapi infeksius

Koronavirus

Menyebabkan salesma dan menimbulkan gastroenteritis pada bayi

Sifat : Virion : sferis, diameter 120-160 nm, nukleokapsid heliks

Genom : RNA untai tunggal linear, tidak bersegmen, sense +,

Protein : 2 glikoprotein , 1 fosfoprotein , beberapa virus glikoprotein ke 3 ( hemaglutinin esterase)

Selubung : mengandung duri besar tidak ada, kelopak bunga tersebar luas.

Replikasi : sitoplasma partikel yang mengalami maturasi melalui penonjolan

ke dalam retikulum endoplasma dan golgi.

Karakteristik yang menonjol : menyebabkan salesma dan sindrom pernafasan akut berat (SARS) memperlihatkan frekuaensi rekombinasi sel.

5. Memahami dan Menjelaskan Farmakoterapi Simtomatis Pada Infeksi Saluran Napas Atas

5.1. Menjelaskan Ekspektoran

21

Page 22: batuk dan pilek

Obat Gejala Batuk Untuk meringankan gejala batuk, dikenal dua golongan besar obat batuk, yaitu antitusif, ekspektoran dan mukolitik.

Antitusif yang termasuk golongan antitusif yaitu obat yang bersifat meredakan/menekan batuk. Mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara menekan pusat-pusat batuk secara langsung, baik yang berada di sumsum sambungan (medulla) atau mungkin bekerja terhadap pusat saraf yang lebih tinggi (di otak) dengan efek tranquilizer (menenangkan). Obat yang termasuk golongan ini cocok digunakan untuk meringankan gejala batuk kering/batuk nir produktif. Yang termasuk golongan antitusif yaitu: dektrometorfan, noskapin serta difenhidramin.

Ekspektoran

Obat ini mempunyai fungsi berkebalikan dengan antitusif, di mana obat yang termasuk golongan ekspektoran akan merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas. Mekanisme kerja obat ini diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat saraf vagus, sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak. Untuk yang tergolong batuk berdahak/batuk produktif dapat diringankan gejalanya dengan obat golongan ekspektoran. Yang termasuk golongan obat ini yaitu gliseril guaikolat (guaifenesin), amonium klorida serta sirup ipekak.

Mukolitik Golongan ini bekerja dengan mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum (dahak). Yang termasuk golongan mukolitik yaitu asetilsistein dan bromheksin. Sebagai tambahan, asetilsistein sebenarnya telah secara luas dipakai masyarakat yang mengobati batuk dengan kombinasi jeruk nipis dan kecap (jeruk-kecap), di mana pada kombinasi tersebut asetilsistein yang terdapat dalam kecap akan larut dalam suasana asam yang ditimbulkan oleh jeruk nipis tersebut. Memilih Untuk dapat mengobati batuk, yang paling penting dilakukan yaitu mengetahui terlebih dahulu jenis batuk yang kita derita. Apabila sudah jelas jenis batuknya, kita akan pilih obatnya, yaitu antitusif atau ekspektoran. Sebagai contoh, jika kita menderita batuk produktif/batuk berdahak, maka kita memerlukan obat batuk yang mengandung ekspektoran. Sedang bila jenis batuknya non-produktif/batuk kering, kita pilih obat batuk yang mengandung antitusif. Jika kita menderita batuk-pilek, disarankan penggunaan kombinasi antitusif dan dekongestan, bila batuknya non-produktif. Bila dalam kondisi tertentu batuknya batuk produktif, maka kombinasi yang disarankan yaitu

22

Page 23: batuk dan pilek

ekspektoran dan dekongestan Karena banyaknya jenis obat batuk yang beredar di negara kita (lebih kurang 200 merek), sebagai pengguna/pasien kita harus bisa secara selektif memilih obat yang tepat.

5.2. Menjelaskan Dekongestan

Dekongestan merupakan agen simpatomimetik yang bertindak pada reseptor dalam mukosa nasal lalu menyebabkan pengecilan salur darah berlaku. Ia juga mengurangkan kebengkakan mukosa hidung dan melegakan pernafasan. Dekongestan apabila dikombinasikan dengan antihistamin sangat efektif melegakan tanda-tanda alahan rinitis terutamanya bila hidung sumbat.

Pilek merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Pilek adalah suatu gejala adanya cairan encer atau kental dari hidung yang disebut ingus. Pilek dapat mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga diperlukan obat pilek untuk meredakan atau menghilangkan gejala.

Obat pilek sebaiknya hanya digunakan pada pilek yang tidak dapat diatasi dengan terapi non obat. Pilek dapat diatasi dengan dekongestan yang digunakan untuk menghilangkan gejala hidung tersumbat atau mampet sehingga pengobatan ini disebut simtomatik.

Dekongestan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

Dekongestan Sistemik, seperti pseudoefedrin, efedrin, dan fenilpropanolamin. Dekongestan sistemik diberikan secara oral (melalui mulut). Meskipun efeknya tidak secepat topikal tapi kelebihannya tidak mengiritasi hidung.

Dekongestan Topikal, digunakan untuk rinitis akut yang merupakan radang selaput lendir hidung. Bentuk sediaan dekongestan topikal berupa balsam, inhaler, tetes hidung atau semprot hidung.Dekongestan topikal (semprot hidung) yang biasa digunakan yaitu oxymetazolin, xylometazolin yang merupakan derivat imidazolin.Karena efeknya dapat menyebabkan depresi Susunan saraf pusat bila banyak terabsorbsi terutama pada bayi dan anak-anak, maka sediaan ini tidak boleh untuk bayi dan anak-anak.

Juga dari golongan kortikosteroid seperti beclomethasone dipropionate, budesonide, fluticasone propionate, momethasone furoate dan triamcinolone acetonide da dari golongan antihistamin yaitu azelatine HCl.

Dekongestan hidung bekerja dengan menimbulkan venokonstriksi (penyempitan pembuluh vena) dalam mukosa hidung sehingga mengurangi volume mukosa dan akhirnya dapat mengurangi penyumbatan hidung.

Obat hidung lainnya yang digunakan untuk mengatasi permasalahan pada hidung adalah beclomethasone dipropionate.

23

Page 24: batuk dan pilek

Cara kerja obat : Fenilpropanolamin bekerja sebagai dekongestan dengan vasokontriksi pembuluh darah hidung.Efedrin dan pseudoefedrin mempunyai efek dekongestan yang lebih lemah.Efek vasokontriksi dekongestan oral yang terjadi secara sistemik tidak secepat efek topikal. Keuntungannya terletak pada efek yang panjang dibanding dekongestan topikal. Efek samping yang tidak diinginkan : Efek samping yang berhubungan dengan efek sistemik nampak lebih jelas, antara lain menaikkan tekanan darah, aritmia, terutama pada penderita dengan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Dekongestan sistemik harus digunakan secara hati-hati pada penderita hipertensi, pria dengan hipertrofi prostat dan lanjut usia. Hal ini disebabkan dekongestan memiliki efek samping sentral sehingga menimbulkan efek samping takikardia (frekuesi denyut jantung berlebihan), aritmia (penyimpangan irama jantung), peningkatan tekanan darah atau stimulasi susunan saraf pusat.

Penggunaan dekongestan topikal dilakukan pada pagi dan menjelang tidur malam, dan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 24 jam. Dekongestan topikal yang berupa tetes hidung digunakan dengan cara meneteskan obat ini ke dalam hidung secara hati-hati. Perhatikan bahwa tetesan obat harus tepat pada lubang hidung, jumlah tetesan tepat dan tidak mengalir keluar atau tertelan. Pemakaian obat tetes hidung ini jangan melebihi dosis yang dianjurkan.

5.3. Menjelaskan Analgetik-Antipiretik

Analgesik

adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut.

Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik.

Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti rasa terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri yang hilang – timbul dan berbeda tempat nyeri.

24

Page 25: batuk dan pilek

Obat analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit/rasa nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh.

Analgesik dibagi dua yaitu :

1. Analgesik opioid/analgesik narkotika

Merupakan kelompok obat yang memilik sifat – sifat seperti opium atau mofrin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri.

Tetapi semua analgesik itu menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.

Ada 3 golongan obat ini, yaitu :

1. Obat yang berasal dari opium-morfin,

2. Senyawa semi sintetik morfin

3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

2. Analgesik lainya

Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainya seperti ibuprofen, asam mefenamat, naproxen dan banyak lagi.

Berikut contoh obat – obat analgesik – antipiretik yang beredar di Indonesia :

1. Paracetamol

Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, paracetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.

2. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.

3. Asam mefenamat

25

Page 26: batuk dan pilek

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

4. Tramadol

Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama. Minumlah tramadol sesuai dosis yang di berikan, jangan minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg/hari.

5. Benorylate

Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat anti inflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan pada demam pada anak, obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan paracetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digukanan untuk anak yang mengidap sindrom Reye.

6. Fentanyl

Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesi narkotika digunakan sebagai penghilang rasa nyeri., dalam bentuk sediaan injeksi IM. Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.

Fentanyl bekerja didalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya didalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaianya sesuai dengan aturan.

7. Naproxen

Naproxen termasuk dalam golongan anti inflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.

Umumnya, cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa neurotransmitter terentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri, sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.

26

Page 27: batuk dan pilek

Setiap obat harus diatur dosisnya, apapun itu, terutama jika menyangkut usia. Hal ini karena selain luas permukaan tubuh yang berbeda-beda, juga fungsi organ tubuh bisa jadi berbeda. Misalnya, fungsi organ tubuh anak-anak yang dalam usia perkembangan belum sesempurna orang dewasa, dan fungsi organ tubuh manula bisa dikatakan sudah mengalami penurunan fungsi. Oleh karena itu terutama pada kedua golongan usia tersebut, anak-anak dan manula, dosisnya harus lebih diatur. Selain usia, pembagian dosis juga bisa berdasarkan berat badan, karena pada intinya, untuk bisa bekerja, obat harus berada di "site aktif"-nya, yang mungkin saja berada di hampir seluruh bagian tubuh, yang terjadi pada obat-obat berdosis besar (di atas 100mg per satu kali minum).

Antalgin tidak boleh dikonsumsi oleh orang yang memiliki riwayat alergi terhadap obat-obat golongan NSAID seperti aspirin, parasetamol, dll. Karena pada umumnya obat golongan NSAID memiliki salah satu efek sebagai pengencer darah, maka pasien yang sedang menjalani pengobatan dengan heparin atau obat-obatan pengencer darah lainnya, harus lebih berhati-hati, karena jika terjadi perdarahan, akan dapat mengakibatkan perdarahan yang lebih hebat. Untuk penderita sirosis hati, harus menggunakan dosis minimum jika mengkonsumsi antalgin. Dan pasien dengan gagal ginjal tidak direkomendasikan mengkonsumsi obat ini.

6. Memahami Anatomi Pernapasan Menurut Agama Islam

Mengenai anatomi paru-paru, Ibnu Al-Nafis menulis:

"Paru-paru terdiri dari banyak bagian, pertama adalah bronchi, kedua adalah cabang cabang arteria venosa, dan ketiga adalah cabang-cabang vena arteriosa. Ketiganya terhubung oleh jaringan daging yang berongga."

Dia menambahkan lebih detil mengenai sirkulasi paru-paru:"... Yang diperlukan paru-paru untuk transportasi darah menuju vena arteriosa adalah keenceran dan kehangatan pada jantung. Apa yang merembes melewati pori-pori pada cabang-cabang pembuluh menuju alveoli pada paru-paru adalah demi percampurannya dengan udara, berkombinasi dengannya, dan hasilnya memjadi sesuatu yang diperlukan di bilik kiri jantung. Yang mengantar campuran itu ke bilik kiri arteria venosa."

Tidur Rosululloh saw merupakan cara tidur yang sangat baik bagi kesehatan, setiap posisi dan waktu yang beliau pilih untuk tidur sangat bermakna bagi kesehatan bahkan jauh sebelum ilmu kedokteran berkembang seperti sekarang. Ibnu Qoyyim berkata, “Barangsiapa yang memperhatikan pola tidur dan bangun beliau, niscaya mengetahui bahwa tidur beliau tersebut paling proporsional dan paling ber-manfaat untuk badan, organ, dan kekuatan.

27

Page 28: batuk dan pilek

Posisi tidur Nabi saw adalah miring kesebelah kanan Kemudian, beliau berbalik bertumpu sedikit pada sisi kiri, supaya dengan begitu proses pencernaan lebih cepat karena condongnya lambung di atas hati. Kemudian beliau kembali tidur bertumpu pada sisi kanan lagi, agar makanan segera larut dari lambung; jadi posisi permulaan dan posisi terakhir tidur bertumpu pada sisi kanan. Selain bermanfaat bagi pencernaan paling tidak ada 3 manfaat lain yang dapat diambil dari posisi tidur miring kesebelah kanan.

Untuk jalan nafas tidur miring mencegah jatuhnya lidah kebelakang yang dapat menyumbat jalan nafas. Lain halnya jika tidur pada posisi terlentang maka relaksasi lidah pada saat tidur dapat mengakibatkan penghalangan jalan nafas, penampakan dari luar berupa mendengkur. Orang yang mendengkur mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen malah kadang-kadang dapat terjadi henti nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkan orang yang tidur dengan posisi demikian. Orang tersebut biasanya akan bagun dengan keadaan pusing karena kurangnya pasokan oksigen ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu tidur kita.

Untuk jantung, tidur miring kesebelah kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya ini karena posisi jantung yang memang berada lebih disebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan karena darah yang masuk ke atrium juga banyak, sebab paru-paru kanan berada diatas sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.

Bagi kesehatan paru-paru: paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring kesebelah kanan, jantung akan jatuh kesebelah kanan, itu tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan besar, lain halnya kalau bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.

Selain posisi tidur yang miring kekanan Nabi saw juga meluruskan punggungnya pada saat tidur, manfaatnya adalah supaya organ-organ dalam tidak tertekan, posisi tersebut juga melancarkan peredaran darah.Sedikit menekuk kaki di dunia kedokteran seorang dokter akan meminta pasien menekuk kakinya jika dokter tersebut akan memeriksa perut pasien. Fungsi dari sedikit menekuk kaki adalah untuk mengendurkan otot-otot perut sehingga lebih mudah untuk diperiksa. Menekuk kaki sedikit pada saat tidur menolong organ-organ dan otot otot perut itu sendiri untuk relaksasi lebih sempurna. Sehingga tidur kita lebih nyaman.

Menggunakan telapak tangan sebagai bantal. Kita tentu sering dengar bahwa posisi leher sangat mempengaruhi kualitas tidur. Leher yang tidak lurus pada saat tidur menyebabkan sakit leher pada saat bangun dan biasanya ini menetap beberapa lama sehingga mengganggu aktifitas. Maha suci Allah yang menciptakan tangan sedemikian rupa sehingga apabila kita melihat orang yang tidur dengan telapak tangan maka antara kepala, leher dan punggung tercipta garis lurus.

Gerakan sujud dalam sholat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut

28

Page 29: batuk dan pilek

pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya.

Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Bahwa darah tidak akan memasuki urat syaraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang bersembahyang yakni ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti kadar salat waktu yang diwajibkan oleh Islam.

Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Di samping itu, gerakangerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan sholat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.

29

Page 30: batuk dan pilek

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.22, ab. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.

Gunawan SG, Setiabudi R, Nafraldi. 2008. Farmakologi dan Terapi ed. 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Junqueira luizncarlos. 2007. Histologi Dasar edisi 10. Jakarta.

Kamus Kedokteran ed.5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Nelson, Waldo E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak vol. 2. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol.2 ed.6, ab. Brahm U. Pendit, dll. Jakarta: EGC

Raden, Inmar. 2009. Anatomi Kedokteran. Jakarta: Bagian Anatomi Universitas YARSI

Sherwood, Laurelee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2, ab. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC

Snell, Richard. 1998. Anatomi Klinik bagian 2 edisi 3. Jakarta : EGC

Yoga, Tjandra Dr. 1993. Patofisiologi Batuk. Jakarta : Bagian Pulmonologi FKUI

30