BATUBARA
-
Upload
sandytumin -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of BATUBARA
BATUBARA
Distilasi Destruktif Batubara
Batubara dapat dipyrolisis atau didistilasi dengan memanaskannya tanpa
adanya kontak dengan udara. Hasil dari proses pyrolisis ini dapat berupa zat
padat, cair atupun gas, tergantung dari suhu pemanasannya serta jenis batubara
yang digunakan.Jika unit itu menggunakan suhu antara 450 sampai 700°C, proses
itu disebut karbonisasi suhu rendah (low-temperature carbonization), jika suhu di
atas 900°C disebut karbonisasi suhu tinggi (high-temperature carbonization).
Zat cair hasil karbonisasi suhu rendah mengandung lebih banyak tar asam
dan tar basa dari pada zat cair karbonisasi suhu tinggi. Pada karbonisasi suhu
tinggi, zat cair yang dihasilkan adalah air, tar, dan minyak ringan mentah. Produk
gasnya berupa hidrogen, metana, etilena, karbon monoksida, karbon dioksida,
hidrogen sulfida, amonia dan nitrogen. Produk lain selain kokas dikelompokkan
sebagai bahan kimia batubara atau hasil-sampingan.
Berikut ini merupakan langkah-langkah dekomposisi dari batubara
1. Bila suhu dinaikkan, ikatan karbon-karbon alifatik putus lebih dahulu. Reaksi
ini mulai berlangsung pada suhu di bawah 200oC.
2. Berikutnya, hubungan karbon-hidrogen putus pada suhu kurang lebih 600oC.
3. Eliminasi kompleks lingkar-hetero dan romatisasi secara berangsur
merupakan reaksi penting yang berlangsung selama dekomposisi dan proses
karbonisasi.
4. Bobot molekul antara berkurang secara teratur bersamaan dengan naiknya
suhu. Air, karbonmonoksida, hidrogen, metana dan hisrokarbon lainnya
terbentuk.
5. Dekomposisi berlangsung maksimum pada suhu antara 600 dan 800oC.
Selama reaksi di atas bervariasi bergantung pada laju pemanasan dan suhu
yang dicapai.
Proses Kokas Batubara
Ada dua macam proses pengokasan batubara, yaitu proses beehive dan by
product.Pada proses by product, batubara dipanaskan dari dua sisi sehingga kalor
mengalir ke tengah, dengan demikian menghasilkan kokas yang lebih kecil dan
lebih padat dari yang dihasilkan pada proses beehive. Kalor yang didapatkan
seluruhnya didapat dari gas asap yang dialirkan pada sisinya.
Proses Kokas Beehive
Proses kokas beehive merupakan proses pemanasan batu bara secara
langsung dalam tungku beehive yang berbentuk kubah. Tungku Beehive
merupakan tungku yang paling tua dimana batubara dibakar pada kondisi udara
terbatas, sehingga hanya zat terbang saja yang akan terbakar. Jika zat terbang
terbakar habis, proses pemanasan dihentikan.Kelemahannya antara lain terdapat
produk samping berupa gas dan cairan yang tidak dapat dimanfaatkan atau habis
terbakar, disamping itu produktivitas sangat rendah (Raharjo, 2010).
Gambar 1. Proses pengolahan kokas by-product
Proses Kokas By-product
Sebelum masuk ke dalam ruang bakar, batubara diangkut, dihancurkan
dan diayak. Ruang bakar pengolahan kokas by-product terbuat dari batu yang
tahan panas serta mampu menahan tekanan yang disebabkan oleh ekspansi gas
selama proses berlangsung. Ruang bakar dapat disusun sampai 10 atau bahkan
100 buah ruang bakar.
Gambar 2. Ruang bakar pada proses by-product
Setiap ruang bakar memulai dan mengakhiri proses pada waktu yang
berbeda, sehingga menghaslkan produk yang kontinyu. Bahan baku batubara
dimasukan melalui lubang di bagian atas ruang bakar dan masuk ke dalam ruang
bakar yang dindingnya bersuhu sekitar 1100°C. Pemanasan berlangsung dan
batubara dibiarkan dalam ruang bakar sampai menghasilkan kokas. Suhu gas
pemanas dapat berbeda-beda tergantung dari jenis batubara, kandungan air pada
batubara dan kehalusan batubara tersebut. Setelah pemanasan selesai, kokas yang
dihasilkan masih panas dan berwarna merah terbakar yang selanjutnya
didinginkan dengan siraman air.
Produk samping yang berupa gas dan zat volatil dialirkan melalui leher
angsa ke pipa baja horizontal yang dihubungkan ke semua ruang bakar yang
disusun seri. Zat cair yang bergerak bersama gas disiram dengan amonia encer
sehingga dapat mengkondensasi zat volatil yang berupa tar. Zat cair tersebut
masuk ke dalam tangki ekstraktor untuk dipisahkan komponennya dari amonia.
Amonia dipompa kembali untuk mengkondensasi gas hasil dari pembakaran. Tar
kemudian didistilasi.
Gambar 3. Proses penyulingan tar batubara
Tar disaring dan dipompa melalui heat exchanger ke kolom distilasi. Uap
hasil distilasi dipanasi lebih lanjut dan keluar dari atas kolom distilasi yang
kemudian masuk ke dalam kolom fraksinasi untuk dipisahkan menjadi empat
fraksi beserta residu dan pitch. Pitch dipanasi lebih lanjut sehingga diperoleh pitch
dengan kekerasan yang diinginkan dan untuk mengeluarkan minyak yang dapat
menguap dengan titik didih tinggi. Pitch itu ditarik dari atas bagian tengah kolom
distilasi dan dibawa ke penimbunan, melalui pitch heat exchanger.
Coal tar pitch adalah bahan yang sering digunakan sebagai prekursor
untuk serat karbon pada kompositkarbon. Kandungan senyawa dari Coal tar pitch
sangat bervariasi tergantung pada kondisi distilasi, termasuk waktu dan suhu.
jumlah senyawa yang terkandung dalam coal tar pitch ada diperkirakan berjumlah
ribuan. Panampakan visual dari Coal tar pitch adalah mengkilat, berwarna coklat
tua kehitaman dan di dalamnya mengandung hidrokarbonaromatik polisiklik,
metil, turunan polimetil, dan senyawa heteronuklir. Coal tar pitch termasuk jenis
thermoplast yang akan meleleh saat dipanaskan. Lelehan Coal tar pitch ini dapat
dibentuk menjadi serat pitch dengan proses karbonisasi pada suhu ≥ 1000°C
untukmembentuk serat karbon. Coal tar pitch mengandung senyawa volatile, yaitu
senyawa yang dilepaskan ketika coal tar pitch dipanaskan/dikarbonisasi. Coal tar
pitch biasanya digunakan sebagai aspal untuk jalan raya (Zazali, 2011).
Kokas dan tar dapat dibuat dengan proses kontinyu, tetapi produk yang
terbentuk sangat berbeda dari proses pembakaran by-product.Karbonisasi suhu
tinggi kontinyu biasanya dilakukan untuk menghasilkan gas sintesis dengan
sedikit hasil kokas. Kokas halus suhu tinggi dapat dihasilkan oleh reaktor gas
sintesis dan kemudian dipadatkan menjadi briket kokas metalurgi (formcoke)
untuk tanur tinggi, tetapi pada saat ini tidak menguntungkan.
Recovery of Coal Chemicals
Campuran gas yang keluar dari ruang bakar terdiri dari gas permanen yang
menjadi kokas murni, bersama uap air yang dapat dikondensasi, tar, minyak
ringan, partikel padat, debu batubara, hidrokarbon berat dan senyawa karbon
kompleks. Produk-produk penting yang dapat diambil dari uap, seperti benzena,
toluena, xilena, minyak kreosot, kresol, asam kresilat, naftalena, fenol, xilol,
piridina, kuilonina dan pitch sedang dan keras yang dapat digunakan sebagai
bahan perekat (bider) elektrode, jalan, atau pitch untuk atap.
Gas yang dihasilkan didinginkan melalui heat exchanger dan dikompresi
untuk memampatkan gas, sehingga memudahkan dalam pemisahannya dari
amonia. Gas dimasukan ke dalam saturator yang berisi larutan asam sulfat 5
sampai 10%, tempat amonia diserap dan membentuk kristal amonia sulfat. Gas itu
masuk ke saturator melalui distributor yang yang ditempatkan di bawah
permukaan cairan asam. Saturator itu terbuat dari bejana tertutup dari baja
berlapis kaca. Konsentrasi asam juga dijaga dengan menambahkan asam sulfat
60oBe’ dan suhunya dijaga 60oC dengan menggunakan pemanas ulang dan kalor
netralisasi. Kristal amonium sulfat dikeluarkan dari dasar saturator. Garam
amonium sulfat itu dikeringkan di dalam alat sentrifugasi dan dimasukkan ke
dalam kantong-kantong yang beratnya 50 kg.
Gas yang keluar dari saturator didinginkan kembali dengan cara
disentuhkan dengan air. Selama proses pendinginan tersebut, kandungan naftalena
dalam gas akan ikut terbawa oleh air yang kemudian dapat dipasahkan. Gas lalau
di sentuhkan kembali dengan straw oil sebagai medium absorbernya untuk
mendapatkan minyak ringan dan bensol dari gas. Absorber disemprotkan dari atas
menara absorbsi sedangkan gas mengalir dari bawah ke atas.
Straw oil yang sudah kaya dengan minyak ringan,dilewatkan ke dalam
kolom pelucut di mana straw oil, yang mengalir ke bawah, dikontakkan dengan
uap aktif. Uap minyak ringan dan uap (steam) mengalir ke atas dari pemasak
melalui heat exchanger ke kondensor. Straw oil kemudian dialirkan ke absorber
ntuk digunakan kembali. Gas masih harus dibersihkan dari kandungan
belerangnya dengan oksida besi atau dengan larutan etanolamida.
Prosedur lain dapat dilakukan dengan menggunakan larutan posfat untuk
menyerap amonia dan membentuk posfat yang lebih basa seperti (NH4)2HPO4
dan (NH2)3PO4 yang kemudian dikembalikan ke bentuk semula denga uap air
yang membebaskan amonia.Cara ini dilakukan dalam proses Phosam.Dalam
siklus absorpsi yang representatif, larutan fosfat 40% akan menyerap semua NH3
yang ada. Larutan amonium fosfat itu didihkan kembali di dalam menara distilasi
tempat uap NH3 dan larutan amonium fosfat ringan dipisahkan untuk digunakan
kembali.
Karbonisasi Suhu Rendah
Karbonisasi suhu rendah dilakukan untuk mendapatkan produk cairan
yang maksimum serta produk semikokas (char) yang mengandung 8-20% bahan
yang dapat menguap (volatile).jumlah dan produknya tergantung pada jenis
batubara, suhu dan perlakuannya.
Distilasi Tar Batubara
Batubara adalah campuran dari berbagai unsur kimia, kebanyakan
aromatik, yang komposisinya sangat bervariasi.Tar merupakan hasil samping dari
distilasi destruktif atau pirolisis batubara. Kualitas dan kuantitas tar yang
dihasilkan bermacam-macam,bergantung pada laju produksi hasil pembakaran
dan karakteristik batubara yang digunakan.
Produk akhir distilas tar batubara adalah pitch yang biasanya lebih dari
60% terdiri dari tar mentah. Distilasi dilakukan untuk membuat produk akhir yang
dapat dijual dan memisahkan bahan-bahan yang bernilai menjadi produk yang
berguna.Pabrik yang modern yang dilengkapi dengan kolom fraksionasi untuk
distilasi pertama.
Metode Distilasi
Metode distilasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
1. Batch still 10.000 sampai 30.000 L (kuno, tetapi masih ada beberapa yang
beroperasi), banyak mengalami penyempurnaan dan digunakan untuk produk
akhir khusus, seperti pipa enamel.
2. Continous still, dengan satu kolom distilasi dan menggunakan arus samping
3. Continous unit dengan beberapa kolom reboiler. Operasinya disempurnakan
dengan melakukan sirkulasi residu.
Gambar 4. Stirred Batch tar-distillation still
Distilasti tar batubara menghasilkan produk yang berbeda-beda tergantung
pada kondisi dan jenis batubara. Batubara lain yang mempunyai grafitas spesifik
1.1 sampai 1.2 menghasilkan analisis sebagai berikut : benzol dan toluol (benzena
dan toluena mentah) 1%, minyak ringan lain 0,7%, fenol 0,3%, naftalena 4,3%,
minyak kreosot 28,3%, antarasena 0,3% dan pitch 64,8%.
Produk Distilasi
Gambar 5. Produk-produr tar batubara
Hasil dari distilasi tar batubara dipisahkan di dalam kolom fraksinasi dan
tidak diperlukan proses pemurnian lagi. Hasil dari fraksinasi tersebut yaitu
Light oil, biasanya dihasilkan pada suhu 200°C. Awalnya tar difraksinasi
pada suhu rendah yang dicampur dengan asam sulfat pekat, dinetralisasi dengan
soda kaustik, didistilasi ulang sehingga menghasilkan benzena, toluena dan
homolognya.
Middle oil, minyak ini sering disebut sebagai minyak kreosot. Middle oil
merupakan hasil dari fraksinasi pada suhu 200 sampai 250°C, yang mengandung
naftalena, fenol dan kresol. Natalena didapatkan dengan cara diendapkan dan
didinginkan. Dipisahkan dengan sentrifugasi dan dimurnikan dengan sublimasi.
Setelah naftalena dipisahkan, fenol dan asam tar lainnya diperoleh melalui
ekstraksi dengan larutan soda kaustik 10% dan netralisasi atau dengan
mengeluarkannya (springing) dengan karbon dioksida. Produk-produk itu lalu
difraksionasi dengan distilasi.
Heavy oil, dihasilkan pada suhu fraksinasi 250 sampai 300°C. Minyak ini
dapat dibagi menjadi menjadi middle oil dan anthracence oil.
Anthracence oil, dihasilkan dari shu fraksinasi 300 sampai 350°C. Minyak
ini harus dicuci engan berbagai pearut untuk memisahkannya dari fenantrena dan
karbazol, sehingga didapatkan padatan anthracence.
Pemanfaatan Tar Batubara
Sebagian besar tar batubara yang dihasilkan masih digunakan sebagai
bahan bakar. Ter batubara juga digunakan untuk jalan dan atap. Untuk itu, tar
didistilasi sehingga terjadi komposisi termal. ”Tar dasar” (base tar) inidiencerkan
kembali dengan minyak kreosot sehingga mengering dengan cepat. Tar itu juga
dipakai untuk impregnasi lahan dan kertas agar kedap air.
Tabel 1. Komposisi penyusun tar batubara
Fraksionasi dan Pemurnian Bahan Kimia Tar Batubara
Karena ketatnya persaingan bahan kimia aromatik yang berasal dari migas,
minat terhadap bahan aromatik batubara sementara ini agak berkurang. Pada
waktu yang lalu tar batubara merupakan satu-satunya sumber piridina, tetapi
naiknya permintaan dewasa ini banyak dipenuhi dengan proses sintesis yang
menggunakan aldehid dan amonia. Hal yang sama terjadi pula pada fenol. Di
Eropa tempat yang banyak mengandung batubara dan sedikit migas, perhatian
terhadap bahan padat yang bisa diperoleh dari tar batubara. Produk yang
berpotensi paling besar adalah fenantrena (bahan yang nomor dua terbanyak
terdapat di dalam ter batubara) yang menurut perkiraan Franck ada 250.000 t yang
dapat dipulihkan setiap tahun di dunia barat jika cara pemakaian yang
menguntungkan bisa ditemukan. Perkiraan ini didasarkan atas pemulihan total 107
t ter batubara denagn hasil 50%. Antarakuinon adalah bahan dasar zat warna,
tetapi sekarang lebih murah bila disentesis dari ftalax anhidrid daripada
mengoksidasi antarasena.
Coal to Chemical
Batubara dapat digunakan sebagai bahan baku industri kimia, maupun
sebagai bahan bakar melalui proses konversi antara lain : Gasifikasi, Pirolisis,
Sintesis Fisher Tropsch, Hidrogenasi dan Solvent Extraction (Kusumapradono,
1994).
Gasifikasi (Gasification)
Proses gasifikasi batubara adalah konversi batubara menjadi gasyang
mudah dibakar. Kalau udara dipakai sebagai pembakar, maka gasN2 akan
mempunyai efek mengencerkan sehingga gas yang dihasilkanberkalor rendah.
Untuk menghasilkan gas kalori menengah, makasebagai pembakar dipakai gas 02
mumi. Untuk keperluan industri kimiaada kecenderungar: menggunakan medium
oksigen dan uap air untukmenghasilk;}n gas kaJori menengah.
Pirolisis
Pada proses pirolisa atau karbonasi, batubara dipanaskan dalam keadaan
tanpa udara sampai terjadi dekomposisi. Pada temperatur tinggi hasilnya berupa
residu padat yang banyak mengandung karbon, mudah terbakar (char/coke) dan
mengandung gas, sedangkan pada temperatur rendah hasilnya berupa cairan kaya-
hidrogen (tar). Tar dapat dipakai secara langsung, dan dapat diubah menjadi
minyak mentah sintetik melalui proses hydrotreatment.
Sintesis Fischer-Tropsch
Pada proses pirolisa atau karbonasi, batubara dipanaskan dalam keadaan
tanpa udara sampai terjadi dekomposisi. Pada temperatur tinggi hasilnya berupa
residu padat yang banyak mengandung karbon, mudahterbakar (char/coke) dan
mengandung gas, sedangkan pada temperatur rendah hasilnya berupa cairan kaya-
hidrogen (tar). Tar dapat dipakai secara langsung, dan dapat diubah menjadi
minyak mentah sintetik melalui proses hydrotreatment.
Solvent Extraction
Proses ekstraksi merupakan metoda konversi batubara yang melarutkan
sebagian atau seluruhnya batubara sehingga kemurnian batubara menjadl tinggi.
Pelarut yang digunakan dapat berupa hidrogen atau lJahan organik yang berasal
dari batubara pula. Jika tidak digunakan katalisator maka hasilnya bahan bakar
padat atau bahan bakar cair berat. Jika digunakan katalisator maka hasilnya adalah
liquid fuel oil, synthetic crude oil, atau nafta.
Hidrogenasi
Hidrogenasi batubara merupakan proses pencairan batubara menggunakan
katalis. hidrogenasi merupakan bagian dari tahapan pencairan batu bara tak
langsung (Indirect Coal Liquefaction, ICL). Proses ini dirancang untuk
menghasilkan gas yangnilai kalornya bersaing dengan gas bumi atau untuk
membuat bahan bakar motor di negara-negara yang miskin sumber daya migas.
Pencairan batubara tak langsung merupakan proses untuk memproduksi
bahan bakar cair melalui beberapa tahap. Proses ini cocok tidak hanya untuk
batubara bituminous dan subbituminous, tapi juga batubara muda seperti lignite.
Setelah tahap penyiapan, batubara dikonversi menjadi syngas dengan proses
gasifikasi menggunakan oksigen murni untuk oksidasi parsial karbon. Syngas
merupakan campuran gas yang mengandung hidrogen (H2), karbon monoksida
(CO), air dan uap dengan jumlah yang bervariasi, karbon dioksida dan senyawa
pengotor yang ada dalam batubara. Ratio H2/CO untuk gas ini adalah 0,5-0,8,
selanjutnya ratio H2/CO diatur sampai harga yang diperlukan untuk reaktor
Fischer-Tropsch (biasanya H2/CO = 2), kemudian semua pengotor dan karbon
dioksida dihilangkan. Produk yang diperoleh dalam reaktor kemudian dialirkan ke
tahap isomerisasi atau proses dingin hidrocracking isomerisasi (HDI) dengan
penambahan gas hidrogen (H2), sehinggadihasilkan produk sesuai spesifikasi.
Komponen-komponen yang tidak diinginkan, seperti : senyawa-senyawa yang
mengandung sulfur dan nitrogen serta abu terbang dapat dipindahkan dari syngas
dengan menggunakan proses pemurnian gas.. Tahapan paling penting untuk
membuat bahan bakar hidrokarbon adalah sintesa melalui proses Fischer-Tropsch
(F-T).
Proses F-T untuk membuat hidrokarbon sintetis dapat digambarkan secara
sederhana dengan dua reaksi katalitik berikut, yang menghasilkan dua
molekulhidrokarbon besar dari molekul kecil CO dan H2 yang diproduksi dengan
gasifikasi, dan oksigen dalam umpan CO direject dalam steam, dan reaksinya
adalah sebagai berikut :
nCO + 2nH2 ----> nH2O + CnH2n (olefin)
nCO + (2n+1)H2 ----> nH2O + CnH2n+2 (parafin)
Gambar 6. Proses Pencairan Batubara Tak Langsung (Batan, 2010)
Dewasa ini penggunaan batubara untuk membuat bahan kimia yang lebih
murah terutama melalui jalur hidrogenasi katalitik dan proses-proses lain yang
biasanya dikelompokkan sebagai ”pemurnian batubara” (coal refining) dan
dilakukan bersama pemisahan zat cair, pengkokasan, penghidrorengkahan
(hydrocracking) dalam suasana hidrogen, tanpa mengusahakan hidrogenasi total
batubara karena cara ini sudah pasti tidak ekonomis.