batubara

16
BAB I GENESA BATUBARA 2.1. TAHAP PEMBENTUKAN BATUBARA Dua tahap penting yang dapat di bedakan untuk mempelajari genesa batubara adalah gambut dan batubara. Dua tahap ini merupakan hasil dari suatu proses yang berurutan terhadap bahan dasar yang sama (tumbuhan). Menurut wolf – 1984, secara definisi dapat diterangkan sebagai berikut: A. Gambut Adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar, berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi (proses pembentukan asam humin) dan dalam kondisi tertutup udara – umumnya di bawah air – tidak padat, dengan kandungan air lebih dari 75 % berat Ar ( Ah received = berat pada saat diambil di lapangan ) serta kandungan mineral lebih kecil dari 50 % dalam kondisi kering. B. Batubara Adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam. Sejak pengendapannya mengalami terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan karbon. Berdasarkan klasifikasi Badan Standardisasi Nasional Indonesia tentang batubara, pengertian endapan batubara adalah : Endapan yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami kompaksi, ubahan kimia dan hampir proses metamorfosis oleh panas dan tekanan selama waktu geologi, yang berat kandungan bahan organiknya lebih dari 50% atau volume bahan organik tersebut termasuk kandungan lengas bawaan ( inherent moisture) lebih dari 70 %”. Untuk menjadi batubara, ada beberapa tahapan yang harus di lewati oleh bahan dasar pembentuknya. Pada tiap tahapan ada proses yang terjadi dan proses-proses tersebut

description

pertambangan

Transcript of batubara

BAB IGENESA BATUBARA

2.1. TAHAP PEMBENTUKAN BATUBARADua tahap penting yang dapat di bedakan untuk mempelajari genesa batubara adalah gambutdan batubara. Dua tahap ini merupakan hasil dari suatu proses yang berurutan terhadap bahandasar yang sama (tumbuhan). Menurut wolf 1984, secara definisi dapat diterangkan sebagaiberikut:

A. GambutAdalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar, berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi (proses pembentukan asam humin) dan dalamkondisi tertutup udara umumnya di bawah air tidak padat, dengan kandungan air lebih dari 75 % berat Ar ( Ah received = berat pada saat diambil di lapangan ) serta kandungan mineral lebih kecil dari 50 % dalam kondisi kering.

B. BatubaraAdalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, berwarnacoklat sampai hitam. Sejak pengendapannya mengalami terkena proses fisika dan kimia yangmengakibatkan pengkayaan kandungan karbon.

Berdasarkan klasifikasi Badan Standardisasi Nasional Indonesia tentang batubara, pengertian endapan batubara adalah : Endapan yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa-sisatumbuhan yang telah mengalami kompaksi, ubahan kimia dan hampir proses metamorfosis oleh panas dan tekanan selama waktu geologi, yang berat kandungan bahan organiknya lebihdari 50% atau volume bahan organik tersebut termasuk kandungan lengas bawaan ( inherentmoisture) lebih dari 70 %.Untuk menjadi batubara, ada beberapa tahapan yang harus di lewati oleh bahan dasarpembentuknya. Pada tiap tahapan ada proses yang terjadi dan proses-proses tersebuttergantung kepada banyak faktor.David White, (1961) mengatakan bahwa tahap perubahan tanaman yang mati menjadibatubara secara fisik dan kimiawi di tunjukan oleh hal hal seperti :Fisik Kimia1. Komposisi, pengeringan, pengerasanlithifikasi.2. Kekar,belah,skitstositas.3. Rekontruksi.4. Perubahan optik.5. Dehidrasi hingga antrasit.6. Perubahan warna kehitamana.7. Kenaikan densitas.8. Perubahan kilap.9. perubahan pecahan dari berlapiske konkoidal.1. Berkurangnya air hingga antrasit.2. Berkurangnya oksigen.3. Konservasi hidrogen hingga grafit.4. Berkurangnya bitumen5. Pembentukan hidrokarbon.6. Hilangnya H dalam antrasit.7. Naiknya daya tahan terhadappelarut.8. Naiknya daya tahan bakar.Selley (1976) mengatakan maturation atau coalification merupakan pertukaran unsurtanaman yang terjadi sesudah tanaman itu mati dan terendapkan. Pendewasaan(maturation), terjadi dalam dua tahap yaitu tingkat gambut (peat stage) dan tingkattimbunan (burial stage).Pada fase gambut terjadi perubahan biogenik, batang-batang tanaman yang mati teruraisecara biokimia dan ketika terkubur mengalami pertambahan beban dari sedimen diatasnyaserta mengalami peningkatan temperaturnya membuatnya dewasa secara dinamotermalsehingga lambat laun gambut berubah menjadi batubara.Tahap gambut merupakan syarat mutlak untuk pembentukan batubara. Dalam keadaannormal tumbuhan mati yang tersingkap di udara akan hancur oleh proses oksidasi dan olehorganisme, terutama fungi dan bakteri anaerob.Bila tumbuhan tertimbun dalam rawa sehingga jenuh air, maka terdapat beberapakemungkinan perubahan. Bakteri aerobik yang membutuhkan oksigen akan segera matiseiring dengan berkurangnya oksigen dalam rawa. Sementara itu, bakteri anaerob yang tidakmembutuhkan oksigen akan muncul dengan fungsi yang sama, yaitu menguraikan unsurunsurtanaman.Jika keadaan air rawa tenang maka hasil kegiatan bakteri tidak akan hilang dan terkumpul diatasnya. Akibatnya, lingkungan rawa menjadi tidak bersih, aktifitas bakteri menjadi terbatasdan peruraian tumbuahan sisa kemudian berhenti. Pada tingkat ini hasilnya disebut peat (gambut ).Jika gambut dialiri air maka bahan-bahan penghambat mejadi hilang terbawa aliran danperuraian berlangsung lagi dan kemungkinan gambut tidak terbentuk. Jika endapan gambuttidak teraliri lagi, akan tetapi terkubur oleh lapisan sedimen halus yang sifatnya kedap air (impermeable) maka pengawetan secara alami mungkin terjadi. Bila proses ini berlangsungberulang ulang maka akan terbentuk perlapisan batubara.Faktor-faktor lain yang mengontrol pembetukan gambut : Kelembaban yang berlebihan (exces moisture) Pengiriman zat makan (suply of nutrients) Derajat keasaman atau alkalinitas Potensial oksidasi reduksi (redoks).Kelembaban yang berlebihan menyebebkan oksidasi berjalan pelan, kecepatan daripembusukan lambat dan gambut cenderung tertimbun terus. Keasaman dari medium sekitardi pengaruhi oleh kandungan kapur ( CaCO3 ) dalam air.Menuru White (1908), terdapat dua tahap dalam pembentukan batubara, yaitu:1. Tahap Biokimia / peatifikasi.2. Tahap Dinamokimia/Metamorfisme.

2.1.1. TAHAP BIOKIMIA / PEATIFIKASITahap ini merupakan proses perubahan dari bahan tumbuhan tumbuhan yang mengalamipembusukan dan kemudian terakumulasi hingga membentuk peat ( gambut ). Pada tahap iniadanya aktifitas mikroorganisme dan partikel partikel bakteri terhadap material tumbuh tumbuhan akan menyebabkan adanya oksigen yang cukup memadai. Pada tahap awal ini bilamenguntungkan, akan terbentuk Peat yang berwarna hitam gelap atau dengan struktur amorf.Dan jika kurang menguntungkan akan terbentuk peat yang mengandung material materialkayu dan material material lain yang tidak teruraikan ( tidak mengalami dekomposisi )dengan warna coklat.Dengan demikian peat merupakan tahap awal dalam pembentukan batubara yang merupakanpemadatan dari bahan tumbuh tumbuhan yang mengalami pembusukan dan terakumulasi.Bahan utama dari tumbuh tumbuhan yang menghasil kan peat disebut selulose (CHO),diman proses kimia nya adalah sebagai berikut : CHO+6 O ----> 6 CO+5 HOTumbuhTumbuhanPembusukan/nonAkumulasiBakteri PemadatanPeatProses pembusukan terjadi pada kondisi lingkungan yang oksigennya kurang, sehinggaterjadi pembakaran yang tidak sempurna, misalnya pada daerah rawa/ paya.Menurut Thiessen dan Strikler (1934) bahwa bakteri aerobik dan anaerobik dapathidup di rawa / paya dengan kedalaman maksimal 9 feet. Actinomyces dan fungi(jamur) terdapat pada lapisan bagian atas dan tidak diketemukan pada kedalaman dibawah 4 feet.Proses terjadinya pembusukan di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Temperatur air Sirkulasi air Jumlah oksigen dalam air (O sedikit. Pembusukan lebih cepat). Jumlah toxin ada dalam air (toxin adalah kotoran dari bakteri), karena jikatoxin terlalu banyak dalam air dapat meracuni bakterinya sendiri, sehinggaaktifitas pembusukan terhenti.2.2. MOORMoor adalah lapisan gambut dengan ketebalan minimun 30 cm (dalam hal tertentu lumpurjuga termasuk di dalamnya).Gambut terjadi akibat penumpukan sisa tumbuhan yang tidak secara keseluruhan berwarnakemerah-merahan/teroksidasi terjadi di bawah kondisi basah (di bawah air), sehingga tidakseluruhnya berhubungan dengan udara.Menurut Ilmu tanah gambut adalah sedimen yang mengandung lebih besar dari 30 %substansi organik dalam kondisi kering. Sedangkan menurut pengertian yang lebih baru lagi,ada tiga kategori yang didasarkan pada temperatur pemanasan 5000 C. Disebut Moor kalaupada temperatur tersebut kehiangan berat 75 100 %. Kalau kehilangan berat 15 75 %disebut Anmoor, sedang kalau kehilangan berat 0 15 %, maka disebut mineral atau tanah.Beberapa kemungkinan bentuk morfoogi moor (sebagai contohnya adalah daerah EropaBarat) dapat dilihat pada gambar 2.1. Dilihat dari permukaannyamaka moor dapat dibagimenjadi dua, yaitu : Hochmoor dan Niedermoor. Jenis tumbuhan yang hidup umumnyaberbeda pada masing-masing tie moor. Pada niedermoor biasanya tumbuh rumput-rumputandengan daun yang lebar dan tumbuhan perdu (sehingga pada musim semi dan pada musimpanas kelihatan sangat hijau). Sementara hochmoor ditumbuhi oleh jenis tumbuhan yangsangat terbatas (lumut dan rumput dengan daun yang kecil). Untuk daerah yang beriklimsedang maka hochmoor ditumbuhi oleh Sphagnum dan untuk daerah tropis ditumbuhi olehhutan lebat dengan bermacam tumbuhan.2.2.1 NIEDERMOOR/ LOWMOORNiedermoor terbentuk pada lingkungan yang kaya akan bahan makanan (eutrop) atau padasuatu bagian perairan (danau) yang menjadi darat (Verlandung Nahrstofffreicher Gewasser),dimana kaya akan makanan bagi tumbuhan sebagai penyebab berlimpahnya/ tumbuh suburvegetasi.Air tanah atau laut yang bergerak bisa mengakibatkan suatu penghanuran yang cepat daritumbuhan yang teah mati, sehingga penumpukkan gambut menadi lambat. Dalam hal inigambut sangat basah/ banyak air. Permukaan moor dalam jangka waktu yang lama tertutupair (periode dalam setahun), sehingga jenis tumbuhan yang hidup disini menyesuaikan diri.Sering permukaan moor datar atau cekung. Hanya moor di lereng gunung bisa murungpermukaannya. Moor ini tidak secara langsung tergantung pada air hujan, karena supplyairnya bisa dari daerah sekitarnya berupa sungai atau air tanah.Gambar 2.3. Tipe tipe moor (Gotlich, 1986)2.2.2 HOCHMOOR/ HIGHMOORHochmoor bisa mencapai beberapa meter dari permukaan tanah dengan bentuk yangcembung. Moor ini tidak tergantung pada air tanah atau air kolam karena moor inimempunyai sistem air tersendiri yang tergantung hanya pada air hujan. Moor ini terjadiakibat neraca air yang positif (penguapan lebih kecil dari uap hujan) sehingga air huantersimpan dalam gambut. Akibatnya pH menjadi lebih kecil dan miskin akkan oksigen.Dengan demikian penghancuran sisa yumbuhan menjadi terhambat (penumpukkan gambutmenjadi cepat). Karena miskin akkan bahan makanan maka disebut Ombrotoph.2.3. SEAM BATUBARADi dalam batuan pembaa batubara, seam batubara merupakan lapisan tunggal dari batubarayang sebenarnya, batas atas disebut atap (roof) dan atas baah disebut lantai (floor). Batuanbatuanyang terdapat pada atap dan lantai mempunyai hubungan yang erat denganpengendapan batuan tersebut.Bagian lantai biasanya merupakan batulempung, dicirikan dengan tidak dijumpainya jejakjejakperlapisan atau laminasi yang bersifat karbonatan. Ketebalan dari bagian lantaimempunyai variasi yang besar, mulai dari beberapa miimeter sampai beberapa meter.Bagian atap biasanya kurang seragam dan lebih bervariasi jika dibandingkan dengan bagianlantai. Batas antara lapisan batubara dengan atap dapat bersifat tegas maupun berangsur.Seam batubara jarang terdiri dari batubara murni seluruhnya, biasanya lapisan yang tipis darimineral-mineral (umumnya silt dan shale) bertindak sebagai sisipan dan disebut sebagai dirthbands atau shale parting. Lapisan tipis setebal beberapa milimeter sampai centimetertersebut dapat berkembang sehingga seam batubara terpisah menjadi dua lapisan atau lebih(splitting).Gambar 2.4 : Perkembangan seam batubara2.4. FAKTOR PEMBENTUKAN BATUBARABatubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang sangatlama (dibawah pengaruh fisika,, kimia, maupun keadaan geologi). Untuk memahamibagaimana batubara terbentuk perlu diketahui dimana batubara terbentuk dan faktor-faktoryang akan memengaruhinya, serta bentuk lapisan batubaranya. Selalu perlu diingatpembentukan batubara umumnya terjadi disekitar lingkungan paralik atau limnik dan ditepipantai. Berikut ini 2 macam teori yang menjelaskkan tempat terbentukknya batubara2.4.1. TEMPAT TERBENTUKNYA BATUBARAPembentukan batubara di alam secara teoritis digolongkan dalam dua kategori kemungkinan,yang dikenal sebagai :1. Teori InsituTeori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuknyaditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian maka setelahtumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisansedimen dan mengalami proses pembatubaraan (coalification). Jenis batubara yang terbentukdengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadarabunya relatif kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia terdapat di lapanganbatubara Muara Enim (Sumatera Selatan).2. Teori Hanyutan (Drifting)Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubarateradinya ditempatyang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikiantumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutupoleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentukdengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat,kualitas kurang baik karenabanyakk mengandung material pengotor yang terangkkutbersamaselama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke sedimentasi. Batubara yangterbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara delta Mahakam purba,Kalimantan Timur.2.5. PROSES PALEOGRAFI DAN PALEOKLIMATPembentukan batubara merupakan proses yang komplek yang harus dinilai dan dipelajari darisegala segi. Sekitar sepuuh macam proses yang berbeda satu dengan lainnya, yangmerupakan proses geologi, paleografi dan bersifat paleoklimatis. Semua itu merupakanpenyebab terbentuknya batubara dalam suatu cekungan. Proses-proses diatas salingmempengaruhi dan juga saling tergantungsatu dengan lainnya.Akumulasi batubara hanya dapat terjadi bila terdapat keseimbangan yang tepat dariparameter-parameter yang banyakl itu. Kesepuluh macam faktor yang berpengaruh tersebutadalah :1. Posisi geotektonik2. Topografi (morfologi)3. Iklim4. Penurunan5. Umur geologi6. Tumbuh-tumbuhan7. Dekomposisi8. Sejarah sesudah pengendapan9. Struktur cekungan batubara10. Metamorfosis organik1. Posisi GeotektonikPosisi geotektoni adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gayatektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara, posisi geotektonik merupakanfaktor yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi iklim lokkal dan morfologi cekunganpengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada fase terakhir, posisigeotektonikmempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur dari lapangan batubaramelalui masa sejarah setelah pengendapan berakhir.2. TopografiMorfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukanpenyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyaiefek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya bergantung pada posisi geotektonik.3. IklimKelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan faktorpengontrol pertumbuhan flora dalam kondisi yang sesuai. Iklim tergantung pada posisigeotektonik. Temperatur yang lembab pada ili tropis dan sub tropis umumnya sesuai untukpertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasi pengkajian menyatakanbahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7 hingga 9 tahun, denganketinggian pohon sekitar 30 m. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohonhanya mencapai 5 hingga 6 m dalam selang waktu yang sama.4. PenurunanPenurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan danpengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan batubara tebal. Pergantiantransgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal tersebutmenyebabkan adanya infitrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubarayang terbentuk.5. Umur GeologiProses geoogi menentukan berkembangnya evolusi kkehidupan berbagai macam tumbuhan.Masa perkembangan geologi secara tidak langsung membahas sejarah pengendapan batubaradan metamorfosa organik. Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan yang terjadi,sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang memiliki umurgeologi lebih tuaselalu ada deformasi tektonik yang membentuk struktur dan perlipatan ataupatahan pada lapisan batubara. Disamping itu faktor erosi akan merusak semua bagian dariendapan batubara.6. TumbuhanFlora merupakan unsur utama pembentu batubara. Pertumbuhan dari flora terakumulasi padasuatu lingkungan dan ona fisiografi dengan ilim dan topografi tertentu. Flora merupaka faktorpenentuterbentuknya berbagai tipe batubara. Evolusi dari kehidupan menciptakan kondisiyang berbeda selama masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoikum hingga Devon, florabelum tumbuh dengan baik. Setelah Devon pertama kali terbentuk lapisan batubara di daerahlaguna yang dangkal. Periode ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara besarbesarandalam waktu singkat pada setiap kontinen, hutan tumbuh dengan subur selama masakarbon. Masa Tersier merupakan perkembangan yang sangat luas dari berbagai jenistanaman.7. DekomposisiDekomposisi fflora yang merupakan bagian transformasi biokimia dari organik merupakantitik awal untu seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut sisa tumbuhan akan mengalamiperubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati proses degradasibiokimia lebih berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikkrobiologi(bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen menghancurkan bagianyang lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati. Dari proses diatas terjadiperubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara bitumen. Dalam suasana kekuranganoksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air ( H2O) dan sebagian unsurkarbon akan hilang dalam bentukk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) danmetan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akanbertambah.kecepatan pembentukan gambut akan bergantung pada kecepatan perkembangantumbuhan dan proses pembusukkan. Bila tumbuhan tertutup oeh air dengan cepat, maka akanterhindar dari proses pembusukan, tetapi terjadi proses desintegrasi atau penguraian olehmikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terallu lama berada di udara terbuka, makakecepatan pembentukan gambut akan berkurang sehingga hanya bagian keras saa tertinggalyang menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.8. Sejarah Sesudah PengendapanSearah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik yangmempengaruhi perkkembangan batubara dan cekkungan batubara. Secara singkat terjadiproses geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan gambut. Disamping itusejarah geologi endapan batubara bertanggung jawab terhadap terbentuknya strukturcekungan batubara, berupa perlipatan, pensesaran, intrusi magmatik dan sebagainya.9. Struktur Cekungan BatubaraTerbentuknya batubara pada cekungan batubara umumnya mengalami deformasi oleh gayatektonik, yang akan menghasikan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disampingitu adanya erosi yang intensif menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus.10. Metamorfosa OrganikTingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan olehsedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebihdidominasi olehproses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan gambutmenjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab,oksigen dan zat terbang (seperti CO2, CO, CH4, dan gas lainnya) serta bertambahnyaproosentase karbon adat, belerang, dan kandungan abu. Pperubahan mutu batubardiakibatkkan oleh faktor tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oeh lapisan sedimenpenutup yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanandan percepatan proses metamorfosa organik. Proses metamorfoosa organik akan dapatmengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimkia, fisik, danoptiknya.2.6. REAKSI PEMBENTUKAN BATUBARABatubara tebentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari cellulosa. Prosespembentukan batubara atau coalification yang dibantu ffaktor fisika, kimia alam akanmengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumen, dan antrasit. Reaksi pembentukan batubaradapat digambarkan sebagai berikut :Keterangan : Cellulosa (zat organik) merupakan zat pembentuk batubara. Unsur C dalam lignit lebih sedikkitdibanding bitumen. Semakin banyak unsur C, lignit semakin banyakk mutunya. Unsur H dalam lignit lebihbanyak dalam bitumen. Semakkin banyak unsur H, lignit makin kurang baik mutunya. Senyaa CH4 (gas metan)dalam lignit lebih sedikit dibanding dalam bitumen. Semakin banyak CH4 lgnit semakin baik kualitasnyaGas-gas yang terbentuk selama proses coalification akan masuk kedalam celah-celah veinbatulempung dan ini sangat berbahaya. Gas metan yang sudah terakumulasi di dalam celahvein, terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperatur, karena tidak dapat keluar sewaktuwaktudapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh sebab itu mengetahui bentuk depositbatubara dapat menentukan cara penambangan yang akan dipilih dan juga meningkatkankeselamatn kerja.Proses Coalification/ PembatubaraanMerupakan respon dari material organik terhadap perubahan yang sangat lambat daritemperatur (kenaikan temperatur).Proses Carbonization/ PengaranganPada prooses ini perubahan temperatur terjadi sangat cepat.2.7. TERBENTUKNYA LAPISAN TEBALLapisan batubara tebal merupakan depposit batubara yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.Salah satu syarat pembentukan lapisan batubara tebal adalah apabila terdapat suatu cekunganyang karena adanya beban pengendapan bahan-bahan pembentuk batubara di atasnyamenyebabkan dasar cekungan tersebut turun secara perlahan-lahan.Cekungan ini umumnya terdapat di daerah rawa-rawa (hutan bakau) atau di tepi pantai. Dasarcekungan yang turun secara perlahan-lahan dengan pembentukan batubara memungkinkanppermukaan air laut akan tetap pada kondisi rawa stabil. Apabila karena proses geologi, dasarcekungan turun secara ceat, maka air laut akan masuk ke dalam cekungan sehinggamengubah kondisi rawa menjadi kondisi laut.Akibatnya di atas lapisan pembentuk batubara akan terendapkan lapisan sedimen laut, antaralain batugamping. Pada tahap selanjutnya akan terjadi kembali pengendapan batulempungyang memungkinkan untuk kembali terbentuk kondisi rawa. Proses selanjutnya adalah akanterkumpul dan terendapkannya bahan-bahan pembentuk batubara (sisa tumbuhan) di atasbatulempung. Demikian seterusnya sehingga terbentuk lapisan batubara dengan diselingi olehlappisan antara berupa batugamping dan batulempung. Tidak jarang dijumpai pada lapisanbatubara adanya lapisan antara berupa batulempung yang disebut sebagai clay band atauclay parting.Gambar 2.4 : kronologi pembentukan batubara, batugamping, dan batulempung2.8. BENTUK LAPISAN BATUBARABentuk cekungan, proses sedimentasi, prooses geologi selama dan sesudah prosespembatubaraan akan menentukan lapisan batubara. Mengetahui bentuk lapisan batubarasangat menentukan dalam menghitung cadangan dan merencanakan carapenambangannya.berikut ini beberapa bentuk dari lapisan batubara1. Bentuk Hoorse BackBentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang menutupinya melengkung kearah atas akibat gaya kompresi. Ketebalan ke arah lateral lapisan batubara emungkinan samaataupun menjadi lebih keci atau menipis.Gambar 2.6 : Deposit batubara bentuk horse back2. Bentuk PinchBentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada umumnya dasardari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis, misalnya batulempung, sedang di ataslapisan batubara secara setempat ditutupi oleh batupasir yang secara lateral merupakanpengisian suatu alur.Gambar 2.7 : Depposit batubara bentuk pitch3. Bentuk Clay VeinBentuk ini terjadi apabila diantara 2 bagian deppsit batubara terdapat urat lempung. Bentukanini terjadi apabila pada satu seri deposit batubara mengalami patahan, kemudian pada bidangpatahan yang merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung atau pasir.Gambar 2.8 : Deposit batubara bentuk clay vein4. Bentuk Burried HillBentuk ini terjadi apabila di daerah dimana batubara semua terbentuk, terdapat suatukulminasi sehingga lapisan batubara seperti terintrusi (diterobos).Gambar 2.9 : Deposit batubara bentuk Burried Hill5. Bentuk FaultBentuk ini terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara mengalami beberapa seripatahan. Keadaan ini akan mangacaukan di dalam perhitungan cadangan, akibat adanyaperpindahan ppperlapisan akibat pergeseran ke arah vertikal.Dalam melakukan eksplorasi batubara di daerah yang banyak gejala patahan harusdilakukkan dengan tingkat etelitian yang tinggi. Pada daerah seperti ini disamping kegiatanpemboran, maka penyelidikan geofisika sangat membantu di dalam melakukan interpretasidan korelasi lubang pemboran.Gambar 2.10 : Deposit batubara bentuk Fault6. Bentuk FoldBentuk ini terjadi apabila di daerah dimana depsit batubara mengalami perlipatan. Mainintensif gaya yang bekerja, pembentukan perlipatan akkan semakin kompleks. Dalammelakukkan eksplorasi batubara di daerah yang banyak gejala perlipatan, apalagi bila didaerah tersebut juga terjadi patahan, harus dengan ketelitian yang tinggi. Untuk daerah sepertiini disamping kkegiatan pemboran, maka penyelidikan geofisika sangat membantu di dalammelakukan interpretasi dan korelasi antar lubang pemboran.Gambar 2.11 : Deposit batubara bentuk Fold