batu buli.doc

download batu buli.doc

of 17

Transcript of batu buli.doc

Referat

BATU BULIPembimbing :

dr.Wahyu Prabowo Sp.B

Disusun Oleh :

NUGRAHA SAPUTRAKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYABAB I

PENDAHULUAN

Sampai abad ke-20, batu kandung kemih adalah salah satu gangguan yang paling umum di kalangan kelas miskin dan kejadian tersebut sangat tinggi pada anak anak dan remaja. Penurunan kejadian kandung kemih disebabkan karena perubahan pola diet dan gizi terutama pada anak-anak. Umumnya batu kandung kemih soliter, meskipun batu multiple ditemukan pada 25% kasus.13Vesikolithiasis adalah batu dalam kandung kemih dapat terbentuk ditempat atau berasal dari ginjal masuk ke dalam kandung kemih. Karena kandung kemih berkontraksi untuk mengeluarkan air kencing maka batu tertekan pada trigonum yang peka itu, maka menyebabkan rasa sakit. Biasanya terdapat sedikit hematuri dan infeksi sering menyertai keadaan ini (Pearce, 1999). 1Vesikolithiasis adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca dan fosfat Ca2+. Namun asam urat dan kristal lain pembentuk batu. Meskipun batu ini dapat berbentuk dimana saja dari saluran perkemihan. Batu ini sering ditemukan pada pelvis dan koliks ginjal. Batu ini tetap disimpan sampai keluar ke dalam ureter maupun kandung kemih sehingga aliran urine terhambat bila potensia untuk kerusakan ginjal adalah akut. (Doengoes ME, 2000)

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa vesikolithiasis adalah batu yang terdapat pada kandung kemih yang terdiri atas subtans yang membentuk kristal seperti kalsium, fosfat kalsium, asam urat dan magnesium. Batu dapat menyebabkan obstruksi, infeksi atau edema saluran perkemihan sehingga urine terhambat bila potensial untuk kerusakan ginjal adalah akut.Batu kandung kemih mencapai 5% dari batu urine umumnya, bermigrasi dari saluran kemih bagian atas, idiopatik primer, atau batu sekunder. Batu kandung kemih diterapi dengan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL), prosedur endourologi, atau operasi terbuka.13 BAB II BULI BULI

Sinus urogenital terbentuk dari kloaka bagian anterior pada saat turunnya septum urogenital. Bagian dari sinus urogenital di atas tempat masuk duktus mesonefrika disebut kanal vesiko uretral, dan ini yang akan menjadi buli-buli.4Buli buli adalah organ ekstroperitoneal yang terletak di dalam rongga Retzius. Di depan ada ikatan dengan simfisis pelvis, dan lateral oleh ligamentum umbilicus, muskulus obturatur internus dan tulang-tulang pelvi s, dan tulang tulang pelvis. Di bawah buli buli dan prostat ada ligament yang mencatelkan diri pada diafragma urogenital. Di belakang buli-buli dibatasi oleh rectum. Dasar buli-buli berhubungan dengan peritoneum dan dibatasi pada tiga sisi oleh tulang-tulang pelvis.4 Gambar 1. Anatomi Buli Buli

Pengisian ureter dengan urine merupakan proses pasif. Peristaltis pelvis ginjal, dan ureter meneruskan air kemih dari ureter ke buli-buli, mengatasi tahanan pada hubungan ureter-buli-buli, mengatasi tahanan pada hubungan ureter- buli-buli, mengatasi tahanan pada hubungan ureter- buli-buli, dan mencegah terjadinya refluks. 5Buli-buli merupakan suatu reservoir yang tekanan isinya tetap, tidak bergantung pada banyaknya isi, yaitu suasana isotonic. Jika Buli-buli penuh, buli-buli dikosongkan dengan kontraksi otot detrusor yang menetap dan tidak berubah. Sfingter intern buli-buli yang disarafi saraf otonom mempunyai saraf yang sama dengan otot detrusor buli-buli dan mencegah rembes dengan tonus pasifnya. Sfingter otot dasar panggul yang terdiri dari atas otot lurik tidak merupakan sfingter sejati, tetapi memang menambah tahanan uretra.5BAB III

BATU BULIEtiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gannguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).1

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet : diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.

5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.Teori proses pembentukan batu saluran kemih

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura dan buli buli neurogenik meupakan keadaan keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. 1Batu terdiri atas kristal kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal) dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. 1Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solut di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alineum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan/komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.

Faktor terjadinya batu kalsium adalah :a. Hiperkalsiuria : yaitu kadar kalsium di dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24 jam. Menurut Pak (1976) terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain : 1 Hiperkalsiuria absortif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus. Hiperkalsiuria renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal. Hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.b. Hiperoksaluria : adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram per hari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat, diantaranya adalah : teh, kopi instan, minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.c. Hipositraturia : di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut daripada kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Penyebab terjadinya batu asam urat Urine yang terlalu asam (pH urine < 6) Volume urine yang jumlahnya sedikit (< 2 liter/hari) atau dehidrasi Hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggiPenyebab terjadinya batu struvit

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas dan Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea. 1Batu Jenis Lain

Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren dan batu silikat sangat jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin yaitu kelainan dalam absorbsi sistin di mukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthin oksidase yang mengkatalisis perubahan hipoxanthin menjadi xanthin dan xanthin menjadi asam urat. Pemakaian antasida yng mengandung silikat (magnesium silikat atau aluminometilsalisilat) yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan timbulnya batu silikat.Patomekanisme

Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial maupun lengkap. Obstruksi yang lengkap dapat berakibat menjadi hidronefrosis. Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah, atau tumor. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira kira bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam/urine dan custine.12

Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat intake cairan yang rendah dan juga peningkatan bahan organic akibat ISK atau urine stasis mudah membentuk batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.

Pembentukan vesikolit pada pasien ini menurut teori dibagi dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. Nukleasi

Proses ini merupakan proses awal yang terjadi oleh karena suatu keadaan supersaturasi, dimana keadaan ini merupakan hasil perbandingan antara actual ion-activity product (APsalt) dan solubility product (SPsalt). Jika nilai supersaturasi >1 maka faktor risiko pembentukan batu ginjal semakin tinggi. Pada nukleasi sekunder, kristal-kistal baru akan terdeposisi pada permukaan kristal yang sejenis sehingga menghasilkan produksi kristal yang berlebih. Pada proses dimana kristal satu terdeposisi dengan kristal lain disebut proses epitaksi.2,3,82. Pertumbuhan KristalProses pertumbuhan kristal ditentukan oleh ukuran dan bentuk suatu molekul, tingkatan supersaturasi, pH urin, dan defek yang mungkin terbentuk pada permukaan kristal. Dalam proses ini, beberapa atom atau molekul lainnya, pada keadaan supersaturasi, mulai membentuk klaster. Klaster yang berukuran kecil lebih signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan Kristal.2,33. Agregasi Kristal

Agregasi dari partikel-partikel kristal akan membentuk kristal yang berukuran lebih besar. Jarak yang kecil antar partikel akan mempengaruhi agregasi dan waktu yang dibutuhkan untuk beragregasi hanya beberapa detik. Glikoprotein Tamm-Horsfall dan molekul lainnya berperan sebagai lem dan meningkatkan derajat viskositas pengikatan. 2,34. Retensi Kristal

Retensi kristal terjadi karena perlekatan kristal pada sel epitel tubulus ginjal. Ekspresi asam hialuronat, uropontin, dan CD44 oleh sel tubulus yang mengalami regenerasi atau cedera merupakan syarat terjadinya retensi kristal pada ginjal. 2,3Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu: 1. Teori Supersaturasi

Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk batu saluran kemih yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih. 2,82. Teori Infeksi

Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. 2,8,113. Teori Tidak Adanya Inhibitor Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin. 2Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi supersanturasi. 2Diagnosis

Diagnosis dapat kita tegakkan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Secara teoritis, gejala klinis vesikolitiasis berupa gejala iritasi antara lain disuria hingga stranguri, dan tidak enak sewaktu kencing, dan kencing terhenti tiba-tiba kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri saat buang air kecil juga sering dirasakan (refered pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang sampai kaki. Pada beberapa kasus juga sering ditemukan urin berwarna keruh. 1,4,5Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis vesikolithiasis antara lain: 11. Foto Polos Abdomen

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih. Foto polos abdomen di daerah pelvis di buat proyeksi antero-posterior. Jika buli-buli terisi penuh dengan urine, maka batas buli-buli dapat dilihat. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.Jenis BatuRadioopasitas

KalsiumOpak

MAPSemiopak

Urat/SistinNon opak

Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran KemihSeringkali komposisi batu buli-buli terdiri atas asam urat atau struvit (jika penyebabnya dalah infeksi), sehingga tidak jarang pada pemeriksaan foto polos abdomen tidak tampak sebagai bayangan opak pada kavum pelvis. Gambar 2. Gambaran batu buli pada USG kandung kemih

2. Pielografi Intra Vena (PIV)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd. Dalam hal ini pemeriksaan batu buli dengan PIV pada fase sistogram memberikan gambaran sebagai bayangan negatif.13. Ultrasonografi

USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal. USG dapat mendeteksi batu radiolusen pada buli-buli.14. Sistografi (cystography)

Pemeriksaan sistografi dengan udara atau dengan kontras opak dapat dilihat garis lingkar batu radiolusen. Batu dalam buli-buli dapat satu atau lebih. Diagnosis diferensial batu buli adalah perkapuran kelenjar, fekalit, kalsifikasi fibroid dalam uterus, batu prostat dan vesika seminalis. Untuk membedakan batu buli dengan fekalit, dibuat foto oblik barium enema.

Pemeriksaan sistografi dan sistoskopi perlu untuk membedakan batu buli-buli dari penyebab perkapuran lainnya. Batu prostat berbentuk butir-butir kecil dan berada berhimpitan atau langsung di atas permukaan simfisi pubis pada foto postero-anterior abdomen bawah.4Pemeriksaan sistogram pada pielografi intravena, yaitu setelah buli-buli terisi penuh dengan kontras pada - 1 jam setelah penyuntikan kontras intravena, kemudian dibuat foto di daerah buli buli. Dapat pula dibuat foto pasca miksi (post void) di mana buli buli dikosongkan. Sistografi retrograd dengan memasukkan kontras ke dalam buli-buli melalui uretra atau kateter dalam uretra. Bahan kontras yang dipakai adalah larutan aqua sodium yodida 5% atau salah satu dari bermacam-macam yodida organik. Dapat pula dipakai udara. Jumlah dosis 200-250 ml.

Gambar 3. Retrograde SistografiSistogram yang normal berupa garis lingkar,dindingnya rata bundar atau oval. Dibuat film frontal, lateral dan oblik. Jika perlu foto berdiri dan pascamiksi (postvoid).135. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.6. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.47. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.

8. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.

9. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali serum.10 Gambar 4. Foto BNO AP/PA Gambar 5.CT Urografi dengan KontrasPenatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Adapun penatalaksanaan pada vesikolithiasis antara lain ialah:

1. MedikamentosaTerapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih. 12. Terapi nutrisi dan medikasi

Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu buli buli. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan pembentuk batu (missal : kalsium) efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada.

Beberapa terapi medikasi menurut jenis batunya, antara lain9 :

a. Batu kalsium dapat diturunkan dengan diet rendah kalsium, ammonium klorida atau asam asetohidroksemik (lithostat)

b. Batu fosfat dapat diturunkan dengan jeli alumunium hidroksida

c. Batu urat / asam urat dapat diturunkan dengan allofurinol6d. Batu oksalat bisa diturunkan dengan pembatasan pemasukan oksalat, terapi gelombang kejut ekstrakoproreal, pengangkatan batu per kutan atau uretroskopi.

3. Litrotripsi gelombang kejut ekstrokorporeal (ESWL) Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil, seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan. 1,7ESWL didasarkan pada prinsip bahwa gelombang kejut bertekanan tinggi akan melepaskan energi ketika melewati area-area yang memiliki kepadatan akustik berbeda. Gelombang kejut yang dibangkitkan di luar tubuh dapat difokuskan ke sebuah batu menggunakan berbagai teknik geometrik. Gelombang kejut melewati tubuh dan melepaskan energinya saat melewati sebuah batu. Tujuan dari metode ini adalah untuk memecah batu menjadi partikel-partikel yang cukup kecil.12 ESWL adalah prosedur yang paling sedikit bersifat invasif. Dan pasien bisa menjalani aktivitas normal hanya dalam beberapa hari dan waktu pemulihan yang paling cepat. Batu berukuran diameter < 10 mm paling sering dijumpai dari semua batu ginjal tunggal. Terapi ESWL untuk batu ini memberikan hasil memuaskan dan tidak bergantung pada lokasi ataupun komposisi batu. Batu berukuran 10-20 mm pada umumnya masih diterapi dengan ESWL sebagai lini pertama. Namun, hasil ESWL dipengaruhi oleh komposisi dan lokasi sehingga faktor tersebut harus dipertimbangkan (Samplaski et al, 2009).

4. Metode endourologi pengangkatan batu1Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri dari atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (per kutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah :

a. PNL (Per cutaneous Nephro Litholapaxy) : yaitu mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen fragmen kecil.

b. Litotripsi : yaitu memecah batu buli buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik (Gambar 7). 1c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi7d. Ekstraksi Dormia5. Pelarutan batu

Infuse cairan kemolitik (misal : agen pembuat basa (acylabina) dan pembuat asam (acydifyng). Untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan terapi pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).76. Pengangkatan batu pada kandung kemih dengan cara : vesikolitotomi (pengangkatan batu pada kandung kemih). Gambar 7. Evakuator Elik

Antibiotik diberikan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi saluran kemih dan jenisnya diberikan sesuai dengan hasil tes kepekaan. Jika hasil kepekaan steril, maka dapat diberikan antibiotik profilaksis seperti ampicillin atau cephalosporin.Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi yaitu untuk memecah batu buli-buli dengan memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli atau jika batu terlalu besar yaitu berukuran lebih dari 20 mm maka indikasi untuk dilakukan pembedahan terbuka (vesikolithotomi) atau sectio alta.BAB IV

DAFTAR PUSTAKA1. Purnomo B. Dasar - Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto; 2003. p.57-68

2. Basavaraj D, et al. 2007. The Role of Urinary Kidney Stone Inhibitors and Promoters in the Pathogenesis of Calcium Containing Renal Stones. European Association of Urology. Available at : www.sciencedirect.com 3. Coe FL, Evan A, Worcester E. 2005. Kidney Stone Disease. Vol:15. J. Clin. Invest. 115 : 25982608 4. Rasad S. Buli Buli. Dalam : Radiologi Diagnostik. Ekayuda I (ed). Edisi 2. Jakarta : Gaya Baru; 2006. p.303-304.

5. Sjamsuhidajat R, Jong WM. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2007.

6. Xu H, Zisman AL, Coe FL, Worcester EM. Kidney Stones : An Update On Current Pharmacological Management And Future Directions. Pharmacother, 2013 March 14 (4) : 435 - 4477. Stoller ML, Bolton DM. Urinary Stone Disease. In : Tanagho EA and McAninch JW (ed). Smithss General Urology ed 15. New York : Lange Medical Book / McGrawHill, 2000 : 291-3208. Chung HJ, Abrahams HM, Meng MV, Stoller ML. Theories of Sone Formation. In : Urinary Stone Disease, The Practical Guide to Medical and Surgical Management. Stoller ML, Meng MV (ed). New Jersey : Humana Press Inc, 2007 : 55-689. Johnston WK, Low RK. Diet and Urolithiasis. In : Urinary Stone Disease, The Practical Guide to Medical and Surgical Management. Stoller ML, Meng MV (ed). New Jersey : Humana Press Inc, 2007 : 285-29910. Odvina CV, Pak CYC. Medical Evaluation of Stone Diseae In : Urinary Stone Disease, The Practical Guide to Medical and Surgical Management. Stoller ML, Meng MV (ed). New Jersey : Humana Press Inc, 2007 : 259-26911. Ciftcioglu N, Bjorklund M, Kuorikoski K, Bergstrom K, Kajander EO. Nanobacteria : An Infectious Cause For Kidney Stone Formation. Kidney International 1999, 56 : 1893-1898

12. Coe FL, et al. The Pathogenesis And Treatment Of Kidney Stones. Medical Progress, 327 (16) : 1141-1152

13. KiHammouri FA, et al. Urinary Bladder Stone : Ways of Management at Prince Hussein Urology Center. Journal of the Royal Medical Services, 2011, 18(2) : 61-66Gambar 6. Alat Untuk Prosedure Litotripsi