Batu Apung

26
MAKALAH BAHAN GALIAN BATU APUNG (PUMICE) DISUSUN OLEH : 1. AGUS SUPRIADI RIDWAN (G1C 007 002) 2. LALU RADINAL FASHA (G1C 007 016) 3. NI WAYAN SRIWIDANI (G1C 007 027) 4. NUR WILDAWATY (G1C 007 028) 5. NURAINI YUSUF (G1C 007 029) PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM 2010

Transcript of Batu Apung

Page 1: Batu Apung

MAKALAH BAHAN GALIAN

BATU APUNG

(PUMICE)

DISUSUN OLEH :

1. AGUS SUPRIADI RIDWAN (G1C 007 002)

2. LALU RADINAL FASHA (G1C 007 016)

3. NI WAYAN SRIWIDANI (G1C 007 027)

4. NUR WILDAWATY (G1C 007 028)

5. NURAINI YUSUF (G1C 007 029)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2010

Page 2: Batu Apung

BAB I.

PENDAHULUAN

Posisi geografis dan geologis Indonesia yang terletak di daerah tropis, dimana

sebagian besar di daerah di Indonesia terletak pada jalur pegunungan berapi. Oleh karena

itu, Indonesia sangat kaya dengan jenis-jenis batuan alam, seperti misalnya bahan galian

golongan C yang tersebar luas di beberapa daerah di Indonesia. Bahan galian golongan C

itu seperti batu kapur/ gamping, batu kali, pasir (pasir urug dan pasir besi), batu bara,

genteng, batu kerikil, gypsum, kalsite, manner, pyrite, silt, batu lempung, trass, andesit,

batu apung, dll. Namun dalam makalah ini, kami hanya membahas batu apung.

Batu apung atau pumice adalah bahan galian industri yang termasuk golongan C

yang cukup berperan dalam sektor industri, baik sebagai bahan utama maupun sebagai

bahan tambahan. Batu Apung adalah hasil gunung api yang kaya akan silika dan

mempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang larut di

dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen hingga pasir atau

bercampur halus dan kasar. Batu Apung terdiri dari pada silika, alumina, soda, besi

oksida. Warna : putih, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerah-merahan, kekuning-

kuningan, jingga. Bongkah-bongkah di waktu kering dapat terapung diatas air.

Penyelidikan umum dan eksplorasi batu apung telah banyak dilakukan di

Indonesia, salah satunya di beberapa daerah yang tersebar di pulau lombok, NTB. Pulau

Lombok salah daerah penghasil batu apung terbanyak di Indonsia. Eksplorasi secara

umum dilakukan dengan tambang terbuka dan secara manual, yaitu tidak membutuhkan

peralatan yang khusus untuk mendapatkannya. Kebanyakan batu apung yang diperoleh

dari penambangannya hanya berupa batu apung yang dipisah berdasarkan ukurannya

yang kemudian dijual dengan variasi ukuran tersebut. Namun dalam proses pengolahan

selanjutnya untuk menghasilkan suatu produk yang berguna, dilakukan oleh perusahaan

yang cenderung menggunakan bahan baku batu apung, contohnya industri cat.

Batu apung dapat diaplikasikan dalam sektor industri dan sektor konstruksi.

Aplikasinya dalam sektor industri cenderung memproduksi barang-barang pelengkap,

Page 3: Batu Apung

seperti cat, plamur, dan semen. Sedangkan pada sektor konstruksi, cenderung

menghasilkan bahan baku bangunan, seperti agregar ringan beton.

Perkembangan sector industri dan konstruksi, terutama di Negara-negara maju,

telah menunjukkan peningkatan yang berarti, dan hal ini mengakibatkan segi permintaan

akan batu apung Indonesia terus meningkat. Dari segi pemasokan, produksi batu apung di

Indonesia sebagian besar berasal dari daerah Nusa Tenggara Barat dan sisanya dari

daerah ternate, pulau Jawa dan lain-lain. Sementara itu, impor batu apung dapat

dikatakan tidak ada atau untuk kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi.

Di Lombok Barat sedikitnya ada 20 perusahaan pengololahan batuapung yang

tersebar di berbagai wilayah. Namun Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat

banyak menuai masalah, terutama masalah lingkungan, dimana sebagian besar

penambangan dilakukan tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian

lingkungan.

Limbah batu apung yang berasal dari pengayakan batu apung itu sendiri telah

merusak lingkungan. Hal ini dikarenakan pembuangannya pada lahan yang masih

produktif. Sehingga diperlukan suatu usaha untuk menaggulangi limbah tersebut. Salah

satunya yaitu dengan penggunaan limbah batu apung sebagai bahan bangunan, berupa

batako, paving blok, genteng beton, beton ringan. Hal ini dikarenakan selain sebagai

salah satu penggulangan limbah batu apung, juga menjadi salah satu alternatif bahan

bangunan yang ekonomis, serta peluang lapangan kerja bagi masyarakat.

Page 4: Batu Apung

BAB II

ISI

2.1 Definisi

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih

yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan

gelas vulkanik silikat.

Gambar 1. Batu apung

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang

mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal

dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang

tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas

alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau

fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat

dalam batu apung adalah

Feldspar

Kuarsa

Obsidian

Kristobalit

Tridimit

Page 5: Batu Apung

2.2 Proses pembentukan

Pumice terjadi bila magma asam muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan

udara luas secara tiba-tiba. Buih gelas alam dengan gas yang terkandung didalamnya

mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma membeku dengan tiba-tiba. Pumice

umumya terdapat sebagai fragmen yang terlemparkan pada saat gunung api dengan

ukuran dari kerikil sampai bongkah. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan atau

aliran permukaan, bahan lepas, atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat

pula dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang

dilakukan pada obsidian dari Krakatau, suhu yang diperlukan untuk megubah obsidian

menjadi batu apung rata-rata 880oC. Berat jenis obsidian yang semula 2,36 turun menjadi

0,416 sesudah perlakuan tersebut oleh sebab itu mengapung didalam air. Batu apung ini

mempunyai sifat hydraulis. Pumice berwarna putih abu-abu, kekuningan sampai merah,

tekstur vesikuler dengan ukuran lubang yang bervariasi baik berhubungan satu sama lain

atau tidak struktur skorious dengan lubang yang terorientasi. Kadang-kadang lubang

tersebut terisi oleh zeolit atau kalsit. Batuan ini tahan terhadap pembekuan embun (frost),

tidak begitu higroskopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang rendah.

Kekuatan tekan antara 30-20 kg/cm2. Komposisi utama mineral silikat amorf.

Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama

dengan batu apung adalah pumicit, volkanik cinter, dan scoria. Sedangkan mineral-

mineral yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan

tridimit.

Didasarkan pada cara pembentukan (desposisi), distribusi ukuran partikel

(fragmen) dan material asalnya, endapan batu apung dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Sub areal

Sub aqueous

New ardante; yaitu endapan yang dibentuk oleh pergerakan ke luar secara

horizontal dari gas dalam lava, yang menghasilkan campuran fragmen dengan

berbagai ukuran dalam suatu bentuk matriks.

Page 6: Batu Apung

Hasil endapan ulang (redeposit).

Gambar 2. Variasi ukuran batu apung

gambar 3. Batu apung size 1-2 cm(triple small)

gambar 4. Batu apung size 2-3 cm(double small)

gambar 5. Batu apung size 3-5 cm(small)

Dari metamorfosisnya, hanya daerah-daerah yang relative ada gunung api, akan

mempunyai endapan batu apung yang ekonomis. Umur geologi dari endapan-endapan ini

antara tersier sampai sekarang. Gunung api yang aktif selama umur geologi tersebut

antara lain pada jalur pinggiran laut Pasifik dan jalur yang mengarah dari laut Mediteran

ke pegunungan Himalaya kemudian ke India Timur.

Page 7: Batu Apung

2.3 Sifat-sifat batu apung

Sifat-sifat kimia batu apung adalah sebagai berikut:

a. Komposisi kimianya:

SiO2 : 60,00 – 75,00%

Al2O3 : 12,00 – 15,00%

Fe2O3 : 0,90 – 4,00%

Na2O : 2,00 – 5,00%

K2O : 2,00 – 4,00%

MgO : 1,00 – 2,00%

CaO : 1,00 - 2,00%

Unsur lainnya : TiO2, SO3, dan Cl.

b. Hilang pijar (LOI atau loss of ignition) : 6%

c. pH : 5

d. Berwarna terang

e. Mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas.

f. Sifat fisika:

Bobot isi ruah : 480 – 960 kg/cm3

Peresapan air : 16,67%

Gravitasi spesifik : 0,8 gr/cm3

Hantaran suara : rendah

Rasio kuat tekan terhadap beban : Tinggi

Page 8: Batu Apung

Konduktifitas panas : rendah

Ketahanan terhadap api : s.d 6 jam.

Page 9: Batu Apung

BAB III

PENAMBANGAN

3.1 Teknik Penambangan

Batu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan relatif tidak

keras. Oleh sebab itu, penambangan dilakukan dengan tambang terbuka atau tambang

permukaan dengan peralatan sederhana. Pemisahan terhadap pengotor dilakukan dengan

cara manual. Apabila dikehendaki ukuran butir tertebtu proses pemecahan (grinding) dan

pengayakan dapat dilakukan.

1) Eksplorasi

Penelusuran keterdapatan endapan batu apung dilakukan dengan mempelajari

struktur geologi batuan di daerah sekitar jalur gunung api, antara lain dengan

mencari singkapan-singkapan dengan geolistrik atau melakukan pengeboran dan

pembuatan beberapa sumur uji. Selanjutnya, dibuat peta topografi daerah yang

diperkirakan mengandung endapan batu apung dengan skala yang besar guna

melakukan eksplorasi detail. Eksplorasi detail bertujuan untuk mengetahui kualitas

dan kuantitas cadangan dengan lebih pasti. Metode eksplorasi yang digunakan

diantaranya adalah dengan pengeboran (bor tangan dan bor mesin) atau dengan

pembuatan sumur uji.

Dalam menentukan metode mana yang akan dipakai, harus dilihat kondisi dari

lokasi yang akan dieksplorasi, yaitu didasarkan pada peta topografi yang dibuat pada

tahap penelusuran (prospeksi). Metode eksplorasi dengan pembuatan sumur uji,

diawali dengan membuat pola empat persegi panjang (dapat juga dengan bentuk

bujur sangkar) dengan jarak dari satu titik atau dari sumur uji yang satu ke sumur uji

berikutnya antara 25-50 m. peralatan yang dipakai dalam pembuatan sumur uji

diantaranya adalah cangkul, linggis, belincong, ember dan tali.

Pada eksplorasi dengan pengeboran dapat dilakukan dengan menggunakan alat

bor yang dilengkapi dengan bailer (penangkap contoh), baik bor tangan ataupun bor

mesin. Dalam eksplorasi ini, dilakukan juga pengukuran dan pemetaan yang lebih

Page 10: Batu Apung

detail untuk digunakan dalam perhitungan cadangan dan pembuatan perencanaan

tambang.

2) Penambangan

Pada umumnya, endapan batu apung terletak dekat ke permukaan bumi, sehingga

penambangannya dilakukan dengan cara tambang terbuka dan selektif. Pengupasan

tanah penutup dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana (secara manual) ataupun

dengan alat-alat yang mekanis, seperti bulldozer, scraper, dan lain-lain. Lapisan

endapan batu apungnya sendiri dapat digali dengan menggunakan excavator antara

lain backhoe atau power shovel, lalu dimuat langsung ke dalam truk untuk diangkut

ke pabrik pengolahan.

Gambar 6. Eskavator

Gambar 7. Backhoe Gambar 8. Power Shovel

Page 11: Batu Apung

3) Pengolahan

Untuk menghasilkan batu apung dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan ekspor atau kebutuhan di sector konstruksi dan

industri, batu apung dari tambang diolah terlebih dahulu, antara lain dengan menghilangkan pengotor dan mereduksi ukurannya.

Gambar 9. Batu apung yang telah dipilah sesuai ukuran

Secara garis besar, proses pengolahan batu apung terdiri atas:

a. Pemilahan (sorting); untuk memisahkan batu apung yang bersih dari batu apung yang masih banyak pengotornya (impuritis),

dan dilakukan secara manual atau dengan scalping screens.

Gambar 10. Scalping Screens

b. Peremukan (crushing); dengan tujuan untuk mereduksi ukuran, dengan menggunakan crusher, hammer mills, dan roll mills.

Gambar 11. Impact crusher Gambar 12. Cone crusher

Gambar 13. Roll mill

c. Sizing; untuk memilah material berdasarkan ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar, yang dilakukan dengan

menggunakan saringan (screen).

Page 12: Batu Apung

Gambar 14. Vibrating screen

d. Pengeringan (drying); dilakukan jika material dari tambang banyak mengandung air, yang salah satunya dapat dilakukan

dengan menggunakan rotary dryer.

Gambar 15. Rotary Dryer

Gambar 16. Proses pengayaan batu apung

Page 13: Batu Apung

Bagan penambangan batu apung

Gradasi 1≤X≤5

Gradasix<1

Gambar 3. Skema Proses pemanfaatan batu apung

Gambar proses pengolahan batu apung

digiling/dihaluskan

Dipasarkan

Bahan bangunan

Dikemas

Digali

Penjemuran

Limbah Batu Apung

Penyortiran

Dipecah sesuai ukuran

Page 14: Batu Apung
Page 15: Batu Apung

BAB IV

POTENSI

Tempat Diketemukan

Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api Kuarter sampai Tersier muda. Tempat

dimana batu apung didapatkan antara lain:

Jambi: Salambuku Lubukgaung, Kec. Bangko, Kab. Sarko (merupakan piroklastik halus yang berasal dari satuan batuan gunung api

atau tufa dengan komponen batu apung diameter 0,5-0,15 cm terdapat dalam formasi Kasai).

Lampung: sekitar Kepulauan Krakatau terutama di P. Panjang (sebagai hasil letusan gunung Krakatau yang memuntahkan batu

apung).

Jawa Barat: Kawah Danu, Banten, sepanjang pantai laut sebelah barat (diduga hasil kegiatan Gunung Krakatau); Nagreg, Kab.

Bandung (berupa fragmen dalam batuan tufa); Mancak, Pabuaran Kab. Serang (mutu baik untuk agregat beton, berupa fragmen

pada batuan tufa dan aliran permukaan); Cicurug Kab. Sukabumi (kandungan SiO2 = 63,20%, Al2O3 = 12,5% berupa fragmen pada

batuan tufa); Cikatomas, Cicurug, Gunung Kiaraberes Bogor.

Daerah Istimewa Yogyakarta; Kulon Progo pada Formasi Andesit Tua.

Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgasela (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha): Masbagik Utara

Kec. Masbagik Kab. Lombok Timur (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Tanah Beak, Kec. Batukliang Kab. Lombok Tengah

(dimanfaatkan sebagai campuran beton ringan dan filter); Kopang, Mantang Kec. Batukliang Kab. Lombok Barat (telah

dimanfaatkan untuk batako, sebaran 3000 Ha); Narimaga Kec Rembiga Kab. Lombok Barat (tebal singkapan 2-4 m, telah

diusahakan rakyat).

Maluku: Rum, Gato, Tidore (kandungan SiO2 = 35,92-67,89%; Al2O3 = 6,4- 16,98%).

Page 16: Batu Apung

Peta Potensi Batu Apung di Indonesia

Gambar 2. Peta Potensi Batu Apung di Indonesia

Page 17: Batu Apung

BAB V

APLIKASI

5.1 Pemanfaatan

Batu apung lebih banyak digunakan di sektor industri dibandingkan dengan sektor konstruksi.

Di sektor konstruksi

Di bidang konstruksi, batu apung banyak dimanfaatkan untuk pembuatan agregat ringan dan beton. Agregat ringan karena

mempunyai karakteristik yang sangat menguntungkan yaitu ringan dan kedap suara (high in sulation). Berat spesifik batu apung

sebesar 650 kg/cm3 sebandingkan dengan bata biasa seberat 1.800 – 2.000 kg/cm3. Dari batu apung lebih mudah dibuat blok-blok

yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Kelebihan lain dari penggunaan batu apung dalam pembuatan agregat

adalah tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik.

Di sektor industri

Di bidang industri, batu apung digunakan sebagai bahan pengisi, pemoles/penggosok, pembersih, stonewashing, abrasif, isolator

temperature tinggi dan lain-lain.

Tabel 1. Industri pengguna, fungsi, dan derajat ukuran butir batu apung:

Industri Kegunaan Derajat Ukuran

Butir

Cat - Pelapis nonskid

- Cat sekat akustik

- Bahan pengisi cat tekstur

- Flattening agent

Kasar

Kasar

Halus-kasar

Sangat halus

Kimia - Media filtrasi

- Chemical carrier

- Pemicu korek api belerang

Kasar

Kasar

Halus-kasar

Logam dan plastik - Pembersih dan pemoles

- Vibratory and barrel finishing

- Pressure blasting

- Electro-plating

- Pembersih gelas atau kaca

Sangat halus

Sangat halus-sedang

Sedang

Halus

Sangat halus

Komponder - Bubuk sabun tangan

- Pembersih gelas atau kaca

Sedang

Sangat halus

Kosmetik dan odol - Pemoles dan penambal gigi

- Pemerata kulit

Halus

Bubuk cair

Karet - Bahan penghapus

- Bahan cetakan

Sedang

Sangat halus

Kulit - Untuk mengkilapkan Sedang

Kaca dan cermin - Pemrosesan tabung TV Halus

Page 18: Batu Apung

- Pemoles dan pengkilap kaca tabung TV

- Bevel finishing

- Penghalus potongan kaca

Halus

Sangat halus

Sangat halus

Elektronika - Pembersih papan sirkit Sangat halus

Tembikar - Bahan pengisi Halus

Keterangan : kasar = 8 – 30 mesh; sedang = 30 – 100 mesh; halus = 100 – 200 mesh; sangat halus > 200 mesh.

Sumber : Industri Minerals, Bulletin, 1990.

Batu apung Media Filtrasi

Sebagai media filtrasi, batu apung banyak digunakan untuk membersihkanlimbah perkotaan dan industry. Karena mempunyai

luas area permukaan yang besar serta berpori banyak, sehingga batu apung idea untuk digunakan sebagai agen filtrasi.

Suatu badan penelitian berkembang telah menunjukkan apung menjadi media yang efektif untuk penyaringan air minum. Struktur

berbusa dan kemurnian dekat-putih Hess apung membuatnya ideal untuk menangkap dan menahan cyanobacterial racun dan kotoran

lainnya yang ditemukan mengotori air minum.

Batu apung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan media filtrasi lain seperti tanah liat diperluas, antrasit, pasir, dan PFA

disinter. Tes dilakukan perbandingan antara pasir unggun dan filter batu apung untuk mengobati air ditemukan apung menjadi

keunggulan dalam kinerja kekeruhan penghapusan dan kerugian head.

Manfaat batu apung untuk aplikasi pengolahan air meliputi:

-Peningkatan tingkat filtrasi

-pemanfaatan energy rendah

-sebagai alas dasar yang baik dalam medium filtrasi

-Lebih besar luas permukaan

-Rendah-biaya perawatan filter

-Ekonomis: menghemat pengeluaran modal untuk pembangkit pengobatan limbah baru

Filtrasi Minuman

Pemurnian bahan dan bahkan minuman jadi penting untuk rasa konsistensi dan kualitas. Hal yang sama karakteristik yang membuat

batu apung media filtrasi yang superior untuk air juga berlaku untuk minuman dan cairan lainnya. Batu apung adalah tidak beracun,

benar-benar inert dan sangat serbaguna-dapat tanah secara konsisten terhadap berbagai spesifikasi.

Sebagai penghias lampu hias

Dalam perkembangannya, batu apung banyak digunakan sebagai penghias lampu hias. Seperti yang telah dilakukan oleh Deddy

Effendy, perajin asal Yogyakarta, yang memanfaatkan serpihan batu apung untuk mempercantik desain atau model lampu bias

buatannya. Proses pembuatannya dimulai dengan memotong batu apung dengan gergaji mesin menjadi lempengan setebal 2-3 milimeter

dengan panjang dan lebarnya sekitar 10-15 cm.

Page 19: Batu Apung

Spesifikasi baru apung yang digunakan.

Berikut adalah beberapa contoh spesifikasi batu apung yang digunakan dalam sector industri:

a) Untuk pigmen adalah sebagai berikut:

- Hilang pijar : maks. 5%

- Zat terbang : maks. 1%

- Lolos saringan 300 m : min. 70%

- Lolos saringan 150 m : maks. 30%

b) Untuk keramik tembikar

- SiO2 : 69,80%

- Al2O3 : 17,70%

- Fe2O3 : 1,58%

- MgO : 0,53%

- CaO : 1,49%

- Na2O : 2,45%

- K2O : 4,17%

- H2O : 2,04%

- Kadar air : 21%

- Kuat lentur : 31,89 kg/cm3

- Peresapan air : 16,66%

- Berat volume : 1,18 gr/cm2

- Keplastisan : Plastis

- Ukuran butir : 15 – 150 mesh

Komposisi bahan untuk keramik tembikar ini terdiri atas pumice, tanah liat, dan kapur dengan perbandingan masing-masing 35%,

60% dan 5%. Penggunaan batu apung ini dimaksudkan untuk mengurangi bobot dan meningkatkan kualitas tembikar. Di samping di

sector konstruksi dan industri, batu apung juga dimanfaatkan pada bidang pertanian, yaitu sebagai bahan aditif dan substitusi pada tanah

pertanian.

Gambar 2. Batu apung

PROSPEK BATU APUNG KEDEPANNYA

Prospek Batu Apung

Untuk dapat melihat prospek industri pertambangan batu apung Indonesia di masa mendatang, perlu ditinjau atau dianalisis

beberapa factor atau aspek yang berpengaruh, baik yang mendukung maupun hambatan-hambatannya. Oleh karena data yang

diperoleh sangat terbatas, maka analisis hanya dilakukan secara kualitatif.

a. Aspek-aspek yang Berpengaruh

Perkembangan industri pertambangan batu apung di Indonesia, baik yang sudah, sedang dilakukan ataupun yang akan

dilaksanakan di masa mendatang, diantaranya dipengaruhi oleh aspek-aspek sebagai berikut:

Ketersediaan potensi

Potensi batu apung Indonesia yang tersebar di daerah Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat,

Bali, dan Ternate, belum dapat diketahui secara pasti. Tetapi diperkirakan memiliki cadangan lebih dari 12 juta m3. menurut

Page 20: Batu Apung

Dinas Pertambangan Propinsi NTB, potensi endapan batu apung yang terbesar terdapat di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat,

dan cadangannya diperkirakan lebih dari 7 juta m3.

Apabila dilihat dari tingkat produksi sekarang, yaitu sekitar 175.000 ton per tahun, potensi batu apung di Indonesia baru

habis lebih dari 40 tahun. Namun, eksplorasi dan inventarisasi endapan batu apung di daerah-daerah tersebut di atas perlu

ditingkatkan ke eksplorasi yang lebih detail, sehingga jumlah cadangan da kualitasnya dapat diketahui dengan pasti.

Kebijaksanaan pemerintah

Aspek yang tidak kalah pentingnya bagi industri pertambangan adalah kebijaksanaan pemerintah, antara lain pencanangan

ekspor di luar minyak dan gas sejak pelita IV, deregulasi di bidang ekspor, dan peningkatan pemanfaatan sumber daya alam.

Kebijaksanaan tersebut, pada dasarnya merupakan dorongan bagi para eksportir dan para pengusaha untuk menanamkan

investasinya, yang diantaranya adalah di industri pertambangan batu apung. Namun, agar kebijaksanaan pemerintah tersebut lebih

berhasil, bagi industri pertambangan batu apung, masih perlu disertai dengan kemudahan dalam perizinan dan bantuan teknis baik

eksploitasi, serta informasi tentang potensi; terutama untk para pengusaha golongan ekonomi lemah.

Faktor permintaan

Dengan semakin meningkatnya sektor konstruksi dan industri pemakai batu apung di negara-negara maju dan di negara-

negara berkembang lainnya, permintaan akan batu apung telah semakin meningkat.

Di sektor konstruksi, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk di dalam negeri, kebutuhan perumahan pun terus

meningkat, yang sudah barang tentu pemakaian bahan konstruksi akan naik. Untuk daerah yang dekat dengan lokasi keterdapatan

batu apung, dan sukar mendapatkan batu bata dan genteng yang terbuat dari tanah merah, serta batu untuk pondasi, maka batu

apung dapat digunakan sebagai pengganti konstruksi tersebut.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, pemakaian batu apung untuk agregat ringan, yaitu genteng sudah dilakukan oleh suatu

perusahaan bahan bangunan di Bogor, Jawa Barat dan menghsilkan produk genteng yang lebih ringan serta kuat.

Di negara-negara maju penggunaan bahan konstruksi yang ringan dan tahan api untuk pembangunan gedung dan perumahan

semakin diutamakan. Dalam hal ini, pemakaian batu apung sanagt sesuai karena di samping ringan juga mudah penanganannya,

yaitu dibentuk menjadi agregat dengan ukuran sebagaimana yang diinginkan sehingga mempermudah dan mempercepat proses

pembangunannya. Demikian juga di Negara-negara berkembang, penggunaan batu apung untuk pembangunan perumahan yang

mudah dan murah serta aman mulai banyak dilakukan.

Semakin meningkat minat masyarakat terhadap pemakaian dari bahan tekstil jenis jean, baik di dalam maupun luar negeri,

telah memacu industri tekstil jenis jean untuk berproduksi secara besar-besaran, sehingga pemakaian batu apung sebagai

stonewashing terus menigkat.

Karena adanya kelebihan dari sifat batu apung dengan menggunakan bahan galian lainnya seperti batu apung dibandingkan

dengan menggunakan bahan galian lainnya seperti batu apung dibandingkan dengan menggunakan bahan galian lainnya seperti

bentonit, zeolit, atau kaolin, di Negara-negara maju, pemakain batu apung sebagai filler dalam industri pestisida, mula

menunjukkan peningkatan. Jika menggunakan batu apung, pestisida tidak akan tenggelam di dalam air sehingga kerjanya akan

relative lebih efektif sedangkan jika menggunakan bentonit atau kaolin, pestisida tersebut akan cepat tenggelam dan kurang

efektif.

Ketersediaan tersebut di atas terbukti dari tingkat permintaan (konsumsi dan ekspor) batu apng yang hampir setiap tahunnya

terus meningkat. Dalam industri keramik jenis gerabah, pemakaian batu apung akan meningkatkan kualitas keramik, yaitu lebih

ringan dan lebih kuat. Namun, pemakaian batu apung untuk bahan keramik di dalam negeri saat ini belm banyak berkembang dan

masih terus dilakukan penelitian.

Faktor harga

Struktur atau tata niaga batu apung yang berlaku sekarang ini, masih kurang menguntungkan para pengusaha tambang batu

apung. Sebagai contoh, di daerah NUsa Tenggara Barat, pada tahun 1991 harga batu apung di lokasi yambang berkisar antara Rp.

450,00 - Rp. 500,00 per karung, dan di tempat prosessing sekitar Rp. 700,00 per karung. Jika selesai dip roses akan menghasilkan

Page 21: Batu Apung

batu apung bersih sekitar 30 kg/karung. Sementara itu, harga batu apung yang di ekspor, jika dihitung dari nilai dan volume

ekspor tahun 1991 diperoleh harga sebesar Rp. 270,50 per kg. Jika harga tersebut diasumsikan sebagai harga sampa di Negara

tujuan ekspor, ongkos transportasi, pajak, dan asuransi, serta ongkos-ongkos lainnya sebesar 40 % dari harga tersebut di atas,

maka harga jual batu apung di tempat eksportir sekitar Rp. 165,00 per kg, atau Rp. 4.950,00 per kg.

Dengan demikian jelas sekali bahwa batu apung di lokasi tambang sangat rendah. Dengan kata lain, tata niaga batu apung di

Indonesia, cenderung lebih banyak menguntungkan pihak eksportir, dibandingkan dengan pengusaha tambangnya sendiri. Oleh

karena itu, perlu adanya perombakan dalam tata niaga batu apung sedemikian rupa, yang dapat lebih mendukung peningkatan

industri pertambangan batu apung, serta tetap menguntungkan semua pihak.

Substitusi

Dalam penggunaannya, batu apung dapat disubstitusi dengan material lain. Di sector industri konttruksi, batu apung dapat

diganti oleh kaolin dan feldspar sebagai salah satu bahan baku genteng, saluran air, (gorong-gorong). Untuk dinding bangunan,

penggunaan batu apung mendapat persaingan dari bata merah, asbes, kayu papan, dan sebagainya. Di sector industri, serta

sebagai bahan baku di industri keramik, dapat disubstitusi dengan bentonit, kaolin, feldspar, dan zeolit yang cenderung mudah

untuk mendapatkannya.

Aspek lainnya

Aspek lainnya yang dapat berpengaruh terhadap sector pertambangan, khususnya pertambangan batu apung, adalah:

a) Masalah tumpang tindih lahan.

Pada kenyataannya, banyak potensi batu apung yang terdapat di kawasan perkebunaan, kehutanan (hutan lindung dan

cagar alam), dan kawasan lainnya, sehingga terjadi benturan kepenting, yang akhirnya cenderung potensi batu apung tersebut

tidak dapat dimanfaatkan / diusahakan.

b) Masalah transportasi

Meskipun harga batu apung ini relative lebih murah, tetapi karena jarak transportasi dari lokasi terdapatnya batu apung

dengan industri-industri pemakainya cukup jauh, maka industri-industri tersebut cenderung menggunakan bahan galian

industri yang lain (substitusinya).

c) Informasi penting dan teknologi pemanfaatan.

Pada dasarnya, banyak investor yang berminat terhadap industri pertambangan batu apung. Akan tetapi, karena masih

kurangnya informasi tentang data potensi yang lebih akurat, maka para investor tersebut melanjutkan niatnya. Demikian juga

halnya, penelitian dan informasi tentang teknologi pemanfaatan batu apung di industri hilir pemakainya, di dalam negeri

dirasakan masih perlu ditingkatkan lagi, agar dapat menunjang pengembangan industri pertambangan di masa mendatang.

b. Prospek Batu Apung Indonesia

Berdasarkan analisis perkembangan selama periode 1985-1991 dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, prospek industri

pertambangan batu apung Indonesia di masa dating (sampai tahun 2000) diperkirakan cukup baik.

c. Pemasokan

Walaupun ada substitusi dari material lain bagi batu apung dan pemanfaatannya di sector industri di dalam negeri yang

belum banyak berkembang, jika dilihat dari sisi potensi yang cukup besar, terus meningkatnya permintaan dari luar negeri, serta

kebijaksanaan pemerintah dalam ekspor yang lebih luwes, diperkirakan sisi pemasokan, yaitu produksi dan impor batu apung, akan

terus meningkat.

Produksi

Produksi batu apung di masa datang cenderung akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi di dalam negeri sendiri.

Oleh karena itu, untuk proyeksinya digunakan laju pertumbuhan pendapatan domestic bruto (GDP) pertahun;antara lain 3%

Page 22: Batu Apung

(proyeksi rendah), 5% (proyeksi sedang), 7% (proyeksi tinggi), maka produksi batu apung pada tahun 2000 diperkirakan

mencapai angka antara 225.100-317.230 ton

Tabel 6. Proyeksi Produksi Batu Apung Indonesia Tahun 1997 dan 2000

Produksi pada

Tahun 1991

Proyeksi Produksi (Ton)

LP 1997 2000

172.554

Rendah (3,00 %) 194.200 225.100

Sedang (5,00 %) 209.740 267.680

Tinggi (7,00 %) 225.100 317.230

Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun

Impor

Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi, di masa datang pengilahan batu apung di dalam negeri diperkirakan

semakin maju, dan sudah dapat menghasilkan produk dengan spesifikasi sebagaimana dibutuhkan oleh industri pemakainya.

Dengan demikian, impor batu apung yang semula timbul sebagai akibat kualitasnya tidak dapat memenuhi permintaan industri

hilir tersebut, kini dapat dipasok dari dalam negeri sendiri. Dengan demikian, pada tahun 2000 impor batu apung tidak ada lagi.

d. Permintaan

Sementara itu, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan bahan konstruksi yang lebih ringan, aman dan mudah penangannya,

serta meningkatnya kemajuan teknologi pemanfaatan batu apung di sektor industri, maka permintaan batu apung baik dari dalm

maupun luar akan terus meningkat.

e. Konsumsi

Konsumsi batu apung di dalam negeri pada beberapa tahun terakhir ini mulai menunjukkan peningkatan, terutama di sektor

konstruksi. Di masa yang akan datang pun konsumsi batu apung diperkirakan akan terus meningkat. Untuk proyeksinya dihitung

dengan laju pertumbuhan GDP 3%, 5%, dan 7%, maka didapat besarnya konsumsi batu apung di dalam negeri pada tahun 2000,

antara 65.130-91.770 ton .

Tabel 7. Proyeksi Konsumsi Batu Apung Indonesia Tahun 1997 dan 2000

Produksi pada

Tahun 1991

Proyeksi Produksi (Ton)

LP 1997 2000

49.917

Rendah (3,00 %) 56.180 65.130

Sedang (5,00 %) 60.670 77.440

Tinggi (7,00 %) 65.430 91.770

Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun

f. Ekspor

Proyeksi ekspor untuk pemenuhan permintaan Negara-negara lain, pada tahun 2000 diperkirakan mencapai jumlah antara

184.770-369.390 ton (Tabel 3).

Page 23: Batu Apung

Tabel 8. Proyeksi Ekspor Batu Apung Indonesia Tahun 1997 dan 2000

Produksi pada

Tahun 1991

Proyeksi Produksi (Ton)

LP 1997 2000

106.161

Rendah (3,00 %) 119.480 138.510

Sedang (5,00 %) 139.150 164.690

Tinggi (7,00 %) 184.770 369.390

Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun

Page 24: Batu Apung

BAB VI

LIMBAH BATU APUNG

Batu apung yang banyak terdapat pada beberapa daerah di Indonesia, mempunyai banyak kegunaan dan sudah banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, bahkan sudah menjadi bahan komoditif ekspor Indonesia ke luar negeri. Pabrik-pabrik

penggilingan atau penghalusan batu apung di Indonesia juga juga banyak ditemui terlebih pada daerah potensi galian batu apung. Limbah

batu apung yang dihasilkan dari proses penghalusan tersebut tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sehingga menyebabkan

berkurangnya lahan-lahan produktif masyarakat karena dijadikan sebagai tempat penampungan limbah batu apung.

Definisi limbah batu apung

Limbah batu apung adalah hasil dari proses pengayakan batu apung yang tidak terpakai lagi karena besarannya kurang dari syarat

pengepakan untuk dipasarkan (besar agregat limbah batu apung berkisar antara 0,1mm – 1cm).

Proses terbentuknya limbah batu apung

Limbah batu apung berasal dari pabrik-pabrik pengolahan batu apung yang merupakan sisa-sisa dari batu apung itu sendiri dan tidak

dapat dipasarkan kepada konsumen karena bentuknya kurang beraturan dan gradasinya lebih kecil dari 1 cm. Limbah batu apung hampir

menyerupai pasir dan kerikil pada umumnya, hanya berat satuannya lebih ringan dan berpori yang membedakannya dengan kerikil biasa.

Karena keringanannya itulah, limbah batu apung sangat baik untuk diolah menjadi bahan bangunan yang mempunyai bobot ringan.

Pemanfaatan limbah batu apung

Limbah batu apung dapat dimanfaatkan sebagai:

Sebagai pengganti bahan bangunan galian golongan C

Mengurangi pemanfaatan lahan-lahan produktif yang dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah-limbah batu apung.

Peningkatan pendapatan masyarakat dengan membuka lapangan kerja baru dengan memanfaatkan limbah batu apung dan

tidak terpakai lagi.

Dampak negatif penambangan batu apung di Lombok, NTB

Selain mempunyai efek positif berupa beberapa kegunaannya, batu apung juga mempunyai dampak negatif bagi lingkungan

dan masyarakat. Terutama yang terlihat pada pulau Lombok, NTB.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa telah terjadi penurunan harkat kesuburan tanah akibat penambangan. Penurunan

kandungan hara makro (N, P, K), C-organik, dan nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation) disebabkan oleh penyingkiran lapisan tanah

atas dan munculnya lapisan bawah yang bertekstur lebih kasar. Akibat pembongkaran dan pemindahan lapisan atas tersebut maka

tanah bekas penambangan batu apung mengandung fraksi pasir lebih besar dari pada tanah yang tak ditambang. Berdasarkan kriteria

pengharkatan yang dikemukakan oleh PPT Bogor (1983), sifat fisik tanah bekas penambangan batu apung memiliki agregat yang

tidak mantap, porositas yang sangat tinggi dan permeabilitas yang sangat cepat. Pembalikan lapisan tanah tersebut akan sangat

merugikan bagi pertumbuhan tanaman paska penambangan. Degradasi struktur tanah sebagai akibat pembongkaran lapisan olah

tanah akan mengakibatkan makin rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya kemampuan tanah memegang air (water holding

capacity) dan dapat mempercepat kehilangan hara di dalam tanah.

Tingkat kerusakan lahan akibat Penambangan batu apung

Tingkat kerusakan lahan akibat penambangan galian-C batu apung didekati dengan melihat beberapa faktor: kedalaman

galian, luasan penambangan, kemiringan lahan, keberadaan vegetasi dan aktivitas konservasi paska penambangan. Berdasarkan skor

yang digunakan, tingkat kerusakan lahan (rusak berat, sedang dan ringan) bervariasi pada masing-masing lokasi penambangan. Di

sentra penambangan batu apung Lombok Barat sekitar 34% termasuk rusak berat, 61% rusak sedang dan 5% rusak ringan. Di

Lombok Tengah sekitar 20% rusak berat, 75% rusak sedang dan 5% rusak ringan, sementara di Kabupaten Lombok Timur sekitar

Page 25: Batu Apung

12% rusak berat, 80% rusak sedang dan 8% rusak ringan. Kerusakan berat tersebut disebabkan oleh penggalian dalam (>3m), lereng

yang curam (>20%), dan tanpa adanya upaya pengelolaan lahan konservatif paska penambangan.

Penggalian dalam (>3m) ditemukan di beberapa lokasi penambangan di Lombok bagian utara dan tengah. Penggalian 1,5 – 3

meter merupakan kedalaman penggalian yang paling dominan di semua lokasi. Penggalian dalam (>3 m) pada lahan miring (>20%)

dan tebing menimbulkan keruskan yang paling parah, meskipun luas kerusakan relatif sempit. Penggalian dangkal pada pada lahan

datar tetapi tanpa adanya revegetasi pasca penggalian juga akan memacu kerusakan lahan pada tahapan berikutnya. Bertambahnya

luasan areal lahan penambangan berimplikasi terhadap makin luasnya kerusakan lahan yang terjadi, yang tentunya akan berimplikasi

terhadap meningkatnya biaya pemulihan lahan yang diperlukan. Penambangan yang dilakukan pada lahan dengan kemiringan >20 %

ditemukan di beberapa tempat yakni di Lombok Utara, Batukliang, dan Pringgasela. Kemiringan lahan penambangan yang paling

dominan di semua lokasi berkisar antara 6 - 10%.

Dari semua lokasi penambangan yang diobservasi ternyata sebagian besar belum dilakukan upaya pengelolaan lahan paska

penambangan. Dengan kata lain bekas penambangan sebagian besar masih dibiarkan terlantar tanpa upaya rehabilitasi. Selain tiga

aspek yang telah dibahas diatas, aspek luas areal penambangan juga berperan penting dalam menciptakan image tentang tingkat

kerusakan lahan. Areal penambangan dengan rata-rata luasan >15 ha ditemukan di Lombok Utara. Areal penambangan dengan luas

antara 6-10 ha banyak ditemukan di Lombok Utara dan beberapa lokasi di Kec. Masbagik Lombok Timur. Luas areal penambangan

antara 1-5 Ha merupakan areal yang paling banyak ditemukan di semua lokasi penambangan.

BAB VII

PENUTUP

Batu apung terbentuk dari hasil letusan gunung api. Batuapung atau pumice adalah jenis batuan yang berwarna terang,

mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat. Batuan

ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang mngeluarkan materialnya ke udara kemudian mengalami transportasi

secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.

Batuapung mempunyai sifat nersikular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak akibat ekspansi buih gas alam yang

terkandung didalamnya. Pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunung api. Sedangkan

mineral-mineral yang terdapat dalam batuapung adalah feldpar, kuarsa, obsidian, cristobalit dan tridimit. Salah satu potensi bahan galian

gol C di Lombok Barat adalah batuapung, keberadaannya tersebar di beberapa kecamatan terutama di bagian utara Lombok Barat, seperti

Kecamatan Bayan, Gangga, Kayangan sebagian lagi di bagian tengah yaitu kecamatan Narmada dan Lingsar. Keberadaannya adalah

sebagai hasil aktifitas gunung api Rinjani yang kaya akan silika dan mempunyai struktur porous yang terjadi akibat keluarnya gas-gas

yang ada didalamnya pada waktu pembentukannya.

Di Lombok Barat sedikitnya ada 20 perusahaan pengololahan batuapung yang tersebar di berbagai wilayah. Batuapung di

Lombok Barat merupakan komoditi ekspor terutama ke China sebagai salah satu bahan dalam pencucian textile. Pada umumnya

batuapung juga digunakan untuk bahan penggosok, bahan bangunan ringan dan tahan api, pengisi isolator temperatur tinggi, rendah dan

akustik, sebagai bahan penyerap dan saringan. Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat banyak menuai masalah, terutama

masalah lingkungan, dimana sebagian besar penambangan dilakukan tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian

lingkungan.

Page 26: Batu Apung

DAFTAR PUSTAKA

Fadhillah, Said. 2005. Modul Pelatihan AMDAL Pertambangan. Jakarta: Kementerian Pembangunan Daerah tertinggal

Sukandarrumudi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: UGM Press