BATAM 2 0 1 1 – 2 0 1 4 -...

87

Transcript of BATAM 2 0 1 1 – 2 0 1 4 -...

  • Batam Economic Outlook 2011 i

    BBAATTAAMM

    EECCOONNOOMMIICC OOUUTTLLOOOOKK

    22 00 11 11 22 00 11 44

    Disusun Oleh:

    TTiimm BBaattaamm OOuuttllooookk PPPPDDSSII

    BBPP BBaattaamm

  • ii KATA PENGANTAR Batam Economic Outlook, 2011

  • Batam Economic Outlook 2011 iii

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang maha

    Esa, dan atas perkenanNya maka buku Batam Outlook 2011-2014 ini dapat

    diselesaikan. Beberapa topik yang diangkat dalam buku ini terkait dengan kondisi

    perekonomian Batam yang relevan dengan kondisi dunia usaha di Batam sendiri.

    Keadaan perekonomian Batam juga tidak lepas dari perekonomian nasional,

    regional dan global mengingat Batam merupakan kawasan investasi yang

    didominasi oleh aktivitas industri dari PMA -PMA yang beroperasi selama kurun

    waktu 39 tahun sejak tahun 1971.

    Dalam menjalankan kegiatan perekonomian di Batam, semuan pihak

    dituntut untuk selalu berdasar kepada data dan informasi yang beragam dan

    senantiasa terkini (updated), dan dalam era keterbukaan ini segala informasi

    tersedia sangat cepat dan mengalir dalam hitungan detik. Kita dapat langsung

    mengkonsumsi informasi dibelahan dunia manapun saat ini juga dan terkadang kita

    juga harus mampu menganalisa kejadian ditempat lain akan berakibat kepada

    daerah kita. Oleh sebab itu kebutuhan akan informasi yang akurat dan cepat

    menjadi kebutuhan kita dengan melihat kecenderungan global terhadap

    perekonomian lokal, nasional dan global.

    Tidak terasa kita telah memasuki tahun 2011 dan kinerja Batam dalam

    menarik investasi asing sangat bergairah pada tahun 2010 yang baru saja kita

    lewati. Aktivitas ekonomi di Batam tentu akan semakin meningkat dengan

    bertambahnya minat berinvestasi di Batam, tercatat jumlah aplikasi PMA pada tahun

    2010 sebanyak 114 PMA dengan nilai investasi US$ 399 juta.

    Dengan terbitnya Buku Batam Outlook 2011-2014 ini diharapkan memberi

    manfaat, terutama untuk mendapatkan gambaran perkembangan berbagai kegiatan

    perekonomian yang telah dicapai selama ini. Buku ini merupakan kerjasama dari

    Badan Pengusahaan Batam dan Badan Pusat Statistik Indonesia, dan diharapkan

    mampu menjadi referensi bagi semua pihak dalam kegiatan investasi, analisis dan

  • iv KATA PENGANTAR Batam Economic Outlook, 2011

    proyeksi jangkan menengah dan panjang serta sebagai sumber informasi yang

    akurat bagi stake holder Batam sendiri.

    Atas karya yang sangat baik ini, perkenankan saya, Kepala Badan

    Pengusahaan Batam, menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Tim

    Penyusun Batam 2011. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi

    pekerjaan kita dan meringankan langkah kita dalam berusaha menuju masa depan

    yang lebih baik.

    Batam, 2011

    Mustofa Widjaja

  • Batam Economic Outlook 2011 v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. v

    DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vii

    DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................ ix

    BAB I - TINJAUAN UMUM .......................................................................................... 1

    1.1 Perkembangan Ekonomi Dunia dan Indonesia 1

    1.2 Perkembangan Ekonomi Batam 4

    BAB II - GAMBARAN PEREKONOMIAN DUNIA, INDONESIA DAN

    BATAM ....................................................................................................................... 7

    2.1 Gambaran Perekonomian Dunia 7

    2.2 Gambaran Perekonomian Indonesia 9

    2.3 Gambaran Perekonomian Batam 14

    2.3.1 Perkembangan Indikator Ekonomi 14

    2.3.2 Perkembangan Sektoral Ekonomi 24

    2.3.3 Perkembangan Infrastruktur 26

    2.3.4 Perkembangan Kebijakan Perdagangan dan Investasi 27

    BAB III - PROSPEK EKONOMI JANGKA MENENGAH (2011-2014) ...................... 33

    3.1 Prospek Perekonomian Global 2011-2014 33

    3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia 33

    3.2 Prospek Perekonomian Indonesia 2010-2014 35

    3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 35

    3.2.2 Pertumbuhan Perdagangan dan Investasi Indonesia 39

    3.3 Prospek Perekonomian Batam 2011-2014 42

    3.3.1 Pertumbuhan Ekonomi Batam 42

  • vi Batam Economic Outlook, 2011

    3.3.2 Pertumbuhan Perdagangan dan Investasi Batam 43

    3.3.3 Prospek Perkembangan Infrastruktur 45

    BAB IV MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN BATAM...47

    4.1 Implikasi Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 47

    4.1.1 Latar Belakang Pembentukan MEA 47

    4.1.2 Implikasi MEA terhadap Arus Perdagangan Nasional 49

    4.1.3 Implikasi MEA terhadap Perekonomian Nasional dan Batam53

    4.2 Struktur Perdagangan dan Investasi Batam dalam

    Mendorong Ekonomi 54

    4.2.1 Struktur Perdagangan 57

    4.2.2 Struktur Investasi 57

    BAB V - KESIMPULAN...59

    5.1 Kesimpulan 59

    LAMPIRAN ................................................................................................................ 61

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 63

  • Batam Economic Outlook 2011 vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Dunia2005 -

    2010(Dalam Persen) ................................................................................................... 8

    Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2005 2010 (Dalam Persen) ............ 13

    Tabel 2.3 Perkembangan Indikator Ekonomi Batam 2005 - 2010 ............................ 15

    Tabel 2.4 Jumlah Proyek dan Nilai Realisasi PMDN dan PMA Batam

    Tahun 2000-2009 ...................................................................................................... 18

    Tabel 2.5. Perkembangan Nilai Ekspor Batam Tahun 2000-2010 (Miliar Rp) ......... 20

    Tabel 2.6 Impor Batam Dirinci Menurut HS 2 Dijit Januari-Juni 2010....................... 21

    Tabel 2.7 Rasio Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Penduduk Batam

    2000 - Juni 2010 ........................................................................................................ 23

    Tabel 2.8 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Jumlah Penerimaan Devisa dari

    Wisatawan MancanegaraTahun 2000-2010 ............................................................. 24

    Tabel 2.9 Pertumbuhan Ekonomi Batam Tahun 2005 2009 (Dalam Persen) ...... 25

    Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Dunia Tahun 2008 2015

    (Dalam Persen) ......................................................................................................... 34

    Tabel 3.2 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010 2014 (Dalam

    Persen) ...................................................................................................................... 36

    Tabel 3.3 Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2006 2010 ( US$ Juta ) ......... 39

    Tabel 3.4 Neraca Perdagangan Indonesia Januari - September 2010 ( US$ Juta ) 40

    Tabel 3.5 Impor Menurut Golongan Barang 2006 2010 ( US$ Juta ) .................... 41

    Tabel 3.6 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Batam Tahun 2010 2014 (Dalam

    Persen) ...................................................................................................................... 43

    Tabel 3.7 Perkiraan Nilai Ekspor ke Luar Negeri dan Investasi Batam 2010 2014

    (Dalam Persen) ......................................................................................................... 44

    Tabel 3.8 Proyeksi Nilai Kerjasama Investasi di Batam 2010 2014 (Dalam Persen)45

    Tabel 4.1 Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara

    Intra-ASEAN Periode 2005-2010 (Juta USD) ........................................................... 51

  • viii DAFTAR TABEL Batam Economic Outlook, 2011

    Tabel A.1 Daftar Kawasan Industri ............................................................................ 61

    Tabel A.2 Indikator Ekonomi Batam Tahun 2005 - Juni 2010 ................................... 62

    Tabel A.3 Golf Courses & Marina .............................................................................. 66

    Tabel A.4 Tarif Listrik Batam (TLB) ........................................................................... 67

    Tabel A.5 Tarif Tanah* per m di Batam ................................................................... 69

  • Batam Economic Outlook 2011 ix

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Indonesia dan Batam

    Tahun 2000 2009 (%) ............................................................................................... 6

    Grafik 2.1 Perkembangan Laju Inflasi Indonesia dan Batam Tahun 2000

    Semester I/2010 ........................................................................................................ 16

    Grafik 2.2 Perkembangan Nilai dan Laju Ekspor Batam Tahun 2000 - 2009 .......... 19

    Grafik 2.3 Perkembangan Penduduk Batam Tahun 2000 Juni 2010.................... 22

    Grafik A.1 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam ..................................... 61

  • Batam Economic Outlook 2011 1

    1.1 Perkembangan Ekonomi Dunia dan Indonesia

    Memasuki awal abad 21, perekonomian dunia mulai menunjukkan

    geliatnya setelah beberapa waktu sebelumnya dilanda krisis moneter (1998) yang

    berawal di kawasan Asia dan memberikan efek negatif hampir di seluruh negara.

    Pada tahun 2000, perekonomian dunia yang tumbuh sebesar 4,7 persen lebih

    didorong oleh pertumbuhan di negara-negara berkembang sebesar 5,7 persen.

    Volume perdagangan dunia juga meningkat 12,5 persen yang sebagian besar

    disumbang oleh kegiatan ekspor dan impor di negara-negara berkembang yang

    tumbuh lebih dari 15 persen. Walaupun demikian tingkat inflasi di negara-negara

    tersebut juga lebih tinggi dibanding inflasi negara maju. Beberapa tahun kemudian

    (2001-2003), pertumbuhan ekonomi dunia kembali terkoreksi di sekitaran 2-3

    persen.

    Selama tahun 2005-2007, perekonomian dunia berada pada fase ekspansi

    dengan tingkat rata-rata pertumbuhan mencapai 5,0 persen per tahun. Ekspansi

    pertumbuhan ekonomi dunia tersebut ditopang terutama oleh tingginya

    pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang terutama China dan India

    sebagaimana tercermin dari kontribusi kedua negara tersebut yang cukup besar

    terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Selain itu, tetap kuatnya kinerja ekonomi di

    negara-negara maju seperti Jepang dan negara di kawasan Eropa telah mampu

    mengimbangi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS yang terjadi sejak tahun 2007

    yang dipicu oleh merebaknya krisis perumahan (subprime mortgage) yang

    merupakan awal terjadinya krisis keuangan global.

    Sebelum terjadinya krisis, pertumbuhan ekonomi dunia terlihat cukup

    mantap dan berkelanjutan sebagaimana tercermin dari solidnya perkembangan

    beberapa indikator perekonomian global. Seiring dengan meningkatnya intensitas

    krisis keuangan global yang ditandai dengan bangkrutnya perusahaan keuangan

    terbesar AS Lehman Brothers, pertumbuhan ekonomi dunia mengalami

    BAB I - TINJAUAN UMUM

  • 2 Batam Economic Outlook, 2011

    perlambatan yang sangat tajam di penghujung tahun 2008. Dengan kondisi global

    yang semakin memburuk, ekonomi dunia hanya mampu tumbuh 3,4 persen pada

    tahun 2008, terendah selama kurun waktu 1980-2007.

    Seperti halnya dunia, perekonomian Indonesia pada kurun waktu tahun

    2000 hingga tahun 2004 mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata 4,6

    persen per tahun. Kontribusi terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga yang

    lebih dari 60 persen, dan diikuti oleh kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor dan

    impor). Kondisi perekonomian dunia yang terus membaik hingga tahun 2007 turut

    mewarnai ekspansi bagi perekonomian Indonesia dengan tingkat pertumbuhan

    mencapai rata-rata 5,85 persen dalam periode tahun 2005-2007. Hal ini utamanya

    didorong oleh pertumbuhan ekspor yang mencapai 11,5 persen per tahun.

    Kegiatan ekspor Indonesia memang mendapat kentungan dari kenaikan

    harga beberapa komoditas dunia terutama bahan tambang dan produk pertanian

    sebagai komoditi utama ekspor. Salah satunya minyak mentah, yang di pasar

    komoditas tren harga minyak World Texas Intermediate (WTI) dalam lima tahun

    terakhir menunjukkan kenaikan yang tajam dari US$31/barel pada tahun 2003

    menjadi US$100/barel pada tahun 2008. Bahkan, harga minyak WTI sempat

    mencapai harga tertinggi US$147/barel pada bulan Juli 2008. Secara fundamental

    kenaikan harga minyak yang terjadi dalam kurun waktu tersebut disebabkan oleh

    tingginya permintaan dunia dan terbatasnya pasokan minyak dunia. Konsumsi

    minyak dunia yang terus meningkat, terutama dari emerging market seperti China

    yang menyumbang lebih dari sepertiga pertumbuhan konsumsi minyak dunia, tidak

    diimbangi dengan pasokan yang memadai. Bahkan sejak 2003 kapasitas sisa

    produksi (spare capacity) minyak dunia cenderung berkurang. Demikian pula halnya

    dengan CPO (Crude Palm Oil) yang menjadi salah satu komoditi andalan ekspor

    Indonesia di pasar dunia.

    Seiring dengan pertumbuhan nasional, ekonomi Batam sebagai salah satu

    wilayah perdagangan bebas (free trade zone) juga menampilkan kinerja yang cukup

    baik bahkan melampui pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kurun waktu tahun

    2005-2007, ekonomi Batam rata-rata tumbuh 7,6 persen per tahun dengan

    sumbangan terbesar berasal dari sektor industri pengolahan. Selain kegiatan

    industri sebagai basis utama penggerak ekonomi Batam, perkembangan Batam

  • Batam Economic Outlook 2011 3

    juga disokong oleh kegiatan ekonomi yang mendukung kegiatan industri itu sendiri

    yaitu terutama sektor perdagangan, hotel, & restoran serta kegiatan sektor jasa-

    jasa.

    Perkembangan ekonomi dunia, regional, dan nasional pada kurun waktu

    2000-2007 seakan tidak berarti ketika terjadi krisis subprime mortgage di tahun

    2008 dan memberikan efek negatif tidak saja di negara-negara maju, tetapi juga

    merambat ke negara-negara berkembang. Ekonomi di kawasan Eropa hanya

    mampu tumbuh sebesar 1,1 persen pada tahun 2008, jauh melambat dibandingkan

    dengan pertumbuhan tahun 2007 sebesar 2,6 persen. Penurunan pertumbuhan

    ekonomi di kawasan ini dipicu oleh pelemahan konsumsi dan investasi swasta yang

    didorong oleh ketatnya kondisi keuangan yang berdampak pada penurunan

    pertumbuhan pendapatan masyarakat.

    Aktivitas ekonomi yang melemah yang terjadi di negara maju berimbas ke

    negara-negara berkembang terutama negara yang memiliki ikatan perdagangan dan

    keuangan yang erat dengan negara maju. Terjadi penurunan pendapatan seiring

    dengan melemahnya harga komoditas di pasar dunia dan lemahnya permintaan dari

    negara mitra dagang. Tidak terkecuali dengan Indonesia yang juga merasakan

    dampak krisis dunia dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi dibanding tahun

    sebelumnya meskipun masih pada angka yang cukup menjanjikan (6 persen).

    Kondisi ini terus berlanjut di 2009 dengan perekonomian yang hanya mampu

    tumbuh sebesar 4,6 persen. Walaupun demikian, kondisi Indonesia jauh lebih baik

    dibandingkan perekonomian dunia yang justru mengalami pertumbuhan negatif.

    Salah satu sebab menurunnya kinerja ekonomi Indonesia adalah turunnya

    volume perdagangan internasional. Merosotnya volume perdagangan ekspor dan

    impor Indonesia disinyalir karena turunnya harga komoditas secara drastis, selain

    berkurangnya permintaan impor dari negara maju karena terjadinya krisis keuangan.

    Harga minyak dunia terus mengalami penurunan, dan penurunan harga minyak

    dunia tersebut dibarengi dengan penurunan harga komoditas nonmigas. Harga

    komoditas nonmigas setelah mengalami peningkatan tajam sejak tahun 2005,

    mengalami kejatuhan pada semester II-2008. Keterpurukan harga komoditas

    nonmigas ini disumbang terutama oleh penurunan harga komoditas logam, batu

    bara, minyak nabati, dan harga pangan. Faktor pemicu kejatuhan harga komoditas

  • 4 Batam Economic Outlook, 2011

    logam saat ini adalah penurunan permintaan dunia yang didorong oleh melemahnya

    permintaan logam dari AS dan China sebagai pengguna terbesarnya.

    Jatuhnya harga komoditas minyak nabati saat ini selain disebabkan oleh

    melemahnya permintaan dunia, juga terkait dengan imbas dari krisis finansial yang

    membuat beberapa negara pengimpor utama minyak sawit, seperti Pakistan, India

    dan China, membatalkan kontrak pembelian minyak sawit. Di luar faktor tersebut,

    adanya pembatasan oleh negara Eropa bagi negara produsen Crude Palm Oil

    (CPO) yang belum memberlakukan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO),

    terkait pengelolaan lingkungan di perkebunan sawit, turut mendorong kejatuhan

    harga CPO. Di samping itu, Uni Eropa juga memberlakukan kebijakan dengan

    menurunkan penggunaan biodiesel dari 15 persen menjadi 10 persen setelah harga

    minyak fosil mengalami penurunan yang cukup signifikan.

    1.2 Perkembangan Ekonomi Batam

    Sebagai salah satu gerbang utama industri nasional, Batam tentu

    mengalami pukulan yang cukup besar dalam masa krisis global. Namun demikian

    kinerja ekspor Batam masih menunjukkan geliatnya di tahun 2008 sehingga dapat

    tumbuh 4,95 persen meskipun dalam keadaan yang mulai tertekan. Hal tersebut

    tidak dapat lagi dipertahankan di tahun berikutnya (2009), dan akhirnya

    perdagangan ekspor mengalami penurunan yang signifikan mencapai -9,59 persen.

    Hal ini disebabkan pula turunnya impor, khususnya bahan baku dan penolong, ke

    Batam yang notabene digunakan oleh industri Batam yang memang berorientasi

    ekspor. Selain sektor industri yang terkena dampak langsung dari melemahnya

    permintaan dunia, kegiatan pariwisata juga terkena imbasnya. Akumulasi dari

    berkurangnya intensitas produksi dari beberapa sektor menyebabkan pertumbuhan

    ekonomi di Batam tahun 2009 terkoreksi hingga hanya dapat tumbuh sebesar 4,65

    persen.

    Setelah hampir semua negara mengalami tekanan ekonomi sepanjang 2-3

    tahun ini, optimisme dunia mulai muncul pada tahun 2010. Dengan ditopang oleh

    pertumbuhan positif ekonomi di beberapa negara Asia utama seperti Cina dan India

    yang cukup signifikan, ekonomi dunia dapat terselamatkan dari kehancuran

    berikutnya. Diprediksikan ekonomi dunia dapat tumbuh 4,8 persen pada tahun ini.

    Optimisme yang sama berlaku pula di Indonesia dengan usaha pemerintah dan

  • Batam Economic Outlook 2011 5

    Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas indikator ekonomi makro dan meluncurkan

    beberapa kebijakan yang dapat menyelamatkan sektor riil akhirnya membuahkan

    hasil yang cukup baik dengan pertumbuhan yang diperkirakan mencapai 5,9 persen.

    Seiring dengan itu, perekonomian Batam juga diprediksikan mengalami

    pertumbuhan positif, bahkan melampui angka nasional hingga mencapai 6,3 persen

    tahun 2010.

  • 6 Batam Economic Outlook, 2011

    Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Indonesia dan Batam

    Tahun 2000 2009 (%)

    Figure 1.1 Economic Growth in the World, Indonesia and Batam,

    2000-2009 (%)

    *) Realisasi laju pertumbuhan Indonesia kumulatif s.d. Triwulan III/2010.

  • Batam Economic Outlook 2011 7

    2.1 Gambaran Perekonomian Dunia

    Selama kurun waktu 2005-2010, perekonomian global berfluktuasi. Tahun

    2005, terjadi pertumbuhan ekonomi Dunia sebesar 4,6 persen. Kemudian pada

    tahun 2006 dan 2007 meningkat menjadi 5,2 dan 5,3 persen. Namun pada tahun

    2008, perekonomian dunia dihadapkan pada satu babak baru yaitu krisis finansial

    global. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi pada 2008 menurun menjadi

    2,8 persen dan bahkan pada 2009 perekonomian dunia mengalami kontraksi

    sebesar 0,6 persen.

    Pertumbuhan ekonomi dunia pada periode 2005-2010 didukung oleh

    pertumbuhan ekonomi negara-negara sedang berkembang yang mengalami

    pertumbuhan sangat tinggi yaitu 7,3 persen pada tahun 2005, 8,2 persen pada 2006

    dan 8,7 pada 2007. Pada tahun 2008, negara-negara berkembang masih tumbuh

    relatif tinggi yaitu 6,0 persen. Bahkan pada tahun 2009, ketika dunia dan Negara

    maju mengalami kontraksi, negara berkembang masih mengalami ekspansi sebesar

    2,5 persen.

    Negara berkembang yang mengalami pertumbuhan tinggi adalah negara-

    negara di Asia dan Amerika yang disebut the emerging market yaitu China, India

    dan Indonesia serta Brasil. Perekonomian China pada periode 2005-2007 tumbuh

    diatas 10 persen, dan ketika krisis ekonomi terjadi perekonomian China masih

    tumbuh diatas 9 persen. Sementara perekonomian India tumbuh diatas 9 persen

    pada 2005-2007, dan pada masa krisis masih tumbuh positif sekitar 6 persen.

    Demikian juga Indonesia, pada periode 2005-2008 tumbuh 5-6 persen, dan pada

    tahun 2009 masih tumbuh positif 4,5 persen. Sedangkan Brasil tumbuh rata-rata 6

    persen pada periode 2005-2007, 5 persen pada 2008 namun tumbuh negatif -0,2

    persen pada 2009.

    BAB II - GAMBARAN PEREKONOMIAN

    DUNIA, INDONESIA DAN BATAM

  • 8 Batam Economic Outlook, 2011

    Berikut ini perkembangan pertumbuhan perekonomian beberapa negara di

    dunia dalam kurun 5 tahun terakhir

    Tabel 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Dunia2005 - 2010(Dalam Persen)

    Table 2.1 World Economic Growth in several countries, period 2005 2010 (in

    percentage)

    Negara/Kelompok

    Negara

    Country / Group

    Aktual

    Actual

    Perkiraan

    Estimation

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    Perekonomian Dunia 4.6 5.2 5.3 2.8 -0.6 4.8

    Negara-Negara Maju 2.7 3.0 2.7 0.2 -3.2 2.7

    Amerika Serikat 3.1 2.7 1.9 0.0 -2.6 2.6

    Uni Eropa 1.7 3.0 2.9 0.5 -4.1 1.7

    Jerman 0.8 3.4 2.7 1.0 -4.7 3.3

    Perancis 2.0 2.4 2.3 0.1 -2.5 1.6

    Belanda 2.0 3.4 3.9 1.9 -3.9 1.8

    Jepang 1.9 2.0 2.4 -1.2 -5.2 2.8

    Negara maju lainnya 3.5 3.9 4.0 1.0 -2.3 4.2

    Inggris 2.2 2.8 2.7 -0.1 -4.9 1.7

    Korea 4.0 5.2 5.1 2.3 0.2 6.1

    Singapura 7.4 8.6 8.5 1.8 -1.3 15.0

    Negara-Negara Sedang

    Berkembang 7.3 8.2 8.7 6.0 2.5 7.1

    Kawasan Eropa Timur

    & Tengah 5.9 6.5 5.5 3.0 -3.6 3.7

    Persemakmuran

    Inggris 6.7 8.8 9.0 5.3 -6.5 4.3

    Kawasan Asia 9.5 10.4 11.4 7.7 6.9 9.4

    China 11.3 12.7 14.2 9.6 9.1 10.5

    India 9.2 9.7 9.9 6.4 5.7 9.7

    Indonesia 5.7 5.5 6.3 6.0 4.5 6.0

    Amerika Latin &

    Karibia 4.7 5.6 5.7 4.3 -1.7 5.7

    Brasil 3.2 4.0 6.1 5.1 -0.2 7.5

    Timur-Tengah & Afrika

    Utara 6.3 5.8 6.0 5.0 2.0 4.1

    Afrika Sub-Sahara 5.3 6.4 7.0 5.5 2.6 5.0

    Sumber /Source: World Economic Outlook International Monetary Fund, Oktober

    2010

  • Batam Economic Outlook 2011 9

    2.2 Gambaran Perekonomian Indonesia

    Dalam satu dasawarsa terakhir ini perekonomian Indonesia tampaknya

    menunjukkan perbaikan dan penguatan struktur, yang ditandai dengan tren

    peningkatan pertumbuhan ekonomi dari 4,92 persen di tahun 2000 hingga

    puncaknya di tahun 2007 sebesar 6,35 persen. Ada sedikit kontraksi ekonomi pada

    tahun 2008 dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi masih berada pada posisi diatas

    6 persen yaitu tepatnya 6,01 persen. Perekonomian pada tahun 2009 juga

    mengalami pertumbuhan yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya yaitu

    sebesar 4,55 persen. Dan ini merupakan pertumbuhan terendah sepanjang

    sembilan tahun terakhir. Kondisi ini seiring dengan meningkatnya intensitas krisis

    keuangan global di penghujung tahun 2008, pertumbuhan ekonomi di beberapa

    negara maju, terutama AS sebagai episentrum krisis, mengalami penurunan tajam

    yaitu hanya mampu tumbuh 1,1 persen pada tahun 2008, jauh di bawah

    pertumbuhan tahun sebelumnya yang meskipun telah melambat namun masih

    mampu tumbuh hingga 2 persen. Demikian pula perekonomian negara-negara maju

    hanya mampu tumbuh sebesar 1 persen pada tahun 2008, jauh di bawah

    pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 2,7 persen maupun perkiraan awal IMF

    pada April 2008 sebesar 1,3 persen.

    Selama lima tahun terakhir, melalui kerja keras seluruh stake holder bangsa

    di tengah berbagai tantangan dalam negeri dan internasional yang dihadapi, bangsa

    Indonesia telah mampu membangun kembali fundamental ekonomi yang lebih baik,

    sehingga tidak hanya sekedar pulih dari krisis, tetapi Indonesia juga telah mampu

    membangun ketahanan nasional, prestasi, serta reputasi yang baik di mata dunia.

    Oleh karena itu, Indonesia bersama Cina, India, Brazil, dan Afrika Selatan diundang

    untuk masuk dalam kelompok enhanced engagement countries atau Negara yang

    makin ditingkatkan keterlibatannya dengan negara-negara maju. Indonesia juga

    tergabung dalam kelompok Group-20 atau G-20, yaitu dua puluh negara yang

    menguasai 85 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dunia, yang memiliki

    peranan sangat penting dan menentukan dalam membentuk kebijakan ekonomi

    global.

    Sepanjang tahun 2005-2009, perekonomian Indonesia secara rata-rata

    menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi (hampir mencapai 6 persen) dengan

  • 10 Batam Economic Outlook, 2011

    kegiatan investasi, konsumsi rumahtangga dan ekspor sebagai penggerak

    pertumbuhan. Namun, perlambatan pertumbuhan terjadi ketika memasuki awal

    tahun 2009. Adanya krisis global yang terjadi di beberapa negara maju dan

    berimbas ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia menjadikan kinerja

    ekonomi sepanjang tahun tersebut tumbuh melambat sebesar 4,6 persen dari

    pertumbuhan sebesar 6,0 persen pada tahun sebelumnya. Penguatan ekonomi

    domestik, seperti stabilitas harga, tingkat suku bunga, nilai tukar, serta penyaluran

    stimulus fiskal, yang didukung oleh kinerja investasi dan pertumbuhan ekspor

    seiring perbaikan ekonomi global telah memicu pencapaian kinerja ekonomi

    Indonesia tahun 2010. Akselerasi ekspor dan investasi di dalam negeri tersebut

    mendorong perekonomian Indonesia kembali tumbuh ekspansif sebesar 5,9 persen

    hingga kuartal ketiga.

    Dilihat dari sisi permintaan, kemajuan performa ekonomi domestik dalam

    sepuluh tahun terakhir diwarnai dengan meningkatnya peran permintaan domestik,

    yang dimotori oleh konsumsi rumah tangga. Hal ini terlihat dari rata-rata pangsa

    konsumsi rumah tangga selama periode 2000-2009 sebesar 59,6 persen dari PDB.

    Angka ini meningkat dibandingkan periode 1988-1997 yang mencapai 58 persen.

    Kondisi ini merupakan indikasi dari peningkatan ukuran pasar (market size) secara

    permanen. Berdasarkan hal ini, terdapat indikasi karakteristik perekonomian dalam

    satu dasawarsa terakhir yang mengarah pada domestic-demand led growth.

    Lebih jauh, peningkatan konsumsi rumah tangga, sebagai motor permintaan

    domestik, terlihat bergerak searah dengan peningkatan upah tenaga kerja. Hal ini

    mengindikasikan bahwa upah tenaga kerja masih merupakan pangsa terbesar bagi

    sumber pembiayaan konsumsi rumah tangga. Terkait dengan hal ini, kemungkinan

    penurunan konsumsi rumah tangga secara signifikan akibat krisis global perlu

    diwaspadai, mengingat mulai terjadinya gelombang PHK menyusul menurunnya

    performa industri berorientasi ekspor.

    Rentannya kinerja ekspor terhadap dampak krisis global juga tidak terlepas

    dari karakteristik ekspor Indonesia selama ini. Kurang terdiversifikasinya negara

    tujuan ekspor (lebih dari 50 persen ekspor kumulatif Indonesia tertuju ke AS,

    Jepang, Korea, dan Singapura yang merupakan sejumlah negara yang menderita

    krisis paling parah.), menyebabkan kinerja ekspor Indonesia langsung mendapat

  • Batam Economic Outlook 2011 11

    pukulan berat. Selain itu, komoditas ekspor Indonesia juga cenderung kurang

    terdiversifikasi di mana komoditas utama ekspor sebagian besar masih berbasis

    sumber daya alam yang ternyata justru sangat rentan terhadap gejolak harga.

    Melemahnya kinerja ekspor ini selanjutnya memberikan tekanan pada

    sektor-sektor lainnya yang memasok bahan baku pada sektor industri ekspor.

    Sejalan dengan semakin dalamnya krisis global, kegiatan investasi juga sudah mulai

    menurun. Perlambatan investasi dialami oleh beberapa industri seperti Industri

    Logam Dasar bukan Besi, Industri Bambu, Kayu, dan Rotan, Industri Minyak dan

    Lemak, Industri Mesin, Industri Tekstil, dan Industri Pengilangan Minyak, serta

    Industri Barang dari Karet. Mengingat industri-industri tersebut bersifat leading

    dalam investasi (memiliki multiplier investasi yang tinggi), maka perlambatan

    investasi yang dialami oleh sektor-sektor tersebut berpengaruh besar terhadap

    kinerja perekonomian secara keseluruhan.

    Dilihat dari faktor pendorongnya, perkembangan investasi pascakrisis lebih

    searah dengan pergerakan pangsa konsumsi swasta namun terdapat efek tunda.

    Hal ini menandakan bahwa investasi akan dilakukan jika dipandang terdapat potensi

    kenaikan permintaan domestik yang cukup permanen. Namun demikian, dengan

    kecenderungan pangsa upah yang semakin menurun, maka konsumsi rumah

    tangga akan menurun, sehingga dampak lanjutannya akan memberikan tekanan

    pada investasi ke depan.

    Sementara itu, berbagai upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan

    daya saing ekonomi belum menunjukkan hasil yang signifikan. Rendahnya daya

    saing (competitiveness) terlihat dari semua aspek utama yang meliputi basic

    requirement, efficiency dan innovation. Hal itu dapat dilihat dari posisi Indonesia

    dalam Global Competitiveness Report 2008-2009 yang berada pada peringkat 55,

    tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya (54). Hal tersebut diperburuk lagi

    dengan masih banyaknya hambatan dalam melakukan bisnis di Indonesia

    sebagaimana tercermin dari hasil survei Doing Business, terutama pada aspek

    birokrasi Pemerintah yang dinilai tidak efisien dan infrastruktur yang kurang

    memadai.

  • 12 Batam Economic Outlook, 2011

    Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun ini terutama

    digerakkan oleh aktivitas pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

    perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor kontruksi. Aktivitas pada sektor-

    sektor tersebut tumbuh masing-masing sebesar 12,8 persen, 8,3 persen, dan 7,5

    persen pada tahun 2005, kemudian tumbuh lebih rendah pada tahun 2010

    (kumulatif hingga kuartal ketiga 2010), masing-masing sebesar 12,8 persen, 9,3

    persen, dan 6,8 persen. Sementara itu, sektor industri yang memiliki kontribusi

    terbesar secara rata-rata sebesar 26,9 persen - dalam penciptaan nilai tambah

    pada perekonomian Indonesia, juga tumbuh melambat dari 4,6 persen di tahun

    2005 menjadi 4,1 persen kumulatif hingga kuartal ketiga 2010. Sebaliknya, sektor

    listrik, gas, dan air yang memiliki sumbangan terkecil, tumbuh 5,3 persen atau

    mengalami perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan tahun 2005 yang tumbuh

    sebesar 6,3 persen.

  • Batam Economic Outlook 2011 13

    Berikut ini perkembangan perekonomian Indonesia selama 5 tahun terakhir:

    Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2005 2010 (Dalam Persen)

    Table 2.2 Indonesia Economic Growth, period 2005 2010

    (in percentage)

    2005 2006 2007 2008 2009

    s.d.

    /until

    Q3/2010

    Rata-rata

    /rate 2005-

    2010

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    Pertumbuhan Ekonomi 5.69 5.50 6.35 6.01 4.55 5.90 5.67

    Sisi Permintaan

    Konsumsi

    Rumahtangga 3.95 3.17 5.01 5.34 4.85 4.69 4.50

    Konsumsi Pemerintah 6.64 9.61 3.89 10.43 15.72 -4.63 6.94

    Investasi PMTB 10.89 2.60 9.32 11.86 3.32 8.21 7.70

    Ekspor Barang & Jasa 16.60 9.41 8.54 9.53 -9.70 15.03 8.23

    (-) Impor Barang &Jasa

    17.77 8.58 9.06 10.00

    -

    14.97 16.99 7.91

    Sisi Sektoral

    Pertanian, peternakan,

    kehutanan, & perikanan 2.72 3.36 3.47 4.83 4.13 2.60 3.52

    Pertambangan &

    penggalian 3.20 1.70 1.93 0.68 4.37 3.31 2.53

    Industri pengolahan 4.60 4.59 4.67 3.66 2.11 4.05 3.94

    Listrik, gas, & air bersih 6.30 5.76 10.33 10.92 13.78 5.25 8.72

    Konstruksi 7.54 8.34 8.53 7.51 7.05 6.79 7.63

    Perdagangan, hotel, &

    restoran 8.30 6.42 8.93 6.87 1.14 9.26 6.82

    Pengangkutan &

    komunikasi 12.76 14.23 14.04 16.57 15.53 12.76 14.31

    Keuangan, real estat, &

    jasa perusahaan 6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 5.89 6.56

    Jasa-jasa 5.16 6.16 6.44 6.23 6.40 5.45 5.97

  • 14 Batam Economic Outlook, 2011

    2.3 Gambaran Perekonomian Batam

    2.3.1 Perkembangan Indikator Ekonomi

    Batam sebagai daerah yang strategis dengan letak geografis yang berada

    dekat Singapura dan Malaysia, merupakan daerah yang cukup baik untuk

    berinvestasi. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung

    sepenuhnya kebutuhan usaha seperti pelabuhan bongkar muat berstandar

    international, ketersediaan kawasan industrial baik elektronik, perkapalan, pipa dan

    lainnya. Didukung dengan Free Trade Zone area dimana PPN, PPnBM dan cukai,

    tidak berlaku lagi, menjadikan Batam sebagai lokasi yang strategis sehingga

    pengembangan usaha di Batam mampu menawarkan iklim investasi yang berbeda

    dengan daerah lainnya.

    Kota Batam merupakan kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan

    merupakan kota terbesar ketiga populasinya di Sumatra setelah Medan dan

    Palembang. Sejak dikeluarkannya Keppres No 41 tahun 1973 dan Keppres No 05

    tahun 1983 yang menjadikan Batam sebagai pusat pengembangan industri, maka

    perkembangan industrialisasi di Batam maju tak terbendung. Akibatnya Batam

    berkembang menjadi sentra ekonomi yang sangat kuat dan menjadi magnet bagi

    para investor baik domestik maupun asing.

    Batam berkembang pesat sebagai daerah industri, perdagangan, galangan

    kapal dan pariwisata di Indonesia yang mempunyai nilai jual lebih serta tenaga kerja

    yang cukup dengan jumlah perusahaan mencapai ribuan perusahaan.

    Untuk mengetahui gambaran perekonomian Batam dapat dilihat dari

    perkembangan beberapa indikator ekonomi seperti Pendapatan Regional Bruto

    (PDRB), pertumbuhan ekomomi, kontribusi sektoral, Inflasi dan besaran investasi

    yang ditanamkan.

  • Batam Economic Outlook 2011 15

    Tabel 2.3 Perkembangan Indikator Ekonomi Batam

    2005 - 2010

    Table 2.3 Batam Economic Indicators

    period 2005 2010

    Indikator Ekonomi

    Economic

    Indicator

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (6)

    Pertumbuhan

    Ekonomi (%) 7.65 7.48 7.52 7.18 4.65 n.a.

    Inflasi (%) 14.79 4.54 4.84 8.39 1.88 1.42

    Nilai Ekspor Barang

    (Miliar USD) 5.24 5.24 6.06 6.36 5.75 9.24

    Pendapatan Asli

    Daerah (Miliar Rp) 276.29 229.99 273.62 363.02 196.47 326.16

    Posisi Investasi

    (Miliar USD) 11.89 12.42 13.08 13.66 14.10 14.17

    Posisi Investasi

    Pemerintah (Miliar

    USD)

    2.34 2.45 2.61 2.77 2.77 2.77

    Posisi Investasi

    Swasta Domestik

    (Miliar USD)

    5.47 5.5 5.71 5.71 5.73 5.73

    Posisi Investasi

    Swasta Asing

    (Miliar USD)

    4.08 4.47 4.76 5.18 5.60 5.67

    Jumlah Kunjungan

    Wisatawan Asing

    (Orang)

    1.043.418 1.012.711 1.077.306 1.061.390 951.384 1.007.446

    Jumlah Penduduk

    (Jiwa) 685.787 713.960 724.315 899.944 988.555 1.024.726

    a. Inflasi

    Dalam ekonomi makro tingkat inflasi merupakan satu indikator yang

    menggambarkan kondisi/stabilitas moneter dan perekonomian suatu daerah.

    Kondisi inflasi juga memengaruhi pertumbuhan sektor ekonomi kota Batam karena

  • 16 Batam Economic Outlook, 2011

    sektor industri perdagangan kota Batam banyak dari perusahaan modal asing.

    Selain itu juga karena kenaikan suku bunga dan tidak stabilnya nilai mata uang

    mempengaruhi terjadinya inflasi di kota Batam. Jika dilihat dari laju inflasi, maka

    selama periode 2000-semester I 2010 Batam menunjukkan kecenderungan

    menurun.

    Laju inflasi Kota Batam pada 2009 mengalami penurunan yang signifikan

    dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,88 persen. Penurunan harga BBM

    di akhir tahun 2008 serta turunnya harga komoditas minyak dan pangan dunia

    sangat mempengaruhi rendahnya inflasi di tahun 2009. Krisis keuangan global juga

    mempengaruhi terhadap rendahnya permintaan sehingga berpengaruh pada

    turunnya harga di wilayah Kota Batam. Melanjutkan trend tahun-tahun sebelumnya,

    inflasi Batam pada semester I 2010 juga berada di bawah inflasi nasional. Secara

    tahunan inflasi Kota Batam tercatat sebesar 1,42 persen di bawah angka inflasi

    tahunan nasional yang tercatat sebesar 6,00 persen.

    Grafik 2.1 Perkembangan Laju Inflasi Indonesia dan Batam

    Tahun 2000 Semester I/2010

    Figure 2.1 InflationRate Growth in Indonesia and Batam,

    2000 Semester I 2010

  • Batam Economic Outlook 2011 17

    Sebagaimana halnya yang umum terjadi pada negaranegara berkembang,

    inflasi di Batam relatif lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural

    ekonomi bila dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat monetary policies. inflasi di

    Batam dipicu oleh kenaikan harga komoditi impor (imported inflation) karena

    sebagian besar industri di Batam berbahan baku impor dan membengkaknya

    hutang luar negeri akibat dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar

    Amerika, Singapura dan mata uang asing lainnya. Akibatnya, untuk mengendalikan

    tekanan inflasi, maka terlebih dahulu harus dilakukan penstabilan nilai tukar rupiah

    terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika.

    Inflasi di Batam akan bisa dikurangi dengan meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi regional melalui pelaksanaan atau realisasi Undang-Undang Pemerintah

    Daerah yang lebih ditingkatkan terutama dalam hal meningkatkan Pendapatan Asli

    Daerah yang akan mendukung Infrastruktur pembangunan di derah Kota Batam

    misalnya dengan diterapkannya UU No. 44 Tahun 2007 tentang Kawasan

    Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPB & PB), serta PP No. 45 Tahun

    2007 tentang Penetapan Batam sebagai KPB & PB yang diharapkan memberikan

    insentif fiskal berupa tax holiday (pembebasan pembayaran pajak pada periode

    tertentu). Dikeluarkannya Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan

    Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    (UMKM), diharapkan akan meningkatkan anggaran kredit pemberdayaan UKM dan

    market revenue akan semakin meningkat juga.

    b. Investasi

    Ketika Batam ditetapkan untuk dikembangkan menjadi daerah industri pada

    1973, kampanye untuk memancing modal asing (PMA) maupun lokal (PMDN)

    gencar dilakukan Pemerintah. Pada semester I 2010, tercatat sebanyak 1.185

    penanaman modal asing (PMA), 190 penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan

    9.152 usaha kecil menengah (UKM) pada Juni 2010 dan dengan total investasi

    mencapai US$14,17 miliar. Jumlah investasi sebesar itu berasal dari investasi

    pemerintah sebesar 19,55 persen (US$2,77 miliar), investasi swasta asing sebesar

    40,01 persen (US$5,67 miliar), dan investasi swasta domestik sebesar 40,44 persen

    (US$5,73 miliar).

  • 18 Batam Economic Outlook, 2011

    Peran swasta di dalam kegiatan investasi di Kota Batam telah memberikan

    dampak positif tidak saja kepada daerah Kota Batam, tetapi juga memberikan

    kontribusi yang cukup signifikan untuk Pemerintah Pusat dalam hal sumbangan

    pajak. Maka tak heran apabila hingga semester I 2010 kontribusi pajak pada

    pemerintah pusat mencapai Rp3.239,64 miliar.

    Tabel 2.4 Jumlah Proyek dan Nilai Realisasi PMDN dan PMA Batam Tahun 2000-2009

    Table 2.4 Total Project and Real Investment Value of PMDN (Local Company)

    and PMA (Foreign Company) in Batam

    Tahun Year

    PMDN (Local Company)

    P M A (Foreign Company)

    Jumlah Proyek Total

    Project

    Nilai Realisasi (Miliar Rp)

    Real Investment

    Value (Billion IDR)

    Jumlah Proyek Total

    Project

    Nilai Realisasi (Juta USD)

    Real Investment

    Value (Million USD)

    (1) (2) (3) (4) (5)

    2000 2 1.70 77 233.00

    2001 3 332.72 60 437.54

    2002 2 8.50 80 225.77

    2003 0 0.00 77 149.61

    2004 1 2.00 62 182.73

    2005 4 355.34 63 265.60

    2006 4 353.68 81 386.90

    2007 4 1,926.73 79 298.86

    2008 7 27.78 77 422.99

    2009 17 150.51 83 358.65

    Dari nilai investasi yang ditanamkan pihak swasta sektor industri menjadi

    primadona yang menyerap tak kurang 50 persen investasi. Menyusul kemudian

    investasi di bidang perdagangan dan jasa, perumahan, pariwisata, dan baru

    kemudian pertanian termasuk di dalamnya sub sektor perikanan termasuk

    perikanan laut.

  • Batam Economic Outlook 2011 19

    Keberadaan industri di Batam diletakan pada suatu kawasan industri yang

    dibagi kepada tingkat industri itu sendiri. Adapun macam industri di Batam

    dibedakan menjadi dua bagian, yaitu Industri berat dan Industri ringan. Golongan

    industri berat di dominasi oleh industri galangan kapal, industri fabrikasi, industri

    baja, industri logam dan lainnya. Sementara itu, golongan industri ringan meliputi

    industri manufacturing, industri elektronika, industri garment, industri plastik dan

    lainnya. Dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai, maka jalur mobilitas

    menjadi semakin mudah dan cepat. Selain penyusunan lokasi menjadi rapi,

    keberadaan perusahan pada satu kawasan menjadi kemudahan kepada

    perusahaan untuk proses berikutnya.

    c. Ekspor dan Impor

    Sesuai dengan tujuan pembentukan Batam sebagai pusat pengembangan

    industri, maka tidak mengherankan bila kegiatan perekonomian Batam didominasi

    sektor industri yang berorientasi ekspor. Pada 2009 ekspor dari Batam tercatat

    sebesar US$5,75 miliar, dan hingga Maret 2010 nilai ekspornya sudah mencapai

    US$2,31 miliar. Sementara itu, impor barang yang tercatat sampai Juni 2010 adalah

    sebesar US$4.236,61 juta dengan berat 1.613,35 ton.

    Grafik 2.2 Perkembangan Nilai dan Laju Ekspor Batam

    Tahun 2000 2009

    Figure 2.2 Growth of Batam Rate Export Value,

    2000-2009

  • 20 Batam Economic Outlook, 2011

    Nilai ekspor pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 9,59 persen

    dibanding tahun sebelumnya. Selama periode 2000-2009, nilai ekspor Indonesia

    sangat berfluktuasi. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 2000 sebesar Rp6,70 miliar

    dan terendah pada tahun Rp3,87 miliar. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun

    2000, yakni meningkat Rp1,90 miliar dibanding tahun 1999 (naik 39,58%),

    sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 yang menurun Rp2,73

    miliar dibanding tahun 2001 (turun 41,36%). Dalam periode tersebut, ekspor dari

    Batam memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 5,69 persen per tahun.

    Tabel 2.5. Perkembangan Nilai Ekspor Batam Tahun 2000-2010 (Miliar Rp)

    Table 2.5 Growth of Batam Export Value , 2000-2010

    (Billion IDR)

    Tahun Year

    Nilai Ekspor (Miliar Rp) Export Value (Billion IDR)

    (1) (2)

    2000 6.70

    2001 6.60

    2002 3.87

    2003 3.91

    2004 4.07

    2005 5.24

    2006 5.24

    2007 6.06

    2008 6.36

    2009 5.75

    Jan-Maret 2010 2.31

    Mesin/peralatan listrik merupakan komoditi yang paling banyak diimpor ke

    Batam selama Januari-Juni 2010 dan memberikan kontribusi sebesar 33,49 persen.

    Selanjutnya diikuti oleh mesin/pesawat mekanik, barang-barang dari besi dan baja,

  • Batam Economic Outlook 2011 21

    besi dan baja, dan perangkat optik dengan peranan masing-masing sebesar 20,94

    persen, 13,18 persen, 6,23 persen, dan 3,88 persen. Sedangkan sebanyak 22,28

    persen disumbang oleh komoditi lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa golongan barang modal masih mendominasi impor Batam.

    Tabel 2.6 Impor Batam Dirinci Menurut HS 2 Dijit

    Januari-Juni 2010

    Table 2.6 Classification of Batam Import by two digit number of HS Code

    January June 2010

    HS HS

    Uraian Description

    Berat Weight

    Nilai Value

    (000 Ton) (thousand ton)

    (Juta US$) (million USD)

    (1) (2) (3) (4)

    85 Mesin/Peralatan Listik 47,5 1 418,9

    84 Mesin/Pesawat Mekanik 55,2 887,2

    73 Barang-barang dari Besi dan Baja 352,0 558,3

    72 Besi dan Baja 303,3 264,1

    90 Perangkat Optik 2,7 164,3

    Lainnya 852,7 943,8

    Total Impor Batam 1 613,4 4 236,6

    d. Keadaan Sosial Budaya

    Penduduk Batam sampai dengan Juni 2010 tercatat sebanyak 1.024.726

    jiwa. Penyebaran penduduk per Kecamatan di Kota Batam dapat dikatakan tidak

    merata dengan konsenterasi masih pada Kecamatan yang berada di wilayah Pulau

    Batam yaitu sekitar 90% sedangkan sisanya menyebar di kecamatan diluar Pulau

    Batam.

  • 22 Batam Economic Outlook, 2011

    Grafik 2.3 Perkembangan Penduduk Batam

    Tahun 2000 Juni 2010

    Figure 2.3 Growth of Batam Population,

    2000-Juni 2010

    Sebagaimana hasil keputusan politik yang menjadikan Batam sebagai pusat

    pengembangan industri, perkembangan industrialisasi di Batam maju sangat pesat.

    Akibatnya Batam berkembang menjadi sentra ekonomi yang sangat kuat dan

    menjadi magnet bagi masyarakat untuk ikut mengundi nasib di Batam. Bagai

    pepatah ada gula ada semut , maka Batam berubah menjadi semacam gula yang

    kemudian banyak menyedot semut.

  • Batam Economic Outlook 2011 23

    Tabel 2.7 Rasio Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Penduduk Batam

    2000 - Juni 2010

    Table 2.7 Ratio Number of Labor and Population in Batam

    2000 June 2010

    Tahun Year

    Tenaga Kerja Labor

    Penduduk Population

    Rasio Ratio

    (1) (2) (3) (4)

    2000 157 283 462 293 0,340

    2001 163 764 527 151 0,311

    2002 172 709 533 521 0,324

    2003 187 842 562 661 0,334

    2004 224 260 591 253 0,379

    2005 224 379 685 787 0,327

    2006 256 131 713 960 0,359

    2007 243 857 724 315 0,337

    2008 265 775 899 944 0,295

    2009 265 431 988 555 0,269

    Juni 2010 270 476 1 024 726 0,264

    e. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pariwisata

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) Batam diproyeksikan akan mencapai

    Rp.326,16 miliar hingga Juni 2010, setelah sebelumnya di tahun 2009 tercatat

    sebesar Rp.196,47 miliar atau tumbuh sebesar 66 persen. Pencapaian PAD Batam

    tersebut, selain ditunjang oleh kegiatan pada sektor industri dan perdagangan, juga

    didorong oleh kegiatan pariwisata, baik oleh wisatawan domestik maupun turis

    asing.

  • 24 Batam Economic Outlook, 2011

    Tabel 2.8 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Jumlah Penerimaan Devisa dari Wisatawan MancanegaraTahun 2000-2010

    Table 2.8 Number of Foreign Tourists and Foreign Exchange Earnings From

    Foreign Tourists, in 2000-2010

    Tahun Year

    Jumlah Wisman Foreign Tourists

    Penerimaan Devisa dari Wisman (juta USD)

    Foreign Exchange Earnings (million USD)

    (1) (2) (3)

    2000 1,134,051 422.72

    2001 1,145,578 595

    2002 1,101,048 287.46

    2003 1,285,192 395.61

    2004 1,527,131 468.56

    2005 1,043,418 250.93

    2006 1,012,711 221.15

    2007 1,077,306 305

    2008 1,061,390 367.57

    2009 951,384 268.46

    2010 1.007.446 353.76 *Angka Estimasi / Estimation Number

    Selama 2000-2009, Batam dikunjungi wisman terbanyak pada tahun 2004

    yakni 1.527.131 orang dengan penerimaan devisa sebesar USD 468,56 Juta,

    namun penerimaan devisa tersebut bukanlah yang terbesar. Batam menerima

    devisa dari wisman terbesar pada tahun 2001 yakni USD 595,00 Juta, dimana

    jumlah wisman yang datang sebanyak 1.145.578 orang. Rata-rata jumlah wisman

    selama 2000-2009 adalah 1.133.921 orang dengan rata-rata penerimaan devisa

    dari wisman sebesar USD 358,25 Juta. Tahun 2010, jumlah wisman ke Batam

    1.007.446 dengan penerimaan devisa USD 353.76 juta

    2.3.2 Perkembangan Sektoral Ekonomi

    Kinerja perekonomian Batam yang digambarkan oleh Produk Domestik

    Regional Bruto (PDRB), selama 2005-2009 menunjukkan laju pertumbuhan yang

    lebih baik dibanding perekonomian secara nasional. Secara rata-rata, perekonomian

    Batam tumbuh 6,9 persen. Namun, laju pertumbuhan tersebut menunjukkan trend

  • Batam Economic Outlook 2011 25

    yang cenderung menurun. Tahun 2005, PDRB Batam tumbuh 7,7 persen, kemudian

    tumbuh lebih rendah pada tahun-tahun berikutnya sehingga pada akhir 2009 hanya

    tumbuh sebesar 4,7 persen. Hal ini disebabkan oleh adanya krisis ekonomi global

    yang melanda hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia, utamanya Batam

    yang memiliki kebijakan perekonomian lebih terbuka. Salah satu indikasinya adalah

    menurunnya nilai ekspor barang yang pada tahun 2008 mencapai USD 6,36 miliar

    menjadi USD 5,75 miliar pada tahun 2009, atau turun sekitar 9,6 persen.

    Tabel 2.9 Pertumbuhan Ekonomi Batam Tahun 2005 2009 (Dalam Persen)

    Table 2.9 Batam Economic Growth 2005-2009

    (in Percentage)

    Sektoral

    Sectoral 2005 2006 2007 2008 2009

    Rata-

    rata/Average

    2005-2009

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    Pertumbuhan Ekonomi 7.65 7.48 7.52 7.18 4.65 6.90

    Pertanian, peternakan,

    kehutanan, & perikanan

    9.70 0.70 1.45 3.28 2.66 3.56

    Pertambangan &

    penggalian

    86.68 (43.27) 2.04 2.25 1.21 9.78

    Industri pengolahan 7.49 6.90 7.70 6.42 3.73 6.45

    Listrik, gas, & air bersih 0.16 197.22 5.15 6.15 1.65 42.07

    Konstruksi 1.86 17.22 9.78 8.80 13.85 10.30

    Perdagangan, hotel, &

    restoran

    8.11 9.22 8.89 8.58 7.05 8.37

    Pengangkutan &

    komunikasi

    10.79 3.38 4.99 22.74 2.19 8.82

    Keuangan, real estat, &

    jasa perusahaan

    6.27 1.80 1.97 2.04 2.85 2.99

    Jasa-jasa 4.00 6.25 6.03 6.75 5.63 5.73

    Distribusi Sektoral

    PDRB

    100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Industri pengolahan 62.22 61.91 62.08 60.43 59.31 61.19

    Perdagangan, hotel, &

    restoran

    22.20 22.75 23.07 25.10 25.98 23.82

    Sektor Lainnya 15.58 15.34 14.85 14.48 14.71 14.99

  • 26 Batam Economic Outlook, 2011

    Secara sektoral, sebagai kawasan industri yang telah terintegrasi,

    perekonomian Batam sangat tergantung kepada sektor industri dan sektor

    perdagangan, hotel dan restoran. Kedua sektor tersebut memberikan andil yang

    sangat besar terhadap penciptaan nilai tambah selama kurun waktu 2005-200.

    Secara rata-rata, sektor industri memberikan andil sebesar 61,2 persen, sedangkan

    sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 23,8

    persen. Sehingga, penciptaan nilai tambah dari kedua sektor tersebut telah

    mencapai 85 persen dari total nilai tambah dalam perekonomian Batam.

    Selain memiliki berkontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Batam,

    sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran juga mengalami laju

    pertumbuhan yang cukup pesat dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut

    secara nasional dan laju pada sektor-sektor lainnya di Batam. Secara rata-rata,

    dalam kurun 2005-2008, kedua sektor tersebut tumbuh masing-masing sebesar 7,1

    persen dan 8,7 persen. Namun, pada tahun 2009 sektor industri mendapat tekanan

    terbesar akibat adanya krisis ekonomi global dan perlambatan ekonomi nasional.

    Pada tahun tersebut, sektor industri hanya mampu tumbuh sebesar 3,7 persen,

    dibawah laju pertumbuhan PDRB Batam secara keseluruhan.

    2.3.3 Perkembangan Infrastruktur

    Percepatan pembangunan infrastruktur di Batam seperti peningkatan

    kapasitas listrik yang tersedia, kapasitas air minum, jalan, pelabuhan, pelabuhan

    udara, jumlah hotel berbintang yang didukung peraturan-peraturan daerah yang

    harmonis dengan peraturan pusat sehingga akan memudahkan pihak swasta untuk

    melakukan bisnisnya.

    Kapasitas listrik yang tersedia baik tahun 2008 maupun tahun 2009 sebesar

    522,81 MW, ini berarti dibanding kapasitas listrik tahun 2006 dan 2007 mengalami

    peningkatan sebesar 55,4 MW atau naik 11,85 persen. Begitu pula dengan

    kapasitas air minum juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2000 sebesar

    1.210 liter per detik menjadi 2.352 liter per detik. Sementara itu, jumlah hotel

    berbintang meningkat dari 32 hotel ditahun 2000 menjadi 66 hotel ditahun 2009.

    Untuk mengatasi masalah kebutuhan perumahan masyarakat

    umum/pekerja akan rumah layak huni, pemerintah Batam bekerja sama dengan

  • Batam Economic Outlook 2011 27

    Kantor Menpera dan PT. Jamsostek, sejak tahun 2007 telah melakukan program

    pembangunan rusunawa (Rumah Susun Sewa) dan rusunami (Rumah Susun Hak

    Milik). Hingga tahun 2009, BP Batam telah membangun 23 Twin Blok rumah susun

    beserta fasilitas sosial dan fasilitas umum di beberapa lokasi seperti: Batu Ampar,

    Muka Kuning, Sekupang, Kabil, Tanjung Uncang, dan Tanjung Piayu dengan jumlah

    kamar sebanyak 1 568 unit untuk 6 528 orang.

    Dalam bidang transportasi yang merupakan sarana penunjang mobilitas,

    khususnya transportasi darat, Batam mengembangkan berbagai fasilitas kendaraan

    umum seperti taksi, bis, ojek, pancung. Selain transportasi darat, Batam yang

    merupakan daerah kepulauan, transportasi laut merupakan salah satu sarana yang

    penting. Penggunaan transportasi darat yang seperti taksi yang berbeda dengan

    daerah lain yakni tidak menggunakan argo serta penggunaan angkutan per jalur

    tertentu.

    Penggunaan jalur laut yang menghubungkan Batam dengan pulau-pulau

    disekitar maupun dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia,

    membuat pembangunan dan sarana transportasi laut cukup lengkap. Selain itu,

    Jalur udara juga menjadi andalan bagi masyarakat Batam untuk bepergian. Hampir

    seluruh maskapai penerbangan membuka rute Batam dengan kota-kota besar yang

    ada di Indonesia, sehingga mobilitas penduduk dapat teratasi dengan baik serta

    sarana pendukung yang memadai seperti jalan, lapangan terbang maupun

    pelabuhan.

    2.3.4 Perkembangan Kebijakan Perdagangan dan Investasi

    a. Kebijakan Perdagangan

    Dalam era perdagangan global, kebijakan perdagangan luar negeri (PLN)

    menjadi sangat penting. Di dalam menyusun kebijakan PLN, pemerintah Indonesia

    mempunyai komitmen terhadap sejumlah blok perdagangan, seperti WTO, APEC,

    ASEAN, EPA, dan KEK.

    Era perdagangan bebas adalah era persaingan. Oleh sebab itu Indonesia

    harus meningkatkan efisiensi, produktivitas, kapasitas produksi dan inovasi disetiap

    sektor untuk secara bersama menunjang peningkatan daya saing produk Indonesia

  • 28 Batam Economic Outlook, 2011

    dipasar dunia maupun di pasar domestik dalam menghadapi persaingan dari

    produk-produk impor. Ini tentu bukan hanya tugas dari Departemen Perdagangan,

    melainkan juga tanggung jawab dari semua departemen terkait. Oleh karena itu,

    efektivitas dari kebijakan perdagangan luar negeri, selain ditentukan oleh baik

    tidaknya kebijakan itu sendiri dan pelaksanaannya, juga ditentukan oleh kebijakan-

    kebijakan lainnya

    Kebijakan umum dibidang PLN pada dasarnya terdiri dari kebijakan ekspor

    dan kebijakan impor. Kebijakan tersebut merupakan implementasi dari fungsi

    pemerintah di sektor PLN seperti fungsi trade advocacy, market penetration, akses

    ke pasar dan lain-lain. Tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan

    ekspor dengan prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi.

    Sedangkan tujuan utama dari kebijakan impor adalah dua, yakni (1) mengurangi

    impor dengan prasyarat bahwa produksi dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan

    pasar dalam negeri dengan tingkat efisiensi yang paling tidak sama dengan produk

    impor, atau (2) menambah impor jika produksi dalam negeri tidak bisa memenuhi

    kebutuhan dalam negeri. Dalam kata lain, kebijakan PLN harus tetap berlandaskan

    pemikiran bahwa sebuah negara akan melakukan ekspor jika negara itu memiliki

    keunggulan komparatif dan kompetitif atas negara lain, dan, mengimpor jika

    sebaliknya.

    Dalam beberapa tahun belakangan ini pemerintah Indonesia juga berupaya

    membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan negara-negara yang

    berbatasan langsung. Yang sudah terbentuk adalah dengan Singapura. Tujuan dari

    pembentukan KEK ini adalah untuk meningkatkan perdagangan antara kedua

    negara, dan sekaligus juga merealisasikan pertumbuhan KEK di Indonesia,

    khususnya KEK di Batam, Bintan dan Karimun. Indonesia juga semakin gencar

    membentuk bilateral FTA atau EPA. Pemerintah berarguman bahwa dalam rangka

    meningkatkan daya saing Indonesia secara global, diupayakan perwujudan

    Economic Partnership Agreement (EPA) dengan banyak negara potensial. Misalnya

    bilateral FTA dengan Korea Selatan yang telah ditandatangani pada bulan Juni

    2006, dan EPA dengan Jepang (IJ-EPA), yang ditandatangani pada tanggal 25

    Januari 2006 lalu di Tokyo. Tujuan dari IJ-EPA ini adalah untuk meningkatkan

    perdagangan antar kedua negara, dan untuk mewujudkannya ada tiga pilar penting,

  • Batam Economic Outlook 2011 29

    yakni kerja sama peningkatan kapasitas produksi antara kedua pemerintah yang

    dilakukan melalui pusat pengembangan industri manufaktur yang akan difasilitasi

    Jepang, fasilitas perdagangan, serta liberalisasi yang menghapus sebagian besar

    tarif bea masuk ke kedua negara. akan memfokuskan pada peningkatan kapasitas

    di 13 sektor penunjang investasi Jepang di Indonesia, yaitu pengerjaan logam,

    percetakan alat mesin, promosi ekspor dan investasi, usaha kecil dan menegah

    (UKM), komponen otomotif, elektronik, baja, tekstil, petrokimia/oleokimia, logam non

    besi, dan makanan dan minuman. Ke 13 sektor itu masuk program pengembangan

    kapasitas industri melalui Manufacturing Industry Development Centre (MIDEC).

    MIDEC adalah bagian dari pilar pengembangan kapasitas untuk meningkatkan daya

    saing produk Indonesia.

    Pemerintah Indonesia menyadari bahwa daya saing global Indonesia

    cenderung melemah, dan oleh karena beberapa hal pokok yang perlu dilakukan

    dalam upaya meningkatkan daya saing Indonesia, yang dijabarkan dalam empat

    misi utama. Keempat misi tersebut adalah:

    1) Meningkatkan kelancaran distribusi, penggunaan produk dalam negeri,

    perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan;

    2) Memaksimumkan keuntungan daya saing bangsa Indonesia dalam

    persaingan global;

    3) Mewujudkan pelayanan publik dan good governance;

    4) Meningkatkan peran penelitian dan pengembangan, dan proses konsultasi

    publik dalam pengambilan keputusan di sektor perdagangan.

    Guna mencapai misi tersebut, Departemen Perdagangan menggunakan

    metode Balanced Score Card sebagai alat untuk menjembatani rencana strategis

    dengan operasional agar pencapaiannya dapat terwujud dan terukur, secara merata

    di seluruh penjuru Indonesia. Selain hal-hal di atas, juga menyadari pentingnya arti

    sinergi antara pusat dan daerah sehingga seluruh kebijakan dan implementasinya

    dapat terkordinasikan dan dijalankan dengan baik. Selain itu, pemerintah terus

    berusaha memperkuat posisinya di dalam WTO, agar Indonesia bisa lebih

    diuntungkan oleh kesepakatan-kesepakatan WTO.

    Untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri, upaya yang

    dilakukan Departemen Perdagangan antara lain menurunkan ekonomi biaya tinggi,

  • 30 Batam Economic Outlook, 2011

    memperlancar arus barang dan jasa, serta meningkatkan daya saing komoditi

    ekspor. Implementasinya dengan menyederhanakan prosedur perizinan,

    mengurangi hambatan distribusi (perda dan retribusi); transparansi kebijakan dan

    memfasilitasi infrastruktur perdagangan dalam negeri.

    Agar keempat misi tersebut dapat dilakukan secara optimal, diperlukan

    adanya pemahaman bersama dari semua stakeholders dalam mendukung

    peningkatan daya saing produk Indonesia. Untuk itu, Departemen Perdagangan

    telah menyusun road map peningkatan daya saing produk Indonesia dengan target

    pada tahun 2010 akan tercipta 200 merk yang mempunyai daya saing di pasar

    domestik dan internasional. Ke-200 merk tersebut akan menjadi produk-produk

    dengan disain yang bagus buatan Indonesia dengan dukungan 3 kekuatan

    (branding, packaging, product design); yang dilindungi dengan HKI. Sementara itu,

    peranserta daerah dalam hal ini dapat diwujudkan melalui pemetaan produk

    unggulan yang bermerk yang siap bersaing di pasar Internasional.

    .b. Kebijakan Investasi

    Sebenarnya Pemerintah telah banyak berupaya meningkatkan investasi riil

    di Indonesia. Terakhir adalah dengan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi 2008-

    2009 yang tertuang dalam Inpres Nomor 5 tahun 2008 tentang Fokus Program

    Ekonomi 2008-2009. Paket ini memuat berbagai kebijakan ekonomi yang dapat

    dikelompokkan ke dalam 8 bidang, yakni kebijakan perbaikan iklim investasi,

    kebijakan ekonomi makro dan keuangan, kebijakan ketahanan energi, dan

    kebijakan sumber daya alam, lingkungan dan pertanian.

    Dari program-program yang terdapat dalam paket kebijakan investasi tersebut,

    salah satu yang menjadi fokus program adalah pembentukan perusahaan dan izin

    usaha. Masalah pelayanan perizinan, selama beberapa tahun belakangan ini,

    memang sering dikeluhkan oleh pengusaha karena pelayanan perizinan di

    Indonesia sebelum dan sesudah otonomi daerah membawa implikasi pada

    pungutan yang lebih besar dan biaya resmi. Biaya pungutan dan mekanisme

    prosedur perizinan ini merupakan biaya traksaksi. Karena biaya transaksi terlalu

    tinggi, dampaknya menimbulkan biaya ekonomi tinggi. Untuk menggairahkan

    kegiatan investasi dan pelayanan investasi, pemerintah menawarkan konsep

  • Batam Economic Outlook 2011 31

    pelayanan satu atap. Kegiatan investasi pelayanan satu atap ini lahir dengan

    keluarnya Keppres No. 29 Tahun 2003.

  • 32 Batam Economic Outlook, 2011

  • Batam Economic Outlook 2011 33

    3.1 Prospek Perekonomian Global 2011-2014

    3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia

    Perekonomian dunia tampaknya telah melewati masa krisis. Data

    perekonomian dunia menunjukkan pemulihan perekonomian dunia tampaknya

    cukup kuat. Hal ini terlihat dari indikator-indikator perekonomian Amerika Serikat

    yang membaik. Membaiknya perekonomian Amerika Serikat diikuti pula oleh

    perbaikan perekonomian negara-negara lain di dunia. Pada tahun 2010 ekonomi

    Jepang tumbuh 2,8 persen. Uni Eropa tumbuh 1,7 persen. Sedangkan China dan

    India masing-masing tumbuh 10,5 dan 9,7 persen.

    Prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 masih akan cukup

    baik. Ekonomi Amerika Serikat diperkirakan akan tumbuh sekitar 2,3 persen.

    Sedangkan perekonomian Jepang dan China diperkirakan akan tumbuh masing-

    masing sebesar 1,5 dan 9,6 persen. India dan Korea tumbuh masing-masing 8,4

    dan 4,5 persen. Brazil diperkirakan akan tumbuh 4,1 persen pada tahun 2011

    Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, perekonomian dunia dimasa yang

    akan datang juga masih didukung oleh perekeonomian negara-negara berkembang

    yang tumbuh relatif lebih tinggi disbanding negara maju. Negara-negara

    berkembang yang diperkirakan memiliki pertumbuhan tinggi dimasa yang akan

    datang adalah China, India, Indonesia, Korea Selatan dan Brazil.

    BAB III - PROSPEK EKONOMI

    JANGKA MENENGAH (2011-2014)

  • 34 TOPIKAL ISU Masyarakat Ekonomi ASEAN | Batam Economic Outlook,

    2011

    Berikut ini perkiraan pertumbuhan perekonomian dunia 2010-2015:

    Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Dunia Tahun 2008 2015 (Dalam Persen)

    Table 3.1 World Economic Growth, 2008-2015

    (In Percentage)

    Negara/Kelompok

    Negara

    Country/Groups

    Aktual

    Actual

    Perkiraan

    Estimation

    2008 2009 2010 2011 2015

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Perekonomian Dunia 2.8 -0.6 4.8 4.2 4.6

    Negara-Negara Maju 0.2 -3.2 2.7 2.2 2.4

    Amerika Serikat 0.0 -2.6 2.6 2.3 2.6

    Uni Eropa 0.5 -4.1 1.7 1.5 1.7

    Jerman 1.0 -4.7 3.3 2.0 1.3

    Perancis 0.1 -2.5 1.6 1.6 2.1

    Belanda 1.9 -3.9 1.8 1.7 1.9

    Jepang -1.2 -5.2 2.8 1.5 1.7

    Negara maju lainnya 1.0 -2.3 4.2 3.1 3.2

    Inggris -0.1 -4.9 1.7 2.0 2.6

    Korea 2.3 0.2 6.1 4.5 4.0

    Singapura 1.8 -1.3 15.0 4.5 4.0

    Negara-Negara Sedang

    Berkembang 6.0 2.5 7.1 6.4 6.7

    Kawasan Eropa Timur

    & Tengah 3.0 -3.6 3.7 3.1 4.1

    Persemakmuran

    Inggris 5.3 -6.5 4.3 4.6 4.3

    Kawasan Asia 7.7 6.9 9.4 8.4 8.5

    China 9.6 9.1 10.5 9.6 9.5

    India 6.4 5.7 9.7 8.4 8.1

    Indonesia 6.0 4.5 6.0 6.2 7.0

    Amerika Latin & Karibia 4.3 -1.7 5.7 4.0 3.9

    Brasil 5.1 -0.2 7.5 4.1 4.1

    Timur-Tengah & Afrika

    Utara 5.0 2.0 4.1 5.1 4.9

    Afrika Sub-Sahara 5.5 2.6 5.0 5.5 5.4

    Sumber/Source: World Economic Outlook International Monetary Fund, Oktober

    2010

  • Batam Economic Outlook 2011 35

    3.2 Prospek Perekonomian Indonesia 2010-2014

    3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

    Dalam kurun waktu lima tahun mendatang (2010-2014), tantangan

    pembangunan, khususnya di bidang ekonomi tidaklah semakin ringan. Banyak

    tantangan yang akan dihadapi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    Indonesia di tengah persaingan global yang meningkat. Untuk menciptakan

    pembangunan yang inklusif, pembangunan memerlukan percepatan pertumbuhan

    ekonomi menuju di atas 6,5 persen per tahun dalam lima tahun mendatang.

    percepatan pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah pertumbuhan ekonomi

    yang mengikutsertakan sebanyak mungkin penduduk Indonesia (inclusive growth)

    sehingga turut menurunkan tingkat kemiskinan. untuk mengurangi kesenjangan

    antardaerah, pertumbuhan ekonomi harus tersebar ke seluruh wilayah Indonesia.

    Pertumbuhan ekonomi melalui investasi, diharapkan dapat menyerap tenaga kerja

    dalam jumlah besar. Pertumbuhan ekonomi tidak boleh merusak lingkungan hidup.

    Percepatan pembangunan infrastruktur dasar harus menjadi prioritas

    pembangunan. Agar tercapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan

    berkelanjutan, maka peningkatan produktivitas melalui peningkatan kualitas sumber

    daya manusia, utamanya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

    dilakukan.

    Perkembangan perekonomian pada tahun 2010 diperkirakan mengalami

    pertumbuhan ekonomi sebesar 6,09 persen. Prospek perekonomian diperkirakan

    tumbuh rata-rata 2010-2014 mencapai 6,56 persen. Pertumbuhan ekonomi yang

    cukup menggembirakan cukup membawa angin segar bagi perdagangan di

    Indonesia. Peningkatan perdagangan bisa dilihat dari peningkatan ekspor barang

    dan jasa sebesar 14,62 persen. Tahun 2011 di perkirakan ekspor barang dan jasa

    turun pertumbuhannya sekitar 10.88 persen dan rata-rata tahun 2010 - 2014 di

    perkirakan mengalami peningkatan ekspor barang dan jasa sebesar 11,87 persen,

    ini menunjukan produk-produk Indonesia mempunyai daya saing yang cukup kuat di

    pasaran Internasional. Dari sisi impor barang dan jasa di tahun 2010 juga

    mengalami peningkatan sebesar 17,03 persen dan tahun 2011 di perkirakan

    mengalami penurunan pertumbuhan impor sebesar 16,25 persen. Kinerja impor di

  • 36 TOPIKAL ISU Masyarakat Ekonomi ASEAN | Batam Economic Outlook,

    2011

    perkirakan mengalami peningkatan impor barang dan jasa rata-rata tahun 2010

    2014 sebesar 14,43 persen. Dari sini kita ambil kesimpulan pertumbuhan ekonomi

    yang didasari perdagangan masih belum bersifat jangka panjang.

    Meski demikian kita merasakan perekonomian di rasakan peningkatannya,

    itu bisa kita lihat investasi PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) tahun 2010

    sebesar 8,4 persen dan di tahun 2011 mengalami peningkatan investasi PMTB

    sebesar 10,3 persen, ini menandakan tanda tanda kegairahan kembangkitan

    kembali pelaku ekonomi. Di tahun 2013 dan 2014 di perkirakan investasi PMTB

    meningkat sebesar 10,61 persen dan 11.60 ini menunjukan investasi di Indonesia

    sangat menguntungkan, dan ini akan menstimulus peningkatan pertumbuhan

    ekonomi untuk sektor lainnya.

    Permintaan domestik diperkirakan tetap menjadi kekuatan utama

    pertumbuhan ekonomi, seperti kita lihat pada permintaan konsumsi rumah

    tangga/masyarakat pada tahun 2010 sebesar 4,87 persen mengalami peningkatan

    di tahun 2011 diperkirakan sebesar 5,57 persen. Permintaan konsumsi rumah

    tangga/ masyarakat di perkirakan terus tumbuh dengan semakin membaiknya

    perekonomian sehingga daya beli masyarakat terus meningkat. Di tahun 2013 dan

    tahun 2014 di perkirakan meningkat masing-masing sebesar 5,92 persen dan 6,10

    persen.

    Konsumsi pemerintah di tahun 2010 sebesar 2,23 persen dan tahun 2011

    konsumsi pemerintah mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 9,63 persen,

    tetapi ditahun 2012 dan 2013 di perkirakan konsumsi pemerintah mengalami

    penurunan pertumbuhan sebesar 7,64 persen dan 6,05 persen, sedangkan rata-rata

    pertumbuhan konsumsi pemerintah tahun 2010-2014 sebesar 6,07 persen.

    Prospek cerah pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat pada pertumbuhan

    tinggi pada sektor pengangkutan dan komunikasi di tahun 2010 sebesar

    13,17 persen. Tahun 2011 juga mengalami peningkatan 13,75 persen hingga tahun

    2014 pengangkutan dan telekomunikasi di perkirakan mengalami peningkatan 15,14

    persen. Selain itu sektor perdagangan, hotel dan restoran tahun 2010

    pertumbuhannya 9,56 persen dan tahun 2011 mengalami pertumbuhan 9,98 persen

  • Batam Economic Outlook 2011 37

    hingga tahun 2014 mengalami pertumbuhan 10,99 persen. Ini menunjukan

    peningkatan pertumbuhan yang stabil untuk kedua sektor tersebut.

    Tabel 3.2 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010 2014 (Dalam Persen)

    Table 3.2 Indonesia Economic Estimation, 2010-2014

    (in Percentage)

    Komponen/Sektor

    Component/Sector 2010 2011 2012 2013 2014

    Rata-

    rata/Average

    2010-2014

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    Pertumbuhan

    Ekonomi 6.09 6.36 6.57 6.78 7.00 6.56

    Sisi Permintaan

    Konsumsi

    Rumahtangga 4.87 5.57 5.74 5.92 6.10 5.64

    Konsumsi Pemerintah 2.23 9.63 7.64 6.05 4.80 6.07

    Investasi PMTB 7.99 8.88 9.71 10.61 11.60 9.76

    Ekspor Barang &

    Jasa 14.62 10.88 11.08 11.29 11.50 11.87

    (-) Impor Barang

    &Jasa 17.03 16.25 14.48 12.90 11.50 14.43

    Sisi Sektoral

    Pertanian,

    peternakan,

    kehutanan, &

    perikanan

    2.68 2.80 2.89 2.99 3.08 2.89

    Pertambangan &

    penggalian 3.42 3.57 3.68 3.80 3.93 3.68

    Industri pengolahan 4.18 4.37 4.51 4.65 4.81 4.50

    Listrik, gas, & air

    bersih 5.42 5.66 5.84 6.03 6.23 5.84

    Konstruksi 7.01 7.32 7.56 7.80 8.06 7.55

    Perdagangan, hotel,

    & restoran 9.56 9.98 10.31 10.64 10.99 10.29

    Pengangkutan &

    komunikasi 13.17 13.75 14.20 14.66 15.14 14.19

    Keuangan, real estat,

    & jasa perusahaan 6.08 6.35 6.56 6.77 6.99 6.55

    Jasa-jasa 5.63 5.87 6.07 6.26 6.47 6.06

    Sejalan dengan pergerakan perekonomian pertumbuhan keuangan, real

    estate dan jasa perusahaan di perkirakan 6,08 persen pada tahun 2010 dan tahun

  • 38 TOPIKAL ISU Masyarakat Ekonomi ASEAN | Batam Economic Outlook,

    2011

    2011 di perkirakan 6,35 persen sehingga dapat di perkirakan rata-rata tahun 2010-

    2014 akan tumbuh 6,55 persen. Kondisi ini juga membuat sektor jasa mengalami

    peningkatan di tahun 2010 di perkirakan 5,63 persen dan tahun 2011 di perkirakan

    meningkat 6,35 persen.

    Membaiknya perekonomian Indonesia merupakan momentum penguatan

    pertumbuhan ekonomi yang nantinya akan turut memperkuat daya beli masyarakat

    dan pemerintah, dengan begitu maka dilakukan pembangunan di segala bidang.

    Sektor konstruksi juga mengalami peningkatan pertumbuhan di tahun 2010 di

    perkirakan 7.01 persen dan ada tahun 2011 diperkirakan tumbuh 7,32 persen dan di

    harapka terus tumbuh seiring bergairahnya pembangunan.

    Sektor-sektor lain yang mengalami pertumbuhan adalah sektor listrik, gas

    dan air bersih, serta industri pengolahan. Listrik, gas dan air bersih diperkirakan

    5,42 persen pada tahun 2010 dan tahun 2011 di perkirakan 5,66 persen dan setiap

    tahun kedepannya di perkirakan akan terus meningkat. Peningkatannya bisa lebih

    tinggi seandainya sektor listrik, gas dan air bersih pengelolaanya di tangani lebih

    baik lagi. Sedangkan industri pengolahan di prediksikan juga akan terus meningkat

    perkirakan 4,18 persen pada tahun 2010 dan tahun 2011 di perkirakan sebesar 4,37

    persen.

    Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta

    pertambangan dan penggalian masih tumbuh lumayan, padahal Indonesia adalah

    Negara agraris dan terkenal akan kekayaan alamnya. Sektor pertanian, peternakan,

    kehutanan dan perikanan juga turut mengalami pertumbuhan di perkirakan 2,68

    persen pada tahun 2010 dan tahun 2011 di perkirakan tumbuh 2,80 persen.

    Sedangkan sektor pertambangan dan pengalian di perkirakan 3,42 persen pada

    tahun 2010 dan tahun 2011 di perkirakan tumbuh 3,57 persen, serta di perkirakan

    terus meningkat pada tahun 2013 dan tahun 2014 yakni masing-masing 3,80 persen

    dan 3,93 persen.

  • Batam Economic Outlook 2011 39

    3.2.2 Pertumbuhan Perdagangan dan Investasi Indonesia

    Kinerja perdagangan hingga September 2010 telah mencapai Surplus

    Neraca Perdagangan sebesar US$ 13,56 miliar meningkat dibandingkan periode

    yang sama tahun 2009 yang hanya surplus sebesar US$ 11,859 miliar. Surplus

    neraca perdagangan hingga bulan September 2010 mengalami peningkatan

    sebesar 14,38 persen dari surplus periode yang sama tahun 2009. Sektor

    nonmigas mempunyai kontribusi paling banyak terhadap surplus perdagangan yaitu

    sebesar US$ 13,88 miliar, sementara dari sektor migas mengalami defisit sebesar

    US$ 316 miliar.

    Rata-rata nilai ekspor bulanan hingga September 2010 sebesar US$ 12,33

    miliar perbulan, telah melebihi rata-rata nilai ekspor pada tahun 2009 dan tahun

    2008 yang hanya sebesar US$ 9,71 miliar perbulan serta US$ 11,42 miliar

    perbulan. Total ekspor hingga September 2010 meningkat 38,44 persen dibanding

    periode yang sama tahun 2009. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada Agustus 2010

    yaitu sebesar US$ 13,73 miliar, sementara yang terendah terjadi pada Pebruari

    2010 sebesar US$ 11,17 miliar.

    Nilai ekspor dan impor tertinggi tercatat pada tahun 2008 sebesar US$

    137,02 miliar dan US$ 129,19 miliar selama 5 (lima) tahun terakhir dan

    pertumbuhan ekspor rata-rata sebesar 6,44 persen pertahun sedangkan

    pertumbuhan impor rata-rata sebesar 20,88 persen pertahun. Sedangkan surplus

    perdagangan tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar US$ 39,77 miliar dan

    terendah pada tahun 2008 sebesar US$ 7,82 miliar.

    Tabel 3.3 Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2006 2010 ( US$ Juta )

    Table 3.3 Indonesia Trade Balance, 2006-2010 (million USD)

    Tahun Year

    Ekspor Export

    Impor Import

    Neraca Trade Balance

    Migas Nonmigas Total Migas Nonmigas Total Migas Nonmigas Total

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

    2006 21,209.50 79,589.10 100,798.60 18,962.90 42,102.60 61,065.50 2,246.60 37,486.60 39,733.20

    2007 22,088.60 92,012.30 114,100.90 21,932.80 52,540.60 74,473.40 155.7 39,471.70 39,627.50

    2008 29,126.30 107,894.20 137,020.40 30,552.90 98,644.40 129,197.30 -1,426.60 9,249.70 7,823.10

    2009 19,018.30 97,491.70 116,510.00 18,980.70 77,848.50 96,829.20 37.6 19,643.20 19,680.80

    2010 * 19,122.00 91,831.80 110,953.80 19,438.40 77,950.80 97,389.00 -316.4 13,881.00 13,564.80

  • 40 TOPIKAL ISU Masyarakat Ekonomi ASEAN | Batam Economic Outlook,

    2011

    *) Sampai September 2010 / Until September 2010

    Surplus neraca perdagangan hingga September 2010 tercatat sebesar

    US$ 13,56 miliar masih lebih rendah sekitar US$ 6,18 miliar dibanding tahun

    sebelumnya tetapi diperkirakan posisi akhir tahun akan lebih tinggi dari tahun 2009

    seiring dengan membaiknya kinerja ekspor. Rata-rata surplus perdagangan

    hingga September 2010 sebesar US$ 1,5 miliar perbulan. Selama tahun 2010 ini

    kinerja ekspor Indonesia menunjukan adanya indikasi perbaikan. Fluktuasi ekspor

    selama tahun 2010 dapat dikatakan relatif kecil bila dibandingkan dengan fluktuasi

    ekspor saat tahun 2008 dan 2009.

    Tabel 3.4 Neraca Perdagangan Indonesia Januari - September 2010 ( US$ Juta )

    Table 3.4 Indonesia Trade Balance, period January-September 2010

    Bulan Month

    Neraca Trade Balance

    Migas Non Migas Total

    (1) (2) (3) (4)

    Total -316,4 13 881 13 564,8

    Januari 408 1 697,4 2 105,4

    Pebruari 129,8 1 538,5 1 668,3

    Maret -83,5 1 885,2 1 801,7

    April -318,4 1 117,8 799,5

    Mei 392,7 2 283,6 2 676,3

    Juni -487,9 1058,0 570,1

    Juli -226,5 87,5 -139

    Agustus -213,3 1 768,2 1 555

    September 82,7 2 444,8 2 527,5

    Tingginya kinerja ekspor hingga September 2010 terutama disebabkan

    oleh semakin menguatnya ekspor non migas yang mampu memberikan

    kontribusi rata-rata setiap bulan sebesar US$ 10,203 miliar, angka ini jauh lebih

    tinggi dibandingkan tahun 2009 pada periode yang sama yang hanya

    memberikan kontribusi sebesar US$ 7,564 miliar perbulan. Angka ekspor non

    migas selama tahun 2010 merupakan rata-rata nilai yang tertinggi dalam 5 (lima)

  • Batam Economic Outlook 2011 41

    tahun terakhir dari tahun 2006. Kontribusi sektor non migas hingga September

    2010 naik sebesar 34,89 persen dibanding periode yang sama tahun 2009.

    Meningkatnya kinerja ekspor terutama sektor non migas hingga

    mencapai angka diatas US$ 10 miliar ini juga ditunjang oleh kebijakan ekonomi

    makro Indonesia yang stabil dan realisasi investasi. Hal ini antara lain

    ditunjukkan oleh kenaikan impor disebabkan adanya tingginya arus permintaan

    barang modal dan bahan baku/penolong untuk kebutuhan industri sebagai

    investasi di dalam negeri.

    Tabel 3.5 Impor Menurut Golongan Barang 2006 2010 ( US$ Juta )

    Table 3.5 Import by Categories, 2006-2010 (Million USD)

    Golongan Barang Category if Goods

    2006 2007 2008 2009 2010*

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Barang Konsumsi 4 588, 12 6 539, 07 8 303, 71 6 752, 64 7 172, 56

    Bahan Baku & Penolong

    47 243, 38 56 484, 71 99 492, 72 69 638, 10 70 754, 99

    Bahan Modal 9 233, 95 11 449 ,63 21 400, 88 20 438 ,49 19 461, 43

    *) Sampai September 2010 / until September 2010

    Kenaikan bahan baku dan bahan penolong hingga September 2010

    sebesar 45,17 persen serta barang modal naik sekitar 32,18 persen jika

    dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009. Kontribusi bahan baku

    dan penolong serta barang modal mencapai 92,64 persen dari total impor hingga

    September 2010.

    Kinerja investasi juga mengalami perbaikan yang signifikan, tercermin

    dari masuknya aliran modal asing dan terus dilakukan upaya perbaikan iklim usaha

    di dalam negeri. Dengan membaiknya kinerja investasi diharapkan akan

    menciptakan kondisi perdagangan yang lebih baik.

    Berdasarkan data dari BKPM selama triwulan 1 2010 realisasi investasi

    langsung sebesar US$ 10,46 miliar berasal dari PMA sebesar US$ 6,7 miliar dan

    PMDN 3,8 miliar. Pertumbuhan selama 5 (lima) tahun terakhir sangat berfluktuasi,

    pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang mengalami kenaikan sebesar

  • 42 TOPIKAL ISU Masyarakat Ekonomi ASEAN | Batam Economic Outlook,

    2011

    69,74 persen dibanding tahun 2006. Sedangkan rata-rata pertumbuhan hingga

    triwulan I 2010 sebesar 1,43 persen pertahun. Dilihat dari banyaknya proyek, baik

    PMA maupun PMDN mengalami kenaikan setiap tahun rata-rata sebesar sebesar

    9,51 persen.

    3.3 Prospek Perekonomian Batam 2011-2014

    3.3.1 Pertumbuhan Ekonomi Batam

    Stabilitas tingkat harga sejumlah komoditas barang & jasa di Batam selama

    tahun 2010 diperkirakan akan terus berlanjut hingga beberapa tahun mendatang

    dengan tingkat inflasi yang rendah. Hal ini terutama didukung oleh pembangunan

    infrastruktur yang semakin meningkat (baik oleh swasta maupun pemerintah) seiring

    dengan masih kuatnya permintaan domestik, serta meningkatnya harga minyak

    internasional sebagai imbas pemulihan ekonomi di negara-negara maju. Di sisi lain,

    perekonomian Batam pada beberapa tahun mendatang juga akan diwarnai oleh

    sentimen positif investor asing yang menanamkan modalnya di Batam, khususnya

    dari Singapura dan beberapa negara maju lainnya.

    Pemulihan perekonomian global dan ekspansi kinerja ekonomi nasional

    diperkirakan akan terus memberikan angin segar terhadap penciptaan nilai tambah

    perekonomian Batam tahun 2011, bahkan hingga tahun 2014. Meningkatnya kinerja

    investasi serta dorongan permintaan internasional diperkirakan akan mendorong

    laju perekonomian Batam tumbuh sebesar 8,11 persen, untuk selanjutnya tumbuh

    sebesar 8,03 persen pada tahun 2014. Sektor industri yang memiliki peran sekitar

    60 persen, diperkirakan akan tumbuh ekspansif sebesar 8,25 persen, untuk

    kemudian tumbuh sebesar 8,78 persen pada tahun 2014. Sementara itu, seiring

    dengan masih kuatnya permintaan domestik, nilai tambah sektor perdagangan,

    hotel, dan restoran juga turut tumbuh sebesar 8,09 persen pada tahun 2011, untuk

    kemudian tumbuh sebesar 7,73 persen pada tahun 2014.

  • Batam Economic Outlook 2011 43

    Tabel 3.6 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Batam Tahun 2010 2014 (Dalam Persen)

    Table 3.6 Batam Economic Growth Estimation, 2010-2014

    (in Percentage)

    Sektoral

    Sectoral 2010 2011 2012 2013 2014

    Rata-

    rata/average

    2010-2014

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    Pertumbuhan Ekonomi 6.89 8.11 8.25 8.39 8.53 8.03

    Industri pengolahan 6.74 8.25 8.42 8.60 8.78 8.16

    Perdagangan, hotel, &

    restoran 9.18 8.09 6.45 7.88 7.05 7.73

    Sektor-sektor lainnya 3.41 7.47 10.89 8.36 10.14 8.06

    3.3.2 Pertumbuhan Perdagangan dan Investasi Batam

    Dengan semakin berhasilnya pembangunan yang diselenggarakan

    pemerintah Kota Batam, kemampuan masyarakat dan swasta juga semakin

    meningkat, baik dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan fisik/proyek

    maupun kemampuan dana untuk membiayainya. Sedangkan di lain pihak, sejak

    berubahnya orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non migas, sejalan dengan

    merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak tahun 1982), menyebabkan

    kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional semakin

    berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan posisinya

    sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan kondisi seperti ini,

    menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama pembangunan

    nasional beralih ke pihak swasta nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi

    pun beralih dari pemerintah beralih ke non pemerintah (masyarakat dan swasta).

  • 44 TOPIKAL ISU Masyarakat Ekonomi ASEAN | Batam Economic Outlook,

    2011

    Tabel 3.7 Perkiraan Nilai Ekspor ke Luar Negeri dan Investasi Batam 2010 2014 (Dalam Persen)

    Table 3.7 Estimation of Batam Export Value and Investment,

    2010-2014 (in Percentage)

    2010 2011 2012 2013 2014

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Ekspor Batam keLuar Negeri 9.24 9.99 11.20 12.58 14.10

    Posisi Investasi (Milar USD) 14.17 14.51 14.85 15.34 15.87

    Investasi Pemerintah (Miliar

    USD) 2.77 2.96 3.11 3.27 3.45

    Investasi Swasta Domestik

    (Miliar USD) 5.73 5.54 5.68 5.74 5.93

    Investasi Swasta Asing (Miliar

    USD) 5.67 6.01 6.05 6.33 6.49

    Hal tersebut telah memberikan beberapa implikasi bagi pembangunan di

    Batam. Implikasi pertama, kegiatan fisik pemerintah daerah semakin menurun dan

    terbatas hanya pada penyediaan publik goods, seperti air minum, tenaga listrik,

    telepon, sekolah, dan rumah sakit/puskesmas. Kedua, karena sebagian besar

    kegiatan fisik pembangunan berada di tangan masyarakat/swasta, untuk menjamin

    bahwa kegiatan masyarakat itu secara menyeluruh akan mengarah pada sesuatu

    yang kita inginkan bersama, maka diperlukan suatu kesepakatan mengenai tujuan

    umum ke mana pembangunan bangsa ini mengarah atau suatu visi mengenai masa

    depan. Ketiga, karena sebagian besar kegiatan fisik pembangunan sudah berada di

    tangan masyarakat/swasta, maka masyarakat/swasta sekarang berada di depan

    sebagai pelopor pembangunan dan pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator

    pembangunan bukan saja dengan menyediakan public goods, tetapi juga melalui

    kebijakan publik untuk mengarahkan dan mendukung kegiatan masyarakat/swasta.

  • Batam Economic Outlook 2011 45

    Tabel 3.8 Proyeksi Nilai Kerjasama Investasi di Batam 2010 2014 (Dalam Persen)

    Table 3.8 Projection of Investment Cooperation in Batam, 2010-2014

    (in Percentage)

    2010 2011 2012 2013 2014

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    PMA