baru

download baru

of 21

description

ada yang abru

Transcript of baru

19

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Kelebihan Berat Badan Remaja 2.1.1 RemajaMasa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan hormonal, kognitif, dan emosional (Soetardjo, 2011). Dan menurut AMI (2007) dan IDAI (2013) remaja atau adolesens adalah individu, baik pria maupun wanita, yang sedang berada di tengah-tengah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.ditambahakan oleh Arisman (2013) tentang definisi masa remaja jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir diusia 18 tahun, memang sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial dan gizi.Beberapa klasifikasi periode umur remaja seperti : klasifikasi World Health Organization (WHO), kelompok umur ini berada pada usia antara 10 sampai 19 tahun, sementara United Nations Childrens Fund (UNICEF) mengatakan bahwa orang muda adalah antara umur 15 dan 24 tahun (AMI, 2007). Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah (IDAI, 2013).Sedangkan menurut Almatsier (2011) masa remaja yaitu usia 10-18 tahun merupakan tahap tumbuh kembang yang luar biasa secara fisiologis, psikologis dan sosial. Dan menurut Hurlock (1981) dalam IDAI (2013), remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi.2.1.2 Kebutuhan dan angka kecukupan gizi remajaHardinsyah dan Martianto (1996) dalam Shinta (2011) membedakan pengertian istilah kebutuhan gizi dan kecukupan gizi. Kebutuhan gizi (nutrient requirements) adalah banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh seseorang agar hidup sehat. Sedangkan kecukupan gizi (recommended dietary allowances) adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipengaruhi seseorang agar hampir semua orang hidup sehat.Dan ditambahkan oleh Almatier (2011) dan Sujana (2011) angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) didefinisikan sebagai tingkat konsumsi energi dan zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan ilmu pengetahuan mutakhir dinilai cukup memenuhi kebutuhan gizi untuk pemeliharaan hampir semua penduduk sehat di suatu populasi. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil dan menyusui. Dalam perhitungan angka kecukupan gizi yang dianjurkan sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, dimana kebutuhan yang dianjurkan sudah mencakup hampir 97,5% populasi, dan untuk kecukupan beberapa zat gizi seperti vitamin, mineral sudah diperhitungkan sampai cadangan zat gizi dalam tubuh. Sehingga perhitungan kecukupan zat gizi sudah memperhitungkan penambahan sebesar dua kali simpang baku (standar deviasi) dari kebutuhan rata-rata penduduk yang sehat.Arisman (2003) menyatakan kebutuhan energi orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan energi yang dapat dimetabolisme dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran energi, ditambah dengan kebutuhan tambahan untuk pertumbuhan, kehamilan dan penyusuan yaitu energi makanan yang di perlukan untuk memelihara keadaan yang telah baik.Makanan yang mengandung zat gizi yang seimbang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan khususnya masa remaja. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya (Bonowati et al, 2011). Kebutuhan gizi terus berubah didasarkan pada umur dan gender, sesuai dengan proses tumbuh-kembang tubuh. Sejak lahir hingga usia 10-12 tahun, terjadi peningkatan kebutuhan energi dan zat-zat gizi dengan kemungkinan perbedaan kebutuhan perorangan pada golongan umur yang sama sesuai dengan pola pertumbuhan perorangan. Dengan diawalinya usia remaja, terjadi perbedaan perkembangan seks pada pria dan wanita. Mulai saat itulah kebutuhan gizi antar gender berbeda. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada kanak-kanak berakhir pada masa remaja ini. Laju pertumbuhan masing-masing pada masa remaja tidak sama sehingga perbedaan dalam pendewasaan (maturation). Inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju metabolisme, kebutuhan gizi, dan kemampuan berpikir (Almatsier, 2011). Pertumbuhan memang sebagai dasar untuk menentukan kecukupan gizi (Soetardjo,2011). Tetapi sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi, kalsium, dan beberapa vitamin ternyata masih kurang (Arisman, 2003). Pada akhirnya manusia bergantung pada persedian bahan pangan untuk kelangsungan hidupnya. Persediaan bahan pangan ini berasal dari pangan hewani dan nabati. Untuk memenuhi kebutuhan gizi, seseorang harus tiap hari memakan beraneka ragam bahan pangan dari kedua sumber itu (Almatsier, 2011).RISKESDAS (2013) menyatakan status gizi anak umur 5-18 tahun dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur yaitu 5-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada hasil pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur (TB/U) dan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U).

Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi Usia RemajaZat giziPriaWanita

10-12 tahun13-15 tahun16-18 tahun10-12 tahun13-15 tahun16-18 tahun

Energi (kkal)205024002600205023502200

Protein (g)506065505755

Vitamin A (RE)600600600600600600

Vitamin D (g)555555

Vitamin E (mg)111515111515

Vitamin K (g)355555355555

Tiamin (mg)1,01,21,31,01,11,1

Riboflavin (mg)1,01,21,31,01,01,0

Niasin (mg)121416121314

Asam folat (g)300400400300400400

Piridoksin (mg)1,31,31,31,21,21,2

VitaminB12 (g)1,82,42,41,82,42,4

Vitamin C (mg)507590506575

Kalsium (mg)100010001000100010001000

Fosfor (mg)100010001000100010001000

Magnesium (mg)170220270180230240

Besi (mg)131915202626

Yodium (g)120150150120150150

Seng (mg)14,017,417,012,615,414,0

Selenium (g)203030203030

Mangan (mg)1,92,22,21,61,61,6

Fluor (mg)1,72,32,71,82,42,5

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004

2.1.3 Kebiasaan Makan Remaja Salah satu kelompok usia dalam masa perkembangan adalah periode remaja atau dewasa muda. Pencarian identitas yang menjadi fokus pada periode remaja merupakan proses penting dan sehat yang didasarkan pada periode sebelumnya dan menjadi dasar untuk menghadapi kehidupan dewasa. Sementara dewasa muda atau remaja merupakan periode dimana seseorang berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi dan daya tahan (Papalia et al, 2008 dalam Saufika et al, 2012). Faktor-faktor tersebut berhubungan dengan kebiasaan makan dan gaya hidup pada remaja. Menurut Soetardjo (2011) remaja mempunyai kebiasaan makan di antara waktu makan, berupa jajanan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pilihan jenis makanan yang mereka lakukan lebih penting dari pada tempat atau waktu makan. Kemudahan memperoleh makanan siap santap (fast food) juga mempengaruhi kebiasaan makan remaja. Remaja berupaya untuk memegang tanggung jawab lebih besar dalam menjalankan kehidupan, termasuk dalam mengkonsumsi makanan. Hal-hal yang berpengaruh dalam kebiasaan makan remaja antara lain adalah: kebiasaan makan keluarga, pengaruh teman, nafsu makan, media, dan kesediaan pangan. Bentuk tubuh yang diinginkan, misalnya ingin langsing dan cantik sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan remaja (Almatsier, 2011).Orang tua mempunyai peranan penting dalam membentuk kebiasaan makan anak-anak, khususnya sewaktu masih berusia balita. Pada waktu anak menginjak usia remaja, kebiasaan makan di samping itu dipengruhi oleh lingkungan, teman sebaya, kehidupan sosial, dan kegiatan yang dilakukan di luar rumah (Soetardjo, 2011). Sedangkan menurut Almastsier (2011) kebiasaan makan masa kecil dipengaruhi oleh perhatian dan pengetahuan ibu tentang makanan apa yang baik dan yang tidak baik diberikan pada anak, kebiasaan makan keluarga dan lingkungan serta kemampuan ekonomi keluarga untuk menyediakan makanan yang sesuai. Suhardjo (1989) dalam Riyadi (2010) menyatakan ketersediaan pangan merupakan faktor penentu kebiasaan makan di suatu masyarakat .Di Indonesia terdapat pula perbedaan kebiasaan makan antar suku. Misalnya penduduk di Sumatra terutama Sumatra Barat menyukai makanan yang pedas, sedangkan di Jawa, terutama Jawa Tengah menyukai makanan yang manis. Penduduk Indonesia bagian timur lebih meyukai makan ikan, karena daerah tersebut banyak menghasilkan ikan (Almatsier, 2011). Menurut hasil RISKESDAS 2007 (depkes RI, 2008) sebanyak 93,6% remaja usia 10-14 tahun dan 93,8% usia 15-24 tahun kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Menyantap sayur dan buah kurang dari lima kali sehari termasuk dalam katagori kurang (Soetardjo, 2011).Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap perubahan-perubahan yang ada di lingkungan sekitarnya, khususnya masalah konsumsi makanan. Masalah yang terkait dengan konsumsi makanan yaitu kebiasaan remaja yang sangat beragam terhadap makanan yang dikonsumsi, seperti bersifat acuh terhadap pemilihan makanan yang dikonsumsinya padahal tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, makan berlebih, mengikuti trend dengan makan cepat saji tanpa memperhatikan kecukupan gizi yang mereka butuhkan lupa waktu makan karena padatnya aktivitas dan sebagainya (Moehji, 2003 dalam Suryani et al, 2010).2.1.4 Kelebihan Berat BadanGizi lebih atau dalam istilah awam lebih dikenal sebagai kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan nutrisi yang berlebihan sehingga menghasilkan ketidakseimbangan energi antara konsumsi makanan dan pengeluaran energi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Oktaviani et al, 2012). WHO (2013) kegemukan didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Pernyataan ini didukung oleh Muwahidah dan Dian (2008) obesitas pada anak-anak akan menjadi masalah kesehatan karena obesitas merupakan faktor resiko dari berbagai masalah kesehatan yang biasanya dialami orang dewasa seperti diabetes melitus, hipertensi dan kolesterol tinggi.Kelebihan berat badan meningkatkan risiko kematian untuk semua penyebab kematian. Kelebihan berat badan merupakan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebih. Dr. Stephan von Haehling dari Imperial College School of Medicine, London, melihat bahwa obesitas saat ini telah menjadi ancaman kesehatan di seluruh dunia (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Kelebihan berat badan dan obesitas keduanya merupakan label yang rentang berat badan dan tinggi badan yang lebih besar dari apa yang umumnya dianggap sehat (CDC, 2012).

2.1.2 Epidemiologi Kelebihan Berat BadanPrevalensi kegemukan dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong kegemukan dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami kegemukan dan 4% mengalami obesitas. Penderita obesitas atau kelebihan berat badan di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan data sensus tahun 1989, prevalensi obesitas di Indonesia adalah 1,1% dan 0,7%, masing-masing untuk kota dan desa. Angka tersebut meningkat hampir lima kali menjadi 5,3% dan 4,3% pada tahun 1999 (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Prevalensi gizi lebih (kegemukan dan obesitas) di seluruh dunia mengalami tren yang terus meningkat dalam sekitar 30 tahun terakhir. Salah satu kelompok umur yang beresiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur remaja (Okaviani et al, 2012). Menurut RISKESDAS 2013, prevalensi kelebihan berat badan pada remaja umur 1618 tahun, terjadi peningkatan 1,4 persen pada tahun 2007 menjadi 7,3 persen pada tahun 2013 (5,7 persen kegemukan dan 1,6 persen obesitas). Provinsi dengan prevalensi kegemukan tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%). Lima belas Provinsi dengan prevalensi sangat gemuk di atas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Papua, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, DKI Jakarta dan Riau sendiri belum diketahui pasti (Riskesdas, 2013).

2.1.3 Penilaian Status Gizi Untuk menentukan seseorang memiliki status gizi lebih atau gizi kurang dapat dilakukan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan indeks sederhana dari berat badan dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kurus, kelebihan berat badan dan obesitas. Hal ini didefinisikan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2) (WHO, 2013).

BMI = BERAT BADAN (KG) TINGGI BADAN (m)2 Tabel 3. The International classification of adult underweight, kegemukan and obesity according to BMIClassificationBMI(kg/m2)

Principal cut-off pointsAdditional cut-off points

Underweight