bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas...
Transcript of bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas...
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN JEPARATAHUN 2017
i
PEMERINTAH KABUPATEN JEPARABADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN,
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAHJL. PATTIMURA NO. 4 JEPARA 59416TELP./FAX. (0291) 592478
Web : bappeda-jeparakab.net Email : [email protected]
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN,PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN JEPARA
NOMOR : 050/066TAHUN 2017
TENTANG
DATABASE CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN JEPARA
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN JEPARA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pemanfaatan cagar
budaya di Kabupaten Jepara, perlu disusun database
cagar budaya di Kabupaten Jepara;
b. bahwa untuk maksud tersebut huruf a, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Bappeda
Kabupaten Jepara.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
ii
Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5587), sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan
Benda Cagar Budaya di Museum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 3599);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2015 tentang Museum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5733);
8. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42
Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelestarian Kebudayaan;
9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor PM.40/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman
Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Situs;
iii
10. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 3
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang
menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah
Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah Kabupaten
Jepara Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Nomor 2);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 18
Tahun 2012 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Tahun 2012 Nomor 18,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara
Nomor 15);
12. Peraturan Bupati Jepara Nomor 29 Tahun 2007
tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara (Berita
Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007 Nomor 55).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Menetapkan Database Cagar Budaya Di Kabupaten
Jepara sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KEDUA : Database sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU Keputusan merupakan suatu database sebagai
acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah
terkait pembangunan cagar budaya di Kabupaten Jepara.
KETIGA : Database dimaksud disusun dalam rangka melakukan
identifikasi, inventarisasi dan memberikan deskripsi
sejarah dari masing-masing cagar budaya yang tersebar
iv
di seluruh wilayah se Kecamatan Jepara.
KEEMPAT : Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara adalah :
I. Pendopo Kabupaten Jepara
II. Museum RA. Kartini
III. Logi Gunung (Benteng VOC)
IV. Masjid Agung Jepara (Masjid Baitul Makmur)
V. Klenteng Hok Tok Teng
VI. Gong Senen (Pradonggo Birowo)
KELIMA : Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara beserta
Lampirannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.
Ditetapkan di : JeparaPada tanggal : 2ember2014
KEPALA BAPPEDAKABUPATEN JEPARA
EDY SUJATMIKO, S.Sos, MM, MHPembina Utama Muda
NIP. 19690717 198803 1 001
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan segala
rahmat, taufiq dan hidayah_Nya, sehingga penyusunan DATABASE CAGAR
BUDAYA DI KABUPATEN JEPARA” dapat diselesaikan dengan baik. Database
ini disusun dalam rangka implementasi dari Laboratorium Kepemimpinan,
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan XCV Tahun 2017,
yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah
Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Jepara.
Sesuai dengan sebagaimana yang tercantum dalam milestone Rencana
Proyek Perubahan, bahwa untuk tahap jangka pendek ini lingkup lokasi dan
kewilayahan dalam penyusunan dibatasi pada identifikasi, inventarisasi dan
penulisan deskripsi sejarah (historis) dari masing-masing cagar budaya yang
tersebar di seluruh wilayah se Kecamatan Jepara. Adapun untuk jangka
menengah akan ditambahkan menjadi 6 kecamatan. Sedangkan untuk jangka
panjangnya, akan disusun database cagar budaya se Kabupaten Jepara.
Penyusunan Rancangan Proyek Perubahan ini tidak lain merupakan hasil
sinergi dari berbagai pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
Semoga tulisan kecil ini dapat bermanfaat serta Allah SWT menjadikannya
sebagai suatu amal ibadah yang mulia. Teriring doa jazakumullah khoiron katsir.
Amiin.
Jepara, Juli 2017
KEPALA BAPPEDAKABUPATEN JEPARA
EDY SUJATMIKO, S.Sos, MM, MHPembina Utama Muda
NIP. 19690717 198803 1 001
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
SURAT KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA ii
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR viii
DATABASE CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN JEPARA 1
I. PENDOPO KABUPATEN JEPARA 1
II. MUSEUM RA. KARTINI 3
III. LOJI GUNUNG (BENTENG VOC) 10
IV. MASJID AGUNG JEPARA (MASJID BAITUL MAKMUR) 14
V. KLENTENG HOK TOK TENG 19
VI. GONG SENEN (PRADONGGO BIROWO) 22
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pendopo Kabupaten Jepara 1
Gambar 2 Ruangan Di Pendopo 2
Gambar 3 Museum RA. Kartini 4
Gambar 4 Ruang 1 Museum RA. Kartini 5
Gambar 5 Ruang Pengobatan RMP. Sosrokartono 6
Gambar 6 Koleksi Benda Kuno 7
Gambar 7 Kerangka Ikan “Joko Tuo” 8
Gambar 8 Koleksi Ruang Kerajinan 9
Gambar 9 Makam Loji Gunung 10
Gambar 10 Fort Jepara 11
Gambar 11 Makam Kapten Tuck 12
Gambar 12 Sketsa Masjid Agung Jepara Tahun 1600 M 14
Gambar 13 Masjid Agung Jepara Sekitar Tahun 1950-an dan 1970-an 15
Gambar 14 Masjid Agung Jepara Tahun 1991 16
Gambar 15 Kaligrafi Di Serambi Masjid Agung 17
Gambar 16 Kaligrafi Di Ruang Induk Masjid Agung 18
Gambar 17 Pecinan Sekitar Tahun 1900-an 20
Gambar 18 Klenteng Hok Tok Teng 20
Gambar 19 Identitas Klenteng Hok Tok Teng 21
Gambar 20 Gong Senen 22
Gambar 21 Gamelan Di Pendopo Kabupaten Jepara 24
viii
DATABASE CAGAR BUDAYADI KABUPATEN JEPARA
I. PENDOPO KABUPATEN JEPARA1
Pendopo Kabupaten Jepara terletak di pusat kota Kabupaten Jepara,
dengan struktur layaknya tata kota di berbagai daerah di Pulau Jawa, yaitu
berdekatan dengan Alun-Alun Jepara dan Masjid Agung Jepara. Bangunan
Pendopo Kabupaten Jepara dibangun kurang lebih pada tahun 1750, yaitu pada
era pemerintahan Adipati Citro Sumo III. Beliau merupakan pimpinan
pemerintahan ke 23 yang menjabat selama kurun waktu 22 tahun (1730-1760).
Adapun ayah RA. Kartini merupakan Bupati Ke 31 yang menjabat selama kurun
waktu 24 tahun (1881-1905).
Gambar 1Pendopo Kabupaten Jepara
Pendopo Kabupaten Jepara terbagi menjadi beberapa ruangan. Sebagai
contoh, Ruang Peringgitan, Ruang ini dulu dipergunakan untuk menerima atau
1 Sumber : Diskominfo Kabupaten Jepara, 2017
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 1
menjamu tamu secara terbatas. Adapun sampai dengan saat ini pun, tempat
tersebut masih dipergunakan untuk ruangan makan prasmanan dan menerima
tamu terbatas.
Ruangan Rono Kaputren (ukiran tembus) atau berlubang dan blok ukir
sesuai dengan namanya Rono Keputren. Disebelah kiri ruangan tersebut, dulu
adalah ruangan kerja untuk Bapak Sekretaris Daerah (Sekda) dan sebelah kanan
adalah ruangan kerja Bapak Bupati Jepara.
Gambar 2 Ruangan Di Pendopo
Masuk ke ruangan keluarga, dimana ruangan ini dulu dipergunakan untuk
berkumpulnya keluarga RA. Kartini. Sekarang, tempat ini dipergunakan untuk
menerima tamu terbatas. Kemudian kita terus masuk ke ruangan tidur RA Kartini
“waktu kecil” (sebelum menginjak dewasa atau masih dengan ayah, Garwo Padmi
dan saudara-saudaranya). Ruangan ini yang sekarang untuk ruangan tengah,
dimana dahulu terdapat 4 (empat) kamar yang dibatasi dengan penyekat atau
batas dinding. Untuk tegelnya yang asli pada tahun 1980 ditumpangi tegel putih.
Kemudian kita masuki Ruang Pingit, yang berukuran 3 x 4 m, dimana
pengertian dipingit tidak diruangan ini terus, diperbolehkan untuk keluar tapi
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 2
dengan batasan depan ada rono dan belakang ada tembok yang tinggi. Adapun
pengertian “dipingit” adalah menunggu lamaran dari pria yang tidak dikenalnya.
Di depan Ruang Pingit ini dulu untuk Ruang Makan Keluarga RA. Kartini.
Kemudian, Ruang Belakang (serambi belakang pendopo). Ruangan ini masih asli
keadaannya pintu dan jendelanya masih asli peninggalan zaman dahulu, dimana
ruangan ini dulu RA. Kartini biasa mewujudkan salah satu perjuangannya, yaitu
mendirikan sekolah wanita. Di serambi belakang pendopo terlihat bangunan
memanjang, dimana ruang tersebut adalah Ruang Dapur Umum, yang pada masa
RA. Kartini dipergunakan untuk memberi pelajaran ketrampilan (memasak). Di
ruangan tersebut, terdapat 2 pohon bunga kantil kegemaran RA. Kartini.
Bangunan di sebelah Pendopo Kabupaten Jepara yang sekarang ini
dimanfaatkan untuk ruang kerja Sekretariat Dharma Wanita yang dahulu
merupakan pesanggrahan ibu kandung RA. Kartini (MA. Ngasirah), Adapun
bangunan yang sekarang ini dipergunakan untuk tempat Sekretariat Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), dimana pada masa RA. Kartini merupakan
ruangan untuk membina pengrajin ukir.
Kemudian, terlihat tembok tinggi dengan dua pintu (regol) yang dahulu
merupakan tempat jaga para Punggowo (Prajurit Penjaga), dimana tempat
tersebut adalah batas belakang pada saat RA Kartini dipingit. Adapaun kondisi
sekarang ini, guna menjaga keamanan pintu tersebut ditutup dengan rapat.
II. MUSEUM RA. KARTINI2
Museum RA. Kartini terletak di pusat kota atau tepatnya di sebelah barat
daya Alun-Alun Jepara. Museum RA. Kartini termasuk jenis museum umum dan
sekaligus sebagai objek wisata sejarah yang dikelola oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara. Museum ini dibuka setiap hari dan
sering dikunjungi para wisatawan, baik wisatawan asing maupun domestik.
Museum RA. Kartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa
pemerintahan Bupati Soewarno Djoyomardowo, SH. Adapun untuk peresmiannya,
2 Sumber : Pengelola Museum RA. Kartini Jepara, 2017
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 3
dilakukan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara,
Soedikto, SH.
Tujuan dari didirikan museum ini adalah untuk mengabadikan jasa-jasa
perjuangan RA. Kartini dengan cara mendokumentasikan, memamerkan dan
menvisualisasikan benda-benda bersajarah peninggalan milik RA. Kartini berikut
keluarganya, serta benda budaya warisan budaya lainnya yang banyak ditemukan
di wilayah Kabupaten Jepara.
Gambar 3Museum RA. Kartini
Gedung museum di bangun di atas areal seluas 5.210 m² dengan luas
bangunan 890 m² dan terdiri dari tiga buah gedung. Bila dilihat dari sisi atas, maka
gedung tersebut terbentuk huruf K, T, N yang merupakan singkatan dari KARTINI.
Gedung N, sekarang ini digunakan sebagai kantor pengelola Museum RA. Kartini,
Disparbud Kabupaten Jepara.
Jumlah koleksi yang ditampilkan di museum tersebut sebanyak 297 barang
yang terdiri dari beberapa jenis, seperti : foto, lukisan, perkakas, barang pecah
belah dan lain sebagainya yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat
berharga (tabel inventaris barang terdapat dalam Lampiran). Adapun penyajian
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 4
ruang koleksi dibagi menjadi tiga ruangan, dengan uraian sebagaimana
dibawah ini.
A. Ruangan 1 (Ruang RA. Kartini)
Ruangan ini berisi koleksi peninggalan RA. Kartini yang berupa benda-
benda dan foto-foto miliknya semasa hidupnya, antara lain: 1 set meja kursi
tamu yang masih asli tersebut dari kayu jati dengan ukuran khas motif Jawa
kuno, lukisan wajah beliau saat melangsungkan pernikahannya dengan
Bupati Rembang (Raden Mas Adipati Djoyodiningrat pada tanggal
12 November 1903), foto contoh tulisan dalam bahasa Belanda yang
ditujukan kepada sahabatnya di Negara Holland, foto putra satu-satunya
Raden Mas Singgih yang waktu kecilnya bernama Susalit (Jawa : susah
wiwit alit atau dalam Bahasa Indonesia : susah sejak kecil), foto
ayahandanya (RMAA. Sosroningrat) yang pernah menjabat sebagai Bupati
Jepara yang waktu itu pemerintahannya berada di Pendopo Kabupaten
Jepara, foto ibu kandungnya (MA. Ngasirah) yang berasal dari desa Teluk
Awur Jepara, meja belajar, piring dan mangkok, hasil keterampilan tangan
muridnya berupa renda, alat untuk membatik berupa canting milik
RA. Kartini, silsilah RA. Kartini, serambi belakang Pendopo Kabupaten
Jepara, bhotekan (sebuah tempat untuk menyimpan jamu sebagai persiapan
pada saat RA. Kartini akan dilahirkan), mesin jahit milik muridnya yang
sampai sekarang masih dapat dioperasikan.
Gambar 4Ruang 1 Museum RA. Kartini
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 5
Diruang ini pula akan kita menjumpai benda-benda peninggalan
maupun foto-foto dari kakak kandungnya (RMP. Sosrokartono). Tokoh yang
turut berjuang dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia sekaligus sebagai
motivator dan pendorong bagi cita-cita RA. Kartini yang menguasai 26 jenis
bahasa dan pandai dalam bidang pengobatan dengan menggunakan “air
putih” sebagai media perantaraan.
Gambar 5Ruang Pengobatan RMP. Sosrokartono
Beliau terkenal dengan “Joko Pring” dan “Mandor Klungsu” dan orang-
orang sering memanggil beliau dengan julukan “Ndoro Sosro”. Selain itu,
beliau terkenal lewat ilmunya “Catur Murti”, yaitu perpaduan antara ucapan,
perasaan, pikoran dan perbuatan. Menurut ajaran ilmu tersebut bilamana
orang menguasai dan mampu memadukan keempat unsur tersebut, niscaya
orang itu akan menjadi seorang “manusia sejati” (Jawa : mumpuni).
Terdapat pula beberapa benda peninggalan dan foto-foto yang ada di
ruang ini, antara lain : kursi-kursi untuk antri para pasien yang kondisinya
masih asli, tempat pengobatan sekaligus tempat pembaringan terakhir pada
saat beliau wafat, foto gambar Gunung Lawu dan Merapi yang di ambil tidak
melalui pesawat terbang maupun satelit, namun dari suatu tempat tertentu
dengan kekuatan “ilmu” yang beliau miliki, ruang semedi, meja marmer asli,
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 6
gambar huruf alif yang terpasang pada bingkai sebagai tanda mengetahui
berhasil dan tidaknya dalam mengobati pasien, dan benda-benda lain yang
memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi.
B. Ruangan 2 (Ruang Jepara Kuno)
Kolekasi benda-benda bersejarah yang ditampilkan di ruangan ini
meliputi benda-benda purbakala periode abad VII, yaitu peninggalan Ratu
Shima maupun benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang
sangat berharga dan ditemukan di daerah (wilayah) Kabupaten Jepara.
Menurut cerita rakyat (folk) tentang Ratu Shima adalah seorang
penguasa Kerajaan Kalingga dengan lokasi kerajaan di sekitar daerah
Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara yang mana beliau sangat terkenal
akan keadilannya sehingga dijadikan tema sebagai salah satu pahlawan dari
Jepara (berupa patung di Bundaran Ngabul, Kecamatan Tahunan), selain
Ratu Kalinyamat dan RA. Kartini.
Gambar 6Koleksi Benda Kuno
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 7
Adapun benda-benda kuno bernilai sejarah yang ditampilkan di ruang
tersebut, antara lain : toto-foto beberapa kerajaan (replika) yang terbuat dari
emas dan platina, patung Arca Trimurti dan Siwa Mahaguru, Yoni dan
Lingga, kepingan mata uang gobeng yang terbuat dari logam, potongan
ornamen batu berukir yang sekarang ini masih bisa dilihat pada dinding
Masjid Mantingan Jepara (Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara),
seperangkat gamelan kuno, bak mandi dan guci untuk menyimpan air yang
terbuat dari tanah liat, beberapa barang keramik yang ditemukan di sekitar
perairan Kepulauan Karimunjawa.
Di ruang ini pula dapat kita lihat kerangka ikan raksasa “Joko Tuo” yang
panjangnya mencapai 16 m dan lebar 2 m dengan barat ± 6 ton. Ikan
tersebut ditemukan tahun 1989 di Kepulauan Karimunjawa dalam keadaan
mati, namun masih terdapat sisa dagingnya.
Gambar 7Kerangka Ikan “Joko Tuo”
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 8
Menurut pakar sejarah (arkeologis), yang menyatakan bahwa ikan ini
sebangsa ikan gajah, karena pada bagian kepalanya terdapat semacam
gading seperti yang dimiliki hewan gajah, dimana memiliki bahasa latin dan
spesies khusus untuk jenis ikan tersebut. Namun kebanyakan para
pengunjung menyebut ikan tersebut masuk dalam kategori spesies dari
ikan paus.
C. Ruangan 3 (Ruang Kerajinan)
Pada ruangan ini, akan kita temukan benda-benda yang merupakan
contoh barang hasil kerajinan dari Kabupaten Jepara yang terkenal, yaitu :
ukir-ukiran, tenun ikat tradisional dari Desa Troso (Kecamatan Pecangaan),
monel (logam baja putih yang tidak berkarat atau stainless steel) dari Desa
Kriyan (Kecamatan Kalinyamatan), keramik atau gerabah (Kecamatan
Mayong dan Welahan), rotan dan anyaman bambu (Kecamatan
Kalinyamatan dan Welahan).
Gambar 8Koleksi Ruang Kerajinan
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 9
Terdapat pula contoh seperangkat alat ukir beserta berbagai jenis dan
motif ukiran, seperti : macan kurung, relief, maupun kaligrafi. Begitu pula
ditampilkan berbagai miniatur alat tangkap ikan tradisional dipamerkan di
ruangan tersebut.
Hal ini dapat dipahami mengingat sebagian besar wilayah di Kabupaten
Jepara merupakan perairan laut, dimana sebagian besar warga masyarakat
(terutama yang bertempat tinggal di wilayah pesisir) memiliki mata
pencaharian sebagai penangkap ikan (“miyang”), sebagaimana profesi dari
para leluhur mereka. Contoh dari beberapa alat tangkap ikan tradisional,
adalah : bubu, wuwu, bagang dan kempis.
III. LOJI GUNUNG (BENTENG VOC)3
Loji Gunung merupakan nama sebuah komplek pemakaman yang dibangun
oleh pemerintah kolonial Belanda (VOC), dimana pembuatan komplek
pemakaman ini khusus diperuntukan bagi orang-orang kolonial Belanda yang
meninggal di Jawa dan sekitarnya. Dahulu, disekeliling makam dibangun tembok
pembatas yang tinggi dan tebal, sehingga bentuknya persis menyerupai benteng
pertahanan kolonial Belanda.
Gambar 9Makam Loji Gunung
3 Sumber : Diskarpus Kabupaten Jepara, 2017
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 10
Mungkin karena dilihat seperti Loji atau dalam Bahasa Jawa sering diartikan
sebagai menara atau bagunan yang tinggi, besar dan kokoh, sehingga
masyarakat sekitar menyebut komplek pemakaman itu dengan sebutan “Loji
Gunung”.
Pada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan
pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan luasnya sampai ± 1 Ha. Namun,
seiring dengan perkembangan zaman secara lambat laun luas komplek
pemakaman ini dari tahun ketahun terus berkurang.
Di sebelah selatan di bawah Loji Gunung ini terdapat perumahan warga yang
cukup padat. Komplek pemakaman Loji Gunung oleh masyarakat sekitar
dimanfaatkan sebagai tempat pemakaman umum, yang terletak di sebelah utara
komplek pemakaman Loji Gunung.
Pemerintah Kabupaten Jepara membangun sebuah monumen dengan nama
VORT JEPARA dan bertuliskan abad XVI. Beberapa rehabilitasi yang dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Jepara disekitar komplek pemakaman Loji Gunung
adalah pembangunan sebuah taman buah, serta gardu pandang yang dapat
dimanfaatkan untuk menyaksikan keindahan kota Jepara hingga ke pesisir
lautnya.
Gambar 10Fort Jepara
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 11
Adapun keberadaanya sekarang ini yang masih tersisa dari pemakaman Loji
Gunung adalah 2 (dua) buah makam tua yang sekarang sudah dibangun tembok
dan pagar pembatas dengan ketinggian kurang lebih 2 m. Terdapat pula sisa
reruntuhan makam yang bertanggalkan 2.. November 1863 dan 8 Djanuari 1930.
Masyarakat sekitar meyakini bahwa dua makam yang masih tersisa dari komplek
pemakaman Loji Gunung adalah makam dari Kapten Tuck dan orang
kepercayaanya.
Gambar 11Makam Kapten Tuck
Sedikit menyinggung tentang eksistensi dan identitas mengenai siapakah
Kapten Tuck itu? Dari beberapa literatur, didapatkan informasi bahwa dia
bernama asli Kapten François Tack. Ia adalah salah seorang perwira senior
Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang ikut berperan dalam
peperangan melawan Pangeran Trunojoyo (Kerajaan Kediri) dan peperangan
melawan Sultan Ageng Tirtayasa (Kerajaan Banten).
Diceritakan pula bahwa pada bulan Februari 1686, Kapten Tuck ditugaskan
oleh Pemerintah Hindia Belanda berangkat ke Kartusora dengan tujuan untuk
menangkap Suropati. Pertempuran pun meletus di halaman keraton, dimana
pasukan VOC mengalami kekalahan. Sebanyak 75 orang kolonial Belanda ikut
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 12
tewas dalam pertempuran tersebut. Kapten Tack sendiri tewas di tangan
Pangeran Puger (adik dari Raja Amangkurat II – Kerajaan Mataram) yang
menyamar sebagai prajurit Suropati.
Adapun informasi yang lain menurut Wikipedia, yang menyatakan bahwa
Kapten François Tack adalah seorang perwira Bolonial Belanda dari VOC yang
ikut dalam kampanye bersama antara Raja Amangkurat II dari Kerajaan Mataram
dan pasukan VOC yang dipimpin oleh Antonio Hurdt untuk menyerang Pangeran
Trunojoyo (1649-1680) dari Madura di kubunya di Kediri.
Kapten Tack bersama Isaac de Saint-Martin mempimpin suatu pasukan laut
untuk menyerang Kerajaan Banten pada tahun 1968. Dimana, Kapten Tack
membela putera mahkota yang berusaha melawan ayahnya sendiri (Sultan Ageng
Tirtayasa) dan dikepung dalam istananya oleh pasukan pendukung Sultan Ageng.
Putera mahkota dapat diselamatkan oleh VOC dan diakui sebagai sultan baru di
Kerajaan Banten dengan gelar “Sultan Haji”.
Pada tahun 1868, Kapten Tack diutus oleh VOC ke Kerajaan Mataram
sebagai duta. Kapten Tack dibunuh di Keraton Kartosuro atas perintah Raja
Amangkurat II. Hal ini dikarenakan Kapten Tack sempat menemukan suatu benda
yang disebut sebagai “Mahkota Mas Majapahit” saat memasuki Kerajaan Kediri
pada tahun 1678 dan menawarkannya kepada Raja Amangkurat II dengan harga
1.000 real (uang Spanyol yang diakui sebagai mata uang resmi di Jawa saat itu).
Dimana, Raja Amangkurat II tidak dapat melupakan penghinaan ini dan akhirnya
membalas dendam dengan membunuh Kapten Tack.
Itulah sekelumit kisah mengenai siapa itu Kapten Tuck. Mengenai
kepercayaan masyarakat Jepara yang menganggap bahwa dua makam yang ada
di kedua bangunan tersebut adalah makam dari Kapten Tack dan pengikutnya,
sampai dengan sejauh ini para peneliti sejarah maupun penggiat sejarah yang
lain belum menemukan titik temu untuk mengatakan bahwa makam tersebut
benar-benar merupakan makam Kapten Tack atau bukan.
IV. MASJID AGUNG JEPARA (MASJID BAITUL MAKMUR)4
4 Sumber : Pengurus Masjid Agung Jepara dan Diskarpus Kabupaten Jepara, 2017
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 13
Masjid Agung Baitul Makmur Jepara berada di sebelah selatan Alun-Alun
Jepara, atau lebih tepatnya di Desa Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten
Jepara. Masjid ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1600 M atau pada masa
pemerintahan Pangeran Arya Jepara. Beliau adalah anak angkat dari Ratu
Kalinyamat. Dimana, masa pembangunan masjid ini dilaksanakan saat
perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Kalinyamat dari Kota Kalinyamat
(sekarang menjadi Kecamatan Kalinyamatan) ke Jepara.
Menurut informasi dari salah satu pengurus masjid, dulunya atap masjid ini
bersusun (tumpang) lima (ciri atap mirip arsitektur Cina), berbentuk persegi,
dikelilingi pagar halaman dari batu dan gapura pintu masuk seperti bangunan
tembok kabupaten dan sejenis bangunan di Imogiri dan Kotagede di Yogyakarta.
Gambar 12Sketsa Masjid Agung Jepara Tahun 1600 M
Pada tahun 1686 masjid dirubah atapnya yang semula beratap tajuk lima
menjadi atap tajuk tumpang tiga. Hal ini dikarenakan sering terganggunya
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 14
bencana alam seperti angin dan petir. Adapun sekarang ini, atapnya hanya
bersusun dua.
Pada tahun 1926 diadakan pemugaran masjid pertama kali dengan
menambah teras depan. Sedangkan di tahun 1935-1937 dilaksanakan
pembangunan menara setinggi 21 m oleh Pemerintah Kabupaten Jepara (pada
masa pemerintahan Bupati Sukahar) dengan menelan biaya 500 golden.
Pada tahun 1938 diadakan rehabilitasi serambi depan dan tahun 1969
diadakan perbaikan pawastren, tempat wudhu dan penggantian lantai masjid
induk dari ubin biasa diganti dengan trasso. Dan pada tahun 1975 diadakan
pemugaran pintu gerbang oleh Bupati Sudikto, SH dengan pembiayaan sharing
antara pemerintah kabupaten dan masyarakat Jepara.
Gambar 13Masjid Agung Jepara Sekitar Tahun 1950-an dan 1970-an
Perlu diketahui pula bahwa di halaman masjid sejak semula telah ditempati
gedung Departemen Agama Kabupaten Jepara yang dibangun pada tahun 1951,
berupa bangunan gedung papak dan terdapat makam yang konon dinamakan
makam “Jabang Bayi” yang terletak di sebelah utara halaman masjid. Dengan
alasan dikhawatirkan menjadi sumber syirik, maka oleh Departemen Agama
(Depag) Kabupaten Jepara makam tersebut dihilangkan di tahun 1959.
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 15
Demikian pula di belakang masjid ditempati Kantor Penerangan Agama
Kabupaten Jepara, Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jepara, perumahan
Kepala Kandepag Kabupaten Jepara, TK Perwanida, dan Madrasah Diniyah “Al-
Mubtady” yang meminjam aula Depag di belakang masjid tersebut.
Selanjutnya, dalam rangka penataan lingkungan maka pada awal tahun
1989 diadakan pembongkaran dan pemindahan Kantor Departemen Agama
Kabupaten Jepara yang berada di depan masjid tersebut ke kantor yang baru di
Desa Saripan (belakang gedung DPRD Kabupaten Jepara) dan kemudian pindah
lagi ke Desa Demaan, sebelah barat Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten
Jepara sampai dengan saat ini. Adapun kantor Depag yang lama (di Desa
Saripan), sekarang ini dimanfaatkan menjadi Kantor KUA Kecamatan Jepara.
Pada tanggal 20 Mei 1989 sampai dengan 28 Juli 1991 dilaksanakan
pembangunan serambi masjid (bagian depan), ruang pawastren dan penataan
lingkungan oleh Pemda, pada masa pemerintahan Bupati “Hisom Prasetyo, SH”.
Gambar 14Masjid Agung Jepara Tahun 1991
Di serambi depan tersebut terdapat kaligrafi di pintu masuk ruang induk
masjid, yaitu sebagai berikut :
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 16
Pintu depan utara atas : QS. Al-Anfal ayat 2 (dua)
Dinding kaca depan sebelah utara : QS. Al-Ankabut ayat 45
Pintu depan bagian tengah atas : QS. At-Taubah ayat 108
Dinding kaca depan sebelah selatan : QS. Al-Hujurat ayat 10
Pintu depan sebelah selatan : QS. At-Taubah ayat 18
Demikian juga di dua ruang serambi atas terdapat tulisan secara melingkar
kaligrafi “Asmaul Husna”.
Gambar 15Kaligrafi Di Serambi Masjid Agung
Pada tahun 1996 diadakan rehabilitasi dinding keliling masjid induk,
sokoguru masjid induk tahap pertama dan mempolitur eternit kayu jati masjid
induk pada masa Bupati Drs. Bambang Purwanto. Sedangkan di tahun 1999 –
2000 diadakan pembangunan dan rehabilitasi ruang pawastren, tempat wudlu
putra/putri bagian selatan, kantor Pengurus dan kantor Remaja Masjid yang
berada di lantai dua
Pada masa pemerintahan Bupati Drs. Sunarto, yaitu di tahun 2001 merehab
sokoguru masjid induk tahap kedua dengan struktur beton bertulang yang
dibungkus dengan papan kayu jati, ukiran tembaga, ukiran kayu jati dan umpak
dari batu onik. Dalam perkembangannya, pengembangan masjid dengan
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 17
mendapatkan bantuan pembiayaan dari APBD Kabupaten Jepara guna
pembangunan pagar depan, pagar sebelah utara memanjang sampai sungai
belakang karena mendapat tambahan sebidang tanah dari Pemerintah Kabupaten
Jepara di sebelah utara masjid 4 m.
Gambar 16Kaligrafi Di Ruang Induk Masjid Agung
Pada tanggal 31 Januari 2003 / 28 Dzulqo’dah 1423 H peresmian
pembangunan asessoris kaligrafi kayu jati QS. Mulk ayat 1 – 30 yang dipasang di
keliling dinding tembok bagian dalam ruang masjid induk, membalut tembok
mihrob dengan ukiran khas Jepara dan Timur Tengah dengan bahan kayu jati dan
bertuliskan kaligrafi, yaitu :
Bagian depan atas QS. Al-Mu’minun ayat 1-2, tulisan Allah dan Muhammad
SAW, QS. Al-Fatihah ayat 1-7
Bagian dalam bertuliskan kaligrafi QS. Al-Baqarah ayat 255 (ayat kursi),
QS. Al-Ikhlas ayat 1-4, QS. Al-Falaq ayat 1-5, kalimat Tahlil, QS. Al-Ashr
ayat 1-3, QS. Al-Kafirun ayat 1-6, QS. An-Naas ayat 1-6 dan Syahadatain,
dan mimbar kayu jati dengan ukiran serta kaligrafi khas Jepara dan Timur
Tengah berisi tulisan kaligrafi
Bagian depan atas QS. Al-Baqarah ayat 43 dan QS. Al-Ahzab ayat 21
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 18
Bagian kanan atas QS. Al-Baqarah ayat 238, tengah QS. Al-Isro’ ayat 78,
dan bawah tulisan kalimat Syahadatain.
Bagian kiri atas QS. Al-Baqarah ayat 153, tengah QS. Al-Baqarah ayat 208,
bawah QS. Al-Baqarah ayat 144
Bagian belakang atas QS. Al-Ahzab ayat 56, tengah QS. Al-Baqareah ayat
45 dan di lengkung bawah QS. Ar-Ro’du ayat 28 dan QS. Al-Ahzab ayat 41
Bagian tangga, kata-kata hikmah bertulis االخالق مكارم الثمم dan انمابعثت
مقصودى انت .الهىSemua kaligrafi mulai dari serambi depan, pintu, asesoris kaligrafi pada
dinding tembok masjid induk, serta desain pembalut tembok mihrob didesain
(dibuat) oleh penduduk asli Jepara yaitu H. A. Mudzakir dengan anggaran dari
APBD Kabupaten Jepara oleh Bupati Drs. H. Hendro Martojo, MM.
V. KLENTENG HOK TOK TENG5
Klenteng Hok Tok Teng berlokasi di daerah pusat pertokoan dan
pergadangan di Jepara atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Pecinan”.
Menurut keterangan yang diberikan oleh salah satu pengurus kelenteng
Ambrosius Purwanto dengan nama Cina adalah Wang Fung Fu, kelenteng ini
dibangun pada tahun 1881 Masehi. Keterangan ini juga diperkuat dari kesaksian
anggota keluarga Giok Hwa yang pernah menjadi pengurus kelenteng sejak tahun
berdirinya kelenteng ini.
Di samping kitab suci penganut kepercayaan Tri Darma di kelenteng atau
rumah ibadah Hok Tok Teng yang beralamat di Jl. Diponegoro No. 12 Jepara ini
terdapat semacam kitab ajaran tentang silsilah keturunan manusia yang mencapai
pencerahan yang ikut andil dalam pembangunan tempat ibadah ini. Nama kitab ini
bernama Sam Ho Bio yang menurut Purniati (salah satu pengurus) yang berarti
“urutan pencerahan” .
Gambar 17Pecinan Sekitar Tahun 1900-an
5 Sumber : Pengurus Klenteng Hok Tok Teng, 2017
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 19
Asal muasal terbentuknya komunitas ibadah di Hok Tok Teng ini sebenarnya
berawal dari awal perkumpulan para pekerja dari orang-orang cina yang datang ke
Jawadwipa yang subur. Namun setelah sampai di holing mereka saking asiknya
dengan kemakmuran Jawadwipa hidup mereka sangat berubah dan cenderung
melakukan perbuatan yang melangar norma dari adat Tiong Hoa.
Gambar 18Klenteng Hok Tok Teng
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 20
Karena perkumpulan itu lebih cenderung keperbuatan menyimpang maka
Giok Hwa seorang wanita yang dipercaya suci mempunyai ide untuk
menanggulangi itu semua, maka dibagunlah tempat ibadah Hok Tok Teng ini.
Pembangunan ini pada awalnya dibangun dengan cara swadaya dari seluruh
warga Tiong Hoa yang mampu saat itu. Sebenarnya, pembangunan kelenteng
atau tempat pemujaan ini menurut Ambrosius Purwanto juga mengandung
ideologi perlawanan terhadap kristenisasi terhadap warga keturunan Cina di
Jepara.
Pada zaman dahulu, Jepara digunakan oleh orang-orang barat Portugis
maupun Belanda untuk melakukan program penyebaran agama kristen,
sedangkan pada waktu itu yang mempunyai hubungan lebih dekat ketimbang
pribumi adalah warga Cina. Maka, tidak mungkin kalau banyak warga Cina yang
diberikan fasilitas lebih dengan satu alasan agar mau masuk dan memeluk agama
kristen pada waktu itu.
Gambar 19Identitas Klenteng Hok Tok Teng
]
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 21
Kelenteng ini terahir di renovasi pada 14 Desember 1997 atau dalam tahun
baru Cina 15 Cap It Gwee 2548. Pembangunan tempat ibadah ini atas prakarsa
dana dari Nyonya Oh Ie Djiang dari keluarga Oh Kian Lien dari Salatiga.
VI. GONG SENEN (PRADONGGO BIROWO)6
Gong Senen adalah seperangkat alat musik tradisional (gamelan) yang
terdapat di Pendopo Kabupaten Jepara. Keberadaan akan Gong Senen ini bisa
dikatakan cukup misterius. Semisterius akan kemunculannya.
Menurut cerita yang cukup pupuler di kalangan masyarakat Jepara, bahwa
pada abad XIX di Jepara terjadi suatu keajaiban di pendopo kadipaten dengan
munculnya seperangkat “gamelan” yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak
diketahui darimana asalnya (misterius). Kemudian, Kanjeng Adipati Jepara
beserta perangkatnya mencoba untuk membunyikan atau menabuh gamelan
tersebut, akan tetapi tidak bisa berbunyi.
Gambar 20Gong Senen
6 Sumber : Diskominfo Kabupaten Jepara, 2017
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 22
Ditradisikan di Kadipaten Jepara bahwa setiap tanggal 26 (sebulan sekali)
seluruh lurah dan tokoh masyarakat di wilayah Kadipaten Jepara mengadakan
Pasiwonan di Pendopo Kadipaten dengan membawa hasil bumi dari daerah
masing-masing sebagai tanda hormat dan tunduk kepada Kanjeng Adipati (asok
golondong pangereng-ngereng).
Kemudian, pada saat itu oleh Kanjeng Adipati Jepara disampaikan tentang
adanya seperangkat gamelan yang datangnya secara misterius kepada semua
hadirin pada waktu mengadakan paseban atau pertemuan, yang pada intinya
Kanjeng Adipati menceritakan masalah gamelan yang tidak bisa dibunyikan oleh
Kanjeng Adipati ataupun perangkat kadipaten yang lain. Kemudian, Kanjeng
Adipati memberikan kesempatan pada para lurah dan tokoh masyarakat satu
persatu untuk mencoba menabuh atau membunyikan gamelan tersebut.
Pada saat giliran Lurah Senenan (Kecamatan Tahunan) untuk mencoba
menabuh, ternyata gamelan tersebut bisa berbunyi. Maka, Kanjeng Adipati
memberikan mandat pada Bapak Lurah Senenan untuk memelihara dan
membunyikan seperangkat gamelan tersebut hingga sekarang ini.
Pada waktu Kanjeng Gusti Pakubuwono dari Kerajaan Surokarto Hadiningrat
mengadakan kunjungan ke Kadipaten Jepara, beliau berkenan untuk mengambil
dan membawa seperangkat gamelan tersebut ke Keraton Surokarto dan
menggantikannya dengan gamelan yang diambil dari Keraton Surokarto.
Mengapa disebut Gong Senen? Karena menurut cerita, yang mampu untuk
menabuh hanyalah Lurah/Masyarakat Desa Senenan dan waktunyapun khusus
pada hari Senen Pagi dan Sore hari. Maksud dan tujuan dibunyikan Gong Senen
pada hari tersebut adalah untuk keselamatan keluarga Kanjeng Adipati dan
masyarakat di seluruh Kadipaten Jepara dan sekarang diberi nama “Pradonggo
Birowo”.
Seperangkat gamelan tersebut terdiri dari :
Gong besar 1 buah
Kecrek / kecer 2 buah
Kendang 2 buah
Kempul 2 buah
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 23
Adapun gending atau lagu yang biasa dinyanyikan sejak dahulu, yaitu :
Coro Balen
Sendon Arang-Arang
Kenthuk Tutul
Kodok Ngorek
Gambar 21Gamelan Di Pendopo Kabupaten Jepara
Untuk perangkat Gong Senen selalu diadakan selamatan setahun sekali
yang dilaksanakan setelah sholat Idul Fitri sambil mengiringi kehadiran para tamu
yang berhalal bi halal.
Terdapat kepercayaan sampai sekarang ini, yaitu apabila Gong Senen
tersebut tidak ditabuh atau dibunyikan akan berakibat tidak baik. Beberapa
peristiwa yang tidak baik terjadi yang menurut cerita dari masyarakat setempat
sebagai akibat dari tidak ditabuh atau dibunyikan gamelan tersebut pada
waktunya, antara lain :
Peristiwa tragis pada tanggal 5 Mei 1955 di laut dekat Pantai Kartini dengan
memakan korban 5 (lima) orang pejabat Pemerintah Kabupaten Jepara
Peristiwa angin ribut yang memporak-porandakan Pendopo Kabupaten
Jepara ± 26 tahun yang lalu.
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 24
Hal tersebut semata-mata cerita rakyat setempat yang tidak dapat dipastikan
akan kebenarannya. Adapun kita sebagai umat beragama (Islam) wajib
mempercayai dan meyakini bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini hanyalah
menurut kehendak Allah SWT. Wallahu a’lam bish showabi.
ENTIFIKASI STAKEHOLDER
Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 25
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Jepara
Peraturan Bupati Jepara Nomor 60 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Inovasi, Jakarta, 2015
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Diagnostic Reading, Jakarta, 2015
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Budaya Kerja dalam Efektifitas Kepemimpinan, Jakarta, 2015
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jejaring Kinerja, Jakarta, 2015
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Membangun Tim Efektif, Jakarta, 2015