BANJIR
-
Upload
jafar-putramayusi -
Category
Documents
-
view
16 -
download
4
description
Transcript of BANJIR
BANJIR
Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh alam, seperti banjir, gempa,
gunung meletus..kita semua tentu nggak pengen nih bencana terjadi. Tetapi kalau memang
Allah menghendaki, kita harus tabah menghadapi cobaan ini sob..Tetapi ada juga bencana
alam yang sebenarnya penyebabnya juga akibat ulah manusia, misalnya banjir. Banjir bisa
saja terjadi karena aliran air ke laut terhalang oleh sampah-sampah yang dibuang ke sungai,
atau pohon-pohon yang sebagai sumber resapan air habis ditebang. Nah kalau pohon udah
ditebang selain mengakibatkan banjir, juga mengakibatkan longsor.
Hujan Semalaman, Padang Dilanda BanjirPADANG, KOMPAS.com - Ratusan rumah di Kota Padang, Sumatera Barat, terendam banjir
akibat hujan lebat yang mengguyur sejak Rabu (29/2/2012) siang hingga Kamis dini hari.
"Rumah terendam banjir terdapat di daerah Lubuk Buaya, Simpang Kalumpang," kata Kepala
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, Dedi Henidal, Kamis di
Padang.
Banjir Terjang Kincir AirMUARA BUNGO, KOMPAS.com — Sejumlah kincir air rusak diterjang luapan air sungai anak
Sungai Batanghari di Kabupaten Bungo, Jambi. Akibatnya, puluhan rumah tak teraliri listrik.
Di Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Batin III Ulu, Bungo, kerusakan terjadi pada dua dari
tiga unit pembangkit listrik bertenaga mikrohidro setelah diterjang luapan air Sungai Batang
Limun. Sekitar 50 rumah tak teraliri listrik sejak sepekan terakhir.
Kerugian Banjir Bandang Rp 47,5 miliarBATUSANGKAR, KOMPAS.com - Kerugian akibat banjir bandang di Nagari Padang Laweh
Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan lima hari lalu mencapai Rp 47,5 miliar.
Demikian dikemukakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tanah
Datar, Sumatera Barat, Altri Suandi, Jumat (2/3/2012).
TANAH LONGSOR
Tertimbun Longsor, Jalur Lintas Polewali-Mamasa TerputusPOLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur Polewali mandar,
Sulawesi Barat, sejak Sabtu (3/3/12) sore menyebabkan jalur lintas kabupaten Mamasa-
Polewali Mandar terputus akibat timbunan material longsor tanah bercampur batu setinggi 10
meter lebih. Sejumlah pohon yang tumbang ikut menghalangi perjalan warga.
Akibat timbunan longsor arus ini kendaraan dari dua arah terputus. Sejumlah pengendara
motor yang nekad menembus timbunan longsor terjebak lumpur hingga harus dianggkat
dengan bantuan warga. Sejumlah pengendara roda empat yang terjebak terpaksa bermalam
di lokasi karena khawatir meninggalkan kendaraannya.
Longsor, 40 KK di Aceh Tengah Minta RelokasiTAKENGON, KOMPAS.com- Sebanyak 40 keluarga di Desa Arul Gadeng, Kecamatan
Celala, Kabupaten Aceh Tengah, yang terancam banjir bandang dan longsor susulan
berharap segera direlokasi ke tempat yang aman. Akibat banjir dan longsor, Sabtu (25/2) lalu,
bukit di atas perkampungan mereka retak dan dikhawatirkan akan kembali longsor saat hujan
deras mengguyur.
"Sejak banjir Sabtu kemarin, kami terus was-was. Banyak material di atas bukit yang masih
tersangkut. Selain itu, bukit juga sudah retak. Kalau longsor kembali kami tidak tahu lagi akan
seperti apa," kata Sekretaris Desa Arul Gampeng, Sukir, Senin (27/2/2012).
10 Rumah Longsor di BogorBOGOR, KOMPAS.com - Sebanyak 10 rumah di Kampung Gudang, Kelurahan Gudang,
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (26/2/2012) pagi, longsor.
Diperkirakan seorang warga masih tertimbun reruntuhan bangunan.
Heri (37), warga Kampung Gudang menuturkan, ibunya Fatimah (65), saat kejadian masih
sarapan bubur ayam sekitar 20 meter dari rumahnya. Tiba-tiba, sekitar pukul 08.15, rumah
yang ada di depannya rubuh. Fatimah tidak sempat menyelamatkan diri.
Jalan di Leuwidamar Ambles dan Longsor
Lebak, Kompas - Ruas jalan dari arah Rangkasbitung, ibu kota Lebak, Banten, menuju
permukiman Baduy ambles dan longsor. Kendati kerusakan jalan sudah terjadi sebulan lebih
dan sangat membahayakan keselamatan pengguna jalan, hingga saat ini belum juga ada
perbaikan.
Ruas jalan yang ambles tersebut berada di Kampung Janglapa, Desa Sangkanmanik,
Kecamatan Leuwidamar, Lebak. Adapun ruas longsor berada di Kampung Cibengkung, Desa
Bojongmenteng, Leuwidamar.
GEMPA BUMIGempa Guncang AcehACEH, KOMPAS.com — Gempa dengan kekuatan 4,8 skala Richter mengguncang Aceh,
Senin (23/1/2012) sekitar pukul 19.40. Informasi dari Serambi Indonesia di Banda Aceh, tidak
ada laporan kerusakan dan kepanikan warga ketika gempa terjadi. Gempa tidak berpotensi
tsunami.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisa (BMKG) Matai Aceh Besar menjelaskan, lokasi
gempa terjadi di 4.75 Lintang Utara (LU) dan 94.67 Bujur Timur (BT), 108,2 Km barat daya
Banda Aceh. Saat ini pihak BMKG sedang melakukan analisis penyebab gempa tersebut.
Gempa Padang Tidak Berpotensi TsunamiPADANG, KOMPAS.com - Gempa yang menguncang Kota Padang, Sumatera Barat, dengan
kekuatan 4,3 skala Richter (SR) pada Minggu pukul 13.06 WIB tidak berpotensi tsunami.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa itu berada
pada 0.82 Lintang Selatan (LS), 99.65 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 10 Km dimana
berpusat 77 Km barat laut Kota Padang.
GUNUNG MELETUSGUNUNG MERAPI MELETUS 2010YOGYAKARTA – Gunung merapi meletus di Indonesia tahun 2010, dengan mengeluarkan
awan panas yang tercatat sejak pukul 17.02 WIB. ” Sejak 17.02 WIB hingga 17.34 WIB
terjadi empat kali awan panas dan sampai sekarang awan panas terus muncul susul
menyusul tidak berhenti” kata Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi Badan Geologi di Yogyakarta, Selasa 26 Oktober 2010.
Menurut dia, munculnya awan panas tersebut menjadi tanda sebagai erupsi Gunung Merapi.
Awan panas pertama yang muncul pada pukul .02 WIb mengarah ke barat. Namun awan
panas yang berikutnya tidak dapat terpantau dengan baik karena kondisi cuaca di puncak
Merapi cukup gelap dan hujan.
Sirine bahaya di Kaliurang, Sleman berbunyi pada pukul 17.57 WIB. Pada pukul 18.05 WIB
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta
menarik semua petugas dari pos pengamatan.
” Pada 2006, awan panas terjadi selama tujuh menit. Namun pada tahun ini, awan panas
sudah terjadi lebih dari 20 menit” katanya.
Lamanya awan panas tersebut, lanjut dia, menunjukkan energi yang cukup besar. Pada
pukul 18.00 WIB terdengar letusan sebanyak tiga kali yang terdengar dari pos Jrakah dan
pos Selo yang disusul dengan asap membumbung setinggi 1,5 kilometer mengarah ke
selatan. ” Tipe letusan Merapi dipastikan eksplosif” ujarnya.
Upaya evakuasi terhadap korban awan panas Gunung Merapi, Selasa, malam terkendala
hujan abu vulkanik yang pekat dan panas yang masih menyelimuti Kawasan Rawan
Bencana III .
“Kawasan Rawan Bencana (KRB) III meliputi wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem dan
Turi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,” kata petugas tim penolong dari
Korem 072/Pamungkas, Letkol Beni Nugroho di Posko Utama Penanggulangan Bencana
Alam Gunung Merapi Meletus 2010 di Pakem, Kabupaten Sleman.
Ia mengatakan, upaya evakuasi oleh tim penolong baru bisa mencapai wilayah paling tinggi
yaitu di kawasan pintu gerbang objek wisata Kaliurang atau 10 kilometer dari puncak Gunung
Merapi, sehingga untuk KRB III belum dapat ditembus oleh petugas tim penolong.
“Saat ini kami tengah mengupayakan lampu penerangan maupun lampu sorot karena listrik
PLN di kawasan tersebut padam sehingga kondisinya gelap gulita,” katanya.
Menurut dia, kemungkinan upaya evakuasi terhadap korban lainnya yang ada di KRB III akan
dilakukan jika hujan abu vulkanik mereda.
Jumlah korban awan panas hingga Selasa pukul 20.00 WIB tercatat 15 orang, sebagian
besar warga beberapa desa di Kecamatan Cangkringan, kawasan selatan kaki gunung
merapi ini.
Saya hanya bisa berdo’a semoga bencana gunung merapi meletus ini cepat selesai dan
kepada keluarga korban bersabar dan berdo’a ...
TSUNAMI
Bencana Alam : Tsunami Mentawai Setinggi 3 MeterSelasa, 26/10/2010 17:34 WIB
PMI: Tsunami di Mentawai Setinggi 3 Meter Ken Yunita – detikNews
Jakarta – Gempa 7,2 skala richter (SR) yang mengguncang
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, semalam ternyata
menimbulkan tsunami yang cukup mengerikan. “Gempa ini
telah menimbulkan tsunami setinggi 3 meter yang menerjang
Kepulauan Mentawai yang meliputi Sikakap, Pagai Utara,
Pagai Selatan dan Sipora,” begitu data yang dimiliki PMI yang
dikirimkan kepada detikcom, Selasa (26/10/2010).
Menurut PMI, tsunami telah menyebabkan sebanyak 645 KK
mengungsi, selain itu 4 orang dinyatakan meninggal dan 103 orang hilang.
Para korban yang dilaporkan hilang itu tersebar di 9 nagari yakni Sikakap, Muara Taikako,
Silabu, Malakopak, Sinakok, Makalo, Beleraksok, Bulasan, dan Bosuwa. Kemungkinan
besar, korban akan bertambah.
Akibat bencana ini, warga Kepulauan Mentawai mengalami ketakutan yang luar biasa.
Apalagi, isu akan adanya tsunami susulan berhembus kencang di kalangan warga.
Untuk memberi rasa aman untuk warga, PMI menyiagakan sekitar 50 relawan dan 5 unit
ambulans. PMI mencoba terus mengumpulkan informasi untuk membantu para korban yang
saat ini dalam kondisi trauma.
Selain relawan, PMI juga mengirimkan melakukan pendistribusian 50 Kantong mayat, serta
10 box sarung tangan latex dan masker. Selanjutnya juga PMI akan melakukan pendataan
terhadap korban untuk pemberian bantuan lebih lanjut.
PMI menyebut korban tewas 4 orang. Sedang Badan Provinsi Penanggulangan Bencana
Daerah Sumbar menyitir, korban tewas mencapai 23 orang. Sementara Yayasan Citra
Mandiri Mentawai mencatat korban tewas 31 orang. Gempa 7,2 SR di Mentawai terjadi pukul
21.40 WIB hari Senin (25/10). BMKG menetapkan berpotensi tsunami dan mencabutnya
sejam kemudian. Namun tsunami dahsyat makan korban baru diketahui sore tadi karena
tidak ada alat pemantau di sekitar Mentawai.
ANGIN PUTING BELIUNGKerusakan akibat puting beliung diinventarisasiMinggu, 6 Mei 2012 02:09 WIB | 1693 Views
Deli Serdang, Sumut (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara, hingga kini masih menginventarisasi dampak kerusakan sarana dan prasana umum di
Kecamatan Tanjung Morawa akibat diterjang angin puting beliung pada Jumat (4/5) sore.
"Berdasarkan inventarisasi sementara, jumlah rumah penduduk yang rusak parah sebanyak
30 unit dan rusak ringan sekitar 14 rumah. Sedangkan korban jiwa tidak ada," kata Camat
Tanjung Morawa, Zainal Abidin Hutagalung di Tanjung Morawa, Sabtu.
Tim dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) bersama para staf dari kantor Kecamatan Tanjung
Morawa sejak Sabtu pagi melakukan pendataan ke sejumlah rumah yang rusak diterjang
angin puting beliung.
Sebagian besar rumah penduduk yang rusak diterjang angin kencang ditemukan berlokasi di
komplek perumahan Cendana Asri Desa Medan Sinembah.
Sisi bangunan rumah yang rusak parah dominan terdapat pada bagian atap rumah.
Hasil pendataan terhadap rumah serta sarana dan prasarana umum yang rusak akibat
peristiwa fenomena alam itu direncanakan dibahas pejabat instansi terkait di jajaran Pemkab
Deli Serdang, Senin (7/5).
Meski kondisi sebagian besar rumah yang rusak sudah diinventarisasi, Zainal mengaku
belum bisa menyebutkan secara rinci total kerugian yang ditimbulkan akibat bencana alam
tersebut.
Dia juga belum bisa memastikan kapan dan bentuk paket bantuan akan diberikan Pemkab
Deli Serdang untuk meringankan beban biaya yang harus dipikul sejumlah warga korban
angin puting.
"Kami belum bisa memastikan apakah nantinya ada dana bantuan untuk perbaikan rumah,"
ucapnya.
Namun untuk meringankan beban penderitaan bagi korban bencana puting beliung, pihaknya
bekerja sama dengan instansi terkait telah mendirikan posko pelayanan kesehatan.
Selain di Tanjung Morawa, angin puting beliung disertai hujan deras pada saat yang hampir
bersamaan juga melanda sebagian Kecamatan Patumbak.Tiupan angin kencang tersebut
dalam waktu relatif singkat memporakporandakan atap belasan unit rumah warga Dusun II,
Pasar IV, Kecamatan Patumbak II.
(T.KR-JRD/M034)
LUMPUR LAPINDO
“Penetapan semburan lumpur Lapindo di Kabupaten Sidoarjo sebagai bencana oleh Tim
Pengawas Penanggulangan Lumpur Sidoarjo DPR akan berimplikasi luas, antara lain
pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggungjawab dalam penanggulangan
bencana, termasuk soal biaya”
Biasanya yang namanya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami,
angin puting beliung, atau yang sebangsa itu adalah Disaster yang natural. Disaster yang
terjadinya karena faktor God will (skenarionya Sang Penguasa Alam). Kalau bencana itu
terjadi karena faktor keteledoran manusia, apa iya disebut bencana alam?
“Enak sekali jadi pengusaha Lapindo”, demikian komentar seorang teman. Setelah proyek
pengeboran PT Lapindo Brantas Inc. itu menimbulkan bencana karena keteledoran
pengusahanya, lalu berlindung di balik TP2LS DPR. Itu artinya, tinggal gelangang colong
playu (lari dari tanggung jawab). Tinggal pemerintah yang mengurusi gelangang-nya. Lha,
pemerintah ini kok ya mau-maunya ditinggali gelanggang…. Opo pemerintah wis sugih? (apa
pemerintah sudah kaya?).
Sejatinya memang bukan persoalan kaya atau belum kaya, punya uang atau belum punya
uang, dalam menyelesaikan masalah bencana lumpur Lapindo. Melainkan lebih kepada
tanggungjawab moral dan professional pihak pengusahanya.
Jelas-jelas bencana lumpur itu terjadi sebagai akibat dari keteledoran atau kecerobohan
pihak pengusaha dalam memenuhi SOP (Standart Operating Prosedure) dalam proses
pengeboran. Hal ini sudah banyak dikaji oleh para ahli yang kompeten di bidangnya dan
dipublikasi di berbagai media. Maka siapapun tahu siapa yang seharusnya paling
bertanggungjawab atas akibat yang ditimbulkan oleh kegagalan itu.
Kini, masalah menjadi meluber seperti luberannya lumpur Lapindo di Sidoarjo. Bukan lagi
menjadi masalah kegagalan teknis yang ditanggungjawabi secara moral dan professional.
Melainkan sudah berubah menjadi masalah kegagalan teknis yang ditanggungjawabi secara
politis. Dan, sidang paripurna DPR pun menggelar pembahasan ini. Sementara Wapres
Jusuf Kalla menegaskan : “Bencana alam atau bukan, itu bukan masalah politis”.
Politisasi bencana lumpur Lapindo barangkali hanya masalah ketok palu di DPR. Tapi
“implikasinya sangat luas dan tidak ringan”, kata ahli hukum tata negara UGM, Denny
Indrayana. Sebab, bagaimana menyembuhkan cedera rasa keadilan masyarakat Sidoarjo
yang menjadi korban lumpurlah yang sebenarnya paling mendesak diberikan solusi.
Bagaimana mempersingkat proses tarik-ulur pemenuhan hak-hak para korban bencana,
bukan malah ditarik-tarik terus, enggaaak…. selesai-selesai. Merekalah (mereka masyarakat
maksudnya, bukan anggota DPR) yang paling merasakan beban penderitaan akibat bencana
Lapindo.
Rasa apatis masyarakat terhadap proyek-proyek padat modal dan padat teknologi
seharusnya lebih diutamakan untuk secepatnya diantisipasi. Sebab implikasinya bukan tidak
mungkin menumbuhkan rasa tidak percaya masyarakat pada umumnya terhadap proyek-
proyek semacam Lapindo, ataupun bentuk-bentuk proyek investasi yang lain. Bagaimana
agar kelak masyarakat tidak menjadi trauma dalam menyikapi adanya proyek investasi yang
sedang digalakkan pemerintah. Jangan-jangan kalau nanti ada masalah, tidak ada
penyelesaian yang adil dan malah merepotkan saja.
Bagaimana melihat multiplier effect dari penanganan bencana semacam lumpur Lapindo ini?
Mencoba melihat kembali tentang perlunya studi AMDAL bagi setiap proyek investasi (lihat :
Keputusan Kepala BAPEDAL No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup), maka
sosialisasi kepada masyarakat terhadap proyek yang akan dijalankan adalah salah satu
tahap awal yang harus dilakukan.
Apa yang sekarang terjadi ketika tahap sosialisasi itu dijalankan? Masyarakat akan bertanya
dengan kritis apa yang akan dilakukan oleh perusahaan atau pengusaha jika terjadi bencana
“semacam” lumpur Lapindo. Artinya, efek traumatis masyarakat setiap kali ada proyek
investasi di daerahnya nampaknya memang sudah tertanam.
Seorang teman bercerita, kecenderungan masyarakat yang skeptis terhadap adanya proyek
investasi nampak dari komentar mereka : “lebih banyak mudharatnya dibanding manfaatnya”.
Itu karena cara penanganan korban lumpur Lapindo selalu menjadi referensi kekhawatiran
mereka. Dan, memulihkan atau membalikkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
adanya proyek investasi bukanlah pekerjaan mudah. Tidak semudah membelokkan urusan
moral dan professionalisme menjadi urusan politis.
Maka sebenarnya dapat dipahami kalau masyarakat Sidoarjo muring-muring (marah) lalu
menjadi sensitif kalau sudah bicara tentang upaya memperjuangkan hak-hak mereka. Juga
harus dipahami kalau masyarakat di tempat lain menjadi trauma terhadap proyek-proyek
investasi yang sedang digalang pemerintah. Bukan saja terhadap proyek yang padat modal
dan padat teknologi yang bersentuhan langsung dengan alam, melainkan juga proyek di
berbagai sektor industri.
Bagaimana pemerintah menyikapi bencana (dan rentetan dampaknya) lumpur Lapindo
dengan bijaksana dengan memperhatikan kepentingan hak-hak masyarakat yang menjadi
korban, dan bagaimana membangun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap proyek-
proyek investasi lainnya, kiranya perlu lebih dikedepankan. Agar masyarakat sebagai
stakeholder sebuah proyek investasi tidak sekedar menjadi penonton, atau peminta
sumbangan ketika perayaan 17-an.
Perusahaan adalah pihak yang paling berkewajban memposisikan masyarakat sebagai
stakeholder, dan paling bertanggungjawab menyelesaikan jika terjadi masalah. Bukannya
malah tinggal gelanggang colong playu itu tadi. Tinggal gelanggang-nya diurus pemerintah
dan masyarakatnya yang menjadi korban.
Apakah bencana lumpur (pengeboran) Lapindo lalu tetap diklaim sebagai bencana alam?
Apakah bencana (keteledoran) manusia akan dituduhkan sebagai bencana (“keteledoran”)
alam?
Kompas, 19 Februari 2008
KEBAKARAN HUTANKebakaran Hutan Gunung Lawu Makin Meluas Benny N. Joewono | Selasa, 29 September 2009 | 15:08 WIB
KARANGANYAR,
KOMPAS.com - Kebakaran
hutan di Gunung Lawu yang
berada di daerah perbatasan
antara Jawa Tengah dengan
Jawa Timur kian meluas.
Api terus menjalar akibat tiupan
angin kencang dan cuaca panas dan api telah mendekati kawasan pusat ritual di Argo Dalem
dan Sendang Drajad di puncak gunung tersebut.
"Angin di puncak gunung sangat kencang sehingga mengakibatkan kobaran api sangat cepat
merambat. Ada sekitar satu hektare hutan pinus serta ilalang ludes tarbakar dan sekarang ini
tengah dalam proses memadaman," kata Koordinator Satlak Penanggulangan Bencana Alam
Kabupaten Karanganyar, Aji Pratama Heru Kristanto, Selasa (29/9).
"Tadi malam api sampai Argo Dalem dan beberapa orang naik ke puncak untuk
memadamkan api. Jangan sampai api terus ke bawah. Dengan peralatan seadanya kami
membuat parit dan membabat ilang yang belum terbakar. Dengan cara ini bisa menghambat
kebakaran tersebut," katanya.
Menyinggung luas areal hutan yang terbakar, sampai sekarang belum bisa diketahui secara
pasti, tetapi yang jelas kebakaran hutan di Gunung Lawu itu berawal dari daerah Jawa Timur
terus merembet di daerah Karanganyar, Jawa Tengah.
"Kebakaran hutan di Gunung Lawu itu kemarin masih berada di daerah Jenawi, tetapi
sekarang telah masuk Tawangmangu, dan ada sekitar 150 orang telah naik ke puncak
gunung tersebut untuk memadamkan api tersebut," katanya.
Kebakaran hutan ini apabila benar-benar melanda seluruh kawasan puncak Gunung Lawu,
maka dampaknya akan sangat luar biasa, di samping Gunung Lawu akan gundul, bisa
mengakibatkan longsor dan banjir.
Karena itu, diperlukan perhatian serius untuk mengantisipasi agar api segera padam dan
tidak menjalar ke mana-mana.
Untuk memadamkan kebakaran hutan Gunung Lawu diakui sangat sulit, pemadaman hanya
dilakukan dengan cara manual.
Sekarang ini dari pihak Satlak Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten karanganyar,
telah mendirikan posko penanggulangan bencana di Cemarakandang, desa Gondosuli,
Tawangmangu, Karanganyar.