presentasi banjir

32
Dampak Banjir January 29, 2013 Filled under Info No Comments ? Dampak banjir Dampak banjir - Banjir adalah fenomena alam yang tidak bisa dihilangkan selama masih ada hujan. Pemerintah saat ini berupaya mengurangi resiko dari dampak banjir. Seperti halnya Jakarta yang dulunya banjir masih setinggi pinggang orang dewasa sekarang hanya semata kaki dan genangan banjir juga tidak sampai berhari-hari. Dampak banjir di Jakarta yang sangat terasa antara lain: Inflasi bisa melonjak Bank Indonesia memperkirakan banjir yang terjadi di Jakarta beberapa hari lalu akan menyebabkan inflasi sedikit melonjak. Bahkan nilainya bisa meningkat di atas ekspektasi semula. Inflasi banjir tentu ada pengaruhnya tapi tidak nasional. Diukur dari rata-rata, ada banyak daerah di Indonesia. Pengusaha angkutan jabar rugi miliaran rupiah Kerugian terjadi karena pendapatan angkutan umum menurun 40-50 persen serta kerusakan kendaraan akibat banjir. Pengusaha angkutan umum Jawa Barat mengalami kerugian miliaran rupiah

description

presentasi banjir

Transcript of presentasi banjir

Page 1: presentasi banjir

Dampak Banjir

January 29, 2013 Filled under Info No Comments ?

Dampak banjir

Dampak banjir - Banjir adalah fenomena alam yang tidak bisa dihilangkan selama masih ada hujan. Pemerintah saat ini berupaya mengurangi resiko dari dampak banjir. Seperti halnya Jakarta yang dulunya banjir masih setinggi pinggang orang dewasa sekarang hanya semata kaki dan genangan banjir juga tidak sampai berhari-hari. Dampak banjir di Jakarta yang sangat terasa antara lain:

Inflasi bisa melonjak

Bank Indonesia memperkirakan banjir yang terjadi di Jakarta beberapa hari lalu akan menyebabkan inflasi sedikit melonjak. Bahkan nilainya bisa meningkat di atas ekspektasi semula. Inflasi banjir tentu ada pengaruhnya tapi tidak nasional. Diukur dari rata-rata, ada banyak daerah di Indonesia.

Pengusaha angkutan jabar rugi miliaran rupiah

Kerugian terjadi karena pendapatan angkutan umum menurun 40-50 persen serta kerusakan kendaraan akibat banjir. Pengusaha angkutan umum Jawa Barat mengalami kerugian miliaran rupiah akibat dampak banjir yang terjadi di Ibukota Jakarta sejak pekan lalu.

PLN rugi Rp 20 miliar

PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang telah menghitung kerugian yang harus ditanggung perseroan akibat banjir besar yang melumpuhkan Jakarta beberapa pekan lalu. Dari hasil perhitungan PLN, tercatat kerugian Rp 20 miliar akibat puluhan ribu mini circuit breaker (MCB) atau meteran rumah yang rusak karena terendam banjir. Kerugian PLN sekitar Rp 20 miliar untuk mengganti 50.000 kwh meter yang rusak karena banjir.

Dampak Banjir

Page 2: presentasi banjir

Dampak Banjir Jakarta di bidang kesehatan

Langkah-Langkah Mengatasi Banjir Di KotaJanuary 5, 2013 Filled under Info No Comments 6

Metode Memanen Hujan (Rain Water Harvesting)Meskipun Kota Jakarta dan Istana WAPRES tergenang akibat hujan di musim kemarau (Kompas 17 Juli 2005), namun justru masyarakat di berbagai daerah di Indonesia relatif diuntungkan dengan adanya hujan salah mongso yang masuk sampai akhir bulan Juli. Tahun 2005 ini dalam istilah hidrologi sering disebut dengan tahun basah, tahun dimana jumlah hari hujan dan intensitas hujan mencapai maksimal.

Namun masyarakat dan pemerintah tidak boleh lupa bahwa kejadian ini tidak akan berlangsung terus-menerus. Kekeringan pada musim kemarau berikutnya akan kembali menimpa kita, demikian juga banjir di musim hujan. Banjir dan kekeringan dapat diprediksikan akan terus berlanjut, karena kerusakan sebagian besar Daerah Aliran Sungai di Indonesia ini sudah sangat serius. Demikian juga masalah kekurangan air bersih akan menjadi semakin serius karena kertersediaan air tanah dan permukaan semakin berkurang.

Metode yang akan ditawarkan dalam tulisan ini, untuk dikembangkan di Indonesia guna menanggulangi masalah di atas termasuk masalah air genangan di kota-kota akibat hujan salah mongso adalah metode memanen hujan (rain water harvesting). Istilah memanen hujan sebenarnya berasal dari bidang pertanian, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan air pertanian di daerah arid dan semi arid. Namun upaya memanen hujan di dunia internasional saat ini menjadi bagian penting dalam agenda entvironmental water resources management dalam rangka penanggulangan ketimpangan air di musim hujan dan kemarau (lack of water), kekurangan pasokan air bersih penduduk dunia serta penanggulangan banjir dan kekeringan. Memanen hujan dapat didefinisikan sebagai upaya menampung air hujan sehingga dapat untuk kebutuhan air bersih atau dengan meresapkan air hujan ke dalam tanah sehingga banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau dapat ditanggulangi.

Perkembangan terakhir di negera maju yang dapat dilihat di International Exibition on Water and Wastewater di Munich, Jerman, 24 – 29 April 2005 yang lalu, justru mulai ada tren besar-besaran untuk membuat kolam tando air hujan skala rumah tangga untuk keperluan mengepel, mencuci mobil, untuk menyiram tanaman, mengglotor toilet, bahkan ada yang dilengkapi sekaligus dengan perangkat pengolahan air mini sehingga seluruh air hujan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa metode memanen hujan yang telah berkembang dan beberapa wacana memanen hujan yang dapat dikembangkan di Indonesia, baik memanen

Page 3: presentasi banjir

hujan yang langsung bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih rumah tangga maupun memanen air hujan untuk mengisi air tanah.

1. Metode memanen hujan dengan kolam atau bak tando air rumah tangga

Kolam tando air rumah tangga sudah banyak dipakai masyarakat secara tradisional sebagai cadangan air bersih. Misal kolam tando harian komunal di Gunung Kidul, DIY (kolam PAH = kolam Pengumpul Air Hujan) yang dibuat ditengah-tengah masyarakat, sehingga setiap orang dapat menggunakannya. Atau secara individu membuat kolam tando di bawah rumah atau di bawah teras, dengan hitungan volume yang mencukupi untuk keperluan air minum dan mandi atau keperluan lainnya, misal untuk mengepel, mencuci kendaraan, menggelontor WC dll. Kolam tando ini juga bisa di bangun dengan ketinggian cukup sehingga pengalirannya dapat menggunakan tenaga grafitasi. Untuk rumah sederhana dan rumah tingkat atau hotel dapat digunakan kolam tandu dengan pola tampung vertikal berbentuk selinder dengan diameter 1-2 m disesuaikan dengan desain rumah yang ada. Hal ini sangat menguntungkan karena minimal selama musim hujan kebutuhan dasar air bersih dapat ditopang dengan bak tando ini. Metode ini perlu segera dikembangkan dan dimasyarakatkan secara luas.

2. Metode memanen hujan dengan kolam dan sumur resapan

Metode memanen hujan ini sudah dipraktekan secara tradisionel oleh nenek moyang bangsa Indonesia; setiap rumah tangga dulu mempunya kolam-kolam dan jogangan sekaligus untuk memelihara ikan, tempat sampah organik atau merendam kayu. Metode kolam resapan atau ini dalam skala besar sangat mudah untuk disosialisasikan melalui pola pemenuhan kebutuhan bahan urug atau pasir (bahan galian C). Pemerintah dan masyarakat dapat mencari lokasi tambang galian C, kemudian dikeruk hasil galiannya dipakai sebagai bahan urug. Bekas galiannya dipakai sebagai kolam resapan air sekaligus dikembangkan untuk rekreasi. Cara ini banyak dipraktekkan di negara-negara maju, sehingga dalam jangka waktu tertentu mereka mempunyai banyak sekali danau-danau buatan. Disamping itu konstruksi kolam resapan dapat dibangun di areal pemukiman, dimana limpasan air hujan suatu kawasan pemukiman ditampung di suatu kolam untuk diresapkan atau dapat digunakan untuk kebutuhan air irigasi. Sedangkan metode sumur resapan sudah banyak dikenal masyarakat, dapat diimplementasikan pada setiap unit perkantoran, tempat-tempat rekreasi, olah raga, pada ruas-ruas jalan, lapangan terbang dan lain sebagainya. Masyarakat sudah banyak mengenal sumur resapan, namun implementasinya masih tergolong lambat.

3. Metode memanen hujan dengan tanggul pekarangan

Masyarakat di pedesaan di Indonesia sampai saat ini masih mempunyai metode menanggulangi erosi pekarangan dengan membuat tanggul rendah 20 – 30 cm dari susunan batu kosong atau batu bata dan tanaman mengelilingi pekarangan mereka. Konstruksi ini ternyata berfungsi juga sebagai pola memanen hujan, karena limpasan limpasan hujan akan tertahan dan meresap di areal pekarangan tidak langsung mengalir ke sungai. Tradisi ini perlu dikembbangkan dan didukung secara nyata oleh pemerintah.

4. Metode Memanen hujan dengan revitalisasi danau, telaga dan situ

Kondisi telaga, danau dan situ diberbagai tempat di Indonesia semakin memburuk, daya tampungnya drastis berkurang karena sedimentasi, jumlahnya drastis berkurang karena

Page 4: presentasi banjir

banyak yang diurug dan dijarah dijadikan areal pemukiman. Metode rain water haversting dapat dilakukan untuk merevitalisasi kembali danau, telaga dan situ dengan konsep ekohidraulik, yaitu memperbaiki dan menyehatkan seluruh komponen penyusun telaga, situ dan danau yang bersangkutan, sehingga dapat berfungsi menampung dan merespakan air hujan hingga dapat digunakan untuk keperluan air minum maupun pengisian air tanah.

5. Metode memanen hujan dengan modifikasi landsekap

Modifikasi landsekap untuk memanen hujan sedang banyak dikerjakan di beberpa negara maju, misal di Kanada, Jerman dan Jepang. Salah satunya dengan mengganti jaringan drainase kawasan dengan cekungan-cekungan diberbagai tempat (modifikasi landsekap), sehingga air hujan akan tertampung di lokasi cekungan tersebut. Dengan cara modifikasi landsekap ini ternyata dapat menekan biaya konstruksi jaringan drainase suatu kawasan. Di Indonesia metode ini belum berkembang sama sekali, sehingga mendesak untuk dilakukan studi dan pilot project secara intensif.

Metode memanen hujan dengan mengembangkan daerah perlindungan air tanah

Pemerintah dan masyarakat mengusahakan suatu kawasan atau wilayah tertentu yang khusus diperuntukkan sebagai daerah pemanenan air hujan (peresapan air hujan) yang dijaga deversifikasi vegetasinya dan tidak boleh dibangun konstruksi apapun di atas areal tersebut . Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai kepasitas peresepan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan. Konsep ini belum banyak dikenal di Indonesia, maka setiap daerah perlu segera mencari lokasi atau kawasan yang dapat dikembangkan menjadi cagar alam resapan air hujan ini.

8. Metode memanen hujan dengan memempertahankan hutan

Hutan dapat dijadikan sebagai komponen pemanen air dengan cara mempertahankan kelestarian hutan tersebut. Penelitian terakhir di hutan Amazon, Amerika Latin menyebutkan bahwa sebenarnya hutan dapat mendaur ulang hujan hingga 75 % dan 25% sisanya mengalir kehilir dan meresap kedalam tanah. Mekanisme daur ulang hujan tersebut dimulai dengan evapotranspirasi, pembentukan awan di wilayah hutan dan awan ini jatuh kembali berupa hujan, demikian seterusnya. Daur ulang ini adalah mekanisme fungsi hutan dalam memanen hujan. Dengan 75% air hujan tersirkulasi di wilayah hutan, maka frekuensi hujan di wilayah tersebut relatif tinggi dan teratur serta musim hujannya realtif panjang. Hujan dengan frekuansi tinggi ini tidak akan menyebabkan banjir karena 75 % menguap dan hanya 25% mengalir kehilir. Kekeringan juga tidak akan terjadi, karena pasokan air 25 % ke hilir tersebut didapatkan secara kontinyu hampir sepanjang tahun. Melihat fungsi hutan komponen daur ulang air hujan tersebut, maka kedepan hutan harus dipandang sebagai modal tetap atau aktiva tetap, bukan sebagai modal bergerak. Perlu disadari bahwa harga kayu yang dihasilkan dari merambah hutan tidak lebih dari 7% jika dibandingkan dengan harga fungsi hutan secara integral yaitu hutan sebagai penyimpan air, pengendali banjir, pengendali kekeringan, pengendali longsor, stabilisator temperatur, konservasi ekosistem mikro dan makro serta pemasok oksigin.

Terakhir, ironis sekali karunia hujan yang begitu besar di Indonesia ini masih diterlantarkan begitu saja. Sementara kondisi penyediaan air bersih negara ini mengkhawatirkan, banjir dan kekeringan setiap tahun mengancam. Air hujan dengan kualitas relatif tinggi yang turun 5 sampai 6 bulan dalam satu tahun di kawasan kita sungguh merupakan potensi yang sangat

Page 5: presentasi banjir

luar biasa. Yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat mulai sekarang ini adalah mengembangkan metode-metode tepat guna untuk memanen hujan seoptimal mungkin untuk pemenuhan kebutuhan air kita sehari-hari, mengurangi banjir dan kekeringan.

Banjir di kota

Langkah-langkah mengatasi banjir di kota - Cara mengatasi banjir,  Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau perorangan saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan Jakarta dan kota lain di Indonesia dari banjir besar. Meninggikan bangunan rumah memang dapat menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun kita tidak mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir, manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta dari banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi, namun juga menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.

Langkah-langkah mengatasi banjir di kota:

Membuat lubang-lubang serapan air

Berkurangnya lahan resapan air dan penggunaan air tanah yang sangat berlebihan menyebabkan turunnya permukaan air tanah. Hal ini berakibat pada semakin sulitnya untuk mendapatkan air yang berkualitas. Kondisi ini diperparah dengan semakin tergusurnya keberadaan pepohonan oleh bangunan-bangunan sehingga daya serap tanah terhadap air semakin berkurang.

Memperbanyak ruang terbuka hijau

Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau sangat diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.

Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa

Page 6: presentasi banjir

Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.

Itulah langkah-langkah mengatasi banjir di kota yang di ambil dari beberapa sumber, semoga bermanfaat.

Cara Mengatasi BanjirJanuary 27, 2013 Filled under Info No Comments 1

Cara mengatasi banjir

Cara mengatasi banjir – Cara mengatasi banjir di Jakarta, Setiap tahun warga Jakarta bersiap-siap menghadapi banjir yang kerap kali mengunjungi kota Jakarta dan mengakibatkan berbagai kerugian. Jakarta merupakan kota yang sangat padat dan masih menjadi daya tarik semua penduduk dari daerah untuk mengadu nasib di Ibukota ini. Sayangnya bila Banjir datang, semua warga akan mengalami ketidaknyamanan seperti kemacetan lalulintas hingga berjam-jam karena genangan air banjir dijalan, sebagian warga yang tinggal dititik-titik banjir harus bekerja keras menyelamatkan perabotan rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi, membersihkan rumah sehabis banjir dan tak jarang yang mengalami sakit akibat tamu tak diundang ini. Ada pula korban jiwa yang jatuh akibat banjir. Berikut ini kami akan menyajikan cara mengatasi banjir, mari kita simak

Memfungsikan sungai dan selokan air sesuai funginya

Fungsi sungai dan selokan adalah tempat aliran air, jangan sampai berubah fungsi menjadi tempat sampah.  Hal ini juga berarti  membersihkan drainase dibawah bagunan dan jalan raya.

Larangan membuat pemukiman dekat sungai

Banyak warga jakarta membangun pemukimannya di pinggiran sungai karena sudah tidak ada lahan lagi.  Keberadaan mereka terkadang tidak memberikan peningkatan perekonomian. Inilah alasan bagaimana pemerintah harus membuat larangan untuk tidak membangun pemukiman di dekat sungai dan melarang orang-orang yang tanpa tujuan tidak jelas datang ke Jakarta dalam jangka waktu yang lama.

Page 7: presentasi banjir

Menanam pohon

Sebagai warga Negara yang baik, pasti ingin Jakarta hijau dan langit Jakarta yang biru. Hal ini dapat terwujud apabila semua warga menanam pohon dipekarangan rumah dan kantor masing-masing. Semua lahan yang ada, ditata dan ditanami pohon dengan baik. Dan hasilnya Jakarta akan nampak lebih asri karena pohon adalah peneralisasi polusi udara di siang hari dan sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya.

Penanganan sampah yang baik

Selain membuang sampah pada tempatnya, maka dapat dilakukan juga pemilahan antara sampah organik dan non organik. Sampah organik dari rumah tangga dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik, langsung dapat ditaruh di pot-pot tanaman dan cepat teruarai. Sedangkan sampah non organik dapat dikumpulkan dan dimusnahkan secara bersamaan untuk mengurangi polusi udara dan tanah.

Itulah beberapa cara mengatasi banjir yang harus kita lakukan agar tahun depan intensitas banjir menurun.

Cara Mengatasi Banjir

cara alami merawat kening, solusi yang pernah dilakukan untuk mengatasi banjir di jakarta

Artikel Terkait Cara Mengatasi Banjir Contoh artikel banjir

Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu output dari pengelolaan DAS yang tidak tepat. Bencana banjir menjadi populer dalam waktu hampir bersamaan (pada awal tahun 2007) beberapa kota dan kabupaten di Indonesia terpaksa harus mengalami bencana ini, bahkan DKI Jakarta yang notabene merupakan ibukota negara RI terpaksa harus terendam air. Kejadian banjir yang cukup berat juga pernah dialami oleh DKI Jakarta pada awal tahun 2002 yang menggenangi sebagian wilyah DKI jakarta walaupun tidak sehebat banjir awal tahun 2007.Dari hasil pemantauan di lapangan, maka dapat diidentifikasi beberapa penyebab banjir secara biofifik yaitu ; curah hujan yang sangat tinggi, karakterisitk DAS itu sendiri, penyempitan saluran drainase dan perubahan penggunaan lahan.Penjelasan dari penyebab banjir di atas adalah sebagai berikut :

Page 8: presentasi banjir

Curah Hujan. Curah hujan pada saat banjir jakarta pada tanggal 18 januari 2002, disebabkan oleh curah hujan harian sebesar 105 mm/ hari, kemudian banjir kedua pada tanggal 30 januari 2002 disebabkan curah hujan sebesar 143 mm/ hari. Padahal curah hujan di atas 50 mm/ hari patut diwaspadai. Kejadian banjir Jakarta dan sekitarnya pada tanggal 3 Pebruari 2007 berdasarkan data pengamatan tinggi muka air dan debit sungai ciliwung di pos pengamatan bendungan katulampa menunjukan angka 250 cm, padahal tinggi muka air melampau angka 100 cm sudah harus siaga. Curah hujan mencapai 172 mm/ hari (sudah melebihi banjir jakarta tahun 2002). Dengan lamanya hujan yang dimulai awal januari 2007 menyebabkan tanah menjadi jenuh dengan air sehingga pada saat hujan sebagian air hujan merupakan aliran permukaan (run off). Juga pada saat bersamaan laut di pantai utara DKI Jakarta naik.Karakteristik DAS. Daerah aliran sungai (DAS) yang ,menyebabkan banjir jakarta adalah DAS Ciliwung-Cisadane. Karakterisitik DAS meliputi bentuk dan kemiringan lereng. Karakteristik DAS Ciliwung-Cisadane mempunyai bentuk daerah hulu dan tengah dengan kelerengan terjal. Sedangkan daerah tengah sampai hilir sangat datar dan luas. Bentuk DAS ini begitu hujan jatuh maka air hujan dari daerah hulu langsung mengalir ke bawah dengan waktu konsentrasi yang singkat.Saluran Drainase. Saluran drainase memiliki peran sangat penting sebagai jalan bagi air untuk sampai ke laut yang merupakan tujuan akhir dari air mengalir. Volume saluran drainase sungai ciliwung khususnya daerah hilir disana sini mengalami penyusutan yang disebabkan oleh ukuran lebarnya berkurang, terjadi pengendapan dan masih berkembangnya prilaku masyarakat membuang sampah di sungai.

Banjir yang Berlangsung Terus Menerus di IndonesiaBanyak sekali permasalahan banjir di Indonesia yang perlu dikaji secara  mendalam. Misalnya, banjir Sungai Citarum pada tahun 2000. Masalahnya, banjir dengan diikuti tanah longsor seperti yang terjadi di berbagai daerah seperti di Aceh, Lampung, Jakarta, Bandung, Cilacap, Purwokerto, Kebumen, Gorontalo, tidak cukup hanya  diratapi bersama sebagai bencana alam. Juga tidak cukup bila hanya dengan mengkambinghitamkan hujan deras sebagai penyebab tunggal. Seluruh faktor penyebab harus diungkap dan jalan pemecahannya perlu dicari agar bisa ditindaklanjuti secara serius.

Sedikitnya ada lima faktor penting penyebab banjir di Indonesia yaitu: faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai , faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana prasarana.

Faktor hujan.

Hujan bukanlah penyebab utamna banjir dan tidak selamanya hujan lebat akan menimbulkan banjir. Begitu pula sebaliknya . Terjadi atau tidaknya banjir justru sangat tergantung dari keempat faktor penyebab lainnya karena secara statistik hujan sekarang ini merupakan pengulangan belaka dari hujan yang telah terjadi di masa lalu. Hujan sejak jutaan tahun yang

Page 9: presentasi banjir

lalu berinteraksi dengan faktor ekologi, geologi, vulkanik mengukir permukaan bumi menghasilkan lembah, sungai, danau, cekungan serta sungai dan bantarannya. Permukaan bumi ini kemudian memperlihatkan secara jelas lokasi-lokasi rawan banjir yang perlu diwaspadai.

Penanggulangan banjir dari faktor hujan ini sangat sulit, bahkan mustahil, karena hujan adalah faktor ekstern yang digerakkan oleh iklim makro/global. Usaha yang bisa dilakukan adalah menjauhkan permukiman, industri dan pusat pertumbuhan lainnya dari daerah banjir yang sudah secara historis dipetakan oleh hujan. Untuk mengurangi kerugian banjir akibat hujan, bisa dikembangkan fungsi peringatan dini. Caranya dengan mengukur tinggi hujan di berbagai tempat, lalu dibuat kurva hubungan antara curah hujan (tinggi hujan) dengan tinggi muka air sungai yang akan terjadi. Dengan ini masyarakat yang akan terkena banjir bisa mendapat informasi lebih dini.

Faktor DAS

Daerah Aliran Sungai adalah wilayah tangkapan air hujan yang akan mengalir ke sungai yang bersangkutan. Perubahan fisik yang terjadi di DAS akan berpengaruh langsung terhadap kemampuan retensi DAS terhadap banjir. Retensi DAS dimaksudkan sebagai kemampuan DAS untuk menahan air di bagian hulu. Perubahan tata  guna lahan, misalnya dari hutan dijadikan perumahan, perkebunan atau lapangan golf akan menyebabkan retensi DAS ter-sebut berkurang secara drastis.

Seluruh air hujan akan dilepaskan DAS ke arah hilir. Sebaliknya semakin besar retensi suatu DAS semakin baik, karena air hujan dapat dengan baik diresapkan (diretensi) dan secara perlahan-lahan dialirkan ke sungai hingga tidak menimbulkan banjir di hilir. Manfaat langsung peningkatan retensi DAS adalah konservasi air di DAS terjaga, muka air tanah stabil, sumber air terpelihara, kebutuhan air untuk tanaman terjamin dan fluktuasi debit sungai dapat stabil.

Retensi DAS dapat ditingkatkan dengan program penghijauan yang menyeluruh baik di perkotaan, pedesaan, atau kawasan lain, mengaktifkan reservoar-reservoar alamiah, pembuatan resapan-resapan air hujan alamiah dan pengurangan atau menghindari sejauh mungkin pembuatan lapisan keras permukaan tanah yang dapat mengakibatkan sulitnya air hujan meresap ke tanah.

Memperbaiki retensi DAS pada prinsipnya adalah memperbanyak kemungkinan air hujan dapat meresap secara alamiah ke dalam tanah sebelum masuk ke sungai atau  mengalir ke hilir. Untuk hal ini perlu kesadaran masyarakat secara masal terhadap pentingnya DAS melalui proses pembelajaran sosial yang intensif dan terus-menerus.

Kesalahan pembangunan

Pola penanggulangan banjir serta longsor sejak abad ke-16 hingga akhir abad  ke-20 di seluruh dunia sebenarnya hampir sama, yaitu dengan pelurusan, sudetan, pembuatan tanggul, pembetonan dinding, dan pengerasan tampang sungai. Sungai-sungai di Indonesia 30 tahun terakhir ini juga mengalami hal serupa.  Intinya adalah mengusahakan air banjir secepat-cepatnya dikuras ke hilir, tanpa memperhitungkan banjir yang akan terjadi di hilir.

Page 10: presentasi banjir

Pola pelurusan dan sudetan seperti di atas jelas mengakibatkan percepatan aliran air menuju hilir. Di bagian hilir akan menanggung volume aliran air yang jauh  lebih besar dibanding sebelumnya. Jika tampang sungai di tempat tersebut tidak  mencukupi maka akan terjadi peluapan ke bagian bantaran. Jika bantaran sungai  tidak cukup, bahkan mungkin telah penuh dengan rumah-rumah penduduk, maka akan  terjadi penggelembungan atau pelebaran aliran. Akibatnya areal banjir semakin melebar atau bahkan alirannya berpindah arah.

Pelurusan dan sudetan sungai pada hakikatnya merupakan penghilangan retensi atau pengurangan kemampuan retensi alur sungai terhadap aliran airnya. Penyelesaian  masalah banjir di suatu tempat dengan cara ini pada hakikatnya merupakan penciptaan masalah banjir baru di tempat lain di bagian hilirnya.

Oleh karena itu, pola penanganan banjir di Indonesia memasuki abad ke-21 initidak lagi dengan cara-cara di atas, namun dengan menggunakan prinsip  integralistik yaitu One River-One Plant and One Intergrated Management. Dengan  prinsip ini maka banjir juga harus dibagi secara integral sepanjang sungai  menjadi banjir kecil-kecil, guna menghindari banjir besar yang destruktif di suatu tempat tertentu.

Perlu dikembangkan juga prinsip Let River be Natural River. Implikasinya dalam penanggulangan banjir adalah justru sungai alamiah yang bermeander, bervegetasi  lebat, dan memiliki retensi alur tinggi, yang perlu dijaga kelestariannya. Soalnya, hanya ini yang mempunyai retensi tinggi terhadap banjir.

Pendangkalan

Faktor pendangkalan sungai termasuk faktor penting pada kejadian banjir.  Pendangkalan sungai berarti terjadinya pengecilan tampang sungai, hingga sungai tidak mampu mengalirkan air yang melewatinya dan akhirnya meluap.

Pendangkalan sungai dapat diakibatkan oleh proses pengendapan (sedimentasi)  terus-menerus, terutama di bagian hilir sungai. Proses sedimentasi di bagian  hilir ini dapat disebabkan oleh erosi intensif di bagian hulu. Erosi ini selain  merupakan akibat dari rusaknya DAS bagian hulu hingga tanahnya mudah tererosi,  juga karena pelurusan sungai dan sudetan, yang dapat mendorong peningkatan erosi di bagian hulu.

Material tererosi ini akan terbawa aliran dan lambat laun diendapkan di hilir  hingga menyebabkan pendangkalan di hilir. Masalah pendangkalan sungai sudah sangat serius dan ditemukan di hampir seluruh daerah hilir/muara di Indonesia.

Untuk itu perlu segera disosialisasikan perbaikan DAS dengan pelarangan  penjarahan hutan dan penghentian HPH serta peninjauan kembali proyek-proyek pelurusan dan sudetan-sudetan yang tidak perlu.

Pendangkalan sungai juga dapat diakibatkan oleh akumulasi endapan sampah yang  dibuang masyarakat ke sungai. Sampah domestik yang dibuang warga masyarakat ke  sungai terutama di kota-kota besar akan berakibat terjadinya pendangkalan dan penutupan alur sungai sehingga aliran air tertahan dan akhirnya sungai meluap.

Berbagai penelitian sungai di Indonesia mencatat bahwa setiap sungai yang  melintasi kawasan permukiman di samping kualitasnya sangat buruk juga kandungan  sampahnya

Page 11: presentasi banjir

tinggi. Maka sudah sangat mendesak untuk mengadakan sosialisasi  peraturan pelarangan dan sanksi pembuangan sampah di sungai bahkan jika perlu  dibentuk polisi sungai yang bertugas menjaga lingkungan sungai secara profesional.

Tata wilayah

Kesalahan fatal yang sering dijumpai dalam perencanaan tata wilayah adalah  penetapan kawasan permukiman atau pusat perkembangan justru di daerah-daerah rawan banjir. Terlebih lagi perkembangan tata wilayah juga sering tidak bisa dikendalikan, sehingga mengarah ke daerah banjir.

Sebagai contoh, banyak sekali perumahan baru yang dibangun di daerah bantaran  dan tebing sungai yang rawan banjir dan longsor. Demikian juga banyak terjadi  pembangunan jalan tol, jalan provinsi, tanggul, dan saluran drainasi, yang  justru dapat menyebabkan terjadinya banjir di kawasan tertentu karena salah  dalam perencanaannya. Air jadi tertahan, tidak bisa lancar keluar atau semua air mengalir menuju kawasan tertentu sehingga terjadi banjir.

Penyelesaian masalah itu tidak bisa digeneralisasi. Diperlukan semakin banyakorang yang ahli atau tahu mengenai banjir baik yang berskala mikro maupun makro, untuk merencanakan pembangunan tanpa menimbulkan banjir.

Kelima faktor tersebut secara integral perlu diperhatikan serius oleh seluruh  ahli banjir di Indonesia guna menghindari dan menanggulangi banjir secara  integral. Ironis juga rasanya, kalau negara Indonesia yang kaya akan masalah  banjir tidak kaya ahli banjir. Apa justru karena Indonesia tidak kaya ahli banjir maka sering kebanjiran?

ANJIR DAN FAKTOR PENYEBABNYA Kok Banjir ???, Kenapa Mesti Banjir ?….

Lutfi Andrian

Sumber: http://www.kampustekniksipil.co.cc/

Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir sebagai akibat terjadinya limpasan air dan sungai yang disebabkan debit air yang mengalir di sungai tersebut melebihi kapasitas pengalirannya. Selain akibat terjadinya limpasan sungai, genangan banjir dapat pula terjadi akibat terjadinya hujan setempat dimana genangan terjadi ; serta akibat terjadinya air pasang dari laut. Ketiga peristiwa tersebut bisa terjadi secara bersamaan maupun terpisah.

Upaya manusia untuk mengatasi masalah genangan dan banjir sampai sekitar tahun 1960-an terutama dengan mengandalkan bangunan/rekayasa teknik sipil pengendalian banjir (flood control) yang dikenal sebagai upaya fisik/struktur (structural measures). Upaya ini bertujuan untuk mengendalikan banjir sampai tingkat/besaran banjir tertentu dan tidak untuk menangani banjir yang besar. Oleh sebab itu upaya ini tidak untuk menciptakan/ mengubah daerah dataran banjir menjadi kebal dan aman terhadap ancaman banjir secara mutlak. Dalam kamus ICID, “flood control” adalah “the provbision of a specific amount of protection from flood”.

Page 12: presentasi banjir

Menyadari adanya keterbatasan upaya yang bersifat struktur tersebut, maka konsep penanganan masalah banjir yang akhir-akhir ini dikembangkan adalah penanganan yang menyeluruh/komprehensif, yaitu kombinasi antara upaya struktur dan nonstruktur.

Upaya untuk mengatasi masalah banjir di Indonesia sebenarnya telah dilakukan sejak masalah tersebut timbul, baik yang dikerjakan oleh masyarakat yang langsung tertimpa masalah maupun oleh pemerintah. Sebagai contoh, pembangunan berbagai sarana pengendalian banjir seperti saluran banjir kanal sungai arau dan pintu air lubuk begalung untuk mengatasi masalah banjir di kota Padang, telah dilakukan pada sekitar tahun 1920.

Masalah banjir adalah masalah yang sangat terkait dengan lingkungan hidup, yang dipengaruhi oleh keadaan dan peristiwa alam yang bersifat dinamis, serta akibat adanya berbagai kegiatan manusia di daerah aliran sungai (DAS) baik di hulu, tengah, dan hilir yang juga dinamis. Oleh sebab itu maka kunci keberhasilan upaya mengatasi masalah banjir ditentukan oleh tingkat keharmonisan antara berbagai kegiatan manusia dengan alam lingkungannya. Untuk itu maka masyarakat perlu ditingkatkan kesadarannya, kepeduliannya, serta kecintaannya terhadap alam dan lingkungan hidup.

Apa sih penyebab banjir itu???…

Masalah banjir adalah masalah yang menyangkut lingkungan hidup, dan terjadinya masalah umumnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor penyebab yang sangat luas dan komplek. Berbagai faktor penyebab tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor penyebab yang bersifat alamiah (yang menyangkut kondisi serta peristiwa alam), dan adanya pengaruh/campur tangan manusia yang bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di daerah aliran sungai (DAS) baik di bagian hulu, tengah maupun di hilir.

Kondisi dan Peristiwa Alam

Kondisi alam pada umumnya merupakan fenomena yang relatif statis, sedangkan peristiwa atau kejadian alam adalah bersifat dinamis, yang berubah-ubah menurut waktu.

Kondisi alam yang kemungkinan dapat menimbulkan masalah banjir antara lain :

Page 13: presentasi banjir

Letak geografis lahan yang terkena masalah banjir berada di dataran rendah/dataran banjir, sehingga rawan genangan dan banjir.

Pembendungan aliran sungai akibat adanya pendangkalan alur/ambal alam di dasar sungai dan penyempitan (bottle neck)

Terdapatnya hambatan aliran akibat kondisi geometri alur sungai seperti terdapatnya meandering, pertemuan anak sungai dengan induk sungainya yang tidak “stream line”.

Kemiringan dasar sungai yang landai, yang menyebabkan kapasitas pengaliran sungai relatif kecil.

Sedimentasi pada dasar sungai dan bantaran, yang mengurangi luas tampak basah sungai.

Peristiwa alam yang dapat menimbulkan masalah banjir dan genangan banjir antara lain :

Curah hujan yang tinggiAliran di sungai yang dapat menimbulkan limpasan dan banjir berasal dari air hujan di DAS nya dengan teknik tertentu telah dapat dilakukan prakiraan besarnya curah hujan dan kapan serta dimana terjadinya, namun untuk mengatur besar kecilnya dan dimana terjadinya curah hujan tersebut sampai saat ini masih diluar batas kemampuan manusia. Oleh sebab itu maka upaya manusia hanya terbatas pada pengendalian air/aliran yang telah jatuh di bumi.

Terjadinya pembendungan aliran akibat terjadinya puncak banjir pada sungai induk yang bersamaan waktunya dengan puncak banjir pada anak sungai.

Pembendungan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang bersamaan dengan puncak banjir di sungai.

Terjadinya air pasang sehingga menimbulkan limpasan air sungai dan air laut. Terjadinya kenaikan muka air laut akibat pemanasan global. Terjadinya amblesan permukaan tanah di daerah “alluvial plain”.

Pengaruh Kegiatan Manusia

Berbagai kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan timbulnya masalah banjir antara lain :

Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat seperti halnya di Jabotabek yang memerlukan berbagai fasilitas dan kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap terjadinya masalah banjir.

Pembangunan/pemanfaatan daerah rendah yang berupa dataran banjir yang sebenarnya rawan terhadap banjir untuk berbagai keperluan seperti daerah pemukiman /perkotaan, industri, perkantoran maupun pertanian yang kurang memperhatikan dan mengatasipasi adanya resiko genangan banjir yang bisa terjadi pada setiap saat.

Perubahan kondisi lahan, antara lain dengan adanya penebangan hutan, pengembangan daerah pertanian, pengembangan pemukiman, industri, pariwisata dan sebagainya pada DAS baik di hulu, tengah maupun di hilir yang menimbulkan kenaikan koefisien run-off, memperkecil peresapan, dan menimbulkan perubahan watak banjir yang berupa peningkatan debit banjir pada sungai dari waktu ke waktu.

Pembangunan di daerah dataran banjir untuk kawasan pemukiman, industri dan untuk kepentingan lainnya, berakibat semakin berkurangnya luas daerah retensi banjir alamiah, sehingga besarnya debit banjir yang mengalir di sungai semakin meningkat.

Page 14: presentasi banjir

Kapasitas sungai untuk mengalirkan banjir berkurang oleh adanya bangunan baik legal maupun ilegal, baik pemanen maupun darurat, di sepanjang tebing dan bantaran sungai. Kondisi ini banyak dijumpai pada sungai-sungai yang melewati daerah perkotaan/pemukiman.

Tanaman/pepohonan di bantaran sungai (lahan diantara tanggul dan tebing sungai) dapat mempersempit penampang basah sungai sehingga mengurangi kapasitas pengaliran banjir.

Sampah padat yang dibuang ke saluran dan sungai menimbulkan pendangkalan dan penyempitan alur serta menghambat aliran, banyak di jumpai hampir di seluruh sungai yang melewati daerah perkotaan.

Pembangunan sarana drainase dari daerah pertanian dan pemukiman di lahan dataran rendah/dataran banjir dengan tujuan mengeringkan lahan tersebut terhadap genangan lokal, menjadikan debit banjir di sungai meningkat sekaligus memperkecil potensi lahan yang dikeringkan tersebut sebagai daerah retensi banjir.

Bangunan-bangunan silang di sepanjang sungai seperti jembatan, bendung, bangunan terjunan, talang air, pipa air minum, pipa listrik, serta bangunan sementara, sering menimbulkan gangguan terhadap kelancaran aliran banjir apabila tidak direncanakan dan dilaksanakan dengan benar.

Terjadinya penurunan tanah “land subsidence” akibat penyedotan air tanah secara berlebihan terutama di daerah perkotaan.

Terbatasnya pengertian masyarakat terhadap masalah banjir dan upaya mengatasinya sehingga berbagai kegiatannya kurang mendukung pengurangan masalah.

Masalah banjir yang cenderung semakin meningkat di Indonesia dari tahu ke tahun terutama disebabkan oleh adanya perubahan watak banjir serta pesatnya pembangunan dan berbagai kegiatan manusia di dataran banjir yang rawan banjir.

Luas daerah dataran banjir yang rawan terhadap masalah banjir pada Pelita I baru meliputi…. Ha ; namun pada Pelita Vi telah berkembang menjadi …..Ha. perkembangan tersebut sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan tingkat kehidupannya seiringan dengan pesatnya pembangunan yang sebagian besar berlangsung di daerah dataran banjir.

Selain itu terjadinya perubahan tata guna lahan di daerah hulu sungai telah mendorong laju pertumbuhan lahan kritis dan meningkatkan tingkat erosi dan banjir, ditambah lagi adanya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang relatif masih kurang.

Nb :

ALLAH Swt telah menciptakan Alam dengan susunan yang sempurna dan sedemikian rupa, meliputi segala sisi keseimbangan dan keanekaragaman didalamnya, dia dipersembahkan untuk manusia yang memegang tampuk sebagai khalifah untuk mengelolannya dengan penuh arif dan bijaksana. Akal dan fikiran manusia seharusnya digunakan untuk berpikir dan merenung akan segala ciptaan dari sang khalik untuk kemudian bersyukur kepadanya dan bukan malah sebaliknya yaitu digunakan untuk menentangnya dan menghamba pada hawa nafsu demi memuaskan kerakusan dan ketamakan dirinya, menumpuk pundi-pundu rupiah. Sadarkah manusia bahwa alam sama sekali tidak tunduk pada logika dan rasio manusia tetapi dia tunduk pada sunatulloh dari penciptanya yang maha agung

Apa pendapatmu jika alam yang diciptakan dengan sempurna dan seimbang didalamnya, dibuat sedemikian rupa oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab, dan pantaskah

Page 15: presentasi banjir

jika kita menuduh tuhan kejam pada kita jika pada akhirnya alam yang diciptakan memberikan reaksinya berupa banjir dan tanah longsor

Bagaimana tidak mau banjir, jika alam diperlakukan sedemikian rupa?!

(penebangan dan pembakaran hutan)

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian (akibat) perbuatan mereka, agar kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum : 41).

PENANGANAN MASALAH BANJIR Lutfi Andrian

Sumber: http://www.kampustekniksipil.co.cc/

Artikel ini adalah sambungan dari artikel saya sebelumnya yang membahas tentang masalah banjir dan faktor penyebabnya, dan untuk posting kali ini saya akan membahas mengenai penanganan masalah banjir dan beberapa penjelasan yang terkait didlamnya. Ok ! langsung kita mulai aja ya…biar nggak kelamaan he he…

Page 16: presentasi banjir

Konsep Dasar

Introduction :

Berbicara tentang masalah banjir dan penyebabnya adalah bersifat kompleks, sehingga penanganan banjir tidak bisa hanya diselesaikan dengan upaya yang bersifat satu sisi seperti kegiatan struktur aja, melainkan juga harus membarengi upaya atau kegiatan struktur tersebut dengan upaya yang bersifat Nonstruktur.

Nah apa sih yang dimaksud dengan upaya struktur dan upaya nonstruktur itu ?, …berikut adalah penjelasannya…..

Upaya Struktur

Upaya untuk mengatasi masalah banjir sampai tahun 1960-an masih mengendalikan penanganan secara fisik (struktur) pada sungainya, yaitu dengan melakukan modifikasinya dan perbaikan terhadap sungai serta pembuatan bangunan-bangunan pengendalian banjir. Berbagai jenis kegiatan fisik yang dilakukan pada suatu sungai yaitu dengan membentuk satu sistem pengendalian banjir yang direncanakan dengan kapasitas dan dimensi tertentu sesuai dengan nilai kelayakannya, sehingga sistem pengendalian banjir tersebut selalu mendukung keterbatasan.

Berbagai jenis kegiatan yang bersifat struktur tersebut, yang sering dilakukan adalah bertujuan untuk:

1. Mencegah meluapnya air banjir sampai pada tingkat/besaran banjir tertentu

Agar aliran banjir di sungai tidak meluap menggenangi daerah dataran banjir di sekitar sungai, maka dapat dibangun tanggul banjir berikut bangunan pelengkapnya untuk mengatasi banjir dengan tingkat/besaran tertentu, misalnya untuk 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan, 50 tahunan, dsb yang didasarkan pada tingkat kelayakannya.

Page 17: presentasi banjir

Dengan demikian bangunan tanggul ini hanya dapat menjarangkan / mengurangi frekuensi terjadinya limpasan banjir, dan tidak untuk mengamankan daerah dataran banjir terhadap ancaman banjir secara mutlak. Dengan adanya perubahan watak banjir, tingkat pengendalian banjir bisa mengalami penurunan meskipun besaran debit banjir yang dikendalikannya tidak berkurang.

2. Merendahkan elevansi muka air banjir di sungai

Upaya ini dilakukan agar aliran banjir tidak menimbulkan limpasan, atau paling tidak untuk mengurangi tingginya limpasan. Kegiatan fisik yang dilakukan dapat berupa normalisasi alur, penggalian sudetan, dan pembangunan banjir kanal. Pelaksanaannya perlu dukungan analisis morfologi sungai, agar didapat rekayasa sungai yang efisien.

Pembangunan banjir kanal bertujuan mengalirkan/memindahkan sebagian aliran banjir dari sungai langsung masuk ke laut atau ke sungai lain (interconnection) sehingga debit banjir dan ketinggian/elevasi muka air banjir pada sungai asli berkurang.

3. Memperkecil debit banjir di sungai

Upaya ini dicapai antara lain dengan membangun bendung/waduk, pemanfaatan daerah rendah untuk waduk retensi banjir, dan pembangunan banjir kanal. Dengan debit banjir yang menjadi lebih kecil, kemungkinan terjadinya limpasan banjir menjadi lebih kecil pula.

Selain waduk-waduk besar tersebut, waduk-waduk kecil, embung, situ-situ dan waduk alam yang berupa danau dapat berfungsi pula untuk memperkecil aliran banjir di sungai. Alur sungai berfungsi sebagai waduk yang panjang, maka dari itu sungai yang bermeander di bagian hulu dan tengah sangat efektif untuk memperkecil puncak banjir di bagian hilir, sehingga tidak boleh diganggu.

Upaya untuk memperkecil debit banjir di sungai dapat dilakukan pula dengan memperkecil koefisien “run off” antara lain dengan membangun sumur-sumur rendah resapan dan kolam-kolam penampung air hujan di daerah pemukiman serta pembangunan sistem dan kolam-kolam penampung air hujan di daerah pemukiman serta pembangunan sistem drainase berwawasan lingkungan. Upaya ini sering dianggap sebagai upaya nonstruktur.

Jenis-jenis kegiatan yang bersifat struktur yang diterapkan pada suatu sungai tersebut diatas bisa merupakan kegiatan gabungan ataupun tunggal, dan membentuk sistem/pola pengendalian banjir pada sungai yang bersangkutan, dan pada umumnya spesifik untuk masing-masing sungai dan pada umumnya selalu berbeda antara sungai satu dengan yang lain.

Pada saat ini selain upaya struktur, di Indonesia telah dilakukan upaya nonstruktur walaupun masih perlu ditingkatkan, upaya nonstruktur tersebut antara lain berupa penanganan dan pengaturan daerah aliran sungai bagian hulu dalam rangka konservasi tanah / pengendalian erosi dan sedimentasi, penataan ruang, pemberian peringatan dini kepada masyarakat (‘flood forecasting and early warning system’) dalam rangka evakuasi, penanggulangan banjir (‘flood fighting’), dan sebagainya.

Upaya Nonstruktur

Page 18: presentasi banjir

Pada prinsipnya upaya ini bukan merupakan upaya untuk menangani sungai agar air banjir tidak menggenangi dataran banjir atau agar kemungkinan terjadinya limpasan berkurang, seperti halnya pada kegiatan struktur, namun berupa upaya penyesuaian dan pengaturan kegiatan manusia agar harmonis dan serasi dengan lingkungan/alam sedemikian rupa, sehingga kerugian/bencana yang ditimbulkan oleh banjir terhadap masyarakat menjadi sekecil mungkin. Dengan demikian upaya ini berupa rekayasa sosial yang menuntut adanya keserasian/keharmonisan dari seluruh kegiatan manusia dengan alam/lingkungan hidupnya.

Upaya ini sebenarnya telah dilaksanakan oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala. Sebagai contoh pembangunan rumah tinggal tradisional tipe panggung, dengan lantai yang tidak langsung berada diatas permukaan tanah. Hal ini membuktikan bahwa mereka telah pandai dalam membaca dan mengantisipasi gejala alam, dan telah berusaha menyesuaikan diri serta tidak melawannya.

Upaya nonstruktur perlu dilaksanakan baik pada sungai-sungai yang telah dilakukan penanganan secara struktur maupun yang belum ditangani.

Beberapa jenis kegiatan yang bersifat nonstruktur antara lain adalah :

Pengaturan penggunaan lahan di dataran banjir

Pengaturan penggunaan/pemanfaatan lahan atau penataan ruang di dataran banjir perlu disesuaikan dengan adanya resiko terjadinya banjir. Upaya ini dirasakan sangat mendesak, khususnya pada sungai-sungai yang melewati daerah yang potensial menjadi kawasan perkotaan/pemukiman dan kawasan budidaya lainnya.

Perkembangan pembangunan di dataran banjir yang berada di daerah perkotaan, pada umumnya telah banjir sedemikian rupa dan kurang mempertimbangkan resiko terjadinya banjir. Di beberapa kota telah terdapat ketentuan tentang peil banjir. Namun pemberian informasi tentang peil banjir tersebut belum merupakan pemecahan yang benar bila tidak dilengkapi dengan rencana penataan ruangnya.

“Flood plain management plan” atau rencana pengelolaan lahan di dataran banjir adalah merupakan masukan teknis yang sangat penting didalam penyusunan Perda tentang penataan lahan di dataran banjir sedemikian rupa sehingga telah menyesuaikan dengan adanya resiko terjadinya banjir, maka kerugian apabila terjadi banjir akan dapat ditekan serendah-rendahnya.

Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai dan Peraturan Menteri PU No: 63/PRT/1993 tentang garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, telah mengatur penggunaan lahan di daerah penguasaan sungai termasuk di dataran banjir.

Masyarakat yang akan memanfaatkan dataran banjir untuk berbagai keperluan perlu mendapat ijin dari yang berwenang sesuai dengan rencana penataan ruang yang berupa Peraturan Daerah di lokasi yang bersangkutan.

Upaya nonstruktur yang berupa kegiatan di luar sungai untuk mengatasi masalah banjir di dataran banjir yang telah terlanjur berkembang, relatif lebih sulit dilaksanakan. Berbagai upaya yang dapat diterapkan antara lain :

Page 19: presentasi banjir

Melindungi bangunan atau komplek/kelompok bangunan tertentu dengan tanggul keliling dengan elevasi puncak tertentu sehingga genangan banjir di dataran banjir tidak menggenangi komplek tersebut (flood proofing). Genangan akibat hujan lokal yang jatuh di dalam komplek perlu pemecahan tersendiri, antara lain dengan memasang pompa.

Pemindahan bangunan yang tergenang banjir ke lokasi yang lebih tinggi sehingga relatif lebih aman terhadap banjir. Upaya ini akan lebih sederhana dan murah apabila jumlah bangunan yang harus dipindahkan relatif sedikit.

Melakukan prakiraan dan peringatan dini menjelang terjadinya banjir kepada masyarakat (“flood forecasting and early warning system”) dalam rangka melakukan pengungsian/evakuasi. Untuk itu diperlukan pemantauan/penyediaan data sesaat (real time) yang akurat, mengingat waktu perjalanan puncak banjir untuk sungai-sungai di Indonesia relatif singkat (sering hanya beberapa jam).

Penerapan “Building Codes”

Untuk menekan besarnya kerugian akibat banjir, pembangunan yang “terpaksa” dilakukan di dataran banjir dapat dilaksanakan dengan memakai konstruksi yang disesuaikan dengan resiko/kemungkinan terjadinya genangan banjir, sehingga bila terjadi genangan tidak mengalami kerugian yang berarti.

Beberapa upaya yang ditempuh antara lain dengan membangun rumah tipe rumah panggung atau rumah susun, pembangunan jalan dengan perkerasan beton, dsb. Untuk itu diperlukan pemberian informasi ketinggian genangan banjir untuk berbagai periode ulang di dataran banjir.

Tata cara membuat bangunan di daerah hulu sungai maupun di daerah dataran banjir sedang disiapkan. Kecuali memuat persyaratan tentang jenis konstruksi dan bahan bangunan, perlu memuat persyaratan lain misalnya perbandingan luas bangunan dengan luas lahan terbuka, standar sumur resapan, dsb.

Penetapan batas sempadan sungai dan penertiban penggunaan lahan di daerah manfaat sungai

Pada sungai-sungai yang melewati daerah perkotaan batas sempadan sungai mutlak diperlukan agar sungai tidak semakin menyempit dengan adanya pemukiman di sepanjang alur sungai, dan sekaligus terjadinya bencana yang dapat mengancam pemukiman itu sendiri dapat terhindar.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 telah mengatur tata cara penetapan sempadan sungai, yang memuat ketentuan pokok dan kriteria penetapan garis sempadan sungai, serta pemanfaatan daerah sempadan. Berdasarkan Permen ini, pihak Pemda Tingkat I perlu menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) yang khususnya diperuntukkan pada sungai-sungai di daerah yang bersangkutan dengan mendapatkan masukan teknis dari pembina sungai. ( Nb : untuk download peraturan menteri No. 63/PRT/1993 bisa klik disini)

Peran serta swasta dan masyarakat

Page 20: presentasi banjir

Dengan keterbatasan yang ada pada Pemerintah terutama yang menyangkut dana untuk pembangunan prasarana dan sarana fisik pengendali banjir, maka peran serta swasta dan masyarakat harus lebih ditingkatkan.

Agar banjir tidak menimbulkan masalah yang besar pada masyarakat, dan juga agar masyarakat mengetahui dan menyadari adanya berbagai penyebab terjadinya masalah yang datangnya sebagian besar dari masyarakat sendiri, serta menyadari atas segala keterbatasan yang ada pada setiap upaya mengatasi masalah banjir, maka masyarakat perlu diberi pengertian yang benar. Dengan mengetahui permasalahan secara benar diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi aktif untuk ikut mengatasi dan menghindarkan timbulnya masalah.

Upaya menyadarkan dan menjadikan masyarakat mengerti dan mau berpartisipasi dalam rangka mengatasi masalah banjir masih perlu ditingkatkan lewat penyuluhan dengan menggunakan media massa berupa pers, televisi, radio maupun dari rumah ke rumah oleh petugas RT dan pemuka masyarakat agar mencintai sungai. Dengan mencintai sungai maka masyarakat tidak akan merusak sarana yang telah dibangun, mempersempit alur sungai dengan membangun bangunan liar, mengotori sungai dengan membuang sampah dan limbah padat dan cair, memanfaatkan sungai tanpa ijin dan sebagainya.

Kesadaran masyarakat terhadap peraturan yang telah ada baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang terkait dengan masalah ini perlu ditingkatkan lewat penyuluhan hukum, yang diawali dengan penyuluhan kepada seluruh aparat terkait di daerah. Masalah lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah menyangkut pengawasan dan pemberian sanksi.

Seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat di DAS baik di hulu, tengah dan hilir harus diupayakan agar bersahabat dengan lingkungan, sehingga tidak menimbulkan perubahan watak banjir yang merugikan, erosi, dan pencemaran lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan membangun sumur resapan, jalan lingkungan dengan conblok, membangun kolam-kolam /waduk penampungan air hujan, kolam retensi banjir, dsb.

Kegiatan nonstruktur lainnya

Beberapa jenis kegiatan lain yang bersifat nonstruktur namun tidak diuraikan rinci disini dan masih perlu ditingkatkan antara lain :

Konservasi tanah dan air di DPS bagian hulu dalam rangka pengendalian erosi/ sedimentasi dan memperkecil koefisien “run off” dengan demikian watak banjir dapat berubah ke arah yang positif. Upaya ini masih perlu ditingkatkan dengan koordinasi yang sebaik-baiknya diantara para instansi yang terkait seperti Pemda setempat, Departemen kehutanan, Departemen PU, Dalam Negeri dan sebaiknya ; baik pada tahap penyusunan program, pelaksanaan dan pengawasannya.

Dalam melaksanakan upaya konservasi air dan tanah di bagian hulu sungai lewat program Inpres Penghijauan dan Reboisasi, pada tahun 1984 telah diterbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian dan Menteri Pekerjaan Umum tentang petunjuk teknis pelaksanaan bantuan penghijauan ; yang merupakan pelengkap Inmendagri No. 12 tahun 1984 tentang petunjuk administrasi pelaksanaan bantuan penghijauan dan reboisasi. Untuk lebih merinci pengaturan tersebut agar

Page 21: presentasi banjir

lebih operasional, pada tahun 1992 telah diterbitkan SKB antara Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan dengan Direktur Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum.

Penanggulangan banjir yang berupa persiapan menghadapi keadaan darurat banjir, penyiapan prosedur operasi banjir, prosedur penyelamatan dan evakuasi/pengungsian, peralatan, perbekalan, peringatan dini, dsb.

Pemindahan penduduk atau sarana dan prasarana dari daerah dataran banjir ke daerah lain yang lebih aman dan sebagainya.

Tips Mencegah BanjirDecember 14, 2012 Filled under Info No Comments 6

Cara mencegah terjadinya banjir

Cara mencegah banjir – Tips mencegah banjir, Masalah yang di hadapi Negara kita setiap datangnya musim hujan adalah banjir. Setiap musim hujan datang, banyak kota yang berada di dataran rendah akan terkena banjir. Misalnya di jakarta, hujan 1 jam saja bisa menjadi penyebab banjir. Jika demikian, kondisi jalanan  akan sangat tidak kondusif. Meskipun pemerintah sudah mencari cara menanggulangi banjir, setiap tahun banjir masih saja senang berkunjung di kota rawan banjir. Bila ingin mencari cara menanggulangi banjir, yang harus kita lihat terlebih dahulu adalah mengapa banjir bisa datang. Banjir bisa terjadi sebenarnya karena ulah manusia sendiri. Contohnya di kota besar sungai yang sebenarnya berfungsi untuk menampung air di jadikan untuk menampung sampah, disekitar sungai tersebut bahkan dijadikan pemukiman.

Tips mencegah banjir:

Menyediakan sistem perparitan

Cara menghadapi bencana banjir yang pertama adalah menyediakan parit atau sungai kecil. Parit yang telah dangkal akibat dari bahan-bahan sisa harus selalu dibersihkan. Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.

Page 22: presentasi banjir

Pengerukan sungai

Sungai yang dangkal bisa menyebabkan bencana banjir. Jika sebelumnya sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam kurun waktu tertentu, kini pengaliran telah berkurang. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan. Langkah untuk menangani masalah ini adalah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Bila proses ini dilakukan, sungai bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.

Pemeliharaan hutan

Langkah mengatasi banjir yang selanjutnya adalah memelihara hutan. Pembalakan hutan menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga terjadi bila aktivitas pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit. Karena itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan dapat dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan dari mengalir terus ke bumi.

Mengontrol aktivitas manusia

Banjir kilat yang terjadi terutama di kota disebabkan pembuangan sampah dan sisa industri ke sungai dan parit. Untuk menangani masalah banjir, kesadaran kepada masyarakat perlu diungkapkan agar kegiatan negatif tidak terus dilakukan seperti mengadakan kampanye mencintai sungai dan sebagainya.

Itulah beberapa tips mencegah banjir dan cara menanggulangi banjir, semoga bermanfaat untuk anda.