banjaran cerita pandawa
-
Upload
banyu-bening -
Category
Documents
-
view
267 -
download
23
Transcript of banjaran cerita pandawa
-
BANJARAN CERITA PANDAWA
1. Kakawin Parthayajna
Kakawin Parthayajna (anonim), berisi cerita perjalanan Arjuna sebelum bertapa di
Indrakila. Ringkasan isi ceritanya sebagai berikut:
Pandhawa beredih hati karena kekalahan Yudhisthira waktu bermain dadu dan
penghinaan Dropadi oleh Dusasana. Mereka harus hidup di hutan selama dua-belas
tahun. Bhima ingin perang melawan Korawa dan mati di medan perang, tetapi
Yudhisthira menahannya. Widura memberi nasihat kepadaYudhisthira dalam mengatasi
penderitaan. Domya menasihati para Pandhawa sejak mereka akan pergi ke hutan. Atas
permintaan Yudhisthira, Arjuna disuruh bertapa di Indrakila. Arjuna menyanggupi
permintaan kakanya, kemudian ia minta diri kepada Ibunda Kunti, kakak dan adik-
adiknya serta Dropadi, lalu masuk ke hutan. Perjalanan Arjuna tiba di pertapaan
Wanawati yang didirikan oleh Mahayani. Di tempat itu Arjuna ditemui oleh petapi
Mahayani dan di wejang tentang hidup dan kehidupan. Sewaktu bermalam seorang
petapi datang dan menyatakan cinta kepada Arjuna, tetapi Arjuan menolaknya.
Arjuna menghadap dewa Kama dan Ratih yang berada di tepi sebuah danau, kemudian
menghormatnya. Dewa Kama banyak memberi nasihat kepada Arjuna dalam hal
mencari kebahagiaan. Kemudian Kama memberi petunjuk arah Indrakila dan tempat
pertapaan Dwaipayana. Kama memberi tahu, bahwa raksasa Nalamala ingin mengadu
kesaktian dengan Arjuna. Nalamala adalah anak Durga yang lahir dari ujung lidah
sebelum beranak Ganesya. Bila kalah Arjuna supaya bersamadi memuja dewa Siwa. Tak
berapa lama kemudian Kama lenyap, Arjuna melanjutkan perjalanan.
Arjuna dicegat oleh banyak raksasa dan Nalamala. Maka terjadilah perkelahian.
Nalamala menampakkan diri dalam wujud Kala, Arjuna bersemadi memuja dewa Siwa.
Memancarlah sinar pada dahi Arjuna, Nalamala lari dan berkata, kelak akan menjelma
lagi, untuk membunuuh para Pandawa. Arjuna meneruskan perjalanan ke Indrakila.
Sampailah ia di Inggitamartapada tempat tinggal Dwaipayana. Arjuna bercerita perilaku
para Pandawa dan sikap para Korawa. Kakek Arjuna itu menerangkan, bahwa Arjuna
diutus untuk memberantas kejahatan itu. Setelah menerima banyak nasihat dari kakek
itu, Arjuna pergi ke Indrakila. Ia bertapa dan memeperoleh anugerah dari dewa Siwa
yang menampakan diri sebagai orang Kirata. (Sumber Cerita:Naskah Kirtya No. 665)
-
2. Kakawin Arjunawiwaha
Kakawin Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa (Naskah Kirtya Nomor 1092) ditulis pada
jaman Kediri. Isi ringkas cerita itu sebagai berikut:
Niwatakawaca raja Himataka ingin menghancurkan kerajaan Indra, Indra ingin minta
bantuan kepada Arjuna yang sedang bertapa di Indrakila. Tujuh bidadari diutus untuk
menguji keteguhan tapa Arjuna. Suprabha dan Tilottama memimpin tugas para bidadari
itu. Tujuh bidadari menyusuri Indrakila, kemudian tiba di gua tempat Arjuna bertapa.
Para bidadari berhias cantik, menggoda dan mencoba menggugurkan tapa Arjuna..usaha
meraka tidak berhasil, para bidadari kembali ke kerajaan Indra, lalu melapor hasil tugas
mereka kepada Indra.
Indra menyamar dalam wujud orang tua, datang di pertapaan Arjuna. Ia ingin
mengethui tujuan tapa Arjuna. Lewat pembicaraan mereka, Indra memperoleh jawaban,
bahwa tapa Arjuna bertujuan untuk memenuhi tugasnya sebagai seorang ksatria dan
ingin membantu Yudhisthira sewaktu merebut kerajaan dari kekuasaan Duryodhana.
Indra sangat senang mendengar penuturan Arjuna, lalu memberi tahu, bahwa dewa
Siwa akan memberi anugerah atas tapa Arjuna.
Niwatakawaca menyuruh Muka untuk datang di Indrakila, dan membunuh Arjuna.
Muka dalam wujud babi hutan mengganggu tapa Arjuna. Arjuna melepas tapanya, lalu
berusaha membunuh babi hutan itu. babi hutan berhasil dibunuh dengan panah.
Tancapan panah di tubuh babi hutan bersama dengan tancapan anak panah seorang
pemburu. Arjuna berselisih dengan pemburu orang Kirata itu. terjadilah perkelahian
seru. Arjuna hampir terkalahkan, lalu memegang erat kaki pemburu. Pemburu
menampakan diri dalam wujud dewa Siwa. Arjuna menghormat dan memujanya. Dewa
Siwa menganugerahkan panah Pusupati kepada Arjuna, kemudian lenyap dari hadapan
Arjuna.
Dua bidadari utusan Indra datang menemui Arjuna, minta agar Arjuna bersedia
menolong para dewa dengan membunuh Niwatakawaca. Kemudian Arjuna bersama dua
bidadari datang di kerajaan Indra.
Arjuna dan Supraba ditugaskan untuk mengetahui rahasia kesaktian Niwatakawaca.
Mereka berdua pergi ke Himataka. Supraba disambut oleh bidadari yang lebih dahulu
diserahkan kepada Niwatakawaca. Arjuna mengikutinya, tetapi raksasa tidak dapat
-
melihat karena kesaktian Arjuna. Tipu muslihat Supraba berhasil, ia mengetahui rahasia
kesaktian Niwatakawaca. Yang berada di ujung lidah. Setelah mengerti rahasia kesaktian
Niwaatakawaca, Arjuna membuat huru-hara, dengan menghancurkan pintu gerbang
istana. Suprabha terlepas dari kekuasaan Niwatakawaca, lalu meninggalkan Himataka.
Niwatakawaca merasa kena tipu, lalu mempersiapkan pasukan untuk menyerang
kerajaan Indra. Para dewa juga bersiap-siap melawan serangan prajurit Niwatakawaca.
Maka terjadilah perang besar-besaran. Arjuna menyusup ditengah-tengah barisan,
mencari kesempatan baik untuk membunuh Niwatakawaca. Akhirnya anak panah
Arjuna berhasil menembus ujung lidah Niwatakawaca. Niwatakawaca mati di medang
pertempuran. Perang pun selesai.
Arjuna memperoleh penghargaan dari para dewa. Ia dinobatkan menjadi raja selama
tujuh hari surga, (tujuh bulan dunia) dan memperisteri tujuh bidadari. Mula-mula
Arjuna kawin dengan Supraba, kemudian dengan Tilottama, dan selanjutnya lima
bidadari lain yang pernah menggoda tapanya. Bidadari Menaka yang mengatur
perkawinan mereka. Setelah genap tujuh bulan, Arjuan minta diri kepada dewa Indra
untuk kembali ke dunia, menemui saudara-saudaranya.
Arjuna naik kereta diantar oleh Matali. Para bidadari menangis atas kepergiannya.
3.Kakawin Parthayana atau Subhadrawiwaha (anonim)
Ringkasan isi cerita Parthayana atau Subhadrawiwaha sebagai berikut:
Arjuna bertemu Ulupuy di hulu sungai Gangga. Setelah lewat pembicaraan panjang,
Arjuna memperisteri Ulupuy putri raja Korawa. Arjuna meninggalkan Ulupuy
meneruskan perjalanan. Sewaktu tiba di permandian Swabhadra, Arjuna diserang oleh
seekor buaya. Buaya itu dibunuh, lalu berubah menjadi bidadari. Atas permintaan
bidadari itu Arjuna juga membebaskan empat bidadari lainnya. Sang bidadari
menyarankan agar Arjuna pergi ke negara Mayura. Arjuna pun pergi ke Mayura, dan
diterima oleh raja Citradahana. Arjuna diambil menantu oleh raja itu, dikawinkan
dengan Citragandha. Arjuna dan Citragandha dikaruniai anak bernama Wabhruwahana
yang kelak akan mewarisi kerajaan Mayura.
Arjuna melanjutkan perjalanan, tiba di tepi sungai Saraswati. Para Yadu mengadakan
pesta. Oleh Kresna, Samba disuruh mengundang Arjuna. Arjuna menghadiri pesta
bersama Kresna. Arjuna tertarik kecantikan Subhadra. Kresna mengetahui, lalu
-
menyetujui bila Arjuna cinta dan mau melarikan Subhadra. Arjuna membawa lari
Subhadra. Baladewa dan para Yadu marah, merasa dihina oleh Arjuna. Kresna
menyadarkan mereka. Akhirnya Arjuna berhasil memperisteri Subhadra, lalu
memboyongnya ke Indraprastha.
4. Kakawin Bharatayudha
Kakawin Bharatayudha dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada jaman
Jayabhaya. Isi ringkas cerita Bharatayudha sebagai berikut:
Kresna mewakili Pandawa datang di Hastina (Gajahwaya) untuk merundingkan
pembagian kerajaan. Raja Dhrtarastra bersiap-siap dan menghias istana untuk
menyambut kedatangan tamu.
Kresna datang di Hastina. Jamuan makan telah siap, tetapi Kresna tidak mau dijamu
sebelum selesai perundingan.
Kresna mengunjungi Kunti, ibu para Pandhawa. Kunti menjadi sedih, dan teringat
putra-putranya yang dibuang ke hutan. Kresna menghibur Kunti, lalu pergi menemui
Widura. Duryodhana berunding dengan Sengkuni, Dussasana dan Karna. Mereka
memandang Kresna sebagai musuh. Kresna diterima oleh Duryodhana di bangsal agung.
Kresna minta agar perselisihan Korawa dan Pandawa diselesaikan dengan damai, negara
Hastina dibagi dua. Dhrtarastra, para resi, Drona dan Bhisma menyetujui usul itu.
Namun Duryodhana bersama keluarga Korawa menolak, dan akan membunuh Kresna.
Mengetahui rencana Duryodhana dan para Korawa, Kresna segera meninggalkan
bangsal agung. Kresna marah, lalu triwikrama, menampakkan diri sebagai Wisnu yang
dahsyat dan menakutkan. Para Korawa ketakutan. Mereka memuja-muja agar tidak
membinasakan keluarga Korawa. Kalau Korawa musnah, tidak akan terjadi perang. Jika
demikian Bhima dan Dropadi tidak jadi membalas dendam.
Kresna meninggalkan Hastina, berpesan kepada Kunti agar yang telibat dalam perang
bersikap jujur dan berjiwa kesatria, dan mau berkorban jiwa. Karna mengantar
kepergian Kresna dari Hastina. Kresna dan Kunti minta agar Karna berpihak kepada
Pandawa tetapi Karna tidak menerima bujukan mereka berdua.
-
Para Pandawa bersiap-siap untuk berperang. Mereka mendirikan perkemahan di
Kurusetra. Widura dan Kunti mengunjungi perkemahan Pandhawa. Mereka mengangkat
Sweta menjadi panglima tertinggi.
Korawa ikut bersiap-siap untuk berperang. Bhisma diangkat menjadi senopati. Pandawa
dan Korawa mengumumkan perang dan mereka akan menaati peraturan perang.
Arjuna berkeberatan dan sedih hatinya, sebab harus berperang melawan saudara.
Kresna memperingatkan Arjuna, bahwa perang adalah salah satu tugas dari ksatria.
Yudhisthira maju ke depan, saudara-saudaranya mengikuti dari belakang. Mereka
menemui Korawa, lalu menghormat kepada bekas guru, terutama Bhisma, Krpa, Salya
dan Drona. Mereka meminta maaf, karena terpaksa melawan pinisepuh yang seharusnya
mereka hormati. Para guru meramal, bahwa Pandawa akan menang perang.
Pertempuran mulai, hebat pertempuran mereka. Dua putra raja Wirata gugur. Sweta
membela kematian dua adiknya. Bhisma berhasil menghentikan perlawanan Sweta.
Sweta dapat dibunuhnya. Raja Wiratha meratapi kematian tiga putranya.
Dhrtadyumna diangkat menjadi panglima menggantikan Sweta. Bhisma hebat
memimpin pertempuran. Kresna akan melemparkan cakra, tetapi ditahan oleh Arjuna.
Bhisma menyuruh agar Yudhisthira tampil ke medan perang, ia tidak akan melawan.
Arjuna disuruh melawan Bhisma bersama Srikandi. Bhisma dihujani anak panah dan
gugur di medan perang. Para Korawa mengerumuni jenasah Bhisma. Para Pandawa
datang menghormat. Bhisma menghormat dengan hati ragu-ragu. Anak panah
menopang bingkai Bhisma, sehingga tubuhnya tidak melekat di bumi. Dengan tenang
Bhisma menanti kematiannya.
Prajurit Korawa dipimpin oleh Drona. Drona diangkat menjadi panglima. Mulailah
pertempuran lagi. Bhogadata dapat ditewaskan oleh Arjuna. Drona berusaha
menangkap Yudhisthira bila ia lepas dari pengawasan Bhima dan Arjuna. Ketika Korawa
datang menyerang, Abhimanyu menembus barisan, dan ingin mendapatkan
Doryudhana.
Para Pandawa tidak dapat mengawal Abhimanyu, karena Jayadrata berhasil menahan
mereka. Abhimanyu dikerumuni Subhadra, Yudhisthira, kedua pamannya, Uttari dan
Ksiti Sundari. Mereka meratapi kematian Abhimanyu. Arjuna dan Bhima datang
-
kemudian. Mereka menjadi sedih, lalu ingin memperoleh kematian di medan
pertempuran. Kresna menghalang-halangi kehendak mereka berdua.
Setelah mereka tahu bahwa kematian Abhimanyu karena Jayadratha, Arjuna ingin
membalas kematian anaknya.
Jenasah Abhimanyu diperabukan, Ksiti Sundari mengikuti kematian suaminya.
Sedangkan Uttari menanti kelahiran anaknya yang masih dalam kandungan.
Pertempuran berlangsung lagi. Arjuna menghancurkan kereta Doryudhana. Satyaki dan
Bhima berhasil membunuh banyak keluarga Korawa. Bhurisrawa terkena panah Arjuna,
lalu ditewaskan oleh Satyaki. Para Pandawa kelelahan, Kresna menolong mereka,
dengan cara menutup matahari dengan awan. Korawa mengira hari telah malam,
mereka berhenti menyerang Pandawa. Arjuna naik di atas kereta dan berhasil
membunuh Jayadratha. Duryodhana menuduh Drona yang bersalah atas kematian
Jayadratha, karena Drona menghalang-halangi ketika Jayadratha akan pulang. Karna
bersedia mengganti kedudukan Jayadratha. Pratipeya atau Somadatta, ayah Bhurisrawa
hendak membunuh Satyaki, tetapi ia terbunuh oleh Bhima.
Karna menjadi panglima perang, dan berhasil menewaskan musuh. Yudhisthira minta
agar Arjuna menahan serangan Karna. Arjuna menyuruh Ghatotkaca untuk menahan
dengan ilmu sihirnya, Ghatotkaca mengamuk, Korawa lari tunggang-langgang. Karna
dengan berani melawan serangan Ghatotkaca. Namun Ghatotkaca terbang ke angkasa.
Karna melayangkan panah, dan mengenai dada Ghatotkaca. Satria Pringgandani ini
limbung dan jatuh menyambar kereta Karna, tetapi Karna dapat menghindar dan
melompat dari kereta. Ghatotkaca mati di atas kereta Karna. Para Pandawa berdukacita.
Hidimbi pamit kepada Dropadi untuk terjun ke perapian bersama jenasah anaknya.
Pertempuran terus berkobar, Drona berhasil membunuh tiga cucu Drupada, kemudian
membunuh Drupada, dan raja Wirata. Maka Dhrtadyumna ingin membalas kematian
Drupada.
Kresna mengadakan tipu muslihat. Disebarkannya berita, bahwa Aswatthama gugur.
Yudhisthira dan Arjuna mencela sikap Kresna itu. Kemudian Bhima membunuh kuda
bernama Aswatthama, kemudian disebarkan berita kematian kuda Aswatthama.
Mendengar berita kematian Aswatthama, Drona menjadi gusar, lalu pingsan.
Dhrtadyumna berhasil memenggal leher Drona. Aswatthama membela kematian
-
ayahnya, lalu mengamuk dengan menghujamkan panah Narayana. Arjuna sedih atas
kematian gurunya akibat perbuatan yang licik. Arjuna tidak bersedia melawan
Aswatthama, tetapi Bhima tidak merasakan kematian Drona. Dhrtadymna dan Satyaki
saling bertengkar mengenai usaha perlawanan terhadap Aswatthama. Kresna dan
Yudhisthira menenangkan mereka. Pandawa diminta berhenti berperang. Tapi Bhima
ingin melanjutkan pertempuran, dan maju ke medan perang mencari lawan, terutama
ingin menghajar Aswatthama. Saudara-saudaranya berhasil menahan Bhima. Arjuna
berhasil melumpuhkan senjata Aswatthama. Putra Drona ini lari dan sembunyi di
sebuah pertapaan. Karna diangkat menjadi panglima perang. Banyak perwira Korawa
yang memihak kepada Pandawa.
Pada waktu tengah malam, Yudhisthira meninggalkan kemah bersama saudara-
saudaranya. Mereka khidmat menghormat kematian sang guru Drona, dan menghadap
Bhisma yang belum meninggal dan masih terbaring di atas anak panah yang menopang
tubuhnya. Bhisma memberi nasihat agar Pandawa melanjutkan pertempuran, dan
memberi tahu bahwa Korawa telah ditakdirkan untuk kalah.
Pandawa melanjutkan pertempuran melawan Korawa yang dipimpin oleh Karna. Karna
minta agar Salya mau mengusiri keretanya untuk menyerang Kresna dan Arjuna. Salya
sebenarnya tidak bersedia, tetapi akhirnya mau asal Karna menuruti perintahnya.
Pertempuran berlangsung hebat, disertai caci maki dari kedua belah pihak. Bhima
bergulat dengan Doryudana, kemudian menarik diri dari pertempuran. Dussasana
dibunuh oleh Bhima, sebagai pembalasan sejak Dussasana menghina Drupadi. Darah
Dussasana diminumnya.
Arjuna perang melawan Karna. Naga raksasa bernama Adrawalika musuh Arjuna, ingin
membantu Karna dengan masuk ke anak panah Karna untuk menembus Arjuna. Ketika
hendak disambar panah, kereta yang dikusiri Kresna dirundukkan, sehingga Arjuna
hanya terserempet mahkota kepalanya. Naga Adrawalika itu ditewaskan oleh panah
Arjuna. Ketika Karna mempersiapan anak panah yang luar biasa saktinya, Arjuna telah
lebih dahulu meluncurkan panah saktinya. Tewaslah Karna oleh panah Arjuna.
Doryudhana menjadi cemas, lalu minta agar Sakuni melakukan tipu muslihat. Sakuni
tidak bersedia karena waktu telah habis. Diusulkannya agar Salya jadi panglima tinggi.
Sebenarnya Salya tidak bersedia. Ia mengusulkan agar mengadakan perundingan
dengan Pandawa. Aswatthama menuduh Salya sebagai pengkhianat, dan menyebabkan
-
kematian Karna. Tuduhan itu menyebabkan mereka berselisih, tetapi dilerai oleh
saudara-saudaranya. Aswatthama tidak bersedia membantu perang lagi. Salya terpaksa
mau menjadi panglima perang. Nakula disuruh Kresna untuk menemui Salya, dan minta
agar Salya tidak ikut berperang. Nakula minta dibunuh daripada harus berperang
melawan orang yang harus dihormatinya. Salya menjawab, bahwa ia harus menepati
janji kepada Duryodhana, dan melakukan darma kesatria. Salya menyerahkan
kematiannya kepada Nakula dan agar dibunuh dengan senjata Yudhisthira yang
bernama Pustaka, agar dapat mencapai surga Rudra. Nakula kembali dengan sedih.
Salya menemui Satyawati, pamit maju ke medan perang. Isteri Salya amat sedih dan
mengira bahwa suaminya akan gugur di medan perang. Satyawati ingin bunuh diri, ingin
mati sebelum suaminya meninggal. Salya mencegahnya. Malam hari itu merupakan
malam terakhir sebagai malam perpisahan. Pada waktu fajar Salya meninggalkan
Satyawati tanpa pamit, dan dipotongnya kain alas tidur isterinya dengan keris. Salya
memimpin pasukan Korawa. Amukan Bhima dan Arjuna sulit untuk dilawannya. Salya
menghujankan anak panahnya yang bernama Rudrarosa. Kresna menyuruh agar
Pandawa menyingkir. Yudhisthira disuruh menghadap Salya. Yudhisthira tidak bersedia
harus melawan pamannya. Kresna menyadarkan dan menasihati Yudhisthira.
Yudhisthira disuruh menggunakan Kalimahosadha, kitab sakti untuk menewaskan
Salya. Salya mati oleh Kalimahosadha yang telah berubah menjadi pedang yang
bernyala-nyala. Kematian Salya diikuti oleh kematian Sakuni oleh Bhima. Berita
kematian Salya sampai kepada Satyawati. Satyawati menuju medan perang, mencari
jenasah suaminya. Setelah ditemukan, Satyawati bunuh diri di atas bangkai suaminya.
Duryodhana melarikan diri dari medan perang, lalu bersembunyi di sebuah sungai.
Bhima dapat menemukan Duryodhana yang sedang bertapa. Duryodhana dikatakan
pengecut. Duryodhana sakit hati, lalu bangkit melawannya. Bhima diajak berperang
dengan gada. Terjadilah perkelahian hebat. Baladewa yang sedang berziarah ke tempat-
tempat suci diberi tahu oleh Narada tentang peristiwa peperangan di Hastina. Kresna
menyuruh Arjuna agar Bhima diberi isyarat untuk memukul paha Duryodhana.
Terbayarlah kaul Bhima ketika hendak menghancurkan Duryodhana dalam perang
Bharatayudha. Baladewa yang menyaksikan pergulatan Bhima dengan Duryodhana
menjadi marah, karena Pandawa dianggap tidak jujur, lalu akan membunuh Bhima.
Tetapi maksud Baladewa dapat dicegah, dan redalah kemarahan Baladewa..
-
Pandawa kembali ke perkemahan untuk merayakan hasil kemenangan perangnya.
Kresna sedih memikirkan kutukan Duryodhana bahwa Pandawa akan tertindas sebelum
kematiannya. Oleh karena itu para Pandawa disuruh segera menyelamatkan diri masuk
dalam kemah, dan pada malam hari supaya menebus dosa-dosa dengan memuja ke
tempat suci.
Pada malam hari Aswatthama berusaha membalas kematian ayah dan para Korawa.
Dalam malam gelap itu Aswatthama berhail membunuh lima anak Dropadi yaitu
Pancala dan beberapa laki-laki.
Para Pandawa yang datang ke kemah menemukan wanita yang dilanda kesedihan,
Dropadi patah hati. Kresna datang menghiburnya. Demikian juga Wiyasa yang telah
tiada muncul memberi nasihat kepadanya. Dropada akan membalas kejahatan
Aswatthama. Ia meminta Pandawa membawa mutiara yang menghias di dahi
Aswatthama. Para Pandawa mencari Aswatthama. Setelah bertemu, Aswatthama akan
dibunuh dengan gada. Aswatthama mengangkat panah Brahmasirah yang amat sakti.
Arjuna pun mengangkat panah saktinya. Namun Sang Hyang Siwa menyuruh agar
mereka menarik panah saktinya. Arjuna menurut tetapi Aswatthama tidak dapat
menahan panah saktinya. Anak panah Aswatthama lepas mengenai anak Utari yang
masih dalam kandungan. Bayi dalam kandungan lalu dihidupkan oleh Kresna. Setelah
dewasa bayi itu akan menjadi raja dengan nama Parikesit. Dropadi menerima mutiara,
lalu diberikan kepada Yudhisthira. Yudhisthira lalu menjadi raja di Indraprastha.
(Sumber cerita: Bharatayudha edisi Prof. Dr. R. M. Sutjipto Wirjosuparto)
5. Cerita Pandawa Muksa
Cerita tentang Pandawa sesudah perang Bharatayudha yang dimuat dalam
Prasthanikaparwa, dilanjutkan kematian dan perlindungan mereka di surga. Isi pokok
cerita itu sebagai berikut:
Para Pandawa akan meninggalkan kota Hastina menuju ke hutan. Parikesit diangkat
menjadi raja Hastina. Yudhisthira, Bhima, Arjuna, Nakula, Sahadewada dan Dropadi
meninggalkan istana. Seekor anjing mengikutinya. Atas perintah Dewi Agni, Arjuna
membuang senjatanya di laut. Perjalanan mereka mendaki Gunung Himalaya, lalu
melewati gurun pasir. Dropadi, Sahadewa, Nakula, Arjuna dan Bhima berturut-turut
meningal dunia. Tinggal Yudhisthira dan anjing yang masih hidup. Dewa Indra dengan
kereta membawa Yuhisthira dan anjingnya yang telah menjadi dewa Dharma menuju ke
-
surga. Sesampainya di surga, Yudhisthira heran karena tidak menemukan saudara-
saudaranya dan Dropadi. Yang ditemukan justru warga Korawa dan para pahlawannya.
Yudhisthira melihat mereka, tetapi tidak mau berkumpul dengan mereka. Ia kecewa,
merasa dewa berbuat tidak adil. Dewa Narada menjelaskan bahwa Korawa harus
menerima anugerah sesuai dengan amal baiknya, Pandawa harus tinggal di neraka.
Yudhisthira ingin mencari saudara-saudaranya, ia ingin suka dan duka bersama. Para
dewa mengetahui sikap Yudhistira yang ingin tinggal bersama saudara-saudaranya. Para
Pandawa harus menebus dosa-dosanya. Mereka harus turun ke Sungai Gangga untuk
menyucikan diri. Sesudah menjadi suci, mereka naik ke surga menggantikan Korawa.
(Sumber cerita: Drie Boeken van het Oudjavaasnche Mahabharata. Edisi Hendrik
Herman Juynboll, 1893)
Kitab Jawa Tengahan yang mengisahkan tokoh Pandawa
yaitu: Kitab Nawaruci
Kitab Nawaruci mengisahkan Wrkodara atau Bhima ketika mencari air suci. Isi ringkas
cerita itu sebagai berikut:
Druyodana menginginkan kematian para Pandawa, lalu minta agar Dang Hyang Drona
mengusahakannya. Wrkodara disuruh mencari banyu mahapawitra yang berada di
sumur Dorangga. Wrkodara berangkat dari Gajahoya. Perjalanannya melalui tempat
berbahaya, tebing dan jurang. Wrkodara sampai di sumur Dorangga, tetapi tidak
menemukan air suci. Ular jantan dan betina tinggal di dalam sumur itu. Wrkodara
digigit ular, segera ia menusuk ular itu dengan kukunya. Kepala ular dipotong, dibawa
kembali ke Gajahoya. Sepasang ular naga berubah menjadi bidadara dan bidadari
bernama Harsanandi dan Sarasambadha. Mereka mengucap terima kasih lalu kembali
ke Suralaya..
Wrkodara tiba di Gajahoya, menghadap Drona dan menyerahkan dua kepala naga.
Wrkodara memberi tahu bahwa di sumur Dorangga tidak berisi air suci. Drona berkata
bahwa air suci berada di tegal Andawa. Wrkodara diminta segera berangkat ke tegal itu.
Di tegal Andawa Wrkodara disambut oleh raksasa Indrabahu. Indrabahu hendak makan
Wrkodara, terjadilah perkelahian hebat. Indrabahu kalah, kepalanya dipenggal, dipikul
oleh Gagakampuhan dan Twalen. Indrabahu berubah menjadi dewa Indra. Indra
berterima kasih atas jasa Wrkodara, lalu kembali ke Suralaya.
-
Wrkodara kembali ke Gajahoya, kepala Indrabahu diserahkan kepada Sang Hyang
Drona. Druyodana dan Drona lari ketakutan. Wrkodara mengejarnya. Drona berkata,
bahwa air suci berada di dasar laut.
Wrkodara berangkat ke samodra. Setelah sampai di samodra segera akan mencebur di
dalamnya. Gagakampuhan menasihati, Wrkodara diminta kembali ke Indraprastha,
menghadap Dharmawangsa, Kunti, Dropadi, Arjuna, Nakula atau Sakula dan Sahadewa.
Wrkodara berpamitan, kemudian mencari air suci. Kunti menghalang- halanginya.
Ujung kain Wrkodara dipegang kuat-kuat, tetapi lepas dikebas Wrkodara. Warga
Pandawa yang ditinggal pun menagisi kepergian Wrkodara.
Kitab Nawaruci dan Kitab Sudamala
Werkodara telah tiba di samodera, ia mengenakan aji Pangawasa. Menjadi gempar seisi
dunia. Sang Hyang Nawaruci kasihan melihat Wrkodara. Wrkodara ditolong agar
terlepas dari bahaya di lautan. Sang Hyang Nawaruci mencipta pulau Nusakambangan
di tengah samodera. Buah-buahan dan pohon-pohonan diciptakan di pulau itu juga.
Wrkodara makan buah-buahan. Pulau itu diperindah dengan berbagai tanaman telaga
dengan ikannya. Sang Hyang Acintya mencipta bermacam-macam makanan, Wrkodara
senang menikmati makanan itu. Si dalang dan Semar mengikutinya.
Sang Hyang Acintya bersanjak, menyambut kehadiran Wrkodara. Ia memberi tahu,
supaya Wrkodara berhati-hati dan waspada, karena ia sedang dicari kematiannya.
Wrkodara menghadap Nawruci dan berkata, bahwa ia disuruh mencari air suci.
Nawaruci menyuruh agar Wrkodara mau berperang. Citrasena, Citranggada, Citraratha
dan Gandharwa akan menemaninya. Nawaruci memberi ajaran hidup dan kehidupan.
Kemudian Wrkodara bertanya kepada Nawaruci tentang pencipta dunia, hakekat
kesucian yang disebut sunya dan yang disebut Sang Hyang Guru. Wrkodara disuruh
masuk ke rongga perut Nawaruci. Mula-mula ia melihat cahaya terang. Waktu
menghadap ke Timur dilihat warna putih, waktu menghadap ke Selatan dilihat warna
merah, waktu menghadap ke Barat dilihat warna kuning, waktu menghadap ke Utara
dilihat warna hitam, waktu melihat ke atas dilihat warna belah.
Setelah menerima banyak penjelasan Wrkodara keluar dari rongga perut. Setelah itu
Wrkodara mendapat sebutan Sang Awirota.
-
Selama menjelajah di Pulau Nusakambangan Wrkodara banyak berguru dan
memperoleh banyak pengetahuan tentang religi dan kebudayaan. Kemudian Wrkodara
kembali menemui saudara-saudaranya di Indraprastha. (Sumber Cerita : Nawaruci edisi
Prijihoetomo)
Kitab Kidung Sudamala
Cerita Sudamala berisi cerita ruwatan yang melibatkan tokoh Pandawa, terutama
Sadewa. Isi ringkas cerita itu sebagai berikut: Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Wisesa
dan Sang Hyang Asiprana menghadap Sang Hyang Guru memberi tahu, bahwa Dewi
Uma berbuat serong dengan Sang Hyang Brahma. Dewi Uma lalu dikutuk berubah
menjadi Durga, dan diberi nama Ranini.
Uma minta dikembalikan ke wujud semula, tetapi Sang Hyang Guru menolak.
Dikatakannya,setelah menjalani kutuk selama dua belas tahun Ranini akan diruwat oleh
Sadewa. Uma pergi ke Setra Gandamayu. Salah satu abdi pengiringnya bernama Kalika.
Sementara itu Dewa Citragada dan Citrasena juga dikutuk oleh Sang Hyang Guru,
karena berbuat tidak sopan terhadap Sang Hyang Guru. Dua dewa itu menjadi berujud
raksasa, bernama Kalantaka dan Kalanjana. Mereka berdua kemudian disuruh menyusul
untuk menemani Ranini di Setra Gandamayu. Oleh Ranini dua raksasa tersebut
diangkat menjadi anak dan membantu Duryodana, raja Hastina.
Mengetahui bahwa Kalantaka dan Kalanjana berpihak pada Duryodana, Pandawa
menjadi cemas, Kunthi naik ke Kahyangan, minta agar Kalantaka dan Kalanjana
dimusnahkan.
Setelah dua belas tahun, Ranini mengharap kedatangan Sadewa yang dijanjikan akan
meruwatnya. Kunti datang di Setra Gandamayu, minta agar Ranini mau memusnahkan
Kalantaka dan Kalanjana. Ranini tidak bersedia, karena amat sayang kepada mereka
berdua yang diangkatnya sebagai anaknya.
Ranini minta agar Kunti menyerahkan Sadewa, tetapi Kunti tidak bersedia
menyerahkannya, karena Sadewa bukan anaknya. Sebagai ganti, Ranini boleh memilih
diantara tiga anaknya yaitu: Dananjaya, Bima atau Darmawangsa. Tetapi Ranini tidak
menyukai mereka, kecuali Sadewa.
-
Kalika disuruh membujuk Kunti. Mula-mula Kalika tidak mau, karena dipaksa akhirnya
mau juga. Kunti disihir oleh Kalika, lalu menjadi setengah sakit ingatan Kunti kemudian
lari menemui Ranini. Ranini mendesak agar Sadewa segera diserahkan. Kunti kembali
menemui anak-anaknya, lalu bercerita tentang permintaan Ranini. Para Pandawa tidak
setuju. Kunti marah, Sadewa diseret hendak dibawa ke Setra Gandamayu. Kalika merasa
berhasil lalu keluar dari tubuh Kunti. Kunti menjadi sadar lalu minta maaf kepada
Sadewa.
Sadewa tidak jadi dibawa di tempat Ranini. Durga marah. Kalika disuruh merasuki
Kunti lagi, sehingga Kunti kembali goncang ingatannya. Sadewa dipaksa ikut pergi ke
Setra Gandamayu. Sesampainya di Setra Gandamayu, Sadewa diikat pada pohon randu,
dan ditunggu oleh Semar. Kalika jatuh cinta pada Sadewa dan membujuk Sadewa agar
mau menerima cintanya. Namun Sadewa tidak mau menanggapi, dan lebih baik mati
dari pada membalas cinta Kalika. Kalika marah, ditabuhnya tong-tong yang ada
disekitarnya. Tak lama kemudian, hantu-hantu keluar bedatangan menakut-nakuti
Sadewa. Namun Sadewa tidak takut, bahkan dari tubuhnya mengeluarkan daya
kesaktian yang luar biasa. Semua hantu yang menggoda pergi meninggalkan Sadewa.
Ranini datang menakut-nakuti Sadewa, tetapi Sadewa tidak ketakutan. Ranini minta
belas kasihan kepada Sadewa, agar ia diruwatnya. Sadewa tidak mau karena tidak tahu
cara meruwatnya. Ranini marah, Sadewa hendak dibunuh dengan kapak. Dunia menjadi
gempar. Kebetulan Sang Hyang Narada berkeliling dunia, dilihatnya Sadewa yang
terikat dan akan dibunuh oleh Ranini. Hyang Narada naik ke Kahyangan dan memberi
tahu kepada Mahadewa dan Dewa Masno. Kemudian Mahadewa dan Hyang Narada
menemui Batara Guru, memberi tahu tentang nasib Sadewa.
Batara Guru turun ke dunia menemui Sadewa. Sadewa disuruh meruwat Ranini, dan
Batara Guru akan masuk ke tubuh Sadewa. Sadewa menyanggupinya. Ranini diminta
memperhatikan perintahnya. Kapak minta dilepas dari tangan, lalu bersiap-siap untuk
diruwatnya. Sadewa berdiri tegak memusatkan kesadaran, berdoa mengucapkan
pujamantra. Ditaburkannya beras kuning, air suci dan bunga ke tubuh Ranini. Ranini
menjadi cantik sekali. Wujud Durga hilang berubah menjadi wujud Uma yang cantik
jelita, sempurna seperti dahulu kala.
Uma ke taman bercermin pada air telaga yang jernih. Ia menjadi gembira dan
mengucapkan terimakasih kepada Sadewa, ia bersyukur hukumannya telah selesai. Ia
-
merasa berhutang kepada Sadewa. Sadewa disebutnya Sang Sudamala, karena ia telah
menghapus wujud yang jahat. Selanjutnya Sang Sudamala disuruh pergi ke Prangalas,
tempat petapaan Tambapetra. Sadewa dianugerahi senjata lalu berangkat ke Prangalas.
Kalika minta diruwat juga, tetapi Sadewa tidak mau, Kalika menemui Semar, ia minta
diruwatnya. Semar bersedia meruwat asal disediakan sajian sebakul nasi, satu daging
anjing panggang dengan berbumbu, dan satu guci tuak. Tetapi kesanggupan Semar
hanya tipuan belaka. Setelah semua permintaan di siapkan, segera dimakan habis oleh
Semar. Kalika tidak diruwat, karena Semar tidak dapat meruwatnya.
Uma kembali ke Kahyangan, Kalika ditinggal di taman. Kelak Sadewa akan datang untuk
meruwatnya.
Sadewa menemui Tambapetra. Tambapetra yang buta datang dibimbing oleh muridnya.
Mereka menyongsong kedatangan Sadewa. Kedatangan Sudamala di petapaan atas
perintah Uma, untuk menyembuhkan penyakit sang petapa. Sudamala melaksanakan
perintah itu. Kemudian Sadewa, berdoa, bunga ditaburkan dan air suci dipercikan di
tubuh sang petapa. Tak berapa lama kemudian penyakit sang petapa sembuh.
Tambapetra dapat melihat dunia seisinya. Bukan main gembiranya. Dengan tergopoh-
gopoh ia memanggil ke dua anaknya untuk disuruh menghormat kedatangan Sadewa.
Sirih pinang disuguhkannya, kemudian disusul hidangan tuak, air tape, nasi dan lauk
pauk. Mereka makan bersama. Ke dua anak sang petapa bernama Ni Soka dan Ni
Padapa diserahkan kepada Sadewa. Semar iri lalu berkata kepada sang petapa untuk
minta diberi putrid seperti Sadewa. Petapa Tambapetra menuruti permintaan Semar.
Semar diberi abdi wanita bernama Tohok.
Sadewa mempunyai saudara kembar yang bernama Sakula. Sejak kepergian Sadewa dari
istana, Sakula terus mencarinya. Lalu Sakula pergi ke Setra Gandamayu. Ia berjumpa
dengan Kalika. Kalika mengira bahwa yang datang adalah Sadewa untuk meruwat
dirinya. Maka cepat-cepat Kalika menyongsong kedatangan Sakula. Sakula mengaku
bahwa ia bukan Sadewa, tetapi saudara kembarnya. Maka kemudian Kalika bercerita
tentang Sadewa, lalu menunjuk jalan yang menuju ke Prangalas.
Kedatangan Sakula di Prangalas disambut oleh Semar. Semar memberitahu kepada
Sadewa. Sadewa cepat datang kemudian memeluk saudaranya. Soka dan Padapa
-
diminta menemui Sakula. Sakula dijamu nasi beserta lauk pauk dan minuman. Sadewa
memberi Soka untuk isteri Sakula.
Kalantaka dan Kalanjaya mengira Sadewa telah meninggal bersama Sakula. Mereka
berunding untuk memusnahkan Bima, Arjuna dan Darmawangsa. Dilem dan Sangut
diminta mempersiapkan prajurit. Perajurit Kalantaka hendak menyerang Pandawa
bersama perajurit Korawa.
Arjuna meyongsong kedatangan musuh. Musuh yang datang dihujani anak panah, tetapi
Kalantaka amat sakti. Bima datang membantu, tetapi musuh tidak terlawan juga. Bima
dan Arjuna mundur dari medan perang. Sadewa dan Sakula datang ingin membantu
saudaranya. Kunti amat gembira. Sadewa telah kembali. Kedua putra Pandawa itu
bercerita perihal nasib mereka.
Kalanjana datang menyerbu, Sakula dan Sadewa menyongsong kedatangan musuh.
Kalanjana mati oleh senjata Sadewa anugerah Uma. Kemudian Kalantaka juga mati oleh
senjata sakti itu. Habislah perajurit Kalanjana.
Sakula dan Sadewa hendak kembali ke istana. Tiba-tiba datanglah dua bidadara
menemui Sadewa. Dua bidadara itu tidak lain adalah Citragada dan Citrasena, yang
semula dikutuk menjadi raksasa Kalantaka dan Kalanjana. Mereka telah diruwat oleh
Sadewa dan berwujud seperti semula. Sabagai ucapan terimakasih kedua bidadara itu
berdoa semoga keluarga Pandawa panjang usia, hidup bahagia dan sejahtera.
Citragada dan Citrasena kembali ke Kahyangan, Sadewa dan Sakula kembali ke istana,
berkumpul dengan saudara-saudaranya.
KITAB JAWA BARU
Sejak jaman kepujanggan Surakarta (abad 17-19) cerita pewayangan berkembang dan
didukung oleh penulisan kitab-kitab berbahasa Jawa baru. Cerita yang dimuat dalam
Jawa kuna menjadi sumber pengembangan dan sebagai bahan penciptaan cerita baru.
Kitab-kitab yang berisi cerita pewayangan itu disusun dalam bentuk tembang, teks
drama dan kerangka cerita lakon untuk pentas di layar putih atau kelir. Kitab-kitab atau
naskah yang berisi cerita itu antara lain:
Serat Mintaraga
-
Serat Mintaraga karangan Sunan Paku Buwana III ditulis dalam bentuk tembang
macapat pada tahun 1704 Jawa. Raden Ngabei Yasadipura I juga mengarang cerita
Arjuna bertapa, dikenal dengan sebutan Serat Wiwaha Jarwa. Dr.M. Prijohoetomo
mengarang cerita Mintaraga dalam bentuk prosa, berjudul Serat Mintaraga Gancaran
(Prijohoetomo, BP. 1953) Isi pokok cerita Mintaraga yaitu sebagai berikut:
Bathara Indra berunding dengan para dewa.tentang rencana raja Niwatakawaca yang
menggempur Indraloka. Bathara Indra menugaskan tujuh bidadari untuk menguji
keteguhan tapa Arjuna, tetapi usaha mereka tidak berhasil. Kemudian Bathara Indra
menyamar pendeta tua bernama Resi Padya, menemui Arjuna dan da bertanya tujuan
tapa Arjuna. Sementara itu Niwatakawaca menyuruh Momongmurka untuk membunuh
Arjuna. Momongmurka berubah menjadi babi hutan, dan ketika mengamuk babi hutan
itu dibunuh oleh Arjuna dan Kirata. Kirata dan Arjuna berebut sebagai pembunuh babi
hutan. Setelah berkelahi Kirata menampakkan diri sebagai dewa Siwah, lalu
menganugerahkan panah Pasupati kepada Arjuna.
Bathara Indra menyuruh dua bidadari untuk menyampaikan surat permintaan agar
Arjuna datang ke Indraloka menolong para dewa. Arjuna dan Supraba ditugaskan pergi
ke Imantaka untuk mengetahui rahasia kesaktian dan kematian Niwatakawaca. Supraba
pura-pura menyerah, dan berhasil mengatehaui rahasia kesaktian dan kematian
Niwatakawaca.
Arjuna dan Supraba kembali ke Indraloka. Niwatakawaca bersama perajurit
menggempur Indraloka. Para dewa dan Arjuna melawan perajurit raksasa.
Niwatakawaca gugur di medan perang karena terkena panah Pasupati pada pangkal
lidahnya. Atas keberhasilannya, Arjuna disambut oleh para dewa dan bidadari,
dinobatkan menjadi raja dan beristeri Supraba. Kemudian Arjuna menemui saudara-
saudaranya.
Serat Dewaruci
Serat Dewaruci karangan Raden Ngabehi Yasadipura I ditulis dalam bentuk tembang
macapat. Raden Ngabehi Yasadipura II menulis cerita Bimasuci dalam bentuk tembang
gedhe. M. Prijohoetomo menyadur dalam bentuk prosa berjudul Bimasuci (Javaansche
Leeboek, 1937). Isi pokok Dewaruci sebagai berikut: Wrekodara disuruh mencari air suci
oleh Dhang Hyang Drona, lalu berpamitan kepada saudara-saudaranya. Wrekodara
menuju ke gunung Candramuka, bertemu dengan raksasa Rukmuka dan Rukmakala.
-
Terjadilah perkelahian. Kedua raksasa musnah, menjelma menjadi dewa Indra dan dewa
Bayu. Dua dewa memberi tahu, bahwa di gunung Candramuka tidak ada air suci.
Wrekodara kembali ke kerajaan Hastina.
Dhang Hyang Drona menyuruh agar Wrekodara pergi ke samodara tempat air suci itu.
Wrekodara pergi ke samodara lalu mencebur ke dalamnya. Waktu mencebur di samodra
disambut ular naga. Ular naga itu dibununh oleh Wrekodara. Wrekodara bertemu
dengan Dewaruci, lalu diwejangnya. Setelah mendapat wejangan, Wrekodara menjadi
suci, lalu kembali ke Ngamarta.
Serat Partakrama.
Serat Partakrama karangan Raden Ngabehi Sindusastra (VBG XXXIII No. 169 th. 1875-
1876), ditulis dalam bentuk tembang macapat, berisi cerita perkawinan Arjuna dengan
Sumbadra, isi pokok cerita sebagai berikut: Arjuna jatuh sakit karena rindu kepada
Sembadra. Kresna mengetahuinya,lalu membujuk Sumbadra supaya mau diperisteri
Arjuna. Sembadra menyanggupinya asal dipenuhi permintaanya, yaitu pusaka
Pulanggeni dan putri Sulastri. Permintaan itu disampaikan kepada Prabu Yudhisthira.
Burisrawa juga ingin memperisteri Sumbadra. Prabu Doryudana minta agar Patih
Sengkkuni minta bantuan Prabu Baladewa. Prabu Baladewa datang di Dwarawati,
menemui Kresna. Kresna kebingungan, lalu mengadakan sayembara. Calon suami
Sembadra harus bisa menyerahkan kereta emas, kerbau danu dan bunga dewandaru.
Raja Ngambarmuka di negara Garbaruci juga ingin memperisteri Sumbadara. Raja itu
lalu melamarnya. Para Pandhawa berusaha memenuhi permintaan Kresna. Wrekodara
berhasil meminjam kereta emas dari Singgela. Gatotkaca memperoleh kerbau dari
Sumeru. Arjuna berhasil memperoleh bunga dewa ndaru dari Bathara Guru.
Para Korawa berhasil merebut kerbau danu dari tangan Gatotkaca. Sengkuni melapor
kepada Baladewa, bahwa barang yang diminta sebagai syarat perkawinan dirampas oleh
Pandhawa. Baladewa marah, bersama perajurit Korawa menyerang Pandhawa. Namun
Pandhawa dapat menghalau serangan perajurit Korawa.
Setelah musuh dapat diundurkan, Arjuna bersama Sumbadra menghadap Baladewa.
Melihat Sumbadra adiknya, Baladewa hilang kemarahannya, dan menyetujui Sumbadra
diperisteri Arjuna.
-
Prabu Ngambarmuka bersama perajurit datang menyerang Dwarawati. Baladewa,
Wrekodara dan Gatotkaca berhasil memusnahkan musuh.
Pesta perkawinan Arjuna dengan Sumbadra dilaksanakan di Dwarawati.
SERAT SRIKANDHI MAGURU MANAH
Jungkungmardeya raja Paranggubarja mimpi bertemu dengan Srikandhi anak raja
Cempala. Raja itu lalu menugaskan Patih Jayasudarga untuk menyampaikan surat
lamaran kepada Durpada. Sang Raja menyetujui lamaran itu, tetapi Srikandhi tidak
menerima lamaran tersebut. Kemudian Srikandi melarikan diri menuju Madukara,
dengan dalih untuk berguru memanah. Namun senyatanya, Srikandhi minta
perlindungan kepada Arjuna. Kepergian Srikandhi menyebabkan orang se istana
kebingungan. Drupadi mencari Srikandi ke Madukara, untuk meminta kepada Srikandhi
agar mau kembali ke istana.
Arjuna berhasil mengalahkan raja Jungkungmardeya dan prajuritnya. Demikian juga
Arjuna harus mengusir Korawa yang ingin merebut Sumbadra yang akan dikawinkan
dengan Burisrawa. Arjuna berhasil memperisteri Srikandhi, setelah Larasati mampu
mengungguli kepandaian Srikandhi dalam hal berolah panah.
Cerita tokoh-tokoh Pandawa secara individu atau kelompok banyak didapat dalam
beberapa naskah kumpulan cerita lakon, yaitu cerita prosa yang berisi kerangka cerita
sebagai pegangan untuk pementasan pada layar oleh seorang dalang.
Cerita Kelahiran Pandhawa
Cerita kelahiran Pandhawa dimuat dalam kitab Adiparwa. Isi pokok cerita itu sebagai
berikut:
Pandhu dinobatkan menjadi raja oleh Bhisma. Ia naik tahta kerajaan untuk melindungi
dunia. Negara disekitarnya takluk kepadanya, antara lain negara Magada, Matila, Kasi,
Sukma dan Swendra.
Selama menjadi raja Pandhu pernah berburu di hutan yang terletak di gunung
Himawan. Kunti dan Madri mengikutinya. Waktu berburu raja melihat kijang jantan
dan betina sedang bercumbu-cumbuan. Kijang jantan itu jelmaan Begawan Kindhama
yang ingin mencintai kijang betina berwarna putih dan cantik. Kijang yang sedang
-
berwawanasmara itu dipanah oleh Pandhu. Kedua kijang terkena anak panah, musnah
bersama. Kemudian didengar suara kutukan. Dikatakan Pandhu amat kejam, tidak
menaruh belas kasihan kepada kijang yang sedang bercumbu-cumbuan. Pandhu akan
menderita susah, akan mati bila berwawanasmara dengan istrinya. Tetapi Pandhu tidak
berdosa meskipun telah membunuh barahmana, sebab ketika dibunuh Kindhama
berwujud binatang.
Pandhu menjadi susah, lalu bercerita kepada kedua isterinya Kunti dan Madri ikut
menangis dan ikut bersedih hati. Mereka berdua disuruh kembali ke istana, mengikuti
Bhisma dan Widura, supaya memberitahu kepada Dhestarastra, Ambika dan Ambalika.
Sedangkan Ia akan hidup bertapa. Kedua isteri tidak mau kembali ke negara, mereka
mengikuti Pandhu hidup di pertapaan. Mereka melepas pakaian kebesaran dan
mengenakan pakaian kulit kayu, menyusuri gunung Nagasthagiri, Citraratawahana,
asrama Nagasthama, Indradyumna, Hangsakuta, berakhir di Saptarengga.
Pandhu dan dua isterinya tinggal di Saptarengga. Pada suatu ketika Kunti dipanggil,
diberi ajaran masalah darma. Bertapa itu darma, tetapi tidak akan kembali ke sorga.
Hasil tapa tidak akan dinikmati oleh orang yang tidak beranak. Maka Pandhu
berkesimpulan bahwa tapa mereka tidak berguna, karena mereka tidak beranak.
Pandhu bercerita tentang Saradandayani yang dianugerahi anak karena mengadakan
korban mohon anak. Cerita Badra isteri maharaja Wyusitaswa yang rajin memohon
karunia anak, yang kemudian mendapat empat anak. Cerita tentang Bagawan Udalaka
yang isterinya ditarik tangannya oleh seorang tamu, karena tamu itu tertarik kecantikan
isteri tuan rumah. Anak Bagawan Udalaka marah, karena ibunya ditarik laki-laki tamu.
Anak Udalaka yang bernama Swetaketu mengutuk dan membuat larangan bagi laki-laki
yang mengambil wanita yang masih setia kepada suaminya. Laki-laki yang mengambil
isteri orang lain akan mendapat malapetaka. Tetapi seorang isteri yang menurut darma
tidak beranak boleh berusaha memperoleh anak, itu tidak mendatangkan sengsara,
karena memperoleh anak itu menurut darma.
Mendengar cerita Pandhu itu, Kunthi berkesimpulan, bahwa suaminya akan setuju bila
ia berupaya untuk beranak. Ia lalu berkata, bahwwa sejak berguru kepada Begawan
Durwasa ia mendapat anugerah ilmu bernama Adityahrdaya. Ilmu tersebut dapat untuk
menghadirkan dewa yang mau menganugerahi anak. Maharaja Pandhu senang dan
menyetujui usaha isterinya dengan menggunakan ilmu itu.
-
Pertama Pandu meminta Kunti agar mendatangkan dewa Dharma, agar dikaruniani
anak yang mengerti kepada darma. Kunti mengucapkan ilmunya, maka datanglah dewa
Dharma. Kunthi mengandung, kemudian melahirkan anak dan diberi nama Yudhisthira.
Selanjutnya diminta menghadirkan dewa Bayu, agar memberi anak yang sakti. Kunthi
hamil, dan ketika lahir bayi dipangkunya, tiba-tiba datang harimau dari belukar. Kunthi
lari, bayi jatuh di batu karena lepas dari pangkuan Kunthi. Batu hancur, pandhu kagum,
bayi diberi nama Bimasena. bersamaan dengan kelahiran Bimasena, Gendari
mempunyai anak Duryodhana. Usaha yang ketiga, Kunthi mendatangkan dewa Indra.
Kunthi hamil. Kemudian lahir bayi yang kemudian dinamai Arjuna. Sewaktu Arjuna
lahir, Pandhu berkata kepada Kunti, bahwa anaknya akan sakti dan mempunyai
keberanian seperti Arjunasasrabahu.
Madri minta agar diusahakan beranak juga. Atas persetujuan Kunthi, mereka
mendatangkan dewa. Yang hadir adalah Aswino, dewa kembar. Madri hamil dan
melahirkan anak kembar, diberi nama Nakula dan Sahadewa.
KELAHIRAN YUDISTHIRA
Pertemuan di istana Ngastina, Pandhu dihadap oleh Dhestharata, Widura dan Patih
Jayaprayitna. Mereka membicarakan kandungan Kunthi yang telah sampai bulan
kelahirannya belum juga lahir. Tengah mereka berunding, Arya Prabu Rukma datang
memberi tahu, bahwa negara Mandura akan diserang perajurit dari negara
Garbasumandha. Raja Garbasumandha ingin merebut Dewi Maherah. Raja Basudewa
minta bantuan. Arya Widura disuruh pergi ke Wukir Retawu dan ke Talkandha, supaya
mohon doa restu demi kelahiran bayi. Raja Pandhu akan ke Mandura untuk membantu
raja Basudewa dalam menahan serangan musuh.
Raja Pandhu menemui Dewi Kunthi yang sedang berbincang-bincang dengan Dewi
Ambika, Dewi Ambiki dan Dewi Madrim. Setelah memberi tahu tentang rencana
kepergiannya ke Mandura, Pandhu lalu bersamadi. Kemudian berangkat ke Mandura
bersama Arya Prabu Rukma, Dhestharata menunggu kerajaan Ngastina.
Yaksadarma raja Garbasumandha dihadap oleh Arya Endrakusuma, Patih
Kaladruwendra, Togog, Sarawita dan Ditya Garbacaraka. Raja berkeinginan
memperisteri Dewi Maherah isteri raja Mandura. Ditya Garbacaraka disuruh melamar,
Togog menyertainya, Patih Kaladruwendra dan perajurit disuruh mengawal perjalanan
mereka.
-
Perajurit Garbasumandha bertemu dengan perajurit Ngastina. Terjadilah perang, tetapi
perajurit Garbasumandha menyimpang jalan.
Raja Basudewa dihadap oleh Patih Saraprabawa, Arya Ugrasena dan hulubalang raja.
Mereka menanti kedatangan Arya Prabu Rukma. Arya Prabu Rukma datang bersama
Pandhu. Setelah berwawancara, raja Basudewa masuk ke istana akan menjumpai para
isteri. Namun Garbcaraka telah masuk ke istana lebih dahulu, dan berhasil melarikan
Dewi Maherah. Dewi Mahendra dan Dewi Badraini kebingungan. Basudewa dan Pandhu
datang, Basudewa minta agar Pandhu segera mencarinya. Pandhu segera berangkat
meninggalkan kerajaan Mandura.
Pandhu berhasil mengejar Garbacaraka dan merebut Dewi Maherah, lalu dibawa
kembali ke Mandura. Setelah menyerahkan Dewi Maherah, Pandhu minta pamit,
kembali ke Ngastina, Raja Basudewa mengikutinya.
Semar, Gareng, Petruk dan Bagong bersenda gurau, kemudian menghadap Begawan
Abiyasa. Bagawan Abiyasa sedang berunding dengan Resi Bisma tentang kehamilan
Kunthi. Arya Widura datang dan minta sarana untuk kelahiran bayi yang dikandung
oleh Kunthi.
Arya Widura disuruh berangkat kembali ke Ngastina, Bagawan Abiyasa dan Resi Bisma
segera mengikutinya. Perjalanan Arya Widura dihadang oleh raksasa Garbasumandha.
Arya Widura mengamuk, perajurit raksasa banyak yang gugur dan melarikan diri.
Bathara Guru mengadakan pertemuan di Suralaya, dihadiri oleh Bathara Narada,
Bathara Panyarikan, Bathara Dharma dan Bathara Bayu. Mereka berbicara tentang
kehamilan Kunthi. Bathara Narada disuruh turun ke marcapada bersama Bathara
Dharma, Bathara Panyarikan dan Bathara Bayu. Mereka disuruh memberi pertolongan
kepada Dewi Kunthi.
Perjalanan raja Basudewa dan Pandhu berjumpa dengan Patih Kaladruwendra.
Terjadilah perkelahian, Kaladruwendra terbunuh ole panah Pandhu.
Raja Yaksadarma dan Endrakusuma menanti kedatangan Garbacaraka. Garbacaraka
datang bercerita tentang hasil yang diperoleh, tetapi direbut oleh raja Pandhu. Cerita
belum selesai, tiba-tiba kepala Kaladruwendra jatuh dihadapan raja. Yaksadarma marah,
lalu mempersiapkan perajurit, akan menyerang negara Ngastina.
-
Raja Pandhu berbicara dengan Arya Prabu Rukma, Ugrasena, raja Basudewa dan Arya
Widura. Arya Widura memberi tahu tentang kesanggupan Bagawan Abiyasa dan Resi
Bisma. Tengah mereka berbincang-bincang, Bagawan Abiyasa dan resi Bisma datang.
Setelah mereka berdua disambut, lalu diajak masuk ke istana. Bathara Narada dan
Bathara Darma datang. Raja Pandhu dan Basudewa cepat-cepat menyambut kedatangan
para dewa. Bathara Narada memberi tahu tentang tujuan kedatangannya. Bathara
Narada menyuruh agar Bathara Darma merasuk kepada Dewi Kunthi, membimbing
kelahiran bayi. Bathara Darma merasuk, bayi dalam kandungan Dewi Kunthi lahir
melalui ubun-ubun. Bayi lahir laki-laki. Bathara Narada memberi nama Puntadewa, dan
mendapat sebutan Darmaputra. Semua yang hadir menyambut kelahiran sang bayi.
Raja Yaksadarma dan para pengikutnya datang menyerang negara Ngastina. Raja
Yaksadarma mati oleh Pandhu, Endrakusuma mati oleh Arya Widura, Garbacaraka mati
oleh Arya Ugrasena. Bathara Bayu menghalau semua perajurit raksasa.
PERKAWINAN YUDHISTHIRA
Prabu Duryodana duduk di atas singhasana, dihadap oleh pendeta Durna, Patih Sakuni,
Dursasana, Kartamarma, Jayadrata, Citraksa dan Citraksi. Pada kesempatan tersebut
Raja mengungkapkan niatnya, ingin mengawinkan pendeta Durna. Senyampang ada
sayembara untuk merebutkan putri Cempalareja yang bernama Dewi Drupadi Jayadrata
ditugaskan untuk mengikuti sayembara di Pancalareja atau Cempalareja atas nama
pendeta Durna. Setelah selesai perundingan, raja membubarkan pertemuan, lalu masuk
istana.
Prabu Duryodana disongsong oleh permaisuri dan ibunya. Raja bercerita tentang
rencana perkawinan pendeta Durna. Mereka makan bersama
Patih Sakuni mengumpulkan para Korawa, mereka diberitahu tentang kepergian ke
Pancalareja dan pembagian tugas. Setelah siap mereka berangkat bersama perajurit
untuk mengikuti sayembara.
Di negara Umbul Tahunan sang raja Prabu Kala Kuramba juga ingin mengikuti
sayembara dan memperisteri Drupadi, putri raja Pancalareja. Raja menugaskan Kala
Gragalba untuk menyampaikan surat lamaran. Kala Gragalba disertai Kala Gendhing
Caluring, Kala Palunangsa, Wijamantri dan Tejamantri berangkat ke Cempalareja.
-
Perjalanan Kala Gragalba bertemu dengan perajurit Ngastina. Terjadilah perang, Kala
Gragalba dan perjuritnya terdesak, mereka menyimpang jalan.
Yudisthira dihadap oleh Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Mereka menemui Bagawan
Abyasa. Begawan Abyasa memberi tahu, bahwa raja Drupada mengadakan sayembara.
Yudisthira disuruh mengikuti sayembara itu, Bima diminta mewakilinya. Para
Pandhawa menyetujuinya, Arjuna disuruh berangkat lebih dahulu. Arjuna berangkat
bersama panakawan. Perjalanan Arjuna bertemu barisan raksasa. Terjadilah
perkelahian, perajurit raksasa musnah.
Kakrasana raja muda di Mandura berunding dengan Patih Pragota dan Patih Prabawa.
Patih menyetujuinya, Kakrasana segera berangkat.
Di Pancalareja, Prabu Drupada dengan Trusthaketu, sedang membicarakan persiapan
sayembara. Patih Sakuni datang, minta ijin untuk mengikuti sayembara, dan akan
diwakili oleh Jayadrata. Raja menyuruh agar peserta sayembara hadir di alun-alun.
Kemudian raja menyuruh agar Trusthaketu menemui Gandamana memberi tahu, bahwa
telah datang peserta sayembara. Gandamana segera pergi ke alun-alun. Jayadrata telah
siap menanti. Gandamana dengan sigap menarik Jayadrata, kemudian dibanting.
Jayadrata pingsan tidak berdaya, lalu ditarik mundur oleh para Korawa.
Selanjutnya datang Kakrasana yang menyamar sebagai pertapa. Gandamana
menghadapi dengan tenang. Kakrasana digertak, terpental jauh dan jatuh terjepit batu.
Kakrasana berteriak kesakitan, memanggil-manggil Narayana. Kebetulan Narayana
lewat, mendengar panggilan atas dirinya. Batu penjepit diminta kembali, narayana
meneruskn perjalanan , hendak menyaksikan sayembara.
Yudisthira sesaudara menghadap Prabu Drupada. Ia minta diperkenankan mengikuti
sayembara. Raja merelakan Drupadi untuk diperisteri Yudisthira tanpa harus melalui
sayembasara, tetapi Gandamana tidak merelakannya. Bima juga tidak ingin perkawinan
tanpa menempuh sayembara.
Bima datang dialun-alun, Gandamana siap melawannya. Mula-mula Bima dapat
disergap kuat-kuat,sehingga tidak berdaya. Melihat Bima terdesak, Arjuna dari jauh
memberi isyarat agar Bima menggunakan kuku Pancanakanya. Gandamana ditusuk
dengan kuku Pancanaka dan jatuh tak berdaya. Sebelum meninggal Gandamana
memberikan ilmu kesaktian dan pesan kepada Bima.
-
Narayana menggugat kemenangan sayembara untuk Yudisthira. Ia bertengkar dengan
Arjuna. Trusthajumena datang melerainya, dan mengatakan jika yang bertikai berhasil
membunuh Naga yang berada dipohon beringin dialah yang berhak memboyong
Drupadi. Mereka mencoba membunuh seekor Naga. Narayana tidak dapat
membunuhnya. Panah Arjuna berhasil memusnahkan Naga. Narayana masih belum
terima, ia mengajak beradu kesaktian dengan Arjuna. Dan Arjuna meladeni tantangan
Narayana. Narayana dipanah oleh Arjuna, terpental jauh, jatuh di luar kerajaan
Pancalareja.
Prabu Drupada menyerahkan Drupadi kepada Yudisthira. Upacara perkwinan dan pesta
besar akan dilaksanankan di kerajaan Pancalareja. Tiba-tiba raksasa Kala Karamba
datang bersama perajurit raksasa. Bima ditugaskan untuk melawan musuh. Raja raksasa
mati dan perajurit raksasa musnah tak bersisa.
Prabu Drupada dan para Pandhawa mengadakan pesta perkawinan di istana Pancalareja
KELAHIRAN BIMA
Raja Dhestharata dihadap oleh Arya Suman dan Patih Sanjaya. Mereka membicarakan
anak Pandhu yang lahir, tetapi masih berada dalam bungkus. Bayi berbungkus itu
diasingkan ke hutan Krendhawahana. Konon Premadi telah diutus menghadap Bagawan
Abiyasa untuk minta pertolongan agar bayi segera keluar dari bungkus. Dhestharata
minta agar Arya Suman dan Warga Korawa berusaha ikut memecahkan bungkus.
Setelah pertemuan selesai Dhestharata masuk ke istana, memberi tahu kepada
permasuri tentang bayi anak Pandhu.
Arya Suman menjumpai para Korawa dan bercerita tentang bayi bungkus. Ia diperintah
raja untuk membantu memecahkannya. Dursasana usul agar bayi dalam bungkus
dibunuh saja, dengan dalih pura-pura menolongnya.
Kala Dahana raja Batareta dihadap oleh Patih Kala Bantala, Kala Maruta, Kala Ranu dan
abdi perempuan bernama Kepet Mega. Raja bercerita tentang mimpinya. Dalam mimpi
raja bertemu dengan Citrawarsiti putri raja Karentegnyana di Tasikmadu. Raja Kala
Dahana ingin memperisteri putri itu, lalu mengutus Patih Kala Bantala untuk
menyampaikan surat lamaran. Patih Kala Bantala segera minta diri, berangkat ke
Tasikmadu. Para perajurit raksasa ikut menyertainya. Di tengah perjalanan perajurit
-
raksasa itu bertemu dengan perajurit Korawa. Maka terjadilah perselisihan, mereka
bertempur. Perajurit Batareta menyimpang jalan, menghindari perang.
Premadi menghadap Bagawan Abiyasa, ia menanyakan peri hal kakaknya yang masih
tinggal di dalam bungkus. Bagawan Abiyasa memberitahu, bahwa bayi dalam bungkus
segera akan lahir. Premadi diwejang oleh Sang Bagawan, kemudian disuruh pergi ke
hutan Krendhawahana. Premadi minta diri, lalu berangkat ke hutan. Para panakawan
menyertainya. Di tengah perjalanan Premadi dihadang oleh beberapa raksasa.
Terjadilah perkelahian, raksasa berhasil dikalahkan oleh Premadi.
Bathara Guru dihadap oleh Dewi Uma, Bathara Narada dan beberapa dewa lainnya.
Bathara Narada memberi tahu, bahwa gara-gara terjadi karena seorang bayi dalam
bungkus, yang tergolek di hutan Krendhawahana. Bathara Guru minta agar Bathara
Narada mengajak Gajahsena turun ke Marcapada, membantu kelahiran bayi bungkus.
Bathara Narada dan Gajahsena turun ke Marcapada.
Bathara Narada dan Gajahsena tiba di hutan Krandhawahana. Gajahsena diminta untuk
memecah bungkus bayi. Bayi dalam bungkus dibanting, maka tiba-tiba dari dalam
bungkus larilah seorang anak dewasa lengkap dengan dengan busana dan nampak gagah
perkasa. Gajahsena mengejar dan berulang-ulang membanting anak itu, tetapi tidak
hancur, bahkan semakin kuat
Si bocah yang baru pecah dari bungkusnya merasa teraniaya hidupnya oleh Gajah
Raksasa yang bernama Gajah Sena. Maka anak tersebut kemudian berusaha melawan
Gajah Sena. Gajah Sena dibanting dan hancur, musnah dan menyatu dengan anak sakti
itu, lalu diberi nama Bratasena. Oleh Narada, Premadi dan Bratasena disuruh kembali
ke Ngastina.
Bathara Narada membawa bungkus bayi ke Banakeling, ditaruh di atas batu rata.
Bungkus bayi diambil oleh raja Sempani, dan dicipta menjadi bayi. Selanjutnya bayi
diberikan kepada Dewi Nandhi, isteri raja Sempani. Seketika payudara Dewi Nandhi
keluar air susu untuk menyusui bayi itu. Maka bayi diberi nama Tirtanata. Bayi
dimandikan dengan Banyu Gege. Seketika menjadi remaja. Tirtanata bertempat tinggal
di Banakeling dan mendapat sebutan Jayadrata.
Kala Bantala telah menghadap raja Karentegnyana di kerajaan Tasikmadu. Surat
lamaran diserahkan kepada raja. Raja menolak lamaran raja Batareta, Kala Bantala
-
meninggalkan kerajaan Tasikmadu, dan mengancam kelak akan kembali untuk
menyerangnya.
Patih Mandanasraya usul agar raja Tasikmadu minta bantuan kepada raja Ngastina.
Raja mencari bantuan, Citrawarsita ditugaskan ke Ngastina.
Patih Kala Bantala melapor kepada raja Kala Dahana, bahwa lamarannya ditolak. Kala
Dahana marah, lalu menyiapkan perajurit untuk menyerang negara Tasikmadu dan
Ngastina.
Pandu menyambut kedatangannya para Korawa dan Arya Suman. Arya Suman berkata,
bahwa kedatangannya disuruh Dhestharata untuk membantu memecahkan bayi
nungkus. Tengah mereka berbincang-bincang Premadi dan Bratasena datang. Premadi
bercerita tentang pecahnya Bungkus, yang sekarang isi bungkus itu telah ikut
menghadap Pandhu. Pandhu merasa bahagia dan senang hati. Arya Suman dan Korawa
kecewa, da iri melihat Bratasena yang gagah perkasa itu.
Citrawasesa datang, memberitahu tentang perajurit raksasa dari Bataretayang
menyerang Tasikmadu. Pandhu diminta membantunya, lalu menawarkan kepada
Bratasena. Bratasena menyanggupinya, lalu berangkat ke Tasikmadu bersama
Citrawasita. Premadi minta diijinkan untuk membantu Bratasena. Mereka berangkat ke
Tasikmadu, para Korawa minta ijin kembali ke Gajahoya.
Kala Dahana dan perajurit raksasa menyerang negara Tasikmadu. Bratasena dan
Premadi menahan serangan musuh itu. Kala Dahana, Kala Bantala, Kala Maruta dan
Kala Ranu mati terbunuh oleh Bratasena. Sukma mereka menyatu dengan Bratasena.
Premadi berhasil memusnahkan perajurit raksasa. Perang pun selesai, negara
Tasikmadu aman dan damai. Raja Karentegnyana berjanji, kelak akan membantu
Pandhawa bila terjadi perang besar.
Pesta kemenangan diadakan di negara Tasikmadu. Keluarga Ngastina diundang untuk
ikut berpesta menyambut serta merayakan kemenangan Bratasena dalam memusnahkan
musuh yang menyerang Tasikmadu.
PERKAWINAN BIMA DAN ARIMBI
-
Prabu Matswapati raja Wiratha duduk di atas singhasana, dihadap oleh Seta, Untara dan
Wratsangka. Raja memperbincangkan pemberian hutan Wanamarta untuk para
Pandawa. Untara Wratsangka disuruh membantu para Pandawa. Mereka minta diri,
perundingan dibubarkan, raja masuk ke istana.
Prabu Matswapati menemui permaisuri, lalu bercerita tentang pemberian. tempat
tinggal di Wanamarta bagi para Pandawa. Mereka lalu bersantap bersama. Seta, Untara
dan Wratsangka bersiap-siap berangkat ke Wanamarta. Setelah siap mereka berangkat.
Raja jin bernama Prabu Parta berbicara dengan Gadhing Pangukir. Kerajaan mereka
diganggu oleh manusia. Gading Pangukir menyerang manusia, Bima yang
menghadapinya. Gading Pangukir mati oleh Bima, lalu bersatu dengan Bima.
Arimbi menghadap Prabu Arimba bercerita tentang mimpinya. Ia bermimpi bertemu
dengan Bima. Prabu Arimba diminta mencarikannya. Raja marah, Arimbi dipukuli.
Arimbi lari meninggalkan istana. Brajadenta, Brajamusthi dan Brajakesa disuruh
mengejarnya. Mereka bersama perajurit mencari jejak Arimbi.
Arjuna dan panakawan berjalan di hutan Wanamarta. Mereka berjumpa perajurit
raksasa dari pringgandani utusan Prabu Arimba. Perajurit raksasa dari Pringgandani
utusan Prabu Arimba itu musnah, Togog kembali ke kerajaan.
Puspawati anak raja jin bernama Kombang Aliali bermimpi. Dalam mimpi ia bertemu
dengan Arjuna. Prabu Kombang Aliali diminta untuk mencarikannya. Raja berangkat,
masuk ke hutan dan bertemu dengan Arjuna. Raja Kombang Aliali minta agar Arjuna
mau diambil menjadi menantu. Arjuna tidak bersedia, tetapi dapat ditangkap oleh raja
jin, lalu dibawa ke kerajaannya, dan dipertemukan dengan Puspawati. Prabu Kombang
Aliali minta melihat keris Pulanggeni milik Arjuna. Keris Arjuna diberikan, lalu
digunakan untuk bunuh diri. Kombang Aliali musnah, bersatu dengan Arjuna.
Pada waktu lewat tengah malam, Yudhisthira duduk mengheningkan cipta. Tiba-tiba
Arimbi datang, menanyakan kesatria yang bernama Bima. Bima dipanggil dipertemukan
dengan Arimbi. Yudhisthira menyarankan agar Bima mau memperisteri Arimbi. Bima
tidak bersedia memperisterinya sebab Arimbi berujud raksasi.
Bathara Narada datang, menyarankan agar Bima mau memperisteri Arimbi. Bathara
Narada mengusap wajah Arimbi, seketika hilang wujud raksasi, Arimbi berubah menjadi
-
manusia cantik. Bima mau memperisteri Arimbi, Bathara Narada kembali ke
Kahyangan.
Togog dan Sarawita kembali ke Pringgandani, menghadap Prabu Arimba, melapor
tentang kematian para perajurit raksasa oleh Arjuna. Prabu Arimba marah, lalu
menyuruh agar Brajadenta mempersiapkan perajurit, pergi ke Wanamarta. Prabu Parta
ingin membela kematian Kombang Aliali, lalu pergi ke Wanamarta mencari Arjuna.
Yudhisthira menghadap ibunya bersama Bima dan Arjuna, Anoman datang bersama
Basuki, garuda Winantea, Jajahwreka, gajah Lakubanda. Mereka ingin membantu
pembukaan Wanamarta.
Prabu Arimba bersama perajurit datang mengamuk, Bima menyongsongnya. Raja
Arimba mati oleh Bima, semua perajurit menyerahkan diri.
Pembukaan hutan telah selesai, dibentuk menjadi negara dan bagian-bagiannya. Tempat
tinggal bima diberi nama Munggul Mamenang, tempat tinggal Arjuna bernama
Madukara, Pinten di Sawojajar dan Tangsen di Bumi Ratawuka. Seluruh Wanamarta
menjadi negara Ngamarta, istana Yudhisthira.
Prabu Parta bersama perajurit datang menyerang negara baru. Arjuna menyongsong,
Prabu Parta dipanah. Seketika prabu Parta musnah menyatu dengan Arjuna. Terdengar
suara, Arjuna supaya menggunakan nama Parta. Kemudian jin perajurit Prabu Parta
dihalau oleh Bima.
CERITA BIMA SUCI
Bima berguru kepada pendeta Durna. Ia disuruh mencari air yang bisa menyucikan
dirinya. Bima lalu ke Ngamarta, memberitahu dan pamitan kepada saudara-saudaranya.
Yudisthira diminta oleh ketiga adiknya supaya menghalangi keinginan Bima. Bima tidak
dapat dihalangi, lalu pergi berpamitan dan minta petunjuk kepada pendeta Durna.
Bima menghadap pendeta Durna. Pendeta Durna memberitahu, bahwa air suci berada di
hutan Tikbrasara. Bima lalu berpamitan kepada raja Doryudanan dan pendeta Durna.
Bima meninggalkan kerajaan Ngastina, masuk ke hutan. Setelah melewati hutan dengan
segala gangguannya, perjalanan Bima tiba di gunung Candramuka. Bima mencari air
suci di dalam gua dan membongkari batu-batu. Tiba-tiba bertemu dengan dua raksasa
-
bernama Rukmuka dan Rukmakala. Bima diserang. Ke dua raksasa mati dan musnah
oleh Bima. Mereka berdua menjelma menjadi dewa Indra dan dewa Bayu. Kemudian
terdengar suara, memberi tahu agar Bima kembali ke Ngastina. Di tempat itu tidak ada
air suci. Bima segera kembali ke Ngastina.
Bima tiba di Ngastina menemui pendeta Durna yang sedang dihadap oleh para Korawa.
Mereka terkejut melihat kedatangan Bima. Semua yang hadir menyambut kedatangan
Bima dengan ramah. Pendeta Durna menanyakan hasil kepergian Bima. Bima menjawab
bahwa ia tidak menemukan air suci di gunung Candramuka. Ia hanya menemukan dua
raksasa dan sekarang telah mati dibunuhnya. Pendeta Durna berkata, bahwa air suci
telah berada di pusat dasar laut. Bima percaya dan akan mencarinya. Dengan basa-basi
Duryodana memberi nasihat agar Bima berhati-hati. Bima berpamitan kepada pendeta
Durna dan Doryudana.
Bima menemui saudara-saudaranya di kerajaan Ngamarta, ia minta pamit pergi mencari
air suci.
Yudisthira dan adik-adiknya sangat sedih, lalu memberitahu kepada Prabu Kresna raja
Dwarawati. Kresna datang di Ngamarta, memberi nasihat agar para Pandhawa tidak
bersedih hati. Dewa akan melindungi Bima. Bima minta diri kepada Kresna dan keluarga
Pandhawa. Banyak nasihat Kresna kepada Bima, tetapi Bima teguh pada keinginannya.
Para Pandhawa mencoba menghalang-halanginya, tetapi tidak berhasil menahannya.
Bima berjalan menelusuri hutan, kemudian tiba di tepi samodera. Bima mempunyai
kesaktian berasal dari aji sangara. Dengan berani ia terjun ke dalam samodera. Tiba-
tiba seekor naga mencegatnya. Naga membelit Bima, tetapi alhirnya naga mati ditusuk
kuku Pancanaka.
Bima tiba di pusat dasar samodera, bertemu dengan Dewa Ruci. Dewa Ruci dapat
menjelaskan asal keturunannya Bima dan menyebut sanak saudaranya. Lagi pula Dewa
Ruci tahu maksud kedatangan Bima di pusat dasar samodewa. Dewa Ruci memberi
nasihat, orang jangan pergi bila tidak tahu tempat yang akan ditujunya. Jangan makan
bila belum tahu rasa makanan yang akan dimakannya. Jangan mengenakan pakaian bila
belum tahu nama pakaian yang akan dikenakannya. Barang siapa tidak tahu,
bertanyalah kepada orang yang telah tahu. Bima merasa hina, lalu minta berguru kepada
Dewa Ruci. Bima disuruh masuk ke rongga perut Dewa Ruci. Bima heran mendengar
perintah Dewa Ruci. Ia harus masuk melalui jalan mana, bukankah Dewa Ruci lebih
-
kecil dari pada Bima. Dewa Ruci berkata, bahwa dunia seisinya bisa masuk ke rongga
perutnya. Bima disuruh masuk lewat lubang telinga kiri. Tibalah Bima di dalam rongga
perut Dewa Ruci. Ia melihat samodera besar lagi luas, tidak bertepi. Ketika ditanya,
Bima menjawab, bahwa ia hanya melihat angkasa kosong jauh sekali, tidak mengerti
arah utara selatan, timur barat dan atas bawah. Ia kebingungan. Tiba-tiba terang
benderang, Bima merasa menghadap Dewa Ruci. ia tahu arah segala penjuru angin.
Dewa Ruci bertanya tentang sesuatu yang dilihat oleh Bima. Bima menjawab, bahwa
hanya warna hitam merah kuning dan putih yang dilihatnya. Dewa Ruci memberi
wejangan kepada Bima. Setelah menerima wejangan, Bima merasa senang. Ia tidak
merasa lapar, sakit dan kantuk. Ia ingin menetap tinggal di rongga perut Dewa Ruci.
dewa Ruci melarang, Bima diwejang lagi tentang hakekat hidup manusia. Sempurnalah
pengetahuan Bima tentang hidup dan kehidupan.
Bima telah lepas dari rongga perut Dewa Ruci, lalu minta diri kembali menemui
saudara-saudaranya di Ngamarta. Yudisthira mengadakan pesta bersama keluarga
menyambut kepulangan Bima.
KELAHIRAN ARJUNA
Dikisahkan Prabu Basudewa, raja Mandura sedang duduk di atas singhasana, dihadap
oleh Raden Ugrasena, Raden Arya Prabu Rukma dan Patih Saragupita. Mereka
membicarakan keinginan Dewi Badraini, isteri raja yang minta dicarikan Kidangwulung.
Oleh karena itu raja ingin pergi ke hutan Tikbrasara untuk mencari Kidangwulung.
Mereka lalu bubaran, bersiap-siap menghantar keberangkatan raja.
Raja Basudewa menemui Dewi Mahendra dan Dewi Badraini, untuk memberi tahu
tentang rencana kepergiannya ke hutan Tikbrasara. Raja bersemadi dan berkemas akan
pergi berburu. Arya Prabu Rukma, Arya Ugrasena dan patih Saragupita memimpin
perajurit pengawal raja. Ugrasena tinggal di negara menjaga keamanan istana.
Di hutan Bombawirayang, Dewi Maherah dihadap oleh Suratimantra, abdi Kepetmega
Togog dan Sarawita. Mereka membicarakan perihal kerisauan Dewi Maherah karena
kematian Gorawangsa dan bayi dalam kandungannya. Ia minta dicarikan Waderbang
Sisik Kencana (Ikan badar merah bersisik emas), pusaka kerajaan Mandura yang
diperoleh sejak kelahiran Kakrasana. Suratimantra minta diri bersama Togog, lalu
menghimpun perajurit dan menuju ke negara Mandura. Kemudian perajurit raksasa
-
bertemu dengan perajurit Mandura. Terjadilah pertempuran. Perajurit raksasa
menyimpang jalan.
Bagawan Abiyasa dihadap oleh Pandu, Yamawidura, Patih Kuruncana dan Kunthi.
Kunthi mengajukan permohonan supaya dicarikan Kitiran Seta (Baling-baling Putih)
sebagai syarat kelahiran bayi kandungannya. Pandhu ditugaskan untuk mencarikannya.
Pandhu segera minta diri. Di tengah perjalanan Pandu bertemu dengan Suratimantra,
lalu terjadi perkelahian. Suratimantra menyimpang jalan.
Pandu datang di Karangdhempel, disambut oleh Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
Pandhu mengajak para panakawan pergi mencari Kitiran Seta. Mereka berangkat
meninggalkan Karangdhempel. Perjalanan mereka masuk ke hutan. Seekor harimau
datang menghadangnya. Terjadilah perkelahian antara harimau dengan Pandhu.
Harimau musnah dan menjelmalah Dewa Kamajaya. Pandhu menghormat, Kamajaya
memberitahu bahwa Kitiran Seta dimiliki oleh Ditya Kalapisaca yang tinggal di
Krendhasara. Dewa Kamajaya kembali ke Suralaya. Pandhu dan Panakawan menuju ke
Krendhasara.
Raja Basudewa, Arya Prabu dan Patih Saragupita berada di tengah hutan Tikbrasara.
Mereka berunding tentang usaha menghalau binatang supaya masuk ke Pagrogolan.
Perajurit beramai-ramai menghalau binatang buruan. Banyak binatang terperangkap
dalam Pagrogolan, antara lain Kidangwulung. Kemudian Kidangwulung dibawa pulang
ke negara Mandura.
Suratimantra berhasil masuk ke taman Randhugumbala di negara Mandura, dan
berhasil mencuri Waderbang Sisik Kencana, lalu dibawa ke hutan Bombawirayang
Suratimantra dan Togog menghadap Dewi Maherah. Waderbang Sisik Kencana
diserahkan kepada Dewi Maherah. Tak beberapa lama bayi dalam kandungan Dewi
Maherah lahir dan diberi nama Kangsa. Kangsa dibawa oleh Suratimantra, agar diakui
anak oleh raja Basudewa. Suratimantra dan Kangsa berangkat ke Mandura.
Disebuah gua di hutan Krendhasara tinggalah sepasang raksasa dan raseksi bernama
Ditya Pisaca dan Pisaci tinggal di gua. Ditya Pisaci bercerita kepada Kala Pisaca,
suaminya, bahwa semalam ia bermimpi kehilangan sebelah matanya. Tiba-tiba datang
raja Pandu bersama panakawan, dan minta Kitiran Seta kepada Kala Pisaca. Kala Pisaca
mempertahankan Kitiran Seta, terjadilah perkelahian. Kala Pisaca kalah, Pandu berhasil
-
membawa Kitiran Seta, dibawa pulang ke Ngastina. Petruk diminta membawanya. Raja
Basudewa, Pandhu dan Arya Prabu kembali ke kerajaan Mandura.
Bagawan Abyasa, Yamawidura, Kunthi, Madrim, Puntadewa dan Bima sedang di istana.
Mereka menanti kehadiran Pandhu. Tak lama kemudian Petruk utusan Pandu datang
menyerahkan Kitiran Seta, dan memberi tahu, bahwa raja Pandu sedang mengantar raja
Basudewa ke Mandura.
Kunthi yang sedang hamil tua menerima kitirn seta, dan kemudian lahirlah bayi didalam
kandungan. Mereka yang ada di ruangan itu gugup dan bingung, Bima kemudian
membawa bayi yang sedang lahir ke Mandura menyusul Pandu. Begawan Abyasa dan
Petruk mengawal dari belakang.
Ugrasena menghadap Dewi Mahendra dan Dewi Badraini. Mereka menanti kedatangan
raja Basudewa. Kemudian datang raja Basudewa, Pandu dan Arya Prabu. Merela
membawa Kidangwulung , seperti yang diminta Dewi Badraini. Kidangwulung diberikan
kepada Dewi Badraini, tak lama kemudian lahirlah bayi di dalam kandungannya. Bayi
tersebut lahir perempuan dan diberi nama Sumbadra.
Bima datang membawa bayi, Bagawan Abyasa dan Petruk mengikutinya. Bayi
diserahkan kepada Pandu. Pandhu menerima, bayi diberi nama Parmadi. Bagawan
Abyasa memberi nama Palguna. Bima memberi nama panggilan Jlamprong.
Bayi perempuan sembadra dan bayi laki-laki Parmadi dipangku oleh raja Basudewa.
Sumbadra pada paha kiri dan Parmadi pada paha kanan. Basudewa berkata, kedua bayi
ditunangkan, kelak supaya hidup sebagai suami isteri dan menurunkan raja besar.
Tiba-tiba datang Suratimantra membawa bayi bernama Kangsa. Suratimantra memberi
tahu, bahwa bayi itu anak Dewi Maherah. Bagawan Abyasa menyuruh agar Suratimantra
bersama bayi Kangsa menungu di alun-alun. Raja Basudewa menolak penyerahan bayi
itu. Raja Basudewa ingat bahwa bayi itu anak dari Dewi Maherah isterinya dengan
Gorawangsa.
Maka diutuslah Ugrasena untuk datang di alun-alun, memberi tahu, bahwa raja tidak
mau menerima Kangsa sebagai putra raja. Suratimantra marah dan terjadilah
perkelahian. Suratimantra tidak mampu melawan, Kangsa membelanya. Semua kalah
oleh perlawanan Kangsa. Raja Basudewa terpaksa mau mengakui Kangsa sebagai anak,
-
dan diberi tempat tinggal di Sengkapura. Suratimantra ditugaskan untuk mengasuhnya.
Suratimantra memberi nama Kangsadewa.
Perajurit Bombawirayang mengira Suratimantra dan Kangsa mati di Mandura. Mereka
berbondong-bondong menyerang negara Mandura. Bima ditugaskan melawan serangan
musuh, dan berhasil baik. Musuh telah lenyap.
Setelah negara menjadi aman, mereka sidang di istana. Raja Basudewa cemas dan
khawatir bahwa Kangsa yang sakti akan menguasai kerajaan dan mengkhawatirkan
kedua putranya yang akan menjadi sasaran ambisi Kangsa. Bagawan Abyasa
menyarankan agar dua putra raja disembunyikan ke Widarakandang. Raja setuju, agar
kedua putranya yang bernama Kakrasana dan Narayana terhindar dari ancaman
pembunuhan Kangsa, mereka berdua dititipkan kepada Nyai Sagopi dan Ki Antagopa di
Widarakandhang.
Raja Basudewa mengadakan pesta, menjamu para tamu yang hadir di istana Mandura.
PERKAWINAN ARJUNA DENGAN SUBADRA
Prabu Baladewa menemui Prabu Kresna di Kerajaan Dwarawati. Mereka berunding
tentang rencana perkawinan Sumbadra. Prabu Kresna ingin mengawinkan Sumbadra
dengan Arjuna. Prabu Baladewa tidak menyetujui, ia ingin mengawinkan Sumbadra
dengan Burisrawa. Prabu Kresna mengingatkan pesan Prabu Basudewa, yaitu bila
Sumbadra kawin supaya dinaikan kereta emas, disertai kembang mayang kayu
Dewanaru dari Suralaya, dengan diiringi gamelan Lokananta, berpengiring Bidadari.
Mempelai laki-laki menyerahkan harta kawin berupa kerbau danu. Prabu Baladewa akan
mengajukan persyaratan itu kepada raja Duryodana. Prabu Kresna menyuruh Samba
dan Setyaki ke Ngamarta untuk menyampaikan persyaratan itu juga.
Prabu Kresna masuk ke istana memberi berita rencana perkawinan Sumbadra kepada
Dewi Rukmini, Dewi Jembawati dan Dewi Setyaboma.
Prabu Kalapardha raja negara Jajarsewu jatuh cinta kepada Dewi Sumbadara. Raja
menyuruh Kala Klabangcuring supaya menyampaikan surat lamaran ke Dwarawati. Kala
Klabangcuring berangkat, ditemani KalaKurandha dan Kala Kulbandha. Kyai Togog
Wijamantri menjadi penunjuk jalan.
-
Prabu Puntadewa raja Ngamarta, duduk dihadap oleh Wrekodara, Arjuna, Nakula dan
Sadewa. Mereka menyambut kedatangan Bagawan Abyasa Samba dan Setyaki datang
menyampaikan syarat perkawinan kepada Prabu Puntadewa. Bagawan Abyasa
menyanggupinya. Wrekodara disuruh mencari kerbau danu. Arjuna disuruh ke
Kahyangan Cakrakembang minta pohon Dewandaru, gamelam Lokananta dan Bidadari.
Arjuna berangkat ke Cakrakembang, ditemani para panakawan.
Wrekodara masuk ke hutan Setragandamayu. Ia berhasil memperoleh kerbau danu
setelah mengalahkan Dhadhungawuk dan menghadap Sang Hyang Pramuni. Wrekodara
menemui Anoman di Kendalisada, ia minta kereta emas dan tiang dhomas. Wrekodara
diajak ke Singgela menemui Prabu Bisawarna. Prabu Bisawarna mengabulkan
permintaan Wrekodara. Wrekodara kembali ke Ngamarta. Anoman mengikutinya.
Wrekodara diberi kereta emas dan tiang dhomas oleh Prabu Bisawarna.
Prabu Suyudana dihadap oleh pendeta Durna, Patih Sengkuni dan keluarga Korawa.
Prabu Baladewa datang, memberitahu tentang permintaan Sumbadra. Patih Sengkuni
dan Korawa pergi mencari persyaratan. Pendeta Durna diminta menemui Dewi
Wilutama untuk minta pohon Dewandaru, gamelan Lokananta dan bidadari pengiring
mempelai.
Para Korawa berjumpa Wrekodara. Mereka merebut kerbau danu. Terjadilah
perkelahian. Korawa tidak mampu melawan, mereka lari tungganglanggang takut
amukan Wrekodara dan Anoman.
Arjuna menghadap Hyang Kamajaya dan Dewi Ratih di Kahyangan Cakrakembang.
Arjuna berhasil meminta pohon Dewandaru, gamelan lokananta dan bidadari pengiring
mempelai.
Burisrawa minta segera dikawinkan dengan Sumbadra. Prabu Suyudana berunding
dengan Prabu Baladewa. Tiba-tiba datang Patih Sengkuni dan para Korawa, mereka
mengatakan telah berhasil memperoleh kerbau danu dan tiang dhomas, tetapi dirampas
oeh Wrekodara. Kemudian pendeta Durna datang, ia mengatakan telah berhasil, tetapi
hasil itu dirampas oleh Arjuna. Prabu Baladewa mengajak Burisrawa ke Dwarawati
untuk dikawinkan dengan Sumbadra.
Bagawan Abyasa dan Prabu Puntadewa menanti kedatangan Wrekodara dan Arjuna.
Wrekodara datang memberitahu, bahwa ia telah memperoleh empat puluh kerbau danu
-
dan telah siap di alaun-alaun. Arjuna memberitahu bahwa dewa akan mengijinkan
permintaannya. Kemudian Hyang Narada datang bersama bidadari pengiring mempelai,
beserta pohon Dewandaru dan gamelan Lokananta.
Prabu Kala Pardha raja Jajarsewu, menerima laporan dari Tejamantri, bahwa para
utusan mati oleh Arjuna Prabu Kala Pardha berangkat ke Dwarawati akan membununh
Arjuna.
Arjuna datang di Dwarawati. Di Dwarawati telah hadir Hyang Narada, para dewa dan
keluarga Pandhawa. Hyang Narada menyerahkan persyaratan yang diminta oleh
Sumbadra. Setelah siap, Arjuna dipertemukan dengan Sembadra.
Prabu Baladewa datang dengan mengawal Burisrawa, lengkap berpakaian pengantin.
Prabu Kresna memberitahu bahwa, Sembadra telah dikawinkan dengan Arjuna Prabu
Baladewa meminta agar perkawinan itu dibatalkan, sebab Korawa yang berhasil
mendapatkan semua permintaan Sumbadra. Arjuna dan Wrekodara merampas hasil
mereka. Dhadhungawuk dan Hyang Narada memberi penjelasan, bahwa Wrekodara dan
Arjuna yang memperoleh hasil, para Korawa yang mencoba merampasnya.
Prabu Baladewa marah lalu mengamuk. Wrekodara menahan amukan Prabu Baladewa.
Keluarga Korawa membantu, tetapi diserang oleh amukan kerbau danu. Korawa lari
tunggang langgang, kembali ke Ngastina. Pergulatan Prabu Baladewa dan Wrekodara
dipisah oleh Kresna. Arjuna dan Sumbadra menghadap Prabu Baladewa. Sumbadra
mohon dibunuh saja bila harus cerai dengan Arjuna. Prabu Baladewa menaruh kasihan
kepada adiknya, seketika hilang kemarahannya, dan merestui perkawinan adiknya.
Prabu Kala Pardha datang bersama perajurit, menyerang kerajaan Dwarawati.
Wrekodara ditugaskan untuk memadamkan serangan musuh. Raja raksasa gugur,
semua perajurit raksasa hancur, habis binasa. Kerajaan Dwarawati telah aman,
kemudian berlangsung pesta perkawinan Arjuna dan Sumbadra.
PERKAWINAN ARJUNA DENGAN SRIKANDHI
Prabu Drupada raja Pancalareja dihadap Trusthajumena dan Patih Trusthaketu. Mereka
membicarakan Srikandhi yang pergi tanpa pamit. Tiba-tiba datang Patih Jayasudarga
utusan raja Paranggubarja, untuk menyampaikan surat lamaran. Utusan tersebut
-
diberitahu bahwa Srikandhi pergi dari istana, tidak diketahui tempat tujuannya. Prabu
Drupada juga mengabarkan kepergian Srikandhi kepada raja Ngamarta.
Prabu Jungkungmardeya raja Paranggubarja, menerima kedatangan Patih Jayasudarga.
Patih memberitahu tentang jawaban raja Drupada, bahwa Srikandhi pergi meninggalkan
istana. Prabu Jungkungmardeya menyuruh para punggawa agar membantu pencarian
Srikandi.
Prabu Puntadewa dihadap oleh Wrekodara, Nakula dan Sadewa. Trusthajumena datang
menyampaikan surat pemberitahuan. Kemudian Trusthajumena kembali ke negara
Pancalareja. Prabu Puntadewa memberi kabar kepada Durpadi, bahwa Srikandhi pergi
meninggalkan istana. Drupadi diam-diam pergi ke Taman Maduganda.
Di Taman Maduganda Arjuna sedang mengajar memanah kepada Srikandhi, Drupadi
datang mengamuk, Arjuna ditarik dan disembunyikan, Srikandhi dihajar sampai
pingsan. Drupadi kembali ke Ngamarta. Setelah siuman Srikandhi melarikan diri,
kembali ke Pancalareja. Arjuna tergopoh-gopoh akan menolong Srikandhi, tetapi yang
dipeluk Sumbadra. Sumbadra marah dan mengerti bahwa Arjuna mencintai Srikandhi.
Terjadilah pertengkaran. Arjuna melarikan diri kembali ke Madukara.
Drupadi menemui Prabu Puntadewa, lalu bercerita tentang Arjuna dan Srikandhi.
Sadewa diminta untuk memanggil Arjuna. Sadewa pergi ke Madukara, Arjuna
memenuhi panggilan kakaknya.
Prabu Kresna datang menemui Prabu Puntadewa di Ngamarta. Wrekodara dan Nakula
ikut menyambutnya. Sadewa datang bersama Arjuna. Prabu Kresna mengerti persoalan
Arjuna, lalu minta agar Arjuna diserahkan ke Pancalareja.
Prabu Drupada sedang bicara dengan Trusthajumena, kemudian Srikandhi datang. Raja
amat gembira, Srikandhi disuruh masuk ke istana. Prabu Kresna, Wrekodara dan Arjuna
datang menghadap raja. Prabu Kresna bercerita kepada Prabu Drupada tentang
hubungan antara Arjuna dengan Srikandhi. Prabu Kresna mengusulkan agar mereka
berdua dikawinkan. Trusthajumena diminta menanyai Srikandhi. Srikandhi menjawab,
ia mau diperisteri Arjuna, bila Arjuna dapat mengalahkan kepandaian memanahnya.
Arjuna menyanggupinya, tetapi minta diwakili oleh Rarasati.
-
Prabu Puntadewa dihadap oleh Nakula, Sadewa dan Gatotokaca. Gatotkaca diminta
mencari berita tentang Arjuna di Pancalareja.
Prabu Jungkungmardeya menerima laporan dari Sarawita, bahwa utusan raja mati oleh
Srikandi. Raja bersama Bagawan Tunggulmanik pergi ke negara Pancalareja.
Prabu Drupada sedang berbicara dengan Prabu Kresna dan Trusthajumena. Gatotkaca
datang, menanyakan nasib Arjuna. Raja bercerita tentang perkawinan Srikandhi dan
Arjuna
Perajurit Prabu Jungkungmardeya menyerang Pancalareja. Wrekodara, Arjuna dan
Gatotkaca ditugaskan untuk menyongsong kedatangan musuh. Prabu Jungkungmardeya
mati oleh Arjuna. Patih Jayasudarga mati oleh Gathotkaca dan Begawan Tunggulmanik
mati oleh Wrekodara.
Perang telah selesai, Pancalareja menjadi aman kembali. Prabu Drupada mengadakan
pesta perkawinan antara Arjuna dan Srikandhi, bersama keluarga Dwarawati dan
Pandhawa.
PERKAWINAN ARJUNA DENGAN RARASATI
Prabu Duryodana dihadap oleh Patih Sangkuni, Dursasana, Kartamarma, Durmagati,
Citraksa, Citraksi dan Jayadrata. Raja membicarakan berita sayembara di negara
Mandura. Raja ingin mengikuti sayembara untuk mendapatkan Rarasati. Para keluarga
Korawa diminta siap-siap. Raja minta doa restu kepada Prabu Dhestarastra, Prabu
Dhestarastra merestuinya. Patih Sengkuni diminta mengawalnya.
Raja Raksasa di negara Selamiring bernama Prabu Kala Handayaningrat bercerita
kepada Patih Kala Sakipu. Raja bermimpi bertemu dengan Rarasati, putri
Widarakandhang, daerah negara Mandura. Prabu Kala Handayaningrat menyuruh tiga
raksasa untuk melamar Rarasati ke Widarakandhang.
Begawan Abyasa di Wukir Retawu dihadap oleh Arjuna. Sang bagawan minta agar
Arjuna pergi ke Mandura mengikuti sayembara. Arjuna meninggalkan pertapaan
bersama punakawan.
Prabu Baladewa dihadap oleh Patih Pragota dan Patih Prabawa. Mereka membicarakan
rencana Udawa yang mengadakan sayembara. Prabu Baladewa mencemaskan kesaktian
-
Udawa. Patih Pragota dan Patih Prabawa disuruh menguji kesaktian Udawa. Dua Patih
dan Prabu Baladewa pergi ke Widarakandhang.
Narayana dihadap oleh Antagopa, Udawa, Dyah Rara Ireng dan Dyah Rarasati.
Narayana bertanya maksud Udawa mengadakan sayembara. Udawa menjawab, karena
banyak kesatria yang melamar Rarasati. Sayembara dimaksud untuk memperoleh calon
suami Rarasati yang sakti. Narayana menyetujuinya.
Patih Pragota dan Patih Prbawa datang, menghalang-halangi keinginan Udawa.
Udawa tidak menghiraukan saran Patih Pragota dan Prabawa, lalu terjadi perkelahian.
Dua patih tidak mampu melawan dan akhirnya menyerah kalah. Prabu Baladewa
menyetujui rencana Udawa.
Perajurit Korawa bersiap-siap diperbatasan negara Mandura. Jayadrata dan
Kartamarma disuruh datang melamar ke Widarakandhang. Mereka menemui Udawa.
Udawa menerima lamaran Doryudana, tetapi harus ikut dalam sayembara. Kartamarma
marah, Udawa diajak berkelahi. Udawa diserang oleh Kartamarma dan Jayadrata.
Kartamarma dan Jayadrata diadu kepalanya, lalu dibuang jauh. Doryudana mengetahui
lalu menyerang Udawa dengan membawa gada.