BanggaMenjadi Perempuan -...

3
Pikiran Rakyat o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu Minggu 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 GJ 15 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt .Nov ODes Prof Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.S.LE. Bangga Menjadi Perempuan Kliping Humas Unpad 2010 JABAT~Asebagai mn- bantu Rekor II Bidang Adminis- trasi dan Keuangan Uniuen 'tas Padjadjaran eukup berat. Dia harus membawahi biilang kepegawaian, rumah tangga, aset, dan tata laksana penge- lolaan Unpad, termasuk per- soalan-persoalan. ang berhubungan ilengan masalah keuangan. Diajuqa tercatat se- bagai guru besar bidang ek no- mi industri clanperban an, peneliti, dan dosen. Nttmunjus- tru, saat berbicara mas lah ekonomi yang besar dan rumit, Prof. Dr. Rina Indiastuti, .E., M.S.I.E.menyampaika nya dengan bahasa ringan dan mu- dah dipahami. ~~~--'

Transcript of BanggaMenjadi Perempuan -...

Pikiran Rakyato Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu • Minggu

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 GJ 1520 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt .Nov ODes

Prof Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.S.LE.

Bangga Menjadi Perempuan

Kliping Humas Unpad 2010

JABAT~Asebagai mn-bantu Rekor II Bidang Adminis-trasi dan Keuangan Uniuen 'tasPadjadjaran eukup berat. Dia

harus membawahi biilangkepegawaian, rumah tangga,aset, dan tata laksana penge-lolaan Unpad, termasuk per-

soalan-persoalan. angberhubungan ilengan masalahkeuangan. Diajuqa tercatat se-bagai guru besar bidang ek no-

mi industri clanperban an,peneliti, dan dosen. Nttmunjus-

tru, saat berbicara mas lahekonomi yang besar dan rumit,Prof.Dr.Rina Indiastuti, .E.,M.S.I.E.menyampaika nya

dengan bahasa ringan dan mu-dah dipahami.~~~--'

R INA Indiastuti diangkat sebagai PembantuRektor ITBidang Administrasi dim KeuanganUnpad setahun lalu. Tepatnya pada 9 Januari

2009, sehari sebelum dia bernsia genap 48 tahun. Rina.memang dilahirkan di Kediri, 10 Januri 1961, walaupunhanya menumpang lahir, sebab sebelum lahir dan sete-lah lahir Rina tinggal di Bandung. "Oleh karena itu, sayajadi selalu mudah mengingatnya karena besolmya hariulang tahun saya," ujarnya.

Kendati begitu, posisi sebagai PR ITini bagi Rinatidak dipandang sebagaijabatan birokrasi. Akan tetapi,lebih sebagai pengelola saja.

"Kalau saya memandang posisi PR ITitu sebagai peja-bat, pasti akan ada jarak 'karena bersifat atasan danbawahan. Akan tetapi, kalau saya memandangnya seba-gai pengelola, hubungan kerja yang terjadi pun bisaseperti teman, akrab, tanpa harus kehilangan kontrol,"ujarnya.

8elain sebagai pengelola kelembagaan Unpad, Rinajuga tercatat sebagai satu-satunya perempuan yangmenjadi guru besar bidang industri dan perbankan. Takmengherankan, bila tugas lain yang selalu menantinyaadalah mengajar dan meneliti. Rina tidak hanya menga-jar di program 8-2, tetapi juga di program 8-1. Bahkankalau maujujur, menurut Rina, dia lebih senang me-ngajar di program 8-1. .

"Men-deliver ilmunya terasa sekali. Mahasiswa 8-1lebih antusias dan sering terjadi diskusi aktifketimbangmengajar mahasiswa 8-2. Akan tetapi, keduanya kanharus tetap dijalani," ujar Rina.. Hal sama dia lakukan dalam meneliti. Saat ini, Rina

meneliti tentang bagaimana membangun perekonomi-an Indonesia yang tidak hanya maju dan berkembangsecara angka, tetapijuga secara kualitas. Artinya,perkembangan ekonomi makro yang sudah membaik,diikuti dan berlaku di tingkat ekonomi mikro.

"Jadi, kalau dikatakan bahwa kondisi ekonomi In-donesia sudah baik, keadaan masyarakat di tingkatkeluarganya pun harus sudah baik juga. Ini yang masihbelum tercipta," ujarnya.

Bagi Rina, meneliti merupakan keharnsan agar diatidak meniadi "bodoh" hanya karena sedan menialani

posisi sebagai PR IT.8ebab menurut dia, posisi sebagaiPR II hanya bersifat sementara. Bila tugas itu sudah se-lesai, dia harus kembali kepada tugas utamanya sebagaidosen dan peneliti. "Jadi, walaupun tugas saya sekarangsebagai pengelola, meneliti harus tetap jalan terns,"ujarnya.

Itulah sebabnya, Rina selalu mempunyai ritus khusussetiap pagi. Dia menyiapkan sarapan bagi keluarganyasambil membuka laptop. Meng-up date bahan-bahankuliah dan berbagai informasi terbaru tentang ekonomidan perbankan. Bagi Rina, seorang dosen, peneliti,ataupun pemerhati ekonomi, hatus selalu mengikuti se-tiap perkembangan yang terjadi, terutama isu-isuekonomi.

Untuk dunia sosial, Rina aktif sebagai sukarelawanYayasan Pendidikan Taruna Bakti. Di lembaga sosial ini,Rina mencoba memberi pemahaman kepada paraorang tua untuk menjadi pendidik utama bagi putra pu-trinya. Pasalnya, ada yang salah dalam sistem pen-didikan di Indonesia. Orang tua menyerahkan sepenuli-nya pendidikan anak ke sekolah dan pemerintah. Pada-hal, di sekolah anak -anak hanya memperoleh ilmu yangbersifat teori. Segala hal yang berkaitan dengan pen-didikan, sikap hidup, moral, mental, pengalaman batinanak, kesempatan anak, dan segala perpaduan antarapengetahuan, ilmu, dan pendidikan, harus selalu dimu-lai dari rumah. Ibulah yang menjadi pendidik pertamadan utama bagi anak. "Bukan sekolah dan pemerintah,"kataRina.

DemokratisRina menikah dengan Dr.lr. Rakhmat Ceha, M.Eng.

Kedua putranya masing-masing Liyana Rakinaturia,sarjana farmasi & apoteker !TB, sudah bekerja danRaidivan Rahditio, mahasiswa semester I FT! !TB.Dalam mendidik anak, Rina sangat demokratis. Diatidak mendikte putra putrinya untuk menjadi sepertidia, tetapi justru lebih mendorong keduanya untukmenjadi diri mereka sendiri.

Terbukti, pendidikan putra putrinya tidak ada yangmengikuti orang tua. Menurut Rina, kalau orang tua rmenghendaki dan memaksakan analmya agar seperti

mereka maka orang itu bukan hanya akan membebanianak tetapi juga dirinya. Karena keinginan orang tuadengan anak tentu saja berbeda. "Bantulah anak untukmerancang pendidikan clankehidupannya, bukanmendikte apa yang diinginkan orang tuanya," demikianpesanRina.

Merancang pendidikan bagi anak, menurut Rina,sangat penting clanmenjadi tugas utama orang tuadalam mendidik anak. Merancang dalam arti melihatpotensi anak clanmembuka berbagai peluang untukpotensi yang dimilikinya tersebut. Rina mencontohkanbagaimana para ibu di Jepang mendidik rasa percayadiri anak sehingga anak tersebut dapat yakin clanper-caya diri dengan setiap pilihan yang diambilnya.

"Saya sangat bangga saat bertemu seorang anak diJepang yang begitu percaya diri kalau dia mau menjadimontir hanya dengan memilih sekolah kejuruan. Se-mentara di sini, banyak anak yang bingung mau melan-jutkan pendidikan ke mana. Inilah yang menurut saya,peran ibu dalam merancang pendidikan anak masihharus terns dilakukan," ujarnya.

Rina sering disebut perempuan konvesional. Pasal-nya, dia tergolong perempuan yang selalu harns menye-diakan sarapan pagi untuk keluarga. Harns selalu pu-lang ke rumah sebelum malam. Bilaperlu pulang pergikalau harns ke luar kota. BilapekeJjaan belum selesai,tidak ada istilah lembur. PekeJjaan lebih baik dibawa kerumah. Padahal, bila melihatjabatan dan pekeJjaannya,Rina bisa identik sebagai perempuan karier yang sibuk.

Namun, justru tidak demikian. BagiRina, keseimba-nganlah yang terpenting. Kesetaraan perempuan, bagidia, bukan menuntut sama dalam segala hal. "Menyedi-akan sarapan itu mungkin sepele. Akan tetapi, mana-kala kita bisa melakukannya clanikhlas maka kita sudahmemberi energi kepada suami clananak untuk men-jalani aktivitas kesehariannya. Lebih dari itu, sarapanbersamajuga selalu mengikat hubungan emosional didalam keluarga," ujarnya.

Rina memandang, ada pemahaman keliru tentang isugender di Indonesia Menurut dia, peran perempuanharns dibedakan antara perempuan lajang clanperem-puan sudah menikah dan berkeluarga. Bagi perempuanlajang, merancang kehidupan keluarga yang realistismenjadi tugas utamanya. Sementara bagi perempuanberkeluarga, mendidik anak menjadi tugas utamanya.

Seorang ibu, menurut Rina, harns dapat menciptakansuatu keadaan yang home sweet home di rumah.Mediatornya melalui pendidikan. Seorang ibu harns se-lalu menanamkanjiwa rumah kepada putra putrinya se-hingga sejauh clanke mana pun putra putrinya pergi,rumah akan selalu menjadi tempat kembali yang terbaikdan ternyaman. Itulah yang menurut Rina disebut seba-gai mawaddah warrahmah dalam terminologi Islam.

"Akan tetapi kenyataannya, banyak suami yang men-earl makan di luar rumah. Pusat jajanan juga berkem-

bang begitu pesat. Padahaljustru, walaupun seperti se-pele, itu menandakan rumah tidak lagi menjadi tempatbersama yang nt.unan. Jangan salahkan kalau banyakpereeraian,' ujAlya retoris.

Kendati begItu, Rina tidak anti makan di luar. Bila ituuntuk kebersamaan. Sebab menurut Rina, dia akan se-lalu memilih aktivitas apa pun di luar rumah yangmenyenangkan dirinya, tetapi harns ber-impact kepadakeluarga. Contohnya, saat sekolah di Jepang, Rina bek-erja part-time sebagai guru kelas memasak (cookingclass).Tugasnya adalah merancag menu dan mem-berikan pengetahuan bagaimana cara-cara memasak.

"Dari situ, selain kesenangan pribadi tercapai. Adaj -ga dampaknya untuk keluarga,' ujar Rina. Bagi Rina,keluarga memang menjadi yang utama. Setiap segalayang dilakukannya di luar rumah, pastilah harns mem-beri nilai tambah bagi keluarga.

HasilMoto hidup Rina adalah harus ada hasil walaupun

minimal. "Saya akan sedih kalau melakukan sesuatutetapi tidak ada hasilnya. Namun, saya pun tidak inginhasil yang banyak, karena itu nantinya jadi serakah,"ujarRina.

Hal sama berlaku saat.Rina mewakili Rektor Unpaddalam membuka peluang keJja sama dengan sejumlahperguruan tinggi di Prancis. Biasanya, Rina hanyameninggalkan rumah untuk penelitian atau menjadipembicara pada seminar atau konferensi. Namun kare-na tugas, dia pun rela meninggalkan keluarga selamalebih dari dua hari keJja.

BagiRina, mendapatkan hasil walaupun sedikit me-mang sudah menjadi prinsip dalam hidupnya. Dia tiakan pernah bisa komprorni untuk hal-hal yangmubazir. Apalagi Islam mengajarkan, setelah selesaimelakukan satu pekeJjaan maka lakukanlah pekeJjayanglain.

"Sayapikir, di situlah artinya kesetaraan. Kita mam umelakukannya dan bukan menuntut sesuatu yang kita:tidak mampu untuk melakukannya,' ujarnya

Rina mengaku heran kepada aktivis gender di In-donesia yang masih menuntut kesetaraan. Sementara disisi lain, merekajuga meminta kuota di parlemen. Pa -hal, menurut Rina, kesetaraan itu sudah ada biladasarnya ikhlas. Seorang perempuan yang bekeJja te pijuga seorang ibu yang mendidik putra putrinya clanmenjadi pendamping suami di rumah, tidak harus diepanclang sebagai hal yang memberatkan perempuan.

Apalagi di dalam Islam, ada nilai ibadah bila semua:pekeJjaannya dilakukan dengan ikhlas. "Olehkarena i ,saya bangga dan bersyukur banget menjadi perempuKarena perempuan itu multitasking. Dia bisamelakukan banyak pekeJjaan dan tentu saja peluangibadahnyajadi banyak," ujar Rina.

(Eriyantij"PR")***

,-