Bandung Dentistry 9 (Ali Taqwim, 2012)

13
BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental PracticeBandung, June 15 th 16 th , 2012 Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 1 PERAN MENYUSUI ASI DAN IMPLIKASI PENYAPIHAN DINI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK ORAL ANAK Ali Taqwim 1 , Wasilah Yahya 2 , Putri Kharisma Dewi 3 1 Kedokteran Gigi, FKIK Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia 2 Program Studi Kedokteran Gigi, Institut Ilmu Kesehatan Kediri, Jawa Timur, Indonesia 3 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jember, Indonesia Korespondensi: Email: [email protected], Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Dr Soeparno Karangwangkal, Purwokerto 53123, Jawa Tengah. Faks (0281) 621966 ABSTRACT The World Health Organization urges member states to support exclusive breasfeeding for the first 6 month as a global public health recommendation and to provide safe and appropriate complementary foods, with continued breasfeeding for up to 2 years or more. Benefit of breasfeeding besides the nutritional, immunological, emotional and socioeconomic, also have positive effects in craniofacial and oral motor growth and development. The important sucking mechanism during breasfeeding helps the speech organs and the development of breathing, chewing, swallowing and articulation of speech sound. Early weaning may lead to a proper oral motor development rupture, which may cause negative consequences to swallowing, breathing and speaking activities as well as malocclusion, oral breathing and oral motor disorders. Keywords: breastfeeding, early weaning, oral motor development, malocclusion ABSTRAK Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendesak negara-negara anggotanya untuk mendukung gerakan menyusui ASI ekslusif selama 6 bulan pertama sebagai rekomendasi kesehatan masyarakat global dan untuk menyediakan makanan pelengkap yang aman dan sesuai, dengan melanjutkan menyusui ASI selama 2 tahun atau lebih. Manfaat menyusui ASI selain kandungan nutrisi, imunitas, emosional dan sosio-ekonomi, ternyata juga berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dan motorik oral bayi. Menyusui ASI penting dalam membantu perkembangan organ-organ bicara dan perkembangan organ-organ pernafasan, pengunyahan, penelanan dan artikulasi suara. Penyapihan dini dapat menyebabkan perkembangan motorik oral terganggu yang menyebabkan konsekuensi negatif terhadap proses penelanan, pernafasan dan bicara, seperti halnya terjadinya maloklusi, gangguan pernafasan oral serta gangguan motorik oral. Kata kunci: menyusui ASI, penyapihan dini, perkembangan motorik oral, maloklusi

description

k

Transcript of Bandung Dentistry 9 (Ali Taqwim, 2012)

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 1

    PERAN MENYUSUI ASI DAN IMPLIKASI PENYAPIHAN DINI

    TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK ORAL ANAK

    Ali Taqwim1, Wasilah Yahya

    2, Putri Kharisma Dewi

    3

    1Kedokteran Gigi, FKIK Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia

    2Program Studi Kedokteran Gigi, Institut Ilmu Kesehatan Kediri, Jawa Timur, Indonesia

    3Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jember, Indonesia

    Korespondensi: Email: [email protected], Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Dr Soeparno

    Karangwangkal, Purwokerto 53123, Jawa Tengah. Faks (0281) 621966

    ABSTRACT

    The World Health Organization urges member states to support exclusive breasfeeding for the

    first 6 month as a global public health recommendation and to provide safe and appropriate

    complementary foods, with continued breasfeeding for up to 2 years or more. Benefit of

    breasfeeding besides the nutritional, immunological, emotional and socioeconomic, also have

    positive effects in craniofacial and oral motor growth and development. The important sucking

    mechanism during breasfeeding helps the speech organs and the development of breathing,

    chewing, swallowing and articulation of speech sound. Early weaning may lead to a proper oral

    motor development rupture, which may cause negative consequences to swallowing, breathing

    and speaking activities as well as malocclusion, oral breathing and oral motor disorders.

    Keywords: breastfeeding, early weaning, oral motor development, malocclusion

    ABSTRAK

    Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendesak negara-negara anggotanya untuk mendukung

    gerakan menyusui ASI ekslusif selama 6 bulan pertama sebagai rekomendasi kesehatan

    masyarakat global dan untuk menyediakan makanan pelengkap yang aman dan sesuai, dengan

    melanjutkan menyusui ASI selama 2 tahun atau lebih. Manfaat menyusui ASI selain kandungan

    nutrisi, imunitas, emosional dan sosio-ekonomi, ternyata juga berdampak positif terhadap

    pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dan motorik oral bayi. Menyusui ASI penting

    dalam membantu perkembangan organ-organ bicara dan perkembangan organ-organ

    pernafasan, pengunyahan, penelanan dan artikulasi suara. Penyapihan dini dapat menyebabkan

    perkembangan motorik oral terganggu yang menyebabkan konsekuensi negatif terhadap proses

    penelanan, pernafasan dan bicara, seperti halnya terjadinya maloklusi, gangguan pernafasan

    oral serta gangguan motorik oral.

    Kata kunci: menyusui ASI, penyapihan dini, perkembangan motorik oral, maloklusi

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 2

    PENDAHULUAN

    Angka kematian bayi (AKB) sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup menjadi salah satu dari

    delapan target Millenium Development Goals (MDGs) yang mesti dicapai hingga tahun

    2015. AKB di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini

    lebih tinggi dibanding dengan negara-negara di Asia Tenggara. Tingginya AKB di

    Indonesia, disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah rendahnya pemberian air

    susu ibu (ASI) segera setelah bayi lahir (inisiasi ASI) dan pemberian ASI ekslusif. Inisiasi

    ASI dan pemberian ASI ekslusif berperan penting dalam mengurangi angka kematian bayi

    di Indonesia, hingga diharapkan target MDGs pada tahun 2015 dapat tercapai.1

    World Health Organization (WHO) mendefinisikan ASI ekslusif yaitu pemberian ASI

    secara ekslusif pada bayi sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan dianjurkan

    sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.2 ASI

    sangat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh bayi yang diperkaya dengan zat

    kekebalan dan anti infeksi, serta menentukan kelancaran tahap awal tumbuh kembang

    seorang anak. Menurut Neiva et al. (2003), selain kandungan gizinya, manfaat menyusui

    ASI ternyata dapat membantu perkembangan organ-organ bicara terhadap pergerakannya,

    kekuatannya dan perkembangan organ-organ pernafasan, pengunyahan, penelanan, dan

    artikulasi suara serta mengurangi kebiasaan buruk pada rongga mulut dan beberapa

    kelainan berbicara.3

    Terdapat kebiasaan pada anak yang dapat menyebabkan maloklusi.

    Kebiasaan menghisap jari umumnya merupakan kebiasaan kebiasaan buruk pada anak yang

    tidak mendapatkan ASI.4

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 3

    Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penyusuan yang ideal secara ekslusif adalah selama 6

    bulan hingga 2 tahun. Secara normal proses penyapihan tetap terjadi karena kebutuhan bayi

    akan ASI sedikit demi sedikit akan berkurang sehingga produksi ASI juga berkurang.

    Namun, banyak para ibu dengan berbagai alasan melakukan penyapihan yang terlalu awal,

    sehingga dapat berakibat buruk bagi perkembangan motorik oralnya dikarenakan ketiadaan

    fisiologi mengisap ASI.3,5,6

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengkaji

    tentang peran menyusui ASI dan implikasi penyapihan dini terhadap perkembangan

    motorik oral anak.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Air Susu Ibu (ASI)

    ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik

    yang sekresinya dari kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bayinya. ASI

    merupakan makanan alamiah pertama dan utama bagi bayi sehingga pertumbuhannya

    optimal.7,8

    ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan

    pertama, seperti immunoglobulin, lisosim, komplemen C3 dan C4 dan laktoferin. Setelah

    dilakukan penelitian oleh berbagai ahli, ternyata tidak ada yang bisa menyamakan

    komposisi yang terkandung di dalam ASI. Komposisinya paling aman untuk kesiapan

    fungsi dan kondisi saluran pencernaan bayi. Melalui tatalaksana menyusui yang benar, ASI

    sebagai makanan tunggal cukup memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi normal sampai

    usia 6 bulan.2,8,9

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 4

    World Health Organization (WHO), United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

    organisasi kesehatan lainnya merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

    pertama. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan

    padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2

    tahun.8 Dua tahun pertama merupakan the golden age bagi pertumbuhan dan

    perkembangan anak. ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat

    pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan-makanan tiruan untuk

    bayi yang diramu menggunakan tehnologi masa kini tidak mampu menandingi keunggulan

    makanan ajaib ini.10

    Menyusui ASI

    Menyusui adalah suatu proses pemberian makanan berupa air susu dari ibu kepada bayi.

    Bayi mempunyai refleks mengisap dan menelan air susu. Ketepatan posisi mulut bayi pada

    payudara ibu, frenulum yang normal, dan masuknya air susu merupakan faktor yang

    menentukan keberhasilan dalam proses menyusui.11

    Proses terjadinya pengeluaran ASI

    dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut

    merangsang kelenjar pitutari anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon

    utama yang mengandalkan pengeluaran air susu.7

    Bayi yang normal dilengkapi dengan beberapa refleks yang mempermudah proses

    menyusui. Tiga refleks intrinsik yang diperlukan untuk keberhasilan menyusui adalah

    sebagai berikut: (a) refleks mencari puting (rooting reflex) yaitu apabila bibir bayi disentuh

    ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menetek. Lidah keluar

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 5

    dan melengkung menangkap puting dan areola; (b) refleks menghisap (sucking reflex) yaitu

    sewaktu aerola dipegang maka akan terpicu refleks menghisap, pergerakan lidah dan

    mandibula. Selama menghisap lidah melakukan tiga jenis pergerakan berupa pergerakan

    anteriposterior, pergerakan kanulisasi dan pergerakan peristaltik; (c) refleks menelan

    (swallowing reflex) yaitu segera mulut bayi penuh dengan ASI, ia akan menelan masuk ke

    lambung.3,12

    Perkembangan Motorik Oral

    Perkembangan motorik oral direfleksikan pada perkembangan dentokraniofasial,

    pertumbuhan tulang dan gigi geligi. Pada tahun 1959, Picard mengamati bahwa menyusui

    dapat memicu terjadinya perkembangan mandibula, yaitu dengan cara memperkuat otot-

    otot rahang. Bosma juga mendukung penelitian sebelumnya, yaitu pada tahun 1963, yang

    menunjukkkan, lidah, bibir bawah dan mandibula bergerak. Gerakan menyusui yang kuat

    mendorong perkembangan mandibula, sedangkan penggunaan susu botol dapat

    menghambat pembentukan otot-otot rahang yang kuat.13

    Gigi dan struktur lainnya yang mengalami tekanan oleh gaya yang berasal dari otot-otot

    wajah dan lidah selama fungsi mengisap, mengunyah, menelan dan bernafas

    mengindikasikan adanya hubungan antara perkembangan gigi-geligi dan aktivitas otot-otot.

    Kekuatan otot-otot yang sesuai akan mempengaruhi perkembangan motorik oral secara

    normal. Gangguan motorik oral berhubungan dengan keterlibatan bernafas, mengunyah dan

    fungsi menelan serta mungkin berhubungan dengan masalah lainnya. Gangguan ini

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 6

    mungkin diperoleh dari penggunaan botol susu dan kebiasaan mengisap yang bukan

    makanan sehingga terjadi perubahan bentuk pernafasan dan maloklusi.3,12

    Maloklusi

    Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal yang meliputi

    ketidakteraturan gigi-gigi seperti berjejal, protrusif, malposisi atau hubungan yang tidak

    harmonis dengan gigi lawannya. Keadaan gigi yang tidak harmonis mempengaruhi estetika

    dan penampilan seseorang serta mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, ataupun

    bicara.14

    Maloklusi terjadi apabila terdapat kondisi-kondisi seperti posisi gigi adalah

    sedemikian rupa sehingga membentuk mekanisme refleks gigi yang menyebabkan

    kerusakan pada jaringan lunak mulut, gigi yang berjejal atau tidak teratur yang bisa

    merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal, serta posisi gigi-gigi yang

    menghalangi bicara.15

    Maloklusi gigi berkaitan dengan ketidakseimbangan motorik oral, yang cukup sering terjadi

    pada penggunaan botol dan mengisap yang bukan makanan. Seringkali diperhatikan

    kebiasaan oral yang merugikan adalah mengisap alat-alat dan jari yang memainkan peranan

    penting di dalam etiologi maloklusi. Mengisap bukan makanan berhubungn erat dengan

    maloklusi, khususnya cross bite posterior, cross bite anterior dan protrusi gigi.3,12

    Banyak

    peneliti mempercayai bahwa mengisap ASI dan faktor lingkungan lainnya akan

    mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan struktur rongga mulut dan wajah karena

    berhubungan dengan aktivitas otot. Peneliti lain berpendapat bahwa faktor yang paling kuat

    untuk terjadinya maloklusi adalah karena pengaruh genetik.16

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 7

    PEMBAHASAN

    Peran Penting Menyusui ASI bagi Perkembangan Motorik Oral Anak

    Menyusui ASI dapat mengembangkan aktivitas otot-otot wajah. Bayi yang menyusu

    dengan botol hanya menggunakan otot-otot buksinator dan orbikularis pada mulut tanpa

    adanya stimulasi terhadap otot-otot yang lain seperti otot-otot pterigoid lateral, maseter,

    temporal, geniohioid dan milohioid. Kerja yang berlebihan otot-otot orbikularis

    mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, memicu terjadinya penyempitan lengkung gigi,

    mengurangi ruang untuk gigi dan lidah. Selain itu menyusu dengan botol tidak

    membutuhkan pergerakan mandibula ke depan dan ke belakang sehingga dapat

    menghalangi pertumbuhan mandibula.12

    Proses menyusui dapat memicu terjadinya perkembangan mandibula, yaitu dengan cara

    memperkuat otot-otot rahang. Pada saat menyusui maka lidah, bibir bawah dan mandibula

    bayi akan bergerak. Gerakan lidah saat menyusui lebih besar dari pada saat menghisap susu

    botol. Gerakan menyusui yang kuat mendorong perkembangan mandibula, sedangkan

    penggunaan susu botol dapat menghambat pembentukan oto-otot rahang yang kuat.13

    Selama menyusui, bentuk puting-payudara ditentukan oleh geometri internal dari mulut

    bayi. Akan tetapi, dot buatan sudah terbentuk dengan bentuk tertentu, dan terbuat dari

    bahan kaku dari jaringan payudara. Oleh karena itu, tekanan yang lebih besar akan

    diberikan pada dot buatan daripada yang diterapkan pada puting-payudara. Tekanan ini

    dihasilkan terutama oleh otot-otot mulut. Struktur rongga mulut berkembang melalui

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 8

    pergerakan mengisap yang menyebabkan absorbsi bantalan mengisap, pertumbuhan

    mandibula dan penambahan ruang intraoral.13

    Salah satu keuntungan menyusui adalah membuat gigi anak tumbuh rapih dan teratur.

    Penelitian yang dilakukan pada 1.130 balita (usia 3-5 tahun) untuk mengetahui dampak dari

    tipe pemberikan makanan dan aktivitas menghisap yang tidak tepat terhadap pertumbuhan

    gigi yang kurang baik. Aktivitas menghisap yang kurang baik (menghisap botol)

    memberikan dampak yang substansial pada kerusakan gigi atau oklusi gigi pada anak.17

    Terjadinya posterior cross bite pada gigi anak lebih banyak ditemukan pada anak-anak

    yang menggunakan botol susu serta anak-anak yang suka mengempeng. Persentase

    terkena cross bite pada anak ASI yang menyusu langsung 13% lebih kecil dibandingkan

    mereka yang menyusu dari botol. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin awal bayi

    menyusu dari botol dua kali lebih besar besar terkena risiko maloklusi atau kerusakan pada

    gigi dibandingkan bayi yang menyusu langsung atau tidak menyusu dari botol.17

    Penelitian

    longitudinal yang dilakukan oleh Davies dan Bell membuktikan hubungan yang signifikan

    antara anak-anak yang menyusu dengan botol dan adanya maloklusi dalam arah

    anteroposterior, serta menyatakan bahwa menyusui dengan ASI mengurangi resiko

    masalah-masalah tersebut.3

    Impikasi Penyapihan Dini pada Perkembangan Motorik Oral Anak

    Penyapihan adalah proses penghentian penyusuan ASI. Penyapihan yang terlalu dini yang

    dilakukan para ibu dengan berbagai alasan dapat memberikan efek yang buruk terhadap

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 9

    perkembangan motorik oral. Beberapa efek penyapihan dini tersebut adalah terjadinya

    maloklusi, gangguan pernafasan oral serta gangguan motorik oral.3,12

    Efek penyapihan dini

    tersebut dapat memicu perubahan bentuk dan kekuatan organ-organ bicara dan disebabkan

    ketiadaan fisiologi mengisap ASI.

    Pada bayi yang menyusu dengan botol, kebiasaan ini secara tidak langsung mempengaruhi

    perkembangan motorik oral dan kraniofasial, juga terhadap pertumbuhan tulang. Adanya

    kebiasaan oral mempengaruhi kegagalan dalam menyusu dan konsekuensinya mungkin

    menyebabkan penyapihan dini atau sebaliknya penyapihan dini menyebabkan tidak

    terpenuhinya kebutuhan anak untuk mengisap yang tidak bergizi seperti mengisap ibu jari

    dan penggunaan botol yang dapat menghasilkan maloklusi.3,12

    Penelitian Peres et al. (2007), menyebutkan bahwa kemunginan terjadinya open bite

    anterior dan crossbite posterior akan meningkat seiring dengan berkurangnya waktu

    menyusui.16

    Luz et al. (2006) meneliti tentang lama menyusui dengan kemungkinan

    terjadinya retrusi mandibula, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa waktu menyusui

    kurang dari 6 bulan, resiko terjadinya maloklusi lebih besar dibanding yang menyusui lebih

    lama atau lebih dari 6 bulan.18

    Penelitian yang dilakukan Viggiano et al. (2004) pada 1.130

    balita (usia 3-5 tahun) menunjukkan persentase terkena cross bite pada anak ASI yang

    menyusu langsung 13% lebih kecil dibandingkan mereka yang menyusu dari botol. Hasil

    penelitian menyimpulkan bahwa semakin awal bayi menyusu dari botol dua kali lebih besar

    besar terkena resiko maloklusi atau kerusakan pada gigi dibandingkan bayi yang menyusu

    langsung/tidak menyusu dari botol.17

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 10

    Terdapat kebiasaan pada anak yang dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan menghisap

    jari khususnya kebiasaan menghisap ibu jari umumnya merupakan kebiasaan kebiasaan

    buruk pada anak yang tidak mendapatkan ASI.4 Keparahan kelainan gigi dan rahang akibat

    menghisap jari tergantung dari durasi, frekuensi dan intensitas kebiasaan menghisap jari.

    Faktor durasi kebiasaan menghisap jari lebih memegang peranan penting.14,15

    Studi yang

    dilakukan oleh Larsson menyimpulkan bahwa mengisap jari berkepanjangan dapat

    menyebabkan terjadinya open bite anterior, protrusi rahang atas dan pemanjangan lengkung

    rahang atas. Selain itu, beberapa penelitian menemukan hubungan positif antara

    penggunaan susu botol dan maloklusi. Bentuk maloklusi yang digambarkan mencakup

    cross bite, pemendekan lengkung rahang, lebih rendah tinggi wajah anterior, open bite dan

    menjulurakan lidah kedepan saat menelan.19

    Selain maloklusi, pengaruh negatif akibat penyapihan dini adalah bernafas melalui mulut.

    Bayi yang menyusui mempertahankan posisi istirahat dari penutupan bibir dan pernafasan

    hidung. Jika terjadi penyapihan dini yang paling sering terlihat adalah bibir bayi setengah

    terbuka yang memfasilitasi pernafasan oral.3,12

    Akibat dari pernafasan oral ini juga akan

    bisa menyebabkan atau memperparah maloklusi.20

    Anak-anak yang disusui secara alamiah

    pada bulan pertama kelahiran kemungkinan besar bernafas dari hidung, begitu

    berkurangnya waktu menyusu ASI maka akan menjadi salah satu faktor yang memberi

    kontribusi terjadinya pernafasan oral atau oronasal. Penelitian yang dilakukan oleh Leite et

    al. yang menganalisis 100 anak-anak berusia antara 2 dan 11 tahun membuktikan bahwa

    botol susu merupakan salah satu penyebab pernafasan oral sebesar 40%.3,12

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 11

    Gangguan motorik oral juga terganggu akibat penyapihan dini. The American Speech-

    Language-Hearing Association (ASHA) mendefinisikan perubahan ini sebagai gangguan

    miofungsional oral, dimana termasuk bagian anterior lidah yang abnormal dan labial yang

    tidak kompeten, hal ini mungkin termasuk gangguan bahasa.3,12

    Menurut penelitian

    Chaimay (2011), mengisap ASI dapat mengurangi atau mempercepat waktu untuk

    mengekspresikan kata pertama sekitar 2%, menyusui mendukung perangsangan otot lidah

    yang mendorong kekuatannya dan konsekuensinya menghasilkan suara yang benar. Anak

    yang tidak menyusui atau disapih terlalu awal 34% memperlihatkan perubahan artikulasi

    bahasa dan 30% terjadi gangguan menelan.21

    ASI eksklusif mendukung mengisap normal

    dan mencampur makanan menginduksi gangguan mengisap yang mana memicu

    ketidakefisienan dari bentuk motorik oral anak.3,12

    SIMPULAN

    Berdasarkan telaah berbagai literatur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui

    ASI berperan dalam mengembangkan aktivitas otot-otot wajah, memicu terjadinya

    perkembangan mandibula, mempercepat waktu untuk mengekspresikan kata pertama dan

    mendukung otot lidah menghasilkan suara yang benar. Penyapihan yang terlalu dini dapat

    memberikan efek yang buruk terhadap perkembangan motorik oral berupa terjadinya

    maloklusi, gangguan pernafasan oral serta gangguan motorik oral.

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 12

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wahyu, GG. 2008. Inisiasi Dini ASI dan Pencapaian MDGs. Available at http:// http://pestagagasan.blogspot.com/2008/12/inisiasi-dini-asi-dan-pencapaian-mdgs.html.

    [20 Mei 2011].

    2. Neiva FCB, Cattoni DM, Ramos J, Issler H. 2003. Early Weaning:Implications to Oral Motor Development. Journal Pediatric (Rio J). 79(1):7-12.

    3. Riyanti E, Saptarini R. Maloklusi pada Anak Akibat Tidak Mendapatkan ASI (Malocclusions in Non Breastfed Children). 2011. Available at

    http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/maloklusi_pada_anak_akibat_ti

    dak_mendapatkan_asi.pdf. [20 April 2011].

    4. Meyers A. 1988. Bottle-feeding and Malocclusion: is There an Association? Am J Orthod Dentofacial Orthop. 93: 149-52.

    5. Degano MP. 1993. Breastfeeding and Oral Health: A Primer for Dental Practitioner. NY State Dent J. 59: 30-2.

    6. Siregar A. 2004. Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/3726/1/fkm-arifin4.pdf.

    [28 April 2011].

    7. Hikmawati I. 2008. Faktor - Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI selama Dua Bulan. Semarang: Universitas Diponegoro.

    8. Roesli U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

    9. Luthfiyyah. D, 2011. Perspektif Islam (Alquran) Terhadap Kebijakan World Health Organization (WHO) Tentang Air Susu Ibu (Asi). Available at

    http://atikaluthfiyyah.blogspot.com/2011/03/perspektif-islam-alquran-terhadap.html. [8

    Maret 2011].

    10. Daigle M. Breastfeeding. Avabaleil at http://en.Wikipedia.org/wiki/Breastfeeding. [12 Mei 2011].

    11. Bahirrah S. 2009. Implikasi Penyapihan Dini terhadap Perkembangan Motorik Oral. Dentika Dental Journal. 14(1): 98-101.

    12. Palmer B.1998. The Influence of Breastfeeding on the Development of the Oral Cavity: A Commentary. Journal of Human Lactation. 14(2): 93-98.

  • BANDUNG DENTISTRY 9

    Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

    Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 13

    13. Proffit RW. Fields HW. Sarver DM. 1993. Contemporary orthodontic. Fourth edition. Missouri: Mosby Inc.

    14. Foster TD. 1997. Buku ajar ortodonsi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

    15. Peres KG, Barro AJD, Peres MA, Victor CG.. 2007. Effects of Breastfeeding and Sucking Habits on Malocclusion in a Birth Cohort Study. Available at

    http://www.scielo.br/pdf/rsp/v41n3/5683.pdf. [20 April 2011].

    16. Yahya, H. 2005. Cairan Ajaib: Air Susu Ibu. Available at http://www.harunyahya.com/indo/artikel/082.htm. [10 Mei 2011].

    17. Viggiano D, Fasano D, Monaco G, Strohmenger L. 2004. Breast Feeding, Bottle Feeding, and Non-nutritive Sucking: Effects on Occlusion in Deciduous Dentition.

    Arch Dis Child. 89:1121-23.

    18. Luz CLF, Garib DG, Arouca R. 2006. Association Between Breastfeeding Duration and Mandibular Retrusion: a Cross-sectional Study of Children in the Mixed Dentition.

    American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics. 130(4): 531-34.

    19. Sutanto M. 2011. Alasan Medis untuk Tidak Menggunakan Pengganti ASI. Available at http://aimi-asi.org/2011/02/alasan-medis-pengganti-asi/. [21 April 2011].

    20. Suminy D, Zen Y. 2007. Hubungan antara Maloklusi dengan Hambatan Saluran Pernafasan. Majalah Kedokteran Gigi. 22(1): 32-40.

    21. Chaimay B, Ruagdaraganon N, Thinkhamrop B, Thinkhamrop J. 2011. Association Between Infant Feeding Practices and First Meaningful Words at First Year of Life : A

    Prospective Cohort Study of Thai Children. Available at

    http://aph.sagepub.com/content/early/2011/01/19/ 1010539510372540.abstract. [23

    April 2011].