Balita Gizi Buruk dengan Imunisasi Tidak Lengkap .docx

50
Balita Gizi Buruk dengan Imunisasi Tidak Lengkap Antony Yaputra Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Pendahuluan Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia defisiensi besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih. Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya. Masalah gizi tidak hanya dapat dialami oleh masyarakat yang memiliki daya beli rendah, tetapi dapat juga dialami oleh masyarakat yang memiliki daya beli yang cukup dan lebih. Pergeseran 1

Transcript of Balita Gizi Buruk dengan Imunisasi Tidak Lengkap .docx

Balita Gizi Buruk dengan Imunisasi Tidak Lengkap

Antony YaputraMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, JakartaPendahuluanMasalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia defisiensi besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih. Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya. Masalah gizi tidak hanya dapat dialami oleh masyarakat yang memiliki daya beli rendah, tetapi dapat juga dialami oleh masyarakat yang memiliki daya beli yang cukup dan lebih. Pergeseran pola hidup di masyarakat menyebabkan sebagian besar masyarakat kita lebih menyukai makanan siap santap yang kandungan gizinya tidak seimbang.1Alamat Korespondensi :Antony Yaputra (102010292-C3), Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk- Jakarta Barat 11510, E-mail: [email protected]

PembahasanSkenario 6:Seorang ibu hamil muda usia 23 tahun datang ke Puskesmas membawa anaknya yang baru berumur 28 bulan dan KMS anaknya. Di KMS tertera pada umur 27 bulan berat badannya 8.5 kg, riwayat imunisasi BCG umur 1 bulan, DPT umur 3-5-8 bulan, hepatitis (-) dan campak belum karena anak sering sakit. Ibunya sedang hamil 5 bulan. Suaminya kerja sebagai tukang es buah keliling. Rumah kontrakan 5x6m. Ibu ini takut anaknya terkena campak karena sedang musim campak di daerah tersebut. Dokter puskesmas mendapatkan data kalu cakupan imunisasi campak sudah cukup tinggi sekitar 82 persen.a. Kesehatan Ibu dan AnakUpaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.2Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah : Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum umum pada tingkat setinggi mungkin.2Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah kelebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih, terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan tergangg[unya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran cerna, dan kekurangan enzim. Faktor-faktor yang mengganggu absorpi zat-zat gizi adalah adanya parasit, penggunaan laksan/obat pencuci perut, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat-zat gizi adalah penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, penggunaan obat-obat tertentu, minuman beralkohol, dan sebagainya.Faktor-faktor yang mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah banyak kencing (polyuria), banyak keringat dan penggunaan obat-obatan.Di beberapa bagian di dunia terjadi masalah gizi lebih secara epidemis. Negara-negara berkembang seperti sebagian besar Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan pada umumnya mempunyai masalah gizi kurang. Sebaliknya, negara-negara maju, seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat pada umumnya mengalami masalah gizi lebih.2a.1. Program GiziPelaksanaan program gizi untuk memperbaiki masalah gizi buruk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memberikan makanan tambahan dan penimbangan SKDN.-Pemberian Makanan TambahanPemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen penting Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh pemerintah. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga, dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah. Pada saat ini program PMT tampaknya masih perlu dilanjutkan mengingat masih banyak balita dan anak-anak yang mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk.A.Makanan Anak Usia PrasekolahMakanan anak sekolah perlu mendapat perhatian mengingat masih dalam masa tumbuh kembang, maka keseimbangan gizinya harus dipertahankan supaya tetap sehat.Anak usia 3 5 tahun merupakan usia dimana seorang anak akan mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat dibandingkan dengan ketika ia masih bayi. Kebutuhan zat gizi akan meningkat. Sementara pemberian makanan juga akan lebih sering. Pada usia ini, anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak, karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia sebelumnya. Oleh karena itu, pola pemberian makanan sangat penting diperhatikan. Terlebih jika di sekolah diarahkan pula oleh gurunya dengan praktik makan makanan yang sehat secara rutin. Hal ini sangat menguntungkan seandainya ada anak yang susah makan dan dengan petunjuk guru tentunya anak akan mengikuti. Oleh karena itu program makan bersama di sekolah sangat baik dilaksanakan. Ini merupakan modal dasar pengertian supaya anak mau diarahkan pada gizi yang baik.B.Tujuan Pemberian Makanan TambahanPemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Bahan makanan yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, kelapa dan hasil olahannya.C.Komposisi PMTPrasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah adalah nilai gizi harus berkisar 200 300 kalori dan protein 5 8 gram, PMT berupa makanan selingan atau makanan lengkap (porsi) kecil, mempergunakan bahan makanan setempat dan diperkaya protein nabati/hewani, mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak, dan dikemas dengan baik, aman memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan. Pemberian makanan tambahan (PMT) diberikan dengan frekuensi minimal 3 kali seminggu selama 100 160 hari.-Penimbangan SKDNSKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,N= jumlah balita yang naik berat badanya.Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). -Perhitungan SKDNPemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D (jumlah anak yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %). Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan. Pematauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah ada.-Hasil Penyajian SKDN-Cakupan Program (K/S)Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.-Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase D/S disini, menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut yang telah tercapai.-Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini, menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di daerah tersebut yang telah tercapai.-Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata rata jumlah Balita yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini, menggambarkan berapa besar hasil penimbangan didaerah tersebut yang telah tercapai.2a.2. Kartu Menuju Sehat (KMS)KMS merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.3-Fungsi KMSSecara umum, fungsi KMS dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, antara lain:1. Alat utnuk memantau pertumbuhan. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa KMS memuat kurva pertumbuhan seorang anak berdasarkan jenis kelamin, umur dan berat badan anak. Normal tidaknya pertumbuhan seorang anak dapat di ketahu hanya melihat trend grafik/kurva yang terdapat pada KMS.2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Salah satu informai tambahan yang bisa anda peroleh dari KMS adalah pelayanan kesehatan yang telah di peroleh si anak, misalnya catatan imunisasi, pemberian Kapsul Vitamin A serta pemberian ASI Eksklusif.3. Sebagai alat edukasi. Kader posyandu atau petugas kesehatan bisa langsung memberikan edukasi kepada ibu, dengan melihat kurva pertumbuhan si anak setelah dilakukan pengukuran berat badan.3-Kegunaan KMS-Bagi Orang Tua BalitaJika orang tua rutin setiap bulan melakukan penimbangan di Posyandu atau di sarana kesehatan lainnya, maka mereka dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya dan dapat melakukan antisipasi pencegahan jika kurva pertumbuhan sudah mulai menunjukkan penurunan. Disamping itu, orang tua juga bisa mengetahui kapan seharusnya anak mendapatkan imunisasi atau pemberian Kapsul Vitamin A selanjutnya.-Bagi Kader PosyanduKMS digunakan oleh kader sebagai media untuk penyuluhan kepada ibu-ibu balita, serta indikator untuk merujuk si anak jika kurva pertumbuhan berada di bawah garis merah (BGM) untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.-Bagi Petugas KesehatanKMS menjadi media yang efektif dan cepat bagi petugas kesehatan untuk mengetahui pelayanan kesehatan apa saja yang sudah di dapatkan oleh si anak, khususnya pemberian imunisasi adan kapsul Vitamin A. KMS juga bisa digunakan oleh petugas kesehatn untuk melakukan edukasi ke ibu tentang pemberian makanan bergizi untuk meningkatkan satus gizi anak.3a.3. ImunisasiImunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.4Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.4-Imunisasi Dasar pada BayiBerikut adalah lima imunisasi dasar yang wajib diberikan sejak bayi:1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk mencegah penyakit Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di Posyandu.2. Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan.3. Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi berikutnya berjarak waktu 4 minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B dilakukan bersamaan dengan vaksin DPT-HB.4. Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Imunisasi Polio diberikan 4 (empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4 minggu.5. Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan.-Berikut waktu jadwal imunisasi yaitu :-Bayi Umur < 7 Hari : Hepatitis B (Hb)0.-1 Bulan : BCG, Polio 1-2 Bulan : DPT / HB1, Polio 2.-3 Bulan : DPT / HB2, Polio 3.-4 Bulan : DPT / HB3, Polio 4.-9 Bulan : Campak.Selain dari imunisasi dasar lengkap yang merupakan pokok pemberian vaksin pencegahan penyakit tersebut di atas, ada juga pemberian imunisasi tambahan lainnya.4Berikut beberapa jenis vaksin untuk imunisasi tambahan lainnya adalah : 1. Imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PVC). Imunisasi ini berfungsi melindungi anak dari risiko terkena pneumonia, infeksi dalam darah, dan meningitis. Imunisasi PCV diberikan saat anak berusia di bawah dua atau lima tahun. 2. Imunisasi Haemophilus Influenzae tipe B (HIB), yaitu imunisasi yang melindungi anak dari penyakit meningitis. Imunisasi diberikan melalui suntikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. 3. Imunisasi MMR (Measles Mumps Rubella), yang berfungsi anak dari campak, gondok, dan rubella. Imunisasi MMR diberikan melalui dua kali suntikan, yaitu saat usia 12-15 bulan dan usia 4-6 tahun. 4. Imunisasi Varicella yang memiliki fungsi melindungi anak dari cacar air. Imunisasi varicella diberikan melalui suntikan saat usia 12-15 bulan. 5. Imunisasi Rotavirus. Imunisasi ini berfungsi mencegah diare hingga dehidrasi pada anak terutama pada bayi. Imunisasi dianjurkan diberikan pada anak usia 2-4 bulan.-Efek samping Imunisasi Imunisasi kadang mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan vaksin betul-betul bekerja secara tepat. Efek samping yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:1. BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. Setelah 23 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah kurang lebih 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut kecil.2. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada sore hari setelah imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan, dan imunisasi tidak perlu diulang.3. Polio: Jarang timbuk efek samping.4. Campak: Anak mungkin panas, kadang disertai kemerahan 410 hari sesudah penyuntikan.5. Hepatitis B: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.-Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.Wabah terjadi karena 2 keadaan :-Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.-Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tersebut.4-Pemantauan Wilayah Setempat- Kesehatan Ibu dan Anak serta Imunisasi (PWS-KIA- Imunisasi)PWS KIA Imunisasi adalah salah satu sistem surveilans kesehatan masyarakat yang berfungsi untuk memantau kegiatan program KIA dan Imunisasi secara terus menerus yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, interpretasi data dan penyebarluasan informasi hasil kegiatan melalui pembuatan dan pemasangan grafik PWS KIA Imunisasi.5a. PWS KIA meliputi :-Pemeriksaan Ibu Hamil Pertama ( K 1 )-Pemeriksaan Ibu Hamil Ke Empat ( K 4 )-Deteksi Risiko Tinggi Ibu Hamil Oleh Tenaga Kesehatan-Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan-Persalinan Di Sarana Kesehatan-Pemeriksaan Ibu Nifasb. PWS Imunisasi meliputi :-Imunisasi Hepatitis B 0-Imunisasi BCG-Imunisasi Polio 1-Imunisasi Polio 4-Imunisasi DPT Hepatitis B 1-Imunisasi DPT Hepatitis B 3-Imunisasi Campak-Drop Out Imunisasi BCG DPTHB 1-Drop Out Imunisasi BCG Campak- Cold ChainRangkaian sejuk (Cold Chain) adalah satu system untuk penyimpanan dan penghantaran vaksin dalam keadaan daripada pengeluar sehingga kepada individu yang diimunisasikan.Rantai dingin merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak rusak, sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan bagi penerimanya. Jika vaksin di luar temperatur yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya.-Rantai Dingin Imunisasi1. Peralatan Rantai VaksinPeralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan. Sarana rantai vaksin atau cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.a. Lemari EsSetiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es sesuai standar program.b. Mini FreezerSebagai sarana untuk membekukan cold pack di setiap puskesmas diperlukan 1 buah freezer.c. Vaccine CarrierVaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk pengambilan vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit vaccine carrier sangat cocok digunakan ke lapangan, mengingat jarak tempuh maupun sarana jalan, sehingga diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relatif lebih lama.d. ThermosThermos digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan/posyandu. Setiap thermos dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya tahan untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka thermos sangat cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya mudah dijangkau.e. Cold BoxCold Box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang mengalami kerusakan yang bila diperbaiki memakan waktu lama.f. Freeze Tag/Freeze WatchFreeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas pada waktu membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai lapangan/posyandu dalam upaya peningkatan kualitas rantai vaksin.g. Kotak dingin cair (Cool Pack)Kotak dingin cair (Cool Pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada suhu +2C dalam lemari es selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik bening.h. Kotak dingin beku (Cold Pack)Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian pada suhu -5C 15C dalam freezer selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik bening.2. Pengelolaan Vaksina. Penerimaan /pengambilan vaksin (transportasi)1) Pengambilan vaksin dari Puskesmas ke kabupaten/kota dengan menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan. Misalnya: cold box atau vaccine carrier.2) Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan jumlah vaksin yang akan diambil.3) Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa indikator vaksin (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanya bila indikator VVM tingkat A atau B. Sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D tidak usah diterima karena tidak dapat digunakan lagi.4) Masukkan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat pembawa dan di bagian tengah diletakkan thermometer Muller, untuk jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia dapat dimasukkan ke dalam alat pembawa.5) Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama perjalanan dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena sinar matahari langsung.6) Catat dalam buku stok vaksin : tanggal menerima vaksin, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.b. Penyimpanan Vaksin1) Vaksin disimpan pada suhu +2C +8C.2) Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack) sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu3) Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator.4) Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik.5) Letakkan 1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari es. Penyimpanan vaksin harus dicatat 2 kali sehari pada grafik suhu yaitu saat datang pagi hari dan menjelang pulang siang/sore hari.c. Pemantauan SuhuTujuan pemantauan adalah untuk mengetahui suhu vaksin selama pendistribusian dan penyimpanan, apakah vaksin pernah terpapar/terkena panas yang berlebih atau suhu yang terlalu dingin (beku). Sehingga petugas mengetahui kondisi vaksin yang digunakan dalam keadaan baik atau tidak. Adapun alat pemantau suhu vaksin antara lain :1) VVM (Vaccine Vial Monitor )2) Setiap lemari es dipantau dengan 1 buah thermometer Dial/Muller3) Sebuah freeze tag atau freeze watch4) Sebuah buku grafik pencatatan suhu.3. Pemeriksaan Vaksin dengan Uji KocokBila vaksin tersangka beku maka untuk meyakinkan apakah vaksin masih layak atau tidak untuk digunakan maka dilakukan pemeriksaan dengan Uji Kocok (Shake Test).Langkah-langkah shake test sebagai berikut :a. Periksa freeze watch, freeze tag, catatan/grafik suhu lemari es untuk melihat tanda-tanda bahwa suhu lemari es tersebut pernah turun di bawah titik beku.b. Freeze watch : Apakah kertas absorban berubah menjadi biru.c. Bila menggunakan freeze tag : Apakah tanda telah berubah jadi tanda X.d. Termometer : Apakah suhu turun hingga di bawah titik beku ?e. Bila salah satu atau ketiga jawabannya YA.4. Lakukan Uji Kocok (Sake Test)a. Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku, utamakan yang dekat dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling dingin. Beri label .Tersangka beku. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label .Dibekukan .b. Biarkan contoh .Dibekukan. dan vaksin .Tersangka beku. sampai mencair seluruhnya.c. Kocok contoh .Dibekukan. dan vaksin .Tersangka beku. Secara bersamaan.d. Amati contoh .Dibekukan. dan vaksin .Tersangka beku. Bersebelahan untuk membandingkan waktu pengendapan. (Umumnya 5-30 menit).e. Bila terjadi :1) Pengendapan vaksin .Tersangka beku lebih lambat dari contoh Dibekukan, vaksin dapat digunakan.2) Pengendapan vaksin .Tersangka beku sama atau lebih cepat daripada contoh Dibekukan. jangan digunakan, vaksin sudah rusak.-Cakupan Imunisasi (CI)a. Konsep DefinisiPerbandingan antara jumlah anak usia 1-2 tahun yang telah mendapat imunisasi lengkap dengan jumlah anak uisa 1-2 tahun, dan biasanya dinyatakan dalam persen.b. RumusanCakupan Imunisasi = Jumlah anak usia 1-2 tahun dengan imunisasi lengkap dibagi dengan jumlah anak usia 1-2 tahun kemudian dikalikan 100% ( (Jumlah anak usia 1-2 tahun dengan imunisasi lengkap / Jumlah anak usia 1-2 tahun) x 100%).c. KegunaanMemberikan gambaran tentang tingkat pelayanan kesehatan terhadap anak usia 1-2 tahun. Cakupan yang baik minimal 80 persen.d. Keterangan TambahanSelain dari Susenas (Survei sosial ekonomi nasional) variabel untuk menghitung indikator Cakupan Imunisasi juga diperoleh dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)e. InterpretasiPencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal.5

b. PosyanduPosyandu (Pos Pelayanan Terpadu )merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk , dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.UKBMadalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas , lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.6b.1. Tujuan-Umum : Menunjang percepatan penurunan AKI, AKB, AKABA (balita) di Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat.-Khusus: Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasarb.2. SasaranSasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya : Bayi baru lahir , Bayi , Anak Balita , Bumil , Bufas , Ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur.b.3. Kegiatan PosyanduA. Kegiatan Utama1. Kesehatan Ibu dan Anaka. Ibu Hamil- Pengukuran BB, TB, Tekanan Darah, LILA, Pemberian Fe, Imunisasi TT, Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri, Konseling termasuk Perencanaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi serta KB Pasca persalinan- Kelas Ibu Hamilb. Ibu Nifas dan Menyusui-Penyuluhan / Konseling kesehatan-Pemberian 2 Kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI ( 1 Kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama )-Perawatan Payudara-Pemeriksaan Kesehatan Umum, Pemeriksaan Payudara , Pemeriksaan TFU, dan Pemeriksaan Lochia oleh Tenaga Kesehatanc. Bayi dan Anak Balita-Penimbangan berat badan-Penentuan Status Pertumbuhan-Penyuluhan dan Konseling-Pemeriksaan Kesehatan , Imunisasi, dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Jika ditemukan kelainan segera dirujuk ke Puskesmas2. KBa. Oleh Kader : Pemberian kondom dan pemberian pil ulanganb. Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas : Pelayanan suntik KB dan Konseling KB. Jika tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan Implant.3. ImunisasiPelayanan Imunisasi di posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Jenis Imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi ( HBO, BCG, DPT/HB, Polio, Campak ) dan terhadap Ibu hamil (Tetanus Toxoid ).4. GiziPelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh Kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi Penimbangan Berat Badan, Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan, Penyuluhan dan konseling Gizi, Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) Lokal, suplementasi Vitamin A dan Tablet Fe. Apabila ditemukan Bumil Kekurangan Energi Kronik, balita yang Berat Badan tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah ( BGM ), kader wajib segera merujuk ke Puskesmas atau Poskesdes.5. Pencegahan dan Penanggulangan DiareMeliputi : Penyuluhan Pola Hidup Bersih dan Sehat, Pemberian oralit, dan jika diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.6c. Keluarga BerencanaSecara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.7c.1. Tujuan Keluarga Berencana Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan: 1. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup. 2. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia. 3. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas. 4. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi. 5. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi. 6. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.7c.2. Manfaat Keluarga Berencana 1. Memungkinkan wanita untuk mengontrol kesuburan mereka sehingga dapat memutuskan bila dan kapan mereka ingin hamil dan memiliki anak. Wanita dapat mengambil jeda kehamilan selama sedikitnya dua tahun setelah melahirkan, yang memberikan banyak manfaat bagi perempuan dan bayi mereka. 2. Wanita yang hamil segera setelah melahirkan berisiko memiliki kehamilan yang buruk. Mereka lebih mungkin menderita kondisi medis yang serius atau meninggal selama kehamilan. Bayi mereka juga lebih cenderung memiliki masalah kesehatan (misalnya lahir dengan berat badan rendah). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa secara global, 100.000 kematian ibu dapat dicegah setiap tahun, jika semua wanita yang tidak ingin anak lagi mampu menghindari kehamilan. Kematian ini terjadi sebagian besar di negara berkembang di mana cakupan kontrasepsi rendah. 3. Wanita lebih dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial, mencari pekerjaan dan meraih pendidikan ketika mereka menggunakan alat kontrasepsi dan tidak berisiko hamil. Karena kegiatan ini umumnya meningkatkan status perempuan dalam masyarakat, kontrasepsi secara tidak langsung mempromosikan hak-hak dan status perempuan. 4. Memberikan manfaat kesehatan non-reproduksi. Metode kontrasepsi hormonal gabungan (yaitu estrogen dan progesteron) dapat menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium. Injeksi progesteron juga melindungi terhadap kanker ini dan juga terhadap fibroid rahim. Kontrasepsi implan dan sterilisasi wanita telah terbukti mengurangi risiko penyakit radang panggul. 5. Mencegah efek kesehatan jiwa dari kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi aborsi. 6. Kemampuan untuk mengontrol kesuburan juga memungkinkan wanita untuk lebih mengontrol aspek lain dari kehidupan mereka, misalnya memutuskan kapan dan mengapa mereka menikah. Sejak kontrasepsi tersedia secara luas pada 1970-an, pola perkawinan telah berubah. Wanita sekarang menikah dan memiliki anak di usia yang lebih matang dan rata-rata memiliki anak lebih sedikit. Perubahan demografis cenderung telah mengurangi beban emosional dan ekonomi untuk membesarkan anak, karena keluarga sekarang biasanya memiliki lebih banyak waktu untuk mengumpulkan sumber daya keuangan sebelum kelahiran anak. Ukuran keluarga yang lebih kecil juga berarti bahwa orang tua memiliki lebih banyak waktu dan sumber daya yang diberikan per anak.7c.3. Metode kontrasepsi 1. KB Suntik Metode Keluarga Berencana ini dapat menghalangi ovulasi (masa subur), mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental, menghambat sperma dan menimbulkan perubahan pada rahim. Cara kerja KB suntik pun dapat mencegah terjadinya pertemuan sel telur dengan sperma dan mengubah kecepatan transportasi sel telur. Suntikan Keluarga Berencana terbagi menjadi suntik perbulan atau suntikan terpadu, contohnya dan suntikan per tiga bulan (suntikan progestin). Suntikan progestin (Depo Provera atau Niisterat) atau suntikan yang diberikan tiap dua atau tiga bulan sekali ini aman untuk ibu menyusui atau yang tidak boleh menggunakan tambahan estrogen. Suntikan progestin lebih menyebabkan perubahan seputar haid dan berat badan bertambah. Suntikan perbulan atau suntikan terpadu, mengandung hormon progestin dan estrogen. Jika Anda ingin siklus haid tetap teratur dapat menggunakan kontrasepsi ini. Sayangnya, suntikan ini sulit diperolah dan biayanya mahal dibandingkan suntikan progestin. Suntikan terpadu memiliki efek samping yang sama dengan pil KB terpadu, serta dilarang dipakai oleh ibu menyusui. Anda bisa menghentikan metode ini kapan saja, namun baru bisa hamil satu tahun kemudian bahkan lebih, demikian pula haid akan kembali normal setelah jangka waktu itu. Namun ada sebagian perempuan yang mendapat haid serta hamil dalam waktu lebih cepat dari itu.Selain menjadi kontrasepsi sementara yang paling baik, suntikan ini juga telah mengurangi angka kegagalan kurang dari 0,1% per tahun. Suntikan Keluarga Berencana tidak mengganggu kelancaran ASI, kecuali Anda menggunakan suntikan terpadu. Alat kontrasepsi ini juga dapat melindungi Anda dari anemia, dan memberikan perlindungan pada radang panggul. KB suntik memiliki reaksi sangat cepat (kurang dari 24 jam), dapat digunakan perempuan di atas 35 tahun, serta tidak menimbulkan ketergantungan, namun Anda harus rajin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Kerugian penggunaan KB suntik ialah Anda akan mengalami gangguan haid, dimana siklus haid bisa memendek atau memanjang, pendarahan banyak atau sedikit, spotting, sampai tidak haid sama sekali. KB suntik pun tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu, naiknya berat badan, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, dan jika digunakan dalam jangka panjang dapat terjadi perubahan pada lipid serum, menurunkan densitas tulang, serta keringnya vagina yang dapat menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, dan jerawat.72. Pil KB Komposisi Pil KB Andalan berbentuk kemasan untuk dikonsumsi selama 28 hari. Terdiri dari 21 tablet pil berwarna kuning yang setiap tabletnya mengandung 0.15 mg Levonorgestrel (hormon Progestin) dan 0.03 mg Etinilestradiol (hormon Estrogen) dan 7 tablet salut gula berwarna putih yang tidak mengandung hormon.Mekanisme Kerja Pil KB Andalan akan mencegah pelepasan sel telur yang telah diproduksi oleh indung telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Hormon yang terkandung dalam pil KB Andalan akan memperkental lendir leher rahim sehingga mempersulit sel sperma masuk kedalam rahim. Hal ini berguna untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembuahan dan kehamilan. Selain itu, Pil KB Andalan akan menebalkan dinding rahim, sehingga tidak akan siap untuk kehamilan. Kualitas Apabila digunakan secara rutin dan tepat waktu, Pil KB Andalan 99,7% ampuh mencegah kehamilan. Kualitas telah memenuhi standard internasional , Membantu mencegah kehamilan di luar rahim, kanker indung telur, kanker rahim, kista dan kanker payudara. Hormon yang terkandung pada setiap pil merupakan perpaduan bahan yang sangat baik, sehingga kandungan hormon dan komposisi zat disetiap pil adalah sama. Hal ini tentu sangat berpengaruh untuk meminimalisasi kemungkinan efek samping dan meningkatkan efektifitas kerja dari pil ini. 3. IUD / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Komposisi Batang plastik berbentuk T berukuran 3 cm dengan balutan tembaga seluas kurang lebih 380 mm2. Mekanisme Kerja IUD Andalan akan mencegah pelepasan sel telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Selain itu mengurangi mobilitas sperma agar tidak dapat membuahi sel telur serta mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding Rahim. Kualitas IUD Andalan efektif mencegah kehamilan hingga 99,4% apabila dipasang sesuai dengan prosedur oleh bidan atau dokter terlatih. 4. Implan Implant adalah obat kontrasepsi yang berbentuk seperti tabung kecil. Didalamnya terkandung hormon progesteron yang akan dikeluarkan sedikit demi sedikit. 5. Kontrasepsi Mantap Tubektomi Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen. Sterilisasi tuba bisa dilakukan 24-48 jam pasca melahirkan pada persalinan tanpa komplikasi dan bayi diyakinkan sehat. 6. Kontrasepsi Mantap Vasektomi Sterilisasi berencana bisa dilakukan pada 6-8 minggu postpartum pada pasangan yang benar-benar yakin dan bayi dalam keadaan sehat. Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi prida dengan jalan melakukan okusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. 7. Ligasi tuba Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim). Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total. Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari. Sterilisasi pada wanita seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan,bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba.Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas. Pada penyumbatan tuba,kesuburan akan lebih mudah kembali karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan.Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur).7d. Promosi KesehatanPromosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.8d.1. Sasaran Promosi Kesehatan Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :1. Sasaran Primer (primary target)Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).2. Sasaran Sekunder (secondary target)Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.3. Sasaran Tersier (tertiary target)Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).8d.2. Menetapkan Sasaran1. Sasaran primerMasyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).2. Sasaran sekunderPara tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).3. Sasaran tersierPara pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.8d.3. Pendekatan Promosi Kesehatan1. Pendekatan MedikTujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.2. Pendekatan Perubahan PerilakuTujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup sehat . Contohnya antara lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alcohol wajar , mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.3. Pendekatan EdukasionalTujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.4. Pendekatan Berpusat Pada KlienTujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.5. Pendekatan Perubahan SosialTujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.8KesimpulanMasalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia defisiensi besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Selain itu, di beberapa tempat cakupan imunisasi dasar masih terlampau kurang. Oleh karena itu perlu adanya Posyandu serta bantuan masyarakat untuk meningkatkan angka cakupan imunisasi.

Daftar Pustaka1. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.2.2. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat: administrasi dan praktik. Edisi-9. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2009.h.421-33.3. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005.h.48-53.4. Schwartz MW. Pedoman klinis: pediatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005.h. 56-64.5. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009.h.144-158.6. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2007.h.15-20.7. Manuaba IBG. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2003.h.6-733.8. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 11-241.

34