BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN...
Transcript of BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN...
LAPORAN HASIL KEGIATAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Sebagai wujud pertanggungjawaban secara teknis dan adminsitrasi dalam
pelaksanaan penggunaan anggaran tahun 2018, disusun laporan tahunan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh. Sistematika laporan ini mengacu pada Tugas dan Fungsi
(Tufoksi) BPTP sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian nomor 17, tahun 2018 tentang
organisasi BPTP. Laporan ini mencakup kegiatan pengkajian, diseminasi, penyuluhan,
pengembangan dan penerapan (Litkajibangrap) yang merupakan inti tugas dan fungsi BPTP
ditambah dengan layanan pengkajian dan diseminasi (aspek administrasi dan keuangan
serta layanan pengkajian dan diseminasi).
Pada tahun anggaran 2018, BPTP Aceh mendapatkan pagu anggaran Rp.
15.019.117.000,- dengan realisasi Rp. 14.796.973.537 atau dengan persentase mencapai
98.22%. Hal penting lainnya adalah kemampuan BPTP Aceh dalam pembayaran realisasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan target Rp. 266.375.000, sedangkan
realisasi penerimaan mencapai Rp. 326.451.400, atau sebesar 122.533%. Pada sisi yang
lain, pada tahun 2018 beberapa karyawan BPTP Aceh memasuki masa purnabakti, dan pada
tahun 2018 BPTP Aceh juga mendapat karyawan baru 1 orang, dengan basic peneliti.
Pencapaian kinerja BPTP Aceh tidak hanya dilihat dari sisi realisasi anggaran (fisik
dan anggaran) tetapi jauh lebih penting adalah melihat pencapaian kinerja dari sisi
introduksi dan adopsi teknologi oleh para pengguna. Selain itu pada aspek penyediaan benih
sumber dan sebar melalui kegiatan Unit Penyediaan Benih Sumber (UPBS) komoditas padi,
kedelai dan jagung, serta penyediaan benih sebar kelapa dalam, kopi arabika Gayo dan
pepaya.
Dalam penyusunan laporan tentunya masih terdapat kekurangan, saran konstruktif
sangat diperlukan untuk peningkatan mutu laporan dan kegiatan BPTP Aceh pada masa
yang akan datang.
Banda Aceh, Desember 2018
Kepala Balai,
Ir. M. Ferizal, M.Sc
ii
LEMBARAN PENGESAHAN
1. Jenis Laporan : Laporan Tahunan
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda
Aceh - 23125
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 2018
5. Status Penelitian : Baru
6. Penanggung Jawab :
A. Nama : Ir. M. Ferizal, M.Sc
B. Pangkat / Golongan : Pembina/IVa
C. Jabatan Kepala Balai
7. Lokasi : Provinsi Aceh
8. Agroekosistem : -
9. Tahun Mulai : 2018
10. Tahun Selesai : 2018
11. Output Tahunan : - Terlaksananya layanan pengkajian dan diseminasi
teknologi pertanian.
- Terlaksananya kegiatan pengkajian, diseminasi,
pengembangan dan penerapan (litkajibangrap).
- Terlaksananya pembinaan penyuluh daerah oleh
penyuluh BPTP Aceh
12. Biaya : Rp. 15.019.117.000,- (lima belas milyar Sembilan
belas juta seratus tujuh belas ribu rupiah)
Koordinator Program dan Evaluasi
Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740305 200003 1 001
Penanggung jawab
Ir. M. Ferizal, M.Sc
NIP. 19650219 199203 1 002
Menyetujui
Kepala BBP2TP,
Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA
NIP. 19680415 199202 1 001
Mengetahui,
Kepala BPTP Aceh,
Ir. M. Ferizal, M.Sc
NIP. 19650219 199203 1 002
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI .....................................................................................................ii DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................................... 3 1.3. Keluaran ................................................................................................ 3 II. PROGRAM PENGKAJIAN, DISEMINASI DAN PENYULUHAN ..................... 4 2.1. Visi dan Misi .......................................................................................... 4 2.2 Tujuan ..................................................................................................... 4 2.3 Sasaran ................................................................................................... 5 III. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGKAJIAN DAN DISEMINASI ................. 6 3.1. Kegiatan Pengkajian dengan Sumber Dana DIPA BPTP Aceh ....................... 6 IV. ORGANISASI DAN KERAGAAN SDM ...................................................... 62 4.1. Sumber Daya Manusia ............................................................................. 63 4.2. Keuangan .............................................................................................. 66 4.3 Fasilitas ................................................................................................. 69 V. KERJASAMA DAN DISEMINASI .............................................................. 74 5.1 Kerjasama ............................................................................................. 74 5.2. Kerjasama Magang Mahasiswa/Praktik Lapang ......................................... 74 5.3. Diseminasi/AVA ...................................................................................... 75 5.4 Perpustakaan ......................................................................................... 76 5.5. Jaringan Informasi ................................................................................. 80 5.6. Laboratorium ......................................................................................... 81 VI. PENUTUP ............................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Paket Teknologi Kajian Optimalisasi Pengembangan VUB Padi Gogo di Lahan Kering Provinsi Aceh
…………….. 8
Tabel 2 Rata – rata tinggi tanaman pada 30 dan 60 HST, jumlah anakan 30 dan 60 HST pada masing – masing varietas padi gogo pada kegiatan Optimalisasi Pengembangan VUB Padi Gogo Di Lahan Kering Provinsi Aceh
…………….. 9
Tabel 3 Rata – rata berat kering gabah per plot dan hasil per hektar pada masing – masing varietas padi gogo pada kegiatan Optimalisasi Pengembangan VUB Padi Gogo Di Lahan Kering Provinsi Aceh
…………….. 10
Tabel 4 Data pertumbuhan vegetatif tanaman kopi hasil replating dari umur bibit yang berbeda
…………….. 17
Tabel 5 Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Biourin di Desa Paya Tungel, Kecamatan Jagong Jeget, Aceh Tengah
…………….. 21
Tabel 6 Analisis Nilai Tambah pada Pupuk Biourin menggunakan Metode hayami
…………….. 21
Tabel 7 Komponen hasil demplot bawang merah di desa Lampuyang kecamatan Pulo Aceh
…………….. 32
Tabel 8 Status hara tanah sawah desa Alue Reuyeung berdasarkan uji PUTS
…………….. 33
Tabel 9 Jumlah dan varietas benih produksi pembibitan komoditas perkebunan APBNP 2017 di BPTP Aceh
…………….. 42
Tabel 10 Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Produksi Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Kelas FS dan SS di Kabupaten Pidie
…………….. 50
Tabel 11 Pendaftaran Varietas pada Tahun 2018
…………….. 61
Tabel 12 Penyebaran Jumlah PNS Menurut Unit Kerja dan Golongan
…………….. 64
Tabel 13 Distribusi Jumlah PNS Menurut Golongan dan Ruang
…………….. 64
Tabel 14 Distribusi Jumlah PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Unit Kerja
…………….. 64
Tabel 15 Keragaan SDM BPTP Aceh Menurut Tingkat Usia dan Jenis Kelamin
…………….. 65
Tabel 16 Distribusi Jumlah Pegawai BPTP Aceh Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Usia
…………….. 65
Tabel 17 Jabatan Menurut Golongan di BPTP Aceh
…………….. 66
Tabel 18 Rincian Pagu dan Realisasi Menurut Kode dan Jenis Kegiatan TA. 2018
…………….. 67
Tabel 19 Target dan Realisasi PNBP Berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2017
…………….. 68
v
Tabel 20 Luas, Lokasi dan Pemanfaatan Tanah Tahun 2017
…………….. 70
Tabel 21 Jenis, Luas, Lokasi dan Banyaknya Bangunan Tahun 2017
…………….. 71
Tabel 22 Jenis, Luas dan Jumlah Bangunan Rumah Dinas Berdasarkan Lokasi Unit Kerja Tahun 2017
…………….. 72
Tabel 23 Jumlah dan Alokasi Kendaraan Dinas Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2018
…………….. 73
Tabel 24 Jumlah dan Alokasi Peralatan Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2018
…………….. 73
Tabel 25 Sumberdaya Manusia di Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018 …………….. 77
Tabel 26 Rincian Tugas Anggota Perpustakaan Tahun 2018.
…………….. 77
Tabel 27 Infrastruktur BPTP Aceh Tahun 2018
…………….. 77
Tabel 28 Perkembangan Database Digital Tahun 2018
…………….. 78
Tabel 29 Koleksi perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018
…………….. 78
Tabel 30 Jumlah pengunjung perpustakaan BPTP Aceh 2017 dan 2018.
…………….. 79
1
II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
1.1. Latar Belakang
Kedaulatan pangan (food-sovegrenity) merupakan sasaran yang harus
dicapai untuk program pertanian sampai dengan tahun 2045, yang dideklarasikan
Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Untuk mencapai visi tersebut tentunya
dilaksanakan (program) dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian yang berlandaskan: keunggulan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, serta kemampuan IPTEKs yang terus
meningkat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan),
Kementerian Pertanian Republik Indonesia merupakan ujung tombak pemerintah
untuk meningkatkan pembangunan sistem pertanian modern.
Dalam 9 program utama (Nawacita) pada sistem pemerintahan Indonesia,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai bagian integral dari
sistem pertanian bangsa ini, memiliki tugas dan fungsi melakukan pengkajian,
penyuluhan dan diseminasi (Litkajibangluh), yang memiliki arti penting bila
dilakukan melalui proses yang terencana dengan baik, dan outputnya dapat
memberikan manfaat lebih kepada pihak sasaran/pengguna secara terukur.
Setidaknya terdapat 3 (tiga) aspek penting yang merupakan titik kritis yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi yang diembankan
kepada BPTP Aceh. Ketiga aspek penting yang menjadi pokok perhatian pengkajian
dan diseminasi teknologi pertanian, yaitu proses perencanaan, pelaksanaan
pengkajian dan diseminasi serta pemanfaatan output dari pengkajian dan
diseminasi oleh pengguna teknologi tersebut.
Identifikasi teknologi yang dibutuhkan pelaku sistem pertanian di Provinsi
Aceh menjadi sangat penting untuk dapat meningkatkan efektivitas sistem
pertanian, melalui peningkatan produktivitas berbagai sistem usahatani berbasis
komoditas unggulan dan zona agroekosistem, selain itu juga melakukan upaya
efisiensi dalam sistem pertanian tersebut melalui optimalisasi sistem alat dan mesin
pertanian (alsintan), agar pendapatan petani dapat ditingkatkan. Contoh nyata
adalah aplikasi sistem pertanaman jajar legowo super 2:1, yang salah satu
komponen teknologinya adalah penggunaan alsintan pada saat panen dengan
combine harvester dan penanaman dengan rice transplanter.
2
Usahatani tersebut harus dikelola secara modern (precision farming),
dengan tetap memperhatikan kearifan lokal (local wisdom) yang ada pada masing-
masing daerah. Seiring dengan tuntutan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh
yang semakin kompleks, maka untuk mengatasi hal tersebut BPTP Aceh yang
merupakan lembaga pengkajian dan diseminasi Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian telah dan akan terus menyediakan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan agroekosistem di Provinsi Aceh.
Pada tahun 2018, BPTP Aceh juga mendapat mandat tambahan berupa
bagian dari pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi
komoditas padi, jagung dan kedelai (Pajale) serta komoditas strategis lainnya,
seperti bawang merah, cabai, tebu dan sapi. Penanggung jawab utama kegiatan ini
adalah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Secara
kedaerahan, BPTP Aceh menjadi penanggung jawab Kabupaten Aceh Tamiang,
Aceh Timur, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Singkil, Subussalam dan Simelue.
Khusus untuk komoditas sapi, nama program adalah Sapi Indukan Wajib Bunting
(SIWAB). BPTP Aceh menjadi penanggung jawab untuk Kabupaten Aceh Tenggara,
Aceh Tamiang dan Gayo Lues.
Dari sisi anggaran, pada tahun 2018 setelah melalui beberapa kali revisi
anggaran (refocusing), BPTP Aceh mendapatkan alokasi anggaran Rp.
16.019.117.000, dengan realisasi mencapai Rp. 14.796.973.537 (98.50%), yang
terdiri dari belanja operasional, belanja non operasional dan belanja modal. Selain
skim penggangaran dari APBN, BPTP Aceh juga mendapatkan alokasi anggaran dari
belanja hibah luar negeri, melalui naskah kerjasama antara Balitbangtan dengan
ACIAR-Australia. Selain itu juga terdapat alokasi belanja modal penggadaan
peralatan laboratorium tanah, melalui mekanisme program SMARTD. Hal ini sangat
penting untuk meningkatkan kapasitas laboratorium tanah, pada tahun ini juga
laboratorium tanah BPTP Aceh dilakukan akreditasi, dengan pendampingan dari
Balai Penelitian Tanah Bogor.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, pentingnya peran BPTP
Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk menghasilkan
teknologi terapan yang bersifat spesifik lokasi pada suatu Zona Farming System dan
sesuai dengan kondisi sosial ekonomi petani atau pelaku lainnya, seperti pedagang
pengepul dan pelaku bisnis berbasis komoditi pertanian; (2) keterkaitan antara para
peneliti-penyuluh-petani dalam proses percepatan dan penerapan teknologi spesifik
3
lokasi; (3) keterkaitan program BPTP Aceh dengan program pemerintah daerah
Provinsi Aceh dalam pembangunan pertanian; (4) meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan seluruh sumberdaya manusia lingkup BPTP Aceh. Laporan tahunan ini
merupakan hasil ringkasan kegiatan yang dilaksanakan berbasis pada bidang
manajemen, pelayanan pengkajian dan kerjasama dan perencanaan serta evaluasi.
Dalam hal ini aspek pengkajian dan diseminasi dilihat dari sisi fungsionalitas serta
keragaan organisasi BPTP Aceh pada Tahun Anggaran (TA) 2018. Laporan ini juga
dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja BPTP Aceh dalam menjalankan tugas
dan fungsinya pada TA. 2018.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan akhir BPTP Aceh tahun anggaran 2018 untuk
mengetahui kinerja BPTP Aceh berdasarkan indikator kinerja pada bidang
manajemen, pelayanan pengkajian, diseminasi dan kerjasama serta perencanaan
dan evaluasi. Selain itu tujuan dari pembuatan laporan tahunan juga sebagai umpan
balik (feedback) untuk peningkatan kinerja balai, melalui perencanaan yang lebih
efektif dan efisien pada tahun yang akan datang.
1.3 Keluaran
Keluaran dari pembuatan laporan akhir BPTP Aceh tahun anggaran 2018
adalah diketahuinya kinerja BPTP Aceh berdasarkan indikator kinerja pada bidang
manajemen, pelayanan pengkajian, diseminasi dan kerjasama serta perencanaan
dan evaluasi. Selain itu keluaran (output) dari pembuatan laporan tahunan adalah
didapatkanya umpan balik (feedback) untuk peningkatan kinerja balai, melalui
perencanaan yang lebih efektif dan efisien pada tahun yang akan datang.
4
IIII.. PPRROOGGRRAAMM PPEENNGGKKAAJJIIAANN,, DDIISSEEMMIINNAASSII DDAANN PPEENNYYUULLUUHHAANN
22..11.. VViissii ddaann MMiissii
Pelaksanaan kegiatan penelitian/pengkajian dan desiminasi oleh BPTP Aceh
tahun 2014 – 2019 mengacu pada visi dan misi dari Balitbangtan, Kementerian
sebagai lembaga Eselon I. Hal ini disebabkan oleh paragdima single vision dari
Presiden Joko Widodo yang terjemahkan oleh Menteri Pertanian dan Kepala
Balitbantan. Pada tataran teknis disesuaikan dengan rencana operasional, visi dan
misi BPTP Aceh. Visi BPTP Aceh adalah “Menjadi Lembaga Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Terkemuka di Dunia Dalam Mewujudkan Sistem Pertanian
Bio-Industri Tropika Berkelanjutan” Adapun misi yang diemban adalah:
1. Merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya
saing mendukung pertanian bio-industri.
2. Mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan
scientific recognition dan impact recognition.
Pada level taktikal dan operasional pelaksanaan kegiatan di BPTP Aceh
berdasarkan penugasan dari eselon yang lebih tinggi (kementerian, eselon I dan
eselon II). Dalam hal ini pelaksanaan kegiatan yang dimaksud adalah bersifat on-
top, seperti kegiatan UPSUS, pengembangan wilayah perbatasan, peningkatan
indeks pertanaman (IP), pengembangan model bioindustri, pada sisi yang lain
kegiatan BPTP Aceh juga bersifat bottom-up, melalui kegiatan pengkajian spesifik
lokasi, analisis kebijakan pembangunan pertanian, penyediaan benih sumber dan
sebar. Untuk pencapaian tujuan utama balai, terdapat kegiatan juga bersifat
sebagai dukungan manajemen dan pelayanan pengkajian, diseminasi dan
kerjasama.
22..22.. TTuujjuuaann
11.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkeetteerrsseeddiiaaaann iinnffoorrmmaassii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii mmeellaalluuii kkeeggiiaattaann
ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii..
22.. MMeenniinnggkkaattkkaann ddiisseemmiinnaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann uunngggguullaann hhaassiill ppeennggkkaajjiiaann ddaann
mmaatteerrii ppeennyyuulluuhhaann..
33.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkeerrjjaassaammaa//kkeemmiittrraaaann ddeennggaann ssttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann
kkeeggiiaattaann ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk
llookkaassii..
5
44.. MMeemmbbeerriikkaann ppeemmbbiinnaannaann kkeeppaaddaa ppeennyyuulluuhh ddaaeerraahh oolleehh ppeennyyuulluuhh BBPPTTPP AAcceehh
uunnttuukk ppeenniinnggkkaattaann kkaappaassiittaass ppeennyyuulluuhh ddaaeerraahh..
55.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkaappaassiittaass ddaann kkaappaabbiilliittaass iinnssttiittuussii sseerrttaa ssuummbbeerrddaayyaa mmaannuussiiaa
BBPPTTPP AAcceehh..
22..33.. SSaassaarraann
11.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeetteerrsseeddiiaaaann iinnoovvaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii yyaanngg
sseessuuaaii ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ssttaakkeehhoollddeerr..
22.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa ddiisseemmiinnaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann uunngggguullaann hhaassiill ppeennggkkaajjiiaann ddaann
mmaatteerrii ppeennyyuulluuhhaann yyaanngg sseessuuaaii ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ssttaakkeehhoollddeerr..
33.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeerrjjaassaammaa//kkeemmiittrraaaann ddeennggaann ssttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann
kkeeggiiaattaann ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk
llookkaassii..
44.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkaappaassiittaass ppeennyyuulluuhh ddaaeerraahh mmeellaalluuii ppeemmbbiinnaaaann oolleehh ppeennyyuulluuhh
ddii BBPPTTPP AAcceehh..
55.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkaappaassiittaass ddaann kkaappaabbiilliittaass iinnssttiittuussii sseerrttaa ssuummbbeerrddaayyaa mmaannuussiiaa
BBPPTTPP AAcceehh..
6
IIIIII.. PPEELLAAKKSSAANNAAAANN KKEEGGIIAATTAANN PPEENNGGKKAAJJIIAANN DDAANN DDIISSEEMMIINNAASSII
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melakukan berberapa
kegiatan melalui pendanaan yang dibiayai oleh DIPA Tahun Anggaran (TA) 2018.
Pada TA 2018, secara umum BPTP Aceh melaksanakan kegiatan berbasis inhouse
berupa kegiatan pengkajian kedelai spefisik lokasi, kajian inovatif SUP berbasis
tintegrasi ternak, jagung, indigofera dan kepala sawit, serta kajian revitalisasi SUT
kopi arabika. Kemudian kegiatan diseminasi utama BPTP Aceh yaitu, penyediaan
benih sumber (UPBS) padi, jagung, kedelai untuk label putih, unggu dan biru, benih
sebar komoditas padi, jagung, kedelai untuk label unggu. pengembangan
bioindustri berbasis integrasi integrasi kopi dan sapi, inventarisasi sumbedaya
genetik (SDG), beberapa kegiatan diseminasi, penyuluhan dan penyebaran
informasi teknologi pertanian dalam bentuk media cetak dan elektronik. Kegiatan
utama lainnya yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh tahun 2018, adalah
pendampingan Upaya Khusus (UPSUS) komoditas padi, jagung, kedelai serta
komoditas strategis lainnya, dukungan inovasi teknologi untuk pengembangan
wilayah perbatasan dan peningkatan indeks pertanaman (IP).
3.1. Kegiatan Pengkajian dengan Sumber Dana DIPA BPTP Aceh
3.1.1. Optimalisasi Pengembangan Vub Padi Gogo Di Lahan Kering
Provinsi Aceh, Penanggung Jawab Fenty Ferayanti, SP., M.Si
Latar Belakang
Pemanfaatan lahan kering merupakan salah satu sumber daya yang
mempunyai potensi besar untuk pemantapan swasembada pangan maupun untuk
pembangunan pertanian ke depan. Kebutuhan pangan selama ini ditunjang oleh
padi sawah, yang dalam produksinya membutuhkan karakteristik lahan dengan
tingkat kesuburan cukup tinggi. Karakteristik budidaya padi sawah yang demikian
membatasi peluang peningkatan produksi beras melalui perluasan areal sawah. Ini
karena sempitnya lahan cadangan yang sesuai untuk dijadikan sawah dan makin
ketatnya persaingan penggunaan air dengan industri, pertambangan, dan rumah
tangga.
Peningkatan produksi padi gogo dapat dicapai dengan berbagai usaha
antara lain melalui penggunaan varietas unggul dan pengelolaan lahan melalui
teknologi PTT padi yang merupakan paket teknologi yang dapat disesuaikan dengan
7
kondisi spesifik lokasi yang bersifat dinamis. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementerian Pertanian, telah banyak menghasilkan varietas unggul baru
padi gogo namun belum banyak informasi terkait VUB padi gogo yang diketahui
petani.
Tujuan
Menghasilkan paket rekomendasi optimalisasi pengembangan VUB padi gogo
spesifik lokasi di Lahan Kering Provinsi Aceh.
Keluaran
Menghasilkan paket rekomendasi optimalisasi pengembangan VUB padi gogo
spesifik lokasi di Lahan Kering Provinsi Aceh.
Metodologi
Lokasi dan Waktu kegiatan
Pengkajian Optimalisasi Pengembangan VUB Padi Gogo di Lahan Kering
Provinsi Aceh dilaksanakan pada lahan kering milik petani di Desa Krueng Meriam
Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie dengan luas ± 6 ha yang akan dimulai pada
bulan Maret hingga Desember 2018.
B. Bahan dan Alat yang digunakan
Bahan tanaman yang digunakan yaitu terdiri atas benih VUB padi gogo varietas
Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, Inpago 11, Towuti, Limboto dan Unsoed 1. Pupuk
dasar yaitu pupuk organik 3 ton/ha, urea 200 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 100
kg/ha. Pemupukan urea dilakukan dengan Bagan Warna Daun (BWD) pada umur
vegetatif. Alat yang digunakan adalah cangkul, tugal, parang, sprayer, garu, tali ajir,
meteran, cutter, sabit, PUTK, bor tanah.
C. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode pengkajian yang digunakan berupa demonstrasi plot menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Teknologi rekomendasi yang
diterapkan meliputi: penggunaan VUB padi gogo, jarak tanam, penggunaan bahan
organik (pupuk kandang), pemupukan berdasarkan status hara tanah berdasarkan
PUTK, pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT (Badan Litbang
Pertanian 2007). Paket teknologi yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 1
8
berikut : Tabel 1. Paket Teknologi Kajian Optimalisasi Pengembangan VUB Padi
Gogo di Lahan Kering Provinsi Aceh
Komponen Teknologi Pilihan Komponen Teknologi
Persiapan/pengolahan lahan Tanpa Olah Tanah
Varietas Inpago 8,Inpago 9, Inpago 10, Inpago 11
Sumber benih BB Padi Sukamandi dan BPTP Aceh
Jarak tanam/jumlah benih per
lubang tanam
Largo 20x10x40 cm,5 biji/lubang
Jenis dan dosis pupuk :
- Pupuk Organik
- Urea
- NPK
- Dolomit
3 ton/ha
250 kg/ha
300 kg/ha
200 kg/ha
Pengairan Pengaturan drainase secara efektif dan
efisien
Pemeliharaan tanaman Penerapan PHT
Pengendalian OPT Penerapan PHT
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil survey lokasi dan koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Pidie terdapat beberapa kecamatan sentra penanaman padi gogo ditetapkan Desa
Krueng Meriam, dalam hal ini, Kecamatan Tangse sebagai lokasi kegiatan dan
kelompok tani Sukamaju sebagai kelompok tani pelaksana kegiatan ini.
Gambar 1. Lokasi Pengkajian Kegiatan Pengembangan Padi Gogo.
9
Pengamatan pada fase vegetatif dilakukan terhadap tinggi tanaman 30 dan
60 HST, jumlah anakan 30 dan 60 HST serta jumlah anakan produktif pada masing-
masing varietas padi gogo. Rata – rata tinggi tanaman pada 30 dan 60 HST, jumlah
anakan 30 dan 60 HST serta jumlah anakan produktif pada masing–masing varietas
padi gogo dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Rata – rata tinggi tanaman pada 30 dan 60 HST, jumlah anakan 30 dan 60
HST pada masing – masing varietas padi gogo pada kegiatan Optimalisasi
Pengembangan VUB Padi Gogo Di Lahan Kering Provinsi Aceh
VARIETAS
PARAMETER
T.TANAMAN 30 HST (cm)
T.TANAMAN 60 HST (cm)
JLH ANAKAN 30 HST
JLH ANAKAN 60 HST
INPAGO 8 69.40 d 106.87 b 15.40 d 24.80 d
INPAGO 9 74.40 e 134.20 c 12.67 a 22.00 a
INPAGO 11 84.27 f 138.53 d 13.00 b 24.80 d
TOWUTI 51.73 a 82.33 ab 14.67 c 22.33 b
LIMBOTO 53.53 b 82.00 a 15.60 e 24.93 e
UNSOED 61.00 c 105.87 12.87 ab 23.40 c
** ** ** ** Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (uji T 0,05).
Hasil per Hektar
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa varietas tidaj
berpengaruh terhadap hasil per hektar, Tabel 2 menunjukkan bahwa semua
varietas memiliki rata-rata hasil per hektar tertinggi yang berbeda nyata dengan
varietas lainnya. Hal ini diduga karena perbedaan faktor genetic dari masing-masing
varietas yang juga menjadi penyebab perbedaan hasil atau produksi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kamal (2001), perbedaan hasil total disebabkan oleh perbedaan
komposisi genetik dari masing-masing kultivar padi, sehingga responnya terhadap
lingkungan juga berbeda. Tidak hanya genetik, faktor lingkungan juga berpengaruh
pada produksi tanaman, lingkungan yang berpengaruh tersebut berupa cahaya
matahari, curah hujan dan unsur hara dalam tanah.
Faktor lain yang juga mempengaruhi peningkatan hasil gabah adalah
komponen hasil tanaman. Atman (2005), menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi peningkatan hasil adalah meningkatnya nilai komponen
10
pertumbuhan dan komponen hasil tanaman, antara lain: jumlah anakan produktif,
jumlah gabah per malai, dan jumlah gabah hampa per malai.
Tabel 3. Rata – rata berat kering gabah per plot dan hasil per hektar pada masing –
masing varietas padi gogo pada kegiatan Optimalisasi Pengembangan VUB
Padi Gogo Di Lahan Kering Provinsi Aceh
VARIETAS
PARAMETER
Berat kering gabah per plot (gr) Hasil per ha (ton)
INPAGO 8 34.67 c 4.15 a
INPAGO 9 69.40 d 4.37 a
INPAGO 11 90.20 e 4.09 a
TOWUTI 30.53 a 4.55 a
LIMBOTO 30.53 a 4.55 a
UNSOED 32.73 b 4.12 a ** tn
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (uji T 0,05).
3.1.2. Optimalisasi Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif Integrasi Sapi,
Sawit, Jagung dan Indigofera di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab:
Dr. Yeni Yusriani, S.Pt, MP
Latar Belakang
Sistem integrasi tanaman ternak khususnya tanaman perkebunan dan pertanian
dengan ternak merupakan salah satu alternatif upaya mendukung agribisnis
peternakan. Dari aspek teknis cukup aplikatif, dari aspek ekonomi dinilai
menguntungkan dan dari aspek sosial cukup dapat diterima (Subagyono 2004).
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2016) perluasan areal perkebunan kelapa
sawit di Indonesia selama lima tahun terakhir tumbuh pesat berkisar 420.000
ha/tahun, hingga tahun 2016 mencapai 11.672.861 ha.
Usaha yang biasa dilakukan untuk menekan biaya pakan adalah dengan
melakukan integrasi dengan usaha pertanian atau perkebunan di mana kedua lokasi
tersebut merupakan sumber daya pakan yang berlimpah. Integrasi tersebut
diharapkan dapat mendekati kondisi zero cost terutama dari segi pakan.
Intensifikasi dan optimalisasi pemanfaatan limbah perkebunan serta limbah
pertanian merupakan kemungkinan yang potensial untuk mengatasi krisis pakan
khususnya ternak ruminansia di masa depan.
11
Tujuan
1. Peningkatan optimalisasi sistem usaha pertanian inovatif berbasis integrasi
2. Memperoleh informasi pakan alternatif berbasis sapi-sawit-jagung-indigofera
hasil uji secara in vivo
3. Menyusun rekomendasi dari kajian berbasis integrasi sapi-sawit-jagung -
indigofera
Keluaran
1. Tersedianya pakan alternatif berbasis sawit-jagung- indigofera
2. Informasi hasil evaluasi secara in vivo pakan alternatif berbasis sawit-jagung-
indigofera pada sapi
3. Tersediannya rekomendasi dari kajian berbasis sawit-jagung-indigofera - sapi
4. Draft Publikasi dalam bentuk KTI.
Metodologi
Pengkajian tentang Optimalisasi SUP Inovatif Berbasis Intergrasi Sapi-sawit-
jagung dan Tanaman Indigofera dilaksanakan secara partisipatif dan terintegrasi,
melibatkan stakeholders dan peran aktif kelompok tani. Untuk memudahkan dalam
tindak operasional pengkajian, maka data awal tingkat kesuburan lahan (biofisik
lahan) serta residu dilakukan melalui mengambilan sampel tanah secara komposit.
Penetapan komoditas tanam dilakukan secara partisipatif, memiliki nilai ekonomis.
Ternak sapi yang digunakan adalah sapi betina Brahman Cross sebanyak 12
ekor. Pemeliharaan ternak dilakukan di kandang kelompok, ternak sapi diberikan
pakan berupa pelepah sawit, jagung dan indigofera. Pemberian pakan dilakukan
secara bertahap: tahap pertama pemberian pelepah sawit yang sudah dicacah,
tahap selanjutnya pemberian silase jagung. Pemberian indigofera dilakukan secara
bersamaan dengan jagung.
Penanaman tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 70 x 20 cm.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik padat (2 kg/ha), urea (350 kg/ha) dan
NPK (200 kg/ha). Penanaman tanaman jagung dilakukan dengan sistem tanpa olah
tanam (TOT). Penanaman indigofera ditanam sebagai tanaman pagar dengan jarak
tanam 1 x 1 m. Sebelum penanaman tanaman indigofera disemai terlebih dahulu di
dalam polybag. Pupuk yang digunakan adalah NPK (200 kg/ha). Pemberian pakan
dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah pakan yang
diberikan adalah 10% dari bobot badan.
12
Hasil dan Pembahasan
Kegiatan koordinasi dan peninjauan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL)
kegiatan Optimalisasi SUP Inovatif Integrasi Sapi, Kelapa Sawit, Jagung dan
Indigofera di kabupaten Aceh Tamiang dihadiri oleh Kabid drh. Muhammad Nasir,
Kasie Pengembangan dan Penyebaran Pakan Ternak dan staf bagian tersebut di
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang. Sebelum meninjau
CPCL, penanggung jawab kegiatan dan anggota tim menyampaikan tentang latar
belakang dan tujuan dari kegiatan ini.
Sebelum meninjau lokasi kegiatan, tim BPTP bersama tim dari di Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang melakukan pertemuan dengan
kelompok “Maju Bersama” di Meunasah Gampong Air Tenang yang dihadiri oleh
Kepala Gampong/Datok (Muttaqin), Ketua kelompok (Hasanuddin), Penyuluh
kecamatan (Jamaluddin) dan beberapa anggota kelompok. Beberapa informasi awal
yang dapat dihimpun dari pertemuan dengan kelompok tani “Maju Bersama”
adalah:
- Jumlah sapi dalam kelompok sebanyak 56 ekor (jantan dan betina)
- Jenis sapi: Brahman Cros, Lemosin, Simental dan Lokal
- Selain sapi yang tujuannya penggemukan, sapi tidak dikandangkan melainkan
tersebar di lahan kelapa sawit
- Kelompok tani sudah menyiapkan lahan untuk penanaman rumput gajah
- Program penanaman rumput gajah sudah dimulai sejak 4 tahun yang lalu,
karena kurang perawatan luasan penanaman rumput gajah semakin berkurang.
- Varietas jagung yang sudah pernah ditanam adalah Pioneer, Bisi-16, Bisi-18 dan
Bisi-22 Untuk varietas Bisi-16 sudah pernah mendapat juara II di tingkat provinsi.
- Untuk pupuk kandang (kotoran sapi) sangat mencukupi
- Untuk pakan, khususnya untuk sapi yang tujuannya penggemukan selain
diberikan rumput juga ditambah dengan pakan konsentrat, namun hanya sebagai
tambahan/perangsang. Dosis pemberian: 1 kg konsentrat + 2 kg dedak atau 1
% dari berat badan sapi
- Obat yang sudah pernah diberikan untuk sapi: Vitamin, obat cacing dan antibiotik
Selama ini pakan dari kelapa sawit diberikan secara manual
13
Kegiatan Pelatihan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian
mengadakan Pelatiahan di Kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Desa Air Tenang,
Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Pelatihan tersebut diikuti oleh
kelompok peternak dan Instansi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Kabupaten Aceh Tamiang. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa 14
Agustus 2018 di BPP Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Ada beberapa
narasumber, materi yang disampaikan yaitu :
1. Manajemen Kesehatan Ternak Sapi
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Aceh Tamiang
3. Silase Jagung Sebagai Alternatif Pakan Ternak Sapi
4. Tanaman Indigofera Yang Berkualitas Dan Bernutrisi Untuk Ternak Sapi
5. Pembuatan Mineral Blok (Tambahan)
Kesimpulan dan Saran
Kegiatan Optimalisasi Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif Integrasi Sapi,
Sawit, Jagung dan Indigofera Di Provinsi Aceh dilaksanakan di Kabupaten Aceh
Tamiang. Kelompok yang terpilih adalah Maju Bersama, kelompok ini merupakan
peternak yang memiliki sapi, sawit dan tanaman jagung. Pengambilan kelompok
atas rekomendasi dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Aceh Tamiang.
Teknologi yang direkomendasi pada kegiatan ini berupa teknologi
Dokumentasi
14
3.1.3. Kajian Revitalisasi Sut Kopi Arabika Di Provinsi Aceh:
Pengembangan Teknologi Perbenihan dan Peremajaan.
Penanggung Jawab: Dr. Iskandar Mirza, MP
Latar Belakang
Dataran Tinggi Gayo merupakan salah satu kawasan di Pegunungan Bukit
Barisan yang secara administratif masuk ke Provinsi Aceh, kawasan ini terdiri dari
tiga Kabupaten yaitu: Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Hampir 95%
kawasan ini ditanami dengan kopi jenis Arabika, sedangkan sisanya kopi Robusta.
Hal tersebut sesuai dengan demografi kawasan tersebut, yang berada di atas 800
meter di atas permukaan laut (dpl), sehingga sangat cocok untuk kopi jenis Arabika.
Komoditas kopi arabika Gayo memiliki peran strategis bagi kehidupan masyarakat
Gayo, karena lebih dari 80% masyarakat wilayah ini menggantungkan hidupnya dari
komoditi ini. Pada umumnya produksi green bean kopi Gayo untuk konsumsi
ekspor, terutama ke Uni-Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, dengan nilai ekspor
mencapai Rp. 5 Triliun pada tahun 2016, nilai ini meningkat 300% dibanding tahun
2013 yang hanya Rp. 1.4Triliun (Ibrahim & Zailani, 2010; BPS, 2015; BPTP Aceh,
2011).
Fakta menunjukkan bahwa 30% tanaman kopi arabika Gayo sudah tidak
produktif akibat tanaman yang sudah tua (>20 tahun), dilain pihak Pemerintah
Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah merencanakan melakukan peremajaan
terhadap tanaman yang sudah tidak produktif tersebut. Fakta lainnya adalah
walaupun tanaman petani tidak lagi produktif, terdapat beberapa petani yang
enggan untuk melakukan peremajaan sistem bongkar, karena adanya potensi
kehilangan pendapatan, sehingga diperlukan introduksi teknologi yang dapat
menjembatani masalah ini.
Akibat produktivitas tanaman kopi arabika Gayo hanya berkisar 650-700
kg/ha, padahal potensi produksi Kopi Arabika Gayo I dan II yang telah dilepas oleh
Kementerian Pertanian sampai 1.2 ton/ha. Dengan produktivitas tersebut,
pendapatan petani masih relatif rendah, demikian juga dengan pendapatan
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues melalui pajak
Pertambahan Nilai (PPn) masih rendah, sehingga pihak Pemerintah Daerah sangat
penting untuk melakukan peremajaan tanaman yang sudah tidak produktif.
15
Tujuan
1. Melakukan Introduksi paket teknologi produksi bibit kopi arabika Gayo I dan II.
2. Melakukan Introduksi Paket teknologi peremajaan kopi melalui sambung pucuk.
3. Melakukan analisis proyeksi peningkatan produktivitas sampai 1.1-1.2 ton/ha.
4. Melakukan analisis proyeksi peningkatan pendapatan petani minimal 50% dari
kondisi eksisting.
Keluaran
1. Dihasilkannya paket teknologi produksi bibit kopi arabika Gayo I dan II.
2. Dihasilkannya paket teknologi peremajaan kopi melalui sambung pucuk.
3. Diketahuinya proyeksi peningkatan produktivitas sampai 1.1-1.2 ton/ha.
4. Diketahuinya proyeksi peningkatan pendapatan petani minimal 50% dari
kondisi eksisting.
Metodologi
Fakta yang dapat sampaikan untuk kajian ini adalah, bahwa saat ini 60%
tanaman kopi arabika di Dataran Tinggi Gayo berumur lebih dari 20 tahun, sehingga
harus dilakukan replanting. Selanjutnya Produktivitas rata-rata tanaman kopi tidak
lebih dari 700 kg/ha, potensi kopi arabika Gayo I dan II dapat mencapai 1.2 ton/ha.
Varietas Gayo I dan II, secara biologis memiliki hasil yang lebih besar dan citarasa
yang lebih baik dibandingkan dengan varietas eksisting, seperti P88 dan Ateng
Super. Pemkab Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues mulai tahun 2018 akan
melakukan replanting tanaman kopi yang sudah tidak produktif. Rendahnya laju
kegiatan replanting (peremajaan) oleh petani, karena adanya potensi kehilangan
hasil selama proses tumbuhan kopi sampai berbuah (3-5 tahun). Sintesa dari hal di
atas adalah diperlukan kajian yang dapat menggambarkan potensi peningkatan
produksi (state of the art) dari 700 kg/ha menjadi 1.1-1.2 ton/ha, dengan beberapa
inovasi teknologi pertanian, yaitu penggunaan bibit unggul Gayo I dan II dan
teknologi sambung pucuk serta sambung pucuk untuk meminimalisir potensi
kehilangan hasil serta meningkatkan pendapatan usahatani melalui produktivitas
dan kualitas kopi serta optimasi input-output untuk uji kelayakan teknologi.
Prosedur Rejuvinasi Sambung Pucuk
1. Penyiwingan (membuang setengah tajuk tanaman batang bawah) khususnya
yang menghadap ketimur guna merangsang tumbuhnya cabang
16
orthotrop/wiwilan, selanjutnya dilakukan penakikan/pelukaan setengah
diameter batang setinggi 50 cm dari pangkal batang.
2. Batang bawah disiapkan dari wiwilan/cabang orthothrop yang tumbuh
3. Entres batang atas berasal dari kebun entres atau dari cabang wiwilan tanaman
induk kopi
4. entres minimal terdiri dari 1 ruas dan maksimal 2 ruas.
5. Penyambungan dilakukan dengan system celah.
6. Daun batang bawah disisakan 1 pasang, sedangkan daun batang atas dikupir
setengah
7. Sambungan diikat dengan menggunakan plastic yang dipotong membujur atau
dengan tali rapia.
8. Sambungan disungkup dengan plastic transparan,diikat kembali dengan tali
rapia.
9. Penyambungan dilakukan dengan cepat, cermat danbersih
10. Pengamatan hasil sambungan dilakukan 2 minggu apabila warna hijau
sambungan berhasil bila warna hitam berarti sambungan gagal
11. Tali ikatan dibuka bila pertautan telah kokoh tali ikatan menggangu
pertumbuhan tanaman
Hasil dan Pembahasan
Koordinasi ini dilakukan untuk tujuan sinkronisasi kegiatan antara Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dengan Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Bener Meriah dimana kegiatan akan dilaksanakan.
Koordinasi tersebut diawali dengan pertemuan dengan Kadis, Kabid Produksi dan
Kabid Penyuluhan Distanbun Kabupaten Bener Meriah. Tim pengkaji dari BPTP
menyampaikan bahwa pada tahun 2018 ini ada kegiatan pengkajian tentang
peremajaan kopi di kabupaten Bener Meriah, kegiatan ini bukan bersifat proyek,
tapi lebih ke mencari solusi dalam hal program peremajaan tanaman kopi rakyat
yang sudah berumur tua. Kegiatan ini juga diikuti dengan kegiatan diseminasi. Oleh
karena kegiatan ini bersifat on-farm research maka harus dilakukan di lahan petani.
Tim pengkaji BPTP Aceh meminta kepada Distanbun untuk menunjuk beberapa
lokasi untuk dilakukan survey awal dan CPCL.
17
Introduksi Teknologi Peremajaan
Teknologi peremajaan yang diintroduksikan terdiri dari rejuvinasi dan
replanting, masing-masing seluas 2.500 m2.
A. Rejuvinasi
Rejuvinasi/sambung pucuk telah dilakukan pada lebih kurang 50% total
populasi tanaman yang diprogramkan, sementara sisanya belum dapat dilaksanakan
karena pertumbuhan tunas airnya belum sesuai untuk dilakukan penyambungan.
Tingkat pengetahuan petani tentang teknologi sambung pucuk masih
rendah, demikian juga dengan keterampilannya. Aplikasi teknologi tersebut belum
dilaksanakan secara meluas sebagai salah satu alternative dalam program
peremajaan kopi arabika di lokasi pengkajian.
B. Replanting
Pelaksanaan replanting telah dilaksanakan pada tanggal tanam 3 Juli 2018.
Tanaman hasil replanting menunjukkan pertumbuhan yang baik dan tidak ada yang
perlu dilakukan penyisipan karena tidak ada yang mati meskipun cuaca agak kering
karena jarang turun hujan. Apabila dalam 1 minggu tidak turun hujan maka kepada
petani dianjurkan untuk menyiram. Kondisi inilah yang menyebabkan tanaman tetap
terawat dengan baik dan pertumbuhannya normal.
Tabel 4. Data pertumbuhan vegetatif tanaman kopi hasil replating dari umur bibit yang berbeda
Parameter Umur bibit
6-9 bulan (n=25) 10-12 bulan (n = 14)
30 HST 60 HST 90 HST 30 HST 60 HST 90 HST
Tinggi tanaman 30.5+ 4.1 36.3 + 3.8 42.6 + 4.5 46.1 + 5.0 48.4 + 5.0 52.5 + 5.5
Jumlah cabang ND 1.7 + 0.1 2.2 + 0.7 ND 2.6 + 0.8 3.6 + 0.8
Diameter batang ND 0.34 + 0.6 0.34 + 0,1 ND 0.36 + 0.1 0.36 + 0.1
Kesimpulan
1. Umumnya tingkat usia petani kopi Arabika Gayo berada pada tingkat usia
produktif yaitu berkisar antara usia 20 – 50 tahun dengan tingkat pendidikan
formal petani kopi Arabika Gayo umumnya lulusan SLTP-SLTA.
2. Luas lahan yang dimiliki petani kopi Arabika Gayo berkisar 0.25 – 5 hektar.
3. Pola peremajaan dengan pola replanting yang sesuai dengan SOP memberikan
hasil yang optimal terhadap fase pertumbuhan vegetative.
18
4. Teknologi sambung pucuk merupakan salah satu alternative dalam program
peremajaan kopi Arabika Gayo
3.1.4. Pengembangan Kawasan Pertanian Bio-industri Berkelanjutan
Berbasis Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Penanggung
Jawab: Rini Andriani, SP, M.Si
Latar Belakang
Kopi arabika merupakan salah satu komoditas unggulan daerah Aceh yang
memberikan kontribusi nyata bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
pendapatan petani. Selain itu kopi merupakan salah satu komoditas ekspor penting
yang mampu memberikan nilai tambah dan penerimaan devisa bagi Negara pada
umumnya maupun daerah sentra produksi utamanya yaitu Provinsi Aceh.
Kulit kopi merupakan limbah yang cukup melimpah, dikarenakan jumlahnya
yang mencapai 50- 60 % dari berat kopi yang dipanen. Kulit buah kopi (ExoCarp)
merupakan limbah agro industri tanaman kopi (coffea) yang berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, selama ini kulit kopi hanya dibiarkan disekitar
pohon dan dibuat pupuk organik. Kulit buah kopi segar memiliki kandungan nutrisi :
protein kasar 8.49, serat kasar 21.40, lemak 1.04, kalsium 0.21 dan phosphor 0.03.
Tahun 2018 merupakan tahun ke empat kegiatan bioindustri berbasis kopi
dan ternak sapi. Banyak kegiatan yang telah dihasilkan diantaranya koordinasi Kadis
Peternakan dan Perikanan, yang mana pada program di tahun 2016 Direktorat
Pembibitan Dirjen Peternakan melalui APBN memberikan bantuan ternak sapi
Brahman Cross sebanyak 25 ekor untuk diberikan kepada Kelompok tani Giri Mulyo
Desa Paya Tungel. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah
sebagai dinas teknis ditingkat kabupaten yang mengusulkan lokasi dan kelompok
tani penerima. Program ini memberikan paket pendukung , seperti membangun 1
unit kandang kloni, bibit hijauan pakan ternak seluas 2 hektar, dan konsentrat
pabrik. Program ini tentunya mendukung kegiatan bioindustri berbasis kopi dan
ternak sapi di desa Paya Tungel Kecamatan Jagong Jeget. Pemeliharaan ternak sapi
ini dipusatkan pada satu lokasi yaitu lahan ketua kelompok tani, dengan
mengikutsertakan semua anggota kelompok tani. Kebutuhan hijauan pakan ternak
untuk 1 hari sebanyak 1 ton, dengan melibatkan anggota kelompok 5 orang setiap
hari untuk mengarit hijauan pakan ternak.
19
Kajian model pertanian bioindustri berbasis tanaman – ternak diperkirakan
akan dapat merubah pola usahatani komoditas kopi maupun ternak sapi ke pola
usahatani multikultur atau integrasi. Pola usahatani ini diperkirakan dapat
meningkatkan produksi kopi dan produksi daging sapi, juga meningkatkan
pendapatan petani dibandingkan sebelumnya. Selain itu pertanian bioindustri
berbasis integrasi tanaman-ternak yang ramah lingkungan, mengelola dan
memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati atau limbah organik
pertanian bagi kesejahteraan masyarakat.
Tujuan
1. Menghasilkan produk komersial, terbangunnya unit pemasaran produk
komersial, terbangunnya kawasan agribisnis dan optimalisasi model pertanian
bioindustri.
2. Memandirikan kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu
komoditas tanaman-ternak yang berkelanjutan
3. Mengembangkan/mereplikasi bioindustri berbasis tanaman-ternak oleh
Pemerintah Daerah pada agrosistem yang berbeda
Keluaran
1. Dihasilkan produk komersial, terbangunnya unit pemasaran produk komersial,
terbangunnya kawasan agribisnis dan optimalisasi model pertanian bioindustri.
2. Mandirinya kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu komoditas
tanaman-ternak yang berkelanjutan.
3. Berkembangnya dan tereplikasikannya model pertanian bioindustri berbasis
tanaman-ternak oleh Pemerintah Daerah pada agrosistem yang berbeda.
Prosedur Pelaksanaan
1. Koordinasi antar pemangku kepentingan (Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten, Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, Pemda Kabupaten dan
BP3K Jagong Jeget ).
2. Sosialisasi kegiatan bioindustri berbasis kopi arabika
3. Penentuan calon lokasi dan petani kooperator
4. Penyusunan rencana kegiatan melalui Focus Group Discussion (FGD) dan
identifikasi permasalahan serta merumuskan tindakan dan aksi kegiatan yang
mempunyai titik ungkit tinggi.
5. Penelusuran literatur (desk study).
20
6. Penyusunan instrumen penggalian data primer.
7. Survei lapang menggunakan metode pengamatan lapangan secara cepat (Rapid
Rural Appraisal/RRA) untuk menggali informasi keragaan atau karakteristik
usahatani.
8. Penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan spesifik
lokasi di Provinsi Aceh.
Hasil dan Pembahasan
Kegiatan bioindustri berbasis kopi dan ternak sapi pada tahun ke 4 ini,
bertujuan untuk memperkuat kelembagaan kelompok tani penerima manfaat
kegiatan bioindustri. Kelompok tani ini diupayakan mempunyai unit usaha – unit
usaha yang berorientasi agribisnis dan ekonomi. Selanjutnya dikembangkan lagi
untuk dapat bekerjasama dengan Koperasi Baburrayan Aceh Tengah dan pihak
swasta lainnya.
Introduksi Teknologi yang sudah dikembangkan yaitu Bio urine dan Sludge.
Saat ini bio urine dimanfaatkan untuk pupuk organik cair dan zat tumbuh, pada
pembibitan sayuran kol, pembibitan tanaman kopi dan kebun kopi . Sedangkan
Sludge dimanfaatkan sebagai pupuk organik padat, juga digunakan untuk tanaman
kopi yang diberikan pada sekeliling akar tanaman dengan membuat lubang pupuk.
Pemberian sludge pada tanaman sayuran yaitu caranya mencampur dengan tanah,
dan hasil yang diperoleh cukup baik.
Kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2018 ini yaitu membangun beberapa
saung untuk pertemuan , penambahan volume biourin dan pembangunan rumah
produk biourin, penambahan volume biogas, uji laboratorium produk-produk yang
telah dihasilkan oleh kelompok tani sehingga bisa menghasilkan suatu komposisi
yang tepat untuk memperlancar proses pemasaran. Pada tahun ke-4 ini diharapkan
Desa paya Tungel ini bisa menjadi desa mandiri energy dan bisa menjadi replikasi
bagi kelompok-kelompok tani lainnya.
Advokasi keberlanjutan kegiatan Bioindustri ini tidak hanya dilakukan terhadap
Dinas dan BPP setempat, juga dilakukan dengan Bapak Edi Kurniawan selaku
anggota DPR Kabupaten Aceh tengah. Dari hasil konsolidasi dengan Beliau,
direncanakan replikasi model Bioindustri akan dilakukan di Desa Atu Lintang dengan
komoditi berbasis Kopi dan Ternak Kambing. Harapannya semua rencana ini akan
berjalan lancar untuk kesejahteraan petani.
21
Produk Biourine
Pembuatan proses pupuk organik cair, biourin ini menghasilkan rata-rata
jumlah produk sebanyak 110 liter dalam sekali proses produksi, dengan harga jual
Rp. 60.000,- tiap liternya. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, jumlah
keuntungan dari usaha ini bisa dikatakan relatif besar atau sangat menguntungkan.
Oleh karena itu, usaha biourin ini diharapkan dapat terus bertahan dan
berkembang.
Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Orgsnik Cair Bio-Urin
Tabel 5. Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Biourin di Desa Paya Tungel, Kecamatan Jagong Jeget, Aceh Tengah
No Jenis Analisis Nilai
1. Revenue Per Cost Ratio 4,34 2. Break Even Point (Unit)
Break Even Point (Rupiah) 98,96 liter
Rp. 1.346.774,19 3. Return on Investment 3,34%
Sumber: Data primer diolah, 2017
Analisis Nilai Tambah Pupuk Organik Cair Bio-Urin
Tabel 6. Analisis Nilai Tambah pada Pupuk Biourin menggunakan Metode Hayami
No Unsur Perhitungan Rumus Perhitungan Nilai
1. Hasil produksi (liter/proses produksi)
A 100
2. Bahan baku (liter/proses produksi)
B 2
3. Tenaga kerja (jam/proses produksi)
C 8
4. Faktor konversi a/b=h 50 5. Koefisien tenaga kerja (%) c/b=i 4 6. Harga produk (Rp/liter) D 60.000 7. Upah rata-rata (Rp/liter) E 50.000 8. Harga bahan baku (Rp/liter) F 77.000 9. Input lain (Rp/liter) G 0 10. Nilai Produksi (Rp/liter) h x d = j 3.000.000 11. a. Nilai tambah (Rp/liter)
b. Rasio Nilai Tambah (%) j – f – g = k
k/j 2.923.000
0,974 12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp)
b. Bagian tenaga kerja (%) i x e = m
m/k 200.000 0,0684
13. a. Keuntungan (Rp/liter) b. Tingkat Keuntungan (%)
k – m = o o/k
2.723.000 0,9315
14. Marjin pengolahan j - f = q 2.923.000 Sumber: Data primer diolah, 2017
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh rasio nilai tambah pada produk
biourin sebesar 0.974 atau sebesar 97,4%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
22
usaha biourin ini tergolong tinggi sesuai dengan indicator bahwa jika rasio nilai
tambah lebih besar dari 40% maka usaha tersebut dikatakan mempunyai nilai
tambah yang tinggi pada tiap liter produknya.
Kesimpulan
1. Sudah terbangunnya sistem integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi, dimana
hasil samping ternak dalam bentuk pupuk cair dan pupuk padat sudah
diaplikasikan pada tanaman kopi. Demikian juga dengan hasil samping kopi
sudah diberikan pada ternak sapi dalam bentuk silase pakan ternak
2. Sudah dimanfaatkan hasil samping menjadi produk sekunder yang bernilai
ekonomi
3. Usaha pupuk organic cair, biourin ini layak untuk dikembangkan
(menguntungkan) dengan Revenue Cost Ratio 4,34 dan nilai tambah 97,4.
Namun, usaha ini tetap perlu dipantau agar usaha ini tetap berjalan dan
mendapat keuntungan karena terkadang pekerja mengurangi atau mengganti
bahan baku pembuatan biourin sehingga hasil biourin tidak seperti yang
diharapkan/tidak maksimal.
Dokumentasi
3.1.5. Pengembagan Media Informasi Pertanian. Penanggung jawab: Cut
Nina Herlina, SP, M.Si
Latar Belakang
Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah
penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada penggunanya, informasi
dan teknologi pertanian tersebut bisa disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan media penyuluhan. Berbagai media penyuluhan
dapat digunakan untuk megemas informasi dan teknologi yang akan disampaikan
23
kepada petani sebagai pengguna teknologi seperti : media cetak, media audio,
media audio visual, media berupa obyek fisik atau benda nyata.
Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara yang
digunakan dalam proses belajar. Tujuan penggunaan media adalah untuk
memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan demikian media berperan
penting dalam memberikan pengalaman kongkrit dan sesuai dengan tujuan belajar.
Dalam bidang penyuluhan, kemampuan literasi visual sangat penting, karena
dengan demikian penyuluh dapat lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan
materi penyuluhannya. Media apapun yang digunakan, pada prinsipnya harus dapat
meningkatkan efektivitas dan kelancaran proses difusi inovasi, terutama dalam
materi yang disuluhkan, sehingga dapat mempercepat terjadinya perubahan
perilaku (pengetahuan, keterampialn dan sikap) dikalangan kelompok sasaran.
Selain dari pada itu media diharapkan dapat lebih mengkongkritkan apa yang
dijelaskan komunikator kepada komunikan (sasaran), sehingga sasaran lebih mudah
dan lebih cepat menangkap materi, apa yang dilihat sasaran akan terkesan lebih
lama dibandingkan dengan didengar dan media mampu memotivasi dan mampu
memusatkan perhatian.
Tujuan
1. Menyusun materi informasi pertanian untuk pembuatan media cetak
2. Menyediakan informasi pertanian bentuk media cetak
Keluaran
Tersedianya media informasi pertanian dalam bentuk media cetak seperti
leaflet 2 judul, brosur 1 judul, poster 1 judul, banner 2 judul, dan majalah pertanian
1 periode.
Prosedur Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi inovasi teknologi Litbangtan yang memenuhi syarat untuk
disebarluaskan di Provinsi Aceh
b. Merencanakan, mengolah dan merancang inovasi teknologi Litbangtan
berdasarkan saluran yang akan digunakan (media cetak, media elektronik,
demplot, temu lapang dan lain-lain yang relevan).
24
c. Pemilihan materi yang tepat untuk media cetak (buletin Info Teknologi
Pertanian, Leaflet Serambi Pertanian, Brosur, Poster, Banner dan Petunjuk
Teknis) serta media elektronik yaitu materi paket teknologi untuk disiarkan
ditelevisi lokal (audio visual).
d. Produksi Media Cetak (Buletin Info Teknologi Pertanian, Leaflet Serambi
Pertanian, Brosur, Poster, Banner dan Petunjuk Teknis)
e. Produksi Media Elektronik (berita paket teknologi pada televisi lokal)
Hasil dan Pembahasan
Leaflet atau Flyer adalah media promosi cetak berupa lembaran tanpa lipatan,
atau sering disebut dengan istilah selebaran. Seperti namanya, Leafet (leaf= daun)
dan flyer (fly=terbang) memiliki ukuran yang relatif kecil (biasanya ukuran setengah
kwarto dan lebih kecil) supaya dapat disampaikan/ disebar ke audiens lebih cepat,
dan mudah disimpan. Oleh karena ukurannya yang kecil maka informasi yang
disampaikan sebatas informasi umum yang cepat diserap/ diingat oleh audiens;
tidak bisa seleluasa brosur yang memiliki area yang lebih lebar untuk memasukkan
informasi.
Media cetak yang sudah dihasilkan :
▪ Leaflet 2 judul : a. Teknologi Budidaya Padi di Pasang Surut = 400 exp b.
Penyakit Pink Eye Pada Ternak Ruminansia= 400 exp
▪ Brosur 1 judul: Ubinan Padi= 200 exp
▪ Poster 1 judul: Waspadai Hama Wereng Batang Coklat (WBC)= 200 exp
▪ Banner 2 judul: a. Varitas Unggul Pepaya Merah Delima=4 set
b. Varitas Padi Lokal Asal Aceh= 5 set
▪ Majalah/Buletin Pertanian Info Teknologi= 100 exp
Dokumentasi
25
3.1.6 Pengembangan Pola Tanam Untuk Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman. Penanggung Jawab Ahmad Adriani, SP.
Latar Belakang
Berdasarkan instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2018
tentang Percepatan Penyediaan embung kecil dan bangunan penampung air lainnya
di desa. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku pertanian guna meningkatkan
produksi pertanian (Inpres R.I. 2018. Percepatan Penyediaan embung kecil dan
bangunan penampung air lainnya di desa).
Pada umumnya produktivitas lahan sawah tadah hujan dan lahan kering
masih rendah, karena terbatasnya air untuk kebutuhan tanaman. Lahan sawah
tadah hujan dan lahan kering adalah lahan yang sumber pengairannya tergantung
dari curah hujan, dicirikan dengan tidak adanya bangunan irigasi permanen.
Posisinya berada pada wilayah yang tidak memungkinkan terjangkau oleh irigasi
sehingga penanaman padi dan tanaman pangan semusim lainnya hanya dilakukan
satu kali dalam setahun. Untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) lahan
tersebut, perlu irigasi suplementer/tambahan yang dapat memenuhi kebutuhan air
tanaman. Tambahan air tersebut dapat berasal dari air permukaan dengan
memanfaatkan air sungai menggunakan pompa dan/atau dam parit, atau air danau,
embung, parit panjang (Longstorage), dan pembuatan sumur air tanah dangkal.
Tujuan
1. Melaksanakan dukungan inovasi teknologi pengembangan system pola tanam
pada komoditas tanaman pangan (padi dan jagung) pada lahan sawah tadah
hujan dan lahan kering Untuk Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman
spesifik lokasi.
2. Target identifikasi dan inventarisasi potensi sumber daya air dan luas layanan
pemanfaatan lahan untuk rekomendasi pembangunan infrastruktur dan tata
kelola air.
3. Meningkatkan peran Tim Gugus Katam melalui sosialisasi dan verifikasi serta
koordinasi di tingkat pusat dan provinsi.
Keluaran
1. Terlaksananya dukungan inovasi teknologi pengembangan system pola tanam
pada komoditas tanaman pangan (padi dan jagung) pada lahan sawah tadah
26
hujan dan lahan kering Untuk Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman
spesifik lokasi.
2. Tercapainya target identifikasi dan inventarisasi potensi sumber daya air dan
luas layanan pemanfaatan lahan untuk rekomendasi pembangunan infrastruktur
dan tata kelola air.
3. Meningkatnya peran Tim Gugus Katam melalui sosialisasi dan verifikasi serta
koordinasi di tingkat pusat dan provinsi.
Prosedur Pelaksanaaan
Data meliputi sumber air, penggunaan, luas layanan, serta pola tanam dan
Indeks Pertanaman eksisting dan harapan peningkatannya. Dari data yang diperoleh
dilakukan evaluasi pengukuran peningkatan Indeks Pertanaman di lapangan.
Adapun display dukungan inovasi teknologi pengelolaan sumber daya air dilakukan
di kedua tipe lahan (lahan kering dan sawah tadah hujan). Dukungan inovasi
teknologi yang dilakukan berupa pengelolaan usahatani terpadu dengan sumber
daya air yang tersedia untuk meningkatkan Indeks Pertanamannya. Dari
pengelolaan usahatani dan pengelolaan sumber daya air tersebut dikeluarkan
rekomendasi teknologi yang sesuai untuk kedua tipe lahan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi :
1. Koordinasi dengan instansi terkait
2. Identifikasi lokasi/analisis kebutuhan
3. Pembuatan demplot Tanaman Padi di lahan tadah hujan dan jagung di lahan
kering,
4. Kegiatan Pelatihan dan temu lapang.
5. Mendampingi kegiatan sosialisasi dan penerapan Good Agriculture Practice
(GAP).
Hasil dan Pembahasan
Salah satu objek kegiatan ini adalah mengidentifikasi, inventarisasi dan
survey tatakelola air yang merupakan kegiatan top-down dan telah dimulai pada
pertengahan tahun 2016. Pengumpulan data dilakukan melalui koordinasi dengan
Dinas Pertanian dan Dinas Pengairan tingkat kabupaten dan provinsi serta Badan
Pusat Statistik. Dinas Pertanian kabupaten dan provinsi memiliki data usulan
pembangunan maupun perbaikan infrastruktur pengairan pada lahan sawah irigasi,
27
sawah tadah hujan maupun lahan kering. Infrastruktur yang dimaksud berupa
embung, long storage, dam parit, pompanisasi, sumur dangkal, dan saluran-saluran
air. Data tersebut terangkum dalam e-proposal Dinas Pertanian masing-masing
kabupaten maupun provinsi.
Pengumpulan data tata kelola air dilakukan dari 23 kabupaten/kota kecuali
Kotamadya Banda Aceh dan Sabang karena kedua kota ini bukan merupakan sentra
produksi tanaman pangan dan wilayah target pembangunan maupun perbaikan
infrastruktur pendukung pertanian di provinsi Aceh. Tahun 2017 BPTP Aceh
mendapat mandat untuk menginventarisasi tatakelola air seluas 30.000 ha luas
layanan. Hingga tanggal 11 Juli 2017 baru terkumpul luas layanan tata kelola air
sebanyak 22.867 ha atau 76,2 persen yang berasal dari kabupaten Nagan raya,
Bireuen, Aceh Besar, Pidie, Aceh tengah, Kota Langsa, Aceh Utara, Lhokseumawe,
dan Simeulue. Adapun data dari kabupaten Pidie Jaya, Aceh Jaya, dan Gayo Luwes
sesungguhnya telah dilaporkan namun belum dapat dimasukkan ke dalam rekap
nasional disebabkan masih belum sesuai dengan format data yang diinginkan Badan
Litbang Pertanian dan Kemendes.
Kegiatan Pelatihan dan Sosialisasi Katam Petani dan Penyuluh
Kegiatan Pelatihan Pengembangan Pola Tanam untuk mendukung Indeks
Pertanaman (IP) pelaksananya di BPP Kuta Cot Glie Kecamatan Kuta Cot Glie, yang
dihadiri oleh, Petani Desa Lampakuk 20 peserta, Petani Desa Maheng 20 peserta
dan Penyuluh , POPT serta Koordinator POPT sebanyak 20 peserta, serta Team
BPTP Aceh. Jadwal pelaksanaan pelatihan Petani dan Penyuluh pada Kegiatan
Pengembangan untuk mendukung Peningkatan IP di Kabupaten Aceh Besar
Kesimpulan
1. Total luas layanan yang di inventarisir untuk tata kelola air sebesar 604.0 ha
yang tersebar pada 5 titik di kabupaten Aceh Besar dan Langsa.
2. telah dilaksanakan sosialisasi sistem informasi Kalender tanam dan pelatihan
terhadap penyuluh dan petani di Kecamatan Kuta Cot Glie kabupaten Aceh
Besar, materi yang di sampaikan pada kegiatan tersebut adalah : cara
mengaplikasikan sofware tentang Sistem informasi kalender tanam berbasis
Android.
28
Dokumentasi
3.1.7. Visitor Plot. Penanggung jawab: Ratnawati, SP, M.Si
Latar Belakang
Pada sektor pertanian dan peternakan telah banyak dihasilkan paket
maupun komponen teknologi dari berbagai aspek mulai dari budidaya sampai ke
pasca panen oleh Badan Litbang Pertanian. Namun sebagian besar dari teknologi
yang dihasilkan tersebut, ternyata hanya sebagian lapisan masyarakat tani yang
merespon dan menerapkan teknologi anjuran tersebut di lahan usahatani mereka.
Proses adopsi teknologi ini dapat terlaksana melalui penerapan teknologi
secara terfokus, sistematis, sinergi dan terintegrasi baik dari segi pembinaan
maupun pembiayaan. Salah satu kegiatan diseminasi yang dapat mengatasi
masalah diatas yaitu melalui kegiatan visitor plot yang dilaksanakan dilingkungan
BPTP Aceh dan di KP. Gayo serta KP. Paya Gajah.
Tujuan
- Melakukan optimalisasi lahan kantor dan kebun percobaan.
- Menyediakan paket teknologi hasil-hasil Litkaji untuk pengguna teknologi di
petak percontohan.
Keluaran
- Adanya optimalisasi lahan kantor dan kebun percobaan.
- Tersedianya paket teknologi hasil-hasil Litkaji kepada pengguna teknologi.
Prosedur Pelaksanaan
1. Penempatan komoditas dan lay out di lapangan sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian dan pengkajian.
2. Pengolahan lahan pada plot yang telah ditetapkan
29
3. Pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan
4. Pengumpulan data
5. Analisa data dan pelaporan
Hasil
- Tersedianya lima paket teknologi Budidaya ( jagung, kacang tanah, kacang
hijau, sayuran dan cabai)
- Kegiatan visitor plot telah memberikan kemudahan dan kesempatan kepada
masyarakat pengguna teknologi untuk digunakan sebagai tempat belajar
inovasi teknologi sehingga terjadi alih pengetahuan dan kemampuan dalam
pemanfaatan teknologi dari peneliti dan penyuluh BPTP.
Kesimpulan
Kegiatan visitor plot telah memberikan kemudahan dan kesempatan kepada
masyarakat pengguna teknologi untuk digunakan sebagai tempat belajar inovasi
teknologi sehingga terjadi alih pengetahuan dan kemampuan dalam pemanfaatan
teknologi dari peneliti dan penyuluh BPTP.
Dokumentasi
3.1.8. Dukungan Agro-Inovasi Teknologi Di Daerah Perbatasan
Di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: M. Ismail, SP, M.Si
Latar Belakang
Berdasarkan geografis, salah satu wilayah yang memiliki perbatasan
langsung dengan negara lain adalah, Kabupaten Aceh Besar. Dalam hal ini spesifik
kepada Kecamatan Pulo Aceh.Fakta menunjukkan bahwa selain merupakan etalase
bangsa, hal terpenting lainnya adalah faktor kemandirian pangan (localy food
security). Hal ini disebabkan oleh wilayah Kecamatan Pulo Aceh yang terditi dari
beberapa pulau dapat dikatakan terisolir, akibat dari keterbatasan sarana
30
transportasi sehingga sangat tergantung dari faktor cuaca. Sebagian besar
ketersediaan pangan utama didatangkan dari Banda Aceh, melalui transportasi
laut.Jika terjadi iklim eskterm, seluruh kegiatan transportasi otomatis dihentikan,
sehingga sangat berpengaruh kepada sistem ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Di lain pihak, kawasan Pulo Aceh memiliki potensi untuk dikembangkan komoditas
padi (tadah hujan), cabai merah, ternak (Sapi Aceh) dan beberapa komoditas
perkebunan seperti cengkeh dan lada.
Untuk mengatasi hal tersebut, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
akan melakukan kegiatan pendampingan dalampenyediaan teknologi spesifik lokasi
berbasis komoditas hortikultura (cabai) dan padi sawah tadah hujan serta
penyediaan pakan ternak berbasis jerami yang sesuai kebutuhan,selain itu, secara
aktif memberikan rekomendasi untuk pengambil keputusan melalui inisiatif
pertemuan dan mengkonsultasikannya kepada pihak terkait sehingga mampu
menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah. Melalui Pelaksanaan Program
dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan diharapkan akan terjadi
peningkatan produktivitas komoditas padi sawah tadah hujan, cabai dan ternak
yang secara eksisting merupakan potensi daerah, sehingga kemandirian pangan
lokal di kawasan Pulau Aceh dapat tercapai.
Tujuan
1. Memberikan dukungan inovasi teknologi tanaman pangan (padi sawah tadah
hujan) sesuai wilayah pembinaan/pendampingan teknologi di Provinsi Aceh.
2. Menghasilkan paket rekomendasi inovasi teknologi pertanian tanaman pangan
(padi sawah tadah hujan) spesifik lokasi.
Keluaran
Terselenggaranya pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada Program
dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan di Provinsi Aceh, yaitu dengan
peningkatan produktivitas tanaman padi sawah tadah hujan dari 3-4 ton/ha menjadi
6 ton/ha dan peningkatan IP dari 1 menjadi 2.
Prosedur Pelaksanaan
Konsep dan Strategi Pengembangan
Program pembangunan lumpangan pangan berorientasi ekspor-wilayah
perbatasan, dalam hal ini fokus kepada Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh
31
Besar, Provinsi Aceh pada dasarnya adalah suatu kegiatan usaha tani berbasis
kawasan atau yang bersentuhan langsung dengan berbagai aspek pada sektor
pembangunan. Secara teknis pembangunan wilayah perbatasan tidak hanya pada
aspek teknis semata, misalnya peningkatan produktivitas, pertambahan luas tanam
dan luas panen, tetapi juga harus menyentuh aspek sosial, ekonomi, budaya,
regulasi serta arus politik yang ada. Secara khusus dapat dikatakan bahwa masing-
masing aspek tersebut satu sama lain saling beririsan. Terdapat 4 kata kunci dari
program ini, yaitu “lumbung”, “pangan”, “ekspor” dan “perbatasan”. Dalam konteks
kewilayahan, yaitu Kecamatan Pulo Aceh dapat kita lihat seperti apa kesesuaian 4
kata kunci tersebut.
Konsepsi Pembangunan LPBE-WP Provinsi Aceh
Pada dasarnya pembangunan lumbung pangan wilayah perbatasan di
Provinsi Aceh adalah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi
teknologi pertanian serta mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar wilayah.
Dalam konteks program ini, lumbung pangan dapat dimaknai sebagai konsep
swasembada pangan yang diperluas, artinya bukan hanya pada aspek teknis, tetapi
juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Mengacu kepada
grand-design LPBE-WP yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan
Litbang Pertanian dapat disimplifikasi konsep pembangunan lumbung pangan,
spesifik Aceh.
Hasil dan Pembahasan
Dukungan inovasi teknologi tanaman pangan (padi) dan hortikultura (bawang merah) sesuai wilayah pendampingan teknologi di Provinsi Aceh
Kebutuhan pangan (beras) penduduk Pulo Aceh masih dipenuhi dari luar
daerah seperti Banda Aceh dan sekitarnya, demikian pula dengan komoditas
hortikultura. Hampir seluruh komoditas pangan didatangkan dari luar Pulo Aceh
termasuk bawang merah, padahal terdapat lahan sawah maupun tegalan yang
cukup luas untuk pengusahaannya. Kondisi lahan, kesuburan tanah, dan iklim yang
mendukung harusnya bukan menjadi penghalang bagi pengusahaannya oleh petani.
Observasi lapangan yang telah dilakukan menjelaskan bahwa hampir seluruh petani
di Pulo Aceh berprofesi sebagai nelayan sehingga kegiatan berusahatani hanya
sebagai usaha sampingan. Diduga hal inilah yang menyebabkan para petani tidak
fokus pada usaha budidaya pertanian. Telah pula dilakukan sosialisasi kepada para
32
wanita tani agar memanfaatkan lahan-lahan pekarangan yang dilmiliki dengan
menanam komoditas hortikultura (sayuran) dengan mengikuti pola Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL).
Telah dilakukan demonstasi plot (demplot) budidaya bawang merah pada
lahan seluas 1.500 m2 yang bekerjasama pada petani yang pernah
membudidayakan tersebut (Bapak M. Nasir). Penanaman dilakukan pada tanggal 18
Mei 2018 pada lahan tegalan milik BPP Pulo Aceh. Penanaman dilakukan mengikuti
petunjuk teknis budidaya bawang merah yang telah dikeluarkan oleh BPTP Aceh
berdasarkan pengkajian beberapa tahun lalu di beberapa kabupaten. Adapun
pemanenan dilakukan pada tanggal 16 Juli 2018 yang melibatkan beberapa orang
mahasiswi magang dari fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. Berikut adalah hasil
dan komponen hasil yang diperoleh:
Tabel 7. Komponen hasil demplot bawang merah di desa Lampuyang kecamatan
Pulo Aceh
Ulangan Jumlah umbi per rumpun Berat umbi per 10 rumpun (gram)
Berat umbi per m2
1 6 300 1 kg
5 200
7 400
2 7 300 1,2 kg
6 300
7 400
3 4 200 0,9 kg
5 200
5 300
Data ubinan yang diperoleh menunjukkan bahwa produktivitas bawang
merah masih rendah yaitu rata-rata sebesar 1,03 kg/m2 (atau 10.300 kg/10.000 m x
0,7 = 7.210 kg/ha). Kondisi ini cukup layak secara ekonomi dimana dibutuhkan
benih sebanyak 100 gr/m2 saat penanaman. Artinya produktivitasnya masih di
bawah potensi hasil yang dilaporkan mencapai 9.9 ton/ha.
Rekomendasi inovasi teknologi tanaman pangan dan hortikultura spesifik
lokasi
Salah satu bentuk dukungan inovasi teknologi yang diberikan adalah
demplot tanaman padi dengan menerapkan teknologi budidaya Jajar Legowo Super.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian terus mengembangkan inovasi
teknologi khususnya tanaman pangan utama padi, jagung, dan kedelai yang
sekaligus merupakan komoditas penting di Indonesia. Teknologi Jarwo Super
33
merupakan pengembangan dari teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
padi.
Komponen teknologi Jarwo Super mensyaratkan diketahuinya status
ketersediaan hara utama tanah sawah yang digunakan. Telah dilakukan
pengambilan dan pengujian status hara tanah. Uji tanah telah dilakukan dengan
menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) di laboratorium BPTP Aceh yang
menunjukkan status hara tanah. Laboratorium tanah BPTP Aceh telah menerbitkan
hasil ujinya pada tanggal 18 Agustus 2018 sebagai berikut:
Tabel 8. Status hara tanah sawah desa Alue Reuyeung berdasarkan uji PUTS
Stasus Rekomendasi Pupuk
N P K pH
Rendah Sedang Rendah Agak Basa 250 kg Urea; 75 kg SP-36; 75 kg KCl
Status hara tanah perlu diketahui untuk mendapatkan rekomendasi jumlah
pupuk yang akan digunakan, sekaligus menjadi dasar bagi target produksi yang
ingin dicapai. Inovasi teknologi utama lainnya yang diberikan pada lahan sawah
tadah hujan adalah Varietas Unggul Baru (VUB). Komponen teknologi ini sangat
penting untuk meningkatkan produktivitas. Dari wawancara yang telah dilakukan
diperoleh informasi petani Desa Alue Reuyeng (Pulau Nasi) masih menggunakan
varietas Ciherang, IR64, dan sedikit Inpari dengan produktivitas mencapai 5 ton/ha.
Kesimpulan
Dukungan inovasi teknologi pertanian komoditas hortikultura (bawang
merah) dan rekomendasi teknologinya telah dilakukan melalui demplot usahatani.
Respons petani kooperator sangat baik atas hasil yang diperoleh. Adapun pada
komoditas pangan (padi) juga telah dilakukan dengan pola yang sama ditambah
pelatihan teknis sebelum tanam. Kedua model dukungan inovasi teknologi ini telah
disusun sesuai potensi spesifik lokasi.
Upaya menginisiasi perbaikan kelembagaan pertanian di Pulo Aceh masih
akan terus dilakukan dengan pendekatan antar lembaga dalam hal ini BPTP Aceh
dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Besar, BPP Pulo Aceh, Camat,
Danramil serta beberapa pengusaha lokal. Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petani harus menjadi fokus perhatian dalam upaya peningkatan
produktivitas usahatani.
34
Dokumentasi
3.1.9. Peningkatan Kapasitas Penyuluh Daerah. Penanggung Jawab: Ir.
Nurbaeti, SP, M.Si
Latar Belakang
Kinerja penyuluh pertanian secara garis besarnya dapat dilihat pada aspek
persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan
pertanian dan pengembangan profesi penyuluh pertanian. Selain itu, aspek
kepemimpinan, komunikasi, kemitraan usaha dan diseminasi teknologi serta
penguasaan terhadap bidang teknis keahlian juga sangat menentukan tingkat
keberhasilan seorang penyuluh.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki peran penyuluh pertanian
dalam masyarakat pedesaan dengan cara peningkatan wawasan penyuluh pertanian
dan keahliannya. Dalam praktiknya penyuluh pertanian lapangan kurang dapat
membantu petani untuk mencapai kesejahteraan karena berbagai faktor, salah
satunya adalah Kurangnya kapasitas dan wawasan penyuluh tentang pertanian itu
sendiri. diperlukan suatu pendekatan strategi yang mampu meningkatkan kapasitas
komunikasi penyuluh daerah sebagai perantara dalam proses alih teknologi.
Komunikasi penyuluhan pertanian untuk percepatan diseminasi alih
teknologi, menjadi sebuah faktor penting yang dapat menunjang tercapainya
tujuan-tujuan penyuluhan. Komunikan dituntut untuk memiliki sebuah strategi
komunikasi agar objek penyuluhan dapat menerima pesan dengan baik dan tidak
terjadi salah pengertian dalam proses penyuluhan ini. Beberapa strategi yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan komunikasi penyuluh salah satunya adalah
peningkatan kapasitas penyuluh di daerah.
35
Tujuan
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh pertanian di
daerah.
Keluaran
Terjadinya Peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh
pertanian daerah untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi penyuluh dalam
mentransfer teknologi inovasi sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan sikap pelaku utama dan pelaku usaha.
Prosedur Pelaksanaan
Lokasi Kegiatan dilaksanakan di Provinsi Aceh dari mulai persiapan,
pelaksanaan sampai dengan pelaporan sejak bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2018. Kegiatan peningkatan kapasitas penyuluh daerah dilakukan dalam
7 jenis kegiatan, yaitu :
1. Bimbingan Teknis Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian.
2. Bimbingan Teknis Pendayagunaan Inovasi Pertanian berbasis (AVA, IT, Cetak
dan Medsos)
3. Bimbingan Teknis Pendayagunaan Inovasi Petanian berbasis Pertemuan.
4. Bimbingan Teknis Teknologi Inovasi Pertanian Spesifik lokasi (mendukung kaji
terap).
5. Bimbingan Teknis Evaluasi Penyelenggaraan dan dampak pelaksanaan
Penyuluhan Pertanian/Desiminasi.
6. Penyiapan buku saku.
7. Evaluasi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh
(pretest, post test dan metode analisis lainnya).
Hasil dan Pembahasan
Kegiatan Bimtek Jarwo Super dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 5 April
2018 bertempat di TTP Kecamatan Jantho Baru Kabupaten Aceh Besar Propinsi
Aceh. Peserta Bimtek adalah penyuluh yang berada dari 6 BPP Kecamatan dan
Penyuluh Pertanian Kabupaten Aceh Besar, sebagai berikut:
36
No. Asal Peserta Jumlah Peserta
1. Distanbunnak Kab. Aceh Besar 5
2. BPP Jantho 12
3. BPP Kuta Baro 2
4. BPP Kuta Cot Glie 3
5. BPP Seulimum 3
6. BPP Lembah Seulawah 3
7. BPP Kuta Malaka 2
8. BPP Indrapuri 2
Jumlah 32
Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Teknis Jarwo Super
Tujuan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian adalah untuk mengevaluasi
keefektifan penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Teknis Teknologi Budidaya Jarwo
Super bagi penyuluh pertanian di Kabupaten Aceh Besar. Berkaitan dengan hal
tersebut maka tujuan evaluasi penyuluhan adalah untuk mengetahui:
a. Peningkatan pengetahuan penyuluh pertanian peserta Bimtek tentang inovasi
Teknologi Budidaya Jarwo Super
b. Sikap penyuluh pertanian peserta Bimtek terhadap inovasi teknologi Teknologi
Budidaya Jarwo Super.
c. Tanggapan/pendapat penyuluh pertanian peserta pelatihan terhadap
penyelenggaraan Bimtek Teknologi Budidaya Jarwo Super.
Kesimpulan
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh Daerah BPTP Aceh Tahun 2018
meliputi Bimbingan Teknis Teknologi Budidaya Jarwo Super dan Bimbingan Teknis
Penyiapan Materi dan Media Penyuluhan Pertanian bagi penyuluh Kabupaten Aceh
Besar. Terjadi peningkatan pengetahuan dan mempunyai sikap yang positif
terhadap teknologi budidaya jarwo super. Peningkatan ketrampilan setelah
penyuluh pertanian mengikuti kegiatan bimbingan teknis tentang praktik
pembibitan padi dengan dapog. Penyuluh pertanian peserta bimbingan teknis
mempunyai tanggapan yang baik terhadap narasumber dan materi teknologi
budidaya jarwo yang disampaikan.
37
Dokumentasi
3.1.10 Pendampingan UPSUS Siwab di Provinsi Aceh (Penjab: Dr. Yenni
Yusriani, S.Pt, M.P)
Latar Belakang
Ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi daging sapi dan kerbau
sangat dominan, hal ini disebabkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang terus membaik dan sangat menyenangi konsumsi daging sapi dan
kerbau terutama pada saat perayaan acara keagamaan dan perayaan acara
ritual adat istiadat. Provinsi Aceh memiliki potensi dan keunggulan komparatif
untuk memperbaiki kelemahan tersebut diatas, karena mayoritas masyarakat
memiliki mata pecaharian utama sebagai petani dan peternak, tidak kurang dari
30 % rumah tangga produktif bekerja pada sub sector usaha peternakan.
Selanjutnya potensi lahan untuk pengembangan peternakan rakyat
masih tersedia cukup luas, hasil sampingan produk pertanian yang selama ini
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pakan ternak cukup tersedia sepanjang
tahun. Menghadapi tantangan tersebut, Pemerintah menyusun strategi untuk
peningkatan produksi daging sapi dan kerbau dalam negeri dengan menggunakan
pendekatan yang lebih banyak mengikutsertakan peran aktif masyarakat.
Pemerintah mencanangkan UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Percepatan
Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting) pada Tahun 2017. Dengan
Upaya Khusus ini sapi dan kerbau betina produktif milik masyarakat dipastikan
dikawinkan dan menjadi bunting dengan Inseminasi Buatan maupun Kawin Alam.
Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan ini, Menteri Pertanian Republik Indonesia
menerbitkan Permentan Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya
Khusus Percepatan Peningkatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.
38
Selanjutnya untuk mengawal operasionalnya kegiatan tersebut di lapangan,
Kementerian Pertanian menerbitkan Kepmentan Nomor 656/Kpts/OT.050/10/2016
tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan
Kerbau Bunting, dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 7589/Kpts/F/10/2016,
tentang Sekretariat Kelompok Kerja Upsus Siwab, serta Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 7659/Kpts/OT.050/F/11/2016, tentang Tim Supervisi Upaya Khusus
Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.
Tujuan
Mengoptimalkan penambahan populasi dengan memaksimalkan tingkat
kebuntingan pada induk ternak dengan peningkatan populasi melalui Inseminasi
Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka).
Tujuan Jangka Panjang
1. Menginventarisi dan merekap data perkembangan kegiatan reproduksi di
Kabupaten Aceh Besar, Bener Meriah dan Kota Banda Aceh.
2. Meningkatkan produksi dan reproduksi ternak sapi untuk wilayah Aceh.
3. Mengimplementasikan inovasi teknologi Balitbangtan kepada peternak,
penyuluh/petugas lapang dalam rangka mendukung tingkat kebuntingan
akseptor IB minimal 70%, menurunkan penyakit gangguan reproduksi minimal
60% serta menurunkan pemotongan sapi betina produktif minimal 20%.
Keluaran
1. Terlaksananya pelaksanaan IB pada sapi akseptor di 4 (empat) kabupaten.
2. Terjadinya kebuntingan sapi yang dilakukan IB maupun kawin alam pada 4
(empat) kabupaten.
3. Meningkatnya inovasi teknologi Balitbangtan kepada peternak,
penyuluh/petugas lapang dalam rangka mendukung tingkat kebuntingan
akseptor IB minimal 70%, menurunkan penyakit gangguan reproduksi minimal
60% serta menurunkan pemotongan sapi betina produktif minimal 20.
Prosedur Pelaksanaan
Penentuan status reproduksi dilakukan oleh Tim Pelaksana Kabupaten
dan ditetapkan oleh Dinas Pertanian yang diketuai oleh Koordinator Tim dan
anggotanya terdiri dari unsur medis, paramdis, inseminator, petugas PKb, dan
Petugas ATR. Tugas Tim Pelaksana Kabupaten memeriksa akseptor yang sudah
39
di-SK-kan. Semua akseptor dicatat kondisi BCS-nya dan diberi kartu ternak
serta didaftar dalam ISIKHNAS, selanjutnya diberi keterangan status
reproduksi (normal, bunting sekian bulan, terjadi gangguan reproduksi/gangrep,
atau gangrep permanen. ) Tindak lanjut setelah menentukan status reproduksi,
untuk ternak yang normal diamati birahinya dan dilakukan IB, selanjutnya
untuk ternak bunting diberi keterangan bunting dan sebutkan bulan
kebuntingannya dan terus diamati sampai proses melahirkan. Kemudian untuk
yang mengalami gangrep permanen diarahkan untuk dipotong dan untuk
kondisi yang lainnya menjadi target penanganan gangrep.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dari rapat koordinasi di Bogor ditindaklanjuti dengan adanya surat dari
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU – HPT) Indrapuri
tentang Penanggung Jawab Supervisi Upsus SIWAB Kabupeten/Kota Provinsi Aceh,
maka Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh mendapat tanggung jawab
untuk 4 Kabupaten/Kota dengan populasi sebagai berikut:
1. Kota Banda Aceh:
Populasi Sapi Betina Produktif = 986 ekor; akseptor = 200 ekor; IB Reguler =
200 ekor; IB Introduksi = - ekor; Bunting = 190 ekor, Lahir = 170 ekor
2. Kabupaten Aceh Besar:
Populasi Sapi Betina Produktif = 31.539 ekor; Akseptor = 7.800 ekor; IB Reguler
=3.800 ekor; IB Introduksi= 4.000 ekor, Bunting= 7.254 ekor, Lahir= 1.448
ekor.
3. Kabupaten Bener Meriah:
Populasi Sapi Betina Produktif = 1.409 ekor; Akseptor = 400 ekor; IB Reguler =
100 ekor; IB Introduksi = 300 ekor, Bunting = 368 ekor, Lahir = 209 ekor
4. Kabupaten Aceh Tengah:
Populasi Sapi Betina Produktif = 7.900 ekor; Akseptor = 800 ekor; IB Reguler =
200 ekor; IB Introduksi = 600 ekor, Bunting = 744 ekor, Lahir = 595 ekor.
Berdasarkan keputusan tersebut maka BPTP Aceh melakukan koordinasi dan
supervisi untuk masing-masing Kabupaten/Kota. Tugas Penanggung jawab Upsus
SIWAB Kabupaten/Kota meliputi: Bertanggung jawab terhadap operasional
kegiatan Upsus SIWAB, Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan,
40
Menyampaikan laporan harian pelaksanaan kegiatan, Melaporkan pencapaian hasil
kerja kegiatan.
Operasional Upsus Siwab 2018 meliputi (i) Terlayaninya perkawinan
sapi/kerbau betina sebanyak 3 juta ekor akseptor; (ii) Kebuntingan sapi/kerbau 2,3
juta ekor; (iii) Bertambahnya areal tanam HPT seluas 338,5 hektar; (iv)
Terbangunnya padang penggembalaan seluas 200 hektar; (v) Terpeliharanya
padang penggembalaan seluas 600 hektar; (vi) Penurunan pemotongan betina
produktif di RPH di 17 provinsi target dan 16 non-target; (vii) Tertanggulanginya
kasus gangguan reproduksi sebanyak 200 ribu ekor; dan (viii) Monitoring dan
Pelaporan UPSUS SIWAB.
Besaran biaya operasional masing-masing sebesar Rp. 50 ribu/pelayanan
untuk IB (maksimal 3x IB); Rp 30 ribu/pelayanan untuk PKB; dan Rp 5
ribu/kelahiran dengan memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Honor data recorder adalah Rp. 400.000,- per bulan
diberikan kepada petugas data recorder yang ditunjuk di Kabupaten/Kota dan
Provinsi.
Data recorder merupakan koordinator ISIKHNAS dan petugas yang ditunjuk
yang mempunyai tugas mengelola data Upsus Siwab di provinsi dan
kabupaten/kota. Pelaporan semua kegiatan Upsus Siwab melalui ISIKHNAS. Untuk
lokasi yang memiliki keterbatasan jaringan, pelaporan dapat dilakukan secara
manual dengan format excel (spreadsheet) selanjutnya diinput dalam ISIKHNAS
oleh koordinator pelaporan (data recorder).
Kesimpulan
1. Hal penting lain yang harus menjadi perhatian adalah penyusunan jadwal
perkawinan agar terjadi keselarasan antara periode beranak dengan
ketersediaan sumber pakan optimal, pengelolaan hijauan dan suplemen untuk
memastikan kondisi tubuh sapi yang baik pada saat beranak. Dengan
memahami sains, menguasai teknologi dan menerapkan manajemen reproduksi
yang benar diharapkan jumlah sapi bunting yang ditargetkan oleh program
UPSUS dapat tercapai.
2. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa tidak produktifnya sapi betina banyak
disebabkan oleh tidak tersedianya pejantan di lokasi. Untuk itu, telah dirancang
41
suatu program Upaya khusus (UPSUS) SIWAB yang merupakan upaya
percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau bunting melalui kegiatan
yang terintegrasi untuk percepatan populasi sapi dan kerbau secara
berkelanjutan. Percepatan peningkatan populasi dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan pangan asal hewan dan dilakukan melalui Inseminasi Buatan (IB)
atau Intensifikasi Kawin Alam (INKA) dengan menerapkan sistem manajemen
reproduksi.
Dokumentasi
3.1.11 Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Aceh.
Penanggung Jawab: Eka Fitria, SP., M.Si
Latar Belakang
Dalam rangka mendukung peningkatan produksi hortikultura dan
perkebunan, ketersediaan benih menjadi strategis dalam industri perbenihan
nasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi dalam budidaya tanaman
adalah penggunaan benih bermutu yang merupakan varietas unggul yang sudah
terdaftar di Kementerian Pertanian untuk peredaran dan diperbanyak melalui sistem
sertifikasi. Mutu benih dipengaruhi oleh aspek genetik, fisik, dan fisiologis serta
status kesehatannya sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal
(PTM).
Pada tahun 2017 BPTP Aceh mendapat mandat untuk memproduksi bibit
tanaman kelapa dalam 15.000 batang dan Kopi arabika sebanyak 21.000 batang.
Berdasarkan target tersebut, maka BPTP Aceh telah melaksanakan proses produksi
bibit seperti pada Tabel 1.
42
Tabel 9. Jumlah dan varietas benih produksi pembibitan komoditas perkebunan
APBNP 2017 di BPTP Aceh
Komoditas Target produksi (batang)
Varietas Sumber benih
Kelapa dalam 15.000 Unggul lokal Blok Penghasil Tinggi (BPT)
Bireuen
Kopi arabika 21.000 Unggul nasional
Gayo-1
Blok Penghasil Tinggi (BPT)
Bener Meriah
Tujuan
Menghasilkan rumusan kebijakan tentang perbenihan yang operasional
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah komoditi kopi arabika gayo dan kelapa
dalam.
Keluaran
Rumusan rekomendasi kebijakan tentang perbenihan yang operasional dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah komoditi kopi arabika gayo dan kelapa dalam.
Metodologi
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pendekatan sistem
yaitu berbasis tujuan (goal), dan secara teknis melibatkan multi stakeholder/multi
disiplin ilmu yang dilakukan pada awal kegiatan, dalam hal ini mengumpulkan
semua permasalahan yang selanjutnya diformulasikan penyelesaiannya, tentang
perbenihan komoditas kopi, kelapa dan pepaya. Aspek ini dilakukan dengan
mengaplikasikan teknik SWOT. Temu koordinasi dilakukan untuk mengumpulkan
data perbenihan dari aspek teknis, ekonomis sosial dan kelembagaan. Masing-
masing aspek menggunakan alat analisis yang berbeda. Aspek teknis menggunakan
(Delphi), aspek ekonomis (kelayakan Usaha dan Sensitivitas) dan aspek sosial dan
kelembagaan. Input hasil dari tiga aspek yang telah dianalisis dijabarkan dalam
rumusan alternatif kebijakan dengan menggunakan metode AHP (Satty,1997).
Perumusan kebijakan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh, diawali
dengan forum diskusi (round-table) tahap awal yang diikuti oleh akademisi, peneliti,
praktisi dan birokrat. Tujuan dari tahap ini adalah untuk pengumpulan informasi
awal mengenai kondisi terkini pengembangan komoditas kopi arabika Gayo, kelapa
dalam, dan pepaya. Output kegiatan ini yang digunakan sebagai formulasi awal
dalam penyusunan draft diskusi (rount-table ke-2).
43
Hasil dan Pembahasan
Forum Group Discussion dilaksanakan dua kali di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Aceh pada tanggal 29 Maret dan 13 November 2018 bertempat di
aula BPTP Aceh. Peserta berasal dari Pemerintah Aceh (Distanbun Aceh), Perguruan
Tinggi (Unsyiah), peneliti dan penyuluh BPTP Aceh, dan pemerhati kopi dan kelapa.
Narasumber yang menyampaikan materi terdiri dari: BPTP Aceh, Distanbun Aceh,
dan Unsyiah.
Kesimpulan
1. Program perbenihan kopi arabika dan kelapa dalam memerlukan komitmen dari
Dinas Pertanian, BPTP, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
kelompok tani (penangkar) untuk membangun jaringan kerjasama perbenihan
melalui inisiasi pembentukan forum perbenihan. Adapun izin pengembangan
perbenihan Kopi arabika dan Kelapa dalam sebaiknya cukup di tingkat provinsi
saja sekaligus pengembangan kebun Blok Penghasil Tinggi (BPT) sebagai kebun
penghasil benih.
• Menurunkan daya dukung lahan
•Pemanasan global
• Downstream olahan terbatas
• Tren pertumbuhan ekonomi menurun
•Meningkatnya jumlah eksportir
•Perubahan lifestyle• Peningkatan Permintaan kopi dunia
• Terbukanya informasi pasar dunia
• Konsistensi dukungan Pemda Aceh
• Tren pelemahan rupiah terhadap dolar
• Mayoritas tanaman tua
• Perawatan rendah
• Infrastruktur jelek
• Serangan hama penyakit
• Skala usaha rendah
• Ketersediaan bibit unggul terbatas
• Terbatasnya lahan pengembangan
• Peningkatan konsumsi
• Paket teknologi tersedia
•Telah menyatu dengan budaya
•Harga cenderung meningkat
• Brand kopi gayo
• Pengetahuan petani tinggi
S W
OT
44
2. Dinamika perbenihan kopi arabika dan kelapa dalam dipengaruhi oleh faktor
internal (kelembagaan perbenihan) dan faktor eksternal (kebijakan
pemerintah). Untuk mendukung kinerja kelembagaan perbenihan diperlukan
pembinaan dan pelatihan yang lebih intensif dalam manajemen kelembagaan
perbenihan dan keterampilan teknis perbenihan ditingkat petani/kelompok
petani penangkar karena secara ekonomis perbenihan kopi arabika dan kelapa
dalam layak untuk dikembangkan.
Dokumentasi
3.1.13 Produksi Benih Sumber. Penanggung jawab: Ir. Basri A. Bakar,
M.Si
Latar Belakang
Rencana strategis Badan Litbang Pertanian 2010-2014, sasaran yang harus
dicapai antara lain: (1) Meningkatnya tingkat adopsi (>40%) hasil inovasi teknologi
dan rekomendasi kebijakan pertanian yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, (2)
Tersedianya benih, bibit, pupuk dan alsintan untuk komoditas unggulan tanaman
dan ternak dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas (Kementerian
Pertanian, 2010 ; Badan Litbang Pertanian, 2010).
BPTP ACEH merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah
Litbang Pertanian yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi
sekaligus berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada
pengguna melalui kegiatan desiminasi. Penelitian/pengkajian yang
diimplementasikan dalam bentuk pengembangan benih sumber bersifat lokal
spesifik, dinamis dan partisipatif dimana petani terlibat langsung sejak perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat mengadopsi secara
parsial atau paket spesifik tergantung kemampuan petani. Dengan pendekatan
45
seperti ini teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan diadopsi petani karena
paket tersebut sudah teruji langsung dilapangan.
Sasaran yang akan dicapai pada kegiatan perbanyakan benih adalah untuk
dapat meningkatkan ketersediaan benih yang bermutu ditingkat petani, kemudian
juga diharapkan kepada petani penangkar untuk selanjutnya dapat memproduksi
benih sendiri dengan kualitas yang bermutu dan juga dapat menjadi produsen benih
untuk wilayah sekitarnya.
Tujuan
Tujuan kegiatan produksi benih adalah: Menghasilkan benih padi kelas FS =
4 ton, SS= 4 ton.
Keluaran
Keluaran tahunan kegiatan produksi benih adalah: Tersedianya benih benih
padi kelas FS = 4 ton, SS= 4 ton.
Prosedur Pelaksanaan
No. Tahapan Kegiatan
1. Menentukan varietas, memilih areal dan konsultasi
Pekerjaan ini dimulai sejak awal atau 9 minggu s/d 11 minggu sebelum tanam. a. Varietasnya disesuai dengan kehendak
penangkar benih dan kebutuhan petani pemakai benih, kelas benih yang ditanam lebih tinggi dari pada kelas benih yang akan dihasilkan, benih yang akan ditanam harus mempunyai label/segel,
b. Areal pertanaman sebaiknya dipilih: pengairannya terjamin,bekas pertanaman yang tidak sejenis dari varietas yang sama.
2. Mengajukan Permohonan Sertifikasi Benih
Penangkar benih harus mengajukan permohonan sertifikasi benih kepada UPTDBalai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas pada masing-masing kabupaten setempat dan paling lambat 10 hari sebelum tabur.
3. Pengolahan tanah Pengolahan tanah baik untuk pertanaman dan/atau untuk persemaian dimulai sejak 6 s/d 8 minggu sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengaruh sampingan dari proses pelapukan bahan organik dan rumput-rumputan yang berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman.
4. Pemeriksaan lapangan pendahuluan
Pemeriksaan lapangan pendahuluan dilakukan pada waktu sebelum pengolahan tanah sampai dengan sebelum tanam. Pemeriksaan lapangan
46
dilakukan oleh petugas lapangan/pengawasan benih yang ditunjuk/ ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.
5. Menabur dan memelihara persemaian (khusus untuk tanaman yang tanam pindah)
Penangkar benih dapat menaburkan benihnya (untuk tanaman yang membutuhkan persemaian) pada persemaian kurang lebih 3 minggu sebelum tanam dan selanjutnya persemaian dipelihara sampai cukup waktunya untuk dicabut/dipindahkan ke lapangan. Disini juga dilakukan pemupukan, pengairan, pemberantasan hama/penyakit, dan seleksi/ roguing.
6. Menanam Bibit/Benih Batas waktu tanam dalam satu blok pertanaman adalah maksimal 7 hari, apabila waktu penanaman lebih dari 7 hari, maka hendaknya blok ini dijadikan sebagai blok yang lain/terpisah.
7. Seleksi atau Roguing Fase Vegetatif
Seleksi dimulai pada umur 12, 48 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan masing-masing komoditas tanaman. Seleksi ini didasarkan pada sifat-sifat tanaman antara lain (tergantung komoditi) : bentuk tanaman, warna pangkal batang, warna permukaan daun, warna telinga dan lidah daun, warna hipokotil dan sebagainya.
8. Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif
Penangkar benih harus menyampaikan pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan untuk fase vegetatif kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas lapangan/pengawas benih di Kabupaten setempat pada minggu keempat setelah tanam atau menurut jadwal masing-masing jenis komoditas.
9. Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama)
Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama) dilakukan pada minggu kelima s/d keenam (sesuai dengan komoditas) setelah tanam. Apabila pada pemeriksaan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar, maka dilakukan pemeriksaan lapangan pertama (ulangan) pada minggu kedelapan setelah tanam.
10. Seleksi/Roguing Fase Berbunga
Seleksi dimulai pada umur 9 s/d 10 minggu atau sesuai dengan komoditas masing-masing, yaitu apabila tanaman sudah berbunga. Seleksi fase berbunga dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman yang sifat-sifatnya menyimpang dari diskripsi yang telah ditetapkan oleh pemulia tanaman/instansinya, misalnya: tinggi tanaman, berbunga terlalu cepat, bentuk gabah/polong, ukuran gabah/polong /biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya.
11. Pemberitahuan Pemeriksaan Fase
Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase berbunga pada
47
Berbunga Termasuk Ulangan
minggu kesembilan, pemeriksaan lapangan harus tepat pada waktunya, sehingga apabila pada pemeriksaan lapangan tidak memenuhi standar lapangan masih mempunyai kesempatan untuk mengulang.
12. Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua)
Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua) dilakukan pada minggu kesepuluh setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas. Apabila pada pemeriksaan lapangan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar lapangan, maka pemeriksaan lapangan ulangan dilakukan selambat-lambatnya minggu kesebelas setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas.
13. Seleksi fase masak Seleksi ini dilakukan pada minggu ke-12 sampai 15 setelah tanam tergantung komoditi, seleksi fase masak bertujuan untuk menghilangkan tanaman yang sifatnya menyimpang dari diskripsi seperti : tinggi tanaman, berbunga terlalu lambat, bentuk gabah/polong, ukuran gabah/polong/biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya
14. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan fase masak
Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase masak kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh atau kepada petugas lapangan/pengawas benih kabupaten setempat pada minggu ketiga belas setelah tanam atau 2 sampai 3 minggu sebelum saat panen.
15. Pemeriksaan lapangan fase masak
Pemeriksaan lapangan fase masak dilakukan hanya satu kali. Apabila hasil lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang dimaksud maka pertanaman tersebut dinyatakan lulus/memenuhi standar lapangan. Sedangkan apabila hasil pemeriksaan lapangan ternyata tidak memenuhi standar, maka penurunan kelas benih diizinkan sepanjang data hasil pemeriksaan lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang bersangkutan.
16. Pelaksanaan panen Pelaksanaan panen dilakukan setelah tanaman atau apabila butir-butir/polong benih telah menunjukkan kemasakan di atas 80%.
17. Pengawasan panen Pengawasan panen dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat pada saat pelaksanaan panen. Pengawasan panen bertujuan untuk memeriksa : benih yang sedang dipanen pada satu blok pertanaman terhindar dari percampuran dengan benih dari blok lainnya, kemudian alat atau wadah untuk
48
panen, bersih dan terhindar dari percampuran dengan varietas lain.
18. Pemberitahuan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang
Penangkar benih harus mengajukan membe-ritahukan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang paling lambat satu bulan sebelum panen.
19. Pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang.
Dilakukan sebelum alat-alatprosessing/gudang tersebut digunakan.
20. Pengolahan benih. Pengolahan benih adalah kegiatan perontokan, pengeringan, pembersihan, pemberian obat-obatan pencegah hama/penyakit, pengepakan benih dan pekerjaan lain sebelum benih dipasarkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah benih tersebut tidak tercampur dengan varietas lain, identifikasi kelompok penangkar, seperti nomor kelompok, jenis tanaman/varietas, asal lapangan jumlah benih dan tanggal panen, kadar air yang tepat, benih diusahakan agar seminimal mungkin tidak terdapat gabah yang hampa.
21. Pengawasan pengolahan benih
Pengawasan pengolahan benih dilakukan oleh petugas lapangan/ pengawas benih di kabupaten setempat pada saat pengolahan benih dilaksanakan.
22. Pemberitahuan pengambilan contoh benih
Pemberitahuan pengambilan contoh benih diajukan apabila : a. Benih yang akan diambil contohnya telah
dimasukkan kedalam wadah yang bersih. b. Benih telah diatur dan disimpan sedemikian
rupa sehingga menjadi suatu kelompok benih yang homogen disertai dengan tanda/keterangan mengenai: nomor kelompok benih, jenis tanaman/varietas, areal lapangan, jumlah benih dan tanggal panen.
23. Pengambilan contoh benih Pengambilan contoh benih dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih yang ditunjuk/ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat atas dasar pemberitahuan dari penangkar benih.
24. Pengujian benih di laboratorium
Pengujian benih dilakukan di laboratorium benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh di Banda Aceh.
25. Permintaan label Penangkar benih dapat memesan atau membeli label serta pemasangannya kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian atau melalui petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Kabupaten setempat. Jumlah label sesuai dengan Tonase (volume benih) dari kelompok benih yang telah lulus
49
pengujian laboratorium untuk masing-masing kelas benihnya. Setiap label harus dilegalisir dan mempunyai seri label yang dikeluarkan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.
26. Pemasaran benih. Batas waktu maksimum benih tersebut dipasarkan adalah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk masing-masing komoditas tanaman. Lebih dari waktu yang telah ditetapkan tersebut, maka benih harus diuji kembali di laboratorium. Apabila benih yang diuji kembali itu memenuhi standar mutu yang ditetapkan, untuk masing-masing kelas benih maka benih tersebut dapat dipasarkan kembali. Tetapi apabila tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan, maka penurunan kelas benih diujikan sepanjang benih tersebut memenuhi standar mutu kelas benih yang bersangkutan.
27. Pengawasan pemasaran benih
Pengawasan pemasaran benih dilakukan oleh pengawas benih yang ditunjuk ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh. Benih dipasaran sewaktu-waktu akan datang pengawas benih untuk memeriksa serta mengambil contoh benih dalam rangka pengecekan mutu benih untuk menghindari manipulasi data tercantum pada label.
Hasil dan Pembahasan
Perbanyakan Benih Kelas FS
Keberhasilan peningkatan produktivitas padi umumnya erat kaitannya
dengan penerapan inovasi teknologi. Benih unggul merupakan salah satu inovasi
teknologi yang memberikan sumbangan cukup dominan terhadap peningkatan
produksi padi, secara persial bibit unggul memberikan sumbangan lebih kurang 20
persen, namun jika diintergrasikan bersama pupuk dan irigasi, sumbangannya
mencapai 75 persen terhadap peningkatan produksi.
Perbanyakan benih Padi dilakukan pada musim gadu pada lahan petani yang
mempunyai sumber air baik melalui air irigasi maupun pompanisasi. Perbanyakan
benih padi kelas FS dilakukan pada Kabupaten Pidie.
Lokasi Kegiatan Kabupaten Pidie
Pada Lokasi perbanyakan benih sumber Padi dilakukan perbanyakan benih
Kelas FS (Foundation Seed) dan SS kegiatan dilakukan pada :
50
Lokasi : Desa Mee Adan Kecamatan Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie
Luas : 4 ha
Varietas : Inpari 16, 30, dan 32 Benih yang dihasilkan : Foundation Seed (FS) dan
Inpari 30 benih yang dihasilkan SS
Kegiatan Perbanyakan benih kelas FS dan SS pada lokasi Kabupaten Pidie
mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2018 pada Desa Mee Adan. Hasil produksi
benih pada lokasi tersebut dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 10. Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Produksi Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Kelas FS dan SS di Kabupaten Pidie.
Varietas Kotor bersih Selisih %
Inpari 30 kls SS 5000 4000 1000 21.88
Inpari 32 FS 2000 1700 300 18.52
Inpari 30 FS 1500 1300 200 21.99
Inpari 16 FS 1500 1000 500 20.93
Total 4910 3900
Tingginya persentase susutnya benih disebabkan kondisi cuaca saat panen
tiba. Hujan lebat melanda kabupaten Pidie dan sekitarnya, sehingga kondisi gabah
pada saat panen kadar airnya mencapai 25. Sehingga pada saat selesai
penjemuran kadar air hanya 12 % benih menjadi berkurang mencapai 18% dari
kondisi Gabah Kering Panen.
Kesimpulan
Tercapai Produksi benih sumber padi kelas FS = 4 ton, SS= 4 ton
Dokumentasi
51
3.1.16 Koordinasi dan Dukungan Teknologi Inovasi UPSUS Mencapai
Swasembada Padi, Jagung, Kedelai dan Peningkatan Produksi
Komoditas Utama KEMENTAN di Provinsi Aceh. Penanggung
Jawab: Dr. Rachman Jaya
Latar Belakang
Provinsi Aceh pada tahun 2017 dalam mendukung dan menyukseskan
UPSUS Peningkatan Pajale melaksanakan sasaran luas tanam padi, jagung, kedelai
masing-masing 510.000 ha, 60.000 ha, 47.526 ha dan luas panen masing-masing
484.500 ha, 57.000 ha, 45.150 ha serta produksi masing-masing sebesar
2.550.000 ton, 250.000 ton, 70.000 ton (Aceh dalam angka, 2016).
Pelaksanaan kegiatan UPSUS komoditas padi, jagung, kedelai dan komoditas
strategis Kementan lainnya juga melibatkan beberapa stakeholders level pusat dan
daerah, seperti Kementerian Pertanian, Dinas pertanian, Petugas Penyuluh
Pertanian Lapangan, Bintara Pembina Desa, Perguruan Tinggi, KCD atau Mantri
Tani. Keterlibatan banyak pihak ini merupakan langkah pemerintah, agar fokus
dalam pendampingan kepada petani lebih besar. Urgensi pendampingan petani
dalam menjalankan program pemerintah sangat vital karena kehadiran pendamping
berperan aktif sebagai komunikator, fasilitator, advisor, motivator, edukator,
organisator dan dinamisator dalam rangka terlaksananya kegiatan upaya khusus
peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai komoditas strategis Kementan
lainnya dalam pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan komoditas
pangan menuju pencapaian visi pembangunan pertanian 2045, Indonesia sebagai
lumbung pangan dunia (Wahyudi, 2015).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai unit pelaksana
teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian di daerah yang berada di tingkat provinsi
memiliki peran strategis untuk mendukung suksesnya program UPSUS Pajale dan
Komoditas Utama Kementerian Pertanian melakukan koordinasi, sinkronisasi,
pendampingan inovasi teknologi pertanian serta melakukan kegiatan diseminasi
dalam bentuk demplot maupun demfarm serta publikasi. Disisi lain, peragaan
teknologi dan hasil penelitian melalui kegiatan pendampingan diharapkan lebih
meyakinkan pengguna (end-user) terutama petani agar teknologi tersebut dapat
diterima pada saat yang tepat dan menjadi dapat menjadi pembelajaran bagi
petugas lapang, penyuluh dan peneliti, akademisi, petani dan masyarakat pada
umumnya.
52
Tujuan
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas padi, jagung dan kedelai
sebesar di lokasi pendampingan inovasi teknologi pertanian.
2. Meningkatkan Luas Tambah Tanam komoditas padi, jagung, kedelai dan
komoditas strategis Kementan lainnya dari tahun sebelumnya.
Keluaran
1. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas padi, jagung dan kedelai di
lokasi kawasan pendampingan inovasi teknologi pertanian.
2. Peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) komoditas padi, jagung kedelai, dan
Komoditas Kementan lainnya dari tahun sebelumnya.
Prosedur Pelaksanaan
• Koordinasi Program UPSUS di tingkat Provinsi dan Kabupaten
Tim UPSUS melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas terkait, dan
pejabat pemerintah setempat sebelum pelaksanaan kegiatan pengawalan dan
pendampingan Program UPSUS Pajale dan Komoditas Unggulan Kementan lainnya.
• Dukungan Teknologi Inovasi: Diseminasi melalui demplot padi sawah dan
jagung
Kegiatan demplot tanaman padi tahun 2018 dilaksanakan di Kabupaten
Aceh Besar dan dan Aceh Timur. Kegiatan demplot melibatkan petani kooperator
dan penyuluh yang berada di BP3K kecamatan lokasi demplot. Pendampingan
inovasi teknologi mencakup introduksi sistem tanam gilir (Tugiman) padi gogo-
jagung, Turiman Padi Gogo-Kedelai.
• Diseminasi melalui publikasi dan penyediaan saprodi serta bahan pendukung
lainnya.
Untuk mendukung pelaksanaan diseminasi pada kegiatan UPSUS diperlukan
publikasi bahan cetakan seperti petunjuk teknis dan penyediaan saprodi serta
bahan pendukung lainnya. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan diseminasi
pada kegiatan UPSUS Pajale juga diperlukan publikasi seperti petunjuk teknis
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah, leaflet dan penyediaan saprodi (benih,
pupuk dan obat-obatan) serta bahan pendukung lainnya (gastrok, dll). Selain itu
juga dilakukan publikasi dan diseminasi melalui Temu lapang, media cetak,
elektronik dan media sosial seperti Facebook, WA, website dan lain-lain.
53
• Pelatihan bagi Petani dan Penyuluh
Meningkatkan kapasitas petani kooperator dan PPL melalui pelatihan secara
teori di ruangan maupun praktek di lapangan.
• Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi adalah merupakan sebuah kegiatan yang sangat
perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dari
kegiatan yang dilakukan.
• Temu Lapang
Kegiatan temu lapang merupakan salah satu kegiatan diseminasi yang
sangat penting di dalam proses transfer teknologi ke pengguna, karena pada
kesempatan ini antara pengguna teknologi dan nara sumber dapat bertemu
langsung sehingga banyak permasalahan yang dapat diselesaikan. Bagi nara
sumber (peneliti/penyuluh dan pengambil kebijakan) kegiatan ini merupakan bahan
masukan yang cukup berarti untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan
teknologi baru di lapangan.
Hasil dan Pembahasan
Organisasi Pelaksanaan
Secara kelembagaan, pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus (UPSUS)
komoditas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Aceh diatur dalam Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 549/Kpts/OT.050/8/2018, tentang Perubahan Kesebelas
atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1243/Kpts/OT.160/12/2014, tentang
Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai
Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana pendukungnya. Khusus
untuk Provinsi Aceh Penanggung Jawab kegiatan UPSUS pasca diterbitkannya
Kepmentan adalah Direktur Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian (Ex-officio), yang saat ini dijabat oleh Dr. Muharizal Sarwani, M.Sc.
Masing-masing kabupaten dijabat oleh penanggungjawab sesuai dengan
Kepmentan Nomor 549/Kpts/OT.050/8/2018. BPTP Aceh bertanggung jawab di
Kabupaten Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Aceh Singkil dan Simeulue.
Perkembangan Luas Tambah Tanam (LTT)
Berkaitan dengan pencapaian target LTT padi, jagung, kedelai pada tahun
2018, luas baku sawah di Provinsi Aceh 307.234 ha. Sedangkan target LTT April-
54
September 222.783 ha, meningkat 15.364% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada periode yang sama, pencapaian target tahun LTT 2018 relatif
sama dengan tahun 2017. Sampai dengan Laporan akhir ini disusun (awal
Desember 2018), pencapaian target LTT komoditas padi Provinsi Aceh mendekati
95%. Kekurangan ini disebabkan musim kemarau yang relatif panjang dan cakupan
yang lebih luas dibandingkan dengan tahun 2017. Selain itu, pada beberapa lokasi
terjadi keterlambatan tanam, baik pada musim rendeng 2017 maupun pada musim
gadu 2018. Akibatnya terjadi pergeseran musim tanam, yang tentunya berpengaruh
pada jadwal musim tanam rendeng 2018. Umumnya musim tanam gadu dimulai
pada awal bulan Maret (periode Ok-Mar), tahun 2018, bergeser ke Bulan April,
bahkan pada beberapa tempat, Sebagian di Kabupaten Bireuen, Aceh Utara, Aceh
Barat Daya, Aceh Selatan dan Aceh Besar dan Aceh Timur dilaksanakan pada Bulan
Mei.
Pendampingan Inovasi Teknologi Pertanian
Pendampingan komoditas bawang merah dilakukan di Desa Blang Situngkuh,
Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Justifikasi pemilihan lokasi ini adalah
kawasan ini merupakan daerah terluar negara kesatuan Republik Indonesia,
sehingga akses terhadap komoditas pangan utama sering terhambat akibat faktor
cuaca. Selain itu, pada dasarnya kawasan memiliki lahan yang sesuai untuk
pengembangan komoditas bawang merah, karena lokasinya tidak terlalu jauh
dengan Kota Sabang dan Banda Aceh. Dalam hal ini kawasan Pulo Aceh dapat
dikatakan sebagai wilayah penyangga (buffer-zone) bagi 2 kota tersebut. Terutama
adalah Kota Sabang yang tidak memiliki kawasan pertanian, disatu sisi kawasan
pariwisatanya berkembang dengan pesat.
Pendampingan inovasi teknologi juga dilakukan pada komoditas padi sawah.
Kegiatan dilaksanakan di Desa Teureubeh, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh
Besar. Justifikasi pemilihan lokasi adalah karena kawasan ini merupakan termasuk
dalam kawasan pengembangan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho.
Fokus pengembangan TTP Kota Jantho adalah pada komoditas padi sawah. Inovasi
teknologi pertanian berupa introduksi varietas unggul baru (VUB) kelompok ampibi,
seperti Inpari 30. Saat ini terminologi VUB ampibi banyak belum diketahui oleh para
pengguna, padahal dasar pengembangan VUB ini adalah kemampuannya dalam
cekaman kekurangan air. Dengan kata lain VUB ini mampu tumbuh berproduksi
55
pada kondisi ketersediaan air minimal. Selain itu pada kasawan ini juga banyak
terdapat lahan tadah hujan dan lahan kering yang sebenarnya dapat dioptimalisasi
dengan menggunakan VUB kelompok Ampibi dan padi Gogo.
Pendampingan dilakukan pada lahan sawah milik petani seluas 20 ha.
Prosedur teknis pelaksanaan dilakukan oleh kelompok tani dan koperasi Babah
Pintoe, sebagai entitas kelembagaan TTP Kota Jantho. Selain oleh Tim BPTP Aceh,
pendampingan juga dilakukan oleh tenaga PPL yang berasal dari Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) Kecamatan Kota Jantho. Secara umum pertanaman demplot
komoditas padi sawah dapat dikatakan sangat baik. Hasil ubinan untuk demplot
padi sawah mencapai rata-rata 8 ton/ha, gabah kering panen. Nilai ini tidak jauh
berbeda dengan deskripsi potensi hasil dari varietas unggul baru (VUB) Inpari 30.
Kawasan ini merupakan laboratorium lapangan diseminasi kegiatan pembangunan
TTP Kota Jantho. Walaupun belum menerapkan sistem Jarwo Super sepenuhnya (8
teknologi rekomendasi), setidaknya dengan penerapan sistem Jajar Legowo (2:1)
serta kegiatan panen dengan combine harvester dan penanaman dengan rice
transplanter, yang telah diadopsi hampir seluruh kawasan Kecamatan Kota Jantho
seluas 400 ha, produktivitas padi sawah telah meningkat, dari rata-rata 6.5 ton/ha
pada tahun 2015 menjadi rata-rata 7-8 ton/ha.
Kesimpulan
1. Pencapaian LTT komoditas padi, jagung kedelai belum sesuai dengan target.
Hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran musim hujan pada periode
(Oktober-Maret), sehingga LTT masuk pada tahun 2019.
2. Dari sisi intensifikasi, untuk peningkatan produktivitas komoditas pajale,
dilakukan diseminasi melalui pembuatan demplot dan demfarm komoditas
pajale dan komoditas strategis Kementan lainnya, seperti bawang merah.
Secara umum, terjadi peningkatan produktivitas padi sawah dari rata-rata 6.5
ton/ha menjadi 7.5-8 ton/ha.
3. Peningkatan LTT pajale, tidak hanya dilakukan pada padi sawah, tetapi juga
pada lahan kering masam dan tadah hujan serta optimalisasi dengan komoditas
perkebunan. Dilakukan dengan melakukan introduksi VUB padi gogo, dengan
hasil yang cukup baik yaitu rata-rata 6.5 ton/ha.
4. Selain fokus pada aspek teknis, kegiatan peningkatan produksi dan
produktivitas UPSUS juga dilakukan melalui temu lapang untuk
56
mendiseminasikan hasil demplot dan demfarm agar inovasi teknologi pertanian
dapat dipercepat penyerapanya/aplikasi oleh para pengguna, terutama adalah
petani.
Dokumentasi
3.1.17 Perbenihan Komoditas Hortikultura dan Perkebunan di Provinsi
Aceh. Penanggung Jawab: M. Ramlan, SP
Latar Belakang
Target produksi benih hortikultura dan perkebunan pada TA. 2018 berupa
benih sumber maupun benih sebar yang siap disalurkan. Pelaksanaan kegiatan
produksi benih tersebut dilakukan oleh Balai Penelitian lingkup Puslitbang dan 33
BPTP di seluruh Indonesia. Mekanisme produksi benih yang dilakukan oleh
Balitbangtan akan dilakukan melalui peningkatan kerjasama dengan Direktorat
Jenderal Hortikultura dan Direktorat Jenderal Perkebunan, penangkar benih,
kelompok tani, BPSB, serta BBI, sehingga target volume output yang telah
ditetapkan dapat tercapat dalam waktu efektif 4 bulan yang tersedia.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melalui APBN-P TA. 2018
mendapat alokasi dana untuk pemeliharaan benih kelapa dalam, kopi arabika Gayo
dan papaya yang dihasilkan pada tahun 2017.
Tujuan
• Meningkatkan kapasitas BPTP Aceh dalam memproduksi benih/bibit
komoditas hortikultura dan perkebunan.
• Mendukung produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan di Provinsi
Aceh, yaitu pepaya, kelapa dalam, dan kopi arabika.
Keluaran
• Peningkatan sarana prasarana gedung/bangunan dan peralatan mesin
pertanian untuk mendukung produksi benih/bibit hortikultura dan
57
perkebunan.
• Produksi dan distribusi benih/bibit sebar varietas unggul pepaya (15.000
batang), kelapa dalam (15.000 batang), dan kopi arabika (21.000 batang).
Prosedur Pelaksanaan
Persiapan: (1) Penyusunan Paket Kegiatan Pengadaan Bangunan beserta
metode pemilihan penyedia jasa konstruksi, termasuk konsultan perencana,
pelaksana pembangunan, dan konsultan pengawas; (2) Penyusunan Paket
Pengadaan Barang dan penentuan metode pengadaan seperti pembelian langsung
dan e-katalog atau melalui jasa penyedia; (3) koordinasi dengan Dinas Pertanian
dan Perkebunan dan dinas terkait lainnya di kabupaten/kota untuk menentukan
sumber benih, proses sertifikasi, dan lokasi petani calon penerima; (4) Penyusunan
Petunjuk Teknis dan Pembagian tugas berdasarkan kemampauan dan bidang
keahlian dalam mengawal proses produksi benih.
Pelatihan: Pelatihan adalah pembekalan bagi petugas yang akan
bertanggung jawab mengawal dan mendampingi di lapangan dalam proses produksi
pembibitan. Pelatihan diikuti oleh petugas berdasarkan jadwal dan materi yang
ditentukan oleh Pusat Penelitian Komoditas yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan bimbingan teknis pembibutan komoditas. Untuk masing-masing
komoditas tanaman diikuti oleh masing-masing satu orang dari BPTP Aceh.
Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara simultan antara pengadaan
gedung dan bangunan, pengadaan peralatan dan mesin, sarana dan prasarana
pendukung, serta proses pembibitan di lapangan.
Monitoring dan Evaluasi: Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan
dengan perencanaan. Monitoring dilakukan secara terus menerus. Pelaporan
dilakukan setiap seminggu sekali secara bertahap sesuai dengan perkembangan
pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Hasil
• Peningkatan kapasitas produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan
BPTP Aceh telah dilaksanakan melalui pengadaan gedung dan bangunan,
peralatan dan mesin pertanian, dan sarana dan prasarana pendukung proses
produksi.
58
• Bibit pepaya Merah Delima telah diproduksi dan distribusikan sebanyak
16.500 batang (110% dari target).
• Pembibitan kelapa dalam unggul lokal sebanyak 18.000 batang dalam tahap
pembesaran (umur 2 bulan).
• Pembibitan kopi arabika Gayo-1 sebanyak 25.000 batang dalam tahap
persemaian (umur 2 minggu).
Dokumentasi
3.1.19 Eksplorasi, Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya
Genetik Lokal Aceh. Penanggung Jawab: Mehran, SP, M.Si
Latar Belakang
Peningkatan jumlah, jenis maupun kualitas kebutuhan manusia, mendorong
upaya pemanfaatan SDG secara terus menerus. Berbagai ancaman yang dapat
menurunkan keanekaragaman SDG menurut Sutarno (2014) antara lain disebabkan
karena kerusakan habitat, fragmentasi habitat, degradasi habitat, perubahan iklim
global, pencemaran lingkungan, industrialisasi pertanian dan kehutanan, eksploitasi
spesies hewan maupun tumbuhan, invasi dan introduksi spesies asing, dan sinergi
59
dari faktor faktor tersebut.
Pengelolaan SDG merupakan tanggung jawab semua pihak, pada saat ini
banyak pihak menangani pelestarian dan pemanfaatan SDG, tetapi pengelolaannya
belum bersinergi satu dengan yang lain. Untuk itu perlu disepakati koordinasi dan
pembagian kerja antar unsur, sehingga pemborosan energi dan waktu dapat
dihindari (Astirin, 2000). Pengelolaan SDG akan bermakna jika ada koordinasi dan
sinergitas dengan instansi terkait lainnya. Untuk itu, pembentukan Komisi Daerah
(Komda) Aceh perlu dibentuk. Berdasarkan arahan Kepala Badan Litbang Pertanian
(Balitbangtan) melalui Ketua Komisariat Nasional (Komnas) SDG yang disampaikan
pada Rapat Kerja lingkup BBP2TP di Bogor pada tanggal 26 – 29 Januari 2014
ditekankan bahwa perlu dilaksanakan kegiatan dalam rangka penguatan
kelembagaan dalam pengelolaan SDG yang dimotori oleh BPTP dan melaksanakan
karakterisasi dan konservasi hasil-hasil SDG tanaman lokal yang diperoleh pada
kegiatan reinventarisasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Tujuan
1. Mendapatkan Sertifikasi hak kepemilikan dari Kementan melalui PVTPP Kopi Gayo
1, 2 dan Ramos Seulawah untuk peredaran benih.
2. Mengembangkan dan pemeliharaan koleksi SDG spesifik Aceh di BPTP Aceh dan
KP. Gayo
3. Membentuk Komisi Daerah (Komda) SDG formal
4. Menggali informasi dan mengembangkan potensi, teknologi budidaya, pasca
panen dan sosial ekonomi dalam Pelestarian dan pemanfaatan SDG tanaman
lokal potensial serta memperbaharui buku katalog SDG.
Metodologi
Koleksi SDG tanaman dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak
langsung. Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung untuk
memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui pemuliaan
(dipakai sebagai sumber benih di KBD terpencil). Pemanfaatan SDG secara tidak
langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di
dalam SDG tanaman untuk merakit varietas unggul baru dan menjaga kelestarian
SDG (plasma nutfah).
Karakterisasi dan konservasi (in-situ dan ex-situ) dari setiap SDG tanaman
terutama dalam rangka mendukung program tujuh komoditas prioritas kementerian
60
pertanian (padi, jagung, kedelai, cabe, bawang merah, tebu, dan daging sapi)
dilaksanakan dalam rangka memperoleh informasi karakteristik beberapa aksesi
SDG tanaman yang beragam. Jika benih/bibit tanaman dari setiap kultivar telah
memenuhi syarat untuk pengujian, dilanjutkan dengan evaluasi dalam petak
lapangan/pengujian untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang karakter
unggul/spesifik masing-masing. Jika suatu kultivar tanaman lokal terbukti
mempunyai karakter unik (spesifik) dapat didaftarkan secara langsung pada Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP) atau juga
jikasuatu kultivar tanaman yang memiliki keunikan secara geografis, maka dapat
dilindungi untuk memperoleh hak perlindungan indikasi geografis. Sejumlah aksesi
SDG tanaman lokal unggul yang dikonservasi dan dievaluasi dapat dijadikan sebagai
pohon induk untuk kita konservasi secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan
benih/bibit dan sebagai bahan pemulia (tetua) bagi perakitan varietas.
Hasil dan Pembahasan
Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, pada Desa Lambada
mempunyai potensi 2 (dua) Sumber Daya Genetik Lokal di bidang Pangan yaitu padi
Ramos Lamteuba atau dengan nama lain Padi Tamboen dan padi merah. Padi
Tamboen dapat tumbuh pada ketinggian 250 dpl, umur tanaman 140-145 hari,
tanaman tinggi, tegak, bentuk bulirnya pendek, gemuk, kuning bersih, beras putih
bersih dengan rasanya nasi pulen dan enak. Disamping itu potensi hasil yang luar
biasa yaitu 8-9 ton/ha juga nilai tukar 6.000 – 6.500/kg yang berbeda jauh dengan
nilai tukar VUB 4.000 - 4.500/kg, menurut ketua Gapoktan Peumakmu Hasel
(Fauzan). Petani di Desa Lambada untuk tahun 2018 memanen padi Lokal Tamboen
seluas 200 ha, yang penanaman pada Oktober 2017.
Observasi Ateng Super dilakukan secara bersama-sama dengan BALITRI,
BBPPTP Medan, BPTP Aceh, Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh dan Dinas
Pertanian Kabupaten Aceh Tengah. Observasi diawali dengan diskusi bersama di KP
Gayo untuk menyamakan tujuan dan menggali informasi tentang daerah yang
kemungkinan membudidayakan Ateng Super dari Dinas Pertanian Kabupaten Aceh
tengah. Observasi dilakukan dengan mencari informasi tentang lahan-lahan yang
membudidayakan Ateng Super dalam waktu yang lama. Hasil observasi awal yang
dilakukan di lahan petani diperoleh informasi tentang budidaya Ateng super yang
telah mencapai umur kurang lebih 20 Tahun, sehingga kuat dugaan menjadi pohon
61
induk budidaya Ateg Super yang kini berkembang. Observasi tentang asal usul
Ateng super sekaligus dilakukan dengan deskripsi tanaman sebagai sumber data
awal tentang morfologi Ateng Super yang berbeda dengan varietas Kopi Arabika yan
lain.
Kebun Koleksi In-Situ
Pemeliharaan Kebun in-situ di KP. Gayo yaitu kopi arabika sebanyak 27
varietas, pada kebun induk kopi arabika dengan umur sudah mencapai 30 tahun,
maka untuk itu diperlukan penanam kembali supaya tanaman tersebut tidak punah.
Kebun Koleksi Ex-Situ
Pemeliharaan kebun koleksi ex-situ Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Aceh terdidi berbagai macam tanaman dan dari berbagai daerah Kabupaten.
Pelaksanaan Pendaftaran Varietas
Pelaksanaan kegiatan pendaftaran varietas pada tahun 2018
sebanyak 2 varietas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1
sebagai berikut :
Tabel 11. Pendaftaran Varietas pada Tahun 2018
No Komoditi Varietas Kabupaten Keterangan
1. Kopi Gayo 1 A. Tengah & Bener Meriah TT Gubernur
2. Kopi Gayo 2 Sda Sda
Kesimpulan
1. Mendorong pemda setempat untuk percepatan penandatangan formulir
pendaftaran
2. Komda belum terbentuk, perlu kerjasama Tim yang lebih intensif dalam
pembentukan KOMDA.
Dokumentasi
62
IV.. OORRGGAANNIISSAASSII DDAANN KKEERRAAGGAAAANN SSDDMM
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh merupakan Unit Kerja
Teknis (UPT) Kementerian Pertanian yang berada di bawah Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Eselon I), yang selanjutnya bertanggungjawab langsung
kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP)
Bogor.
Kelancaran pelaksanaan tugas–tugas yang diemban oleh BPTP Aceh telah
ditetapkan berdasarkan struktur organisasi dan personalia BPTP Aceh. Hal ini telah
sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Kepala BPTP Aceh
No.162/OT.130/H.12.1/02/2018 tanggal, 1 Pebruari 2018, yang merupakan
perubahan atas Keputusan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh,
Nomor:1647/OT.130/H.12.1/12/2018, mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian
Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/2006. Sebagai gambaran tentang struktur
organisasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yang
telah ditetapkan, maka sasaran dan tujuan pembentukan BPTP Aceh, di Provinsi
Aceh adalah untuk dapat memperkuat kegiatan penelitian dan pengembangan di
daerah, berdasarkan sumberdaya yang dimiliki dengan mengemban dan
menyebarluaskan teknologi pertanian spesifik lokasi yang berorientasi pasar sesuai
kebutuhan pengguna dalam mendukung pembangunan agribisnis dan agroindustri.
Selain itu keberadaan BPTP Aceh diarahkan untuk menggerakkan pembangunan
pertanian sekaligus sebagai pusat informasi inovasi teknologi pertanian, yang
mempunyai tugas/fungsi :
1. Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
2. Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
3. Penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan
penyusunan materi penyuluhan pertanian. Hal ini mengacu kepada Permentan
Nomor: 19/Permentan/OT.020/05/2017, tentang Pengaturan dan Tugas Fungsi
BPTP. Dalam hal ini spesifik pada tugas penyuluh BPTP yang membantu
penyuluh di daerah dalam mempersiapkan materi penyuluhan, spesifik lokasi.
63
4. Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi
pertanian.
4.1. Sumber Daya Manusia
Keragaan Sumber Daya Manusia (SDM) BPTP Aceh per 31 Desember 2018
jumlahnya mencapai 92 orang tenaga PNS dan 14 orang tenaga kontrak. Dalam
tahun yang sama, penyebaran tenaga PNS berdasarkan tempat tugas dapat dilihat
pada Tabel 3. Persentase jumlah SDM yang bertugas di BPTP Aceh sebesar 80.43
%, 8.69 % bertugas di KP. Gayo dan 10.87 % bertugas di KP. Paya Gajah.
Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Aceh.
64
Tabel 12. Penyebaran Jumlah PNS Menurut Unit Kerja dan Golongan
Unit Kerja Golongan
Jumlah % IV % III % II % I %
BPTP ACEH 7 50 15 2 74 80.43
KP. GAYO - - 4 4 - - 8 8,69
KP. PAYA
GAJAH - - 4 5 1
10 10.87
Total 7 58 24 3 92 100
Berdasarkan golongan, pegawai terbesar adalah golongan III (80.43%), diikuti
dengan urutan distribusi; golongan II (8.69%), golongan IV (10.87%) dan golongan
I (2,43%). Distribusi tenaga PNS menurut golongan dan ruang lebih rinci dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 13. Distribusi Jumlah PNS Menurut Golongan dan Ruang
Golongan Ruang
Jumlah A % B % C % D %
IV 5 71.4 - - 2 28.57 - - 7
III 9 15.79 21 36.8 7 12.28 20 35.1 57
II 4 16.0 2 8.0 15 60.0 4 16.0 25
I - - - - 2 66.7 1 33.3 3
Total 92
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh pegawai BPTP Aceh
terbanyak; S3 (3.26 %) diikuti S2 (16.30) S1 (30.43 %), D4 (2.17 %), D3 ( 6.52
%), SLTA (36.95 %), SLTP (2.17 %) dan SD sebanyak 2.17 %. Distribusi jumlah
PNS berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 14. Distribusi Jumlah PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Unit Kerja
Pendidikan Unit Kerja
BPTP KP Gayo KP. Paya Gajah % Jumlah
S3 3 - - 3.26 3
S2 15 - - 16.30 15
S1 25 2 1 30.43 28
D4 2 - - 2.17 2
D3 5 - 1 6.52 6
SLTA 21 6 7 36.95 34
SLTP 1 - 1 2.17 2
SD 2 - - 2.17 2
Total 74 8 10 100 92
65
Keragaan sumberdaya manusia menurut tingkat usia dan jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan jumlah PNS menurut tingkat pendidikan dan
kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 15. Keragaan SDM BPTP Aceh Menurut Tingkat Usia dan Jenis Kelamin
No Tingkat Usia Laki –laki Perempuan Jumlah
1. 20 – 25 Tahun 1 - 1
2. 26 – 30 Tahun 2 4 6
3. 31 – 35 Tahun 10 1 12
4. 36 – 40 Tahun 7 3 12
5. 41 – 45 Tahun 9 6 15
6. 46 – 50 tahun 12 6 18
7. 51 – 55 tahun 17 7 28
8. 56 – 60 tahun 5 2 11
Jumlah 69 29 92
Tabel 16. Distribusi Jumlah Pegawai BPTP Aceh Berdasarkan Tingkat Pendidikan
dan Tingkat Usia
No Unit
Kerja
Pendidikan
S3 S2 S1 D4 SM D3 SLTA SLTP SD
1 20-25
Tahun -
2 26-30
Tahun
2 1 4
3 31-35
Tahun
2 2 1 3 1
4 36-40
Tahun
- 5 1 5 -
5 41-45
Tahun 2 2 3 1 6 2 1
6 46-50
Tahun 5 6 7 -
7 51-55
Tahun 1 5 9 2 7 -
8 56-60
Tahun
1 2 3
Jumlah 3 15 29 6 35 2 2
Menurut pendidikan dan usia jumlah pegawai terbanyak pada strata SLTA
kisaran usia 51-55 tahun. Diikuti strata S1 juga pada kisaran usia 51-55 tahun dan
pada umumnya pegawai terdistribusi ke semua tingkatan usia. Pada jenjang S3
66
terdapat 3 orang yang berumur antara 41-45 tahun, hal ini menunjukkan masih
cukup panjang jenjang karir yang akan dilalui, walaupun secara kuantitas masih
kurang dengan level kerja BPTP Aceh saat ini.
Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi kerja bagi PNS telah ditempuh
berbagai upaya peningkatan kesejahteraan pegawai melalui pemberian uang makan
dan Tunjangan Kinerja (TUKIN)). Sedangkan untuk proses kenaikan pangkat,
kenaikan gaji berkala dan pengusulan karis/karsu, askes dan lain-lain lebih
diprioritaskan dan lancar. Pada tahun 2016 pegawai yang pensiun sebanyak 5
orang.
BPTP Aceh merupakan unit pelaksana penelitian, pengkajian dan diseminasi
hasil penelitian yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus
didukung oleh tenaga fungsional, tenaga struktural dan tenaga administrasi lainnya.
Keberadaan tenaga PNS Lingkup BPTP Aceh dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 17. Jabatan Menurut Golongan di BPTP Aceh
No Jabatan Golongan
Jumlah IV III II I
A Struktural 1 Eselon III 1 - - - 1 2 Eselon IV 1 1 - - 2
Total 2 1 3
B Fungsional 1 Peneliti 3 10 - - 13 2 Penyuluh 3 12 - - 15 3 Pustakawan - 1 - - 1 4 Teknisi/Litkayasa - - 2 - 2
Total 6 23 2 - 31
4.2. Keuangan
a. Anggaran Belanja
BPTP Aceh, pada tahun anggaran 2018 memperoleh alokasi dana APBN
sebesar Rp. 15.019.117.000,- (lima belas milyar Sembilan belas juta seratus tujuh
belas ribu rupiah). Setelah melalui beberapa kali revisi (refocusing) anggaran,
terutama untuk alokasi tunjangan kinerja dan program bekerja. Secara umum,
alokasi tersebut mencakup belanja operasional dan belanja non operasional. Pada
tahun ini juga, BPTP Aceh mendapat alokasi untuk belanja modal, melalui
mekanisme APBN sebesar Rp.347.181.000, dan melalui mekanisme program
67
SMARTD Rp. 845.000.000, untuk pengadaan peralatan laboratorium tanah di BPTP
Aceh. Gambaran tentang rincian dana untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 18. Rincian Pagu dan Realisasi Menurut Kode dan Jenis Kegiatan TA. 2018
No Kode Uraian Kegiatan Jumlah
Dana/pagu (RP)
Realisasi (Rp) %
1. 1801.201 Teknologi Spesifik
Lokasi Komoditas
Strategis
450.000.000,- 449.335.000,- 99,90
2. 1801.202
Pengembangan
Informasi,
komunikasi dan
diseminasi
tek.pertanian
1.756.846.000,- 1.755.175.465,- 99,90
3. 1801.203
Rekomendasi
kebijakan
pembangunan
pertanian
56.250.000,- 56.205.000,- 99,92
4. 1801.204
Model
pengembangan
inovasi pertanian
bioindustri
76.504.000,- 76.182.000,- 99,90
5. 1801.206 Produksi Benih
Sebar Padi, Jagung
dan Kedelai
498.540.000,- 480.264.200,- 96,33
6. 1801.209 SDG 75.000.000 74.548.000,- 99.39
7. 1801.208 Produksi benih
sumber padi dan
kedelai
343.381.000,- 343.090.000,- 99,51
8. 1801.210 Pengembangan
Wilayah Perbatasan 60.000.000 59.970.000 99.95
9. 1801.211 Peningkatan IP
Pertanaman 191.250.000 190.334.946 99.52
10. 1801.994 Layanan
perkantoran 8.081.600.000,- 7.903.334.544,- 97,80
9. 1801.995 Layanan Internal 2.641.066.000,- 2.621.258.961,- 99,25
Jumlah 15.019.117.000,- 14.796.973.537 98.52
b. Anggaran dan Realisasi
a. Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang
pengkajian dan pengembangan Satker BPTP Aceh pada TA. 2018 didukung
68
oleh sumber dana yang berasal dari Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni
(RM), Rupiah Khusus (RK), serta Rupiah Murni Pendamping (RMP).
b. Anggaran Satker BPTP Aceh dicairkan sesuai dengan Surat Pengesahan DIPA
Tahun Anggaran 2017 dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: SP DIPA-
018.09.2.567392/2018, tanggal 7 Desember 2017. Setelah mengalami
beberapa kali revisi, karena adanya kebijakan penganggaran, jumlah Pagu
DIPA Tahun Anggaran 2018 terakhir direvisi adalah sebesar Rp.
15.019.117.000,- (98.82%). Alokasi anggaran BPTP Aceh berdasarkan jenis
belanja (menurut DIPA tahun 2018) terdiri dari belanja pegawai, belanja
barang dan belanja modal. Disamping dana DIPA, BPTP Aceh pada tahun
2018 juga mendapat dana dari kerjasama dengan ACIAR-Australia sebesar
Rp. 500.000.000,- dengan realisasi sebesar 100%.
c. Realisasi belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-
kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL).
d. Target dan Realisasi Pendapatan
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dihasilkan oleh BPTP Aceh
pada tahun 2018 diperoleh dari penerimaan fungsional dan umum. Target
pengembalian PNBP yang dialokasikan pada Satker BPTP Aceh sesuai DIPA tahun
anggaran 2018 adalah sebesar Rp. 266.375.000., sedangkan estimasi PNBP sebesar
Rp. 253.500.000,-. Realisasinya penerimaan pada akhir tahun anggaran 2018
sebesar Rp. 326.451.400 (122.533%), sehingga dapat dikatakan target PNBP dari
Satker BPTP Aceh pada tahun anggaran 2018 mencapai 122.533 %, melebihi dari
target sebesa Rp. 60.076.400 (22.533%). Penggunaan dana bersumber PNBP
fungsional sebesar Rp. 215.318.000. Secara lengkap target dan realisasi PNBP
berdasarkan jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 19. Target dan Realisasi PNBP Berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2018
AKUN Jenis Peneimaan Target (Rp) Realisasi (Rp) %
423141 Pendapatan Sewa Tanah,
gedung dan bangunan
22.000.000 33.647.400 152.942
423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan
Mesin
0 0 0
69
423951 Penerimaan Kembali Belanja
Pengawai TAYL
0 90,- 0
423752 Pendapatan Denda
Keterlambatan Penyelesaian
Pekerjaan Pemerintah
0 0 0
423921 Pendapatan Pelunasan Piutang
Non Bendahara
0 0 0
423111 Penjualan Hasil
Pertanian/Perkebunan
244.375.000,- 292.804.000,- 119.817
423216 Pendapatan Jasa Tenaga,
Pekerjaan, Informa
0 5.625.000,- 0
Jumlah 266.375.000,- 326.451.400,- 122,533
4.3 Fasilitas
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Aceh tersebar di 3 (tiga) lokasi;
(1) Kantor BPTP Aceh di Banda Aceh ; (2) Kebun Percobaan Paya Gajah Peureulak
kabupaten Barat Aceh Timur dan (3) Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah
kabupaten Bener Meriah. Keadaan sarana dan prasarana yang disajikan dalam
laporan ini merupakan gambaran secara garis besar. Sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh BPTP Aceh meliputi: (1) Tanah; (2) Gedung dan Bangunan; (3)
Perumahan; (4) Kendaraan roda dua, empat, dan roda tiga (5) Peralatan dan
mesin; (6) Jalan, Irigasi dan Jaringan, (7) Peralatan UPBS dan (8) Aset tetap
lainnya.
a. Tanah
BPTP Aceh saat ini mempunyai aset tanah seluas 1.665.847 m² yang
terletak di 3 (tiga) lokasi yaitu: (1) Kota Banda Aceh; (2) Kabupaten Aceh Timur
dan; (3) Kabupaten Bener Meriah. Status kepemilikan tanah pada kantor BPTP Aceh
adalah berstatus sebagai sertifikat Hak Guna Pakai (HGU) dari Pemerintah Aceh ,
Hak milik Kementerian Pertanian dan akta pembebasan/jual beli.
Lokasi Tanah Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh BPTP Aceh
berlokasi: 1) Tanah BPTP Aceh yang setatusnya Hak pakai Pemerintah Aceh dengan
luas: 56.100 m² (tidak tercatat dalam SIMAK BMN), sedangkan yang tercatat dalam
Simak BMN: 1.609.747 m² yang terdiri dari tanah kebun Visitor Plot, bangunan
kantor, perumahan, bengkel, gudang dan garasi. 2) Kebun Percobaan Paya Gajah
dengan luas: 1.410.917 m² yang terdiri dari kebun percobaan kelapa, bangunan
kantor, perumahan, gudang. 3) sedangkan Kebun Percobaan Gayo dengan luas:
198.830 m². Luas yang terdiri dari: Kebun plasma nuftah kopi dan SDG lainya,
70
bangunan kantor, perumahan, bengkel, gudang dan garasi, dengan luas dan
keragaan pemanfaatan tanaman Plasma Nutfah Tanaman yang secara lengkap
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 20. Luas, Lokasi dan Pemanfaatan Tanah Tahun 2018
No Uraian
Luas (m²)
Jumlah BPTP
Aceh
KP P. Gajah
(Aceh Timur)
KP. Gayo
(Bener Meriah)
1. Tanah Kebun
Percobaan 0 1.392.817 190.508 1.583.325
2. Tanah Bangunan
Kantor Pemerintah 0 2.100 4.773 6.873
3. Tanah Bangunan
Rumah Negara GOL II/
Guest House/Gudang/
Bengkel/Gerasi
0 16.000 3.550 19.550
Jumlah 0 1.410.917 198.830 1.609.748
Pada tahun anggaran 2018, melalui mekanisme pembiayaan dari
Balitbangtan, BPTP Aceh mendapatkan dana untuk melakukan pembuatan dan
penerbitan kembali sertifikat tanah Kebun Percobaan Gayo. Penerbitan sertifikat
kembali dikarenakan sertifikat asli telah terbakar, sehingga diperlukan penerbitan
kembali. Sedangkan pembuatan sertifikat untuk 1 persil lahan. Pembuatan dan
penerbitan sertifikat KP. Gayo dilaksanakan oleh Notaris/Pembuatan Akta Tanah.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan tugu/patok pembatas tanah. Direncanakan
pada tahun 2019, melalui pembangunan Taman Sains Pertanian (TSP) Gayo, akan
dilakukan pembangunan dan renovasi pagar pembatas Kebun Percobaan Gayo pada
Lapangan 1-4. Prioritas utama pada lapangan 1 dan 4, karena okupasi lahan KP.
Gayo oleh masyarakat sekitar sudah mulai terjadi.
b. Bangunan Gedung
Keragaan bangunan gedung yang dimiliki oleh BPTP Aceh per 31 Desember
2018 meliputi gedung kantor, guest house, gudang/bengkel/parkir, garasi, pos jaga,
lantai jemur, gudang benih/UPBS, gedung laboratorium, gedung multimedia dan
gedung perpustakaan serta Pagar pengaman kebun. Jenis, luas, lokasi dan
banyaknya bangunan dapat dilihat pada Tabel 10.
71
Tabel 21. Jenis, Luas, Lokasi dan Banyaknya Bangunan Tahun 2018
No Uraian
Lokasi Jumlah
BPTP Aceh KP. Gajah KP. Gayo
Un
it
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2)
1 Kantor 2 1.155,5 1 205 1 784 4 2.144,5
2 Guest House 1 120 1 120 - - 2 240
3 Gudang/ Bengkel/parkir
4 826 5 311 4 2.704 13 3.841
4 Laboratorium 4 480 - - - - 4 480
5 Multimedia 1 120 - - - - 1 120
6 Perpustakaan 1 120 - - - - 1 120
7 Pos Jaga 1 33 - - - - 1 33
Pagar
permanen
1 75 1 1.143 - - 2 1,218
6 Lantai jemur 1 210 1 200 - - 1 410
Total 16 3.139,5 9 836 5 3.488 30 8.606,5
Rumah Dinas
Rumah Negara golongan II yang dimiliki oleh BPTP Aceh per 31 Desember
2018 berjumlah 40 unit, golongan I sebanyak 2 unit dan Rumah jabatan sebanyak 1
unit, dan kondisi rumah yang dimiliki pada saat ini rata-rata masih baik, dan rusak
ringan, hanya rumah dinas yang berada di Kebun Percobaan Paya Gajah sebanyak 7
unit kondisinya sudah kurang baik, 1 unit sudah rusak berat, dari 11 unit rumah
dinas Gol II dalam kondisi rusak ringan sampai berat karena bangunannya sudah
lama. Sedangkan rumah dinas yang ditinggalkan karena pensium terdapat pada
lokasi Kp Paya Gajah sebanyak: 3 Unit dalam kondisi kosong dan untuk rumah
dinas Golongan II yang berlokasi di kebun Percobaan Gayo pada tahun anggaran
2018 sebanyak: 11 Unit rumah negara Gol II dengan rincian Rumah Negara
Golongan II Type A 1 unit, Type B: 4 Unit, Type C: 4 Unit dan Type D : 2 Unit -
jumlah bangunan dapat di lihat pada Gambar 2.
72
Gambar 2. Jumlah rumah dinas BPTP Aceh Tahun 2018
Tabel 22. Jenis, Luas dan Jumlah Bangunan Rumah Dinas Berdasarkan Lokasi Unit
Kerja Tahun 2018
No Uraian
Lokasi Jumlah
BPTP Aceh KP. Gajah KP. Gayo
Unit Luas
(M2) Unit
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2)
1 Rumah dinas Type A - - - - 1 190 1 190
2 Rumah dinas Type B 2 240 - - 4 360 6 600
3 Rumah Dinas Type C 3 210 - - 4 280 7 490
4 Rumah Dinas Type C Semi permanen
- - 4 204 - - 4 204
5 Rumah Dinas Type D 12 636 4 202 2 112 18 950
6 Rumah Dinas Type E 2 72 3 105 - - 5 177
Jumlah 19 1.158 11 511 11 942 41 2.611
a. Kendaraan Dinas
Untuk kelancaran pelaksanaan operasional kegiatan BPTP Aceh didukung oleh
sarana transportasi kendaraan dinas roda dua dan kendaraan dinas roda empat.
Kondisi per 31 Desember 2018 Jumlah kenderaan roda dua, empat dan roda tiga
terdiri dari Pick Up: 6 unit, Mini Bus : 10 unit, Jeep : 3 unit dan sepeda motor : 37
unit dan Kenderaan Dinas Roda 3 sebanyak : 4 unit. Kondisi kendaraan roda 2 dan
4 yang baik dan rusak antara lain BPTP Aceh rusak ringan/berat 17 unit, KP Paya
Gajah: 6 unit dan KP Gayo berjumlah 11 unit. Kondisi rusak ringan sampai dengan
0
2
4
6
8
10
12
BPTP ACEH KP PAYAGAJAH
KP GAYO
RUMAH DINAS TYPE .A
RUMAH DINAS TYPE.B
RUMAH DINAS TYPE.C
RUMAH DINAS TYPE C SEMI
RUMAH DINAS TYPE.D
RUMAH DINAS TYPE.E
73
berat dan direncanakan akan dihapus pada tahun anggaran 2018. pada tahun 2018
telah diusulkan Penetapan Setatus Pengguna BMN berupa Kenderaan Roda 4 ,3,
dan 2 ke KPKNL Banda Aceh, BBP2TP dan Badan Litbang Pertanian. Jumlah dan
lokasi kendaraan dapat dilihat pada Tabel 12. Pada tahun anggaran 2018, melalui
mekanisme APBN-P dilaksanakan penggadaan 1 sepeda motor, merk Honda tipe
CBR, 150CC.
Tabel 23. Jumlah dan Alokasi Kendaraan Dinas Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2018
No Uraian Lokasi
Jumlah BPTP Aceh KP. Paya Gajah KP. Gayo
1. Kendaraan
Dinas Roda 4 17 3 - 19
2. Kendaraan
Dinas Roda 2 23 3 11 36
3. Kenderaan
Dinas Roda 3 2 1 1 4
Jumlah 41 7 12 59
c. Peralatan
Guna menunjang pelaksanaan kegiatan BPTP Aceh juga dilengkapi dengan
berbagai peralatan yang meliputi: (1) peralatan kantor; (2) peralatan pertanian; (3)
peralatan multimedia; (4) peralatan laboratorium dan; (5) peralatan bengkel, pada
tahun 2018 telah diusulkan Penetapan Setatus Pengguna BMN berupa Selain Tanah
dan Bangunan berupa peralatan ke KPKNL Banda Aceh, BBP2TP dan Badan Litbang
Pertanian. Pada tahun anggaran 2018 terjadi penambahan peralatan yang berasal
pengadaan belanja modal, dan trasfer masuk yang terdiri dari: Pembelian :
Kendaraan roda 1 (satu) 2 unit, Air Conditioning (AC) 2 unit dan mesin generator
set (genset 1 Unit).
Tabel 24. Jumlah dan Alokasi Peralatan Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2018
No Uraian Luas (m²)
Jumlah BPTP Aceh KP. Paya Gajah KP. Gayo
1. Peralatan kantor 1.038 98 267 1.403
2. Peralatan
Pertanian
150 11 11 172
3. Peralatan
Multimedia
412 - 26 438
4. Peralatan
Laboratorium
71 - 18 92
5. Peralatan Bengkel 80 2 10 92
6. Pustaka 575 - - 575
Jumlah 2.326 111 332 2.772
74
VV.. KKEERRJJAASSAAMMAA DDAANN DDIISSEEMMIINNAASSII
Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian pertanian ditentukan oleh
tingkat pemanfaatan hasilnya oleh pengguna sasaran. Penerapan hasil litkaji
tersebut diharapkan dapat mendorong pembangunan pertanian di daerah sehingga
sektor pertanian mampu berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian
nasional. Penyampaian informasi teknologi hasil-hasil penelitian dan pengkajian
kepada petani-nelayan, pihak swasta dan pengguna lain perlu dilakukan melalui
media yang tepat dan terus menerus agar petani-nelayan dapat menerapkan hasil
litkaji tersebut dan kesejahteraannya meningkat. Ada tiga subseksi dalam kegiatan
Pelayanan Teknis BPTP Aceh yaitu Kerjasama Pelayanan dan Pengkajian,
Perpustakaan dan Diseminasi/AVA.
5.1. Kerjasama
Tugas pokok dari subseksi Kerjasama adalah melaksanakan kerjasama
dengan stakeholders (pengambil kebijakan) dan beneficiaries (pengguna dan
penerima manfaat jasa teknologi) baik di tingkat daerah maupun nasional, guna
mendapatkan input dan peluang kerjasama untuk menciptakan konsep
penelitian/pengkajian paket teknologi usaha pertanian. Fungsi dari subseksi ini
adalah sebagai media perantara yang memberikan pelayanan prima paket teknologi
pertanian dari BPTP Aceh yang merupakan lembaga pendiseminasi teknologi untuk
para pengguna jasa teknologi pertanian. Pada TA. 2018, di BPTP Aceh melakukan
kerjasama penelitian/pengkajian dengan instansi lain, dari luar negeri yaitu ACIAR-
Australia.
5.2. Kerjasama Magang Mahasiswa/Praktik Lapang
Selain kerjasama penelitian, pelatihan dan magang, BPTP Aceh juga
melayani kerjasama dalam bentuk magang dan on job training mahasiswa.
Mahasiswa yang melakukan magang ikut dibimbing oleh salah satu peneliti atau
penyuluh sesuai masalah dan disiplin ilmu (tanaman pangan, peternakan dan
sayuran). Selama tahun 2018, jumlah mahasiswa yang magang dan melakukan
penelitian di lahan BPTP Aceh sebanyak 3 orang yang berasal dari Universitas Syiah
Kuala Kota Banda Aceh, sedangkan untuk meningkatkan kerjasama pemanfaatan
75
hasil penelitian juga telah dilakukan penandatanganan MOU kerjasama dengan
Universitas Malikulsaleh Kota Lhokseumawe dan Universitas Teuku Umar Kabupaten
Aceh Barat. Skim pendanaan kegiatan ini melalui sinkronisasi hasil penelitia dan
pengkajian. Diharapkan pasca penandatanganan, dilakukan kerjasama penelitian
dan magang mahasiswa universitas yang bersangkutan di lingkungan kantor BPTP
Aceh atau di Kebun Percobaan Paya Gajah dan Pondok Gajah.
5.3. Diseminasi/AVA
Pengembangan informasi pertanian merupakan salah satu bentuk kegiatan
penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai media
komunikasi. Penyuluhan pertanian sebagai pendidikan nonformal bagi petani
memiliki peranan mengisi proses transfer teknologi hasil pengkajian untuk
terjadinya perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
sehingga petani mempunyai kedudukan strategis dalam pembangunan pertanian.
Kegiatan Pengembangan Informasi Pertanian dilakukan dengan tujuan untuk
menyampaikan informasi teknologi pertanian kepada pengguna, dengan
menggunakan beragam media komunikasi yang representatif yang mudah diterima
mereka, sehingga sasaran peningkatan produksi dan produktivitas usahatani
tercapai seiring meningkatnya tingkat adopsi terhadap teknologi yang sesuai yang
mereka terima pada saat yang tepat.
Beragamnya media komunikasi yang digunakan disebabkan karena masing-
masing media mempunyai keunggulan sendiri. Secara garis besar, media
komunikasi yang digunakan oleh BPTP Aceh dikelompokkan menjadi dua yaitu
media cetak dan media elektronik.
5.3.1. Pengembangan informasi melalui media cetak berupa:
a. Buletin Info Teknologi Pertanian
Buletin Info teknologi Pertanian diproduksi sebanyak 100 eksemplar,
berisikan berbagai macam informasi yang diharapkan dapat berguna atau
dimanfaatkan oleh pengguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
mereka. Bulletin ini terbagi atas beberapa rubrik, seperti; budidaya, hama dan
penyakit, serta rubrik-rubrik lainnya yang mendukung pembangunan pertanian di
Aceh.
76
b. Leaflet Serambi Pertanian
Seperti halnya Buletin Info Teknologi Pertanian, media cetak Leflet Serambi
Pertanian juga berisikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Akan tetapi isi
dari liptan Serambi Pertanian lebih praktis yang diharapkan dapat di jadikan acuan
atau referensi pengguna untuk teknologi yang diinformasikan. Produksi media cetak
Leaflet Serambi Pertanian Tahun 2018 terbit sebanyak 2 judul, masing-masing
berjumlah 800 lembar (timbal balik), yaitu; (1) Teknologi Budidaya Padi di
Pasang, (2) Penyakit Pink Eye Pada Ternak Ruminansia. Banner, 9 set: 1.
Varitas Unggul Pepaya Merah, 2. Varitas Padi Lokal Asal.
5.3.2. Pendistribusian Media
Media cetak Leaflet Serambi Pertanian, Buletin Info Teknologi Pertanian dan
poster disebarluaskan kepada pengguna yang membutuhkan. Sasaran utama
pendistribusian adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan
Badan Ketahanan Pangan dan penyuluhan mulai dari propinsi sampai ke kabupaten.
Khusus media yang didistribusikan kepada dinas/instansi terkait di kabupaten
diharapkan dapat diteruskan kepada pengguna selanjutnya baik penyuluh maupun
petani. Media yang masih tersisa akan terus disebarkan kepada pengguna lain yang
membutuhkan, baik dari dinas/instansi, kelompok tani, BPP, mahasiswa, LSM
maupun perorangan. Disamping iitu seperti biasanya media yang diproduksi dalam
Kegiatan Pengembangan Informasi Pertanian juga didistribusikan pada saat
pameran pembangunan berlangsung.
5.4. Perpustakaan
Perpustakaan BPTP Aceh merupakan salah satu implementasi dari tupoksi
BPTP Aceh sebagai pelayanan teknologi dan penyebarluasan hasil
penelitian/pengkajian, perpustakaan ini bertujuan menyediakan bahan informasi
bagi peneliti, penyuluh dan pengguna lainnya berupa bahan tercetak maupun
elektronik untuk membantu kelancaran tugas lembaga. Sumberdaya manusia
sebanyak dua orang. Jumlah sumberdaya manusia berdasarkan pendidikan dapat
dilihat pada Tabel 14.
77
Tabel 25. Sumberdaya Manusia di Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018.
Nama Petugas L/P Pendidikan Mulai Tugas Th Pensiun
1. Mardhiah, Amd P D 3 Perpustakaan 1985 Des 2021
2. Suriyani Novita P SMA Biologi 2002 Nov 2034
Tenaga yang menangani perpustakaan BPTP Aceh pada tahun 2018
berdasarkan dengan jumlah ,bidang tugas dan tupoksi dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 26. Rincian Tugas Anggota Perpustakaan Tahun 2018.
No Nama Bidang Tugas Tupoksi Keterangan
1 Mardiah, Amd
NIP: 19651231
199103 2 003
Pelayanan - Mengkoordinir kegiatan
Perpustakaan
- Sirkulasi koleksi
- Melayani Peminjaman
buku/publikasi
- Membantu entri database
- Membuat penomoran buku
- menjaga kerapian buku
Pelatihan
2 Suriyani Novita
NIP: 19781108
200812 2 001
Database - Inputing data
- Pelayanan
- Sirkulasi
- Administrasi perpustakaan
- Melaksanakan entri
database
Pelatihan
Dalam menyediakan bahan informasi bagi peneliti, penyuluh dan pengguna
lainnya berbagai infrastruktur dilengkapi di perpustakaan Aceh. Uraian peralatan
perpustakaan Aceh dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 27. Infrastruktur Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018
No Uraian Peralatan Lama Baru Jumlah
1 AC 2 buah - 2 buah
2 Komputer lengkap + CD/RW 6 set - 6 set
3 Lemari penitipan barang
pengunjung
1 buah - 1 buah
Lemari koleksi Publikasi Baru 2 buah - 2 buah
5 Lemari Arsip 4 buah - 4 buah
6 Locker (15-20 ruang) 2 buah - 2 buah
7 Meja Komputer 4 buah - 4 buah
8 Meja resepsionis 1 buah - 1 buah
9 Meja baca (1,40 x 0,70 cm) 10 buah - 10 buah
10 Printer 1 unit - 1 set
11 Rak koleksi buku & majalah 16 buah - 16 buah
78
12 Rak Katalog 1 buah - 1 buah
13 Server 1unit - 1 unit
14 Scanner 2 unit - 2 unit
15 Televisi 21 inci 1 buah - 1 buah
16 Provider Telkomsel - 1 unit
Tabel 28. Perkembangan Database Digital Tahun 2018
No Jenis Jumlah record Keterangan
1. Database Buku 1.978 Judul
2. Database Majalah -
3. Database IPTAN 988 Abstrak
4. Database PPTAN (teknologi tepat
guna)
-
5. Database KPTAN (paket
komoditas)
-
6. Database Foto -
7. Databse EJR (Artikel luar negeri) -
8. VCD/ DVD - Koleksi
Perpustakaan
KONDISI TERKINI
Ketersediaan publikasi saat ini sampai akhir tahun 2018, perpustakaan BPTP Aceh
memiliki 8.194 koleksi, terdiri atas:
Tabel 29. Koleksi perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018
Jenis 2016 2017 2018
Jumlah Publikasi Jumlah Publikasi Jumlah Publikasi
Buku 4.133 4.168 4.258 Berkala Ilmiah
2.046 2.087 2.185
Berkala Lainnya
1.974 1.939 2.004
TOTAL 7.561 8.194 8.447
79
PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN
Adapun data pengunjung perpustakaan di BPTP Aceh Tahun 2017 dan 2018
dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 30. Jumlah pengunjung perpustakaan BPTP Aceh 2017 dan 2018.
No Bulan Jumlah Pengunjung (Orang) 2017
Jumlah Pengunjung
(Orang) 2018
Perubahan (+,-)
1 Januari 55 85 +30
2 Februari 19 50 +31
3 Maret 49 20 -29
4 April 38 34 -4
5 Mei 39 46 +7
6 Juni 77 85 +8
7 Juli 40 76 -4
8 Agustus 45 47 +2
9 September 37 41 +4
10 Oktober 13 30 +17
11 November 21 54 +33
12 Desember 26 63 +37
T O T A L 460 631 +171
Berdasarkan Tabel 19 diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
pengunjung perpustakaan BPTP Aceh, sebesar 27% dibandingkan dengan
pengunjung tahun 2017. Data pengunjung perpustakaan BPTP Aceh mulai Januari
s/d Desember 2018 banyak terdapat dari kalangan mahasiswa, umum, dan
penyuluh dari dinas pertanian, selebihnya adalah pengunjung dari mahasiswa/i
dari Universitas Syiah Kuala untuk membuat Surat Bebas Pustaka dan beberapa
kalangan Pegawai Dinas mencari bahan untuk pembuatan tugas makalah dan tesis
untuk penyelesaian studi strata magister (S2).
Perpustakaan menerima kembali mahasiswi magang sebanyak 2 (dua) orang
yang berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Fakultas adab dan
Humaniora., Serah terima mahasiswi dilakukan oleh dosen pembimbing yang
bersangkutan, Pada Tanggal 6 September 2018 sampai dengan 1 November 2018
magang, dan ditambah penelitian selama sebulan mulai tanggal 2 November s/d 5
Desember 2018, Tugas yang dilakukan yaitu membantu segala aktivitas harian
perpustakaan seperti mengentry data SIMPERTAN, Membuat bundel kliping Koran,
mendokumentasikan publikasi yang masuk dan penomoran serta membuat Leaflet
promosi Perpustakaan BPTP ACEH.
80
5.5. Jaringan Informasi
Salah satu jaringan informasi yang ada di BPTP Aceh sejak 1998 adalah
Internet. Email resmi yang dimiliki ada dua, yaitu [email protected] dan
[email protected]. Selain itu BPTP Aceh sejak Agustus 2007 telah
membuat website atau homepage khusus yakni www.nad.litbang.pertanian.go.id.
(Gambar 4) Untuk mengupdate homepage tersebut telah ditunjuk tim redaksi terdiri
peneliti, penyuluh dan teknisi. Dua Meskipun belum sempurna, namun website
tersebut sudah memiliki rubrikasi seperti Struktur Organisasi BPTP Aceh, SDM,
Hasil-hasil penelitian, Profil, News dan lain-lain. Dengan demikian, website ini
diharapkan menjadi media tercepat dalam mendiseminasikan hasil kegiatan dan
pengkajian kepada khalayak melalui jaringan internet.
Gambar4. Dashboard laman web BPTP Aceh
81
5.6. Laboratorium
Laboratorium kimia tanah merupakan unit pelayanan dari BPTP Aceh,
berfungsi untuk melayani permintaan analisis dari para peneliti lingkup sendiri
maupun dari luar seperti perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi
pemerintah lainnnya. Keberadaannya juga untuk mendukung usaha pertanian dari
para pengusaha pertanian besar maupun petani kecil.
Laboratorium kimia tanah merupakan salah satu sarana pendukung
penelitian dasar dan terapan, melayani permintaan analisis tanah, air dan pupuk
organik. Analisis tanah yang dapat dilayani oleh BPTP NAD berupa:
− Penetapan kadar air
− Penetapan pH H2O dan CaCl2 (pH tidak bisa analisis lagi karena pH meternya
rusak)
− Penetapan salinitas tanah (ECe) dengan EC meter dan ECa (dengan EM-38)
− Penetapan salinitas air (ECw)
− Penetapan Nitrogen metoda penyulingan titrimetri dan kalorimetri
− Penetapan P & K potensial (ekstrak HCl 25 %) kalorimetri
− Penetapan C-Organik metoda walkley and Black
− Penetapan Al-dd metoda tetrimetri
− Analisa N, P dan K dengan Paddy Soil Test Kit
− Penetapan tekstur tiga fraksi
Sedangkan analisis air yang dapat dilakukan baru mencakup penghitungan pH dan
EC. Analisis pupuk organik: pH, N total, C-organik, C/N, P tersedia dan K & P total.
Laboratorium kimia tanah BPTP Aceh dikelola oleh satu orang staf. Laboratorium
kimia tanah BPTP Aceh didukung oleh beberapa instrumen seperti timbangan
analitik, Spectrophotometer, Flamephotometer, Water Destilation Unit, Mikro
Kjeldalh dan EM-38. Berikut ini adalah alur/tahapan pelayan analisis kimia tanah di
BPTP Aceh (Gambar 3).
Pada tahun anggaran 2018, melalui mekanisme skim penganaan program
SMARTD, Laboratorium tanah BPTP Aceh mendapatkan alokasi anggaran sebesar
Rp.845.000, untuk pengadaan beberapa peralatan analisis tanah, yaitu atomic
absorption spectroscopy (AAS), agar analisis yang dilakukan sudah mencakup
unsure mikro tanah. Diharapkan pada tahun 2019, melalui mekanisme yang sama
dapat dilakukan penambahan peralatan analisis tanah, agar analisis tanah yang
82
dilakukan oleh BPTP Aceh, menjadi lengkap, mengingat tingginya permintaan
analisis oleh beberapa perguruan tinggi dan lembaga riset di Provinsi Aceh. Selain
itu pada akhir tahun 2018, laboratorium tanah BPTP Aceh juga sedangan dilakukan
audit untuk proses sertifikasi untuk mendapatkan akreditasi laboratorium ISO/IEC
17025:2008. Tenaga teknis pendamping berasal dari tim terpadu dari Balai
Penelitian Tanah Bogor. Pada tahun 2018, lab tanah BPTP Aceh telah melakukan uji
sebanyak 164 sample, untuk analisis makro tanah.
Gambar 3. Alur Pelayanan Analisi Tanah di Laboratorium BPTP Aceh.
Pelayanan jasa
Pengisian blanko
regestrasi
Pelanggan (Bawa sampel)
Check mutu
Test 1
Analisis
Test 2
Test/Uji Sample
Pengolahan sampel
Terima di laboratorium
Hasil analisis
Selesai
Pengesahan hasil
Hasil analisis
83
VI. PENUTUP
Secara organisasi, struktur organisasi dan personalia BPTP Aceh sesuai
dengan Surat Keputusan No.162/OT.310/H.12.1/2/2018 tanggal, 1 Pebruari 2018,
sebagai pengganti keputusan Kepala BPTP Aceh nomor
1674/OT.130/H.12.1/12/2017, tentang struktur organisasi BPTP Aceh berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/3/2006, Sumberdaya
manusia yang dimiliki BPTP berjumlah 92 orang. Pada TA. 2018, BPTP Aceh
melaksanakan kegiatan Pengkajian yang dilaksanakan 4 kegiatan, sedangkan
kegiatan diseminasi dan pendampingan 18 kegiatan yang tersebar di Provinsi Aceh.
TA. 2018 BPTP Aceh memperoleh alokasi dana APBN sebesar Rp 15.019.177.000,-
dengan realisasi penggunaan anggaran sebesar Rp. 14.796.973.537,- (98.5 %).
Sampai dengan akhir tahun 2018, sarana dan prasarana berupa tanah,
bangunan gedung, rumah dinas, kendaraan dinas dan peralatan yang tersebar di 3
(tiga) lokasi, yaitu Kantor BPTP Aceh di Banda Aceh, Kebun Percobaan Paya Gajah
Peureulak, Kabupaten Aceh Timur dan Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah
Kabupaten Bener Meriah sedangkan Kerjasama magang mahasiswa Universitas
Syiah Kuala Kota Banda Aceh, sedangkan penandatanganan kerjasama hasil
penelitian dan pengkajian dengan Universitas Malikulsaleh dan Universitas Teuku
Umar, Aceh Barat. Untuk kegiatan diseminasi yang dilakukan untuk
menyebarluaskan teknologi pertanian kepada pengguna melalui berbagai kegiatan,
media elektronik dan media cetak, sedangkan perpustakaan dan laboratorium
sebagai fasilitas untuk staf BPTP Aceh dan pihak lain yang memerlukan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2002. Panduan Umum. Manajemen Internal dan
Komersialisasi Teknologi Pertanian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 44 hal.
Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian Serta Program Informasi, Komunikasi dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian. 74 hal.
Badan Litbang Pertanian. 2006. Kumpulan Juklak dan Juknis Prima Tani. Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan. Penyusunan dan Mekanisme Perencanaan Program Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 35 hal.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Rencana Strategis Badan Litbang Pertanian 2005-2009. Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian. 104 hal.
BBP2TP. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. 100 hal.
BBP2TP. 2005. Prosiding Lokakarya Pertemuan Regional BPTP; Peningkatan Kinerja BPTP Dalam Rangka Mendukung Pemantapan Ketahanan Pangan, Pengembangan Agribisnis dan Peningkatan Kesejahteraan Petani. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP), Badan Litbang Pertanian. 155 hal.
BBP2TP. 2006. Pedoman Umum Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian, Monitoring dan Evaluasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 20/ Permentan/ TU.200/3/2008 Tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun 2008.