Balai Besar POM di Samarinda
-
Upload
nguyenquynh -
Category
Documents
-
view
231 -
download
3
Transcript of Balai Besar POM di Samarinda
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 i
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr Wb
Salam Sejahtera,
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya
sehingga dapat terselesaikan Rencana Strategis
(Renstra) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Samarinda tahun 2015-2019.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025 dan Perpres No.5 Tahun2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yang
implementasinya Balai Besar POM di Samarinda menuangkannya dalam bentuk
Rencana Strategis (Renstra). Renstra ini disusun untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun ke depan dari tahun 2015-2019, untuk pelaksanaannya tiap tahun
dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK)
sehingga dapat menjadi panduan penyelesaian tugas dan fungsi pengawasan.
Renstra merupakan bentuk rencana-rencana dan langkah-langkah strategis
dalam menjalankan tugas fungsi pengawasan. Kerangka pikir dalam Renstra ini
adalah bagaimana Program Pengawasan Obat dan Makanan bisa dilaksanakan
sesuai Visi, Misi dan Budaya Organisasi untuk mencapai tujuan meningkatkan
perlindungan masyarakat dari produk Obat dan Makanan yang berisiko
terhadap kesehatan sesuai sasaran strategis yang diprioritaskan.
Dalam Renstra ini memuat tentang pencapaian program dan kegiatan Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda 5 (lima) tahun sebelumnya
dari tahun 2011 – 2014 dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan,
kondisi umum, potensi yang dimiliki dan permasalahan yang dihadapi.
Disamping itu, untuk menjawab tantangan pengawasan Obat dan Makanan yang
semakin kompleks, Badan POM RI telah menetapkan Visi, Misi dan Budaya
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 ii
Organisasi yang baru untuk mencapai tujuan dan sasaran startegis yang juga
dituangkan dalam Renstra ini. Untuk dapat terlaksananya program dan kegiatan
yang menjadi prioritas dalam Renstra ini telah ditetapkan 4 (empat) Arah
Kebijakan dan 5 (lima) Strategi yang mengacu pada arah kebijakan Badan POM
RI sebagai pilar dan acuan pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan di
Kalimantan Timur.
Harapan kami, dengan Renstra ini anggota organisasi bisa meraih peluang dan
menjawab tantangan yang ada di lingkungan strategis Balai Besar POM di
Samarinda sehingga fungsi pengawasan bisa ditingkatkan dan mempunyai daya
ungkit dalam meningkatkan perlindungan kepada masyarakat Kalimantan
Timur dan Kalimantan Utara dari produk Obat dan Makanan yang berisiko
terhadap kesehatan.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
menyelesaikan penyusunan Renstra ini, semoga dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan di Kalimantan
Timur.
Wassalaamu’alaikum Wr Wb.
Samarinda, 10 Juni 2015
Kepala Balai Besar POM di Samarinda
Drs. Fanani Mahmud., Apt, M.Kes.
NIP 19580422 198603 1 001
Renstra Balai Besar POM di SamarindaTahun 2015-2019 iii
DAFTAR ISI
Halaman
Pengantar ……………………………………………………………………………………………. i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………. iii
Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran Surat Keputusan
……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………….
v vi
vii
viii Bab I Pendahuluan……………………………………..…………………………………. 1 I.1. Kondisi Umum…………………………….……………………..…………. 1 A. Peran BBPOM di Samarinda berdasarkan Peraturan …..
B. Sturuktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ………... C. Hasil Capaian Kinerja BBPOM di Samarinda
periode
2010-2014………………………………………………..
2 5
10
I.2. Potensi dan Permasalahan………….….…………….……………...... I.2.1. SKN ………………………………………………………………...…………...
14 15
I.2.2. SJSN ………………..…………………………………………………………... I.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas, dan komitmen Internasional………………………..…………………………………….....
16
17 I.2.4. Perubahan Iklim ………………………………………………………….. 19 I.2.5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat ………………….. 20 I.2.6. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk …………... 21 I.2.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah ……………………………... 24 I.2.8. Perkembangan Teknologi …………………………………………….. 25 I.2.9. Analisis Lingkungan Strategis (SWOT)…………………………... 26 Bab II Visi, Misi, Budaya Organisasi, Tujuan dan Sasaran Strategis.........
II.1. Visi……………………………………………..…………………………………. II.2. Misi……………………………………...……………………………….……...... II.3. Budaya Organisasi……………...………………………………………….. II.4. Tujuan…………………………...…………………………………………….... II.5. Sasaran Program……...………………………………………………….....
36 35 36 40 41 42
Bab III Arah Kebijakan dan Strategi……………………………..…………………….. III.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPOM………………………………….
48 48
Renstra Balai Besar POM di SamarindaTahun 2015-2019 iv
III.2. Arah Kebijakan dan Strategi BBPOM di Samarinda…………… III.3. Kerangka Regulasi ………………………………………….……………..... III.4. Kerangka Kelembagaan……………………….…………………….….…
55 58 61
Bab IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan……..…………………………. 62 IV.1. Target Kinerja ………………………………………………………………… 62 IV.2 Kerangka Pendaanaan .……………………………………………………. 65 Bab V Lampiran
Penutup …………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………….
67 67
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 v
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda………………………... 6
Gambar 2. Profil Pegawai BBPOM Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2013……………………………………………………………... 8
Gambar 3. Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasar
kan Analisa Beban Kerja ………………………………………………... 9
Gambar 4. Rasio Pencapaian Kinerja BBPOM di Samarinda Periode 2010-2014…
13
Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis Tahun
2010 s.d 2014…………………………………………………………… 13
Gambar 6. Persentase Penduduk yang Mengonsumsi Obat Modern dan Tradisional
21
Gambar 7. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok
Umur Tahun 2009-2013 ……………………………………………….. 23
Gambar 8. Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan
Dampaknya………………………………………………………………. 32
Gambar 9. Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BBPOM
di Samarinda……………………………………………………………... 34
Gambar 10. Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019 ................................................ 36
Gambar 11. Log Frame BBPOM di Samarinda .............................................................. 57
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Profil Pegawai BBPOM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2014…………………………………………………………….. 8
Tabel 2 Capaian Kinerja BBPOM di Samarinda Periode 2010-2014.................. 10
Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT……………………………………………. 33
Tabel 4 Penguatan Peran BBPOM di Samarinda Tahun 2015-2019………….. 34
Tabel 5 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM
Periode 2015 – 2019………………………………………………….. 45
Tabel 6 Program, Sasaran Program, Kegistan Strategis, Sasaran Kegiatan dan
Indikator Balai………………………………………………………….. 57
Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja………………………………... 62
Tabel 8 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja ....................………………….. 64
Tabel 9 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan…………………...
65
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Matriks Kinerja dan Pendanaan BBPOM di Samarinda…………… 67 Lampiran 2 Matrik Kerangka Regulasi …………………………………………………….. 70
B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA
Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com
SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR POM DI SAMARINDA Nomor : HK.05.02.101.04.15.0060.
Tanggal :20 April 2015
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR POM DI SAMARINDA TAHUN 2015-2019
KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SAMARINDA
Menimbang : 1. Bahwa dengan berakhirnya RPJMN tahap dua dan Rencana Strategis
Balai Besar POM di Samarinda tahun 2010-2014, perlu dilakukan penyusunan Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda sebagai penjabaran RPJMN tahap tiga tahun 2015-2019;
2. Bahwa Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun
2015-2019 memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pengawasan Oba dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang hendak dicapai;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Besar POM di Samarinda tentang Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA
Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com
5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
6. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
8. Peraturan Menteri Negara Perancanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L) 2015-2019;
9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
10. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.3546 Tahun 2009;
11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);
12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan POM Tahun 2015-2019 Tanggal 30 Maret 2015.
MEMUTUSKAN Menetapkan : Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Samarinda tentang Tim Penyusun Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015 - 2019.
Pertama : Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda yang selanjutnya
dalam keputusan ini disingkat Renstra Balai Besar POM di Samarinda tahun 2014-2019 berisi gambaran umum pembangunan di bidang Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan
B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA
Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com
Kalimantan Utara, meliputi aspek-aspek pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; produk terapetik dan PKRT; produk tembakau, obat tradisional; produk komplemen dan kosmetik; narkotika, psikotropika dan precursor; pemberdayaan konsumen di bidang Obat dan Makanan; penyidikan dan penegakan hukum di bidang Obat dan Makanan; penguatan kapasitas laboratorium; serta pemantapan jejaring lintas sektor.
Kedua : Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019 diharapkan menjadi landasan dalam melaksanakan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Tahun 2015-2019.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian harit erdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Samarinda Pada tanggal : 20 April 2015
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. KONDISI UMUM
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa perencanaan pembangunan
nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana
Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memiliki
maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh
komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi
menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap
ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap
kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan
secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian
daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber
daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.
Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung
pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Besar POM di
Samarinda sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun
Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan
serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Samarindauntuk periode 2015-
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 2
2019. Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Samarindaini berpedoman pada
RPJMN periode 2015-2019 dan mengacu pada Renstra Badan POM 2015 -
2019.Proses penyusunan Renstra Balai Besar POM di Samarindaperiode 2015-
2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja periode2010-2014, serta
melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai Besar POM di
Samarinda.Selanjutnya Renstra Balai Besar POM di Samarindaperiode 2015-
2019 diharapkan dapat meningkatkankinerja Balai Besar POM di
Samarindadibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Samarinda pada saat ini
berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:
A. Peran Balai Besar POM di SamarindaBerdasarkan Peraturan
Perundang-Undangan
Balai Besar POM di Samarinda adalah unit pelaksana teknis Badan POM
sebagai Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang bertugas
mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik,
dan makanan di wilayah Kalimantan Timur dan Utara. Tugas, fungsi, dan
kewenangan Balai Besar POM di Samarinda diatur dalam Keputusan
PresidenNomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non
Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keppres 103 Tahun
2001. Sesuai amanat ini, Balai Besar POM di Samarindamenyelenggarakan
fungsi:
1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan
2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan
penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 3
dan bahan berbahaya.
3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu produk secara mikrobiologi
4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan
pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi
5. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran
hukum.
6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi
tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan.
7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.
8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan
10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan sesuai
dengan bidang tugasnya.
Dilihat dari fungsiBalai Besar POM di Samarindasecara garis besar,
terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga, yakni:(1) Penapisan produk
dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-
market)melalui Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan
Makanan dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing Practices
(GMP) dan Good Distribution Practice (GDP) terkini; dan (2)Pengawasan Obat
dan Makananpasca beredar di masyarakat (post-market) melalui: a)
Pengambilan sampel dan pengujian; b)Peningkatan cakupan pengawasan
sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanandi Balai Besar POM di
Samarinda, termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi awal
dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanandi Balai Besar
POM di Samarinda d) Penguatan kapasitas laboratorium Balai Besar POM di
Samarinda. (3) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan
Edukasi dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan
Makanan di Balai Besar POM di Samarinda melalui: a) Tindak lanjut terhadap
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 4
Public Warning; b) Penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang
Obat dan Makanan, serta; c) Peningkatan Pengawasan terhadap Pangan
Jajanan Anak Sekolah (PJAS), dan advokasi kepada masyarakat.
Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai Besar POM di Samarinda
sebagai lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal
perlindungan terhadap konsumen. Balai Besar POM di Samarinda idealnya
dapat menjalankan tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang bergerak
ketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan. Dengan luas wilayah daratan
198.441,17 km2 dan wilayah laut 40.693,92 km2 terletak antara 113º44’ dan
119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang
Selatan merupakan salah satu faktor utama yang sangat sulit bagi Balai Besar
POM di Samarinda melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif.
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara terletak di sebelah paling
Timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan
dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak. Tepatnya
provinsi ini berbatasan langsung dengan:
Negara Malaysia di sebelah Utara,
Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah Timur,
Provinsi Kalimantan Selatan di sebelah Selatan,
Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Negara Malaysia di
sebelah Barat.
Letak geografis tersebut mengakibatkan terdapat banyak pintu masuk
bagi berbagai Obat dan Makanan keProvinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara. Namun hal ini, tidak menjadi hambatan dan justru menjadi
tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM di Samarinda untuk melakukan
revitalisasi tehadap kinerjanya dalam hal mengawasi Obat dan Makanan
poduksi dalam negeri maupun impor yang beredar di masyarakat. Di sisi lain,
perkembangan modernisasi suatu bangsa akan berpengaruh pada pola hidup
masyarakat. Dengan perkembangan modernisasi atau pola hidup tersebut
menjadikan sulit bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup,
terutama pemenuhan standar kesehatan.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 5
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda melakukan
upaya-upaya strategis guna tercapainya tugas dan fungsinya yang berdampak
pada perlindungan konsumen, dalam rangka melindungi masyarakat
Kalimantan Timur dari Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat,
substandar, ilegal dan palsu, yang juga merupakan unsur penting dalam
meningkatkan daya saing mutu produk di pasar lokal maupun global.
Munculnya perdagangan bebas di era globalisasi ini, pengawasan diarahkan
untuk dapat melindungi masyarakat melalui pengawasan pre marketdan post
market dengan mekanisme penyaringan produk yang beredar di wilayah
Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Menjawab
ekspektasi masyarakat yang tinggi, Balai Besar POM di Samarinda mengawal
peraturan untuk membina pelaku usaha memproduksi Obat dan Makanan
yang aman, berkhasiat, bermanfaat dan bermutu serta melindungi masyarakat
dari produk Obat dan Makanan yang tidak aman, tidak berkhasiat, tidak
bermanfaat dan tidak bermutu maka disusun Rencana Strategis ( Renstra),
Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK) untuk pelaksanaan
tugas dan fungsi pengawasan. Pesatnya perkembangan teknologi informasi
dan semakin kritisnya konsumen dalam memilih produk yang akan
dikonsumsi, pengawasan terhadap Obat dan Makanan yang beredar menjadi
sangat penting sehingga mampu menunjang pertumbuhan ekonomi baik di
Kalimantan Timur maupun nasional.
Tahun ini merupakan tahun ke pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN 2015-2019). Badan POM,
sebagai bagian integral dari pembangunan bidang kesehatan telah menyusun
upaya yang harus dilakukan dalam rangka melaksanakan pengawasan obat
dan makanan yang diamanatkan oleh pemerintah. Upaya yang telah disusun
Badan POM secara konsisten mengacu pada kebijakan prioritas pembangunan
nasional bidang kesehatan dan sesuai dengan arahan Presiden RI. Arah
kebijakan dan strategi pengawasan obat dan makanan yang telah disusun
diharapkan mampu mendukung upaya pembangunan kesehatan secara
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 6
optimal utamanya dalam mencapai beberapa target Millenium Development
Goals (MDGs) serta menghadapi pemberlakuan Sistem jaminan Sosial
Nasional (SJSN) tahun 2014. Badan POM harus siap mendukung upaya ini
secara maksimal. Harus dirumuskan upaya-upaya strategis dan terobosan
baru yang akan memberikan daya ungkit yang signifikan pada pencapaian
tujuan bersama tersebut.
Balai Besar POM di Samarinda telah melaksanakan beberapa kegiatan
yang bersifat new initiatives dalam upaya dalam meningkatkan efektifitas
pengawasan obat dan makanan dalam rangka perlindungan kepada
masyarakat dan peningkatan daya saing, misalnya kegiatan pengawasan
pangan jajanan anak sekolah, perkuatan pengawasan post market dan
pengamanan pasar dalam negeri untuk mengantisipasi dampak notifikasi
kosmetik dan peningkatan daya saing industri farmasi nasional. Kegiatan new
initiatives untuk meningkatkan efisiensi business process sehingga tercipta tata
kelola kepemerintahan yang baik dan mewujudkan SDM aparatur yang
responsive; professional; transparan dan akuntabel. New initiative tersebut
antara lain adalah pengembangan e-government yang meliputi e-recruitment; e-
procuremen;, e-archive; e-registration; dan pengembangan serta penerapan
Reformasi Birokrasi, pengembangan dan penerapan Quality Management
System (QMS).
B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan
Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231
Tahun 2004.Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun
berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 7
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mengacu pada Struktur Organisasi
Balai Besar POM di Samarinda. Dari struktur organisasi yang ada, Balai Besar
POM di Samarinda terdiri dari unit-unit kerja sebagai berikut : (1) Bidang
Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan
Produk Komplemen, (2) Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan
Mikrobiologi, (3) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, (4) Bidang Sertifikasi
dan Layanan Informasi Konsumen, serta (5) Sub Bagian Tata Usaha.
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda
Disamping tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Samarinda, masing-
masing Bidang/Seksi/Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok dan
fungsi sebagai berikut :
1. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen
Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik
dan Produk Komplemen mempunyai tugas :
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 8
Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium pengujian dan penilaian
mutu Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen.
2. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi :
Bidang Pengujian Pangan , Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi
mempunyai tugas :
Melaksanakan penyusunan rencana dan program evaluasi dan laporan
pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya serta pemeriksaan secara
laboratorium, pengujian dan pengendalian mutu di bidang mikrobiologi
3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas :
Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian,
dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan serta
penyidikan kasus pelanggaran hukumdi bidang produk terapetik,
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik,
produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
4. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen mempunyai tugas
Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi laporan
pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu
serta layanan informasi konsumen
5. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 9
Memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Besar
POM.
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas :
Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Untuk mendukung tugas-tugas Balai Besar POM di Samarinda sesuai
dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki
keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki Balai Besar
POM di Samarindauntuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat
dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 74 orang. Adapun jumlah
pegawai Balai Besar POM di Samarinda berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dijelaskan pada Tabel 1di bawah ini:
Tabel 1 Profil Pegawai Balai Besar POM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014
NO TINGKATPENDIDIKAN JUMLAH %
1 S2 2 2.70
2 APOTEKER 32 43.24
3 S1BIOLOGI 1 1.35
4 S1LAIN 14 18.92
5 D3FARMASI/Komputer 7 9.46
6 SMF 14 18.92
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 10
7 SLTA Umum 3 4.05
8 SD 1 1.35
Dari Tabel 1di atas dapat diketahui bahwa 33.78 % pegawai Balai Besar
POM di Samarinda adalah non sarjana. Pendidikan terbesar di Balai Besar
POM di Samarinda berturut-turut adalah Apoteker (43.24%), S1 Lainnya
(18.92%) dan SMF (18.92%).Dibawah adalah gambar2berisi grafik komposisi
prosentase Sumber Daya ManusiaBalai Besar POMdi Samarinda menurut
tingkat Pendidikan.
Gambar 2 Profil Pegawai Balai Besar POM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2013
0
10
20
30
40
2
32
1
14
7
14
31
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 11
Gambar 3 Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasarkan Analisa Beban Kerja
Dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium
pegawai selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada
penambahan pegawai selama selama kurun waktu tersebut. Hal ini
menyebabkan terjadinya kesenjangan pegawai BBPOM, karena dalam lima
tahun tersebut diperkirakan sejumlah 13 pegawai akan pensiun, pindah dan
sebagainya, sementara beban kerja semakin meningkat. Adanya kekurangan
pegawai yang signifikan tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi
pengawasan belum dapat dilakukan secara optimal.
Dari komposisi SDM pada Balai Besar POM di Samarinda sampai
dengan tahun 2014 sesuai dengan Tabel 1 dan Gambar 2 di atas, dirasakan
bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin
dinamis khususnya perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu
dilakukan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM pada Balai Besar POM
di Samarinda agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis
tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun ke
depan.
0
20
40
60
80
100
120
2014 2015 2016 2017 2018 2019
STANDAR KEBUTUHAN ABK TAHUN 2013
120 120 120 120 120 120
SDM TERSEDIA 74 82 82 82 82 82
SDM PENSIUN, PINDAH dll 0 4 3 3 2 1
KEKURANGAN SDM 46 38 38 38 38 38
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 12
C. Hasil Capaian Kinerja Balai Besar POM di Samarinda periode 2010-2014
Program Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan oleh Balai
Besar POM di Samarinda adalah untuk mencapai 5 (lima) sasaran strategis,
yaitu :
1. Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam
rangkamelindungi masyarakat Provinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Uatara;
2. Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang
moderndengan jaringan kerja di Seluruh Indonesia dangan kompetensi
dankapabilitas terunggul di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara ;
3. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang
ungguldalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan;
4. Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan dan
pengendalianterhadap program dan administrasi di Lingkungan Balai
Besar POM di Samarinda sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu;
5. Meningkatnya ketersediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan.
Pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai
Besar POM di Samarindatersebut dapat dilihat sesuai dengan
pencapaianindikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada Tabel 2di
bawah ini.
Tabel 2.Capaian Kinerja Balai Besar POM di SamarindaPeriode 2010-2014
URAIAN TARGET KINERJA REALISASI
TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TAHUN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1 2
3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8
Meningkatkan perlindungan masyarakat dari produk Obat dan
1 Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka
1
Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar
0.08% 1.00% 0.24% 0,26% 0.81% 3.01% 0.24% 0.15% -0.35% 1.33%
2 Persentase 0.20% 2.00% 3.86% 4,19% 25.86% 6.95% 3.86% 12.71% -2.54% 4.69%
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 13
Makanan yang berisiko terhadap kesehatan
melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di Provinsi Kalimantan Timur
kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar
3
Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar
0.20% 2.00% 1.71% 1,88% 8.27% 3.49% 1.71% 0.67% -2.48% 0.30%
4
Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar
0.40% 2.00% 2.52% 2.77% 1.70% 0.86% 2.52% 2.98% -2.00% 2.82%
URAIAN TARGET KINERJA REALISASI
TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TAHUN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1 2
3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8
5
Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar
3.00% 12.84% 15.03% 16.53% 3.18% 0.19% 15.03% 4.70% -
14.74% 12.45%
6
Proporsi Obat yang memenuhi standar (Aman, Manfaat, dan Mutu)
99.23% 99.23% 99.27% 99.31% 98.83% 99.03% 99.27% 99.42% 99.83% 97.50%
7
Proporsi OT yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)
2.00% 2.00% 1.79% 1.40% 2.94% 2.83% 1.79% 3.81% 2.73% 0.84%
8
Proporsi Kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya
3.00% 3.00% 0.67% 0.50% 1.18% 1.19% 0.67% 0.61% 1.08% 2.25%
9
Proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan
4.00% 4.00% 3.47% 2.73% 3.30% 5.88% 3.47% 0.47% 3.30% 0.49%
10
Proporsi Makanan yang memenuhi syarat
75.00% 75.00% 76.02% 77.50% 73.63% 72.01% 76.02% 80.91% 73.63% 86.08%
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 14
2 Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di Provinsi Kalimantan Timur
11
Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini
42.00%
42.00%
62.00%
58.40%
74.50%
62.16%
55.20%
71.58%
74.50%
70.30%
TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TAHUN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1 2
3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8
3 Meningka tnya kompetensi, kapabilitas, dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan
12
SDM yang ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi
70.00%
70.00%
75.00%
75%
80.00%
15.10%
15.00%
70.83%
84.05%
91.82%
13
Pemenuhan SDM sesuai dengan beban kerja
60.00%
60.00%
65.00%
65%
70.00%
76.90%
75.00%
69.70%
61.4%
64.35%
4
Meningkatnya Koordinasi Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian terhadap Program dan Administrasi di Lingkungan BBPOM Samarinda sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu
14
Persentase Unit Kerja yang menerapkan sistem manajemen mutu
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
40.00% 75.00% 100.00%
100.00%
100%
5
Tercapainya koordinasi dengan lintas sector terkait dalam pengawasan Obat dan Makanan
15
Persentase pelaksanaan tata hubungan kerja (advokasi) ke lintas sektor dalam pengawasan
70.00% 72.00%
75.00%
90.00% 90.25%
40.00%
40.00%
85.71%
81.82%
108.30%
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 15
Obat dan Makanan
SebagaimanaTabel2pencapaian kinerja pada Renstra periode 2010-2014
tersebut di atas, kinerja Balai Besar POM di Samarindatelah menunjukkan
kinerja yang baik. Hal ini bisa dilihat dari seluruh kinerja Balai Besar POM di
Samarinda sesuai dengan tugas utamanya melakukan pengawasan Obat dan
Makanan. Adapun penjelasan pencapaian masing-masing indikator tersebut
adalah sebagai berikut: Untuk indikator kinerja Obat yang beredar telah
memenuhi syarat tercapai sebesar 99,43%, sedangkan Obat Tradisional beredar
telah tercapai memenuhi syarat 80,20%, untuk kinerja Kosmetik beredar telah
memenuhi syarat sebesar 98,84%, dan kinerja Suplemen Makanan tercapai
sebesar 99,23%, dan Makanan beredar yang memenuhi syarat sebesar 83,94%.
Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap menjadi
mainstreaming di Renstra 2015-2019.
Dibawah ini dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja Balai Besar
POM di Samarinda dari tahun 2010-2014.
PERSENTASE KENAIKAN OBAT YANG MEMENUHI STANDAR
TA
HU
N 2
009
SE
BA
GA
I BA
SE
LIN
E
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian
0.08 3.01 3,762.50 1.00 0.24 24.00 0.24 0.15 62.50 0,26 (0.35) - 0.81 1.33 -
PERSENTASE KENAIKAN OBAT TRADISIONAL YANG MEMENUHI STANDAR
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian
0.20 6.95 3,475.00 2.00 3.86 193.00 3.86 12.71 329.27 4,19 (2.54) - 25.86 4.69 -
PERSENTASE KENAIKAN KOSMETIK YANG MEMENUHI STANDAR
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian
0.20 3.49 1,745.00 2.00 1.71 85.50 1.71 0.67 39.18 1,88 (2.48) - 8.27 0.30 -
PERSENTASE KENAIKAN SUPLEMEN MAKANAN YANG MEMENUHI STANDAR
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian
0.40 0.86 215.00 2.00 2.52 126.00 2.52 2.98 118.25 2.77 (2.00) (72.20) 1.70 2.82 -
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 16
PERSENTASE KENAIKAN MAKANAN YANG MEMENUHI STANDAR
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian
3.00 0.19 6.33 12.84 15.03 117.06 15.03 4.70 31.27 16.53 (14.74) (89.17) 3.18 12.45 -
Gambar 4. Rasio Pencapaian Kinerja Balai Besar POM di Samarinda Periode
2010-2014
Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis 1 tahun
2010 s.d 2014
Berdasarkan capaian kinerja utama Balai Besar POM Samarinda sesuai
dengan Tabel2 dan Gambar 3diatas, terlihat bahwa kinerja Balai Besar POM
Samarindamasih memerlukan peningkatan sesuai dengan tugas dan
kewenangannya terlebih adanya perubahan lingkungan strategis yang sangat
dinamis, sehingga tantangan dan permasalahan akan makin berkembang. Balai
Besar POM Samarinda diharapkan terus meningkatkankinerja yang telah
dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaituagar pengawasan obat dan
makanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.
I.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun
global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5
% c
apai
an
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 17
kompleks. arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas
distribusi barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang
berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga
berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam
yang memunculkan isu perubahan iklim (climate change), ketegangan lintas-
batas antarnegara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit,
mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh Balai Besar POM
Samarinda. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai
Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran produk Obat dan
Makanan. Konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan serta kemampuan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, akan
menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan. Terbentuknya provinsi baru Kalimantan Utara
pada Tahun 2012, memunculkan tantangan tersendiri untuk BBPOM
Samarinda karena ke depan tentunya berpotensi di bentuk Balai baru di
Kalimantan Utara guna meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan di
provinsi tersebut. Peran BBPOM Samarinda sangatlah dibutuhkan untuk
mempersiapkan Balai baru tersebut dari sisi struktur organisasi, kompetensi
dan kuantitas SDM,sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas
sektor tentunya dengan dukungan penuh dari Badan POM.
Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang
dihadapi oleh Balai Besar POM Samarinda terdiri atas2(dua) isu mendasar,
yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas,
komitmen internasional, post MDGs 2015, perubahan iklim, dan demografi.Isu-
isu tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis
yang mempengaruhi peran Balai Besar POM Samarinda baik internal maupun
eskternal adalah sebagai berikut:
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 18
1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
SKN merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, yangmemadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama
terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian
dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif
masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua
pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan
kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan rumah sakit,
Puskesmas, dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.Semakin
banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan semakin
mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan
masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat
semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.Hal ini
merupakan tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh Balai Besar POM
Samarinda dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.
Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut.Beberapa
permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu
obatadalah semakin meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat tradisional, serta
pengobatan secara tradisional di masyarakat yang memerlukan peningkatan
penelitian ilmiah lebih lanjut. Disamping itu juga munculnya bibit penyakit baru
atau bibit penyakit yang dulu pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang,
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 19
namun kini berjangkit kembali. Penyakit ini,baik menular maupun yang tidak
menular sebagai akibat dari adanya perubahan iklim secara global, fluktuasi
ekonomi, model perdagangan bebas dan kemajuan teknologi maupun transisi
dari demografi, juga turut mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat
Indonesia dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan.
Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Besar
POM Samarinda untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam
mengkonsumsi Obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman
bagi masyarakat, Balai Besar POM Samarinda selama inimelakukan kontrol
dalam bentuk penilaiansebelum produk beredar dipasar dan pengawasan secara
ketat terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain itu, Balai
Besar POM Samarinda juga dapat memberikan informasi dan edukasi pada
masyarakat mengenai produk obat yang murah, aman dan bermutu.
1.2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya
kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat. Sistem ini
merupakan program negara (pemerintah/masyarakat) dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini
diharapkan dapat menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun
usia lanjut dan resiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan
(ends)dalam mewujudkan kesejahteraan.Untuk itu, dalam sistem jaminan
sosial nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak
langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah
meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk obat,baik dari dalam
maupun luar negeri karena perusahaan/industri obat akan berlomba-lomba
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 20
menjadi supplier obat untuk program pemerintah tersebut. Selain jumlah obat
yang akan diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, karena
adanya demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan.
Sementara dampak tidak langsungnya diasumsikan adalah terjadinya
peningkatan konsumsi obat,baik jumlah dan jenisnya.
Disamping itu,permintaan pemenuhan persyaratan CPPOB (Cara
Produksi Pangan Olahan yang Baik)dan CDOB (Cara Distribusi Obat yang
Baik) juga akan terjadi peningkatan. Dampak tersebut akan mengakibatkan
peran Balai Besar POM Samarinda semakin besar, salah satunya adalah
mengantisipasi dampak tersebut melalui intensifikasi post market control.
1.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional
Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas,
yang mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan lingkungan.
Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi,
dan transportasi yang mempunyai konsekuensi pada fungsi suatu negara
dalam sistem pengelolaannya.Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi pembangunan kesehatan, yang sampai saat ini belum
sepenuhnya dilakukan persiapan dalam menghadapi tantangan dan peluang
tersebut, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan,
sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang
responsif.
Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi
tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian
internasional, khususnya ekonomi yang menghendaki adanya area
perdagangan bebas (free trade area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6
(Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filiphina,Singapura, dan
Thailand)Free Trade Area, ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN Japan
Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement
(AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA), dan ASEAN-Australia-
New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).Dalam hal ini, memungkinkan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 21
negara-negara tersebut membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang
bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan
berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta
menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai
ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat
dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik
negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam
menghadapi FTA dan masyarakat ekonomi ASEAN pada 2015, diharapkan
industri farmasidan makanandalam negeri mampu untuk menjaga daya saing
terhadap produk luar negeri. Balai Besar POM Samarinda terlibat aktif dalam
perundingan bilateral Indonesia Malaysia (Sosek Malindo) khususnya antara
Provinsi Kalimantan Utara dan Negara Bagian Sabah untuk pengawasan
peredaran Obat dan Makanan di daerah perbatasan.
Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain
adalah Obat, Makanan dan Kosmetik, termasuk jamu dari negara lain,
merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas
menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat
dan Makanandari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan
mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan
proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan
tersebut.
Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu
ekonomi saja namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu
kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan
yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa
diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.
Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya Pemerintah dalam
membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya
untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai
contoh, saat ini akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 22
masih terbatas sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal.Secara
umum, jumlah apotek yang ada di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara masih kurang, belum semua kecamatan terjangkau dengan layanan
apotek.
Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat
tinggi, kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah
lemahnya pengawasan dan penegakan hukummembuat banyak beredar obat-
obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang
berbahaya. Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data
WHO, praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai 10%, dan
mencapai 20-40% untuk negara berkembangtermasuk Indonesia.
Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara memiliki potensi
pengembangan pasar pengobatan tradisional yang cukup besar. Saat ini baru
terdapat 6 (enam) industri skala kecil. Namun dengan melihat potensi tanaman
obat yang spesifik tumbuh di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara yang berjumlah 27 (dua puluh tujuh) diantaranya adalah : Anggrek
hitam/ Black orchid (Coelogyne pandurata), Bawang tiwai (Eleutherine
americana), Tahongai (Kleinhovia hospita), Kelakai (Stenochlaena palustris).
Melihat besarnya potensi tersebut, diperlukan dukungan pemerintah
untukmemacu pertumbuhan industri obat tradisional. Dengan adanya Free
Trade Area (FTA), maka Pemerintah harus mengembangkan kesiapan distribusi
sediaan farmasi untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan, dan
ketersediaan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat sehingga mampu
bersaing dengan produk obat dari luar negeri.
1.2.4. Perubahan Iklim
Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor
pertanian khusunya produk bahan pangan di Indonesia. Musim hujan yang
tidak menentu dan diikuti dengan perubahan cuaca yang semakin tidak pasti,
berdampak pada bencana alam dan kerugian besar dalam produksi pertanian.
Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat mengancam
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 23
ketersediaan pangan di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Akibatnya harga bahan pangan mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya
ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang
kompetitif.
Dari sisi ekonomi makro, bahwa industri makanan dan minuman
dimasa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok
pangan dunia. Namun, terkait dengan fenomena lanina yang mengakibatkan
terjadinya perubahan iklim dunia akan mempengaruhi stok pangan dunia.
Indonesia sebagai negara tropis akan banyak mendapatkan peluang dan
berperan dalam penyediaan pangan dunia. Indonesia dapat memanfaatkan
peluang ini dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.
Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor
makanan, minuman dan tembakau serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang
dari karet terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari
Badan POM termasuk Balai Besar POM Samarinda untuk mengawasi dan
menjamin keamanan proses produksi produk makanan dari hulu hingga hilir.
Ekonom Faisal Basri dalamKompasiana, Nopember 2010, menyatakan bahwa
industri makanan dan minuman berperan penting dalam pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil ekspor-impor produk
makanan dan minuman serta peringkat pertumbuhan industri.Namun hasil
peningkatan ini masih perlu didukung dengan peran teknologi (inovasi
produk, kemasan dan lainnya), infrastruktur (logistik kebutuhan industri),
institusi (peraturan yang terkait industri makanan dan minuman), health and
primary education (sumber daya manusia Indonesia). Jadi peran dan fungsi dari
Balai Besar POM Samarinda akan semakin berat dan sangat dibutuhkan dalam
upaya mencegah peredaran makanan serta obat yang mengandung bahan
berbahaya di dalam tubuh.
Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan
munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari virus. Bibit penyakit baru
tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 24
banyak, dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain. Penyebaran virus
ini dapat melalui hewan unggas, serangga, orang maupun udara. Saat ini,
masyarakat sudah mengenalvirus flu burung (H2N1), demam cikungunya
yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, flu babi dan lain sebagainya yang
berkembang di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Perubahan iklim yang ditandai dengan meningkatnya intensitas curah
hujan dan suhu udara, dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk. Menurut Kementerian Kesehatan bekerja sama
dengan Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI)
tahun 2013,yang melaksanakan kajian dan pemetaan model kerentanan
penyakit infeksi akibat perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah
endemik untuk beberapa penyakit yang perkembangannya terkait dengan
pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya Demam Berdarah Dengue dan
Malaria. Jadi di Indonesia, terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat
perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vector yaitu
Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Diare. Bukti ilmiah yang
diperoleh hingga saat ini menyatakan bahwa pertumbuhan penyakit yang
disebabkan olehvariabilitas dan perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap
epidemiologi penyakit yang ditularkan baik oleh vector (vector-borne disease),
air (water-borne disease), dan udara (air-borne disease).
Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang
banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran
Pernapasan(ISPA)dan penyakit batu ginjal. Kedua penyakit ini dapat dicegah
dengan mengkonsumsi obat-obat tradisonal yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan.
Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses
perubahan iklim, diperlukan peranan dari Badan POM termasuk Balai Besar
POM Samarinda dalam mengawasi peredaran varian produk obat yang baru
dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun
yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat farmasi, varian obat baru ini juga
diikuti pula dengan jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 25
paling banyak beredar di pasar.Kondisi ini menuntut kerja keras dari BBPOM
Samarinda melakukan pengawasan terutama terhadap peredaran obat
tersebut.
1.2.5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat (Perubahan Pola Hidup
Masyarakat)
Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-
ekonomi, yakni pendapatan per kapita sebesar USD 3000 tahun 2010 dan
diproyeksikan pada tahun 2025 mencapai USD 14.250–15.500 (Bappenas; 2012),
dan telah menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan
ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada
masyarakat Indonesia. Secara teori dan fakta, bahwa semakin tinggi
pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat
dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas.
Berdasarkan data konsumsi Obat yang dilakukan masyarakat Indonesia
pada Gambar 5, sebagian besar penduduk masih banyak yang mengkonsumsi
obat modern dibandingkan dengan obat tradisional. Konsumsi obat modern
pada tahun 2012 mencapai 91,40%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak
24,33%. Beberapa penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para
kaum lanjut usia justru banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka
waktu yang relatif lebih lama.
91.63% 90.76% 90.96% 91.40%
22.24%27.57%
23.63% 24.33%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
Obat Modern
Obat Tradisional
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 26
Gambar 6
Persentase Penduduk yang Mengonsumsi Obat Modern dan Tradisional
Sumber: Susenas BPS 2009-2012
Dengan dengan asumsi masyarakat Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara juga banyak yang mengkonsumsi obat modern,untuk itu perlu
mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius dari Balai Besar POM
Samarinda.
1.2.6. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus
penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa
(sebesar 1,49% pertahun) sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kalimantan
Timur dan Kalimantan Utara tahun 2011-2013 menurut Kalimantan Timur dalam
angka tahun 2014 adalah 2,97%. Dengan laju pertumbuhan sebesar itu,
diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 450
juta jiwa. Dari Gambar 6.1 di bawah ini dapat dilihat bahwa jumlah populasi
terbesar berada pada kelompok umur remaja 15-19 tahun yang paling banyak,
namun menunjukan trend penurunan. Sementara usia produktif antara 30-54
tahun justru menunjukan trend meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan
usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan trend yang meningkat
tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan hidup,
artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin meningkat.
Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi,
yakni 9,079 juta tahun 2010 dan akan naik pada tahun 2020 menjadi 29,047 juta
(BPS Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010). Maka perubahan pola beban
penyakit untuk kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan
membutuhkan layanan kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas.
Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada
transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 27
penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun
masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas
kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus
akan menambah beban kerja dari BBPOM Samarinda sebagai pengawas di
bidang Obat dan Makanan.
Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan
cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi
konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga
penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen
obat yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi
BBPOM di Samarinda untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai jenis
obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.
Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap
produk Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan
terhadap produk Obat dan Makanan semakin meningkat maka penawaran
dari produk Obat dan Makanan juga akan meningkat. Adanya potensi pasar
membuat para produsen baik lokal maupun internasional untuk memproduksi
produk Obat dan Makanan. Bertambahnya jumlah produsen ini tentunya akan
menambah beban pekerjaan BBPOM di Samarinda dalam
prosespengawasannya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing
Practice) oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makananmenjadi
tantangan BBPOM di Samarinda dalam melakukan pengawasan.
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
jum
lah
pe
nd
ud
uk
(dal
am 0
00
)
Kelompok Umur
2009
2010
2011
2012
2013
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 28
Gambar 7
Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur Tahun
2009-2013
Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013
Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi
potensi berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi (yaitu
dengan adanya bonus demografi). Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang
bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi di
Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang sangat besar dan
mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.
Bonus demografi yang terjadi di Indonesia akan memberi dampak yang
besar jika pendidikan dan ekonomi yang terkait dengan tenaga kerja cukup
baik ketersediaannya. Indonesia dapat menjadi negara dengan perekonomian
terbesar ketujuh di dunia, jika dapat memanfaatkan potensi bonus demografi
yang ada. Laporan McKinsey Global Instittute (September 2012), memprediksi
bahwa ekonomi Indonesia akan mengalahkan Jerman dan Inggris pada 2030.
Prediksi ini berpatokan pada pemetaan demografi bahwa penduduk Indonesia
dalam usia produktif telah mencapai 80%. Penduduk ini telah memiliki daya
beli lebih tinggi ditambah dengan kenaikan jumlah penduduk kelas menengah
(middle class) yang terjadi pada tahun 2040.
Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah
harus mulai dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca
berakhirnya masa Bonus Demografi,dimana jumlah lansia meningkat.
Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan bahwa kelompok middle class
atau consuming class Indonesia naik dari waktu ke waktu, yakni tahun 2010
hanya 45 juta orang, maka proyeksi tahun 2020 naik menjadi 85 juta orang dan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 29
pada tahun 2030 sudah mencapai 135 juta orang. Kelompok ini akan banyak
mempengaruhi pola konsumsi Obat dan Makanan serta gaya hidup
masyarakat Indonesia.
Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah
dengan mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai dengan
implementasinya di tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: a)
Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat; b) Peningkatan kualitas dan
kuantitas pendidikan; c) Pengendalian jumlah penduduk; d) Kebijakan
ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja danpasar, serta
keterbukaan perdagangan dan tabungan nasional.
1.2.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum
dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan
peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting.
Manajemen kesehatan yang meliputi kebijakan kesehatan, administrasi
kesehatan, sistem informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang mencakup
perlindungan masyarakat, penegakan dan kesadaran hukum belum
sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan. Meskipun sistem informasi
kesehatan sangat penting untuk mendukung pembangunan kesehatan, akan
tetapi tidak mudah dalam pengembangannya agar berhasil-guna dan berdaya-
guna. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang
diharapkan.
Upaya perlindungan masyarakat terhadap penggunaan sediaanfarmasi,
alat kesehatan dan makanan minuman telah dilakukan secara komprehensif.
Sementara itu pemerintah telah berusaha untuk menurunkan harga obat,
namun masih banyak kendala yang dihadapi. Penggunaan obat rasional belum
dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak
pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan formularium. Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) digunakan sebagai dasar penyediaan obat di
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 30
pelayanan kesehatan publik. DOEN tersebut telah disusun sejak tahun 1980
dan direvisi secara berkala sampai tahun 2008.
Untuk menjamin keterjangkauan obat esensial, Pemerintah telah
menetapkan harga obat generik esensial untuk pelayanan kesehatan mencakup
455 item obat. Disamping itu, masyarakat miskin juga telah mendapatkan
pengutamaan dalam pelayanan kesehatan dasar, khususnya pelayanan obat
melalui subsidi pemerintah sebesar Rp.3.800/kapita tahun 2007 dan Rp.
4.200/kapita di tahun 2008 dengan asumsi jumlah penduduk sebesar 225 juta,
yang secara bertahap harus terus ditingkatkan untuk mencapai minimum
$.2,00/kapita USD sesuai dengan rekomendasi WHO. Sementara ini, melalui
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk masyarakat miskin,
pemerintah menyediakan pula dana untuk pelayanan kesehatan yang sebagian
diantaranya untuk belanja obat, namun demikian masih belum dapat
memenuhi kebutuhan obat sebagaimana yang diharapkan.
Ketersediaan Obat Generik Berlogo tinggi, harga murah tapi akses
masyarakat terhambat karena asymetric information dan praktek pemasaran
yang kurang baik.Lebih dari 90% obat yang diresepkan di Puskesmas
merupakan obat esensial generik. Namun tidak diikuti oleh sarana pelayanan
kesehatan lainnya, seperti di rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan
apotek. Hal ini menunjukkan bahwa konsep obat esensial generik belum
sepenuhnya diterapkan.
Agar tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarinda berjalan dengan
baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik
dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang baik (sound governance).Pembangunan kesehatan harus
diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparan),
rasional, professional, serta bertanggung jawab dan bertanggung-gugat
(akuntabel). Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan
menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah pusat
dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 31
mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Dengan berlakunya
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, merupakan
tantangan bagi BBPOM di Samarindauntuk menyiapkan dan mengusulkan
Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan kegiatan terkait Obat dan Makanan yang dilimpahkan ke
daerah.
1.2.8.Perkembangan Teknologi
Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik,
namun penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai 96%
dari kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman berpotensi
mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah
digunakan sebagai bahan baku. Dengan kemajuan teknologi dan besarnya
kebutuhan produk obat, Badan POM dapat mendorong industri farmasi
khususnya industri obat tradisional untuk mengoptimalkan penggunaan
bahan baku obat Tradisional dalam negeri.
Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi.
Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa
pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga
distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien.
Untuk itu, dampak pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin
tinggi, dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ketempat tujuan di seluruh
wilayah Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan
makanan juga harus sama cepatnya.
Disamping itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Dan
dengan adanya perubahan iklim ikut mendorong berbagai inovasi dari
perkembangan IPTEKtersebut, yang menjadikan varian bahan makanan yang
sama dapat diproduksi secara berbeda, misalnya melalui rekayasa genetika
yang terkadang tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus menjadi
perhatian dan antisipasi Badan POM termasuk BBPOM di Samarinda dalam
menghadapi hal tersebut.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 32
Untuk itu, dengan meningkatnya perkembangan teknologi informasi
juga dapat menjadi potensi bagi BBPOM di Samarinda untuk dapat melakukan
pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan
masyarakat yang ada di Indonesia. Di sisi lain, teknologi informasi juga dapat
menjadi tantangan bagi BBPOM di Samarinda akan banyaknya pemasaran dan
transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja juga perlu
mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.
1.2.9. Analisa terhadap Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats/SWOT)
Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah
dijelaskan di atas baik secara internal maupun eksternal, maka Balai Besar
POM di Samarinda harus melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan
khususnya eskternal dapat menjadi suatu peluang bukan ancaman yang dapat
mempengaruhi peran Balai Besar POM di Samarinda sebagai lembaga yang
bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap Obat dan
Makanan di kawasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, maka selanjutnya
akan menjadi dasar dalam melakukan identifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang dan hambatan melalui analisa SWOT,sehingga dari analisa tersebut
dapat ditetapkan arah strategis dan kebijakan Balai Besar POM di Samarinda
kedepan, agar dapat terwujud tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM
di Samarinda dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil analisa SWOT
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. KEKUATAN (STRENGTHS)
Balai Besar POM di Samarinda sebagai UPT Badan Pengawas Obat dan
Makanan saat ini memiliki kualitas SDM yang sangat memadai,
khususnya tenaga-tenaga yang terampil dalam melakukan pengujian
laboratorium dan inspeksi sarana dalam melaksanakan pengawasan
produk Obat dan Makanan yang ada.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 33
Disamping itu, Badan POM secara menyeluruh telah memiliki hasil
penilaian atas Integritas Pelayanan Publik yang diakui secara Nasional.
Pelayanan ini sangat mutlak harus memiliki integritas karena dampak
pelayanan yang diberikan oleh Balai Besar POM di Samarinda terhadap
pengujian laboratorium dan inspeksi sarana Obat dan Makanan akan
langsung dirasakan oleh masyarakat.
Sebagai UPT Badan POM, Balai Besar POM Samarinda memiliki jaringan
(networking) yang kuat dengan lembaga-lembaga di provinsi Kalimantan
Timur dan Kalimantan Utara. Jaringan yang kuat dan luas ini sangat
strategis posisinya dalam mendorong dan memastikan tugas-tugas pokok
Balai Besar POM Samarinda sebagai pengawas Obat dan Makanan pada
provinsi tersebut.
Di sisi lain, Balai Besar POM Samarinda telah menerapkan Pedoman
Pengawasan yang jelas untuk acuan pengujian/inspeksi dalam
pengawasan atas Obat dan Makanan yang dikeluarkan oleh Badan POM,
sehingga seluruh pengujian/inspeksi tersebut telah memiliki standar
baku sebagai penjamin\ quality assurance kesamaan prosedur.
Dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi Balai Besar POM
Samarinda, Komitmen PimpinanBalai Besar POM Samarinda menjadi
mutlak sebagai landasan untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan
dari peran Badan POM dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan
kesehatan masyarakat.
2. KELEMAHAN (WEAKNESSES)
Saat ini SDM Balai Besar POM Samarinda sudah memiliki kualitas yang
memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai Besar POM Samarinda
belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi
sebagai UPT Badan POM.
Sistem manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan,
baik ditingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 34
manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan
penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien.
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan
sarana dan prasarana yang sangat memadai. Hal ini juga untuk
mengimbangi peredaran Obat dan Makanan yang semakin canggih.
Untuk itu, penyiapan sarana dan prasarana yang memadai tersebut
menjadi mutlak dilakukan dalam mendukung tugas pokok dan fungsi
Balai Besar POM Samarinda.
Disamping itu, untuk mendukung kepatuhan pelaku usaha dalam proses
produksi dan distribusiserta penyebarluasan informasi mengenai Obat
dan Makanan perlu didukung dengan teknologi informasi yang
memadai.
Peran dan kewenangan Balai Besar POM Samarinda juga harus didukung
oleh struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini pembagian
kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan ukuran yang
sesuai. Diharapkan usulan penataan kelembagaan ke Badan POM ke
depannya bisa sesuai dan mengikuti prinsip structur follow function follow
strategy, sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat
mewujudkan tujuan organisasi.
3. PELUANG (OPPORTUNITIES)
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan
sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun
dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN merupakan bagian
dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama
dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta berperan
aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk itu, SKN dan
JKN merupakan tantangan atau peluang bagi Badan POM khususnya
Balai Besar POM Samarinda dalam mendorong upaya kesehatan
masyarakat yang lebih baik lagi dalam menghadapi pola perilaku dan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 35
lingkungan sehat khususnya obat dan makanan di lingkungan
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat dan
makanan, Balai Besar POM Samarinda dapat mendorong pelaku usaha
industri kecil untuk dapat berkembang menjadi industri obat tradisional
dan industri pangan skala besar.
Arus urbanisasi ke Kalimatan Timur dan Kalimantan Utara akan semakin
mengakibatkan bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian
penyakit maka akan mengakibatkan kebutuhan Obat dan Makanan
semakin meningkat. Hal ini mendorongindustri rumah tangga akan
semakin bertambah jumlahnya dan juga akan semakin berkembang pesat.
Selain industri rumah tangga, kemungkinan juga akan muncul industri
lain yang belum ada selama ini yaitu industri farmasi, industri kosmetik
dan industri obat tradisional. Hal ini menjadi peluangan dan tantangan
Balai Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran Obat dan
Makanan.
Kerjasama dengan Pemerintah Daerah (PEMDA) dan SKPD/Instansi
terkait merupakan hal yang sangat mutlak agar upaya pembangunan
kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama dengan instansi terkait
dapat mendorong efektifitas dan efesiensi pengawasan Obat dan
makanan khususnya dengan instansi aparatur penegak hukum maupun
instansi terkait lainnya.
Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah
belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor
dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang
sangat penting.
3. ANCAMAN (THREATS)
Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk bahan
pangan di Indonesia semakin dirasakan ancamannya. Musim hujan yang
tidak menentu dan diikuti dengan perubahan cuaca yang ekstrem
berdampak pada bencana alam dan kerugian besar dalam produksi
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 36
pertanian. Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat
berdampak ketersediaan pangan yang menipis di Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara. Akibatnya harga bahan pangan mengalami kenaikan
yang cukup tinggi. Dengan demikian, perubahan iklim dapat
mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas,
sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif sehingga permintaan
akan produk pangan semakin meningkat. Hal ini akan sulit mengimbangi
dan mengawasi distribusi barang yang masuk yang sesuai dengan
standardisasi kesehatan.
Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar, mengakibatkan
adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak memenuhi kualifikasi
standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi masalah dalam peredaran
Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya penegakan hukum terhadap
pelanggaran seperti ini mengakibatkan ancaman bagi masyarakat. Untuk
itu, diharapkan koordinasi dan kerjasama dalam bidang Penegakan
Hukum (Criminal Justice System /CJS) harus lebih aktif lagi agar dapat
meminimalkan permasalahan tersebut. Belum optimalnya Pengawasan
dan Penegakan Hukum terhadap produk Obat dan Makanan Ilegal di
daerah Perbatasan Kalimantan Utara – Negara bagian Sabah menjadi
ancaman terbesar terhadap keberhasilan Balai Besar POM di Samarinda
dalam melindungi masyarakat terhadap risiko produk yang merugikan
kesehatan.
Dengan semakin tumbuhnya perekonomian Indonesia akan
mempengaruhi perubahan pola perilaku hidup sosialnya, salah
satunyadalam mengkonsumsi Obat dan Makanan. Hal ini menjadi
ancaman bagi masyarakat apabila pengunaan Obat dan Makanan tidak
diantisipasi dengan pemberian informasi, komunikasi dan edukasi atas
penggunaan Obat dan Makanan tersebut.
Sisi lain, globalisasi yang mendorong lahirnya area perdagangan bebas
(free trade area) menjadikan peredaran Obat dan Makanan juga semakin
sulit untuk dikontrol. Dengan masuknya berbagai produk Obat,
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 37
Makanan dan Kosmetik, termasuk jamu dari negara lain merupakan
persoalan krusial yang perlu diantisipasi segera. Realitas menunjukan
bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan
Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan
kualitasnya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan
proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi produk Obat
dan Makanan tersebut.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus
penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta
jiwa (sebesar 1,49% pertahun). Sementara usia produktif antara 30-54
tahun justru menunjukkan trend meningkat dari waktu ke waktu.
Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan trend
yang meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat
usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin
meningkat.Dengan asumsi yang sama berlaku untuk Kalimantan Timur
dan Kalimantan Utara Perkembangan jumlah penduduk yang sangat
cepat, jika tidak ditata dengan baik akan menjadi potensi ancaman bagi
kesehatan masyarakat.Di bawah ini, tabel 3Rangkuman Analisis SWOT
sesuai dengan pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.
Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT
HASIL PEMBAHASAN (SWOT)
Kekuatan
(Strengths)
1. Kualitas SDM
2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional
3. Networking yang kuat dengan Stake holder di
lingkungan provinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara 4. Pedoman Pengawasan yang jelas
5. Komitmen Pimpinan
Kelemahan 1. Masih terbatasnya jumlah SDM
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 38
HASIL PEMBAHASAN (SWOT)
(Weaknesses) 2. Masih belum optimalnya sistem manajemen kinerja
3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung
maupun utama
4. Masih kurangnya dukungan IT
5. Belum optimalnya struktur organisasi dan tata kerja
Tantangan
(Opportunities)
1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)
2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat
3. Jumlah Industri rumah tangga pangan yang
berkembang pesat
4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait
5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Ancaman
(Threats)
1. Perubahan iklim dunia
2. Lemahnya penegakan hukum
3. Perubahan pola hidup masyarakat
4. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade
Area)
5 Perpindahan penduduk yang sangat cepat
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai Besar
POM di Samarindatersebut telah diupayakan secara optimal sesuai dengan
target hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih
menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan
masyarakat, antara lain (1) Belum sepenuhnya tercapai penapisan produk
dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market), 2)
Belum optimalnya Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di
masyarakat (post-market) (3) dan belum efektifnya pemberdayaan masyarakat
melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan
efektifitas pengawasan Obat dan Makanan.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas terdapat beberapa
penyebab permasalahan yang sangat strategis dan sangat penting bagi peran
Balai Besar POM Samarinda dalam melakukan pembenahan di masa
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 39
mendatang sehingga diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih
optimal. Di bawah ini pada Gambar 4terdapat diagram yang menunjukkan
analisa permasalahan pokok dan isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan
kewenangan Balai Besar POM Samarindaadalah sebagai berikut:
PERAN BALAI BESAR POM SAMARINDA
Penguatan Pelaksanaan Kebijakan Teknis Pengawasan (RegulatorySystem)
Pembinaan dan Bimbingan kepada
pemangku kepentingan
Gambar 8 Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan Dampaknya
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Balai
Besar POM Samarindasebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih
perlu terus dilakukan penguatan secara kelembagaan agar pencapaian kinerja
di masa datang dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan
Makanan yang lebih baikdalam menjaga keamanan, mutu serta
khasiat/manfaatObat dan Makanan tersebut,dan diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan masyarakat.
Untuk itu, ada 3 (tiga) isustrategis dari permasalahan pokok yang
dihadapi Balai Besar POM Samarinda sesuai dengan peran dan kewenangan
agar lebih optimal,yang perlu terus diperkuat dalam peningkatan kinerja
dimasa yang akan datang sebagai berikut:
BELUM OPTIMALNYA PERAN BBPOM SAMARINDA DALAM
MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Belum Optimalnya Penguatan Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan
Masih lemahnya Pembinaan dan Bimbingan kepada
pemangku kepentinganmelalui Kerjasama, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Publik
Masih terbatasnya Kapasitas
Kelembagaan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 40
1. Perlu adanya penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2. Perlunyameningkatkan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama,
Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong
kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat
dan Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai
pemangku kepentingan.
3. Memperkuat kapasitas kelembagaan, serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengelolaan sumber daya.
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atasuntuk memperkuat
peran dan kewenangan secara efektif, maka Badan POM secara menyeluruh
perlu melakukanpenguatan organisasi dan kelembagaanserta penguatan
regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran
dan tugas pokok dan fungsinyaagar faktor-faktor lingkungan strategis yang
mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM Samarindadan
mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan
sesuai dengan kebutuhan zamansebagai unit pelaksana teknis Badan POM.
Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan
kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman,
posisi organisasi Balai Besar POM Samarinda sebagai unit pelaksana teknis
Badan POM harusnyamelakukan pengembangan dan perluasan organisasi
agar dapat bersinergi mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi Badan
POM periode 2015-2019.
Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal
sesuai dengan peran dan kewenangan Balai Besar POM Samarinda yang
merupakan unit pelaksana teknis Badan POM sebagai lembaga yang
mengawasi Obat dan Makanan, maka diusulkan penguatan peran dan
kewenanganBalai Besar POM Samarinda sesuai dengan bisnis proses Balai
Besar POM Samarinda yang mengacu peran dan kewenanganserta bisnis
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 41
proses Badan POM untuk periode 2015-2019 sebagaimana pada gambar dan
tabel di bawah ini:
Kegiatan Utama Berndasarkan Bisnis Proses Utama BPOM
Standarisasi
Kebijakan Teknis
Pengawasan
Obat dan Makanan
PRE MARKET POST MARKET
Pembinaan dan
Bimbingan Kepada
Stakeholder
Pengawasan OM
Sesuai Standar
Pengawasan Sarana
Produksi sesuai
Standar
Penyidikan dan
Penegakan Hukum
Pembinaan dan
Bimbingan Kepada
Stakeholder
SISTEM (STANDARISASI) PENGAWASAN (REGULATOR) KEMANDIRIAN
STAKEHOLDERS
Pengawasan Sarana
Distribusi sesuai
Standar
Sampling Produk dan
Pengujian
Laboratorium
Gambar 9. Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM
Tabel 4.Penguatan Peran Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 42
• Pengawasan sarana produksi sesuai standar • Pengawasan sarana distribusi sesuai standar • Sampling dan pengujian laboratorium • Penyidikan dan penegakan hukum
Penguatan Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan
• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha melaluiKomunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk peringatan publik
• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan • Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan
Makanan yang tidak sesuai dengan standar • Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang
tidak memenuhi standar
Kerjasama, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Publik
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 43
BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN
SASARAN STRATEGIS
2.1 Visi
Di era globalisasi dengan segala bentuk dinamikanya, untuk
mewujudkan suatu Pengawasan Obat dan Makanan yang Solid, Andal,
Terpadu dan Utuh (SATU) serta untuk menjawab tantangan ke depan,
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda mempunyai cita-
cita sebagaimana Visi Badan POM RI, yaitu :
”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”
Penjelasan Visi:
Proses penjaminan pengawasan Obat dan makanan harus
melibatkanmasyarakat dan pemangku kepentingan, dilaksanakan secara
akuntabel sertadiarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang
lebih baik. Sejalandengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing
adalah sebagai berikut:
Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat danMakanan
telah melalui analisa dan kajian, sehingga risikoyang mungkin masih timbul
adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat
digunakan padamanusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat
Obatdan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya
terjamin.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang
telahmemenuhi standar, baik standar nasional maupuninternasional, sehingga
produk lokal unggul dalammenghadapi pesaing di masa depan.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 44
Gambar 10 Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019
2.2 Misi
Misi Balai Besar POM di Samarinda, Sebagaimana Misi Badan POM RI,
didefinisikan sebagai tujuan mulia organisasi untuk :
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
SH 1.Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman,
berkhasiat/bermanfaat, & bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan
masyarakat.
STA
KEH
OLD
ER
PR
OC
ESSE
S C
AP
AB
ILIT
Y
SH 3. Menguatnya Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan
I2. Meningkatkan
mutu sarana produksi
dan distribusi Obat
dan Makanan
L1. Meningkatkan
pengelolaan
Human Capital
Management
(HCM)
F1.Meningkatkan akuntanbilitas
Anggaran
SH 4. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku
kepentingan, dan partisipasi masyarakat
SH 2. Meningkatnya daya saing Obat
dan Makanan di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu dan mendukung
inovasi.
I4. Meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat dan
kemitraan
I3. Meningkatkan penegakan hukum
terhadap pelanggaran Obat dan Makanan
L2. Meningkatkan efektivitas
Organisasi, Tata Laksana dan RB
I1. Meningkatkan
mutu pengujian
Obat dan Makanan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 45
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata
sesuai dengan penguatan peran BPOM termasuk BBPOM di Samarinda
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Bab I terhadap peran BPOM.
Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-peran BPOM
tersebut untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full
spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta
penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BPOM
dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan
tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu
disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di
satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi,
sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya
prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan
Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional
untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan.
Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang
sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan,
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 46
utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan
Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya
peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan
yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi
dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif
dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.
Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, BPOM melakukan
upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadarannya dalam
mendukung pengawasan. Upaya-upaya tersebut salah satunya dilakukan
melalui kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kepada masyarakat.
Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang
tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia.
Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk
Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat
dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang murah
namun substandar.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalan
sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak
lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang
kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan
serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan
Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia.
Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas
pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan
kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas
pengawasan di daerah, BPOM harus bersinergi dengan lintas sektor
terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien
dalam upaya mencapai tujuan.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 47
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),
yaitu pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam
menjamin produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan
pemangku kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang
memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait
dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.
Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus bersikap konsisten terhadap
pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta
pembinaan dengan baik. BPOM harus mampu membina dan mendorong
pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,
bermanfaat/berkhasiat, dan bermutu. Dengan pembinaan secara
berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai
kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.
Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia,
termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan
terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri
makanan, minuman, dan tembakau memiliki kontibusi PDB non migas di
tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi
sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012).
Perkembangan industri makanan, minuman, dan farmasi (obat) dari tahun
2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini
tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut
berkembang lebih pesat.
Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya
bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai
contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar
dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat
berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, di mana pasar
dalam negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia sangat
potensial. Industri kosmetik, obat tradisional, dan suplemen kesehatan pun
mempunyai karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat dan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 48
Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta
dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh BPOM. Sehingga BPOM
berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui
jaminan keamanan, manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang
memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini
membutuhkan sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money,
method, and machine), yang merupakan modal penggerak organisasi.
Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia
dan sarana- prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang
terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BPOM harus mampu
mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat
mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah
ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan
efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen
organisasi.
Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah
untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata
(techno structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan
(regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk
itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut
meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan
efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas
pokok dan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar
internasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi
tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan
Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman,
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 49
berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan BPOM mampu
melindungi masyarakat dengan optimal.
BPOM juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait
kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya,
yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk
mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang
baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga
mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan
Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap
mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi
pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM
perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).
2.3 Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati serta diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Nilai - nilai luhur yang hidup dan
tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh
anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. Budaya organisasi Balai
Besar POM di Samarinda mengacu pada budaya organisasi yang
ditetapkan oleh Badan POM RI yaitu :
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas,
ketekunan dan komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 50
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang
baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
2.4 Tujuan
Sesuai dengan visi dan misi Badan POM, tujuan utama pembangunan
pengawasan Obat dan Makanan tahun 2015-2019 adalah :
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat,
dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, atau terciptanya iklim
inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan
Makanan di pasar lokal dan global.
Berdasarkan Tujuan tersebut disusun Indikator Tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan
bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan
indikator:
a. Meningkatnya perilaku masyarakat untuk mengonsumsi Obat dan
Makanan yang memenuhi standar;
b. Menurunnya kasus keracunan Obat dan Makanan.
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi atau terciptanya iklim
inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan
Makanan di pasar lokal dan global, dengan indikator :
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 51
a. Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam
memenuhi ketentuan;
b. Tingkat kepuasan pemangku kepentingan terhadap pemberian
jaminan pembinaan dan bimbingan pengawasan Obat dan Makanan.
2.5. Sasaran Strategis
Sasaran Program Balai Besar POM di Samarinda selama lima tahun
mengacu pada sasaran strategis Badan POM yang disusun berdasarkan
visi dan misi yang ingin dicapai BBPOM Samarinda, dengan
mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta
infrastruktur yang dimiliki BBPOM Samarinda. Dalam kurun waktu 5
(lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan mencapai sasaran strategis
sebagai berikut :
2.5.1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Indikator Sasaran Program pertama merupakan indikator kinerja utama
(IKU) Badan POM yang meliputi :
a. Persentase Obat yang memenuhi syarat
Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Obat yang memenuhi
syaratsebesar 94,0%
b. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat.
Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Obat Tradisional yang
memenuhi syarat sebesar 71 %
c. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat.
Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Kosmetik yang
memenuhi syarat sebesar 93 %
d. Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat.
Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Suplemen Makanan
yang memenuhi syarat sebesar 83 %
e. Persentase Makanan yang memenuhi syarat.
Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Makanan yang
memenuhi syarat sebesar 88,10 %
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 52
2.5.2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan
pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yangterkait
dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah.Untuk itu
perlu dijalin suatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasiyang baik.
Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke
hilir,dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi
hinggaproduk tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Pelaku usaha
mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan
yangmemenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui
prosesproduksi yang sesuai dengan ketentuan. Asumsinya, pelaku usaha
memilikikemampuan teknis dan finansial untuk memelihara sistem
manajemen risikosecara mandiri. Dalam hal ini dari sisi pemerintah, BPOM
bertugas dalammenyusun kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan
yang harusdipenuhi oleh pelaku usaha dan mendorong penerapan Risk
ManagementProgram oleh industri. Kemandirian pelaku usaha diasumsikan
akanberkontribusi pada peningkatan daya saing Obat dan Makanan.
Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, BPOM
berupayamemberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh
kemudahandalam usahanya yaitu dengan memberikan insentif, clearing house,
danpendampingan regulatory.Kerjasama yang telah dilakukan oleh BBPOM di
Samarinda belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis.
Kerjasamadengan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat strategis
dalammenopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat
BBPOM di Samarinda. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yanglebih
sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkatkepentingan
setiap lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor swastadan
kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarinda,
identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masinginstitusi tersebut
dalam mendukung tugas yang menjadi mandat BBPOM di Samarinda, dan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 53
menentukan indikator bersama atas keberhasilanprogram kerjasama.
Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan salingmendukung serta
berbagi sumber daya (dana, program atau SDM) yangtersedia di masing-
masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukantujuan dan kerangka
kerjasamanya, atau dengan “mendelegasikan”program-program yang ada di
BBPOM di Samarinda kepada lembaga/kelompok masyarakat yang memiliki
program yang sejalan dengan BPOMdengan mendukung pembiayaan
program lembaga tersebut. Untukmemastikan bahwa kerjasama ini bisa
berjalan dengan baik danberkelanjutan, maka harus disusun kesepakatan
(MoU) yang mengikat keduabelah pihak dengan mengacu pada tujuan
kerjasama yang telah disepakatitermasuk mekanisme dan sistem monitoring
dan evaluasi.
Komunikasi yang efektif dengan mitra kerja di daerah merupakan
halyang wajib dilakukan BBPOM di Samarinda sebagai tindak lanjut
hasilpengawasan. Untuk itu 5 (lima) tahun ke depan, BBPOM di Samarinda
perlu melakukan pertemuan koordinasi dengan dinas terkait. Hal
inidiutamakan untuk pertemuan koordinasi dalam pengawalan obat dalam
JKN.
Selain itu, terkait dengan subsistem pengawasan Obat dan
Makananoleh masyarakat sebagai konsumen, kesadaran masyarakat terkait
Obat danMakanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan
Makanan yangdiproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih
berpotensi untuktidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih
cerdas dalammemilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang
aman,bermanfaat dan bermutu. Upaya peningkatan kesadaran
masyarakatdilakukan BBPOM di Samarinda melalui kegiatan pembinaan
danbimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis Balai BBPOM di
Samarinda ini, maka indikator sebagai berikut:
a. Tingkat Kepuasan Masyarakat
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 54
Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Tingkat kepuasan
Masyarakat sebesar 83 %.
b. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Hingga akhir RPJMN target kerjasama yang ditetapkan sebesar 12
Kab/Kota.
2.5.3 Meningkatnya kualitas dan kapasitas kelembagaan Balai Besar
POM di Samarinda
Sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance)seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM berupaya untuk
terus melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 (delapan) area perubahan.
Hal ini dalam rangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang
berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat.
Kualitas tatakelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya tujuan
dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda (1 dan 2). Penerapan tata kelola
pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya
aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,
keadilan, dan partisipasi masyarakat.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-prinsip
good governancedalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, untuk
menginstitusionalisasi keterbukaan informasi publik, telah ditetapkan Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di BPOM.
Pada tahun 2015-2019, Badan POM berupaya untuk meningkatkan
hasilpenilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK dan SAKIP. BBPOM
di Samarinda turut mensinergikan target tersebut dengan menerapkan RB,
memperbaiki hasil audit APIP sebelumnya dan SAKIP. Selainupaya internal,
peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terjadi dengan adanya
dukungan eksternal antara lain dengan adanya (i) dukungan kebijakan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 55
pemenuhan target kuantitas dan kualitas SDM diBadan POM agar beban kerja
lebih realistis, (ii) penguatan organisasi, (iii) dukungan anggaran yang
tentunya akan berdampak pada peningkatan hasil penilian terhadap BBPOM
di Samarinda.
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, andmachine)
merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang
terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BBPOM di
Samarinda untuk mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin dan
secara akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan
kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang
efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh
elemen organisasi.
Untuk melaksanakan tugas BBPOM di Samarinda, diperlukan
penguatan kelembagaan/ organisasi. Penataan dan penguatan organisasi
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara
proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas dan fungsi BBPOM di Samarinda. Tata laksana ini bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedur kerja.
Selain itu, untuk mendukung Sasaran Strategis 1 dan 2, perlu dilakukan
penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal
ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN yang
dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii)
pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja,
disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii)
perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua,sampai dengan (viii)
pemberhentian.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis BBPOM di
Samarinda, maka indikatornya adalah:
Nilai SAKIP BBPOM di Samarinda dari Badan POM, dengan target
Apada tahun 2019.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 56
Adapun ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator
Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah
sebagai berikut :
Tabel 5 : Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM
Periode 2015-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA
Obat Dan
Makanan
Aman
Meningkatkan
Kesehatan
Masyarakat
dan Daya
Saing Bangsa
Meningkatkan
sistem
pengawasan
Obat dan
Makanan
berbasis risiko
untuk
melindungi
masyarakat
Meningkatnya
jaminan Obat
dan
Makanan
aman
Menguatnya
sistem
pengawasan
Obat
dan Makanan
1. Persentase
obat
yang memenuhi
syarat*);
2. Persentase
Obat
Tradisional yang
memenuhi
syarat*);
3. Persentase
Kosmetik
yang memenuhi
syarat*);
4. Persentase
Suplemen
Makanan
yang memenuhi
syarat*);
5. Persentase
Makanan yang
memenuhi
syarat*).
Mendorong Meningkatnya Meningkatnya 1. Tingkat
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 57
kemandi rian
pelaku usaha
dalam
memberikan
jaminan
keamanan
Obat
dan Makanan
serta memper
kuat
kemitraan
dengan
pemangku
kepentingan
daya
saing Obat
dan
Makanan di
pasar
Lokal dan
Global
dengan
menjamin
mutu dan
mendukung
inovasi
kemandirian
pelaku usaha,
kemitraan
dengan
pemangku
kepentingan
dan
partisipasi
masyarakat
Kepuasan
Masyarakat*);
2. Jumlah
Kabupaten/Kota
yang
memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan
pengawasan
Obat
dan Makanan
dengan
memberikan
alokasi anggaran
pelaksanaan
regulasi Obat
dan
Makanan.
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
Balai POM di
Samarinda
Meningkatnya
kualitas
kapasitas
kelembagaan
BBPOM di
Samarinda
1. Nilai SAKIP
BBPOM di
Samarinda dari
Badan
POM.
*) Indikator Kinerja Utama
Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama
Balai
POM di Samarinda adalah :
1. Persentase obat yang memenuhi syarat;
2. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat;
3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 58
4. Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat:
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat;
6. Tingkat Kepuasan Masyarakat.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 59
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
III.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM
Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode
2015-2019, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi
pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misi ini
selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas
pembangunan yang disebut NAWA CITA.Diantara Nawa Cita tersebut
yang terkait dengan BPOM adalah Nawa Cita ke 3 yang berbunyi :
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan
ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat),
Selain itu, Nawa Cita ke 5 yang berbunyi :
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan
kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),
Berdasarkan berbagai permasalahan, tantangan, hambatan,
maupun peluang yang dihadapi pembangunan bidang kesehatan dan
gizi masyarakat tahun 2015-2019, maka sasaran bidang yang akan dicapai
adalah diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat, antara lain tercermin dari indikator yang juga menjadi
tanggungjawab BPOM, sebagai berikut:
“Meningkatnya Perlindungan Finansial, Pemerataan dan Mutu
Pelayanan, serta Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat dan Sumber
Daya Kesehatan,” yang terkait kewenangan BPOM, indikator yang
ditetapkan, yaitu:
No Indikator Status Awal Target 2019
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 60
1 Persentase obat yang memenuhi syarat 92,0 94,0
2 Persentase makanan yang memenuhi
syarat 87,6 90,1
(Sumber: Buku I Rancangan Awal RPJMN 2015-2019)
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang
Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, maka salah satu arah
kebijakan dan strategi pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi
Masyarakat yang terkait dengan BPOM adalah “Meningkatkan
Pengawasan Obat dan Makanan”, melalui:
1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;
3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan lintas
sektor;
4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan;
dan
6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.
Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan
gizi masyarakat, dan mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM
periode 2015-2019,dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan
lokus pengawasan Obat dan Makanan.
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat.
Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
dimulai dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis,
ekonomi, sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 61
pendekatan analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan
kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih besar agar pengawasan
yang dilakukan lebih optimal.
Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia
memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan
terutama di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan
berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena
secara logis risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di
masyarakat berbeda pada setiap lokus atau wilayah di daerah.
Kebijakan ini harus dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di daerah
dalam perencanaan pengawasan Obat dan Makanan di catchmentarea-
nya.
Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga
didorong untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan
meliputi balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada
pengawasan Obat, hal ini dilakukan antara lain melalui pengawasan
keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat Program JKN. Pada
pengawasan makanan, kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi
mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang dengan
immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain
melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan
produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan
pengawasan pangan fortifikasi.
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong
kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan
daya saing produk Obat dan Makanan.
Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat
meningkatkan kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan
Makanan. Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain
penerapan RiskManagement Program secara mandiri dan terus menerus
oleh produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 62
merupakan tanggung jawab produsen. Namun BPOM perlu
memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut
melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media
informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik
melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
dalam pengawasan Obat dan Makanan.
Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun
sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka
kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci
yang harus dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
pengawasan Obat dan Makanan. Di sisi lain, tanggung jawab
pengawasan Obat dan Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada
di BPOM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi monopoli
BPOM, tapi pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk
ikut andil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pengawasan tersebut.
Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong
kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan berbagai kelompok
kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur pemerintah, pelaku
usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak
universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait
lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang
beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi. Bentuk draft dan
model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang dengan fleksibel,
tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam
kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.
Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam
pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan
bahwa materi KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan informatif
dan jelas menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 63
menjangkau khalayak yang ingin disapa oleh BPOM tersebut (misalnya
memanfaatkan berbagai media sosial).
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan
melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang
tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi
serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal
secara efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi
birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan
aset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi
teknologi untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT
sebagai aplikasi knowledge base dalam mendukung risk based control,
penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta implementasi
keuangan berbasis akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas.
Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas
pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga
dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran,
peningkatan kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas
proses pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN
(aset tetap dan persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi,
peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta percepatan
penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem,
BPOM perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta
(spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data
kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi
Obat dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya
peta hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya).
Selain itu datadata perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 64
kinerja pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam
pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan
internal:
Eksternal:
1) Penguatan pelaksanaan regulatory system pengawasan Obat dan
Makanan berbasis risiko;
2) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat
dan Makanan; dan
3) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi,
Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang
Obat dan Makanan.
Internal:
1) Membangun manajemen kinerja dari kinerja lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
2) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan
pegawai;
3) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Badan Pengawasan Obat
dan Makanan di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional
dan akuntabel; dan
4) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun
utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan
dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan
strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I
tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian
dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 65
konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum
ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan
kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan
fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan
oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di
level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu
Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama
dan kemitraan ini.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal
organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin
penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena
kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.
Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan
terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada
perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini
(penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan
sebagai berikut :
Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan
program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta
memaksimalkan fungsi pelayanan publik. (Dalam hal ini Penguatan
Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra
syarat yang harus dipenuhi)
Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan
Makanan termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan
sistem data pre dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem
pemeriksaan penyidikan dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan
Kapabilitas Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk
memaksimalkan Fungsi Penegakan Hukum.
Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang
pengawasan Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak
efektifitas pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 66
pencapaian pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic burden
akibat pengawasan Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi
beban pemerintah secara nasional).
Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi
program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja
pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga
pengawasan Obat dan Makanan tersebut, BPOM menetapkan program-
programnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis)
dan program pendukung (generik), sebagai berikut:
a) Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan
Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi
dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan
melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian
Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana
produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan
pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta
pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b) Program Generik
1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis lainnya.
2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
BPOM.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-
kegiatan prioritas BPOM, sebagai berikut:
a) Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan
Makanan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 67
1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre
dan postmarket);
2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;
3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar
melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk
iklan dan penandaan.
4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan
Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan
sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;
5) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat
adiktif;
6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya
laboratorium Obat dan Makanan;
7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
8) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara
lain regulatory science, life science;
9) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan
pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
b) Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program
dan Anggaran, Keuangan;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan
Pengawas Obat dan Makanan;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta
Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;
4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;
5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan
Konsumen dan Hubungan Masyarakat.
III.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBPOM di Samarinda
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 68
Arah Kebijakan dan Strategi pada Renstra BBPOM di Samarinda
bersinergis dengan Arah dan Kebijakan yang ditetapkan oleh BPOM sesuai
dengan tugas dan fungsinya dalam Pengawasan Obat dan Makanan di
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Arah kebijakan dan strategi
untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda periode
2015-2019, dilakukan secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan
Obat dan Makanan.
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan :
1. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara
2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong
kemandirian pelaku usaha di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk
Obat dan Makanan
3. Peningkatan Kerjasama Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik
melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat di
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dalam pengawasan
Obat dan Makanan
4. Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan
melalui memaksilamlkan struktur dan fungsi yang ada, lebih
mengefektifkan proses bisnis, budaya kerja yang sesuai dengan nilai
organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Berdasarkan Arah Kebijakan tersebut diatas, maka strategi yang akan
dilaksanakan pada Renstra BBPOM di Samarinda periode 2015-2019adalah :
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan
Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi
dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 69
Internal:
3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai BBPOM di Samarinda;
5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BBPOM Samarinda secara
lebih proporsional dan akuntabel;
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama
dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan
dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarakat sipil). Dalam rangka pembagian peran BBPOM di Samarinda
dengan Lintas Sektor terkait, peningkatan kerja sama dilaksanakan melalui
fokus prioritas pemantapan sistem kerjasama operasional pengawasan Obat
dan Makanan, peningkatan operasi terpadu pengawasan obat tradisional,
kosmetik dan makanan, perkuatan jejaring komunikasi, pemberdayaan
masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) serta
peningkatan koordinasi dengan sektor terkait dalam Crime Justice System (CJS)
untuk substainable lawenforcement tindak pidana Obat dan Makanan.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal
organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BBPOM di Samarinda
sendiri. Disamping itu penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan
Makanan berbasis risiko di Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
dilakukan dengan fokuspada pelaksanaan Sampling dan Pengujian Obat dan
Makanan sesuai dengan petunjuk teknis, serta penerapan pola tindak lanjut
terhadap hasil pengawasan sesuai dengan yang telah ditetapkan secara
konsisten
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 70
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka Balai Besar POM
di Samarindamenjabarkan sasaran program periode 2015-2019 sebagai berikut :
Gambar 11
Log Frame Balai Besar POM di Samarinda
Tabel 6
Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai
PROGRAM
SASARAN PROGRAM
KEGIATAN
STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR
PIC
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM
1. Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar 2. Meningkatn
1. Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis 2. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan 3.
Balai Besar/Balai POM
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 71
ya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar 3. Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard 4. Meningkatnya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan
Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) 4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan 5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Meningkat nya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
6. Jumlah layanan publik BB/BPOM 7. Jumlah komunitas yang diberdayakan Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai BPOM
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang
8. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 72
Terkait Pengawasan Obat dan Makanan 2. Penyusunan Perencanaan, Penganggaran, Keuangan dan Evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
III.3. KERANGKA REGULASI
Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,
dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem
pengawasan. Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)
yang mempunyai tugas teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis
saja yang harus dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat
adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan
tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam
praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik
pemerintah maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang
sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan
Makanan.
Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih
dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku
kepentingan. Seperti Balai Besar POM di Samarinda melaksanakan
pengawasan harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi
instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-
undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 73
Pemerintah Daerah. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu
aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat
dan Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap
derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan,
namun menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan
tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior dibanding
faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang
kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi
yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor
industri Obat dan Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang
cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.
Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa
mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa
dalam hal ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin
keamanan, manfaat, dan mutunya maka secara tidak langsung akan
membentuk seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan
makanan yang bergizi maka seseorang akan tumbuh dengan baik jasmani
dan rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu akan dapat
menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak
berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu.
Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan
secara optimal, maka perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan
perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan
Makanan.
Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan
oleh BPOM dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:
1. Diperlukan UU pengawasan sediaan farmasi dan peraturan
perundang-undangan turunannya. UU ini untuk memperkuat sistem
pengawasan di Free Trade Zone, daerah perbatasan, terpencil, dan
gugus pulau.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 74
2. Terkait dengan implementasi PP 28 Tahun 2004, perlu penguatan
koordinasi dengan melibatkan kementerian terkait (Kemendagri)
dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan di daerah,
monitoring efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu, diperlukan
peraturan bersama dengan Kemendagri sebagai pembina daerah
dalam hal pelaksanaan NSPK didaerah.
3. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur :
- Program advokasi kepada stakeholder, penguatan tata-laksana,
- Penguatan kerjasama dengan SKPD terkait grand design promosi
dan komunikasi JKPN,
- Grand desain outbreak response,
4. Undang-Undang No 8 Tahun 2012 tentang Pangan, terutama yang
berkaitan dengan pengawasan makanan perlu dibuat peraturan
pemerintah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Permasalahan
pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada ketahanan pangan saja,
namun juga pada keamanan pangan serta pemenuhan gizi dan
penyesuaian terhadap amanat UU pangan itu sendiri, yaitu pangan
tidak boleh bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat
Indonesia.
5. Peraturan perundangan setingkat Undang-Undang yang menjelaskan
pelaksanaan tugas, fungsi, kewenangan dan penjabaran peranan serta
posisi BPOM dalam mencapai sasaran pembangunan nasional sub-
bidang kesehatan serta NSPK yang jelas terkait peran pemangku
kepentingan dalam pengawasan Obat dan Makanan.
6. Peraturan Kepala BPOM yang bersifat teknis maupun non-teknis dapat
diidentifikasi oleh unit kerja baik di pusat maupun balai sebagai
pelaksana dari kegiatan.
7. Peraturan-peraturan setingkat Kepala BPOM yang berkoordinasi
dengan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk
meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah.
Peraturan ini juga termasuk pola tindak lanjut hasil pengawasan Obat
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 75
dan Makanan antara BPOM dengan daerah terkait. Hal ini bertujuan
agar pengawasan Obat dan Makanan dapat berjalan lebih lancar, hasil
pengawasan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.
8. Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan Norma, Standar,
Pedoman dan Kriteria, dalam hal ini terkait dengan Norma yang harus
disinkronkan antara tugas Kementerian Kesehatan dengan tugas
BPOM dalam bidang pengawasan Obat dan Makanan.
III.4. KERANGKA KELEMBAGAAN
Pengawasan Obat dan Makanan memiliki aspek permasalahan
berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem
pengawasan yang komprehensif untuk menjamin keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu produk Obat dan Makanan.Pengawasan
tersebut dimulai darisertifikasi sarana produksi, pengawasan post-
marketproduk dan sarana, sampling dan pengujian serta sekaligus
melakukan pengamanan pasar dalam negeri dari produk Obat dan
Makanan yang tidak memenuhi syarat, mutu, ketentuan dan
ilegal/palsu. Penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat
(community empowerment) juga merupakan bagian dari pengawasan yang
dilakukan Balai Besar POM di Samarinda.
Untuk memenuhi pengawasan tersebut, Balai Besar POM di Samarinda
membutuhkan kerangka kelembagaan yang lebih kuat dalam
mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BPOM periode 2015-2019.
Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan
dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah:
1. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM sesuai
dengan perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019;
2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki
tugas sama dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas
pembangunan kesehatan;
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 76
3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki
tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam
aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena
peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang
masuk dalam sistem peradilan pidana.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 77
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
Sebagaimana sasaran strategis BBPOM di Samarinda sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator
masing-masing sasaran strategis dan sasaran kegiatan adalah sebagai
berikut:
Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Sasaran Strategis Indikator Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat*)
92 92,5 93 93,5 94
Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat*)
67 68 69 70 71
Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat*)
89 90 91 92 93
Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat*)
79 80 81 82 83
Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat*)
86,10 86,60 87,10 87,60 88,10
Peningkatan Tingkat Kepuasan Masyarakat*)
82 82,5 83 83 83
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
4 6 8 10 12
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Nilai SAKIP BBPOM Samarinda dari BPOM B A A A A
*)Indikator Kinerja Utama (IKU)
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 78
4.1.1. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan
Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan
Makanan, BBPOM di Samarinda melaksanakan Pengawasan mencakup
pengawasan pre dan post market. Namun dalam hal ini pre-market
controldilakukan dalam lingkup kewenangan tertentu, tidak termasuk
penyusunan standar.Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator:
a) Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis, dengan target
2.500 pada tahun 2019;
b) Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK), dengan
target 100% pada tahun 2019;
c) Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan,
dengan target 100% pada tahun 2019;
d) Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan,
dengan target 26% pada tahun 2019;
e) Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan, dengan target 10 sampai
dengan tahun 2019.
4.1.2. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kemandirian pelaku
usaha,kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi
masyarakat
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kemandirian pelaku usaha,
kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
dilaksanakan, pengawasan yang dilaksanakan BBPOM di Samarinda
mencakup pemberian layanan informasi dan edukasi kepada masyarakat,
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 79
pemberdayaan masyarakat, advokasi dan kerjasama dengan lintas sektor.
Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator:
a) Jumlah layanan publik BBPOM di Samarinda, dengan target 701 pada
tahun 2019.
b) Jumlah Komunitas yang diberdayakan, dengan target 21 pada tahun
2019.
4.1.3. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas
kapasitaskelembagaan BBPOM di Samarinda
Sebagai satuan kerja di daerah, BBPOM di Samarinda tidak hanya berperan
melaksanakan tugas teknis, tugas terkait dengan manajemen perlu
dilaksanakan dalam upaya mendukung sasaran strategis Meningkatnya
Kapasitas Kualitas Kelembagaan. Balai mempunyai peran dalam mencapai
indikator terkait dengan kualitas RB, SAKIP, serta opini BPK terhadap laporan
keuangan dan BMN.
Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator:
a) Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang
dilaporkan tepat waktu, dengan target 10 pada tahun 2019;
b) Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar, dengan target
79,90% pada tahun 2019.
Untuk lebih ringkasnya, Tabel 7 menjelaskan indikator dari sasaran kegiatan
dengan target kinerja tahun 2015 - 2019
Tabel 8
Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja
Sasaran Kegiatan Indikator Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan di BBPOM di Samarinda
1. Jumlah Sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
2500 2500 2500 2500 2500
2. Pemenuhan target sampling produk Obat di sector publik (IFK)
100% 100% 100% 100% 100%
3. Persentase cakupan pengawasan sarana Produksi Obat dan
53% 55% 58% 60% 63%
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 80
Makanan
4. Persentase cakupan pengawasan sarana Distribusi Obat dan Makanan
24,5% 25% 25,5% 26% 26%
5. Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan
8 8 9 9 10
6. Persentase Pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
63,10 74,52 75,14 78,39 79,90
7. Jumlah layanan publik BBPOM di Samarinda
681 686 691 696 701
8. Jumlah Komunitas yang diberdayakan
9 12 15 18 21
9. Jumlah dokumen perencanaan, penanggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
10 10 10 10 10
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 81
IV.2. KERANGKA PENDANAAN
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah
ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda periode 2015-2019
adalah sebagai berikut :
Tabel 9
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan
Sasaran Strategis
Indikator Alokasi (Rp Milyar) PIC
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat
12.910 17.997 20.106 18.019 18.842
- Bidang Pemdik - Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi - Bidang Serlik
- B -
Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat
Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat
Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat
Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
Peningkatan TingkatKepuasan masyarakat
1.706 1.876 2.157 2.373 2.724
- Bidang Serlik
Persentase pencapaian kerja sama terhadap target kerja sama yang ditetapkan
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Nilai SAKIP BBPOM Samarinda dari BPOM
10.711 11.782 12.961 14.257 15.682 - Bidang Serlik - Sub Bag TU
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 82
Sasaran Strategis
Indikator Alokasi (Rp Milyar)
PIC 2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia
Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis
2.479 2.727 3.000 3.300 3.630
- Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi
Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
- Bidang Pemdik
Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
0.101
0.133
0.147
0.162
0.178
- Bidang Pemdik
Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
1.887
2.076
2.284
2.513
2.765
- Bidang Pemdik
Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
0.866 0.953 1.180 1.298 1.586
- Bidang Pemdik
Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
4.45 8.67 9.62 6.48 5.88
- Sub Bag TU -
Jumlah layanan publik BB/BPOM
1.164 1.280 1.501 1.651 1.930 - Bidang Serlik
Jumlah Komunitas yang diberdayakan
0.542 0.596 0.656 0.722 0.794 - Bidang Serlik
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 83
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
1.420 1.562 1.718 1.890 2.079
- Bidang Pemdik - Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi - Bidang Serlik - Sub Bag TU
BAB V
PENUTUP
Renstra BBPOM di Samarindaperiode 2015-2019 adalah panduan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarindauntuk 5 (lima)
tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019 sangat
ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber
pendanaannya, serta komitmen semua pimpinan dan staf BBPOM di
Samarinda. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra
periode 2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan,
dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra BBPOM di
Samarinda,termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai
dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan BBPOM di
Samarindayaitu meningkatkan kinerja lembaga dan pegawai dengan mengacu
kepada RPJMN 2015-2019.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 84
Renstra BPOM periode 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi unit-
unit kerja di BBPOM di Samarindasesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing. Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan
akuntabel serta senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit
kerja dan kinerja pegawai.
Renstra BBPOM di Samarindaperiode 2015-2019 selanjutnya akan
dievaluasi setiap tahun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006
tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPPENAS).
Disamping hasil evaluasi, juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan
Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan
Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BBPOM di Samarinda
periode 2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan
program kerja Badan POM dan selanjutnya menunjang visi, misi dan program
kerja Pemerintah periode tahun 2014-2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
SS 1Menguatnya sistem pengawasan Obat dan
Makanan12.910 17.997 20.106 18.016 18.842
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
92.0% 92.0% 92.5% 93.0% 93.5% 94.0%
1.2.Persentase obat Tradisional yang memenuhi
syarat
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
66.60% 67% 68% 69% 70% 71%
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
88.00% 89% 90% 91% 92% 93%
1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang
memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
78.00% 79% 80% 81% 82% 83%
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
86.08% 86.10% 86.60% 87.10% 87.60% 88.10%
SS 2Meningkatnya kemandirian pelaku usaha,
kemitraan dengan pemangku kepentingan
dan partisipasi masyarakat
1.706 1.876 2.157 2.373 2.724
2.1. Tingkat Kepuasan MasyarakatProvinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
82% 82% 82.50% 83% 83% 83%
2.2.
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan
Makanan
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
4 4 6 8 10 12
SS 3Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM10.711 11.782 12.961 14.257 15.682
3.1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM A B A A A A
Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-NS-
BSBaseline
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM Samarinda
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
67
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-NS-
BSBaseline
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
SP 1Menguatnya sistem pengawasan Obat dan
Makanan
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
92.0% 92.0% 92.5% 93.0% 93.5% 94.0%
1.2.Persentase obat Tradisional yang memenuhi
syarat
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
66.60% 67% 68% 69% 70% 71%
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
88.00% 89% 90% 91% 92% 93%
1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang
memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
78.00% 79% 80% 81% 82% 83%
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
86.08% 86.10% 86.60% 87.10% 87.60% 88.10%
SP 2Meningkatnya kemandirian pelaku usaha,
kemitraan dengan pemangku kepentingan
dan partisipasi masyarakat
2.1. Tingkat Kepuasan MasyarakatProvinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
82% 82% 82.50% 83% 83% 83%
2.2.
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan
Makanan
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
4 4 6 8 10 12
SP 3Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
3.1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM A B A A A A
Program Pengawasan Obat dan Makanan
68
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-NS-
BSBaseline
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
1Jumlah sample yang diuji menggunakan
parameter kritis
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
3500 2500 2500 2500 2500 2500 2.479 2.727 3.000 3.300 3.630
2Pemenuhan target sampling produk Obat di
sektor publik (IFK)
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
100% 100% 100% 100% 100% 100%
3Persentase cakupan pengawasan sarana
produksi Obat dan Makanan
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
100% 100% 100% 100% 100% 100% 0.101 0.133 0.147 0.162 0.178
4Persentase cakupan pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
24,3% 24,5% 25% 25,5% 26% 26% 1.887 2.076 2.284 2.513 2.765
5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makananProvinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
9 8 8 9 9 10 0.866 0.953 1.180 1.298 1.586
6Persentase pemenuhan sarana prasarana
sesuai standar
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
59.33 63.10 74.52 75.14 78.39 79.90 4.45 8.67 9.62 6.48 5.88
7 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
677 680 685 690 695 700 1.164 1.280 1.501 1.651 1.930
8 Jumlah Komunitas yang diberdayakan
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
6 9 12 15 18 21 0.542 0.596 0.656 0.722 0.794
9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran,
dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Provinsi Kalimantan
Timur dan
Kalimantan Utara
10 10 9 10 9 10 1.420 1.562 1.718 1.890 2.079
Pengawasan Obat dan Makanan di BPOM Samarinda
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan
di seluruh Indonesia
69
Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi No.
1
2
3
4
5
6
7
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
regulasi
RUU Pembinaan, Pengawasan, dan
Pengembangan Sediaan Farmasi
Peraturan Perundang-undangan terkait Pengawasan
Obat dan Makanan
RPP Keamanan Mutu dan Gizi Pangan dan RPP
Label dan Iklan Pangan terkait Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) terkait
pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintah konkuren
Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP
Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat
Kewaspadaan Obat dan Makanan dan Early Warning
System (EWS) yang informatif
Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan
sistem pengawasan Obat dan Makanan dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Eksisting, Kajian dan Penelitian
Regulasi pengawasan Obat dan Makanan untuk wilayah Provinsi NTB
belum lengkap. Payung hukum yang ada belum efektif untuk
pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di
wilayah Provinsi NTB
Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: 1.
Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan 2. Sebagai
pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
pengawasan Obat dan Makanan
Untuk pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh Balai Besar POM
di Mataram terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan,
dll).
Memperbaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang belum
optimal dan informatif sehingga didapatkan response yang cepat
dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan
dengan bahan obat dan makanan khususnya di Balai Besar POM di
Mataram.
Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality
surveilance/monitoring mutu dilaksanakan secara mandiri oleh
Balai Besar POM di Mataram yang hanya berkedudukan di Ibu Kota
Provinsi
Unit Penanggungjawab
1. Direktorat Standardisasi Obat
2. Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional Kosmetik dan Suplemen
Kesehatan
3. Biro Hukum dan Humas
4. PPOM
1. Direktorat Standardisasi Obat
2. Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional Kosmetik dan Suplemen
Kesehatan
3. Biro Hukum dan Humas
1. Direktorat Standardisasi Pangan 2.
Biro Hukum dan Humas
1. Biro Hukum dan Humas
2. Direktorat Standardisasi Obat
3. Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional Kosmetik dan Suplemen
Kesehatan
4. Direktorat Standardisasi Produk
Pangan
5. Balai Besar POM di Mataram
1. PPOMN
2. Biro Hukum dan Humas
1. Direktorat Surveilan Penyuluhan
Keamanan Pangan
2. Direktorat Penilaian Obat
Tradisional,
Kosmetik, dan Suplemen Kesehatan
3. Direktorat Pengawasan Distribusi
Obat
4. Biro Hukum dan Humas
1. Biro Hukum dan Humas
2. Direktorat Insert dan Pengawasan
Kedeputian 1,2,3
3. Balai Besar POM di Samarinda
Unit Terkait/
Institusi
1. DPR
2. Kemenkumham
3. Kementerian Kesehatan
4. Kemendag
5. Kemenperin
6. Kemendagri
1. DPR
2. Kemenkumham
3. Kementerian
Kesehatan
4. Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah
NTB
Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota di
Wilayah Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara
No.
8
9
10
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
regulasi
Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang
mengatur regulatory insentive melalui bimbingan teknis,
fast track registrasi (crash program)
Peraturan Kepala Badan POM tentang koordinasi
dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala
Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk
meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan
Makanan di daerah
Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran
informasi Obat dan Makanan
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Eksisting, Kajian dan Penelitian
Peningkatan mutu pengawasan khususnya Balai Besar POM di
Samarinda
Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di
wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara oleh
Balai Besar POM di Samarinda
Dapat memperbaiki Sistem penyebaran informasi Obat dan
Makanan yang belum terintegrasi
Unit Penanggungjawab
1. Direktorat Standardisasi Obat
2. Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional Kosmetik dan Suplemen
Kesehatan
3. Biro Hukum dan Humas
4. PPOM
1. Balai Besar POM di Samarinda
1. PIOM
2. Biro Hukum dan Humas
3. Biro Umum
Unit Terkait/
Institusi
Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota di
Wilayah Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utar