bakteriostatik

56
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya : Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, Antimetabolit, misalnya azaserine. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia : Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Glikopeptida

description

bakteriostatik

Transcript of bakteriostatik

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan CephalosporinInhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan TetracyclineInhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,Antimetabolit, misalnya azaserine.Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :AminoglikosidaDiantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.Beta-LaktamDiantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).GlikopeptidaDiantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.PolipeptidaDiantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).PolimiksinDiantaranya polimiksin dan kolistin.Kinolon (fluorokinolon)Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.StreptograminDiantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.OksazolidinonDiantaranya linezolid dan AZD2563.SulfonamidaDiantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :Bakterisid :Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.Bakteriostatik :Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :Spektrum luas (aktivitas luas) :Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.Spektrum sempit (aktivitas sempit) :Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :Golongan PenisilinDihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusuiGolongan SefalosporinDihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase:Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak seriusGenerasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksimGenerasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilisGenerasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepimGolongan LincosamidesDihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).Golongan TetracyclineDiperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat.Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.Golongan KloramfenikolBersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.Golongan MakrolidaBersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.Golongan KuinolonBerkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.Penggolongan :Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasiGenerasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.AminoglikosidaDihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisinPenggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.MonobaktamDihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonamSulfonamideMerupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.Penggunaan:Infeksi saluran kemih : kotrimoksazolInfeksi mata : sulfasetamidRadang usus : sulfasalazinMalaria tropikana : fansidar.Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.Tifus : kotrimoksazol.Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazolSebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemiaVankomisinDihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagiPenggunaan Antibiotik kombinasi :Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase.Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin).Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi.

BAB I PENDAHULUAN I. Latar belakang Mikroba merupakan kelompok yang paling tinggi keragamannya di bumi ini. Namun sering kali diabaikan karena pengalaman yang buruk tentang mikroba selama ini. Padahal tanpa disadari mikroba melakukan banyak hal berguna bagi hidup, seperti keterlibatannya dalam siklus biogeokimia, penyedia senyawa tertentu di atmosfer dan tanah. Salah satu nilai penting dari mikroba adalah kemampuannya menghasilkan metabolit sekunder seperti antimikroba. Banyak teknik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi anggota mikroba yang memproduksi metabolit yang bernilai ini. Dewasa ini pencarian mikroba dengan kemampuan menghasilkan asam amino, antimikroba (antibiotik), dan metabolit-metabolit lainnya gencar dilakukan (Meyers et al. 1968). Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu organisme dan dapat menghambat pertumbuhan organisme lain. Antibiotik juga dimanfaatkan untuk bertahan hidup dan menghadapi organisme lain yang mengancam keberadaannya. Antibiotik ini menunjukkan aktivitas toksisitas selektif dan mungkin berbeda pada tiap organisme. Sebagian besar antibiotik yang digunakan dalam beberapa decade terakhir murni berasal dari mikroba (Pathania & Brown 2008). Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari anti(lawan) dan bios (hidup). Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia didalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotik ditemukan oleh Sir Alexander Flemming tahun 1928. Penemuan antibiotik tersebut terjadi secara tidak sengaja ketika Alexander lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia malihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian disekitar kapangbersih dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, iamelakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembab beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami pertama yaitu Penecillin G. Ada bermacam-macam antibiotik yang berpotensi untuk terapi penyakit infeksi. Mereka berbeda satu sama lain dalam beberapa hal, seperti sifat fisika, kimia, farmakologis, spektrum antibakteri atau mekanisme kegiatannya. Berdasarkan toksisitasnya, antibiotik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu antibiotik dengan aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba dan aktivitas bakterisida bersifat membinasakan mikroba lain. Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat ditingkatkan dari bakteriostatik menjadi bakterisida bila konsentrasinya ditingkatkan (Suwandi 1992). BAB II PEMBAHASAN Mekanisme Kerja Antibiotik Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Mekanisme kerja antibiotik yaitu: 1. Menghambat metabolisme sel, seperti sulfonamide dan trimethoprim. 2. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan seperti fenicillin, vankomisin, dan sefalosporin. 3. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya hingga bersifat permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel keluar, seperti polimiksin. 4. Menghambat sintesa protein sel dengan melekatkan diri ke ribosom akibatnya sel terbentuknya tidak sempurna, seperti tetrasiklin, kloramfenikol, streptomosin, dan aminoglikosida. 5. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA ) akibatnya sel tidak dapat berkembang seperti rifampisin. Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi bakteriostasis, mekanisme pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan merusak mikroorganisme. Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial.

Antibiotik ada yang memiliki sifat bakteriostatik, ada juga yang bersifat bakteriosidal.[1] Kebanyakan antibiotik yang utama adalah bersifat bakteriostatik.[1] Contoh antibiotik yang bersifat bakteriostatik adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetoprim, linkomisin, klindamisin, dan asam amino salisilat.[1] Antibiotik dengan sifat bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan organisme, namun tidak membunuhnya.[1] Sistem daya tahan tubuh yang akan membunuh kuman bila antibiotik digunakan sebagai obat.[1] Namun untuk pasien yang lemah atau mengalami kondisi sistem imun yang buruk, termasuk pasien yang menjadi pembawa kuman (carrier) tidak diberikan antibiotik yang bersifat bakteriostatik, namun antibiotik yang bersifat bakteriosidal.[1] Pada umumnya konsumsi antibiotik bakteriostatik tidak boleh digabung dengan antibiotik bakteriosidal, namun pada kasus tertentu seperti meningitis akibat bakteri, maka diberikan penisilin (bersifat bakteriosidal) dan kloramfenikol (bersifat bakteriostatik

Sulfonamid adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Penggunaan sulfonamide kemudian terdesak oleh antibiotik.Pertengahan tahun 1970 penemuan kegunaan sedian kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamide untuk pengobatan penyakit infeksi tertentuSulfonamid merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar yang sama, yaitu H2N-C6H4-SO2NHR dan R adalah bermacam-macam substituen. Pada prinsipnya, senyawa-senyawa ini digunakan untuk menghadapi berbagai infeksi.Namun, setelah ditemukan zat-zat antibiotika, sejak tahun 1980an indikasi dan penggunaannya semakin bekurang.Meskipun demikian, dari sudut sejarah, senyawa-senyawa ini penting karena merupakan kelompok obat pertama yang digunakan secara efektif terhadap infeksi bakteri. Selain sebagai kemoterapeutika, senyawa-senyawa sulfonamide juga digunakan sebagai diuretika dan antiodiabetika oral.Perkembangan sejarah, pada tahun 1935, Domagk telah menemukan bahwa suatu zat warna merah, prontosil rubrum, bersifat bakterisid in vivo tetapi inaktif in vitro.Ternyata zat ini dalam tubuh dipecah menjadi sulfanilamide yang juga aktif in vitro. Berdasarkan penemuan ini kemudian disintesa sulfapiridin yaitu obat pertama yang digunakan secara sistemis untuk pengobatan radang paru (1937). Dalam waktu singkat obat ini diganti oleh sulfathiazole (Cobazol) yang kurang toksik (1939), disusul pula oleh sulfaniazine , sulfmetoksazole, dan turunan-turunan lainnya yang lebih aman lagi. Setelah diintroduksi derivate-derivat yang sukar resorbsinya dari usus (sulfaguanidin dan lain-lain), akhirnya disintesa sulfa dengan efek panjang, antara lain sulfadimetoksil (Madribon), sulfametoksipiridazine (Laderkyn), dan sulfalen. Pada awalnya, Para sulfonamida bernama Prontosil. Prontosil adalah sebuah prodrug.Percobaan dengan Prontosil mulai pada tahun 1932 di laboratorium Bayer AG yang merupakan perusahaan kimia yang terpercaya di Jerman. Tim Bayer percaya bahwa zat pewarna yang dapat mengikat bakteri dan parasit yang berbahaya bagi tubuh. Setelah bertahun-tahun tim yang dipimpin oleh dokter / peneliti Gerhard Domagk (bekerja di bawah arahan umum Farben eksekutif Heinrich Hoerlein) melakukan uji coba pada ratusan zat pewarna akhirnya ditemukan satu zat aktif yang berwarna merah. Zat tersebut disintesis oleh ahli kimia Bayer Josef Klarer yang memiliki efek luar biasa dalam beberapa kasus infeksi bakteri pada tikus . Penemuan pertama tidak dipublikasikan sampai 1935, lebih dari dua tahun setelah obat itu dipatenkan oleh Klarer dan pasangannya Fritz Mietzsch. Prontosil menjadi produk obat baru dari Bayer. obat tersebut dapat secara efektif mengobati berbagai infeksi bakteri dalam tubuh yang memiliki tindakan perlindungan yang kuat terhadap infeksi yang disebabkan oleh streptokokus, termasuk infeksi darah, demam nifas, dan erysipelas. Sebuah tim peneliti Perancis yang dipimpin oleh Ernest Fourneau, di Institut Pasteur, menyatakan bahwa obat tersebut dimetabolisme menjadi dua bagian di dalam tubuh. Bagian yang tidak berwarna (inaktif) jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan bagian yang berwarna (aktif). Senyawa aktif tersebut dinamakan sulfanilamide. Penemuan ini membantu mendirikan konsep bioactivation . Molekul aktif sulfanilamid (sulfa) pertama kali disintesis pada tahun 1906 .Sulfonamida bersifat amfoter, artinya dapat membentuk garam dengan asam maupun dengan basa. Daya larutnya dalam air sangat kecil garam alkalinya lebih baik, walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai.Sulfonamide berbentuk Kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah :

Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibakteri sulfonamidSulfonamid mempunyai spectrum antibakteri yang luas, meskipun kurang kuat dibandingkan dengan antibiotik dan strain mikroba yang resisten. Golongan obat ini umumnya hanya bersifat bakteriostatik, namun pada kadar yang tinggi dalam urin, sulfonamide dapat bersifat bakterisid. Obat-obat ini memiliki daya kerja bakteriostatik yang luas terhadap bakteri Gram positif dan Gram negative tetapi Pseudomonas, Proteus, dan Streptococcus faecales tidak aktif. 1. MEKANISME AKSIStruktur dari Sulfonamide mirip dengan p-aminobenzoic acid (PABA) yang merupakan prekursor DHF. Mekanisme kerja dari sulfonamide adalah sebagai substrat palsu dimana sulfonamide berkompetisi dengan PABA pada sintesis DHF. Karenanya efeknya berupa bakteriostatik yang menghambat pertumbuhan dan replikasi bakteri. Bakteri memerlukan PABA (p-aminobenzoicacid) untuk membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesis purin dan asam-asam nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat kompetitif PABA.Efek antibakteri sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa purin dan timidin. Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfonamide karena mamalia mensintesis asam folat yang diperoleh dari dalam makanan. Dalam proses sintesis asam folat, bila PABA digantikan oleh sulfonamide, maka akan terbentuk asam folat yang tidak berfungsi.Mekanisme kerjanya berdasarkan sintesis (dihidro) folat dalam bakteri dengan cara antagonisme saingan dengan PABA. Banyak jenis bakteri membutuhkan asam folat untuk membangun asam-asam intinya DNA dan RNA. Asam folat ini dibentuknya sendiri dari bahan pangkal PABA (para-aminobenzoicacid) yang terdapat dimana-mana dalam tubuh manusia. Rumus PABA menyerupai rumus dasar sulfonamide. Bakteri keliru menggunakan sulfa sebagai bahan untuk mensintesa asam folatnya, sehingga DNA / RNA tidak terbentuk lagi sehingga pertumbuhan bakteri terhenti.Manusia dan beberapa bakteri (misalnya str. faecalis dan Enterococci lainnya) tidak membuat asam folat sendiri, tetapi menerimanya dalam bentuk jadi yaitu dalam bentuk makanan, sehingga tidak mengalami gangguan pada metabolismenya. Dalam nanah terdapat banyak PABA, sehingga sulfonamide tidak dapat bekerja dilingkungan ini. Begitu pula sulfa tidak boleh diberikan dengan obat-obat lain yang rumusnya mirip PABA misalnya, prokain, prokain penisilin, benzokain, PAS, dan sebagainya. 2. HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITASSulfonamida adalah senyawa organik yang mengandung belerang SO dan NH 2, sulfonamide merupakan analog structural asam para amino benzene acid yang sangat penting untuk sintesis asam folat pada bakteri, berbeda dengan mamalia yang sel-selnya mengambil asam folat yang didapat dalam makanan, bakteri tidak dapat melakukan hal ini, dia harus mensintesis asam folat untuk hidupnya. 3. SULFONAMIDE SEBAGAI PRODUK TUNGGALsulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap enzim dihidropteroate sintetase (DHPS). Dengan dihambatnya enzim DHPS ini menyebabkan tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri. Tetrahidrofolat merupakan bentuk aktif asam folat, di mana fungsinya adalah untuk berbagai peran biologis di antaranya dalam produksi dan pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan protein. Biasanya Sulfonamide digunakan untuk penyakit Neiserria meningitis. 4. KOMBINASI DENGAN TRIMETROPIMSenyawa yang memperlihatkan efek sinergistik paling kuat bila digunakan besama sulfonamide ialah trimetropim. Senyawa ini merupakan senyawa penghambat enzim dihidrofolat reduktase yang kuat dan selektif.Enzim ini berfungsi mereduksi asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat, jadi pemberian sulfonamid bersama trimetropim menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi pembentukan asam tetrahidrofolat.Kontrimoksazole adalah suatu kombinasi dari sulfonametoksazol + trimetoprim dalam perbandingan 5:1 (400 : 80 mg). yang terakhir adalah suatu obat malaria dengan spectrum kerja antibakteri yang mirip sulfa dan efektif terhadap sebagian besar kuman Gram-positif dan Gram-negatif. Walaupun kedua komponen masing-masing hanya bersifat bakteriostatik, kombinasinya berkhasiat bakterisid terhadap bakteri yang sama juga terhadap Salmonella, proteus, dan H. influenza. Pada umumnya kombinasi dari sulfonamide + trometoprim memperkuat khasiatnya (potensial) serta menurunkan resiko resistensi dengan kuat. Kombinasi trimertoprimdan sulfa lain dengan sifat-sifat dan penggunaan sama dengan kontrimoksazole adalah1. Supristol = sulfamoxol 200 mg + trimetoprim 40 mg2. Kelfprim = sulfalen 200 mg + trimetoprim 250 mg3. Lidatrim = sulfametrol 400 mg + trimetoprim 80 mgMekanisme kerjanya berdasarkan teori sequential blockade dari Hitchings (1966), yakni bila dua obat bekerja terhadap dua titik berturut-turut dari suatu proses enzim bakteri, maka efeknya adalah potensial. Keuntungan penting lain dari kombinasi ini adalah timbulnya resistensi lebih lambat dari pada komponen-komponennya sendiri. Hal ini adalah jelas, karena bakteri yang menjadi resisten untuk salah satu komponen masih dapat dimusnahkan oleh yang lain. 5. TATA NAMA & KLASIFIKASI SULFONAMIDE1. Berdasarkan Lamanya Masa KerjaBerdasarkan masa kerjanya sulfonamida sistemik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sulfonamida dengan masa kerja pendek, sulfonamida dengan masa kerja sedang, sulfonamida dengan masa kerja panjang.Sulfonamide dengan masa kerja yang panjangMempunyai waktu paroh lebih besar 24 jam.Contoh: sulfadoksin, sulfalen, sulfametoksipiridazin dan sulfametoksidiazin.II.Keterangan:Sulfadoksin, sulfadoksin adalah sulfonamide dengan masa kerja 7-9 hari. Obat ini digunakan dalam bentuk kombinasi tetap dengan primetamin (500mg sulfadoksin dan 25mg primetamin) untuk pencegahan dan pengobatan malaria akibat P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Namun karena efek samping hebat seperti gejala Stevens-Johnson yang samapai kadang-kadang menimbulkan kematian, oabt iini hanya digunakan untuk pencegahan bial resiko resistensi malaria cukup tinggi.Sulfonamide dengan masa kerja yang sedangMempunyai waktu paroh 10 24 jam.Contoh: sulfadiazin, sulfametoksasol dan sulfafenazolc.Keterangan:Sulfadiazin, sulfadiazine diabsorpsi di usus dalam waktu yang relative cepat dan kadar maksimal yang terdapat dalam darah tercapai dalam waktu 3-6 jam sesudah pemberian dosis tunggal. Kira-kira 15-40% dari obat yang diberikan dieskresi dalam bentuk senyawa asetil. Hampir 70% obat ini mengalami reabsorpsi di tubuli ginjal dan pemberian alkali memperbesar klirens ginjal dengan mengurangi reabsorpsi tubuli. Karena beberapa macam sulfa sukar larut dalam urin yang asam, maka sering timbul kristaluria dan komplikasi ginjal lainnya. Untuk mencegah ini pasien dianjurkan minum air yang banyak.Sulfonamide dengan masa kerja yang pendekMempunyai waktu paruh lebih kecil dari 10 jam.Contoh: sulfisoksazol, sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin, sulfatiazol, sulfasomidin dan sulfaksasol.Keterangan:Sulfisoksazol, sulfisoksazol hanya didistribusikan ke dalam cairan ekstrasel dan sebagian besar terikat pada protein plasma. Kadar puncak dalam darah tercapai dalam 2-4 jam setelah pemberian dosis oral 2-4 g. Hampir 95 % obat diekskresi melalui urin dalam 24 jam sesudah pemberian dosis tunggal. Kadar obat dalam urin jauh melebihi kadarnya dalam darah sehingga mungkin bersifat bakterisid. Kadarnya dalam CSS hanya 1/3 dari kadar dalam darah. Kelarutan slfisoksazol dalam urin jauh lebih tinggi daripada sulfadiazine sehingga jarang menyebabkan hematuria atau kristaluria (0,2%-0,3%). Sulfa ini dapat menggantikan golongan sulfa yang sukar larut dan toksik terhadap ginjal.2. Berdasarkan Kecepatan Absorpsi dan EkskresinyaSulfonamid dibagi dalam empat golongan besar:Sulfonamid dengan ekskresi cepat, antara lain sulfadiazin dan sulfisoksazolSulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dan karena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain sulfasalazinSulfonamid yang terutama digunakan untuk pembrian topikal, antara lain sulfasetamid, mafenid, dan Ag-sulfadiazinSulfonamid dengan masa kerja panjang,seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan ekskresinya lambat

Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.

TetrasiklinAntibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin kemudian ditemukan oksitetrasiklin. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari species Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin juga termasuk antibiotic golongan tetrasiklin.

a. Mekanisme kerja

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertam yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

b. Efek Antimikroba

Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya sama), namun terdapt perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing drivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.

c. Farmakokinetik

AbsorpsiSekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam salura cerna. Doksisiklin dan minosiklin iserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

DistribusiDalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.

EkskresiGolongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

d. Efek samping

Gangguan lambung. Penekanan epigastrik biasanya disebabkan iritasi ari mukosa lambung dan sering kali terjadi pada penderita yang tidak patuh yang diobati dengan obat ini.

Efek terhadap kalsifikasi jaringan. Deposit dalam tulang dan pada gigi timbul selama kalsifikasi pada anak yang berkembang. Hal ini menyebabkan pewarnaan dan hipoplasi pada gigibdan menganggu pertumbuhan sementara.

Hepatotoksisitas fatal. Efek samping ini telah diketahui timbul bila obat ini diberikan pada perempuan hamil dengan dosis tinggi terutama bila penderita tersebut juga pernah mengalami pielonefritis.

Fototoksisitas . Fototoksisitas, misalnya luka terbakar matahari yang berat terjadi bila pasien menelan tetrasiklin terpajan oleh sinar matahari atau UV. Toksisitas ini sering dijumpai dengan pemberian tetrasiklin, doksisiklin dan deklosiklin.

Gangguan keseimbangan. Efek samping ini misalnya pusing, mual, muntah terjadi bila mendapat minosiklin yang menumpuk dalam endolimfe telinga dan mempengaruhi fungsinya.

Pseudomotor serebri. Hipertensi intrakranial benigna ditandai dengan sakit kepala dan pandangn kabur yang dapat terjadi pad orang dewasa. Meskipun penghentian meminum obat membalikkan kondisi, namun tidak jelas apakah dapat terjadi sekuela permanen.

Superinfeksi. Pertumbuhan berlebihan dari kandida (misalnya dalam vagina) atau stafilokokus resisten (dalam usus) dapat terjadi.

e. Penggunaan klinik

Penyakit yang obat pilihannya golongan tetrasiklin adalah:

Riketsiosis. Perbaikan yang dramatik tampak setelah penggunaan obat golongan ini. Demam mereda dalam 1-3 hari dan ruam kulit hilang dalam 5 hari. Perbaikan klinis tampak 24 jam setelah terapi.

Infeksi klamidia.

Limfogranuloma venereum: Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama penyakit ini. Terapi 3-4 minggu dan 1-2 bulan untuk keadaan kronik.

Psitakosis: pemberiaan golongan tetrasiklin selama beberapa hari mengatasi gejala klinis.

Inclusion conjunctivitis: pengobatannya dengan salep mata atau tetes mata yang mengandung golongan tetrasiklin selama 2-3 minggu.

Trakoma: pengobatan dengan salep mata golongan tetrasiklin dikombinasikan dengan doksisiklin oral selama 40 hari.

Uretritis nonspesifik. Pengobatan dengan tetrasiklin oral 4 kali sehari 500 mg selama 7 hari.

Infeksi Mycoplasma pneumoniae. Dapat diatasi dengan obat golongan tetrasiklin. Walaupun penyembuhan cepat dicapau, bakteri ini mungkin tetap ada dalam sputum setelah obat dihentikan.

Infeksi basil

Bruselosis: Pengobatan yang memuaskan didapat setelah 3 minggu dengan golongan tetrasiklin. Untuk kasus berat dikombinasi dengan streptomisin.

Tularemia: Terapi dengan tetrasiklin cukup baik meskipun streptomisin adalah obat pilah utama penakit ini.

Kolera: tetrasiklin adalah antibiotik paling efektif untuk kasus i ni. Dapat mengurangi kebutuhan cairan infus sebanyak 50 %dari yang dibutuhkan.

Sampar: stretomisin adalah pilihan utama untuk penyakit ini. namun bila streptomisin tidak dapat digunakan maka dapat dipakai golongan tetrasiklin

Infeksi kokus. Golongan tetrasiklin tida lagi diindikasikan untuk infeksi staphylacoccus maupun streptococcus karena seing dijumpai resistensi. Adanya resistensi strain Str.pneumoniae membatasi penggunaannya untuk penumonieae akibat kuman ini.

Infeksi venerik.

Gonore: penisilin merupakan obat pilihan utama namun bagi paseien yang alergi penisilin dapat diberikan tetrasiklin oral 4 kali sehari 500 mg atau doksisiklin 2 kali sehari 100 mg selama 7 hari. Tetrasiklin mempunyai masking effect terhadap infeksi sifilis sehingga menyulitkn diagnosis.

Sifilis: tetrasiklin merupakan obat pilihan ke dua setelah penisilin untuk sifilis dengan dosis 4 kali sehari 500 mg per oral selama 15 hari. Juga efektif untuk chancroid dan granuloma inguinal.

Akne vulgaris.

Tetrasiklin dapat menghambat prouksi asam lemak dari sebum, dengan dosis 2 kali sehari 250 mg selama 2-3 minggu hingga beberapa bulan

Infeksi lain.

Profilaksis pada penykit paru menahun

Banyak penelitian yang hasilnya kontroversial mengenai keamanan tetrasiklin 500 mg sehari per oral pad pasien ini. Bahaya potensial pemberiaan jangka lama ini ialah timbulnya superinfeksi bakteri atau jamur yang sulit dikendalikan.

f. Interaksi obat

Bila tetrasiklin diberikan dengan metoksifluoran maka dapat menyebabkan nefrotoksisk. Bila dikombinasikan dengan penisilin maka aktivitas antimikrobanya dihambat. Bila tetrasiklin digunakan bersamaan dengan produk susu maka akan menurunkan absorpsinya karena membentuk khelat tetrasiklin dengan ion kalsium yang tidak dapat diabsorpsi.

Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan jalan meningkatkan ribosom subunit 50S yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif.Kloramfenikol [1-(p-nirofenil)-2-diklorasetamido-1,3-propandiol] berasal dari Streptomyces venezuelae, Streptomyces phaeochromogenes, dan Streptomyces omiyamensis.

struktur kimia kloramfenikol Kloramfenikol berkhasiat untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh Salmonella thypi dan Salmonella parathypi. Namun demikian, kloramfenikol tidak aktif terhadap virus, jamur, dan protozoa.Mekanisme Kerja Kloramfenikol adalah sebagai berikut. bekerja menghambat sintesis protein bakteriobat dengan mudah masuk ke dalam sel melalui proses difusi terfasilitasiobat mengikat secara reversible unit ribosom 50S, sehingga mencegah ikatan asam amino yang mengandung ujung aminoasil t-RNA dengan salah satu tempat berikatannya di ribosompembentukan ikatan peptida dihambat selama obat berikatan dengan ribosomkloramfenikol juga dapat menghambat sistesis protein mitokondria sel mamalia karena ribosom mitokondria mirip dengan ribosom bakteriBerikut adalah indikasi obat kloramfenikol.demam tifoidmeningitis karena bakteriinfeksi saluran urinpenyakit riketsiainfeksi anaerob bruselosis

kloramfenikol dalan bentuk sediaan kapsul

Adapun efek samping dalam penggunaan obat kloramfenikol adalah sebagai berikut.reaksi hematologik berupa depresi sumsung tulang dan anemia aplastikreaksi saluran cerna yakni mual, muntah, diare, glositis, dan enterokolitissindrom graymenghambat fungsi penggabungan oksidase hepatik yang dapat mengakibatkan penghambatan metabolisme obat seperti walfarin, fenitonin, tolbutamin, dan klorporamid.Kloramfenikol apabila diberikan pada anak usia di bawah satu tahun dapat menyebabkan penyakit kuning

Mekanisme KerjaMekanisme kerja kloramfenikol menghambat sistesis portein pada bakteri dan dalam jumlah terbatas, pada sel eukariot. Obat ini segera berpenetrasi ke sel bakteri, kemungkinan melalui difusi terfasilitasi. Kloramfenikol terutama bekerja dengan memikat subunit ribosom 50 S secara reversibel (di dekat tempat kerja antibiotic makrlida dan klindamisin, yang dihambat secara kompetitif oleh obat ini). Walaupun pengikatan tRNA pada bagian pengenalan kodon ini ternyata menghalangi pengikatan ujung tRNA aminosil yang mengandung asam amino ke tempat akseptor pada subunit ribosom 50 S. interkasi antara pepdiltranferase dengan substrat asam aminonya tidak dapat terjadi, sehingga pembentukan ikatan peptide terhambat.Kloramfenikol juga dapat menghambat sistesis protein mitokondria pada sel mamalia, kemungkinan karena ribosom mitokondria lebih menyerupai ribosom bakteri (keduanya 70 S) dari pada ribosom sitoplasma 80 S pada sel mamalia. Peptidiltransferase ribosom mitokondria, dan bukan ribosom sitoplasma, rentan terhadap kerja penghambtan kloramfenikol. Sel eritropoietik mamalia tampaknya terutama peka terhadap obat ini.Kerja antimikroba.Kloramfenikol memiliki aktivitas antimikroba berspektrum luas. Galur dianggap peka apabila dapat dihambat oleh konsentrasi 8 g/ml atau kurang, kecuali N. gonnorhoeae, S. pneumoniae, dan H. influenza, yang memiliki batas MIC yang lebih rendah. Kloramfenikol terutama bersifat bakteriostatik, walupun dapat bersifat bakterisida terhadap spesies tertentu, seperti N. gonnorhoeae, S. pneumoniae, dan H. influenza. Lebih dari 95% galur bakteri gram-negatif berikut ini dihambat secara in vitro oleh kloramfenikol 8,0 g/ml atau kurang., yakni N. gonnorhoeae, S. pneumoniae, dan H. influenza. Demikian juga, kebanyakan juga bakteri anaerob, termasuk kokus gram-positif dan Clostridium spp, serta batang-batang negative termasuk B. fragilis dihambat oleh obat ini pada konsentrasi tersebut. Beberapa kokus gram-positif aerob, termasuk Streptococcus pyogenes, Streptococcus agalactiae (streptokokus kelompok B), dan S. pneumonia peka terhadap 8 g/ml. galur S. aerus cenderung tidak begitu rentan, dengan MIC yang lebih besar dari 8 g/ml. kloramfenikol aktif terhadap Mycoplasma, Chlamydia, dan Rickettsia..Penggunaan terapeutik.Terapi dengan kloramfenikol hanya boleh digunakan pada infeksi yang manfaat obat tersebut lebih besar dibandingkan resiko toksiksitas potensialnya. Jika tersedia obat antimikroba yang sama-sama efektif dan secara potensial tidak begitu toksik dibandingkan kloramfenikol, maka sebaiknya obat tesebut digunakan.ResistensiBakteri dikatakan resistensi bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh antibiotika pada kadar maksimum yang dapat ditolerir oleh pejamu.Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh faktor-R yang menimbulkan ketidakmampuan organisme untuk mengakumulasikan obat sehingga menimbulkan resistensi. Resistensi terhadap P.aeruginosa. Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri.Beberapa strain D. Pneumoniae, H. Influenzae, dan N. Meningitidis bersifat resisten; S. Aureus umumnya sensitif, sedang enterobactericeae banyak yang telah resisten.Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E.Coli, K. Pneumoniae, dan P. Mirabilis, kebanyakan Serratia, Providencia dan Proteus rettgerii resisten, juga kebanyakan strain P. Aeruginosa dan S. TyphiEfek Samping1. Reaksi HematologikTerdapat dua bentuk reaksi:Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Berhubungan dengan dosis, progresif dan pulih bila pengobatan dihentikan. Prognosisnya sangat buruk karena anemia yang timbul bersifat ireversibel. Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan. 2. Reaksi AlergiKemerahan pada kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demam typhoid.3. Reaksi Saluran CernaMual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis. 4. Syndrom GrayPada neonatus, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200 mg/kgBB).5. Reaksi NeurologisDepresi, bingung, delirium dan sakit kepala. Neuritis perifer atau neuropati optik dapat juga timbul terutama setelah pengobatan lama.

6. Interaksi dengan Obat LainKloramfenikol menghambat enzim sitokrom P450 irreversibel memperpanjang T (dicumarol, phenytoin, chlorpopamide, dan tolbutamide).Mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya, merupakan antagonis kerja bakterisidal penisilin dan aminoglikosida.Phenobarbital dan rifampin mempercepat eliminasi dari kloramfenikol.

Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat, denganciri suatu cincin lakton ( biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom ) di mana terkait gulagula deoksi. Antibiotika golongan makrolida yang pertama ditemukan adalah Pikromisin,diisolasi pada tahun 1950 .Macrolide merupakan salah satu golongan obat antimikroba yang menghambatsintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagaiprotein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA.Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstantasedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesisprotein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom70S. Kerja dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosome sub unit 50S dan mencegahpemanjangan rantai peptida.

Obat-obat Antibiotika Golongan MakrolidaSekarang ini antibiotika Makrolida yang beredar di pasaran obat Indonesia adalah Eritomisin, Spiramisin, Roksitromisin, Klaritromisin dan Azithromisin.

PENGGOLONGAN TURUNAN MAKROLIDA

1.Eritromisin

Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Aktif terhadap kumangram positif seperti StrPyogenesm dan StrPneumoniae. Yang biasa digunakan untuk infeksi. Mycloplasma pneumoniae, penyakit Legionnaire, infeksi Klamidia, Difter, Pertusis, InfeksiStreptokokus, Stafilokokus, infeksi Camylobacter, Tetanus, Sifilis, Gonore.Sediaan dari Eritromisin berupa kapsul/ tablet, sirup/suspensi, tablet kunyah dan obattetes oral

Dapat mengalami resistensi dalam 3 mekanisme :a.Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman.b.Berubahnya reseptor obat pada Ribosom kuman danc.Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu.

Efek samping yang berat akibat pemakaian Eritromisin dan turunannya jarang terjadi.Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilangbila terapi dihentikan.Ketulian sementara dapat terjadi bila Eritromisin diberikan dalam dosis tinggi secara IV.Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas Karbamazepin, Kortikosteroid, Siklosporin,Digosin, Warfarin dan Teofilin.

Struktur kimia eritromisin terdiri dari :

a.Aglikon eritronolidb.Gula amino desosamin dan gula netral kladinosac.Membentuk garam pada gugus dimetilamino ( 3) dengan asam, contoh:garam stearat bersifat sukar larut dalam air dengan rasa yang sedikit pahit.d.Membentuk ester pada gugus hidroksi ( 2 ) yang tetap aktif secara biologisdan aktivitasnya tidak tergantung pada proses hidrolisis.contoh: ester-esteretilsuksinat, estolat, dan propinoat.yang tidak berasa.Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincinmakrolida dan gula-guladesosamin dan kladinose.Obat ini sulit larut dalam air (0,1%)namun dapat langsung larut pada zat-zatpelarut organik. Larutan inicukup satabil pada suhu 40 derajat celcius, namun dapat kehilanganaktivitas dengan cepat pada suhu 20 derajat celcius dan pada suhu asam .Ertromycin biasanya tersedia dalam bentuk berbagai ester dan garam.

2.Spiramisin

Spiramisin adalah antibiotika golongan Makrolida yang dihasilkan olehStreptomyce sambofaciens. Secara in vitro (tes laboratorium) aktivitas antibakteri Spiramisin lebih rendah dari pada Eritromisin.Sediaan yang tersedia dari spiramisin adalah bentuk tablet 500 mg.Seperti Eritromisin, Spiramisin digunakan untuk terapi infeksi rongga mulut dan salurannafas.Spiramisin juga digunakan sebagai obat alternatif untuk penderita Toksoplasmosis yang karena suatu sebab tidak dapat diobati dengan Pirimentamin dan Sulfonamid (misalnya padawanita hamil, atau ada kontra indikasi lainnya). Efeknya tidak sebaik Pirimentamin dan Sulfonamid.Pemberian oral kadang-kadang menimbulkan iritasi saluran cerna.

3.Roksitromisin

Roksitromisin adlah derivat Eritromisin yang diserap dengan baik pada pemberian oral.Obat ini lebih jarang menimbulkan iritasi lambung dibandingkan dengan Eritromisin.Juga (bioavailabilitas) kadar obat yang tersedia tidak banyak terpengaruh oleh adanyamakanan dalam lambung.Kadar obat dalam darah dan plasma lebih tinggi dari Eritromisin.Bentuk sediaan yang beredar adalah tablet atau kapsul 50 mg dan 300 mg.Indikasinya diperuntukkan untuk infeksi THT, saluran nafas bagian atas dan bawahseperti bronkitis akut dan kronik, penumonia, uretritis (selain Gonore) akut dan kronis, infeksikulit seperti pioderma, impetigo, dermatitis dengan infeksi, ulkus pada kaki.

4.Klaritromisin

Klaritromisin juga digunakan untuk indikasi yang sama denga Eritromisin. Secara in vitro(di laboratorium), obat ini adalah Makrolida yang paling aktif terhadap Chlamydia trachomatis. Absorpsinya tidak banyak dipengaruhi oleh adanya makanan dalam lambung.Efek sampingnya adalah iritasi saluran cerna (lebih jarang dibandingkan dengan iritasisaluran cerna dan peningkatan enzim sementara di hati.Klaritromisin juga meningkatkan kadar Teofilin dan Karbamazepin bila diberikanbersama obat-obat tersebut.

5.Azitromisin

Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti tertentu yang disebabkan oleh bakteriseperti bronkitis, pneumonia, penyakit akibat hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru-paru, kulit dan tenggorokan.Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi yang disebabkan oleh virus.Bentuk sediaan dari Azitromisin adalah tablet atau suspensi oral (cairan). Biasanya digunakan dengan atau tanpa makanan satu kali sehari selama 1-5 hari. Agar membantu anda ingat minum Azitromisin, minumlah pada jam yang sama setiap harinya.Minumlah azitromisin sesuai dosis yang ada. Jangan lebih atau kurang dari dosis yangditentukan oleh dokter.Kocok sirup dengan baik sebelum dipakai untuk mencampur obat dengan baik. Gunakan syringe yang tersedia untuk mengukur dengan tepat dosis yang anda gunakan. Setelah itubersihkan syringe dengan air.Untuk tablet harus diminum dengan segelas air penuh.Habiskan obat yang diresepkan, walaupun anda merasa sudah baik atau sembuh. Hal iniuntuk menghindari bakteri menjadi resistensi bila pengobatan tidak diselesaikan.

FARMAKODINAMIKA

MEKANISME KERJA

Golongan makrolida menghambat sintesis protein bakteri padaribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit50S,. Sintesis protein terhambat karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil danhambatan pembentuk awal sehingga pemanjangan rantai peptide tidak berjalan.Macrolide bisa bersifat sebagai bakteriostatik atau bakterisida, tergantung antaralain pada kadar obat serta jenis bakteri yang dicurigai. Efek bakterisida terjadipada kadar antibiotika yang lebih tinggi, kepadatan bakteri yang relatif rendah,dan pertumbuhan bakteri yang cepat. Aktivitas antibakterinya tergantung padapH, meningkat pada keadaan netral atau sedikit alkali.Meskipun mekanisme yang tepat dari tindakan makrolid tidak jelas, telahdihipotesiskan bahwa aksi mereka makrolid menunjukkan dengan menghambatsintesis protein pada bakteri dengan cara berikut:1.Mencegah Transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P2.Mencegah pembentukan peptida tRNA3.Memblokir peptidil transferase.4.Mencegah perakitan ribosomAntibiotik macrolida terikat di lokasi P-dari subunit 50S ribosom. Hal inimenyebabkan selama proses transkripsi, lokasi P ditempati oleh makrolida.Ketika t-RNA terpasang dengan rantai peptida dan mencoba untuk pindah kelokasi P, t-RNA tersebut tidak dapat menuju ke lokasi P karena adanya makrolida,sehingga akhirnya dibuang dan tidak dipakai. Hal ini dapat mencegah transferpeptidil tRNA dari situs A ke situs-P dan memblok sintesis protein denganmenghambat translokasi dari rantai peptida yang baru terbentuk. Makrolida jugamemnyebabkan pemisahan sebelum waktunya dari tRNA peptidal di situs A.Mekanisme kerja makrolida, selain terikat di lokasi P dari RNA ribosom50S, juga memblokir aksi dari enzim peptidil transferase. Enzim ini bertanggungjawab untuk pembentukan ikatan peptida antara asam amino yang terletak dilokasi Adan P dalam ribosom dengan cara menambahkan peptidil melekat padatRNAke asam amino berikutnya. Dengan memblokir enzim ini, makrolidamampu menghambat biosintesis protein dan dengan demikian membunuh bakteri.

FARMAKOKINETIK

A-D-M-E:

1.AbsorbsiEritromisin bisa dihancurkan oleh asam lambung sehinggaobat ini diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obatini diabsorpsi secara adekuat setelah pemberian per-ora.

2.DistribusiEritromisin ke seluruh cairan tubuh baikkecuali ke cairan sebrospinal. Obat ini merupakan satu diantara sedikit antibiotika yang bedifusi ke dalam cairan prostat dan mempunyai sifat akumulasi unit kedalam makrofag. Obatini berkumpul di hati, adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan lebih baik

3.MetabolismeEritromisin dimetabolisme secara ekstensifdan diketahui menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450.4.

4.EkskresiEritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikandalam bentuk aktif dalam empedu .Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik

Dalam penjelasan farmakokinetik berikut akan dijelaskan mekanismefarmakokinetik 3 antibiotik turunan makrolida yaitu eritromycin, Claritromycin, danazitromycin.

1.EritromycinErtromycin basa dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan dengansalut enteric. Stearat dan ester cukup tahan pada keadaan asam dan diabsorbsi lebihbaik. Garam lauryl dan ester propionil ertromycin merupakan preprata oral yang palingbaik diabsorbsi. Dosis oral sebesar 2 g/hari menghasilkan konsentrasi basa ertromycinserum dan konsentrasi ester sekitar 2 mg/mL. Akan tetapi, yang aktif secaramikrobiologis adalah basanya, sementara konsentrasinya cenderung sama tanpamemperhitungkan formulasi.Waktu paruh serum adalah 1,5 jam dalam kondisi normal dan 5 jam pada pasiendengan anuria. Penyesuaian untuk gagal ginjal tidak diperlukan. Ertromycin tidak dapatdibersihkan melalui dialysis. Jumlah besar dari dosis yang diberikan diekskresikan dalamempedu dan hilang dalam fases, hanya 5% yang diekskresikan dalam urine. Obat yangtelah diabsorbsi didistribusikan secara luas, kecuali dalam otak dan cairan serebrospinal.Ertromycin diangkut oleh leukosit polimorfonukleus dan makrofag. Oabt ini melintasisawar plasenta dan mencapai janin.

2.ClaritromycinDosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum sebesar 2-3 mg/mL. Waktuparuh claritromycin (6 jam) yang lebih panjang dibandingkan dengan eritromycinmemungkinkan pemberian dosis 2 kali sehari. Claritromycin dimetabolisme dalam hati.Metabolit utamanya adalah 14-hidroksiclaritromycin, yang juga mempunyai aktivitasantibakteri. Sebagian dari obat aktif dan metabolit utama ini dieliminsai dalam urine, danpengurangan dosis dianjurkan bagi pasien-pasien dengan klirens kreatinin dibawah 30mL/menit

3.AzitromycinAzitromycin berbeda dengan eritromycin dan juga claritromycin, terutama dalam sifatfarmakokinetika. Satu dosi Azitromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi serumyang lebih rendah, yaitu sekitar 0,4 g/mL. Akan tetapi Azitromycin dapat melakukanpenetrasi ke sebagian besar jaringan dapat melebihi konsentrasi serum sepuluh hinggaseratus kali lipat. Obat dirilis perlahan dalam jaringan-jaringan (waktu paruh jaringanadalah 2-4 hari) untuk menghasilkan waktu paruh eliminasi mendekati 3 hari. Sifat-sifatyang unik ini memungkinkan pemberian dosis sekali sehari dan pemendekan durasipengobatan dalam banyak kasus.Azitromycin diabsorbsi dengan cepat dan ditoleransi dengan baik secara oral.Obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Antasidaaluminium dan magnesium tidak mengubah bioavaibilitas, namun memperlama absorbs

BAB III

Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan olehpabrik obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongankimianya. Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol,tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, danVibramycin.Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yangdidiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh bakteripenyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung padalokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan denganantibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasusyang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep,krim, tetes mata, dan tetes telinga.Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium.Tehnikkhusus seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi.Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya tidak.Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan, dengan cara mengambil bakteri dari infeksipasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan penampakannya dapatmembantu mengidentifikasi spesies bakteri.Dengan kultur bakteri, sensitivitas antibiotik jugadapat diuji.Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yangbenar, seperti aturan dan jangka waktu pemakaian.Aturan pakai mencakup dosis obat, jarakwaktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan danobat lain.Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnyaakan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter.

ABOUT ASUHAN KEBIDANAN IV ( PATOLOGI ) KELAINAN DALAM LAMANYA KEHAMILAN IUGR DANIUFD TIPZ MENJADI REMAJA ISLAM YANGBAIK WANITA AHLI SYURGA DAN CIRI CIRINYA WANITA SHOLEHAH

jannahmidwifeREALIZE YOUR DREAMS AND GET ON STRUGGLES..!!

ANTIBIOTIK GOLONGAN KLINDAMISIN DANLINKOMISINPUBLISHEDOKTOBER 6, 2012BYNUJANNACHBAB IPENDAHULUAN1. A.Latar BelakangAnti biotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur yang dapat menghambat atau membunuh mikroba jenis lain.Antibiotik bersifat efektif sebagai anti mikroba disebabkan karena toksisitasnya yang selektif, artinya mampu membunuh mikroba tanpa merusak sel hospes.Secara umum toksisitas selektifnya bersifat relatif, yang masih mampu membutuhkan kadar yang tepat untuk mengatasi mikroba, tetapi masih dapat ditolerir oleh hospes. Sebagai anti infeksi. Antibiotik telah berhasil menurunkan secara drastis morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit infeksi, sehingga penggunaannya menjadi sangat meningkat. Hasil survei menunjukkan bahwa kira-kira 30% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit memperoleh satu atau lebih terapi antibiotika, dan berbagaipenyakit infeksi yang fatal telah berhasil diobati.Anti biotic mempunyai banyak sekali golongan. Namun dalam makalah ini hanya akan di bahas anti biotic golongan linkomisin/klindamisin.1. B.Rumusan Masalah1. Apakah pengertian dari anti biotik linkomisin dan klindamisin?2. Apakah indikasi dari anti biotik linkomisin dan klindamisin?3. Apakah kontra indikasi anti biotik linkomisin dan klindamisin?1. C.Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian anti biotik linkomisin dan klindamisin.2. Untuk mengetahui indikasi anti biotik linkomisin dan klindamisin.3. Untuk mengetahui kontra indikasi anti biotic linkomisin dan klindamisin.1. D.Manfaat1. Bagi MahasiswaAgar mahasiswa lebih memahami tentang macam-macam anti biotic, terutama linkomisin dan klindamisin.1. Bagi pembacaUntuk menambah wawasan bagi para pembaca tentang macam-macam anti biotic, terutama golongan linkomisin dan klindamisin.BAB IIPEMBAHASAN1. A.Pengertian anti biotikAnti biotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur yang dapat menghambat atau membunuh mikroba jenis lain.Antibiotik bersifat efektif sebagai anti mikroba disebabkan karena toksisitasnya yang selektif, artinya mampu membunuh mikroba tanpa merusak sel hospes. Secara umum toksisitasnya bersifat relatif, yang masih mampu membutuhkan kadar yang tepat untuk mengatasi mikroba, tetapi dapat di tolerir oleh hospes. Sebagai anti infeksi, anti biotik dapat menurunkan secara drastis morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi.1. Yang secara primer bersifat bakteriostatik, yaitu yang dosis biasa berefek menghambat pertumbuhan dan multiplikasi bakteri. Misalnya sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, dan klindamisin.2. Yang secara primer bersifat bakterisida, yaitu pada dosis biasa berefek membunuh bakteri. Misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, eritromisin, kortimoksazol, rifampisin, dan vankomisin.1. B.KlindamisinKlindamisin Efektif untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkanoleh bakteri anaerob, streptokokus, pneumokokus dan stafilokokus, seperti :1. Infeksi saluran nafas yang serius.2. Infeksi tulang dan jaringan lunak yang serius.3. Septikemia.4. Abses intra abdominal.5. Infeksi pada panggul wanita dan saluran kelamin.6. 1.Kontra indikasi: orang-orang yang alergi terhadap klindamisin dan linkomisin.7. 2.Komposisi klindamisin:Tiap kapsul mengandung 169,5 mg klindamisin hidroklorida setara dengan150 mg klindamissinTiap kapsul mengandung 339 mg klindamisin hidroklorida setara dengan300 mg klindamisin.1. 3.Cara Kerja Obat:Klindamisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi.klindamisin menghambat sintesa protein organisme dengan mengikat subunit ribosom 50 S yang mengakibatkan terjhambatnya pembentukan ikatan peptida.Klindamisin diabsorbsi dengan cepat oleh saluran pencernaan.1. 4.Dosis:Dewasa : Infeksi serius 150-300 mg tiap 6 jamInfeksi yang lebih berat 300-450 mg tiap 6 jamAnak-anak : Infeksi serius 8-16 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4Infeksi yang lebih berat 16-20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4Untuk menghindari kemungkinan timbulnya iritasi esofageal, maka obatharusditelan dengan segelas air penuh.Pada infeksi streptokokus beta hemolitik,pengobatan harus dilanjutkanpaling sedikit 10 hari.1. 5.Peringatan dan Perhatian:Bila terjadi diare, pemakaian klindamisin harus dihentikan.Perhatian harus diberikan untuk penderita yang mempunyai riwayatpenyakit saluran pencernaan.Selama masa terapi yang lama, tes fungsi hati,ginjal dan hitung sel darahharus dilakukan secara periodik. Pemakaian pada bayi dan bayi baru lahir,fungsi dari sistem organ harus dimonitor. Keamanan pemakaian pada waktu hamil dan menyusui belum diketahui.Penggunaan klindamisin kadang-kadang menimbulkan pertumbuhan yang berlebihan dari organisme yang tidak peka, terutama ragi. Oleh karena itu kemungkinan timbulnya super infeksi dengan bakteri dan fungsi perlu diamati. Pada pasien dengan penyakit ginjal yang sangat berat dan atau penyakit hati yang sangat berat disertai dengan gangguan metabolik agar diperhatikan pemberian dosisnya, serta lakukan monitoring terhadap kadar serum klindamisin selama terapi dengan dosis tinggi.Terapi dengan klindamisin dapat menyebabkan kolitis berat yang dapat berakibat fatal. Oleh karena itu pemberian klindamisin dibatasi untuk infeksi serius dimana tidak dapat diberikan anti mikroba yang kurang toxis misalnya eritromisin. Klindamisin tidak boleh digunakan untuk infeksi saluran nafas bagian atas, karena klindamisin tidak dapat mencapai cairan cerebrospinal dalam jumlah yang memadai, maka klindamisin tidak dapat digunakan untuk pengobatan meningitis.1. 6.Efek Samping :Saluran pencernaan, seperti mual,muntah dan diare.Reaksi hipersensitif, seperti rash dan urtikaria.Hati : Penyakit kuning, abnormalitas pemeriksaan fungsi hati.Ginjal : Klindamisin tidak bersifat langsung terhadap kerusakan ginjal.Hematopoietic :Neutropenia (leukopenia dan eosinofilia sementara).Muskuloskeletal : Poliartritis.1. 7.Interaksi Obat :Senyawa penghambat neuromuskular, seperti aminoglikosida dan eritromisin. Pemberian klindamisin harus disertai resep dokter.1. C.Linkomisin1. 1.Indikasi:Linkomisin diindikasikan untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh stafilokokus, streptokokus, pneumokokus.1. 2.Kontra Indikasi:2. Hipersensitif terhadap linkomisin dan klindamisin.3. Tidak diindikasikan untuk pengobatan infeksi bakteri yang ringan atau terhadap infeksi oleh virus.4. Pada penggunaan untuk infeksi berat (life threating) digunakan preparat linkomisin parenteral.5. Jangan digunakan pada bayi yang baru lahir.1. 3.Komposisi:Tiap kapsul mengandung 272,4 mg linkomisin hidroklorida setara dengan 250 mg linkomisin.Tiap kapsul mengandung 545 mg linkomisin hidroklorida setara dengan 500 mg linkomisin.1. 4.Cara Kerja Obat:Linkomisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi. Linkomisin menghambat sintesa protein organisme dengan mengikat subunit ribosom 50 S yang mengakibatkan terhambatnya pembentukan ikatan peptida.1. 5.Dosis:Dewasa: 500 mg setiap 6 8 jam.Anak-anak berumur lebih dari 1 bulan: 30 60 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3 4.Untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman streptokokus betha-haemolitikus, pengobatan paling sedikit 10 hari.Pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dosis 25 30% dari dosis penderita dengan penderita ginjal normal.Agar dapat diabsorpsi optimal dianjurkan untuk tidak makan kecuali minum air 1 jam sebelum dan 1 2 jam sesudah minum obat ini.1. 6.Peringatan dan Perhatian:2. Bila terjadi diare, pemakaian linkomisin harus dihentikan.3. Selama terapi linkomisin jangka panjang, tes fungsi hati dan hitung sel darah harus dilakukan secara periodik.4. Linkomisin tidak dindikasikan untuk bayi yang baru lahir.5. Keamanan pemakaian pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui.1. 7.Efek Samping:2. Saluran pencernaan, seperti mual, muntah dan diare.3. Reaksi hipersensitif, seperti rash dan urtikaria.4. Rasa yang tidak umum seperti haus, letih dan kehilangan bobot tubuh (pseudomembranous colitis).5. Hematopoietik: Neutropenia, leukopenia, agranulositosis.1. 8.Interaksi Obat:Jika pemakaian kedua obat ini memang diperlukan, pasien harus menerima kaolin paling tidak 2 jam sebelum linkomisin. Senyawa penghambat neuromuskular.Dapat terjadi resisten silang dengan eritromisin termasuk gejala-gejala yang diketahui terjadi sebagai efek dari makrolida.1. 9.Cara Penyimpanan:Simpan di tempat sejuk dan kering. Pemakaian linkomisin harus disertai resep dokter.BAB IIIPENUTUP1. A.KesimpulanKlindamisin dan linkomisin merupakan salah satu dari sekian banyak obat anti biotik. Klindamisin dan linkomisin merupakan obat anti biotik yang digunakan untuk mengobati bakteri golongan streptokokus. Anti biotik ini digunakan untuk mengobati infeksi tingkat tinggi. Untuk infeksi yang tidak terlalu parah, sebaiknya menggunakan anti biotik yang lebih sederhana, seperti eritromisin, dan tidak di sarankan memakai obat ini.1. B.SaranKlindamisin dan linkomisin merupakan anti biotic tingkat tinggi, jadi pemakaian anti biotic ini harus disertai resep dokter. Pemakaian tanpa resp dokter jelas dilarang, karena dapat menimbulkan berbagai macam efek samping.Pemberian anti biotic ini pada ibu hamil dan pada bayi baru lahir juga belum diketahui dengan pasti, oleh karena itu, pemakaian obat ini harus hati-hati. Selain itu, penyimpanan obat ini juga harus diperhatikan, tidak boleh di simpan di tempat sembarangan, harus disimpan dalam tempat yang bersih dan kering.

DAFTAR PUSTAKAFitrianingsih.Dwi,2009.Farmakologi Obat-obatan dalam Praktik Kebidanan.yogjakarta:Offset About these adsMemuat...Terkaitkomposisi darah dan cairan tubuhMuslimah Remajalaporan praktik klinik kebidanan ITINGGALKAN KOMENTARPOSTED IN:UNCATEGORIZEDPOST NAVIGATIONLAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANANIBERIKAN BALASANTop of Form

Bottom of FormBuat situs web atau blog gratis di WordPress.com.The Strange Little Town Theme.IkutiFollow jannahmidwifeTop of FormGet every new post delivered to your Inbox.

Bottom of FormBuild a website with WordPress.com