BAHAYA BERITA BOHONG: PANDANGAN UMAT BUDDHA DI...
Transcript of BAHAYA BERITA BOHONG: PANDANGAN UMAT BUDDHA DI...
BAHAYA BERITA BOHONG:
PANDANGAN UMAT BUDDHA DI VIHARA AVALOKITESVARA
PONDOK CABE TERHADAP BERITA BOHONG (HOAX)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Sebagai Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Afrida Purwanti
NIM: 11140321000003
PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iv
ABSTRAK
Afrida Purwanti
Judul Skripsi: "Bahaya berita bohong: Pandangan umat Buddha di Vihara
Avalokitesvara Pondok Cabe terhadap berita bohong (hoax)"
Penelitian ini membahas tentang bahaya berita bohong (hoax) menurut
umat Buddha di Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe. Maraknya penyebaran hoax
akhir-akhir ini sangat berdampak terhadap keharmonisan hubungan antar sesama
masyarakat dan sesama umat beragama. Dampak dari penyebaran hoax tersebut
menyebabkan banyaknya perpecahan dan rusaknya hubungan antar sesama umat
beragama. Selain itu maraknya penyebaran hoax saat ini sangat dikecam oleh
berbagai lapisan masyarakat dan juga pemerintah.
Konsentrasi penelitian ini adalah mengenai bagaimana pandangan umat
Buddha terhadap maraknya berita hoax, dan bagaimana peran serta harapan umat
Buddha sendiri kedepannya dalam menyikapi maraknya penyebaran hoax saat ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan
menggunakan pendekatan sosiologis dan teologis.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa umat Buddha tidak
mentolerir terhadap para pelaku penyebar hoax atas berita-berita bohong yang
mereka sebar luaskan. Sebagian jemaat menganggap suatu informasi harus diteliti
terlebih dahulu kebenarannya sesuai dengan ajaran Buddha yaitu ehipassiko
dengan datang dan melihat langsung suatu berita dengan mata kepala sendiri agar
jelas bahwa informasi tersebut benar atau palsu, dan sebagian yang lain langsung
menghapus dan mengabaikan berita tersebut. Mereka berharap semua umat
beragama terutama umat Buddha untuk menerapkan semua ajaran yang diajarkan
oleh Sang Buddha terutama bagaimana berkata dengan benar (samavaca),
bagaimana menjauhi perkataan-perkataan bohong (mussavada) dan yang paling
penting bagaimana merespon suatu berita yang diterima dengan menerapkan
ajaran ehipassiko. Serta, mereka berharap agar para pelaku penyebar hoax dapat
dihukum sesuai aturan yang berlaku di Indonesia dan pemerintah dapat
meminimalisir ruang gerak bagi para pelaku penyebar hoax.
Kata Kunci: Bahaya, Hoax, Pandangan
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Ahamdulilah segala puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, Dia lah yang telah melimpahkan nikmat iman, nikmat Islam dan nikmat
sehat. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag). Dalam bidang Studi Agama-agama
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rangkaian shalawat dan salam terhatur kepada Rasullah SAW putra
padang pasir, reformis Islam sedunia, insan pilihan Allah SWT, pembebas umat
manusia dan alam semesta dari segala bentuk penindasan dan kezaliman. Beliau
juga insan teladan sejati bagi umatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini, banyak
pihak yang senantiasa membimbing dan membantu serta tulus dengan sepenuh
hati meluangkan waktunya dalam memberikan kritik, saran dan inspirasi hingga
selesai dalam menulis skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut khususnya kepada:
1. Terkhusus untuk kedua orang tuaku di Surga, semoga kalian berbahagia atas
sedikit pencapaianku ini, terimakasih telah melahirkanku, merawatku dan
menyayangiku di waktu kecilku. Aku sangat merindukan kalian.
Terimakasih kepada orang tuaku ibu Ermawati tercinta yang tiada henti
memberikan motivasi yang begitu kuat serta doa yang tidak pernah putus
sepanjang masa untuk keberhasilan penulis, semoga Allah selalu
menyayangimu di dunia maupun akhirat. Terimakasih untuk kakakku
tersayang Yunita Sastra dan Emi Kurnia serta adikku tercinta Muhammad
vi
Qadri. Skripsi ini aku persembahkan untuk kalian, untuk kalian yang selalu
memberikan support yang tiada henti untuk perjuanganku ini. I love you☺
2. Syaiful Azmi, S.Ag, MA selaku pembimbing skripsi dan selaku Ketua Jurusan
Studi Agama-Agama yang memberikan arahan dengan sabar dalam
membimbing penulis. Beliau yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga,
fikiran dan memberikan motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Lisfa Sentosa Aisyah, MA, selaku sekretaris Jurusan Studi Agama-Agama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kepada seluruh dosen Fakultas
Ushuluddin, para Staf Akademik Fakultas Ushuluddin khusus dengan kak
Jamil, dan para Staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin.
4. Terimakasih kepada bapak Drs. Mukhlis Syu'ib yang selalu memberikan
support kepada saya, serta kepada bibi ku Nando dan bapak Zamris Syamsu.
5. Teruntuk Bhiksu Silagutto, Biksuni Santi, kak Maya dan seluruh teman-teman
di Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe yang telah banyak memberikan
sumber utama dalam penulisan skripsi ini.
6. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta yang tiada henti memberi motivasi
kepada penulis Siti Syifa Fauziah, Refi Yuliawati, Sri Hartini, Faizah Eferdy,
Rahayu Devani, Putri Nurhayati, Yulia Anjani, Fatimah Ratnasari, and finally
thank you very much for all your support and motivation. Especially thank
you very much for you, Alfito Rahman.☺
7. Terimakasih untuk keluargaku di Padang khususnya teman-teman di Putra
Bangsa Yayasan Budi Mulia.
vii
8. Teman-teman seperjuangan Studi Agama-Agama angkatan 2014 yang semoga
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir.
9. Teman-teman KKN 124 BERDIKARI atas kerja samanya menyelesaikan
tugas-tugas KKN dengan baik.
10. Terimakasih banyak untuk seluruh pegawai Perpustakaan Utama yang telah
memberikan banyak bantuan, khususnya ruangan multimedia yang sangat
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, dari awal saya mengerjakan
proposal sampai akhirnya saya bisa menyelesaikan skripsi saya ini.
Terimakasih banyak☺
11. Dan kepada semua orang yang saya kenal maupun yang mengenal saya,
terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan. Menyadari atas
banyaknya kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu penulis berharap
kiranya skripsi ini dapat dikembangkan di kemudian hari dengan lebih baik.
Serta, Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam proses penulisan skripsi ini hingga selesai, saya sayang kalian semua.
Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pada umumnya untuk perkembangan ilmu
pengetahuan di tanah air. Atas semua sumbangsih dan informasi yang telah
diberikan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda.
Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, 24 September 2019
Afrida Purwanti
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………...… i
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH…..……... iii
ABSTRAK…………………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………. v
DAFTAR ISI………………………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 5
D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ............................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 11
BAB II HOAX
A. Apa Itu Hoax .......................................................................... 13
B. Tinjauan Umum Tentang Hoax ............................................ 16
1. Jenis-jenis Hoax ................................................................ 18
2. Mengenali dan Menanggulangi Hoax ............................ 19
BAB III ETIKA DALAM AJARAN AGAMA BUDDHA
A. Sejarah Singkat Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe .. 22
B. Etika dalam Ajaran Agama Buddha ................................... 25
ix
1. Anjuran Berkata Benar (sammavaca) ............................ 30
2. Larangan Berkata Bohong (musavada) .......................... 34
C. Ajaran Buddha Tentang Ehipassiko .................................... 39
BAB IV RESPON DAN HARAPAN SERTA PERAN UMAT BUDDHA
DALAM MENYIKAPI HOAX
A. Respon Umat Buddha dalam Menyikapi Hoax ................... 43
B. Peran dan Harapan Jemaat Menghindari Penyebaran
Hoax………………………………………………………….. 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 54
B. Saran ....................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 60
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : SURAT KETERANGAN UJIAN PROPOSAL
SKRIPSI
Lampiran II : NILAI UJIAN PROPOSAL SKRIPSI
Lampiran III : NILAI KOMPRE
Lampiran IV : SURAT PENELITIAN SKRIPSI
Lampiran V : SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Lampiran VI : PERTANYAAN WAWANCARA
Lampiran VII : HASIL WAWANCARA
Lampiran VIII : FOTO KEGIATAN LAPANGAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan pesat tegnologi dan komunikasi global berdampak pada
kebebasan di media sosial secara online. Kebebasan tersebut seringkali digunakan
untuk menebar fitnah, baik untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Hal ini
tentu sangat memprihatinkan, karena tak sedikit berita-berita bohong (hoax)1
digunakan untuk membentuk opini publik yang mengarah pada terjadinya
ketidakpastian informasi, yang banyak tersebar melalui dukungan media massa
baik cetak maupun elektronik, seperti surat kabar, radio, televisi dan internet.
Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika
Indonesia (Mastel) pada 7 februari 2017 lalu, dari hasil survei tersebut diketahui
media sosial menjadi sumber utama peredaran hoax. Berita hoax telah tersebar
disitus-situs internet sebanyak 34,9 persen, televisi 8,7 persen dan radio 1,2
persen. Penyebaran hoax dilakukan dengan berbagai alasan, seperti humor,
pemasaran, hiburan dan aktivitas pendidikan.2
Kasus penyebaran hoax, dimasyarakat akhir-akhir ini menjadi perhatian
kita bersama. Di era internet ini, masyarakat secara bebas bisa menyampaikan
pendapat atau opininya, baik melalui lisan, media cetak, maupun elektronik/
online. Namun, hal yang perlu diingat bahwa kebebasan berpendapat kalau tidak
berbudaya dan beretika akan membawa konsekuensi hukum bagi pelakunya,
1Selanjutnya penulis akan menggunakan istilah hoax
2Andina Librayanti, “Survei: Media Sosial Jadi Sumber Utama Penyebaran Hoax,”
http://tekno.liputan6.com/read/2854713/survei-mediasosial-jadi-sumber-utama-penyebaran-hoax.
Diakses pada September 2018
2
untuk itu masyarakat harus berhati-hati. Sama sepertibeberapa kasus hoax
dibawah ini. Akibat kesimpang-siuran berita ditengan masyarakat, menyebabkan
terjadinya perpecahan dan kesalahpahaman antar pihak tertentu.
Adapun contoh kasus hoax tersebut ialah beredar luasnya video berisikan
pengusiran biksu pada tanggal 10 Februari 2018, di Desa Babat, Kecamatan
Legok, Kabupaten Tangerang, Banten. Masyarakat sekitar menduga adanya
penyebaran agama dilingkungan desa mereka yang dilakukan oleh Bhiksu
Mulyanto. Cerita bermula tanggal 4 Februari 2018, rencananya umat Buddha akan
melaksanakan kebaktian dengan melakukan tebar ikan di Desa Babat, yang
disambut penolakan oleh warga. Tidak hanya itu, Biksu Mulyanto sendiri tidak
diterima warga karena dianggap akan mengajak para warga untuk memeluk
agama Buddha. Maka, ia pun sempat diminta angkat kaki.
Perlu diketahui, Mulyanto Nurhalim adalah warga asli Desa Babat yang
telah memiliki KTP resmi dan sesungguhnya berhak tinggal di Desa Babat.
Berangkat dari penolakan-penolakan tadi, keresahan warga semakin berkembang.
Puncaknya, tanggal 7 Februari 2018 sebuah pertemuan antartokoh agama pun
dilakukan, bersama dengan Kapolsek Legok, Camat Legok, dan Kepala Desa
Babat.Dalam pertemuan tersebut, warga menyebutkan bahwa mereka mencurigai
penggunaan rumah Biksu Mulyanto sebagai tempat ibadah, bukan rumah tinggal,
karena adanya umat Buddha yang datang ke rumah Biksu Mulyanto. Namun
ternyata, kedatangan mereka hanya bertujuan memberi makan biksu, bukan
3
beribadah. Dengan demikian, kasus ini kabarnya telah diselesaikan secara
kekeluargaan karena merupakan sebuah kesalahpahaman.3
Pemberitan hoax lainnya terjadi di Tanjung Balai. Pemberitaan tersebut
berujung pada pembakaran tempat ibadah dua vihara dan lima kelenteng yang
terjadi di Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara. Menurut Kepala Kepolisian
Resor Tanjung Balai Ajun Komisaris Besar Ayep Wahyu Gunawan, permasalahan
itu bermula pada Juli 2016.
Meiliana, seorang ibu di Tanjungbalai, Sumatera Utara divonis 1 tahun 6
bulan penjara atas kasus penistaan agama. Semua berawal dari kata-kata yang ia
sampaikan kepada salah seorang tetangganya "Kak, tolong bilang sama uwak itu,
kecilkan suara masjid, sakit kupingku, ribut." Kalimat itu diucapkan Meiliana
pada Jumat 22 Juli 2016. Ia menilai, volume suara yang keluar dari speaker
Masjid Al Makhsum terlalu keras.
Permintaan itu langsung disampaikan oleh tetanganya kepada pihak
masjid. Entah bagaimana jalan ceritanya, malam itu juga, kediaman Meiliana
didatangi para pengurus masjid. Adu argumen pun tak terelakkan.Setelah
pengurus masjid kembali untuk melaksanakan salat Isya, suami Meiliana, Lian
Tui, datang ke rumah ibadah tersebut untuk meminta maaf. Namun kejadian itu
terlanjur menjadi perbincangan warga.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kepala lingkungan membawa Meiliana ke
kantor kelurahan setempat. Namun, sekitar pukul 23.00 WIB, warga semakin
ramai dan berteriak-teriak.Tidak hanya itu, warga mulai melempari rumah
3Fabian Januarius"Penolakan Biksu di Legok Dinilai karena Warga Salah Paham soal
Simbol Agama"https://nasional.kompas.com/read/2018/02/13/13384531/penolakan-biksu-di-
legok-dinilai-karena-warga-salah-paham-soal-simbol-agama?page=all. Di akses September 2018.
4
Meiliana. Kemarahan meluas. Massa mengamuk dengan membakar serta merusak
satu vihara, lima klenteng, tiga mobil, dan tiga motor.
Insiden tersebut akhirnya masuk ke ranah hukum. Meiliana dilaporkan ke
pihak kepolisian. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara kemudian
mengeluarkan pernyataan yang menegaskan, perempuan itu telah melakukan
penistaan agama.Meiliana kemudian ditetapkan sebagai tersangka pada 30 Mei
2018 dan jaksa mendakwanya dengan Pasal 156 dan 156a KUHP tentang
penodaan agama.
Pengadilan Negeri Medan memvonis Meiliana 18 bulan penjara karena
terbukti menodai agama setelah meminta pengurus masjid mengecilkan volume
pengeras suara azan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyesalkan reaksi pihak
atas vonis Meiliana yang justru menimbulkan kegaduhan di masyarakat.MUI
meminta pihak yang mempersoalkan vonis diberikan kepada Meiliana melihat
kasus tersebut secara luas. Sebab, MUI berpandangan kasus menjerat Meiliana tak
hanya sebatas volume suara azan melainkan keluhan disampaikan terdakwa
mengandung unsur penodaan agama.
"Jika masalahnya hanya sebatas keluhan volume suara azan terlalu keras,
saya yakin tidak sampai masuk wilayah penodaan agama, tetapi sangat berbeda
jika keluhannya itu dengan menggunakan kalimat dan kata-kata yang sarkastik
dan bernada ejekan, maka keluhannya itu bisa dijerat pasal tindak pidana
penodaan agama," kata Zainut.
"Hendaknya masyarakat lebih arif dan bijak dalam menyikapi masalah ini,
karena hal ini menyangkut masalah yang sangat sensitif yaitu masalah isu agama.
Jangan membuat pernyataan yang justru dapat memanaskan suasana dengan cara
5
menghasut dan memprovokasi masyarakat untuk melawan putusan pengadilan.
Apalagi jika pernyataannya itu tidak didasarkan pada bukti dan fakta persidangan
yang ada," kata Zainut.
MUI berharap agar masyarakat mengambil hikmah dan pelajaran berharga
dari berbagai kasus yang terjadi. Yakni dalam sebuah masyarakat yang majemuk
dibutuhkan kesadaran hidup bersama untuk saling menghomati, toleransi dan
sikap empati satu lainnya.4
Di Indonesia sendiri Penyebaran hoax diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11/ 2008 tentang ITE, terdapat dalam pasal 28 ayat 1
dan 2 yang berbunyi:
1. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi
elektronik
2. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/
atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA).
Hoax sesuai yang terkandung di dalam pasal 28 UU ITE adalah berita
bohong yang menyesatkan dan informasi yang ditujukan untuk menyebarkan
kebencian atau permusuhan berdasarkan suku, agama, dan ras. Menurut pasal 45
ayat (1) dan (2), setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi
4Muhammad Agil Aliansyah. https://www.liputan6.com/news/read/3627761/mui-kasus-
meiliana-tak-sebatas-keluhan-volume-suara-azan. Diakses, 10 Oktober 2019.
6
elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dan (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Penjelasan dan contoh yang penulis jelaskan di atas merupakan salah satu
bentuk fitnah yang menyudutkan salah satu agama, sebut saja umat Buddha. Dari
penjelasan singkat di atas, menarik untuk dikaji bagaimana pandangan umat
Buddha menanggapi fenomena hoax yang beberapa tahun belakangan sangat
marak terjadi. Apakah mereka menerima langsung berita tersebut atau diteliti
terlebih dulu, apakah mereka juga terbakar emosi sehingga terjadi sedikit
bentrokan, atau apakah mereka membiarkannya begitu saja dan bagaimana peran
umat Buddha dalam menyikapi hoax tersebut.
Penulis fokus meneliti dan membahas seputar hoax menurut pandangan
jemaat Buddha dan menurut ajaran Buddha. Didalam ajaran Sang Buddha, beliau
menjadikan musavada atau berkata bohong menjadi salah satu dari lima sila yang
wajib dijalani oleh penganut ajaran Buddha. Dalam sila keempat yang berbunyi
“Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar
/berbohong, berdusta, fitnah, omong kosong”, segala bentuk ucapan yang
mengarah kepada kebohongan dan menebar fitnah termasuk kedalam pengertian
musavada, dan diwajibkan untuk menjauhinya. Namun, Sang Buddha juga
mengajarkan tentang ehipassiko yaitu untuk datang dan melihat langsung serta
mencari kebenaran suatu perkataan atau informasi yang diterima.
Maka dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas penelitian ini akan
dilakukan di Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe. Untuk menggali lebih lanjut
7
mengenai masalah tersebut penulis mengangkat judul untuk dijadikan skripsi yang
berjudul "Bahaya Berita Bohong: Pandangan Umat Buddha di Vihara
Avalokitesvara Pondok Cabe Terhadap Berita Bohong (Hoax)".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah di paparkan,
permasalahan yang dikaji dalam studi ini adalah:
1. Apakah yang disebut ucapan benar dan hoax dalam ajaran etika agama
Buddha?
2. Bagaimana pandangan, harapan dan peran umat Buddha dalam menyikapi
hoax?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka
penulisan skripsi ini bertujuan untuk menggali lebih jauh apakah yang dimaksud
dengan ucapan benar dan hoax dalam ajaran etika agama Buddha dan bagaimana
pandangan serta peran jemaat dalam menyikapi berita hoax.Selain itu, penulisan
skripsi ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas akhir proses pembelajaran di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jurusan Studi
Agama-Agama Fakultas Ushuludin.
Penulisan karya ilmiah atau skripsi ini yang nantinya dapat dimanfaatkan
sebagai dokumentasi almamater dan bahan referensi kepada semua pihak,
khususnya para peneliti dan pemerhati yang sesuai dengan topik penelitian ini
serta untuk memperoleh kepuasan intelektual.
8
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan penyusun, sampai saat ini terdapat beberapa
karya buku ataupun riset yang berkaitan dengan tema penulis.
Karya bentuk skripsi ditulis oleh Ilham Syaifullah yang berjudul
"Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan Hermeneutika". Dalam
skripsi ini penulisnya menjelaskan mengenai fenomena hoax dalam pandangan
hermeneutika, terutama dalam pandangan tokoh hermeneutika dan dalam skripsi
ini juga dijelaskan dengan menggunakan teori hermeneutika dengan teori fiksasi
dan distansiasi untuk mengidentifikasi dan menghindari pengguna media sosial
dari berita-berita yang tidak benar.
Karya bentuk skripsi juga ditulis oleh Marissa Elvia yang berjudul "Peran
Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Penyebar Berita Bohong
(Hoax)". Dalam skripsi ini penulis menjelaskan peran kepolisian dalam
penanggulangan tindak pidana pelaku penyebar hoaxdan faktor yang menghambat
dalam penanggulangan berita bohong hoax.
Karya buku yang berjudul Melawan Hoax di Media Sosial dan Media
Massa yang di tulis oleh salah satunya adalah Dr. Mukti Ali, M. Hum dan sekapur
sirih oleh Lukman Hakim Syaifuddin Menteri Agama Republik Indonesia. Dalam
paparannya yang berjudul Antara Komunikasi, Budaya dan Hoax, Mukti Ali
menjelaskan bahwa fenomena berita hoax tidak bisa dianggap sepele. Banyak
peristiwa-peristiwa tragis dan dahsyat terjadi di dalam sejarah manusia dipicu atau
diperparah oleh produksi dan penyebaran berita hoax. Lukman Hakim Syaifuddin
sendiri menjelaskan tulisan yang berjudul Melawan Hoax, Menjaga Hati,
menurutnya dunia maya sejatinya adalah cermin hati. Aktivitas yang terekam di
9
data digital adalah gambaran dari isi pikiran yang biasanya tak nampak di dunia
nyata.
Dari beberapa karya yang penulis sebutkan di atas, terdapat beberapa
kesamaan dalam penulisan. Tetapi pada penelitian ini lebih memfokuskan pada
Bahaya Berita Bohong: Pandangan Umat Buddha di Vihara Avalokitesvara
Pondok Cabe Terhadap Berita Bohong (Hoax). Meskipun demikian, berbagai
penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di atasakan dijadikan pijakan
acuan dalam penelitian ini.
E. Metodelogi Penelitian
Agar memperoleh hasil yang maksimal, sistematis dan terarah dalam
penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan
menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang
berkonteks khusus.5 Menurut Denzin dan Lincoln dalam buku Lexy J.Moleong
mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan
lataralamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.6
Adapun menurut Saryono, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan
5Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014) h.5. 6Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. h.5.
10
kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,
diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.7 Pada penelitian ini juga
bersifat deskriptif analitis yakni sebuah penelitian yang bertujuan menggambarkan
gejala sosial, politik, ekonomi, dan budaya.Dalam konteks penelitian agama,
penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu paham, pandangan,
keyakinan dan fenomena keagamaan.8Dalam penelitian ini, penulis akan
mengadakan penelitian terkait respons dan pandangan umat Buddha terhadap
bahaya hoax, penelitian ini akan dilakukan atau dilaksanakan di Vihara
Avalokitesvara, Pondok Cabe.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
sosiologis dan pendekatan teologis. Pendekatan sosiologis merupakan cara atau
metode yang dilakukan dengan mengaitkan sosiologi guna menganalisa dan
mengungkap data-data terhadap sesuatu yang diteliti. Jadi bila yang diteliti itu
adalah kegiatan keberagamaan seseorang, maka data-data sosial yang ditimbulkan
akibat keberagamaan itulah yang menjadi obyek penelitian. Pendekatan sosiologi
dalam memahami agama sangat penting, karena banyaknya keterkaitan agama
dengan berbagai masalah sosial. Perhatian agama terhadap masalah-masalah
sosial mendorong orang-orang yang beragama untuk memahami ilmu-ilmu sosial
sebagai alat untuk memamahami agamanya.
Dalam sosiologi terdapat berbagai logika teori(pendekatan) yang
dikembangkan untuk memahami berbagai fenomena sosial keagamaan. Di antara
7Afrizal, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015)
h.12. 8Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-
1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h.9.
11
pendekatan itu yang sering dipergunakan adalah fungsionalisme, pertukaran,
interaksionalisme simbolik, konflik, teori penyadaran, dan ketergantungan,
interpretatif. Dalam skirpsi ini hanya akan mengemukakan tiga di antaranya
yakni: fungsionalisme, konflik, dan interpretatif. Teori fungsional dalam
pendekatan sosial dimaksudkan adalah sejauh mana fungsi masing-masing
anggota suatu kelompok memberikan pengaruh dalam membentuk integrasi atau
disintegrasi kelompok itu. Apabila setiap anggota kelompok menjalankan
fungsinya masing-masing dengan baik maka akan membentuk integrasi kelompok
dengan baik pula. Tapi bila ada anggota kelompok tidak menjalankan fungsinya
dengan baik, akan menimbulkan disintegrasi dalam kelompok tersebut.
Sedangkan Teori Konflik dimaksudkan bahwa dengan adanya konflik
akan memungkinkan terjadinya integrasi suatu komunitas kelompok, dan juga
memungkinkan terjadinya disintegrasi dalam suatu komunitas, tergantung dari sisi
mananya konflik itu mau diambil, jika dari sisi positifnya, maka akan membentuk
integrasi dan sebaliknya jika dari sisi negatifnya akan membentuk disintegrasi.
Adapun Teori Interpretatif dimaksudkan bahwa perlu adanya interpretasi
dalam setiap melihat fakta-fakta sosial, dari interpretasi itulah memungkinkan
adanya pemahaman terhadap suatu komunitas atau suatu bentuk kehidupan
sosial.9
Pendekatan teologis adalah pembahasan eksistensi Tuhan dan Tuhan-tuhan
dalam konsep nilai-nilai keTuhanan yang terkonstruksi dengan baik, sehingga
pada akhirnya menjadi sebuah agama atau aliran kepercayaan.Pendekatan teologi
dalam penelitian agama yang dimaksud disini adalah pembahasan materi tentang
9Maman, dkk, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) h.
127.
12
ekisistensi Tuhan. Pendekatan teologi merupakan pendekatan yang cenderung
normatif dan subjektif terhadap agama. Pendekatan ini umumnya dilakukan dari
dan oleh suatu penganut agama dalam upaya menyelidiki agama lain.
Pendekatan teologi sering disebut juga sebagai perspektif timur,
pendekatan teologi berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan
peneliti itu sendiri. Dimana agama tidak lain merupakan hak prerogatif Tuhan.
Realitas sejati dari agama adalah sebagaimana yang dikatakan oleh masing-
masing agama. Pendekatan seperti ini biasanya dilakukan dalam penelitian suatu
agama untuk kepentingan agama yang diyakini peneliti tersebut untuk menambah
pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu.
Pendekatan teologis memahami agama secara harfiah atau pemahaman
yang menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan
bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar
dibandingkan dengan yang lainnya. Ada tiga macam pendekatan theologis yaitu
pendekatan theologis normatif, pendekatan theologis-dialogis dan pendekatan
theologis konvergensi.10
Pendekatan teologis normatif dalam agama adalah melihat agama sebagai
suatu kebenaran yang mutlak dari Tuhan, tidak ada kekurangan sedikit pun dan
nampak bersifat ideal. Dalam kaitan ini, agama tampil sangat prima dengan
seperangkat cirinya yang khas.Untuk agama Islam misalnya, secara normatif pasti
benar, menjunjung nilai-nilai luhur. Untuk bidang sosial, agama tampil
menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong-
menolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya. Untuk bidang
10Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: Lkis, 2012) h. 333.
13
ekonomi, agama tampil menawarkan keadilan, kebersamaan, kejujuran dan saling
menguntungkan. Demikianlah agama tampil sangat ideal dan ada yang dibangun
berdasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.11
Pendekatan teologis dialogis ialah mengkaji agama tertentu dengan
mempergunakan perspektif agama lain. Model pendekatan ini, banyak digunakan
oleh orientalis dalam mengkaji Islam. Seorang Islamolog Barat, Hans Kung, yakni
bertolak dari perspektif teologi Kristen. Kung menyajikan pandangan-pandangan
teologi Kristen dalam melihat eksistensi Islam, mulai dari pandangan teologis
yang intern sampai pandangan yang toleran, yang saling mengakui eksistensi
agama masing-masing agama.
Pendekatan teologis konvergensi adalah merupakan metode pendekatan
terhadap agama dengan melihat unsur-unsur persamaan dari masing-masing
agama atau aliran. Maksudnya dari pendekatan ini ialah ingin mempersatukan
unsur-unsur esensial dalam agama-agama, sehingga tidak nampak perbedaan yang
esensial. Dalam kondisi demikian, agama dan penganutnya dapat disatukan dalam
satu konsep teologi universal dan umatnya disatukan sebagai satu umat beragama.
Beberapa pendekatan teologis diatas menjelaskan bagaimana agama
memandang nilai-nilai sosial dan nilai-nilai keagamaan dengan menggunakan
eksistensi Tuhan sebagai pemegang hak progretif tertinggi di alam semesta ini.
3.Teknik pengumpulan data
a.Study kepustakaan (library research)
Sumber literatur atau studi kepustakaan (Library Research), yaitu suatu
penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data dari kepustakaan buku,jurnal,
11 Taufik Abdullah (Ed), Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987) h. 105.
14
ebook, dan sebagainya yang diolah untuk kemudian disimpulkan.Artinya mencari
dan mempelajari bahan-bahan tulisan yang berkenaan dengan objek penelitian.
Penelaahan kepustakaan dilakukan untuk menemukan topik serta pembuatan
kerangka konsep dan kerangka teoridengan menggali data yang relevan.
b.Penelitian lapangan (Field research)
Observasi ialah melakukan pengamatan suatu keadaan, suasana, peristiwa,
menghimpun, memeriksa, dan mencatat dokumen-dokumen yang menjadi sumber
data penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengamati secara langsung kegiatan
keagamaan Buddha di Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe yang dilaksanakan
setiap hari Minggu.
Wawancara mendalam (Indepth interview), ialah pengumpulan data
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai dengan
atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Dalam penelitian kali ini peneliti
menggunakan wawancara studi kasus bertipe openended (wawancara terbuka atau
wawancara tak terstruktur), dimana peneliti mencari informasi kepada responden
tentang respon dan tanggapan mereka terhadap bahaya hoax. Dalam penelitian ini,
peneliti juga akan mewawancarai beberapa orang jemaat vihara, dan para biksu
dan biksunidi Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe.
Dokumentasi ialah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
luas serta wawasan yang obyektif dan ilmiah tentang penelitian. Selain itu,
dokumen juga dapat digunakan sebagai pendukung hasil penelitian yang
15
didapatkan melalui observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini, teknik
dokumentasi digunakan untuk menggali data tentang gambaran umum Vihara
Avalokitesvara Pondok Cabe, selain itu mengenai respon jemaat terhadap bahaya
hoax.
4.Teknik penulisan
Teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang diterbitkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.
F. Sistematika Penulisan
Agar skripsi ini dapat terarah pada tujuan yang telah ditetapkan, maka
disusun sistematika sedemikian rupa secara sistematis yang terdiri dari lima bab
yang masing-masing menampakkan karakteristik yang berbeda namun dalam satu
kesatuan yang saling melengkapi dan berhubungan. Adapun sistematika
penulisannya sebagai berikut:
Bab pertama: Pendahuluan.Bab ini membahas tentang alasan
pemilihanjudul, dengan menunjukkan faktor yang mendorong pemilihan judul
skripsi. Kemudian diikuti dengan menuliskan rumusan masalah, tujuan penelitian
danmanfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan. Secara garis besar bagian ini bertujuan sebagai landasan teoritis
metodologi dalam penelitian.
Bab kedua: Bab ini menjelaskan apa itu hoax dan serta menjelaskan apa
ciri-cirinya dan jenis-jenis berita hoax tersebut.
16
Bab ketiga: Bab ini membahas sejarah Vihara Avalokitesvara di Pondok
Cabe, menjelaskan tentang etika dan sila dalam Agama Buddha, menjelaskan
tentang ajaran dalam Agama Buddha mengenai ucapan benar (samma vaca) dan
larangan berkata bohong (mussavada), dan terakhir membahas mengenai ajaran
Ehipassiko.
Bab keempat: Bab ini menjelaskan pandangan, peran dan harapan umat
Buddha dalam menyikapi penyebaran bahaya hoax.
Bab kelima: Bab ini merupakan bab terakhir dan penutup yang berisikan
kesimpulan dari pokok permasalahan dalam kajian skripsi ini.
17
BAB II
HOAX
Apa yang muncul di kepala kita begitu mendengar kata hoax? Mungkin
muncul gambaran tentang sebuah berita yang diviralkan pada sosial media, sudah
di-share oleh ribuan orang, lalu ternyata berita tersebut tidak terbukti
kebenarannya alias palsu.
A. Apa Itu Hoax
Mulai maraknya berita-berita bohong yang bermunculan sekitar abad 20-
an. Kata “hoax” baru digunakan sekitar tahun 1808,katahoax di lansir dari kata
hocus yang berarti mengelabuhi.12Istilah hoax sendiri menurut filosofis Inggris
Robert Nares (1753-1829) mulai banyak digunakan semenjak film TheHoax
muncul, film ini dianggap sebagai film yang penuh dengan kebohongan.Maka
semenjak itu pengguna internet di Amerika marak menggunakan kalimat ini untuk
merujuk kepada kata-kata atau pemberitaan yang mengandung kebohongan.13
Kata hoax berasal dari bahasa inggris artinya tipuan, menipu, berita
bohong, berita palsu atau kabar burung. Hoax bukansingkatan tetapi satu kata
dalam bahasa inggris yang mempunyai arti sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) berita bohong berasal dari dua kata. Beritaadalah kabar, warta,
memberitahu, sedangkan bohong adalah tidak cocok dengan keadaan yang
sebenarnya, dusta, palsu.Menurut wikipedia hoax adalah sebuah pemberitahuan
12Ilham Syaifullah, Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan Hermeneutika
(Surabaya: Skripsi UIN Surabaya, 2018), h.23.
13Ilham Panunggal Jati Darwin, Peran Kepolisian Dalam Penyidikan Tindak Pidana
Penyebaran Berita Bohong (Hoax) (Lampung: Skripsi Universitas Lampung, 2018), h. 20.
18
palsu yang berusaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengar untuk
mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa
berita tersebut palsu.14
Menurut ahli komunikasi dari Universitas Indonesia (UI), Muhammad
Alwi Dahlan menjelaskan hoax merupakan kabar yang sudah direncanakan oleh
penyebarnya tersebut. Hoax merupakan manipulasi berita yang sengaja dilakukan
dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah. Hoax
sengaja disebarkan untuk mengarahkan orang ke arah yang tidak benar. Semakin
canggihnya teknologi, juga mempengaruhi penyebaran dari hoax tersebut.
"Semakin canggih teknologi, juga memberikan kemungkinan terjadi penyesatan
informasi yang serius menjadi semakin banyak". Untuk mengatasi semakin
berkembangnya hoax, Alwi meminta masyarakat untuk tidak reaktif dalam
merespon kabar tersebut. "Karena dengan menyebarkan kabar tidak benar
tersebut, merupakan prestasi tersendiri bagi pembuat kabar tersebut," kata dia.15
Penyebaran hoax, menurut Koordinator Mayarakat Anti Fitnah Indonesia
(Mafindo) Surabaya, Adven Sarbani, menjadi isu yang berbahaya dalam hidup
berbangsa dan bermasyarakat. Isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan
(SARA) hingga ujaran kebencian menjadi materi berbahaya dalam penyebaran
berita hoax. Adven menegaskan pentingnya peran serta pemerintah maupun
masyarakat untuk mengatasi dan mengantisipasi bahaya hoax, dengan melakukan
klarifikasi berita yang benar kepada masyarakat. “Pemerintah harus pro aktif,
14Alief Sutantohadi, Rokhimatul Wakhidah, “Bahaya Berita Hoax dan Ujaran Kebencian
Pada Media Sosial Terhadap Toleransi Bermasyarakat”, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
Vol. 1 No. 1 (2017), hal. 1. 15https://www.voaindonesia.com/a/berita-hoaks-ancaman-serius-persatuan-bangsa-
memasuki-tahun-politik/4553726.html. Diakses 9 juli 2019.
19
semua pemangku kepentingan, media, semuanya harus merasa bertanggung jawab
untuk mengendalikan, untuk mengantisipasi, untuk juga mengklarifikasi.
Sedangkan menurut Presidium Mafindo, Rovien Aryunia menambahkan,
peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu melawan dan
meredam penyebaran hoax yang masif. Gerakan melawan penyebaran hoax telah
dilakukan oleh Mafindo, antara lain lewat edukasi dan penyampaian berita yang
benar kepada masyarakat, baik melalui sosialisasi langsung kepada maupun
melalui media sosial. “Kita selalu menggunakan media sosial dengan sebaik-
baiknya, terutama dalam hal ini supaya kita berhati-hati dalam memposting suatu
informasi, selalu mencek-ricek sebelum kita berbagi informasi, termasuk juga
mengedukasi WA-WA grup yang kita ikuti.
Jadi dapat dikatakan bahwa hoax adalah ketidakbenaran suatu
informasiyang berusaha menipu atau mengakali agar pembaca/pendengarnya
mempercayai suatu berita, padahal sang pencipta berita palsu tersebut mengetahui
bahwa berita yang ia sebarkan adalah berita palsu. Namun, ini menyebabkan
banyak penerima hoax terpancing untuk segera menyebarkan kepada rekan
sejawatnya sehingga akhirnya hoax ini dengan cepat tersebar luas16di karenakan
hoax tersebut tidak bisa ditujukanpada satu atau seseorang tertentu, melainkan
harus pada banyak orang (umum), sesuai dengan frasa "menyesatkan”.17
Menurut penjelasan dari pengertian hoax di atas, peredaran berita hoax
mudah terjadi, khususnya di jejaring media sosial18 terutama di masyarakat yang
16Dedi Rianto Rahadi, “Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial”, Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 5 No. 1 (2017), h. 62.
17Adami Chazami, Ardi Ferdian, Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik
(Malang: Media Nusa Creatif, 2015), h.131.
18 Media-media sosial tersebut antara lain adalah Friendster, Facebook, Youtube, Twitter,
WhatsApp, Instagram, SnapChat, Pheed, dan banyak lagi media sosial lainnya.
20
tingkat literasinya masih sangat rendah. Biasanya, mereka mudah menerima suatu
informasi begitu saja bahkan menyebarkannya tanpa mempertimbangkan tingkat
ketepatan informasi yang diterimanya. Masyarakat akhirnya terjerumus dalam
kesimpang-siuran berita, provokasi dan rasa saling curiga.19 Namun, tindakan
tersebut juga dipakai oleh pihak-pihak tertentu untuk mengahasut dan memecah
belah masyarakat yang berakibat membahayakan sendi-sendi persatuan bangsa.20
Maraknya peredaran hoax di media sosial telah memberikan dampak
negatif yang sangat signifikan. Dampak tersebuttidak hanya di rasakan oleh
perorangan saja tetapi berakibat pada semua masyarakat yang terkena negatif dan
positifnya. Menurut Luthfi Maulana, ada beberapa dampak yang ditimbulkan
akibat adanya peredaran hoax tersebut, diantaranya ialah merugikan masyarakat,
memecah belah publik, memengaruhi opini publik, mengadu domba, dan sengaja
ditujukan untuk menghebohkan masyarakat, sehingga menciptakan ketakutan
terhadap masyarakat.21Dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan akibat
adanya peredaran hoax tersebut, maka masyarakat awam yang akan sangat
dirugikan. Upaya untuk meminimalkan tentu sangat diharapkan agar masyarakat
kembali sadar dan berhati-hati.
B. Tinjauan Umum Tentang Hoax
Media massa menjadi sarana untuk menyebarkan pesan/informasi kepada
masyarakat. Materi berita yang disajikan dalam media massa merupakan daya
tarik yang mampu mengundang keingintahuan pembaca atau masyarakat. Berita
19Maulana, “Kitab Suci dan Hoax”, h. 210.
20Kurniawan Hari Siswako, “Kebijakan Pemerintah Menangkal Penyebaran Berita Palsu
atau Hoax”, Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni, Vol. 1 No. 1 (April 2017), h. 13.
21Maulana, “Kitab Suci dan Hoax”, h. 213.
21
yang ditampilkan dapat berupa peristiwa, kejadian, opini, ide, dan sebagainya.
Media massa merupakan gudang informasi tentang kejadian atau peristiwa yang
dialami oleh masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, berita yang
disajikan dalam media massa sudah tidak mencerminkan lagi kebenaran peristiwa
yang ada, bahkan berita yang disajikan tidak sesuai fakta maka hal tersebut
dikatakan menyebarkan berita yang mengandung kebohongan kepada publik.
Fenomena yang berkembang di masyarakat saat ini adalah penyebaran
berita hoax dan masyarakat menganggap apa yang tersaji adalah benar-benar
suatu realitas. Pada akhirnya, realitas sosial tersebut dianggap sebagai fakta,
karena individu diyakini sangat mudah terpengaruh oleh pesan-pesan media
karena media dianggap sangat kuat dalam membentuk opini
masyarakat.Pemanfaatan media sosial dan juga media massa menjadi tempat
masyarakat menyampaikan opini publik. Dengan adanya internet masyarakat bisa
beropini lewat media sosial baik Twitter, Facebook, Line, dan E-mail.22
Hoax adalah salah satu bentuk cyber crime yang kelihatannya sederhana,
mudah dilakukan namun berdampak sangat besar bagi kehidupan sosial
masyarakat.23 Berita tersebut dengan mudah tersebar ke masyarakat luas dengan
bantuan tegnologi media massa dan media sosial.Dampak yang sering terjadi
adalah seringnya terjadi perpecahan antar masyarakat.
Beberapa alasanmengapa konten hoaxmudah tersebar di berbagai media
sosial diantaranya ialah. Pertama, sebagai bahan bercandaan dan untuk mencari
22Dendy Suseno Adhiarso, Prahastiwi Utari dan Yulius, “Pemberitaan Hoax di Media
Online Ditinjau dari Konstruksi Berita dan Respon Netizen”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 15 No.
3, (September - Desember 2017), h. 216.
23Henri Septanto, “Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebencian Sebuah Cyber Crime Dengan
Teknologi Sederhana di Kehidupan Sosial Masyarakat”, Jurnal Informatika, Institut Teknologi dan
Bisnis Kalbis,Vol. 5 No. 2 (Agustus 2018), h. 157.
22
sensasi media sosial dengan sengaja memberikan konten yang sedikit berlebihan.
Kedua,untuk menyudutkan pihak tertentudengan segala macam cara hanya untuk
kepentingan politik. Ketiga, sengaja menimbulkan keresahan dilingkungan
masyarakat. Keempat, melakukan penyebaran hoax hanya untuk mengadu domba
demi kepentingan tertentu ataupun menjatuhkan kedua lawan.
Beberapa alasan konten hoax tersebut mudah tersebar dengan cepat ialah
karena para pengguna media sosial kurang bijak dalam menerima dan menyaring
suatu berita, para pengguna modia sosial tersebut kurang bijak dalam merespon
suatu berita sehingga suatu berita tersebut dengan mudahnya tersebar dan
mempengaruhi banyak orang. Berita yang sudah di bumbui dengan segala macam
fitnah dan kebohongan tersebut merupakan ladang empuk para penyebar hoax
yang bertujuan untuk memperkeruh keadaan dan untuk membuat resah
masyarakat.
Selain hoax yang meresahkan masyarakat, masyarakat juga dituntut untuk
lebih selektif dalam menyebarkan suatu berita, karena terdapat banyaknya tipuan-
tipuan berita dalam media massa. Begitupan juga masyarakat dapat mengenali
jenis dan ciri-ciri berita hoax yang terdapat dalam suatu berita dan media sosial.
1. Jenis-Jenis Hoax
Menurut Dedi Rianto terdapat setidaknya tujuh jenis informasi hoax yang
beredar luas dimasyarakat, diantaranya ialah :
a. Pertama, fake news (berita bohong). Fake news adalah berita bohong dimana
berita yang asli diganti dan diubah serta ditambahkan hal-hal yang tidak benar.
23
b. Kedua, clickbait (tautan jebakan). Clickbait adalah tautan jebakan yang
diletakkan secara strategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk menarik
orang masuk kesitus lainnya.
c. Ketiga, comfimation bias (bias komfirmasi). Comfirmation bias adalah adalah
kecenderungan bagi orang-orang untuk mencari bukti-bukti yang mendukung
pendapat atau kepercayaannya serta mengabaikan bukti-bukti yang menyatakan
sebaliknya. Kesalahan pemikiran ini menyebabkan penarikan kesimpulan yang
salah dan merintangi pembelajaran yang efektif.
d. Keempat, misinformation. Misinformation adalah informasi yang salah atau
tidak akurat.
e. Kelima, satire. Satire adalah sebuah gaya bahasa yang menggunakan sindiran
terhadap sesuatu keadaan atau seseorang, biasanya disampaikan dalam bentuk
ironi, humor dan hal yang dibesar-besarkan untuk mengomentari kejadian yang
sedang hangat.
f. Keenam, post-truth (pasca kebenaran). Post-truth adalah kejadian dimana emosi
lebih berperan daripada fakta untuk membentuk opini publik.
g. Ketujuh, propaganda. Propaganda adalah aktifitas menyebar luaskan
informasi, fakta, argumen atau bahkan kebohongan untuk mempengaruhi opini
publik.24
2. Mengenali dan Menanggulangi Hoax
Untuk mengenali hoax, masyarakat perlu terus diedukasi untuk bisa
mengidentifikasi perihal berita sesat yang kini masih tersebar luas di dunia maya,
terdapat beberapa ciri-ciri berita bohong diantaranya ialah:
24Rahadi, “Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial”, h. 62.
24
a. Pertama, berasal dari situs yang tidak dapat dipercayai yang belum memiliki
tim redaksi dan tidak terdapat keterangan tentang siapa penulisnya.
b. Kedua, tidak terdapat waktu kejadian.
c. Ketiga, menekankan pada isu SARA dan ujaran kebencian.
d. Keempat, kebanyakan kontennya aneh dan dengan lugas juga tegas
menyudutkan pihak tertentu.
e. Kelima, bahasa dan tata kalimat yang digunakan agak rancu dan tidak
berhubungan satu sama lain dan menggunakan bahasa yang sangat emosional dan
provokatif.
f. Keenam, menyarankan anda untuk mengklik, mengshare dan menyukai
tulisannya dengannada yang berlebihan, seperti: “Jika anda seorang muslim
klik..”, “Share tulisan ini agar keluarga anda tidak menjadi korbannya", “like dan
share sebelum terlambat....”
Mengenali dan menanggulangi hoax adalah kewajiban pribadi kita
masing-masing, agar tidak adalagi kerusuhan dan perpecahan akibat hoax
tersebut. Beberapa cara diatas mungkin bisa membantu kita semua untuk lebih
mudah mengenali suatu berita yang kita peroleh. Selanjutnya ialah bagaimana
cara kita menanggulangi hoax yang tersebar di masyarakat.
Menanggulangi ialah cara mengatasi atau cara menyelesaikan suatu
permasalahan. Ada beberapa cara untuk menanggulangi hoax diantaranya dengan
meningkatkan literasi media dan literasi media sosial, sangat pentingnya literasi
dalam membentuk pemahaman masyarakat ketika menerima hoax, bagaimana
cara mereka menghadapi berita palsu yang diterima. Selanjutnya hoax bisa
ditanggulangi dengan istilah swasensor.
25
Swasensor adalah bagian dari literasi media di mana pengguna media
sosial atau netizen harus selektif memilah mana informasi yang bohong dan yang
benar. Swasensor diharapkan menjadi salah satu solusi untuk menangkal
fenomena hoax di media sosial. Para pengguna media sosial seharusnya memiliki
filter untuk tidak langsung percaya terhadap informasi yang beredar di media
sosial, hal ini juga diperkuatbahwa para produsen hoax menjadi bukti nyata
tersingkirnya nurani dan akal sehat karena dikalahkan oleh motif menjadi kaya
dengan cepat dan mudah meskipun harus menghalalkan segala cara.
Disisi lain untuk memanggulangi fenomena hoax yang sedang terjadi
pemerintah telah membentuk Badan Siber Nasional. Lembaga baru itu bertugas
melacak sumber kabar hoax dan melindungi situs pemerintah dari serangan
peretas. Langkah ini diperlukan untuk memerangi banjirnya berita palsu di intenet
yang ikut mengkampanyekan kebencian disamping itu pemerintah juga sedang
mengupayakan percepatan penangan hoax.
Kemenkominfo juga berkoordinasi dengan komunitas masyarakat dan
lembaga keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI).Kedepannya kita
berharap komunitas dan lembaga keagamaan bisa berperan mengedukasi
masyarakat agar lebih cermat dalam memilah berita-berita yang beredar di media
sosial.Cara mencegah tersebarnya hoaxbisa dengan melaporkan hoax tersebut
melalui sarana yang tersedia di masing-masing media. Pengguna internet juga
dapat mengadukan konten negatif ke Kementrian Komunikasi dan Informatika
dengan mengirimkan email ke alamat [email protected].
26
BAB III
ETIKA DALAM AJARAN AGAMA BUDDHA
Pada bab ini menjelaskan tentang sejarah Vihara Avalokitesvara di Pondok
Cabe, sejarah singkat berdirinya dan pendirinya. Serta membahas tentang salah
satu ajaran Buddha mengenai Etika, Sila, Sammavaca, Musavada dan Ehipassiko.
A. Sejarah Singkat Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe
Vihara merupakan tempat umum bagi umat Buddha untuk melaksanakan
segala macam bentuk upacara atau kebaktian. Vihara merupakan sebuah kata yang
berasal dari bahasa Pali, artinya tempat tinggal dan tempat untuk mengadakan
puja bakti. Vihara adalah tempat beribadah untuk umat Buddha yang pada
awalnya Vihara digunakan untuk tempat tinggal atau penginapan para bhiksu dan
bhiksuni. Akan tetapi, Vihara saat ini diartikan sebagai tempat melakukan segala
macam bentuk upacara keagaman menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi
Agama Buddha, serta tempat umat awam melakukan ibadah atau sembahyang
menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi masing-masing baik secara
perorangan maupun berkelompok dan juga didalam Vihara terdapat satu atau
lebih ruangan untuk penempatan altar.
Para pemeluk agama Buddha terdiri dari dua golongan, golongan
agamawan dan golongan awam. Golongan agamawan adalah para bhiksu dan
bhiksuni mereka ialah orang-orang yang meninggalkan masyarakat ramai dan
27
keduniawian hidup bersama dalam biara. Golongan awam adalah para upasaka
yaitu orang-orang yang hidup sebagai anggota masyarakat biasa.25
Pendiri dari Vihara Avalokitesvara adalah bhiksuni Y.A Mahateri
Jinakumari yang lahir di Jambi pada tahun 1912 dan keturunan Tiongkok. Ketika
umur 43 tahun, ia menjadi samaneri26di Vihara Nagasena Pacet Puncak. Belum
sampai satu tahun ia menjadi samenari kemudian ia dibaptis menjadi bhiksuni.
Upacara pembaptisannya dilaksanakan di Vihara Nagasena. Semenjak menjadi
bhiksuni ia tidak boleh menemui suami dan anaknya, sejak itu pula ia sudah
berpisah dengan suaminya walaupun tidak secara resmi, karena dalam ajaran
Buddha seorang bhiksu atau bhiksuni tidak boleh menikah. Ia harus mengabdi
sepenuhnya untuk agama dan meninggalkan hal-hal yang bersifat keduniawian.
Ia meninggal pada tahun 1995, tepatnya ketika ia berumur 83 tahun di
Vihara Avalikitesvara Pondok Cabe karena menderita sakit jantung. Sekarang
tulang dan abunya berada di Vihara Nagasena dan Vihara Avalokitesvara.
Sebelum ia meninggal ia bermimpi disemayamkan oleh orang yang memakai
jubah hitam. Setelah itu ketika bangun ia sembahyang dan pada kondisi
sembahyang itulah ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Ia diberi tanah seluas 1000 m2 oleh bibinya di Pondok Labu untuk
dibangun Vihara, tetapi karena letaknya kurang strategis kemudiaan ia pindah dan
membeli tanah di Pondok Cabe yang sekarang ini diberi nama Vihara
Avalokitesvara. Pembangunan Vihara ini 60% dari biaya pribadi dan 40% dari
umat Buddha lainnya. Sekarang luas Vihara Avalokitesvara bertambah menjadi
25Agni Sesari Mochtar, “Vihara dan Pluralisme Pada Masa Jawa Kuna Abad VIII-XI
Masehi”, Jurnal Berkala Arkeologi, Vol. 35 No. 2 (November 2015) hal. 120.
26Petapa kecil. Seseorang yang dibawah umur 20 tahun tidak dapat di tahbiskan sebagai
bhikkhu, tetapi dapat di tahbiskan sebagai seorang samanera, untuk wanita, disebut Samaneri.
28
3000 m2. Vihara ini diresmikan pada tanggal 6 Januari 1985. Terlaksananya
peresmian ini selain berkat bhiksuni Jinakumari yang mempunyai cita-cita yang
tulus juga di bantu oleh para umat Buddha yang lainnya memberikan dorongan
baik berupa materi maupun immateri.
Sebelum dibangun Vihara, tempat ini merupakan tanah lapang yang
ditumbuhi oleh ilalang. Karena letaknya yang cukup strategis, maka kemudian
didirikanlah Vihara dengan tujuan agar umat Buddha khususnya yang tinggal di
wilayah Pondok Cabe dan sekitarnya dapat beribadah secara berjamaah.
Vihara Avalokitesvara sekarang ini sudah lebih berkembang, terbukti
dengan didirikannya Vihara Dewi Kwam In di sebelah kanan Vihara
Avalokitesvara. Proses pembangunan Vihara Dewi Kwam In ini memakan waktu
sekitar satu tahun dan diresmikan pada tanggal 17 Januari 2003. Vihara
Avalokitesvara terletak di Jl. Cabe Raya Rt. 002/ Rw. 09 Desa Pondok Cabe
Udik, Jakarta Selatan, lokasinya terketak di depan Universitas Terbuka (UT).
Vihara Avalokitesvara luasnya 1500 m2 yang terdiri dari dua lantai. Lantai
satu terdapat ruang utama, garasi, perpustakaan, kantor danbagian kanan terdapat
kamar-kamar. Sedangkan dilantai atas terdapat ruang belajar untuk anak-anak,
kamar untuk anak, dan dibagian belakang terdapat dapur.27
Vihara Dewi Kwam Im, vihara ini merupakan bagian dari Vihara
Avalokitesvara dengan luas 1320 m2 yang terdiri dari ruang inti yang didalamnya
terdapat patung-patung dewa yaitu: Dewa Pelindung Dharma, Dewa Buddha
Amitabha, dan Dewa Cinta Kasih. Bagian belakang terdapat beberapa patung
Dewa lainnya, Dewa Rezeki, Dewa Tanah, Dewa Langit, Dewa Bumi, dan Dewa
27Wawancara pribadi dengan Bhiksuni Santi, Agustus 2018
29
Kwan Kong. Semua patung dewa-dewa tersebut di tempatkan dalam ruang kotak
yang berukuran 3x3 m2. Bagian luar Vihara terdapat patung Dewa Empat Muka
yang berasal dari Thailand, yang dimaksud dengan Dewa Empat Muka adalah
Dewa Rezeki, Jodoh, dan Dewa Keberuntungan.
B. Etika dalam Ajaran Agama Buddha
Agama Budha mandeskripsikan ajaran etikanya secara mendalam yang
lebih dikenal dengan istilah Sila. Sila merupakan ajaran utama yang harus
diaktualisasikan terlebih dahulu dari ajaran lain hingga tercapai tujuan
kesempurnaan manusia atau untuk mengelakkan dari berinkarnasi.28
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir.
Bentuk jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat.29Kata ethos dan
ethikoslebih berartikesusilaan, perasaan batinatau kecenderungan hati dengan
mana seseorangmelakukan suatu perbuatan. Dalam bahasa latin, istilah-istilah
ethos juga disebut dengan kata mos dan moralitas.30 Moral berasal dari kata latin
mos , atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan,
watak, tabiat, akhlak, cara hidup.
Menurut Bertens31 ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai
refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma-norma moral yang
baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya
28Mohd Abdulhalim, Etika Dalam Konghucu dan Budha (Riau: Skripsi UIN Riau, 2011),
h. 1. 29Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), h.
75. 30Teja S.M. Rashid, Sila dan Vinaya (Jakarta: Buddhis Bodhi, 1997), h. 2. 31Prof. Dr. Kees Bertens adalah seorang rohaniwan dan tokoh etika Indonesia
30
dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu
apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan
sebagainya.32
Adapun menurut Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari kata latin,
yakni “ethic, sedangkan dalam bahasa Greek, ethikos yaitu a body of moral
principle or value Ethic, arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit. Jadi dalam
pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan
kebiasaan masyarakat (pada saat itu).Istilah lain dari etika, yaitu moral, susila,
budi pekerti, akhlak.33
Menurut Webster Dictionary, secara etimologis, etika adalah suatu disiplin
ilmu yang menjelaskan sesuatu yang baik dan yang buruk, mana tugas atau
kewajiban moral, atau bisa juga mengenai kumpulan prinsip atau nilai moral.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika diartikansebagai
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak).34
Jadi dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan, bahwa etika
merupakan nilai, mengenai nilai-nilai dannorma-normamoral yang menjadi
pegangan bagi suatu kelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya.35
Menurut Verkyul, etika dalam bahasa Indonesia adalah kesusilaan. Kata
kesusilaan berasal dari kata su dan sila. Su berarti bagus baik. Sedangkan kata sila
yang berasal dari bahasa Sansekerta dan Pali yang digunakan dalam kebudayaan
32K. Bertenz, Etika (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 22. 33 Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 17. 34Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 309.
35Wijayamukti, Wacana Buddha Dharma, H. 176.
31
Buddhis mempunyai arti norma, kaidah, peraturan hidup, perintah, sikap
keadaban, perilaku, sopan santun.36
Sila dalam buku-buku agama Buddha sering diterjemahkan sebagai moral
kebaikan atau perbuatan baik. Dalam agama Buddha, sila merupakan dasar utama
dalam pelaksanaan ajaran agama, mencakup semua perilaku dan sifat-sifat baik
yang termasuk dalam ajaran moral dan etika agama Buddha. Prilaku-prilaku
dalam ajaran Buddha merupakan pantulan dari norma-norma yang harus ditaati.
Prilaku itu memperlihatkan dirinya melalui tiga pintu (kammaduarani), yaitu
jasmani, ucapan dan pikiran. Etika dalam ajaran Buddha merupakan peraturan
hidup umat Buddhis.37
Sila merupakan dasar atau fondasi yang utama dalam pengalaman ajaran
suatu agama, sehingga merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk
mencapai peningkatan batin yang luhur. Hal ini juga jelas tersirat dari syair sang
Buddha yang tercatat di berbagai sutta dalam kitab suci Tripitaka. Banyak
dijumpai sutta-sutta yang mengandung penjabaran tentang aturan moralitas,
meditasi dan kebijaksanaan, dalam bentuk tiga rangkaian latihan pada kitab suci
Tripitaka. Ketiga belas urutan pertama dari sutta-sutta di dalam kitab dighanikaya
adalah sutta yang membahas tentang aturan moralitas, meditasi dan kebijaksaaan.
Dari sutta-sutta tersebut terlihat bahwa aturan moralitas merupakan salah satu
bagian dasar dari ajaran agama Buddha yang sangat penting.
Budaya bangsa Indonesia mengenal istilah yang disebut etika yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai tata susila. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, tata menunjukkan kaidah aturan dan susuan atau sistem. Su
36Rashid, Sila dan Vinaya ,h. 3.
37Mohd Abdulhalim, Etika dalam Konghucu dan Buddha (Pekanbaru: Skripsi Uin Riau,
2011), h. 33.
32
diartikan bagus baik dan sila adalah adab akhlak, moral. Sehingga susila berarti
budi bahasa yang baik dan adat istiadat. Sila secara luas dapat diartikam sebagai
aturan, etika moralitas yang telah disepakati dalam agama Buddha, sila
merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran agama, mencakup semua
perilaku dan sifat-sifat baik.
Buddhaghosa dalam kitab Visuddhimagga menafsirkan sila sebagai
berikut: pertama, sila menunjukkan sikap batin atau kehendak (cetana). Kedua,
menunjukkan penghindaran (virati) yang merupakan unsur batin (cetasika).
Ketiga. Menunjukkan pengendalian diri (samvara) dan keempat menunjukkan
tiada pelanggaran peraturan yang ditetapkan (avitikhama).
Ciri dari sila adalah ketertiban dan ketenangan. Fungsi dari sila adalah
mengahancurkan kelakuan yang salah dan menjaga seseorang agar tetap tidak
bersalah. Manifestasi (paccupatthana) dari sila adalah kesucian, baik dalam
perbuatan, ucapan atau pikiran. Sebab terdekat yang menimbulkan sila adalah
adanya tahu malu dan takut akan akibat perbuatan yang salah.38
Dalam ajaran agama Buddha dikenal empat kesunyataan/ kebenaran mulia
yang artinya ialah kebenaran mutlak yang berlaku bagi siapapun tanpa membeda-
bedakan suku, ras, budaya maupun agama. Empat kebenaran tersebut yaitu,
kebenaran tentang adanya dukkha, kebenaran tentang sebab dukkha, kebenaran
tentang lenyapnya dukkha dan kebenaran tentang jalan berakhirnya dukkha.
Dukkha merupakan istilah dalam bahasa Pali yang diartikan sebagai penderitaan,
ketidakpuasan, kesedihan, kemalangan dan keputusasaan. Menghentikan dukkha
38Wijayamukti, Wacana Buddha Dharma, h. 179-180.
33
dan terbebas dari penderitaan merupakan tujuan utama dalam ajaran agama
Buddha.
Jalan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu sila, semadi dan kebijaksanaan.
Ketiganya merupakan kelompok unsur-unsur dari jalan yang satu dan tidak
terpisahkan. Kedelapan faktor jalan tersebut dibagi menjadi tiga kelompok.
Pertama, kelompok disiplin moral (silakkhandha) yang terdiri dari perkataan
benar, perbuatan benar dan pencaharian benar. Kedua, kelompok semadi
(samadhikkhandha) yang terdiri dari upaya benar, perhatian benar dan semadi
benar. Ketiga, kelompok kebijaksanaan (pannakkhandha) yang terdiri atas
pandangan benar dan kehendak benar.
Jalan berunsur delapan ini merupakan kendaraan yang menuntun kita
menuju pembebasan, melenyapkan penderitaan dan dukha. Kata dukha berasal
dari bahasa Pali yang diterjemahkan sebagai penderitaan. Dukkha juga disebut
suatu penyakit yang dalam bahasa pali dikenal "kilesa" yang artinya adalah
kotoran batin. Dalam agama Buddha melenyapkan dukkha bertujuan untuk
mencapai nirwana. Nirwana adalah surga yang dapat dicapai pada masa hidup dan
setelah kematian. Apabila pada masa hidup seseorang dapat menghilangkan maka
dia akan merasakan kenikmatan nirwana di dunia. Pedoman dasar untuk mencapai
nirwana adalah melaksanakan delapan jalan kemuliaan.
Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa sila merupakan dasar utama dalam
pengamalan ajaran agama Buddha dan pelaksanaan sila dalam bentuk peraturan-
pelatihan berbeda-beda sesuai dengan cara latihannya masing-masing. Oleh
karena itu, sudah selayaknya sila dipelajari agara dapat dihayati dan diamalkan
untuk dapat meraih kesejahteraan batiniah dan lahiriah dalam kehidupan sekarang
34
dan yang akan datang. Dalam pembahasan ini yang akan dibahas hanya dua dari
delapan jalan kesunyataan, yaitu berkata benar (samma vaca) dan larangan berkata
bohong (musavada).39
1. Anjuran Berkata Benar (Samma Vaca)
Ucapan adalah wujud dari pikiran atau pemikiran-pemikiran kita, sehingga
batas antara ucapan dan pikiran itu sangat kecil dan halus.Sang Buddha menyadari
hal tersebut, sehingga mengkhususkan ucapan sebagai sebuah poin
penting.40Bahkan dalam sutta-sutta, kata ucapan biasanya muncul sejajar dan
bersamaan dengan kata pikiran atau perbuatan.
Ucapan benar (samma vaca) terdiri dari dua kata, yaitu ucapan (vaca) dan
benar atau sejati (samma). Ucapan (vaca) yaitu ujaran atau kata yang
dilisankan/disebutkan. Benar/sejati (samma) memiliki arti yang lebih dalam
daripada sekedar benar, tapi juga mencakup keseluruhan, lengkap atau integral.
Suatu ucapan dikatakan benar apabila memenuhi kriteria berikut: Ucapan yang
menjauhi kebohongan, menghindari fitnah atau kata-kata untuk memecah belah
yang didasari kebencian, tidak mengandung kata-kata kasar, tidak melakukan
obrolan kosong yang tidak bermanfaat.
Dalam kitab umat Buddha, Sang Buddha banyak menjelaskan tentang
aturan-aturan moralitas kehidupan terutama di dalam kotbah-kotbah dan syair-
syairnya. Syair dalam Buddha lebih dikenal dengan dhammapada. Dhammapada
merupakan salah satu kitab suci Agama Buddha dari bagian Khuddaka Nikaya,
yang merupakan salah satu bagian dari Sutta Pitaka. Dhammapada terdiri dari 26
39 Bhikkhu Bodhi, Jalan Kebahagiaan Sejati, (Bandung: Karaniya, 2006), h. 19.
40Willy Yandi Wijaya, Ucapan Benar (Yogyakarta: Vidyāsenā Production, 2010), h. 4.
35
vagga (bab) atau 423 bait. Terdapat banyak syair yang disampaikan oleh Buddha
mengenai larangan untuk menjauhi dari sifat-sifat musavada, diantaranya:
“Orang yang melanggar salah satu Dhamma (Aturan Moralitas
Buddhis/Panca-sila keempat, yakni selalu berkata bohong), yang tidak
mempedulikan dunia mendatang, maka tak ada kejahatan yang tidak
dilakukannya.”(Dhp 176)
“Orang yang selalu berbicara tidak benar, dan juga orang yang setelah
berbuat kemudian berkata: “Aku tidak melakukannya,” akan masuk ke neraka.
Dua macam orang yang mempunyai kelakuan rendah ini,mempunyai nasib yang
sama dalam dunia selanjutnya.”(Dhp 306).
Dalam konteks modern ucapan tidak sekedar berucap, namun dapat
diperluas ke komunikasi yang benar misalkan melalui tulisan.Seseorang yang
menulisartikel ataupun buku yang berisi hal-hal yang memecahbelah, penuh
ketidakbenaran, dan menghasut termasukmelakukan ucapan salah yang bertolak
belakang dengan ucapan benar.Suatu ucapan yang merusak atau mengadu
dombadapat berkembang biak melalui saluran global, begitupula sebaliknya
ucapan-ucapan yang menyenangkandan bermanfaat dapat menyebar dengan cepat
melaluisitus-situs jejaring sosial (social network).41
“Para bijaksana terkendali perbuatan, ucapan, dan pikiran.
Sesungguhnya, mereka itu benar-benar telah dapat menguasai diri”. ( Dhp 234).
“Hendaklah ia menjaga ucapan dan mengendalikan pikiran dengan baik
serta tidak melakukan perbuatan jahat melalui jasmani. Hendaklah ia
41Willy Yandi Wijaya, Ucapan Benar, h. 5-7.
36
memurnikan tiga saluran perbuatan ini, memenangkan jalan yang telah
dikabarkan oleh Para Suci”. (Dhp 281).
Ucapan benar adalah, seseorang dikatakan berkata atau berucap dengan
benar jika ia tidak berbohong, tidak menipu, tidak memfitnah, tidak omong
kosong, tidak membicarakan kejelekan orang lain dan tidak bicara yang dapat
menyakitkan hati orang dan juga jika ia memiliki fikiran yang bersih dari
kebencian, keserakahan dan irihati. Karena itu dalam ajaran Buddha dijelaskan
bagaimana cara agar selalu berucap dengan benardengan cara
membersihkanfikiran dari sifat lobha, dosa, issa dan moha.42
Di dalam Buddha ada empat kebijakan yang luhur yang disebut Catur
Paramita yang terdiri dari kata “Catur” yang berarti empat dan “Paramita” yang
berarti perbuata luhur.Catur Paramita dengan demikian berarti empat perbuatan
luhur, yang harus dilaksanakan oleh umat Buddha.Keempat perbuatan luhur itu
adalah Metta, Karuna, Mudita dan Upekkha. Di dalam diri manusia terdapat sifat-
sifat Ketuhanan yang biasa disebut (Paramita) yaitu di dalam bathinnya
merupakan sumber dari segala perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus pada
pikiran, ucapan dan perbuatan. Oleh karena itu, kita harus dapat mengembangkan
Paramita tersebut untuk mencapai kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan
dalam kehidupan. Di dalam diri manusia selalu terjadi pertentangan antara
kekuatan Paramita dengan kekuatan Mara. Kekuatan Paramita adalah kekuatan
sifat Ketuhanan yang selalu menuntun ummatnya ke dalam kehidupan yang penuh
dengan kebahagiaan.
42Majelis Buddhayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma (Jakarta, 1980) h. 129.
37
Metta, metta adalah cinta kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan
baik.Metta berasal dari kata Maitri yang berarti teman atau sahabat.Metta adalah
cinta kasih, sifat yang dapat menghaluskan hati seseorang, atau rasa persahabatan
sejati. Orang yang selalu melatih metta pada dirinya akan memperoleh manfaat
dan pahala seperti tidur dengan tenang, ia akan disegani oleh orang lain, para
dewa akan melindungi karena kekuatan mettanya, orang yang batinya penuh metta
matinya akan tenang.
Dengan dimulai dari diri sendiri kita harus mengembangkan cinta kasih
sedikit demi sedikit kepada semua makhluk, tanpa memandang kepercayaan,
bangsa, ras, jenis kelamin, termasuk juga binatang sehingga kita bisa
menyesuaikan diri terhadap segala sesuatu tanpa membeda-bedakan dalam
mengembangkan cinta kasih kita.43
Karuna, karuna adalah perbuatan luhur atau cinta kasih atau belas kasihan
terhadap orang yang menderita. Hidup di dunia ini penuh penderitaan, baik yang
bersumber dari dalam diri sendiri maupun dari orang lain. Perhatian atau
menolong seseorang yang sedang menderita merupakan bentuk sikap kesadaran
dan kepedulian terhadap nilai kemanusiaan yang berada di jalan Tuhan. Hal ini
terungkap dalam Veda, yakni: “Bukan seorang sahabat sejati bila ia tidak
menolong temannya pada saat memerlukan bantuan”. Artinya, memberi perhatian
dan pertolongan lebih dahulu kepada orang lain, maka bukan hanya mereka akan
memberi perhatian dan pertolongan kepada kita melainkan Tuhan-pun akan
memberikan pertolongan kepada kita.
43Majelis Buddhayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma. h. 20
38
Mudhita, mudhita artinya simpati atau turut merasakan baik kesusahan
maupun kebahagiaan orang lain. Dengan sifat luhur seperti ini, manusia akan
terhindar dari rasa iri hati, rasa dengki dan rasa kebencian. Kesusahan seseorang
akan dirasakan sebagai kesusahannya sendiri, keberhasilan seseorang juga akan
dirasakan sebagai keberhasilannya sendiri. Mudhita adalah sikap simpati terhadap
sesama. Untuk mendapatkan simpati orang lain, maka seseorang haruslah
menanamkan rasa simpati pula terhadap orang lain. Jadi sikap bersimpatik
terhadap prestasi orang lain merupakan kekuatan moral yang akan membentuk
sikap kesetiaan antar sesama.
Upekkha, upekkha berarti toleran dan senantiasa memperhatikan keadaan
orang lain. Sedangkan jiwanya dipenuhi oleh rasa setia kawan dan simpati
terhadap sesamanya, bahkan tidak menaruh rasa dendam terhadap orang yang
bermaksud jahat terhadapnya. Manusia yang bersikap upekkha juga selalu
waspada terhadap situasi yang dihadapi, manusia bijaksana dan selalu menjaga
keseimbangan lahir batin serta tidak mau mencampuri urusan orang lain. Orang
bijaksana mengatakan tidak ada manusia yang sempurna.Ketidaksempurnaan
seseorang di dalam menyikapi lingkungan sosial dan alam dalam hidupnya seperti
tersebut di atas adalah manusiawi sifatnya. Karena itu memaafkan atau
mengampuni atas kekurangan atau kekeliruan orang lain adalah karakter manusia
luhur yang sangat dianjurkan dalam Veda.44
Seseorang yang berkata dengan benar sejatinya ia ingin semua orang
menerima informasi yang benar dari apa yang ia ucapkan dan yang ia sampaikan.
Dan ia sedang mengedukasi diri serta orang lain untuk selalu berkata dengan jujur
44Majelis Buddhayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma. h. 21
39
dan apa adanya. Karena yang demikian itu, akan berdampak baik terhadap banyak
orang saat menerima suatu informasi yang baru. Setiap ucapan akan
dipertanggung jawabkan kebenarannya suatu saat di hadapan Sang Pencipta,
apakah ia berbohong ataupun jujur.
Sammavaca yang merupakan salah satu cara untuk melenyapkan dukkha,
sebenarnya bisa diaplikasikan saat ini dengan baik. Misalkan bagaimana
seseorang berusaha berkata dengan benar dan menyampaikan segala sesuatu
sesuai dengan kebenarannya. Sang Buddha dalam kutbahnya pernah
menyampaikan untuk selalu berkata dengan benar meskipun itu hanya sebuah
lelucon. Kebenaran yang disampaikan akan berdampak baik terhadap semua
orang, terutama informasi-informasi yang tersebar luas di media massa maupun
media sosial.
Era digital saat ini, berkata dengan benar tidak hanya dilakukan antara
mulut dengan mulut. Tetapi, saat ini media massa dan media sosial pun bisa ikut
andil dalam setiap perkataan manusia. Media cetak misalnya, semakin banyak
media yang menyampaikan berita-berita yang tidak mengandung kebohongan,
semakin tipislah permasalahan yang akan ditimbulkan. Untuk itu kutbah-kutbah
yang disampaikan oleh Sang Buddha beberapa abad yang lalu sangat tepat dan
sangat relevan untuk diaplikasikan pada zaman digital sekarang.
2. Larangan Berkata Bohong (Musavada)
Musavada terdiri dari kata musa dan vada. Kata musa berarti sesuatu yang
tidak benar dan vada berarti ucapan. Jadi secara harfiah kata musavada berarti
mengucapkan sesuatu yang merupakan suatu kebohongan. Ucapan dikatakan
40
dusta dan bohong apabila mengatakan sesuatu hal yang tidak benar, mempunyai
kehendak pikiran untuk berdusta (visamvadanacittam), berusaha berdusta, orang
lain mempercayai kata-katanya, ucapan yang dapat menimbulkan pertikaian,
pertengkaran, perpecahan diantara pihak-pihak yang dahulunya terjalin dalam
kerukunan, kesatuan.45
Jadi musavada adalah mengucapkan sesuatu yang tidak benar yang sama
artinya dengan berbohong atau berdusta. Tujuan dari adanya aturan moralitas
Buddhis ini adalah selain untuk menghindari orang lain menjadi tertipu, juga
untuk menghindari kata-kata yang merusak nama atau reputasi orang lain. Setiap
orang seharusnya menyampaikan sesuatu hal yang merupakan kebenaran,
memakai kata-kata yang manis dan bersahabat, enak didengar dan lemah lembut,
dan mempunyai arti serta berguna bagi orang lain. Jadi, bila tidak dapat
mengutarakan sesuatu yang benar dan berguna, maka lebih baik diam.
Secara umum musavada dapat direfleksikan dengan berbohong. Pantulan
yang dihasilkan berupa menghindarkan diri dari kebohongan, sekaligus juga
berusaha untuk mengatakan kebenaran. Berbohong dapat dilakukan melalui
ucapan maupun secara fisik, karena dapat dilakukan melalui tulisan atau dengan
membuat gerakan isyarat dengan tujuan untuk menipu. Jadi, bila seseorang
membuat pernyataan tertulis yang salah atau membenarkan sesuatu yang padahal
ia tahu sebetulnya salah, terlepas dari orang lain percaya atau tidak, maka orang
tersebut dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran aturan moralitas Buddhis.
Perkataan bohong mempunyai makna yang jelas. Segala ucapan yang tidak
benar, tidak sesuai dengan kenyataan, dikategorikan sebagai ucapan bohong.
45Ronald Satya Surya, 5 Aturan Moralitas Buddhis (Yogjakarta: Vidyasena Production,
2009) h. 55.
41
Faktor yang menentukan suatu perkataan dapat dianggap bohong adalah kehendak
untuk berbohong. Jika kita renungkan sejenak, perkataan tidak benar atau bohong
yang kita lakukan biasanya akan ditutupi lagi dengan kebohongan lainnya. Untuk
menyembunyikan kebohongan yang telah dibuat. Inilah yang disadari oleh Sang
Buddha, sehingga Beliau menyatakan tidak seharusnya seseorang melakukan
kebohongan sekalipun demi sebuah lelucon.46
“Aku akan meninggalkan dan menjauhkan diri dari ucapan bohong,
mengucapkan yang benar, ucapan sesuai kenyataan, ucapan yang dapat
dipercaya, ucapan yang dapat diandalkan, tidak berdusta kepada siapa pun.”
(Uposathasutta, AN VIII, 41).47
Musavada dalam pengertian yang lebih luas mencakup pisunavaca
(memfitnah), pharusavaca (berkata kasar), dan samphappalapa (bergunjing atau
membicarakan yang tidak berguna).48
Pinusavaca suatu istilah Pali yang terdiri dari dua kosakata, yaitu pisuna
dan vacca. Kata pisuna secara harfiah berarti menimbulkan perpecahan, pertikaian
dan pertengkaran, sedangkan kata vaca berarti ucapan atau perkataan. Jadi,
gabungan kedua kata tersebut berarti mengucapkan perkataan yang dapat
menimbulkan perpecahan, pertikaian, pertengkaran pada kedua belah pihak atau
orang yang sebelumnya hidup dalam kerukunan. Pisunavaca dapat juga diartikan
mengahasut atau memfitnah.
Ada ungkapan yang menyatakan, fitnah lebih kejam dari pada
pembunuhan. Fitnah dapat diartikan sebagai adu domba yang bertujuan untuk
menimbulkan perpecahan atau perselisihan. Fitnah sendiri merupakan tindakan
46Willy Yandi Wijaya, Ucapan Benar, h. 16. 47AN (dibaca) Anggutara Nikaya merupakan kutbah Sang Buddha 48Ronald Satya Surya, 5 Aturan Moralitas Buddhis, h. 60.
42
yang sangat kejam tanpa ada rasa belas kasihan. Pada umumnya motif dari fitnah
adalah kebencian, iri hati terhadap keberhasilan orang lain, dan niat untuk
mengahancurkan orang lain.
Dalam kitab-kitab Buddhis tercatat beberapa kasus fitnah terhadap pihak
yang tidak bersalah yang akhirnya menyebabkan kelahiran kembali di alam
sengsara. Sang Buddha pernah menyebutkan, kebalikan dari fitnah adalah
perkataan yang berasal dari fikiran penuh cinta kasih serta empati kepada sesama
sehingga memungkinkan timbulnya persahabatan dan keharmonisan. Kepercayaan
yang muncul merupakan tonggak penting untuk mengahapus rasa tidak percaya
dan khawatir terhadap orang lain. fitnah dapat terjadi apabila ada orang yang akan
difitnah, ada niat untuk memfitnah,ada usaha yang dilakukan untuk memfitnah,
dan ada orang yang percaya atau terpengaruh oleh fitnah tersebut.
Pharusavaca terdiri dari dua kata pharusa dan vaca. Secara harfiah
pharusa adalah kasar dan vaca berarti ucapan. Pharusavaca adalah ucapan yang
kasar yang membuat orang lain menjadi sakit hati, kesal atau marah. Kata-kata
kasar biasanya diucapkan ketika sedang marah, yang bertujuan untuk menyakiti
pendengarnya yang membuat orang sakit hati, kesal dan tersinggung. Tetapi hal
ini lah yang dapat menimbulkan kondisi-kondisi negatif yang dapat merugikan
kedua belah pihak. Kunci utama untuk mengurangi perkataan kasar adalah dengan
kesabaran. Bila kita bisa menghargai setiap perbedaan pendapat, bertahan
terhadap tudingan dan kecaman dari pihak lain, serta menyikapi perlakuan kasar
dari orang lain tanpa harus membalas, kita akan semakin dekat dengan
pencerahan.
43
Samphapalapa terdiri dari dua kata shampa dan palapa. Secara harfiah
sampha berarti melenyapkan manfaat dan kebahagiaan, sedangkan palapa berarti
ucapan atau perkataan. Samphapalapa adalah suatu pembicaraan yang tidak
berguna atau tidak bermanfaat atau juga bisa disebut dengan istilah omong
kosong. Omong kosong adalah pembicaraan yang tak bermakna, yaitu perkataan
yang tidak memilki tujuan atau bobot. Obrolan seperti ini tidak menyampaikan
apa pun yang bernilai, namun hanya membangkitkan kotoran batin dari dalam diri
sendiri dan dalam pikiran orang lain.49
Di dalam Buddha ada empat sifat kejahatan yang disebut catur mara.
Catur mara terdiri dari dua kata, catur yang berarti empat dan mara yang berarti
perbuatan jahat. Mara merupakan sifat setan yang selalu bertolak belakang dengan
sifat paramita. Sifat ini dimiliki oleh manusia yang keduanya sangat bertentangan
yang apabila mara menguasai hidup kita akan penuh dengan derita (dukha).
Keempat perbuatan jahat atau setan itu adalah dosa, lobha, issa dan moha.
Dosa ialah kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat
(akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkannya metta. Dosa ini secara
etika berarti kebenciandan secara psikologis (kejiwaan) berarti pukulan yang berat
dari pikiran terhadap objek yang bertentangan.
Lobha ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat
(akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkannya karuna. Lobha ini secara
etika berarti keserakaan atau ketamakan. Tetapi secara psikologis berarti terikat
pikiran pada objek-objek.
49Ronald Satya Surya, 5 Aturan Moralitas Buddhis, h. 61-64.
44
Issa ialah iri hati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain
berbahagia yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan
lenyap bila dikembangkannya mudita.
Moha ialah kegelisahaan batin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha
dan issa, akan lenyap bila dikembangkannya upekha. Moha berarti kebodohan
dan kurangnya pengertian.50
Saat ini fitnah dan infomasi hoax merajalela dimana-mana diakibatkan
oleh cepatnya penyebaran suatu informasi baru. Di era digital semua bisa diakses
dengan cepat dan dimana saja. Untuk itu diperlukan kontrol terhadap diri sendiri
bagaimana seharusnya menyampakain pesan maupu informasi kepada orang lain.
Sang Buddha menyampaikan dalam beberapa khutbahnya untuk selalu berusaha
menjauhi dari sifat-sifat musavada.
Musavada dalam pengertian luas mencakup berkata dengan kasar, omong
kosong dan menebar fitnah. Sama halnya dengan penyebaran hoax saat ini,
semakin banyaknya berita hoax yang disebarluaskan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggungjawab maka semakin banyak perpecahan yang akan
ditimbulkan. Perpecahan yang serin terjadi antar satu kelompok dengan kelompok
lain disebabkan oleh para pelaku yang tidak pernah jera. Padahal sudah banyak
pelaku penyebar hoax yang dibawa keranah hukum.
C. Ajaran Buddha Tentang Ehipassiko
Dalam agama Buddha ada istilah kata Ehipassiko. Ehipassiko adalah ciri
khas ajaran Buddha yang membedakan dengan agama lain adalah kalimat seorang
50Majelis Buddhayana Indonesia, Kebahagiaandalam Dhamma. h. 22
45
manusia besar yang sempurna dan itu harus diakui oleh siapapun bahwa setiap
orang bisa membuktikan sendiri tanpa paksaan untuk ditakut-takuti atau dipaksa
percaya begitu saja. Hal ini menunjukkan apa yang telah dicapainya pasti bisa
dibuktikan dengan jelas dan detail tanpa disembunyikan agar setiap mahluk bisa
membuktikannya.
Buddha telah mengajarkan kepada kita agar jangan percaya begitu saja
dengan apa yang didengar dari seorang guru, dari apa yang tertera dalam kitab,
omongan orang, tradisi, kepercayaan, takhayul dan peramal sekalipun, sebelum
kita benar benar menguji dan membuktikannya sendiri (ehipassiko).Semangat
Ehipassiko seperti yang tercermin dalam Kalama-sutta menyebabkan Buddhis
lebih terbuka terhadap perkembangan baru di dunia sains, ini tercermin dari
perjalanan sejarah agama Buddha yang tidak pernah mengalami konflik dengan
dunia sains.
Kata Ehipassiko berasal dari kata Ehipassiko yang terdiri dari tiga suku
kata yaitu ehi, passa dan iko. Secara harfiah ehipassiko berarti datang dan lihat.
Ehipassiko dhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang,
melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma. Istilah
ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma)
yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.
Sang Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam
menerima ajaranNya. Beliau mengajarkan untuk datang dan buktikan ajaranNya,
bukan datang dan percaya. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu
ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.
46
Maya ketua muda-mudi Vihara Avalokitesvara menjelaskan bahwa
ehipassiko ialah ajakan atau undangan kepada semua orang untuk datang dan
melihat langsung dan melakukan verifikasi terhadap suatu hal untuk mendapatkan
bukti secara langsung, itulah yang di ajarkan oleh Sri Buddha. Jadi, pada
hakekatnya Ehipassiko diajarkan memang bertujuan untuk menguji kebenaran
suatu ajaran dengan cara mendengarkan, merenungkan, memahami dan
membuktikan sendiri kebenarannya, sehingga dengan cara yang demikian dapat
menimbulkan kebijaksanaan dan keyakinan yang terbebas dari cengkeraman rasa
takut, terbebas dari keragu-raguan, terbebas dari kekotoran dan kebodohan batin
serta terbebas dari berpandangan keliru terhadap suatu ajaran kebenaran
sebagaimana adanya.51
Berbeda dengan Maya, menurut Shella Ehipassiko adalah salah satu ajaran
yang sangat penting dalam ajaran Agama Buddha tentang datang dan lihat
langsung kejadian tersebut. Maksudnya adalah apapun suatu keadaan atau suatu
informasi harus di teliti langsung oleh kita sendiri, sehingga tidak menimbulkan
keragu-raguan di waktu kedepannya.
Salah satu sikap dari Sang Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan
memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam
perbincangan antara Sang Buddha dengan suku Kalama berikut ini:
"Wahai, suku Kalama.Janganlah percaya begitu saja berita yang
disampaikan kepadamu,atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan
tradisiatau sesuatu yang didesas-desuskan.Janganlah percaya begitu saja apa
yang tertulis dalam kitab-kitab suci,juga apa yang dikatakan sesuai logika dan
51Wawancara dengan Maya, ketua Muda-mudi vihara, Januari 2019
47
kesimpulan belaka,juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu,atau
karena ingin menghormati seorang pertapa yang menjadi gurumu.Tetapi, setelah
diselidiki sendiri, kamu mengetahui.
Hal ini berguna, hal ini tidak tercela, hal ini dibenarkan oleh para
bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan membawa keberuntungan dan
kebahagiaan, maka sudah selayaknya kamu menerima dan hidup sesuai dengan
hal-hal tersebut. (Kalama Sutta, Anguttara Nikaya III. 65).
Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan
apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak
tecela,dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan,
menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan
menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki
sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan yang
berdasarkan pada kebenaran.
Ajaran Ehipassiko yang diajarkan oleh Sang Buddha juga harus diterapkan
secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti datang dan buktikan bukanlah
berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan.
Jadi, pada hakekatnya Ehipassiko diajarkan memang bertujuan untuk
menguji kebenaran suatu ajaran atau berita dengan cara mendengarkan,
merenungkan, memahami dan membuktikan sendiri kebenarannya, sehingga
dengan cara yang demikian dapat menimbulkan kebijaksanaan dan keyakinan
yang terbebas dari cengkeraman rasa takut, terbebas dari keragu-raguan, terbebas
dari kekotoran dan kebodohan batin serta terbebas dari berpandangan keliru
terhadap suatu ajaran kebenaran.
48
Dalam era globalisasi yang ditandai dengan semakin maraknya arus
informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang berdampak pada kehidupan
masyarakat, baik berdampak positif maupun dampak negatif seperti penyebaran
hoax dan ujaran kebencian. Maka sangat penting dalam kehidupan ini untuk dapat
mengendalikan diri, sehingga luput dari keinginan, nafsu dan godaan-godaan
tersebut.
Begitu dahsyatnya efek yang ditimbulkan hoax, jauh sebelumnya Sang
Buddha memberikan pelajaran pada umatnya pentingnya mengecek kebenaran
informasi yang kita terima secara individu atau yang sudah beredar di masyarakat.
Sang Buddha prihatin dengan kabar bohong karena hal ini akan membawa
kehancuran umatnya.
Mengendalikan diri untuk tidak terlibat dalam kasus-kasus penyebaran
hoax tidak hanya diatur dalam peraturan undang-undang di Indonesia. Dalam
agama Buddha sendiri terdapat ajaran untuk meneliti suatu infomasi yang
diperoleh terlebih dahulu. Ajaran tersebut sudah lama di sampaikan oleh Sang
Buddha, bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menerima suatu informasi
baru. Ajaran Ehipassiko mengajarkan untuk meneliti keadaan suatu berita baru
dengan mata kepala sendiri agar jelas kebenaran yang diperoleh. Sama halnya
didalam ajaran Islam diperintahkan untuk menyaring suatu berita atau informasi
yang didapat terlebih dahulu dengan cara tabayyun.
Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu
hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan
49
menyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal
hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya.52
Setiap agama tentu memiliki ajaran untuk selalu menjaga lisan serta
perkataan agar terhindar dari yang namanya perilaku omong kosong dan suka
menyebar fitnah. Untuk itu agar berita hoax tidak menyebar kemana-mana
diharapkan kepada semua orang khususnya para pengguna media sosial untuk
lebih bijak menggunakannya dan selalu mengamalkan serta mengikuti ajaran-
ajaran yang telah diajarakan oleh para pembawa risalah kebenaran.
52 Dina Nasicha, Makna Tabayun dalam Al-Quran (Semarang: Skripsi UIN Semarang,
2016) h. 20.
50
BAB IV
RESPON DAN HARAPAN SERTA PERAN UMAT BUDDHA
DALAM MENYIKAPI HOAX
A. Respon Umat Buddha dalam Menyikapi Hoax
Maraknya hoax yang beredar dimasyarakat membuat kegelisahan
tersendiri dikalangan umat Buddha Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan beberapa jemaat di vihara yang
pada umumnya adalah pelaku aktif dalam komunikasi virtual melalui internet.
Sebagai pelaku aktif maka perlu diketahui apakah secara umum mereka mampu
mengenali sebuah berita itu merupakan berita palsu atau tidak. Dengan
kemampuan mengenali suatu berita adalah hoax atau bukan maka tentunya
mereka memiliki keterampilan untuk menangkalnya.
Saat ini, meskipun sudah ada peraturan pemerintah yang mengatur
hukuman bagi para pelaku penyebar hoax yang diatur dalam undang-undang
republik indonesia nomor 11/2008 tentang ITE, yang terdapat dalam pasal 28 ayat
1 dan 2. Namun, tetap saja masih banyak pelaku penyebar hoax menyebarluaskan
berita fitnah dimana-mana. Seringkali berita bohong yang tersebar berujung pada
perpecahan dan perselisihan antar dua kelompok, yang salah satunya disebabkan
oleh berita yang berbau SARA dan ujaran kebencian.
Konflik berbau SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) di Indonesia
seakaan tidak pernah ada habisnya, seperti contoh yang penulis jelaskan pada bab
sebelumnya. SARA adalah berbagai pandangan dantindakan yang didasarkan
pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau
51
kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi
dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan
sebagai tindakan SARA, tindakan ini mengebiri dan melecehkan kemerdekaan
dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia.53
Hoax adalah segala sesuatu baik itu perkataan atau informasi yang tidak
sesuai dengan kebenarannya. Informasi yang salah yang disampaikan oleh
seseorang dan disebarluaskan yang bertujuan untuk memperkeruh keadaan dan
membuat perpecahan di tengah masyarakat. Sang Buddha dalam khotbah nya
pernah menyampaikan, untuk meneliti terlebih dahulu suatu infomasi yang
diterima, atau mendiamkan saja jika ragu atas kebenaran informasi tersebut.
Hoax bermula dari seseorang yang mempunyai dan memiliki sifat
musavada. Musavada ialah salah satu dari pancasila Buddis yang mewajibkan
semua umatNya untuk menjauhi segala sesuatu bentuk perkataan yang berbau
dusta dan penuh dengan kebohongan. Dalam agama Buddha musavada termasuk
ajaran yang paling penting, bagaimana seharusnya umat Buddha mengamalkan
kelima pancasila tersebut dengan benar agar mencapai puncak kebahagiaan sejati
yaitu nirwana.
Untuk mencapai kebahagiaan sejati yaitu nirwana semua umat Buddha
diharuskan menjauhi sifat musavada dan tentunya mengamalkan ajaran
ehipassiko. Ajaran ehipassiko adalah ajaran yang disampaikan oleh Buddha
bagaimana merespon dan menyikapi suatu perkataan dan informasi yang diterima.
Buddha menjelaskan untuk melihat dan meneliti sendiri informasi yang diterima
53Christine Purnamasari Andu, "Efek Postingan Sara di Media Sosial Terhadap
Pertemanan", Jurnal KRITIS: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol. 4 No.1
(Juni 2018), hal. 2.
52
agar jelas kebenarannya dan menjauhi dari membaca dan menerima informasi-
informasi yang salah.54
Hoax berbau SARA sangat banyak tersebar atau disebarkan ke media
sosial online pada masa pilkada di setiap tahunnya. Banyak orang yang
terpengaruh oleh berita hoax tersebut, sehingga muncul rasa curiga, benci,
sentimen terhadap orang yang berbeda agama, bahkan pengaruhnya terus terbawa
hingga saat ini.55Pemerintah sudah mengupayakan agar tidak terjadi lagi
perpecahan yang disebabkan oleh berbagai macam berita hoax ditengah
masyarakat. Dalam bab ini penulis akan membahas bagaimana respon jemaat
Buddha terhadap maraknya penyebaran hoax.
Maya sebagai ketua muda-mudi Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe
mengatakan bahwa, hoax merupakan sebagian rangkaian informasi yang memang
sengaja disesatkan dan dijual sebagai suatu kebenaran. Berita-berita hoax tersebut
dengan sengaja disebarluaskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
yang bertujuan untuk memecah belah satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Perpecahan tersebut bisa diatasi jikasaat menerima dan membaca suatu infromasi
terbaru agar terlebih dahulu membiasakan melakukan cross check terhadap
kebenaran informasi yang diterima.Dengan demikian tindakan tersebut bisa
mempersempit gerak pelaku para penyebara hoax.56
Seringkali informasi hoax yang tersebar, berbentuk tulisan maupun
gambar yang dikirim ke media chating seseorang. Informasi tersebut bisa berupa
konten sosial pilitik dan ataupun mengenai bencana dan berita duka, sehingga
54 Wawancara pribadi dengan Bhiksu Silaguto, 6 Oktober 2019 55Henri Septanto, "Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebencian Sebuah Cyber Crime dengan
Teknologi Sederhana di Kehidupan Sosial Masyarakat", JurnalKalbiscentia, Vol. 5 No. 2
(Agustus 2018), hal. 158 56Wawancara pribadi dengan Maya jemaat Buddha, Januari 2019
53
sangat disayangkan kenapa berita bencana bisa dijadikan bahan propaganda.
Adapun dampak dari maraknya penyebaran hoax ini ialah menimbulkan rasa
saling curiga antar elemen bangsa terutama dalam kehidupan beragama karena
dapat merusak hubungan antar umat beragama.
Juni Wati sebagai jemaat Vihara dan anggota muda-mudi mengemukakan
pendapat yang sama, menurutnya hoax ialah informasi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Juni Wati, berita hoax yang
marak saat ini bisa dicegah dengan sikap kehati-hatian saat menerima suatu
informasi, ataupun saat menerima suatu berita terbaru hendaknya melakukan
cross check terlebih dahulu, baik itu melalui media massa atau melalui google,
dan bisa juga menanyakan langsung kepada orang yang lebih paham mengenai
informasi berita tersebut.57
Menurut Juni, suatu informasi hoax akan banyak menimbulkan dampak
negatif yang dirasakan oleh masyarakat diantaranya ialah timbulnya kecurigaan
antar elemen bangsa, perpecahan antar umat beragama serta dapat menghambat
suatu pembangunan oleh pemerintah. Hoax tersebut bisa dipersempit
penyebarannya dengan cara yang paling efektif misalnya perlu adanya kontrol
pengawasan dari pihak keluarga dan memberikan edukasi kepada masyarakat
setempat agar terhindar dari perilaku yang suka menyebar-nyebarkan hoax, dan
yangpaling penting setiap masing-masing individu bertanggungjawab
menghambat penyebaran hoax tersebut.58
Responden berikutnya ialah Nana, menurutnyahoax adalah informasi yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Informasi hoax yang sering ia
57Wawancara pribadi dengan Juni Wati jemaat Buddha, Januari 2019 58Wawancara pribadi dengan Juni Wati jemaat Buddha, Januari 2019
54
peroleh dan yang sering ia baca baik itu di media massa atau media sosial adalah
mengenai etnis dan kesukuanyang sering menjelaskan dan menyudutkan salah
satu pihak.
Sejauh ini sebagai salah satu pengguna media sosial ia seringkali
menerima hoax-hoax yang beredar, namun dengan demikian tidak lantas
membuatnya langsung mempercayai begitu saja berita tersebut. Di zaman yang
serba canggih ini kita dituntut untuk tidak langsung mempercayai berita yang kita
terima, diharuskan sebagai pengguna aktif untuk mencari kebenaran berita
tersebut sampai jelas itu berita fakta atau hoax.59 Dengan caratidak mudah
terprovokasi terhadap suatu berita baru, dengan begitulah otomatis kita dapat
mempersempit tersebarnya berita bohong tersebut.
Sejauh ini pemerintah selalu memberikan peringatan kepada masyarakat
tentang bahaya penyebaranhoax, dengan diterbitkannya peraturan dalam undang-
undang ITE setidaknya bagi para pelaku yang masih suka menyebar hoax akan
timbul efek jera terhadap dirinya. Banyak masyarakat yang menanggapi positif
terhadap kebijakan pemerintah tersebut, namun ada juga yang tidak terlalu peduli
dengan kebijakan tersebut buktinya sampai saat ini penyebaran hoax kian
meningkat sebanyak 771 hoax telah diidentifikasi Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) sepanjang Agustus 2018 hingga Februari 2019. Dari 771
total konten hoax yang telah diverifikasi dan divalidasi oleh Tim AIS Kominfo,
sebanyak 181 konten hoax terkait isu politik, berturut-turut menyusul isu
kesehatan sebanyak 126 dan isu pemerintahan sebanyak 119, lalu hoax berisikan
fitnah terhadap individu tertentu sebanyak 110, terkait kejahatan 59, isu agama 50,
59Wawancara pribadi dengan Nana jemaat Buddha, Januari 2019
55
isu internasional 21, penipuan dan perdagangan masing-masing 19 konten, dan
terakhir isu pendidikan sebanyak 3 konten.60
Saat membaca atau menerima berita hoax, yang disasar itu ialah emosi.
Hoax menciptakan kondisi dimana kebenaran itu dibentuk berdasarkan emosi
seseorang. Akhirnya, banyak berita yang di-share karena judulnya sangat
provokatif, sampai bisa membuat pembacanya emosi, marah, hingga berujung
perpecahan, seperti yang terjadi di Tanjung Balai.61 Namun dengan adanya
sosialisasi yang sering ditekankan kepada jemaat Buddha khususnya teman-teman
muda-mudi vihara membuat para generasi mudamengetahui akan bahaya hoax
dan bahaya penyebarnnya.
Sama dengan Dessy Mentari, salah satu jemaat aktif di muda-mudi Vihara.
Saat ditanya responnya terhadap maraknya penyebaran hoax saat ini, ia
menuturkan jika hoax sebenarnya ialah suatu informasi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, meskipun demikian ia selalu berusaha
menegecek suatu informasi baru yang ia peroleh melalui media sosial dengan
mencari kebenarannya melalui internet (google).62
Veni mengatakan bahwasanya masih banyak sekali masyarakat yang tidak
mengerti atau tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan dari maraknya
penyebaran hoax di masyarakat. Selain merusak hubungan antar sesama penganut
agama hoax juga seringkali menimbulkan permusuhan antar umat agama. Selain
60https://www.kominfo.go.id/content/detail/16922/771-hoax-berhasil-diidentifikasi-
kominfo/0/sorotan_media. Diakses 17 juli 2019. 61Wawancara pribadi dengan Nana jemaat Buddha, Januari 2019 62Wawancara pribadi dengan Dessy Mentari jemaat Buddha, Januari 2019
56
itu dalam kehidupan bernegara penyebaran hoax dengan sendirinya akan merusak
elemen bangsa dan menghambat jalan nya pemerintahan yang sedang berjalan.63
Hoax yang merupakan pembodohan kepada masyarakat akan senantiasa
menyebar kemana-kemana jika kita tidak saling mengingatkan kepada orang lain
tantang bagaimana bahayanya berita hoax tersebut, begitupun sebaliknya
seharusnya saling mengingatkan akan bahaya maraknya hoax akan mempersempit
tersebatnya berita tersebut. Khususnya dalam lingkungan keluarga, seharusnya
untuk tetap saling mengingatkan agar jangan sampai ikut serta dalam penyebaran
hoax-hoax yang meresahkan masyarakat.
Masyarakat menyambut positif upaya pemerintah dalam menangani kasus
hoax, pemerintah dianggap bekerja cepat dengan langsung menindak lanjuti para
pelaku yang sengaja menyebar hoax ditengah masyarakat. Para pelaku yang tidak
jera dalam membuat akun serta menyebarkan berita bohong dimana-mana akan
segera berurusan dengan pihak berwajib, karena berita-berita tersebut sudah
sangatmengganggu ketentraman semua pihak.
B. Peran dan Harapan Jemaat Agar Tidak Maraknya Penyebaran Hoax
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan,
berartimanusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyaiharapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuanmasing-masing. Harapan berasal dari kata “harap” yang berarti
63 Wawancara pribadi dengan Veni jemaat Buddha, Januari 2019
57
keinginan supayasesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan
dapat terjadi.64
Harapan agar tidak ada lagi parapelaku penyebar hoax yang berada di
Indonesia, menjadi dambaan serta keinginan semua masyarakat khususnya jemaat
Buddha Vihara Avalokitervara di Pondok Cabe. Dengan demikian, akan
terwujudnya Indonesia yang damai dan makmur meskipun hal tersebut sangat
membutuhkan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam memberantas
berita-berita bohong tersebut.
Beberapa responden penulis temukan menuai beberapa harapanyang
mereka harapkan untuk selanjutnya yang mengenai kehidupan yang aman di
Indonesia.Harapan salah satu dari umat BuddhayaituAdhelia, harapan kedepannya
agar ia pribadi dan juga pihak lain lebih bijak dalam menggunakan media sosial
dan lebih bijak dalam mengomentari sesuatu informasi yang belum jelas
kebenarannya, diharapkan semua pihak bekerja sama dalam memberantas
penyebaran hoax dan mempersempit gerak para pelaku penyebar hoax. Selain
harapan tentunya kita dituntut berperan aktif dalam memberantas penyebaran
hoax, kedepannya diharuskan lebih hati-hati dalam menggunakan media sosial
terutama dalam mengomentari atau membagikan sesuatu hal informasi yang
belum tentu kebenarannya.
Harapan pertama disampaikan langsung oleh Bhiksu Silagutto, sebagai
seorang Bhiksu dan seorang pemimpin dalam vihara, untuk itu ia selalu
menghimbau kepada para jemaat khususnya yang berada dilingkungan vihara
untuk tidak mudah terprovokasi terhadap suatu berita yang salah dan yang akan
64 KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
58
berdampak buruk dikemudiaan hari, dan untuk itu juga berharap apa yang
diajarkan oleh Sang Buddha untuk diamalkan dan jangan mudah terpancing
terhadap isu-isu yang belum tentu kebenarannya.apa yang telah diajararkan oleh
Sang Buddha wajib untuk ditaati seperti menjauhi sifat-sifat musavada dan selalu
berusaha mengamalkan sifat samavaca dan mengamalkan ajaran ehipassiko saat
menerima suatu informasi dari seseorang yang dikenal maupun yang tidak
dikenal, baik didunia nyata maupun dunia maya.
Harapan pun muncul dari Veren Putri sebagai anggota aktif muda-mudi
vihara, ia berharap kepada semua orang untuk lebih mawas diri dan berhati-hati
dalam menerima suatu informasi baik yang telah terbukti kebenarannya maupun
yang belum terbukti. Karena para pelau penyebar hoax memiliki berbagai macam
cara bagaimana agar berita yang ia sebarkan menjangkau luas para pengguna
media sosialdan agar kedepannya kita sebagai umat beragama dan warga negara
lebih berhati-hati terhadap maraknya berita palsu karena hanya akan membawa
perpecahan antar umat beragama.Kita dituntut untuk sama-sama berperan aktif
dalam memberantas penyebaran hoax ini, misalkan mengedukasi diri sendiri dan
teman-teman serta keluarga terdekat untuk tidak terlalu cepat menerima kebenaran
suatu informasi.
Salah satu jemaat Buddha vihara Avalokitesvara, Shella,menurutnya
beberapa tahun belakangan memang sangat maraknya penyebaran hoax di
Indonesia terutama mengenai isu agama dan politik, namun sebagai umat
beragama ia menyikapinya tentu dengan sikap yang penuh dengan kewaspadaan
dan kehati-hatian, tentunya sesuai dengan ajaran Buddha ia berusaha meneliti
suatu kebenaran informasi yang datang dan mengambil sikap dengan sewajarnya.
59
Dan ia berharap agar tidak terjadi lagi penyebaranhoax-hoax untuk kedepannya,
agar tidak terjadi lagi adanya perpecahan akibat salah informasi dan saling hujat
menghujat antar sesama. Meskipun pemerintah telah menugaskan Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memblokir sejumlah web
dan situs informasi hoax namun tetap saja itu belum membuat efek jera terhadap
para pelaku penyebarnya.
Maya ketua muda-mudi vihara bersuara, harapan kedepannya pemerintah
harus lebih memperhatikan kemajuan tegnologi saat ini, dan harapannya dapat
membuat dialog bersama dengan antar pemeluk agama lain, jika antar umat
agama saling bertemu dan berdialog bersama menurut beliau kita semua akan
hidup rukun dan aman sejahtera. Karena dengan diadakannya dialog satu di antara
yang lain akan dapat memahami suatu ajarannya masing-masing dan bisa saling
untuk menghargai bukan untuk saling menjatuhkan. Hidup di negara Indonesia ini
beraneka ragam macamnya, salah satunya agama, maka dari itu kita harus saling
menghargai untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan tentunya akan hidup
rukun antar sesama warga negara Indonesia.
Sepertinya sangat penting untuk pemerintah dan pemuka agama serta
masyarakat untuk melakukan dialog bersama, serta berkumpul untuk mengadakan
suatu agenda yang akan mensosialisasikan dampak yang akan ditimbulkan dari
maraknya penyebara hoax saat ini.Karena selama ini sebagian besar para warga
Indonesia tidak mengetahui akibat dari maraknya hoax, padahal sudah banyak
perpecahan yang terjadi akibat hoax yang merajalela saat ini. Dengan diadakannya
pertemuan dan dialog antar pemuka agama serta para masyarakat, maka
diharapkan akan menimbulkan rasa persaudaraan dan persatuan sesama Warga
60
Negara Indonesia.Serta tidak ada lagi berita-berita negatif dari masyarakat untuk
membuat dan menyebarkan hoax, karena masyarakat pun ingin hiduptenang di
mana mereka bertempat tinggal.
Disisi lain ada harapan dari Paula ia menyikapi hal tersebut dengan tenang
dan tidak terbawa emosi, kedepannya ia berharap agar masing-masing orang
untuk tidak mudah terpengaruh saat menerima suatu informasi. Ia mengatakan
pemerintah untuk segera memberi hukuman yang setimpal terhadap para pelaku
penyebar hoax yang sudah seringkali membuat kegaduhan ditengah masyarakat
dan jangan ada lagi hambatan untukmenindaklanjuti masalah tersebut.
Sama dengan Nana saat ditanya harapannya agar tidak maraknya
penyebaran hoax, ia berharap agar pemerintah khususnya pada pemerintahan
Jokowi pada saat ini memberantas oknum-oknum yang terlibat dalam penyebaran
berita hoax yang membuat kegaduhan ditengah masyarakat. Dengan maraknya
penyebaran hoax beberapa tahun belakangan ini terutama di Indonesia sendiri,
kita harus berhati-hati dalam menyebarkan dan mengomentari suatu informasi
terbaru. Selain lebih berhati-hati juga diharuskan mengedukasi diri sendiri dan
orang terdekat agar jangan mudah terprovokasi terhadap suatu informasi. Harapan
kedepannya agar ada efek jera terhadap orang-orang yang telah dan yang akan
menyebarkan hoax karena telah diberlakukannya undang-undang ITE di
Indonesia.
Dessy pun sangat mengharapkan sebuah realisasi yang real dari
pemerintahuntuk segera memberantas situs-situs yang dibuat oleh para pelaku
penyebar hoax, harus ada efek jera untuk mereka yang dengan sengaja berusaha
memecah belah bangsa ini dengan berbagai macam kebohongan yang mereka
61
perbuat. Saat ini peran yang bisa ia lakukan adalah mengedukasi diri sendiri dan
orang terdekat agar jangan terlalu ikut menyebarkan hoax-hoax dimasyarakat dan
ia berharap agar tidak ada lagi perpecahan, permusuhan serta diskriminasi yang
terjadi akibat hoax-hoax yang beredar selama ini.
Yuri Praja menambahkan,menurutnya menyikapi suatu informasi baru
baik itu telah terbukti salah atau benarnya pribadi kita masing-masing harus tetap
bisa mengontrol emosi jangan sampai membuat kegaduhan dan menimbulkan
penyesalan dikemudian hari. Ia berharap untuk masing-masing pihak
bertanggungjawab dalam menyebar luaskan suatu berita dan bertanggungjawab
terhadap pihak yang dirugikan, serta ikut mengedukasi keluarga dan masyarakat
setempat untuk mau bersama-sama memberantas penyebaran hoax.
Juni Wati mengatakan bahwa sebenarnya ia pribadi geram dengan
berbagai pemberitaan di media massa yang hampir setiap harinya selalu ada berita
hoax dan ujaran kebencian. Harapankedepannya agar masyarakat lebih bisa
mengontrol emosi untuk tidak mudah menyebarkan suatu berita dan bisa memilah
berita yang benar dan yang salah.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sila pertama kali diajarkan oleh Buddha kepada lima orang pertapa di
Taman Rusa Isipatana, dalam khotbahnya Sang Buddha menyampaikan tentang
jalan menuju lenyapnya dukkha yang dinamakan kesunyataan mulia yang terbagi
dalam empat jalan. Empat kebenaran ialah jalan kebenaran mutlak yang berlaku
bagi siapapun. Empat kebenaran tersebut yaitu, kebenaran tentang adanya dukkha,
kebenaran tentang sebab dukkha, kebenaran tentang lenyapnya dukkha, dan
kebenaran tentang jalan berunsur delapan menuju akhir dukkha.
Cara melenyapkan dukkha adalah dengan mempraktikan jalan mulia
berunsur delapan. Delapan faktor jalan tersebut salah satunya ialah kelompok
disiplin moral (silakkhandha) yang terdiri dari ucapan benar, perbuatan benar dan
pencaharian benar.Salah satu jalan melenyapkan dukkha dikenal dengan istilah
sammavaca yaitu ucapan benar, maksudnya ialah selalu berusaha berucap dengan
benar dan menjauhi sifat tercela seperti musavada atau berkata bohong.
Musavada ialah suatu perbuatan yang sama halnya dengan hoaxyang
merupakan istilah lain dalam penyebaran suatu berita palsu.Sang Buddha
mengajarkan kepada semua umatnya untuk selalu menghindari dari perbuatan
yang melanggar sila, misalnya berbohong.
Jemaat Buddha Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe merespon tentang
maraknya berita bohong yang beredar luas saat ini. Menyikapi penyebaran hoax
tersebut para penganut Buddha memilih untuk melakukan cross-checkterhadap
63
suatu berita terlebih dahulu untuk mengetahui apakah berita tersebut benar atau
tidak. Seringkali masyarakat menyebarkan suatu berita tanpa jelas kebenaran
informasi tersebut dan dapat menimbulkan perpecahan antar sesama masyarakat.
Meskipun demikian, tidak semua masyarakat beranggapan bahwa informasi yang
baru diterima merupakan informasi palsu, ada juga beberapa jemaat Buddha yang
memilih menambah atau mengganti informasi yang diperoleh menjadi informasi
baru, ataupun beberapa ada yang langsung mengahapus berita tersebut tanpa
terlebih dahulu membaca informasi tersebut.
Dengan adanya peraturan pemerintah mengenai hukuman bagi para pelaku
penyebar hoax diharapkan dapat mempersempit gerak bagi para pelaku dan
memberikan efek jera terhadap pelaku yang masih suka menyebarkan informasi
hoax terutama yang berbau isu SARA.
Penuh harapan dari para jemaat kepada pemerintah untuk segara
memberikan efek jera dan hukuman setimpal kepada para pelaku penyebar hoax
dan oknum-oknum yang terlibat dengan sebenar-benarnya. Mengadakan
pertemuan atau dialog bersama untuk pemuka-pemuka agama yang dilakukan
secara rutin, serta tidak ada lagi perbedaan dan diskriminasi terhadap penganut
agama lain dan dilakukannya perlakuan yang setara di antara warga negara
lainnya. Dengan ini akan menimbulkan kehidupan yang sejahtera dan damai bagi
seluruh rakyat Indonesia.
B. Saran
Tidak dapat dihindari bahwa sebuah karya akan luput dri kesalahan dan
kekurangan. Begitu juga dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan serta kekeliruan, oleh sebab itu
64
sumbangan saran dan kritik adalah sebuah keniscayaan demi istilah
kesempurnaan. Meskipun demikian, tujuan melengkapi penelitian-penelitian
terdahulu adalah harapan dari penulis ke depan. Harapan itu semoga dapat
ditemukan dalam skripsi ini.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhalim, Mohd. Skripsi, Etika Dalam Konghucu dan Buddha. Riau: UIN
Riau, 2011.
Abhijato, AcharnSuchart. Kenikmatan Inderawi Adalah Menyakitkan
Abdullah Taufik (Ed), Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987
Adhiarso, Dendy Suseno, dkk. “Pemberitaan Hoax di Media Online Ditinjau dari
Konstruksi Berita dan Respon Netizen”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 15
No. 3 (September-Desember 2017).
Afrizal. Metodologi Penelitian Kualitatif.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015.
Alfan, Muhammad. Filsafat Etika Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011
Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia
(1901-1940) Hingga Masa Reformasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015.
Bertenz.Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Bhikkhu Bodhi, Jalan Kebahagiaan Sejati, Bandung: Karaniya, 2006.
Christine Purnamasari Andu. "Efek Postingan Sara di Media Sosial Terhadap
Pertemanan", Jurnal KRITIS:Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin, Vol. 4 No.1 (Juni 2018).
Chazami,Adami Ferdian, Ardi.Tindak Pidana Informasi dan Transaksi
Elektronik.Malang:Media Nusa Creatif, 2015.
Connoly, Peter. Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Imam Khoiri. Yogjakarta:
LkiS Yogjakarta, 2009.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Heryanto, Gun Gun dkk.Melawan Hoax di Media Sosial dan Media
Massa.Yogjakarta: ASKOPIS PRESS, 2017.
Imrom, Ali. Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia.Yogjakarta: Ircisod,
2015.
Majelis Buddhayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma. Jakarta, 1980.
Maman, dkk, Metodologi Penelitian Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006
Mochtar Sesari Agni, “Vihara dan Pluralisme Pada Masa Jawa Kuna Abad VIII
XI Masehi”, Jurnal Berkala Arkeologi, Vol. 35 No. 2 (November 2015).
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014.
Maulana, Luthfi. Kitab Suci dan Hoax: Pandangan Alquran Dalam Menyikapi
Berita Bohong.Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol. 2 No. 2,
2017.
Nasicha, Dina Makna Tabayun dalam Al-Quran (Semarang: Skripsi UIN
Semarang, 2016.
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo,
2012.
Okawa, Ryuho. Hakikat Ajaran Buddha. Yogjakarta: Saujana, 2004.
Panunggal, Ilham, Peran Kepolisian Dalam Penyidikan Tindak Pidana
Penyebaran Berita Bohong (Hoax) Lampung: Skripsi Universitas
Lampung, 2018.
66
Rahadi, Dedi Rianto. Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial,
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 5 No. 1, 2017.
Rashid, Teja Sila dan Vinaya. Jakarta: Buddhis Bodhi, 1997.
Septanto, Henri. “Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebencian Sebuah Cyber Crime
Dengan Teknologi Sederhana di Kehidupan Sosial Masyarakat”, Jurnal
Informatika, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis,Vol. 5 No. 2 (Agustus
2018).
Siswako, Hari Kurniawan. Kebijakan Pemerintah Menangkal Penyebaran Berita
Palsu atau Hoax, Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni, Vol. 1
No. 1, 2017.
Surya, Ronald 5 Aturan Moralitas Buddhis. Yogjakarta: Vidyasena Production,
2009.
Sutantohadi, Alief, Wakhidah, Rokhimatul. Bahaya Berita Hoax dan Ujaran
Kebencian Pada Media Sosial Terhadap Toleransi Bermasyarakat,
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 1 No. 1, 2017.
Suyanto, Totok, dkk, “Persepsi mahasiswa terhadap kemunculan berita bohong di
media sosial”, Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, Vol. 15
No. 1. 2018.
Syaifullah, Ilham. Skripsi, Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan
Hermeneutika. Surabaya: UIN Surabaya, 2018.
Wijayamukti, Wacana Buddha Dharma
Yandi Wijaya, Willy. Ucapan Benar, Yogyakarta: Vidyāsenā Production, 2010
Sumber Internet atau berita online
Fabian Januarius KuwadoArtikel "Penolakan Biksu di Legok Dinilai
karenaWargaSalah Paham soal
SimbolAgama"https://nasional.kompas.com/read/2018/02/13/13384531/pe
nolakan-biksu-di-legok-dinilai-karena-warga-salah-paham-soal-simbol-
agama?page=all. Di akses September 2018.
Bhagavant, Cara Mengatasi Hoax Dengan 2 Ajaran Dari Agama Buddha Ini,
(https://berita.bhagavant.com/2017/01/23/cara-mengatasi-hoax-dengan-2-
ajaran-dari-agama-buddha-ini.html, diakses Kamis, 13 September 2018).
Destrianita,salah paham, 7 tempat ibadah terbakar di tanjung balai dua wihara
dan lima kelenteng yang terletak di tanjung balai, medan, sumatera utara,
dibakar massa, (https://nasional.tempo.co/read/791846/salah-paham-7-
tempat-ibadah-terbakar-di-tanjung-balai/full&view=ok, diakses Kamis, 13
september 2018)
Sumantri,"Pengusiran Biksu di Kabupaten Tangerang Hanya Salah Paham"
(http://mediaindonesia.com/read/detail/144804-pengusiran-biksu-di-
kabupaten-tangerang-hanya-salah-paham, diakses Rabu, 15 agustus 2018.
https://www.voaindonesia.com/a/beritahoaksancamanseriuspersatuanbangsamema
sukitahunpolitik/4553726.html.Diakses 9 juli 2019.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/16922/771-hoax-berhasil-diidentifikasi-
kominfo/0/sorotan_media. Diakses 17 juli 2019.
67
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Bhiksuni Santi dan beliau adalah bhiksuni di Vihara
Avalokitesvara Pondok cabe, Agustus 2018
Wawancara pribadi dengan Bhiksu Silagutto
Wawancara dengan Maya, beliau adalah ketua Muda-mudi vihara, Januari 2019
Wawancara pribadi dengan Juni Wati jemaat Buddha, Januari 2019
Wawancara pribadi dengan Nana jemaat Buddha, Januari 2019
Wawancara pribadi dengan Dessy Mentari jemaat Buddha, Januari 2019
Wawancara pribadi dengan Veni jemaat Buddha, Januari 2019
Wawancara dengan Yuri Praja jemaat Buddha, Januari 2019
Wawancara dengan Paula jemaat Buddha, Januari 2019
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
69
LAMPIRAN I
SURAT KETERANGAN UJIAN PRPOSAL SKRIPSI
70
LAMPIRAN II
NILAI UJIAN PROPOSAL SKRIPSI
71
LAMPIRAN III
NILAI KOMPRE
72
LAMPIRAN IV
SURAT PENELITIAN SKRIPSI
73
LAMPIRAN V
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
74
75
76
77
78
79
80
81
82
LAMPIRAN VI
PERTANYAAN WAWANCARA
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial?
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada?
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoaxdan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
83
LAMPIRAN VII
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan Bhiksu Silagutto
1. Apa pendapat Bhiksu mengenai berita bohong (hoax)?
Hoax adalah segala sesuatu baik itu perkataan atau informasi yang tidak
sesuai dengan kebenarannya. Informasi yang salah yang disampaikan
oleh seseorang dan disebarluaskan yang bertujuan untuk memperkeruh
keadaan dan membuat perpecahan di tengah masyarakat.
2. Apakah Sang Buddha mengajarkan bagaimana cara menghindari hoax?
Sang Buddha dalam khotbah nya pernah menyampaikan, untuk meneliti
terlebih dahulu suatu infomasi yang diterima, atau mendiamkan saja jika ragu
atas kebenaran informasi yang diterima.
3. Menurut Bhiksu musavada adalah? Terdapat didalam kitab apa?
Musavada ialah salah satu dari pancasila Buddis yang mewajibkan semua
umatNya untuk menjauhi segala sesuatu bentuk perkataan yang berbau dusta
dan penuh dengan kebohongan. Dalam agama Buddha musavada termasuk
ajaran yang paling penting, bagaimana seharusnya umat Buddha
mengamalkan kelima pancasila tersebut dengan benar agar mencapai puncak
kebahagiaan sejati yaitu nirwana.
4. Jelaskan pendapat Bhiksu mengenai ajaran Ehipassiko?
Ehipassiko adalah ajaran yang disampaikan oleh Buddha bagaimana
merespon dan menyikapi suatu perkataan dan informasi yang diterima.
Buddha menjelaskan untuk melihat dan meneliti sendiri informasi yang
diterima agar jelas kebenarannya dan menjauhi dari membaca dan menerima
informasi-informasi yang salah.
5. Apakah harapan serta peran yang Bhiksu lakukan dalam memberantas
penyebaran hoax yang berhubungan dengan agama tertentu?
Sebagai Bhiksu dan seorang pemimpin dalam vihara, untuk itu saya selalu
menghimbau kepada para jemaat saya untuk tidak mudah terprovokasi
terhadap suatu berita yang salah dan akan berdampak buruk dikemudiaan
hari, dan untuk itu saya juga berharap apa yang diajarkan oleh Sang Buddha
84
untuk diamalkan dan jangan mudah terpancing terhadap isu-isu yang belum
tentu kebenarannya.
Wawancara dengan Maya
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iya. Hampir semua media sosial favorit.
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial?
Iya sangat penting. Alasannya karena media sosial membuat kita semakin
mengetahui hal-hal lain. Media sosial juga dapat mempermudah kita
berkomunikasi dengan rekan dan keluarga yang berjauhan. Tujuan saya
menggunakan media sosial adalah untuk mempermudah saya dalam
berkomuniasi, sebagai media hiburan serta mempermudah membangun
komunitas.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
Biasanya terlebih dahulu saya melakukan cross check terhadap kebenaran
informasi yang diterima, cara saya mengetahui informasi itu benar atau
salahnya biasanya saya mencari di media massa dan menanyakan kepada
orang yang lebih paham mengenai informasi tersebut.
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan informasi hoax yang pernah anda peroleh
dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Menurut saya hoax merupakan sebagian rangkaian informasi yang memang
sengaja disesatkan, namun dijual sebagai kebenaran. Saya pernah menerima
informasi hoax dalam bentuk tulisan yang dikirim ke media chating saya
kadang berupa konten sosial politik dan mengenai bencana dan berita duka.
Makanya saya terkadang suka heran kok bisa-bisanya bencana dijadikan
bahan propaganda dan lain-lainnya.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
Dampak yang paling saya rasakan dari menyebarnya hoax ini adalah
menimbulkan saling kecurigaan antar elemen bangsa terutama dalam
kehidupan beragama karena dapat merusak hubungan antar umat beragama.
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?
Menurut saya salah satu caranya ialah melakukan klarifikasi terlebih dahulu
dan juga memberikan edukasi kepada masyarakat karena tidak semua
masyarakat memahami apakah suatu berita itu benar atau salah. Diri kita
sendiri, kita lah yang bisa merubah hal kecil menjadi besar, kita lah yang
85
memegang semua kendali. Menurut saya jika semua orang menyadari dan
menerapkan ke pribadi masing-masing bahwa jika ada suatu berita harus
teliti terlebih dahulu mungkin tidak akan ada lagi perpecahan antar umat
beragama.
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
Mungkin saya marah, namanya juga manusia biasa siapa pun kalau di fitnah
mungkin akan bersikap yang sama dengan saya, apalagi itu menyangkut
keluarga saya. Tapi sebagai manusia biasa saya tetap harus meluruskan
informasi tersebut, mungkin caranya dengan mengklarifikasi lewat media
sosial.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
Ajakan atau undangan kepada semua orang untuk datang dan melihat
langsung dan melakukan verifikasi terhadap suatu hal untuk mendapatkan
bukti secara langsung, itulah yang di ajarkan oleh Sri Buddha. Jadi, pada
hakekatnya Ehipassiko diajarkan memang bertujuan untuk “Menguji
kebenaran suatu ajaran dengan cara mendengarkan, merenungkan,
memahami dan membuktikan sendiri kebenarannya”, sehingga dengan cara
yang demikian dapat menimbulkan kebijaksanaan dan keyakinan yang
terbebas dari cengkeraman rasa takut, terbebas dari keragu-raguan, terbebas
dari kekotoran dan kebodohan batin serta terbebas dari berpandangan keliru
terhadap suatu ‘Ajaran Kebenaran’ sebagaimana adanya.
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada?
Sammavaca adalah Ucapan benar. Seseorang dikatakan berkata atau berucap
dengan benar jika ia tidak berbohong, tidak menipu, tidak memfitnah, tidak
omong kosong, tidak membicarakan kejelekan orang lain dan tidak bicara
yang dapat menyakitkan hati orang dan juga jika ia memiliki fikiran yang
bersih dari kebencian, keserakahan dan irihati. Karena itu supaya kita dapat
berkata benar, kita harus membersihkan fikiran dari sifat lobha, dosa, issa
dan moha.
Mussavada adalah Musavada terdiri dari kata musa dan vada. Kata musa
berarti sesuatu yang tidak benar dan vada berarti ucapan. Jadi secara harfiah
kata musavada berarti mengucapkan sesuatu yang merupakan suatu
kebohongan. Ucapan dikatakan dusta dan bohong apabila faktor yang
mendasari terpenuhi, yaitu: sesuatu atau hal yang tidak benar, mempunyai
kehendak pikiran untuk berdusta (visamvadanacittam), berusaha berdusta,
orang lain mempercayai kata-katanya, ucapan yang dapat menimbulkan
pertikaian, pertengkaran, perpecahan diantara pihak-pihak yang dahulunya
terjalin dalam kerukunan, kesatuan.
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoaxdan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
Saya pribadi diajarkan untuk selalu berfikir positif untuk segala hal
Dan terutama dalam ajaran buddha juga dikenal istilah ehipassiko untuk
datang dan membuktikan sendiri kebenaran suatu informasi apakah benar
atau salah. Jika seandainya itu berita benar dan bermanfaat tentu saya akan
membagikannnya keteman-teman dan keluarga saya. Dan jika seandainya itu
86
berita salah atau bohong saya cukup mengetahui itu bukan berita yang
bermanfaat dan mendiamkannya.
Harapan saya agar di era digital ini masyarakat Indonesia khususnya umat
beragama di negara ini agar lebih bijak dalam bersosial media, dan lebih
bijak dalam menyebar suatu informasi. Dan lebih memikirkan apa dampak
dari informasi bohong yang kita bagikan. Dan tentunya harapan saya agar
tidak ada lagi hoax-hoax yang membuat antar umat beragama saling
membenci dan saling terpecah belah.
Wawancara dengan Shella
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iyaa. Aplikasi chating WA dan Line, dan fb ig dan juga twitter
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial?
Iya sangat penting. Alasannya saya dapat mengetahui berbagai informasi
yang beredar di media sosial, sehingga saya dapat dengan mudah menerima
suatu informasi terbaru. Serta tujuan saya menggunakan media sosial adalah
sebagai alat mempermudah komunikasi dengan semua orang.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
Biasanya ketika saya menerima suatu informasi saya selalu menambahkan
atau mengganti informasi tersebut menjadi informasi yang lebih baru,
tentunya itu adalah informasi yang kebenarannya telah saya telusuri terlebih
dahulu melalui media google.
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Menurut saya hoax adalah informasi yang tidak dapat dipertanggung-
jawabkan kebenarannya, karena sumber dan informasinya tidak tau bersal
dari mana. Saya pernah menerima hoax melalui pesan group WA seringkali
informasi tersebut menyinggung masalah agama. Bagaimana saya tau itu
hoax atau tidak, tentunya saya teliti terlebih dahulu sumber dan asal-usul
beritanya.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
87
Terhadap kehidupan bernegara dampak informasi hoax salah satunya ialah
adanya intimidasi dari pihak tertentu, dan tentunya ini akan merugikan salah
satu pihak dan menguntungkan bagi pihak lainnya. Sedangkan, bagi
kehidupan beragama informasi hoax ini tentunya akan menimbulkan
permusuhan antar umat beragama dan akan mengakibatkan perselisihan yang
panjang antar sesama pemeluk agama.
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?
Melakukan klarifikasi terlebih dahulu dan yang bertanggung jawab
menghambat penyebaran informasi hoax adalah pribadi kita masing-masing.
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
Mencari asal-usul sumber berita dan menyelesaikannya secara musyawarah.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
Ehipassiko adalah salah satu ajaran penting dalam ajaran Agama Buddha
tentang datang dan lihat langsung kejadian tersebut. Maksudnya adalah
apapun suatu keadaan atau suatu informasi harus di teliti langsung oleh kita
sendiri, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan di waktu kedepannya.
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada?
Samma vaca adalah salah satu unsur dari delapan jalan kebenaran untuk
menghentikan dukkha, yaitu ucapan benar. Ucapan benar yang dimaksud
disini ialah ucapan yang tidak mengandung didalamnya suatu kebohongan
dan kebencian. Ucapan benar adalah mengatakan apa yang sebenarnya
terjadi.
Musavada adalah berkatang bohong. Menurut ajaran Buddha seorang
dilarang berbohong dan harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoax dan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
Beberapa tahun belakangan memang sangat maraknya hoax di Indonesia
terutama mengenai isu agama dan politik, namun sebagai umat beragama
88
saya menyikapinya tentu dengan sikap yang penuh dengan kewaspadaan dan
kehati-hatian, sikap saya tentunya sesuai dengan ajaran Buddha saya
berusaha meneliti suatu kebenaran informasi yang datang dan mengambil
sikap dengan sewajarnya. Dan harapan saya agar tidak terjadi lagi hoax-hoax
untuk kedepannya, agar tidak terjadi lagi adanya perpecahan akibat salah
informasi dan saling hujat menghujat antar sesama.
Wawancara dengan Veren Putri
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iyaa. Aplikasi chating WA dan Line, dan fb ig dan juga twitter
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial?
Iya, sangat penting. Alasannya karena dari media sosial kita dapat menerima
informasi penting dan dapat digunakan sebagai sarana hiburan disela-sela
waktu kosong. Tujuannya sebagai media komunikasi.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana cara anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang
diperoleh tersebut benar atau salah?
Pertama tentu saya membacanya sampai selesai, sesudahnya saya akan
melakukan cross check terhadap kebenaran informasi tersebut apakah benar
atau tidak. Cara saya mengetahui informasi itu benar atau salah biasanya
saya mencari tahu lewat google, saya akan mencari kebenaran berita tersebut
terlebih dahulu.
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Menurut saya hoax merupakan sebagian rangkaian informasi yang memang
sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai sebuah kebenaran kepada
khalayak ramai. Saya sering mendapatkan suatu informasi hoax dalam
bentuk tulisan berupa narasi mengenai sosial politik. Itu sangat sering saya
jumpai di laman sosial media saya dan sering juga menerimanya dalam akun
pesan WA saya.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hoax dapat memecah belah antar
warga bangsa dan negara, dalam kehidupan beragama hoax dapat dengan
mudah memecah kehidupan rukun antar umat beragama. Mulanya suatu
umat beragama yang damai akan terjadi terpecah belah karena informasi
hoax tersebut.
89
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?
Diacuhkan saja. Pribadi masing-masing, karena kita memberantas
penyebaran hoax tersebut dimulai dari kita sendiri.
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
Diamkan dan diacuhkan saja
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
Ajaran ini selalu saya terapkan dalam diri saya. Ehipassiko merupakan ajaran
Buddha tentang bagaimana menyikapi suatu berita. Kita disuruh melihat dan
meneliti dengan mata sendiri. Baik itu mengenai berita salah atau benar kita
tetap harus dianjurkan meneliti sendiri.
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang samma vaca
dan musavada?
Sammavaca adalah ucapan benar. Seseorang dikatakan berkata atau berucap
dengan benar jika ia tidak berbohong, tidak menipu, tidak memfitnah, tidak
omong kosong, tidak membicarakan kejelekan orang lain dan tidak bicara
yang dapat menyakitkan hati orang.
Mussavada adalah Musavada terdiri dari kata musa dan vada. Kata musa
berarti sesuatu yang tidak benar dan vada berarti ucapan. Jadi secara harfiah
kata musavada berarti mengucapkan sesuatu yang merupakan suatu
kebohongan.
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoax dan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
Saya pribadi lebih mawas diri dan berhati-hati dalam menerima suatu
informasi, peran saya sendiri lebih mengedukasi diri sendiri dan teman-
teman serta keluarga terdekat saya untuk tidak terlalu cepat menerima
kebenaran suatu informasi. Harapan saya agar kedepannya kita sebagai umat
beragama dan warga negara lebih berhati-hati terhadap maraknya berita
palsu karena hanya akan membawa perpecahan.
Wawancara dengan Adhelia Berlianti
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iya. WA/Line, Ig dan Twitter
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial?
Iya sangat penting. Alasannya hanya untuk memperluas pertemanan,
mempermudah memperoleh suatu informasi serta sebagai media hiburan.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
90
Biasanya selain memeriksa suatu kebenaran informasi yang saya terima,
saya juga pernah langsung menghapus atau mendiamkan informasi tersebut.
Suatu kebenaran atau kesalahan suatu berita bisa diperoleh dengan
melakukan check ricek melalui media sosia yang sama.
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Menurut saya hoax merupakan sebagian rangkaian informasi yang memang
sengaja disesatkan dan dibungkus rapi sehingga menjadi sebuah kebenaran.
Seringkali informasi hoax yang saya terima berupa tulisan dan video berupa
konten bencana dan berita duka.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
Dampak negatif dari tersebarnya informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara serta kehidupan beragama yang sangat saya rasakan
adalah hoax tersebut dapat dengan mudah memecah belah kesatuan antar
bangsa, serta dapat menimbulkan kecurigaan antar elemen bangsa dan
memecah kehidupan rukun antar penganut atau lebih parahnya dapat
menimbulkan permusuhan antar uma beragama.
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?
Menurut saya suatu informasi hoax harus diklarifikasi terlebih dahulu oleh
yang bersangkutan atau oleh suatu lembaga tertentu serta memberikan
edukasi kepada masyarakat dan yang sangat bertanggung jawab daam
menghambat penyebaran hoax adalah diri kita sendiri.
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
Mencari sumber berita dan menyelesaikannya dengan musyawarah. Karena
segala sesuatu harus dibicarakan terlebih dahulu.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
91
Ehipassiko adalah suatu ajaran untuk datang dan meneliti sendiri suatu
permasalah apapun, dengan kita menyaksikannya sendiri kita akan tahu
kebenaran dan kesalahan suatu informasi tersebut.
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada?
Sammavaca adalah ajaran tentang berkata benar dan menghindari diri dari
berkata bohong. Sedangkan, musavada adalah berkata bohong dan selalu
menyakiti seseorang dengan setiap ucapannya.
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoax dan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
Peran saya tentunya lebih hati-hati dalam menggunakan media sosial
terutama dalam mengomentari atau membagikan sesuatu hal informasi.
Harapan saya agar saya pribadi dan juga pihak lain agar lebih bijak dalam
menggunakan media sosial dan lebih bijak dalam mengomentari sesuatu
informasi yang belum jelas kebenarannya.
Wawancara dengan Dessy Mentari
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iya. Wa, Facebook, Ig dan Twitter
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial?
Penting. Karena zaman sekarang semua hal-hal atau informasi berbasis
online, dari mulai group kelas saat kuliah, membahas mengenai tugas,
mencari sumber informasi dari media sosial hingga mencari berbagai ragam
lapangan pekerjaan sekarang bisa melalui media sosial.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
Tentunya saya melakukan cross check terlebih dahulu, dengan zaman yang
canggih saat ini dengan mudah kita bisa mencari segala sesuatu melalui
google.
92
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Menurut saya hoax adalah informasi yang tidak dapat dipertanggugjawabkan
kebenarannya. Padahal si penyebar berita hoax ini mengetahui bahwa
informasi yang akan di sebarkan ini adalah informasi bohong. Biasanya
pengguna aktif media sosial akan sering menerima hoax di berbagai aplikasi.
Saya pernah menerima suatu berita mengenai bencana dan berita duka dan
setelah saya telusuri ternyata berita tersebut tidaklah benar.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
Hoax akan sangat mudah memecah belah bangsa dan juga akan mudah
menimbulkan permusuhan antar umat agama.
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?Cara yang sangat mudah menurut saya ialah
memberi edukasi kepada masyarakat. Memberikan penjelasanmengenai
informasi yang berhubunga dengan hoax dan penyebarannya serta
dampaknya bagi masayarakat luas.
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita
tersebut?
Seperti kebanyakan orang saya akan mencari sumber berita tersebut terlebih
dahulu dan akan menyeleaikannya secara musyawarah. Karena saya pribadi
tidak terlalu ambil pusing apa kata orang, tetapi jika sudah menyinggung
keluarga saya akan cepat menyelesaikanya.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
Datang dan lihat dengan mata sendiri. Buddha mengajarkan kita agar terlebih
dahulu meneliti suatu informasi apapun, tetapi yang menelitinya harus
dengan mata kepala sendiri.
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada?
93
Menurut saya sammavaca adalah ucapan benar apa yang diucapkan harus
sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Sebaliknya musavada adalah
berkata bohong apa yang diucapkan selalu membuat kegaduhan selalu
membuat orang lain merasa dirugikan. Musavada mencakup perkataan kasar
dan omong kosong.
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoax dan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
Peran yang bisa saya lakukan adalah memudukasi diri sendiri dan orang
terdekat agar jangan terlalu ikut menyebarkan hoax-hoax dimasyarakat.
Harapan saya agar tidak ada lagi perpecahan yang terjadi akibat hoax-hoax
yang beredar selama ini.
Wawancara dengan Paula
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iya. WA, Facebook, Ig, Twitter
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial? Iya sangat penting. Alasannya karena menurut
saya menggunakan media sosial penting untuk berbagi informasi, baik itu
informasi berupa cerita lucu atau informasi-informasi penting lainnya.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
Biasanya saya pribadi terlebih dahulu melakukan cross check terhadap suatu
kebenaran berita tersebut, baik itu informasi biasa atau informasi penting kita
tetap harus meneliti terlebih dahulu kebenarannya. Di zaman yang sangat
modern ini sangat mudah untuk mengetahui suatu informasi itu benar atau
salah. Biasanya saya mencarinya lewat google atau juga bisa
menanyakannya kepada orang yang lebih paham terhadap suatu informasi
tersebut.
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Menurut saya hoax adalah informasi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya dan hoax juga merupakan sebagian
rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun dijual sebagai
suatu kebenaran. Berita tersebut dianggap seolah-olah adalah berita benar
94
dan membuat semua orang percaya. Seringkali saya menerima suatu
informasi yang menurut saya itu hoax adalah informasi yang berbentuk
tulisan berupa narasi dan artikel singkat. Untuk saat ini saya sering
menerima hoax berupa konten berita mengenai bencana dan berita duka.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
Dalam kehidupan bernegara hoax dapat memecah antar warga dan
menimbulkan kecurigaan antar elemen bangsa. Sedangkan dalam kehidupan
beragama hoax dapat menimbulkan permusuhan antar umat beragama.
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?
Melakukan klarifikasi terlebih dahulu, yang bertanggug jawab hendaknya
ada peran dari komunitas masyarakat,
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
Jika itu menerpa saya atau keluarga saya akan mencari sumber berita dan
menyelesaikannya secara musyawarah.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
Ehipassiko ialah datang sendiri dan meneliti dengan mata kepala sendiri
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada? Sammavaca adalah ucapan benar dalam ajaran Buddha.
Sedangkan musavada adalah berkata bohong atau tidak mengatakan
kebenaran yang sebenarnya.
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoaxdan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
Saya pribadi menyikapi hal tersebut dengan tenang dan tidak emosian,
kedepannya saya berharap agar masing-masing orang untuk tidak mudah
terpengaruh saat menerima suatu informasi
Wawancara dengan Yuri Praja Purnama
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iya. Hampir semua media social
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial?
Menurut saya sangat penting. Alasannya di zaman sekarang kita telah sangat
dimanjakan oleh berbagai kemudahan tegnologi dengan berbagai kemudahan
yang disediakannya. Misalnya, alasan saya salah satunya menggunakan
media social adalah dapat menjadi sebuah media informasi. Informasi apa
saja akan sangat mudah kita dapatkan di berbagai media sosial. Tujuannya
95
tidak lain ya sebagai media komunikasi dengan sahabat maupun keluarga,
sebgai media hiburan berupa permainan dan video-video lucu, sebagai media
promosi pekerjaan atau tempat hiburan atau konten-konten iklan yang sangat
bermanfaat.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
Tentunya jika kita telah bisa membedakan suatu berita apakah itu benar atau
salah kita bisa melakukan cross check berita tersebut terlebih dahulu, tetapi
terkadang karena sibuk dalam pekerjaan saya hanya mendiamkan berita
tersebut atau langsung menghapusnya begitu saja.
Kita bisa menumkan berita apa saja melalui google, kita bisa mencari suatu
kebenaran berita melalui google tersebut. Tetapi terkadang karena malas
membaca makanya banyak diantara kita termakan isu-isu hoax. Dan terakhir
kita juga harus hati-hati dengan judul provokatif dalam suatu judul berita.
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Yang paling simple menurut saya hoax itu sumbernya tidak jelas, entah siapa
yang membuat entah siapa yang menyebarkan kita tidak tau. Dan tentu saja
suatu berita hoax itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan
biasanya beritanya hoax tersebut dibungkus rapi seolah-olah berita tersebut
adalah benar padahal orang yang membuat berita tersebut tau bahwa itu
adalah suatu kesalahan. Dalam bentuk tulisan dan berupa video. Berbagai
macam informasi yang sering saya terima, misalkan mengenai sosial politik
apalagi saat ini semakin dekat dengan pemilu jadi berbagai kebohongan
sangat banyak tersebar dimana-mana, fitnah sana-sini dan lain-lain. Konten
berupa masalah agama dan juga etnis/kesukuan juga sering saya terima, yang
hanya menyudutkan salah satu pihak lain atau ras lain sehingga akan
membuat kegaduhan dikemudian hari. Untuk itu saya selalu berusaha untuk
tidak mudah percaya akan suatu informasi baru, saya selalu mencari
kebenarannya terlebih dahulu.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
Berbangsa dan bernegara, yang sangat dirasakan ialah hoax dengan mudah
memecah antar bangsa dan menghambatnya pembangunan oleh pemerintah.
Karena berita yang simpang siur yang belum jelas kebenarannya dan dengan
sangat mudah banyak masyarakat mempercayainya. Dalam kehidupan
beragama, apalagi di Indonesia sendiri begitu banyak penganut agama yang
beragam, dampak hoax yang sangat dirasakan ialah memecah kehidupan
rukun antar penganut, yang tadinya saling tolong menolong sehingga
menjadi tidak saling kenal akibat hoax yang merajalela. Selain itu dampak
yang paling dirasakan adalah merusaknya hubungan antar sesama penganut.
96
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?
Memberikan edukasi kepada masyarakat, dan yang paling bertanggungjawab
dalam menghambat penyebaran hoax adalah diri kita masing-masing.
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
Mencari sumber berita dan menyelesaikannya secara musyawarah.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
Ehipassiko ialah datang sendiri dan meneliti dengan mata kepala sendiri.
Buddha menyampaikan dalam kutbahnya yang pertama tentang ajaran
ehipassiko, yaitu tentang bagaimana cara merespon suatu berita. Tidak
semua informasi yng tersebar itu adalah kebenaran dan juga tidak semua
informasi tersebut adalah berita bohong. Untuk itu terlebih dahulu kita
mangamalkan ajaran tersebut agar terhindar dari berbagai kesalahpahaman.
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada.
Sammavaca adalah ucapan benar dalam ajaran Buddha. Sammavaca
termasuk salah satu kedalam delapan jalan kesunyataan. Ajaran ini
mengajaran agar selalu mengatakan suatu hal dengan yang sesuai dengan
kebenarannya. Dalam ajaran ini juga mengajarlan agar selalu jujur dan
terbuka apaadanya dalam mengatakan sesuatu hal. Umat Buddha berusaha
selalu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Sang Buddha.Musavada
adalah berkata bohong atau tidak mengatakan kebenaran yang sebenarnya.
Dalam hal ini, berbohong dalam segala hal yang dapat membuat perpecahan
antar sesama. Berkata bohong dan menyebarkan kebohongan serta selalu
berucap kasar dan suka memfitnah juga termasuk ke dalam bagian
musavada. Orang yang selalu berkata dengan penuh kebohonga serta selalu
memfitnah akan sangat susah untuk di ajak berbuat kebaikan dan
mengamalkan sammavaca atau berucap dengan benar.
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoaxdan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
Menurut saya, menyikapi suatu informasi baru baik itu telah terbukti salah
atau benarnya pribadi kita masing-masing harus tetap bisa mengontrol emosi
jangan sampai membuat kegaduhan dan menimbulkan penyesalan
dikemudian hari. Saya berharap untuk masing-masing pihak
bertanggungjawab dalam menyebar luaskan suatu berita dan
bertanggungjawab terhadap pihak yang dirugikan, serta ikut mengedukasi
keluarga dan masyarakat setempat untuk mau bersama-sama memberantas
penyebaran hoax.
Wawancara dengan Juni Wati
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iya. Wa, Ig dan Facebook
97
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial?
Penting. Alasannya adalah media sosial merupakan media yang paling cepat
untuk mendapatkan berbagai informasi dan juga untuk menyebarkan suatu
informasi. Tujuannya sebagai media komunikasi, hiburan, promosi serta
membangun sebuah komunitas.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
Melakukan cross check terlebih dahulu melalui media massa dan melalui
google. Bisa juga menanyakan langsung kepada orang yang lebih aham
mengenai suatu berita tersebut.
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Menurut saya hoax adalah informaasi yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya dan membuat banyak pihak merasa
dirugikan. Saya sering menerima informasi hoax berupa gambar dan tulisan
seringkali mengenai masalah sosial politik dan masalah etnis/ kesukuan.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
Dampak negatif dari maraknya hoax di negara ini yang sangat dirasakan
ialah menimbulkan kecurigaan antar elemen bangsa, hoax itu sendiri jug
dapat memecah bansa serta dapat menghambat suatu pembangunan oleh
pemerintah. Dalam kehidupan beragama hoax juga seringkali merusak
hubungan antar umat beragama.
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax?
Cara yang paling efektif ialah perlunya kontol pengawasan dari pihak
keluarga dan memberikan edukasi kepada masyarakat setempat agar
terhindar dari perilaku yang suka menyebar-nyebarkan hoax. Yang paling
bertanggungjawab menghambat penyebaran hoax tersebut adalah diri
sendiri.
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
Mencari sumber berita dan menyelesaikannya secara musyawarah, tentunya
semua masalahakan saya selesaikan dengan musyawarah agar mencapai
suatu titik temu. Tetapi jika masalah tersebut tidak bisa terselesaikan dengan
baik maka saya tidak akan sungkan membawa masalah ini ke ranah hukum.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
Ajaran yang mengajarkan tentang datang dan teliti sendiri, begitulah Sang
Buddha mengajarkan kepada kami.
98
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada?
Ucapan benar dan berkata bohong. Buddha selalu mengajarkan kepada umat
nya untuk selalu berkata dengan benar, untuk selalu mengatakan apa yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Buddha juga melarang umatnya
untuk berkata bohong dan menyebarkan fitnah dimana-mana.
10. Bagaimana andamenyikapi hoaxdan harapan apa yang anda harapkan agar
tidak maraknya penyebaran hoax?
Sebenarnya saya pribadi geram dengan berbagai pemberitaan di media massa
yang hampir setiap harinya selalu ada berita hoax dan ujaran kebencian.
Harapan saya kedepannya agar masyarakat lebih bisa mengontrol emosi
untuk tidak mudah menyebarkan suatu berita dan bisa memilah berita yang
benar dan yang salah.
Wawancara dengan Nana
1. Apakah anda pengguna media sosial, apa saja?
Iya. WhatsApp
2. Menurut anda media sosial itu penting atau tidak, serta apa tujuan anda
menggunakan media sosial? Iya sangat penting. Alasannya, karena dengan
bermedia social saya dapat menjalin persahabatan dengan teman-teman lain
dan bisa mendapatkan informasi lain-lain (berita yang bermanfaat) juga
sebagai media berkomunikasi jarak jauh.
3. Apakah yang anda lakukan pada saat menerima suatu informasi, dan
bagaimana anda mengecek atau mengklarifikasi informasi yang diperoleh
tersebut benar atau salah?
Melakukan cross check terlebih dahulu terhadap kebenaran suatu informasi
yang diterima, cara saya mengecek suatu informasi tersebut dengan mencari
di google dan menelusuri informasi tersebut.
4. Menurut anda apa itu “hoax” dan apa saja informasi hoax yang pernah anda
peroleh dalam bentuk apa dan berupa content apa?
Hoax adalah informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.informasi hoax yang sering saya peroleh dan yang sering saya
baca baik itu di media massa atau media sosial adalah mengenai etnis dan
kesukuan biasanya berupa narasi tulisan yang sering menjelaskan dan
menyudutkan salah satu pihak.
5. Menurut anda sejauh mana dampak informasi hoax terhadap kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama?
Yang sangat saya rasakan adalah informasi hoax tersebut dapat memecah
antar bangsa dan juga dapat merusak hubungan antar umat beragama.
99
6. Menurut anda cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran
informasi hoax, dan siapa yang bertanggung jawab menghambat suatu
penyebaran informasi hoax.
Menurut saya ialah dengan cara tidak mudah terprovokasi terhadap suatu
berita baru, dengan cara ini otomatis kita dapat mempersempit tersebarnya
berita bohong tersebut. Yang paling bertanggungjawabdalam menghambat
informasi hoax tersebut adalah diri kita sendiri. Karena sesuatu kebaikan
atau pun kejahatan sejatinya bersumber dari pribadi masing-masing.
7. Jika berita hoax menerpa anda atau keluarga anda, bagaimana anda
menyikapi berita tersebut?
Mencari sumber berita dan menyelesaikannya secara musyawarah dengan
yang bersangkutan.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang ehipassiko?
Ajaran yang mengajarkan umat manusia terutama umat Buddha untuk datang
sendiri dan meneliti dengan mata kepala sendiri terhadap suatu informasi
apapun. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman dikemudian hari.
9. Bagaimana pandangan anda terhadap ajaran Buddha tentang sammavaca dan
musavada?
Sammavaca merupakan ajaran untuk selalu berkata benar, berucap dengan
benar tanpa kebohongan. Sedangkan, musavada ialah berkata bohong dengan
selalu memfitnah atau juga berkata kasar kepada orang lain dan membuat
orang lain tersebut sakit hati.
10. Bagaimana peran anda dalam menyikapi hoaxdan harapan apa yang anda
harapkan agar tidak maraknya penyebaran hoax?
Dengan maraknya penyebaran hoax beberapa tahun belakangan ini terutama
di Indonesia sendiri, membuat saya harus berhati-hati dalam menyebarkan
dan mengomentari suatu informasi terbaru. Selain lebih berhati-hati saya
juga mengedukasi diri sendiri dan orang terdekat agar jangan mudah
terprovokasi terhadap suatu informasi. Harapan saya kedepannya agar ada
efek jera terhadap orang-orang yang telah dan yang akan menyebarkan hoax
karena telah diberlakukannya undang-undang ITE di Indonesia.
100
LAMPIRAN VIII
FOTO KEGIATAN LAPANGAN
101