BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

163
BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN KATA DALAM BAHASA TULIS TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh: MEITA ENJAYANI 171232006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

Page 1: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA:

KASUS PEMEROLEHAN KATA DALAM BAHASA TULIS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh:

MEITA ENJAYANI

171232006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

i

BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA:

KASUS PEMEROLEHAN KATA DALAM BAHASA TULIS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh:

MEITA ENJAYANI

171232006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

ii

TESIS

BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA:

KASUS PEMEROLEHAN KATA DALAM BAHASA TULIS

Oleh:

MEITA ENJAYANI

NIM: 171232006

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I,

Dr. B. Widharyanto, M.Pd. tanggal 28 Juni 2021

Pembimbing II,

Drs. Pius Nurwidasa P, M.Ed., Ed.D. tanggal 28 Juni 2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

iii

BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA:

KASUS PEMEROLEHAN KATA DALAM BAHASA TULIS

Dipersiapkan dan disusun oleh:

MEITA ENJAYANI

NIM: 171232006

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal 5 Juli 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ....................................

Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ....................................

Anggota : Dr. B. Widharyanto, M.Pd. ....................................

Anggota : Drs. Pius Nurwidasa P, M.Ed., Ed.D. ....................................

Anggota : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ....................................

Yogyakarta, 5 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Juli 2021

Penulis,

Meita Enjayani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Meita Enjayani

Nomor Mahasiswa : 171232006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Bahasa Antara Pemelajar Bipa Australia:

Kasus Pemerolehan Kata Dalam Bahasa Tulis

Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

memublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

pada tanggal: 5 Juli 2021

yang menyatakan

Meita Enjayani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

viii

ABSTRAK

Enjayani, Meita. 2021. Bahasa Antara Pemelajar Bipa Australia: Kasus

Pemerolehan Kata Dalam Bahasa Tulis. Tesis. Yogyakarta: Magister

Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Produksi bahasa pemelajar dalam usahanya untuk mempelajari bahasa target oleh

Selinker (1972) dikenal dengan istilah bahasa antara. Dalam ranah BIPA, penelitian

terkait bahasa antara masih memiliki ruang untuk dilakukan. Penelitian bahasa

antara menjadi penting dilakukan untuk merumuskan sistem dan bentuk bahasa

pemelajar. Deskripsi mengenai sistem bahasa antara pemelajar merupakan

informasi aktual dan bukti mengenai identifikasi pengetahuan pemelajar, apa yang

telah dikuasai dan apa yang belum dikuasai. Dalam penelitian ini, peneliti akan

mengungkap bahasa antara seorang pemelajar BIPA Australia dengan latar

belakang bahasa Inggris sebagai bahasa Ibu dalam tataran kata.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini

diperoleh dari tulisan yang dihasilkan oleh seorang pemelajar BIPA Australia

selama proses pembelajaran bahasa Indonesia mulai bulan Februari hingga

Desember 2020. Peneliti mengumpulkan tulisan yang dihasilkan dari kelas menulis,

jurnal harian, dan juga dokumentasi percakapan pemelajar dengan peneliti.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumen analisis. Analisis data

dilakukan melalui tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil analisis data menjawab tiga rumusan masalah dalam penelitian ini. Pertama,

bentuk bahasa antara pemelajar muncul dalam beberapa kategori, yaitu penggunaan

kata ganti orang, preposisi, kata berimbuhan, kata penggolong, kata ulang, dan juga

pemilihan diksi. Kedua, bentuk bahasa antara yang muncul dalam penelitian ini

didorong oleh adanya faktor transfer bahasa, generalisasi berlebih, dan juga strategi

komunikasi pemelajar. Ketiga, hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kata

penghubung, kata keterangan, kata ganti tunjuk, kata negasi, kata tanya dan kata

ganti posisi merupakan jenis kata yang telah dikuasai oleh pemelajar. Pemelajar

masih belum menguasai jenis kata preposisi, kata ganti, kata penggolong, kata

ulang dan juga kata berimbuhan.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi penelitian lanjutan untuk

menemukan generalisasi mengenai bentuk bahasa antara dalam tingkat kata dan

juga penguasaan jenis kata pemelajar BIPA Pemula dengan B1 selain bahasa

Inggris. Selain itu, penelitian lanjutan juga dapat dilakukan dalam bentuk kajian

bahasa antara pada pemelajar BIPA tingkat menengah dan tingkat lanjut, atau pada

aspek linguistik morfologi.

Kata kunci: bahasa antara, pemelajar BIPA Australia, pemerolehan kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

ix

ABSTRACT

Enjayani, Meita. 2021. Interlanguage of Australian Beginner Level BIPA

learner: Case Study of Words Acquisition in Written Language

Production. Thesis. Yogyakarta: The Graduate Program in Indonesian

Language Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata

Dharma University.

The language production of second language learners in learning the target

language is known as interlanguage, a term coined by Selinker (1972). In the area

of BIPA, research on interlanguage is still limited so that there is still plenty of

room to conduct this research. Research on interlanguage is important to be

conducted in order to find out the system and the language form of the learners.

The description of the interlanguage form of the learners provides actual

information and evidence regarding the learner's knowledge, what has and has not

been mastered. In this study, the researcher will reveal the interlanguage form of

an Australian BIPA learner, that is an English speaker, in the word level.

This research is qualitative research. The data source in this study was obtained

from written construction produced by an Australian BIPA student during the

Indonesian language learning process from February to December 2020. The

researcher collected Indonesian language written production of the learner from

writing classes, daily journals, and also documentation of written conversation

between the learner and the researcher. Data collection was done by document

analysis method. Data analysis was carried out through the stages of data

reduction, data display and drawing conclusions.

The data analysis would answer the three formulated problems in this study. First,

the interlanguage appears in several categories, namely the use of subject and

possessive pronouns, prepositions, affixation, classifiers, reduplications, and also

diction. Second, the interlanguage form that appears in this study is caused by

language transfer, overgeneralization, and also the learner's communication

strategy. Third, the result of the study indicates that conjunctions, adverbs of time

and quantity, demonstrative, negative words, question words and prepositions of

place are the types of words that have been mastered by the learner. On the other

hand, the learner still has not mastered prepositions, subject and possessive

pronouns, classifiers, reduplication and also affixation.

The results of this study can be used as a foundation for further research to

generalize the interlanguage forms at the word level and also the vocabulary

mastery of Beginner BIPA learners with different first language. In addition, further

research can also be carried out in the form of language studies of intermediate

and advanced level BIPA learners or on linguistic aspects such as morphology.

Key words: interlanguage, Australian BIPA learners, word acquisition

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .......................................................................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xvi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8

1.5 Batasan Istilah ................................................................................................. 9

1.6 Sistematika Penyajian ................................................................................... 11

BAB II. KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori .................................................................................................. 12

2.1.1 Pemerolehan Bahasa Kedua ................................................................. 12

2.1.2 Pemelajar BIPA Tingkat Pemula ......................................................... 15

2.1.3 Pemelajar BIPA Australia .................................................................... 18

2.1.4 Pendekatan Pembelajaran Bahasa Kedua............................................. 19

2.1.4.1 Analisis Kontras ....................................................................... 19

2.1.4.2 Analisis Eror ............................................................................ 23

2.1.4.3 Bahasa Antara .......................................................................... 24

2.1.5 Kata Dalam Sistem Bahasa Indonesia.................................................. 35

2.2 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

xiii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 43

3.2 Sumber Data dan Data .................................................................................. 45

3.3 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 49

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 50

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................................. 53

3.6 Triangulasi Data ............................................................................................ 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ............................................................................................... 61

4.1.1 Konteks Penelitian ............................................................................... 61

4.1.2 Data Penelitian ..................................................................................... 62

4.2 Analisis Data ................................................................................................. 64

4.2.1 Bentuk Bahasa Antara Tingkat Kata .................................................... 65

4.2.1.1 Penggunaan Kata Ganti Orang .......................................................... 66

4.2.1.2 Penggunaan Preposisi ....................................................................... 69

4.2.1.3 Penggunaan Kata Berimbuhan .......................................................... 72

4.2.1.3 Penggunaan Kata Penggolong .......................................................... 87

4.2.1.3 Penggunaan Kata Reduplikasi........................................................... 88

4.2.1.3 Pemilihan Diksi ................................................................................. 90

4.2.2 Faktor Penyebab Munculnya Bahasa Antara ....................................... 94

4.2.2.1 Transfer Bahasa ................................................................................. 94

4.2.2.2 Generalisasi Berlebih ........................................................................ 96

4.2.2.3 Strategi Komunikasi .......................................................................... 97

4.3.2 Pemerolehan Jenis Kata ....................................................................... 99

4.3 Pembahasan ................................................................................................... 107

4.3.1 Bentuk Bahasa Antara .......................................................................... 107

4.3.2 Faktor Penyebab Munculnya Bahasa Antara ....................................... 117

4.3.3 Pemerolehan Jenis Kata Pemelajar ...................................................... 122

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 127

5.2 Saran .............................................................................................................. 129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

xiv

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 131

LAMPIRAN ....................................................................................................... 136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1: Sistem Bahasa Antara ................................................................................................. 25

2.2: Perkembangan Bahasa Antara .................................................................................... 27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

xvi

DAFTAR SKEMA

2.1: Kerangka Berpikir ....................................................................................................... 40

3.1: Proses Reduksi Data ................................................................................................... 55

4.1: Eror Pengunaan Kata Ganti -nya ............................................................................. 109

4.2: Perubahan Penggunaan Preposisi ............................................................................ 110

4.3: Perubahan Penggunaan Afiksasi -an ....................................................................... 113

4.4 Perubahan Penggunaan Afiksasi me- ....................................................................... 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

xvii

DAFTAR TABEL

3.1: Rincian Tulisan Pemelajar dari Kelas Menulis ....................................................... 45

3.2: Rincian Jurnal Harian Pemelajar ............................................................................... 46

3.3: Identifikasi Kalimat Pemelajar dalam Jurnal Harian .............................................. 47

3.4: Analisis Error Kalimat Pemelajar dalam Tugas Kelas Bahasa ............................. 48

4.1: Eror Penggunaan Kata Ganti -nya .............................................................................. 69

4.2: Eror Penggunaan Preposisi ......................................................................................... 70

4.3: Eror dalam Afiksasi ..................................................................................................... 73

4.4: Eror dalam Diksi .......................................................................................................... 90

4.5: Eror dalam Penggunaan Kosakata Bahasa Inggris .................................................. 93

4.6: Bukti Proses Transfer Bahasa Pemelajar .................................................................. 94

4.7: Kutipan Wawancara Dengan Pemelajar .................................................................... 98

4.8: Urutan Pemerolehan Kata Ganti Pemelajar ............................................................ 124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

xviii

DAFTAR BAGAN

4.1: Distribusi Penggunaan Kata Ganti Orang ................................................................. 66

4.2: Distribusi Penggunaan Kata Ganti -ku, -mu dan -nya ............................................. 67

4.3: Bagan Frekuensi Eror Penggunaan Kata Ganti Orang ............................................ 68

4.4: Distribusi Penggunaan Preposisi ................................................................................ 70

4.5: Distribusi Penggunaan Kata Berimbuhan ................................................................. 72

4.6: Distribusi Penggunaan Kata Penggolong .................................................................. 87

4.7: Distribusi Penggunaan Kata Bilangan Tingkat ...................................................... 100

4.8: Distribusi Penggunaan Kata Negasi ........................................................................ 100

4.9: Distribusi Penggunaan Kata Tanya .......................................................................... 101

4.10: Distribusi Penggunaan Kata Ganti Tunjuk ........................................................... 102

4.11: Distribusi Penggunaan Kata Ganti Posisi ............................................................. 102

4.12: Distribusi Penggunaan Kata Keterangan .............................................................. 103

4.13: Distribusi Penggunaan Kata Hubung .................................................................... 103

4.14: Distribusi Eror Penggunaan Kata Ganti ................................................................ 104

4.15: Distribusi Eror Penggunaan Preposisi ................................................................... 105

4.16: Distribusi Eror Penggunaan Kata Berimbuhan .................................................... 105

4.17: Distribusi Eror Pengguanaan Kata Penggolong ................................................... 106

4.18: Distribusi Eror Penggunaan Kata Ulang ............................................................... 107

4.19: Urutan Jenis Kata Yang Dikuasai Pemelajar ........................................................ 123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu (B1) berbeda dengan

proses pemerolehan bahasa kedua (B2). Proses pemerolehan bahasa pertama

terjadi secara alamiah atau nature. Hal ini dapat diamati dari proses pemerolehan

bahasa seorang anak yang mulai berbicara dalam bahasa ibu. Sementara itu,

proses pemerolehan bahasa kedua terjadi secara nurture atau dengan sengaja

mempelajari aturan-aturan bahasa target. Dengan adanya proses ini, pemerolehan

bahasa kedua tidak selalu sukses seperti pencapaian pemerolehan bahasa pertama

seorang anak.

Dalam proses pembelajaran B2, pemelajar seringkali menemui suatu

kesulitan yang menyebabkan munculnya suatu kesalahan produksi bahasa (Widia,

2021) . Hal ini wajar terjadi karena adanya perbedaan kaidah antara B2 dan B1.

Pada kasus pemelajar BIPA, khususnya pemelajar tingkat pemula yang baru mulai

belajar dan mengenal bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, produksi bahasa

pemelajar cenderung dipengaruhi oleh bahasa pertama pemelajar. Suyitno (2017)

mengungkapkan bahwa pada tahap awal pembelajaran BIPA, pembelajar masih

sangat dipengaruhi oleh bahasa, budaya, dan gaya belajar pertama yang mereka

pelajari. Selain itu, pengetahuan pemelajar mengenai B2 juga masih terbatas. Oleh

karena itu, dalam usahanya untuk menguasai B2, pemelajar biasanya akan

memakai diksi yang tidak tepat, membentuk suatu kata yang bahkan tidak ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

2

dalam B2, dan juga mengkonstruksi suatu frasa atau kalimat yang kurang atau

tidak sesuai dengan kaidah B2 (Inderasari & Agustina, 2018; Pratiwi, 2017;

Yahya, 2018).

Fenomena ini juga dapat diamati pada pemelajaran bahasa Indonesia bagi

penutur asing (BIPA). Salah satunya adalah kasus pemelajar Australia yang

mempelajari bahasa Indonesia sebagai B2. Pembelajaran bahasa Indonesia bagi

pemelajar Australia termasuk dalam ranah pembelajaran bahasa kedua (B2). Gass

dan Selinker (2001), mendefinisikan pemerolehan bahasa kedua untuk merujuk

pada suatu proses pembelajaran bahasa selain bahasa ibu, setelah bahasa ibu telah

dikuasai. Bahasa Inggris merupakan bahasa ibu pemelajar Australia, sedangkan

bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua yang dipelajari oleh pemelajar.

Pada kasus pemelajaran BIPA, bentuk produksi bahasa Indonesia yang

tidak sesuai dengan kaidah dapat muncul pada tingkat kata. Kata menjadi suatu

hal yang penting untuk dipelajari oleh pemelajar bahasa kedua karena pemilihan

kata yang tidak tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman dari apa yang ingin

disampaikan (Siagian, 2020). Berdasarkan kerangka standard kelulusan yang

dirumuskan oleh Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur

Asing (APPBIPA), penguasaan beberapa jenis kosakata mendominasi jenis

kompetensi yang harus dikuasai oleh pemelajar BIPA tingkat pemula.

Bentuk kata yang belum dikuasai oleh pemelajar dapat menimbulkan suatu

produksi bahasa yang tidak sesuai dengan konteks kalimat yang ingin

disampaikan, atau tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

3

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari konstruksi kalimat pemelajar pada bulan April

yang diambil dari kelas bahasa berikut:

KB.04.28 “Saya bermain gitar dan bass di band untuk dua tahun.”

Penggunaan preposisi untuk pada konstruksi kalimat tersebut tidak tepat untuk

mengungkapkan suatu kurun waktu karena preposisi untuk berfungsi untuk

menandai hubungan peruntukan (Muslich, 2010). Preposisi yang tepat dipakai

adalah selama karena preposisi ini berfungsi untuk menyatakan hubungan kurun

waktu (Muslich, 2010). Konstruksi kalimat tersebut juga mengindikasikan bahwa

pemelajar terpengaruh B1 sehingga memiliki kecenderungan untuk

menerjemahkan suatu kata secara harafiah. Pemelajar mengenal kata untuk dalam

bahasa Indonesia sebagai suatu kata yang dapat menggantikan atau memiliki arti

yang sama seperti preposisi yang dikenalnya dalam bahasa Inggris, yaitu for.

Dalam bahasa Inggris, preposisi for dapat dipakai untuk menyatakan hubungan

peruntukan dan juga hubungan rentang waktu.

Selain itu, salah satu jenis kata yang cukup kompleks untuk dikuasai oleh

pemelajar BIPA adalah kata berimbuhan sehingga pemelajar seringkali

melakukan kesalahan baik dalam pembentukan maupun penggunaan kata

berimbuhan (Musthafa & Rahmawati, 2021; Ratnawati, 2012; Setyaningrum et

al., 2018). Pemelajar bahasa Indonesia dapat saja menambahkan, menghilangkan,

atau memakai afiks yang tidak tepat (Ratnawati, 2012). Produksi pembentukan

kata yang tidak tepat dapat dilihat dari jurnal harian pemelajar Australia yang

ditulis pada bulan November:

JH.11.38 “Di danau kami melakukan perayaan pernikah.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

4

Bentuk kata pernikah tidak tepat dipakai dalam konteks kalimat tersebut. Bentuk

kata yang benar adalah dengan menambahkan konfiks per-an, sehingga bentuk

kata menjadi pernikahan. Penambahan konfiks per-an sesuai dalam kalimat ini

karena fungsi per-an adalah untuk membentuk kata benda dan mengungkapkan

makna peristiwa itu sendiri (Keraf, 1980).

Bentuk-bentuk produksi bahasa yang kurang atau tidak sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia muncul dalam sebagian besar konstruksi kalimat yang

ditulis oleh pemelajar Australia. Selain karena pengetahuan pemelajar yang

terbatas mengenai B2, hal ini juga disebabkan oleh pengaruh B1 pemelajar.

Pemelajar masih memakai diksi atau kaidah B1 yang telah dikuasai dalam

memproduksi B2. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Lado dalam bukunya

Linguistic Across Cultures (1957), bahwa seseorang cenderung akan mentransfer

bentuk, makna, serta budaya dari B1 ke B2.

“Individuals tend to transfer the forms and meanings, and the distribution of

forms and meanings of their native language and culture to the foreign

language and culture – both productively when attempting to speak the

language and act in the culture, and receptively when attempting to grasp and

understand the language and the culture as practiced by natives.”

(Lado, 1957: 2)

Dalam kasus ini, pemelajar mentrasfer kaidah bahasa Inggris sebagai B1 kedalam

kaidah Bahasa Indonesia sebagai B2 yang diproduksi.

Bahasa yang dikonstruksi pemelajar dalam upayanya menguasai B2 oleh

Selinker disebut sebagai interlanguage atau bahasa antara. Selinker (1972)

menyebut bahwa bahasa antara merupakan suatu sistem bahasa baru yang berbeda

dengan kaidah B2 maupun kaidah B1 yang telah dikuasai pemelajar. Bahasa

antara menjadi suatu gambaran dari usaha pemelajar untuk mengkonstruksi suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

5

sistem bahasa yang secara bertahap mendekati sistem B2. Dengan kata lain,

pemerolehan bahasa pemelajar berkembang seiring dengan masukan B2 yang

dipelajari.

Bahasa antara merupakan suatu proses mental yang terjadi dalam pikiran

pemelajar, sehingga hal ini tidak dapat diteliti secara spesifik. Akan tetapi, bentuk

bahasa antara dapat diperoleh melalui bukti yang berupa produksi bahasa

pemelajar, baik dalam bentuk tulisan maupun tuturan lisan. Produksi bahasa

pemelajar menjadi sumber data untuk melakukan penelitian bahasa antara. Gass

dan Selinker (2001) memaparkan dan memberi contoh bagaimana sumber data

yang berupa tulisan dari tiga penutur asli Arab Mesir yang tengah belajar bahasa

Inggris diteliti. Data ini dianalisis untuk menemukan pola bahasa antara pemelajar

dalam pemakaian bentuk jamak, verb+ing, serta preposisi bahasa Inggris.

Dalam konteks BIPA, penelitian mengenai bahasa antara yang diproduksi

oleh pemelajar BIPA masih memiliki ruang untuk dilakukan. Berdasarkan hasil

pencarian peneliti, penelitian terkait bahasa antara yang dapat ditemukan berupa

penelitian pragmatik bahasa antara. Primantari dan Wijana (2017) melakukan

penelitian untuk mengungkap bentuk bahasa antara dalam tindak tutur meminta

oleh pemelajar BIPA dari Korea. Penelitian lain dilakukan oleh Zubaidi (2013)

untuk menemukan bahasa antara dalam realisasi keluhan oleh pembelajar asing

bahasa Indonesia. Penelitian terkait pembelajaran bahasa kedua yang sudah ada

cenderung menitikberatkan pada identifikasi kesalahan produksi bahasa

pemelajar. Identifikasi eror yang diungkap juga hanya sebatas deskripsi eror

pemelajar, tanpa menggali lebih lanjut faktor yang mendorong terbentuknya eror

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

6

tersebut. Selain itu, data yang seringkali dipakai dalam identifikasi eror pemelajar

diambil dari produksi bahasa pemelajar dalam satu waktu tertentu sehingga

perkembangan produksi bahasa pemelajar tidak dapat dikaji secara lebih detail.

Fakta mengenai bentuk produksi bahasa yang dihasilkan oleh pemelajar

bahasa kedua dan juga ruang penelitian mengenai ranah pemerolehan bahasa

kedua mendorong peneliti untuk mengungkap secara khusus pola bahasa antara

yang dikonstruksi oleh pemelajar Australia. Kajian dalam kasus pemelajar

Australia juga menjadi menarik mengingat banyaknya jumlah pemelajar bahasa

Indonesia dari Australia. Berdasarkan laman Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa (2012), Australia merupakan negara dengan jumlah lembaga

penyelenggara BIPA tertinggi, yaitu sejumlah 113 lembaga. Sebagai tetangga

dekat Indonesia, Australia memiliki perhatian khusus terhadap bahasa Indonesia.

Beberapa sekolah di Australia bahkan mewajibkan siswanya untuk belajar Bahasa

Indonesia. Slaughter (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia pertama kali diperkenalkan kepada siswa sekolah menengah di

Australia pada tahun 1966. Berdasarkan silabus yang efektif dipakai mulai tahun

2017, disebutkan bahwa Australia merupakan penyedia pembelajaran bahasa

Indonesia di sekolah yang terbesar, selain Indonesia sendiri.

Bentuk bahasa antara yang muncul dalam produksi tulisan pemelajar

Australia dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia serta faktor-faktor yang

berpengaruh dalam kemunculan bentuk bahasa antara pemelajar menjadi hal yang

penting untuk diungkap. Penelitian ini juga dapat melengkapi teori terkait bahasa

antara, khususnya dalam penguasaan bahasa Indonesia pemelajar karena bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

7

bahasa antara mengindikasikan apa yang sudah dan belum dikuasai oleh

pemelajar. Fokus dalam penelitian ini adalah bentuk bahasa antara tingkatan kata.

Hal ini dipilih karena berdasarkan rumusan dalam standard kompetensi lulusan

(SKL) pemelajar BIPA tigkat pemula, jenis-jenis kata mendominasi daftar

kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang pemelajar BIPA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk bahasa antara yang muncul dalam tulisan pemelajar BIPA

Australia tingkat pemula pada tingkat kata?

2. Faktor apa yang mendorong munculnya bentuk-bentuk bahasa antara dalam

tulisan pemelajar BIPA Australia tingkat pemula?

3. Bagaimana pemerolehan jenis kata pemelajar BIPA Australia tingkat pemula?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, tujuan melakukan

penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk bahasa antara pada tingkat kata yang muncul dalam

proses pembelajaran bahasa Indonesia pemelajar BIPA Australia tingkat

pemula.

2. Mengidentifikasi faktor yang mendorong munculnya pola bahasa antara dalam

proses pembelajaran bahasa Indonesia pemelajar BIPA Australia tingkat

pemula.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

8

3. Mendeskripsikan pemerolehan jenis kata pemelajar BIPA Australia tingkat

pemula.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai pola bahasa antara yang muncul dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia pemelajar Australia tingkat pemula diharapkan

dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis yang dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori

terkait bahasa antara, khususnya mengenai pembelajaran bahasa Indonesia

sebagai bahasa kedua. Selain itu, penelitian ini juga memberikan kontribusi

mengenai urutan pemerolehan jenis kata pemelajar BIPA.

2. Manfaat Praktis

a. Pengajar BIPA

Hasil dari penelitian ini memaparkan bentuk bahasa antara yang muncul

dalam pembelajaran bahasa Indonesia pemelajar Australia tingkat pemula.

Melalui paparan ini, pengajar BIPA dapat memahami fenomena yang

terjadi dalam proses pembelajaran bahasa kedua serta mengidentifikasi

faktor yang mendorong munculnya produksi bahasa antara dalam proses

perkembangan belajar siswa. Hal ini diharapkan dapat membantu pengajar

untuk memberikan instruksi pembelajaran yang sesuai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

9

b. Peneliti lain

Topik ini dapat menjadi suatu referensi baru bagi peneliti lain yang

memiliki fokus serupa terkait bahasa antara dalam pembelajaran BIPA.

Topik serupa dapat diteliti untuk membuat generalisasi lebih lanjut

mengenai bentuk bahasa antara yang muncul pada pemelajar BIPA pada

level tertentu atau untuk mengidentifikasi bahasa antara pemelajar dengan

bahasa ibu selain bahasa Inggris.

1.5 Batasan Istilah

1. Bahasa Antara

Bahasa antara dalam penelitian ini mengacu pada definisi yang

dikemukakan oleh Selinker (1972). Bahasa antara didefinisikan sebagai suatu

sistem bahasa baru yang terbentuk ketika seseorang belajar bahasa kedua. Sistem

bahasa ini berbeda dari sistem bahasa ibu pemelajar maupun sistem bahasa dalam

bahasa target. Bahasa antara menjadi fokus utama dalam penelitian ini, khususnya

terkait bahasa antara dalam tataran kata yang muncul dalam tulisan yang

diproduksi oleh pemelajar Australia yang sedang belajar bahasa Indonesia.

2. Pemelajar BIPA Tingkat Pemula

Pemelajar BIPA merupakan pemelajar asing yang mempelajari bahasa

Indonesia sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Berdasarkan kompetensi yang

dimiliki, pemelajar BIPA dapat dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat dasar,

menengah dan juga tingkat lanjut. Dalam penelitian ini, partisipan merupakan

pemelajar BIPA tingkat dasar/pemula. Peneliti memiliki asumsi bahwa bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

10

bahasa antara yang muncul pada pemelajar tingkat pemula lebih jelas terlihat dan

lebih bervariasi.

3. Pemelajar Australia

Pemelajar Australia yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

seorang mahasiswa dari salah satu universitas di Australia. Pemelajar telah belajar

bahasa Indonesia selama dua tahun semenjak tahun 2019. Pemelajar mengambil

mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas selama dua semester pada tahun

2019. Pada tahun 2020, pemelajar mengikuti program immersion yang melibatkan

proses pembelajaran bahasa Indonesia di salah satu universitas di Indonesia.

Selain itu, pemelajar juga mengikuti kursus bahasa Indonesia secara mandiri di

Perth, Australia.

4. Pemerolehan Kata

Pemerolehan kata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemerolehan

jenis kata yang dirumuskan dalam standard kompetensi lulusan (SKL) Afiliasi

Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA). Jenis kata

ini adalah jenis kata yang seharusnya dikuasai oleh seorang pemelajar pemula.

Jenis kata ini adalah kata ganti orang, kata bilangan tingkat, kata negasi, kata

tanya, kata ganti tunjuk, posisi dan lokasi, kata depan, kata berimbuhan, kata

keterangan, kata hubung, kata penggolong, kata seru, dan juga kata ulang.

5. Bahasa Tulis

Bahasa tulis dalam penelitian ini berupa konstruksi kalimat tertulis yang

diproduksi oleh pemelajar sebagai partisipan dalam penelitian ini. Konstruksi

kalimat ini dihasilkan ketika pemelajar mengikuti kelas bahasa Indonesia, dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

11

jurnal harian dan juga percakapan tertulis dengan peneliti. Produksi bahasa tulis

pemelajar ini dihaasilkan dari bulan Februari hingga Desember 2020.

1.6 Sistematika Penyajian

Penyajian penelitian ini terbagi menjadi lima bab. Bab satu merupakan

bagian pendahuluan yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian.

Bab kedua merupakan kajian teori yang berisi uraian teori dan penelitian

terdahulu yang relevan untuk dipakai peneliti dalam menganalisis data dan

menjawab rumusan masalah. Selanjutnya, bab tiga merupakan bagian metode

penelitian. Bab ini memuat jenis penelitian, objek penelitian, sumber data, metode

dan teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan teknik analisis data. Bab

empat meencakup deskripsi data, hasil penelitian dan juga pembahasan. Bab lima

merupakan bab penutup yang berisi simpulan mengenai hasil penelitian dan saran

bagi peneliti selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bagian ini terdiri dari dua sub-bab, yaitu kajian teori dan juga kerangka

berpikir. Kajian teori memuat teori-teori dan juga penelitian relevan yang

mendukung penelitian ini. Sementara itu, kerangka berpikir menguraikan konsep

logis penggunaan teori sebagai landasan dalam menjawab rumusan masalah.

2.1 Kajian Teori

Teori yang dipaparkan terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisi

teori-teori mengenai pemerolehan bahasa kedua. Bagian kedua berisi teori

mengenai pemelajar BIPA tingkat pemula. Bagian ketiga berisi teori mengenai

pemelajar BIPA Australia. Bagian keempat berisi teori pendekatan penelitian

pemerolehan bahasa kedua yang meliputi analisis kontras, analisis eror, dan juga

bahasa antara. Bagian terakhir berisi teori mengenai kata dalam sistem bahasa

Indonesia.

2.1.1 Pemerolehan Bahasa Kedua

Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari selain bahasa ibu. Dengan

kata lain, pembelajaran bahasa ketiga, keempat dan seterusnya juga termasuk

dalam ranah pembelajaran bahasa kedua. Gass dan Selinker (2001) maupun Ellis

(1997) sama-sama menyatakan bahwa pemerolehan bahasa kedua merupakan

suatu proses pembelajaran bahasa selain bahasa ibu, setelah bahasa ibu telah

dikuasai. Pemerolehan bahasa kedua ini dapat terjadi baik di dalam atau di luar

kelas. Ellis (1997) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa secara natural sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

13

hasil dari tinggal di negara dimana bahasa target dipakai maupun belajar di kelas

melalui instruksi pembelajaran masuk dalam ranah pemerolehan bahasa kedua.

Dalam pembelajaran bahasa kedua, terjadi proses pemerolehan dan juga

pembelajaran bahasa. Proses pemerolehan dikenal sebagai proses alamiah dalam

konteks informal sedangkan proses pembelajaran didefinisikan sebagai proses

formal secara sadar untuk mempelajari kaidah kebahasaan. Menurut Krashen

(1981), proses pemerolehan bahasa kedua dapat terjadi secara attitude dan juga

aptitude. Attitude adalah pemerolehan bahasa secara tidak sadar dimana pemelajar

dapat memperoleh dan memahami bahasa kedua dengan metode mendengarkan

dan membaca. Aptitude adalah pemerolehan bahasa kedua secara sadar dengan

mempelajari dan memperhatikan bentuk, memahami aturan, dan secara umum

memahami proses bahasa itu sendiri.

Salah satu gagasan yang menjadi fokus dalam pemerolehan bahasa kedua

adalah mengenai apa yang disebut dengan transfer bahasa. Gass dan Selinker

(2001) mengungkapkan bahwa istilah transfer bahasa dipakai untuk merujuk pada

suatu proses psikologi dimana pembelajaran yang telah diperoleh sebelumnya

akan dipakai dalam situasi belajar yang baru. Postman (1971) dalam Gas dan

Selinker (2001) memaparkan suatu konsep pembelajaran yang dapat diaplikasikan

dalam konsep pembelajaran bahasa kedua. Konsep ini menyatakan bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses akumulatif. Ini berarti bahwa semakin

banyak pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh seseorang, akan ada

kecenderungan untuk membentuk suatu konsep pembelajaran baru yang

dipengaruhi oleh pengalaman dan aktivitas terdahulunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

14

Dalam pemerolehan bahasa kedua, pengalaman dan pengetahuan terdahulu

yang dimiliki pemelajar berkaitan erat dengan B1 pemelajar. Ellis (1997)

menyebut pengaruh B1 dalam proses pemerolehan bahasa kedua ini disebut

dengan tranfer B1. Transfer bahasa dibedakan menjadi transfer positif

(facilitation) dan transfer negatif (interference). Hal ini mengacu pada suatu

pandangan mengenai hasil transfer, apakah menghasilkan sesuatu yang benar atau

salah.

Banyak penelitian mengenai transfer bahasa yang dapat ditemukan. Amin

(2017), melakukan penelitian untuk menemukan bukti transfer bahasa dalam

proses pembelajaran Spanyol sebagai B2. Hasil dari penelitian ini menyatakan

bahwa transfer bahasa terjadi ketika seseorang mencoba berkomunikasi dalam

bahasa target tetapi memiliki keterbatasan dalam pengetahuan linguistik.

Sementara itu, Erdocia dan Laka (2018), melakukan penelitian serupa untuk

melihat transfer negatif mengenai urutan kata dalam kalimat pemelajar bahasa

Spanyol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika bahasa partama dan bahasa

kedua berbeda, aturan yang berlaku dalam sistem bahasa pemelajar akan saling

berkompetisi dan menghasilkan transfer negative. Selanjutnya, Brogan dan Son

(2015), melakukan studi kasus untuk menganalisa tipe eror dan frekuensinya

untuk mengetahui proses transfer dalam beberapa tingkatan kelas yang berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa transfer bahasa menjadi lebih sedikit ketika

penguasaan bahasa pemelajar ada pada tingkat lebih tinggi dan bahwa frekuensi

eror yang terjadi berubah dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

15

2.1.2 Pemelajar BIPA Tingkat Pemula

Suharsono (2015), mengugkapkan bahwa lembaga penyelenggara

pengajaran BIPA di Indonesia membagi peringkat kemahiran atas tiga tingkat,

yaitu dasar, madya/menengah, dan lanjut. Berdasarkan kelas bahasa Indonesia

yang diikuti partisipan terakhir kali, partisipan merupakan pemelajar tingkat dasar

atau tingkat pemula. Hal ini berarti bahwa pemelajar masih berada pada tingkat

awal dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.

Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

(APPBIPA) telah menetapkan suatu kerangka kompetensi lulusan kursus dan

pelatihan untuk bidang Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang

diadaptasi dari Common European Framework of Reference for Languages

(CEFR) yang merupakan kerangka acuan bahasa asing di wilayah Eropa.

APPBIPA membagi tingkat kemahiran pemelajar menjadi tujuh. Perbandingan

antara rumusan tingkat dari CEFR dengan tingkat BIPA oleh APPBIPA

menunjukkan bahwa kriteria level A1 dan A2 tingkat beginner CEFR memiliki

komponen yang sama seperti level BIPA 1 dan BIPA 2. Dengan demikian, tingkat

pemula dalam BIPA meliputi BIPA 1 dan BIPA 2.

Deskripsi Tingkatan Menurut CEFR Deskripsi Tingkatan Menurut APPBIPA

A1

Can understand and use familiar everyday

expressions and very basic phrases aimed

at the satisfaction of needs of a concrete

type. Can introduce him/herself and others

and can ask and answer questions about

personal details such as where he/she

lives, people he/she knows and things

he/she has. Can interact in a simple way

provided the other person talks slowly and

clearly and is prepared to help.

BIPA 1

Mampu memahami dan menggunakan

ungkapan konteks perkenalan diri dan

pemenuhan kebutuhan konkret sehari-

hari dan rutin dengan cara sederhana

untuk berkomunikasi dengan mitra

tutur yang sangat kooperatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

16

A2

Can understand sentences and frequently

used expressions related to areas of most

immediate relevance(e.g.very basic

personaland familyinformation, shopping,

local geography,employment). Can

communicate in simple and routine tasks

requiring a simple and direct exchange of

information on familiar and routine

matters. Can describe in simple terms

aspects of his/her background, immediate

environment and matters in areas of

immediateneed.

BIPA 2

Mampu mengungkapkan perasaan

secara sederhana, mendeskripsikan

lingkungan sekitar, dan

mengkomunikasikan kebutuhan sehari-

hari dan rutin.

Tabel 2.1 Perbandingan Rumusan Tingkat Kelas Bahasa Menurut CEFR dan APPBIPA

APPBIPA juga telah merumuskan kompetensi beserta indikator untuk

masing-masing kompetensi. Kompetensi memuat pengetahuan yang seharusnya

dikuasai oleh pemelajar BIPA. Berdasarkan fokus penelitian, peneliti hanya akan

merangkum kompetensi yang memuat jenis kata yang seharusnya dikuasai oleh

pemelajar BIPA tingkat pemula atau BIPA 1 dan BIPA 2. Hal ini dapat

dirangkum dalam tabel 2.2.

Kompetensi Indikator

Menguasai

pengetahuan

tentang penggunaan

kata ganti orang.

Menggunakan kata ganti orang I, II, III (saya, Anda, aku,

kamu, ia/dia, nama, kalian, mereka, kami, kita) dengan

tepat.

Menggunakan kata ganti milik (-ku, -mu, -nya) dengan

tepat.

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

bilangan tingkat.

Menggunakan kata bilangan tingkat (kesatu, kedua, dst.)

dengan tepat.

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

negasi.

Menggunakan kata negasi: bukan, tidak.

Menguasai

pengetahuan

tentang penggunaan

kata tanya.

Menggunakan kata tanya siapa, di mana, berapa, dari mana,

bagaimana dengan tepat.

Menggunakan kata tanya apa, berapa, kapan dengan tepat.

Menggunakan kata tanya bagaimana dan mengapa.

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

ganti tunjuk

Menggunakan kata ganti tunjuk: ini dan itu dengan tepat

(memperkenalkan orang lain atau menunjukkan sesuatu).

Menggunakan atau ganti tunjuk: (sana, sini, situ) dengan

tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

17

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan posisi

dan lokasi.

Menggunakan posisi dan lokasi: di atas, di bawah, di

kanan, di kiri, di antara, di tengah, di luar, di dalam, di

pojok/di sudut dengan tepat.

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

depan.

Menggunakan kata depan: di, ke, dari, pada, kepada dengan

tepat.

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

kerja berimbuhan.

Menggunakan kata kerja berimbuhan ber- beserta

alomorfnya yang memiliki makna ‘melakukan aktivitas’,

‘punya’, dan ‘pakai’ dengan tepat.

Menggunakan kata kerja berimbuhan me- beserta

alomorfnya yang maknanya ‘melakukan aktivitas’ dengan

tepat.

Menggunakan imbuhan –an dengan makna ‘hasil/sesuatu

yang di-’.

Menggunakan alomorf me-.

Menggunakan imbuhan me- dengan makna ‘membuat’.

‘menggunakan alat’, ‘mengeluarkan suara seperti ...’,

‘menuju ke-...‘.

Menggunakan imbuhan ber- dengan makna ‘naik...’,

‘mengeluarkan’, ‘mengandung’, ‘dalam keadaan’, ‘dalam

kelompok’, dan ‘banyak/beberapa’.

menggunakan imbuhan pe- beserta alomorfnya dengan arti

‘pelaku/alat’, ‘profesi’, dan ‘mempunyai karakter’.

Menggunakan imbuhan ber-an dan ber-kan

Menggunakan imbuhan –an dengan makna ‘alat’, ‘tempat’,

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

keterangan.

Menggunakan kata keterangan aspek: belum, sudah, akan,

sedang dengan tepat.

Menggunakan kata keterangan waktu: besok, kemarin,

lusa, sejak, sekarang, nanti, dll. dengan tepat

Menggunakan kata keterangan penanda frekuensi (sering,

jarang, pernah, dll.)

Menggunakan kata keterangan (beberapa, banyak, sedikit,

dll.)

Menggunakan kata keterangan: sangat, agak, kurang,

sekali, terlalu

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

hubung.

Menggunakan kata hubung penambahan: dan, atau, lalu

Menggunakan kata hubung: karena, sambil, ketika,

sementara, tetapi.

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

penggolong.

Menggunakan kata penggolong:

seorang, seekor, sebuah, dll..

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

seru.

Kata seru wow, aduh, astaga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

18

Menguasai

pengetahuan tentang

penggunaan kata

ulang.

Kata ulang: anak-anak, teman-teman, rumah-rumah, dll..

Tabel 2.2 Rangkuman Kompetensi Jenis Kata Pemelajar BIPA Tingkat Pemula

Berdasarkan rangkuman tersebut, dapat dilihat bahwa jenis kata yang seharusnya

dikuasai oleh seorang pemelajar pemula adalah kata ganti orang, kata bilangan

tingkat, kata negasi, kata tanya, kata ganti tunjuk, posisi dan lokasi, kata depan,

kata berimbuhan, kata keterangan, kata hubung, kata penggolong, kata seru, dan

juga kata ulang.

2.1.3 Pemelajar BIPA Australia

Pemelajar BIPA Australia berasal dari komunitas etnis yang berbeda-beda

karena banyaknya kaum imigran yang berdatangan ke Australia (Riana, 2020).

Semenjak pertengahan abad ke 19, bahasa Inggris menjadi dominan dan dipakai

oleh kelompok bukan penutur Bahasa Inggris untuk berkomunikasi satu sama

lain. O'Shannessy dan Meakins (2016) menyebut bahwa bahasa Inggris

merupakan bahasa pertama dari 83% populasi di Australia.

Pembelajaran bahasa Indonesia di Australia merupakan pembelajaran

bahasa kedua. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan di sekolah-sekolah di

Australia karena beberapa faktor. Alasan utama adalah karena ekonomi,

pendidikan, serta kemungkinan lapangan pekerjaan (Fhonna & Yusuf, 2020).

Meskipun ketertarikan pemelajar Australia dalam belajar bahasa Indonesia

menurun, data kuantitatif menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan

bahasa utama yang diajarkan di sekolah-sekolah Australia (Kohler & Mahnken,

2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

19

Dengan latar belakang bahasa Inggris sebagai bahasa pertama pemelajar

BIPA Australia, produksi B2 pemelajar juga akan dipengaruhi fitur-fitur linguistik

yang berlaku pada sistem bahasa Inggris. Hal ini yang kemudian

menimbulkan suatu bentuk-bentuk eror dalam produksi bahasa Indonesia

pemelajar. Bentuk eror ini dapat berupa penggunaan suatu bentuk kata atau

frasa yang terdengar aneh atau tidak ditemukan dalam konstruksi penutur asli

dalam mengungkapkan makna yang sama. Hal ini muncul ketika pemelajar

memakai pengetahuan atau kaidah B1 dalam memproduksi B2.

2.1.4 Pendekatan Penelitian Pembelajaran Bahasa Kedua

Penelitian mengenai pembelajaran bahasa kedua menghasilkan beberapa

sudut pandang terkait eror yang diproduksi pemelajar. Analisis kontras dan

analisis eror muncul dengan hipotesis yang berbeda mengenai apakah B1 atau B2

yang memberikan pengaruh terhadap eror yang dihasilkan. Namun demikian,

penelitian-penelitian empiris selanjutnya menunjukkan bahwa eror yang

diproduksi pemelajar bukan hanya dipengaruhi oleh B1 ataupun B2. Hal ini

memicu gagasan mengenai bahasa antara yang mendeskripsikan eror dalam proses

pemerolehan bahasa kedua.

2.1.4.1 Analisis Kontras

Pada tahun 1950 – 1960, peneliti banyak meneliti mengenai gagasan

bahwa bahasa merupakan suatu kebiasaan. Dalam hal ini, pembelajaran bahasa

kedua dilihat sebagai suatu proses perkembangan serangkaian kebiasaan baru. Hal

ini juga diungkapkan oleh Ellis (1997), bahwa teori psikologi yang dominan pada

tahun 1959 dan 1960 adalah teori pembelajaran behaviorist. Menurut teori ini,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

20

pembelajaran bahasa sama seperti pembelajaran lain yang melibatkan konstruksi

kebiasaan. Konstruksi kebiasaan dibentuk melalui praktik dengan stimulus dan

respon. Menurut Gas dan Selinker (2001), konsep ini memicu munculnya analisis

kontras. Analisis kontras membandingkan kedua bahasa menjadi suatu deskripsi

yang valid dari suatu konsep mengganti kebiasaan lama dengan suatu kebiasaan

baru.

Teori kontras dikembangkan oleh Lado. Analisis kontras oleh Lado (1957)

menyebutkan bahwa kita dapat mengidentifikasi properti bahasa antara dalam

bahasa ibu dan juga bahasa target. Analisis kontras membandingkan perbedaan

struktur bahasa antara B1 dan B2. Hal ini meliputi perbandingan struktur dari

suatu bunyi, sistem morfologi, sintaksis, dan bahkan budaya kedua bahasa.

Hipotesis ini berupa suatu anggapan bahwa semakin banyak persamaan struktur

atau elemen bahasa B2 dengan B1, maka pemelajar dapat menguasai B2 dengan

lebih mudah. Dan sebaliknya, semakin banyak perbedaan elemen bahasa B2

dengan B1, maka pemelajar akan lebih banyak mengalami kesulitan dalam proses

pembelajaran bahasa keduanya. Analisis kontras dapat memprediksi kesulitan

yang akan dialami oleh pemelajar dan juga analisis potensi kesalahan bahasa B2

yang akan dibuat oleh pemelajar.

Analisis kontras yang diajukan oleh Lado memunculkan beberapa

hipotesis dalam pembelajaran bahasa kedua. Analisis kontras mengindikasikan

kemungkinan untuk memprediksi kesulitan pemelajar bahasa kedua dengan

membandingkan B1 dan B2. Identifikasi kesulitan pemelajar dapat menentukan

potensi eror pemelajar dan menentukan elemen yang harus dipelajari oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

21

pemelajar. Selanjutnya, Selinker dan Gass (2001) juga mengungkapkan beberapa

asumsi yang ada pada analisis kontras:

a. Analisis kontras berpegang pada suatu teori bahasa yang mengklaim bahwa

bahasa merupakan kebiasaan dan bahwa mempelajari bahasa melibatkan suatu

rangkaian konstruksi kebiasaan baru.

b. Sumber eror utama dalam produksi atau penerimaan bahasa kedua adalah

karena bahasa ibu.

c. Seseorang dapat menentukan adanya suatu eror dengan membandingkan

antara B1 dan B2.

d. Semakin besar perbedaan bahasa antara B1 dengan B2, semakin banyak eror

yang akan muncul.

e. Yang harus dilakukan pemelajar dalam proses belajar bahasa kedua adalah

dengan mempelajari perbedaan antara kedua bahasa.

f. Sulit atau mudahnya suatu pembelajaran bergantung pada perbedaan dan

persamaan dari kedua bahasa.

Melalui analisis kontras, apa yang sulit dan apa yang mudah bagi

pemelajar dalam memperlajari bahasa kedua dapat diprediksi. Prediksi ini

merupakan dua posisi yang berkembang dalam hipotesis analisis kontras. Dalam

membandingkan B1 dan B2, Lado (1957) dalam Maier (2010) mengungkapkan

hipotesis versi lemah dan versi kuat. Hipotesis versi kuat menyatakan bahwa eror

yang dibuat pemelajar dapat diprediksi dengan membandingkan antara B1 dan

B2. Perbedaan antara B1 dan B2 akan mengarah pada adanya eror sedangkan

persamaan antara B1 dan B2 tidak akan menimbulkan suatu masalah. Sementara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

22

itu, hipotesis versi lemah tidak membuat suatu prediksi dan memandang adanya

eror sebagai suatu transfer eror. Hipotesis versi lemah membandingkan kedua

bahasa setelah performa pemelajar diketahui. Dalam hal ini, kesulitan pemelajar

diidentifikasi terlebih dahulu kemudian perbandingan elemen dalam kedua bahasa

mulai dianalisa.

Analisis kontras memandang eror yang dikonstruksi pemelajar sebagai

sesuatu yang harus dihindari. Tujuan membandingkan B1 dan B2 dalam analisis

kontras adalah untuk mengembangkan materi pembelajaran yang dapat mencegah

eror yang diproduksi oleh pemelajar. Analisis eror juga diadaptasi dari teori

behaviorist sehingga eror pemelajar juga dillihat sebagai suatu formasi kebiasaan

yang salah.

Pada tahun 1960, teori linguistic behaviorist dan pembelajaran bahasa

kedua mendapat suatu tantangan. Bahasa mulai dilihat dari struktur bahasanya dan

bukan sebagai hasil dari suatu kebiasaan. Dengan kata lain, pembelajaran mulai

dilihat bukan sebagai suatu imitasi tetapi sebagai suatu formasi aturan yang aktif.

Salah satu argumen yang muncul adalah bahwa tidak semua eror dapat diprediksi.

Dan sebaliknya, tidak semua eror yang diprediksi muncul. Selain itu, analisis

kontras juga memandang bahwa eror yang dikonstruksi pemelajar disebabkan

oleh interferensi B1 pemelajar. Interferensi ini berupa transfer negatif kebiasaan

B1 pemelajar yang diaplikasikan dalam B2. Namun demikian, eror diketahui tidak

hanya disebabkan oleh kebiasaan pemelajar yang salah. Oleh karena itu, teori

analisis kontras kemudian bergeser pada pendekatan lain, yaitu analisis eror dan

juga bahasa antara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

23

2.1.4.2 Analisis Eror

Teori pemerolehan bahasa kedua berkembang untuk mengkritisi mengenai

eror yang dibuat oleh pemelajar. Maier (2010) menyebut bahwa pada tahun 1950-

1960, eror dianggap sebagai sesuatu yang harus dieliminasi. Pandangan ini

berubah ketika Corder (1967) mempublikasikan artikel yang berjudul “The

significance of Learner’s Errors”. Corder menganggap eror sebagai suatu alat

dimana linguis dapat merekonstruksi pengetahuan pemelajar. Eror tidak lagi

dilihat sebagai suatu kesalahan yang harus dihindari oleh pemelajar.

Melalui analisis eror, peneliti dalam melihat perkembangan proses

pemerolehan bahasa pemelajar. Analisis eror masuk dalam ranah psikolinguistik

yang berhubungan dengan strategi yang dipakai pemelajar dalam proses

pemerolehan bahasa. Analisis eror memberi penekanan terhadap identifikasi dan

analisa berbagai penyimpangan berbahasa yang berbeda, serta memahami tentang

bagaimana dan mengapa eror tersebut terjadi. Analisis eror memiliki suatu asumsi

bahwa bahasa pemelajar merupakan suatu sistem yang dapat diprediksi seperti

bahasa pertama seorang anak. Krashen (1982) mengungkapkan bahwa eror

berbahasa atau developmental error dapat menjadi suatu bukti berkembangnya

proses pemerolehan bahasa kedua pemelajar. Melalui analisis eror, dapat

diketahui suatu faktor yang melatarbelakangi pemelajar melakukan eror tersebut.

Dalam pembelajaran bahasa kedua, perlu ditekankan definisi error yang

dimaksud, yang berbeda dengan mistakes. Error yang dimaksud adalah kesalahan

yang bersifat sistematis, terjadi berulang-ulang selama proses pemelajaran karena

pemelajar belum menguasai bahasa target (Corder, 1981). Istilah error dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

24

digantikan dengan kata eror dalam bahasa Indonesia yang menurut definisi dari

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan suatu nomina yang berarti

kesalahan teratur yang terjadi dalam pemerolehan atau belajar bahasa. Di sisi lain,

mistakes dapat didefinisikan sebagai suatu kesalahan ucap atau slips of the tongue

(Corder, 1981). Kesalahan ini terjadi ketika pemelajar telah menguasai suatu

kaidah atau aspek bahasa target, tetapi memproduksi suatu konstruksi yang salah.

Dalam hal ini, pembelajar dapat mengenali bahwa konstruksi tersebut tidak tepat

dan dapat memperbaikinya.

Analisis kontras dan analisis eror memiliki persamaan dalam hal produksi

tetapi berbeda dalam hal investigasi. Kedua teori menganalisa eror dalam

produksi bahasa yang dihasilkan oleh pemelajar, sehingga fokus ada pada

produksi eror dan bukan eror dalam proses internal. Perbedaannya adalah bahwa

analisis kontras cenderung membandingkan eror yang dibuat dengan

membandingkan antara B1 dan B2, sedangkan analisis eror cenderung

membandingkan eror yang diproduksi oleh pemelajar dengan bentuk dari B2.

2.1.4.3 Bahasa Antara

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan eror berbahasa secara

internal, Selinker mengajukan teori interlanguage atau bahasa antara. Hal ini

muncul sebagai suatu istilah baru yang merupakan hasil dari penelitian

berkelanjutan mengenai produksi bahasa pemelajar bahasa kedua yang disebabkan

karena ketidakpuasan terhadap analisis kontras dan analisis eror. Bahasa antara

memberikan penekanan pada proses bagaimana dan mengapa seseorang

memproduksi eror tersebut. Teori ini juga menggeser teori psikologi pemerolehan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

25

bahasa kedua behaviorist menjadi mentalis. Ellis (1997) menyatakan bahwa

konsep bahasa antara menawarkan penjelasan umum tentang bagaimana akuisisi

B2 terjadi. Hal ini menggabungkan unsur-unsur dari teori mentalis bahasa

(misalnya pengertian perangkat akuisisi bahasa) dan unsur-unsur dari psikologi

kognitif (misalnya strategi pembelajaran).

Istilah bahasa antara muncul pada tahun 1972 oleh Selinker dalam jurnal

penelitiannya yang berisi suatu kerangka teori untuk menginterpretasikan proses

pemerolehan bahasa kedua sebagai suatu proses mental serta untuk meneliti

mengenai apa yang dia sebut sebagai interlanguage. Selinker (1972)

mengungkapkan bahwa interlanguage atau bahasa antara merupakan "a separate

linguistic system based on the observable output which results from a learners'

attempted production of a B2 norm". Ini berarti bahwa istilah bahasa antara

merupakan suatu sistem bahasa yang independen yang merupakan suatu bentuk

produksi bahasa yang dihasilkan pemelajar bahasa kedua dalam usahanya

memproduksi B2. Konstruksi bahasa yang diproduksi oleh pemelajar berbeda

dengan konstruksi bahasa yang dihasilkan oleh seorang penutur asli. Meskipun

demikian, konstruksi bahasa yang dihasilkan memiliki karakteristik yang didapat

dari B1 dan juga B2. Corder (1981) membuat ilustrasi kedudukan bahasa antara

sebagai berikut:

Gambar 2.1: Sistem Bahasa Antara

NL IL TL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

26

Dalam penelitian ini, B1 merupakan bahasa ibu pemelajar, yaitu bahasa

Inggris. Sedangkan B2 merupakan bahasa target pemelajar, yaitu bahasa

Indonesia. Sistem bahasa yang diproduksi oleh pemelajar berbeda dengan sistem

bahasa yang diproduksi oleh seorang penutur asli Indonesia. Lebih lanjut lagi,

sistem bahasa ini juga tidak sama dengan sistem bahasa Inggris yang merupakan

bahasa ibu pemelajar. Namun demikian, bahasa antara pemelajar memiliki

komponen bahasa yang juga dapat dipengaruhi oleh B1 dan juga B2 sehingga

posisi bahasa antara berada diantara B1 dan B2.

Bahasa antara atau interlanguage bukan satu-satunya istilah yang dipakai

untuk mengungkapkan sistem bahasa yang dimiliki oleh pemelajar bahasa kedua.

Menurut Frith (1978), istilah lain yang serupa juga muncul untuk menyebut

interlanguage atau bahasa antara. Nemser (1969) menyebut interlanguage dengan

istilah approximative systems, Corder (1971) dengan istilah idiosyncratic dialects,

Richards dan Sampson (1973) dengan istilah learner language systems. Semua

istilah tersebut memiliki gagasan bahwa sistem bahasa pemelajar bahasa kedua

berkembang ke arah bahasa target melalui tahap pemerolehan selama proses

belajarnya.

Nemser (1969) dalam Frith (1978) menyatakan bahwa istilah

approximative system dipakai untuk mendeskripsikan sistem bahasa yang dipakai

oleh pemelajar. Bahasa pemelajar merupakan sistem approximative, yakni

penyimpangan pemelajar dari sistem bahasa B2 dalam usahanya berkomunikasi

dalam B2. Sistem approximative bervariasi tergantung pada level kemampuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

27

pemelajar. Seperti Corder, Nemser melihat bahasa pemelajar berkembang melalui

tahap pemerolehan selama proses belajarnya.

Corder (1971) dalam Maier (2010) menggambarkan bahasa pemelajar

bahasa kedua sebagai suatu dialek khusus yang dia sebut sebagai idiosyncratic

dialec. Dialek ini bersifat regular, sistematis, dan bermakna. Corder beranggapan

bahwa pemelajar dengan latar belakang yang sama akan memiliki bentuk bahasa

antara yang sama. Asumsi ini memberikan kemungkinan akan adanya generalisasi

mengenai bahasa antara. Selain itu, proses mengajar pemelajar dalam satu waktu

menjadi tidak mungkin tanpa adanya asusmsi bahwa pemelajar memiliki bahasa

antara yang sama.

Dalam proses pembelajarannya, pemelajar akan mengalami suatu

perkembangan bahasa yang mengarah ke bahasa target. Bahasa antara yang

diproduksi melibatkan serangkaian tatabahasa B2 yang saling tumpang tindih,

dimana setiap kaidah bahasa yang baru diperlajari akan saling berbagi, tetapi juga

memasukkan item baru, merevisi aturan atau terkadang fossilized. Hal ini dapat

diilustrasikan dalam gambar berikut:

Gambar 2.2: Perkembangan Bahasa Antara

Hipotesis mengenai bahasa antara yang penting untuk diuraikan adalah

mengenai fossilizations. Fenomena fossilizations dapat menjadi bukti terkait

NL IL IL TL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

28

sistem bahasa antara pemelajar bahasa kedua. Selinker (1972) mengungkapkan

fenomena ini dengan deskripsi berikut:

“linguistic items, rules, and subsystems which speakers of a particular B1 will

tend to keep in their IL relative to a particular B2, no matter what the age of

the learner or amount of explanation and instruction he receives in the B2”.

(Selinker, 1972: 215).

Hal ini berarti bahwa fonologi, morfologi, maupun fitur sintaksis dalam bahasa

yang diproduksi oleh pembelajar bahasa kedua yang telah belajar dalam jangka

waktu yang lama tetap akan berbeda dari penutur asli. Bentuk fossilized ini

merupakan suatu bentuk bahasa antara ketika proses pemerolehan telah terhenti

sebelum B2 dikuasai. Fossillization dapat terjadi di semua sub sistem linguistik.

Penutur dengan bahasa ibu yang berbeda akan cenderung memiliki karakteristik

fossilized yang berbeda. Selinker dalam Ellis (1997), menngungkapkan bahwa

hanya 5 % pemelajar yang dapat berlanjut dan berkembang seperti mental

grammar seorang penutur asli. Istilah backsliding dipakai untuk menyebut

pemelajar yang berhenti berkembang dalam proses pemerolehan bahasanya.

Penelitian mengenai adanya fossilization dalam pemelajaran bahasa kedua

mengundang para peneliti untuk menguji kebenarannya. Fauziati (2011)

melakukan penelitian untuk menguji fossilization pemelajar bahasa kedua, bahasa

Inggris. Sumber data diambil dari eror kaidah bahasa yang diproduksi pemelajar

sebelum diberikan instruksi, setelah diberikan sebulan instruksi dan setelah dua

bulan instruksi pembelajaran. Karena adanya instruksi pembelajaran, eror yang

diproduksi berubah. Eror yang fluktuatif cenderung tidak stabil dan eror yang

stabil menjadi tidak stabil. Fauziati menyimpulkan bahwa eror tata bahasa

pemelajar bersifat dinamis, dan bukan fossilzed.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

29

Bentuk bahasa pemelajar yang fossilized memperkuat anggapan bahwa

pemerolehan bahasa kedua tidak dapat mencapai kriteria sempurna seperti pada

proses pemerolehan bahasa ibu oleh seorang anak. Bentuk fossilized bahasa

pemelajar dapat terjadi karena beberapa proses dimana pemelajar memproduksi

bahasa antara. Selinker (1972) memaparkan lima proses utama munculnya bahasa

antara pemelajar, yaitu language transfer, transfer of training, strategies of

second language learning, second language communication dan juga

overgeneralization.

1. Language transfer

Language transfer berkaitan dengan bentuk bahasa antara yang dihasilkan

dari proses transfer B1 pemelajar. Gagasan ini sama seperti apa yang diusulkan

dalam analisis kontras. Pemelajar memakai B1 sebagai sumber untuk membuat

sistem bahasa baru, khususnya ini terjadi pada tahap awal proses pembelajaran

B2. Selinker (1972) mengungkapkan bahwa elemen bahasa, kaidah dan pola yang

muncul dalam bahasa antara pemelajar merupakan hasill dari B1. Hal ini tentunya

tidak mudah bagi pemelajar untuk menghilangkan sistem bahasa yang telah

dikuasai dalam B1 dalam proses pembelajaran B2, khususnya apabila B1 dan B2

memiliki aturan yang berbeda.

Dalam pembelajaran BIPA, language transfer ini dapat terlihat apabila B1

dan B2 memiliki kaidah atau aturan bahasa yang berbeda. Misalnya, pemelajar

dengan B1 bahasa Inggris akan kesulitan dalam menyusun urutan kata menjadi

suatu frasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Pemelajar yang belum

menguasai kaidah konstruksi frasa bahasa Indonesia akan menggunakan kaidah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

30

urutan frasa dalam bahasa Inggris. Hal ini mendorong munculnya konstruksi frasa

yang tidak sesuai karena adanya pembalikan urutan kata.

2. Transfer of training

Cara pemelajar memperoleh pengetahuan dalam pembelajaran bahasa

kedua juga dapat mendorong munculnya beberapa fitur bahasa antara tertentu. Hal

ini dapat terjadi ketika pemelajar belajar dari seorang tutor atau dari suatu text

book dimana latihan atau informasi yang ada tidak lengkap. Pemelajar akan

mengalami kesulitan dan cenderung memproduksi eror ketika harus memproduksi

sistem bahasa tertentu yang tidak ditemukan dalam proses latihan sebelumnya.

Selinker (1972) mengungkapkan bahwa elemen bahasa, kaidah dan pola dalam

bahasa antara pemelajar dapat muncul sebagai suatu hasil dari prosedur

pengajaran.

3. Strategies of second language learning

Pendekatan yang dipakai oleh pemelajar ketika mencoba untuk belajar dan

menguasai B2 dapat memunculkan suatu elemen bahasa antara tertentu. Hal ini

dapat beragam, bisa dengan membaca sebuah buku, menghafalkan kosakata,

belajar tata bahasa, maupun berteman dengan penutur asli B2. Selinker (1972)

mendeskripsikan hal ini sebagai suatu pendekatan pemelajar dalam mempelajari

suatu item dalam bahasa target. Ellis (1997) mengungkapkan bahwa pemelajar

akan memakai strategi pemelajaran yang beragam untuk mengembangkan bahasa

antara mereka. Beragam eror yang diproduksi oleh pemelajar merefleksikan

strategi belajar mereka. Misalnya: omission error merefleksikan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

31

pembelajar menyederhanakan tugas dengan mengindahkan fitur kaidah bahasa

yang belum dapat dicerna.

4. Strategies of second language communication

Cara pemelajar meengungkapkan makna dalam rangka berkomunikasi

dengan penutur asli dapat menimbulkan suatu bentuk elemen bahasa tertentu. Hal

ini biasanya muncul ketika pemelajar ingin menyampaikan suatu maksud, konsep

atau ide dalam B2 tetapi tidak memiliki bekal linguistik yang mencukupi. Selinker

(1972) menyebut strategi ini sebagai suatu pendekatan pemelajar dalam

berkomunikasi dengan penutur asli bahasa target.

5. Overgeneralization of B2 linguistic material

Overgeneralization atau generalisasi berlebih dalam pembelajaran bahasa

kedua terjadi ketika pemelajar dapat memahami kaidah B2 secara umum, tetapi

tidak mengetahui adanya bentuk pengecualian tertentu. Hal ini mendorong

pemelajar untuk mengkonstruksi suatu bahasa dalam B2 pada suatu situasi

dimana penutur asli tidak akan memakai itu. Konstruksi yang dihasilkan

pemelajar tidak berterima dalam bahasa target.

Bukti lain dari bahasa antara adalah adanya eror. Eror yang dimaksud

merujuk pada eror kompetensi. Ellis (1997) mengungkapkan bahwa eror

kompetensi bersifat sistematis sehingga hal ini dapat menjadi suatu representasi

dari sistem bahasa antara pemelajar. Eror yang bukan karena kompetensi

merupakan suatu kesalahan. Kesalahan ini bersifat tidak sistematis dan cenderung

dikoreksi sendiri oleh pemelajar. Di sisi lain, eror tidak dapat dikoreksi oleh

pemelajar karena hal tersebut merupakan suatu sistem dasar, yakni sistem bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

32

antara. Bagi pemelajar, sistem dasar ini bersifat sistematis. Oleh karena itu,

linguistik menyebut bahwa eror bersifat sistematis dan benar dalam sistem bahasa

antara pemelajar.

Deni, Fahriany, & Dewi (2020) melakukan suatu studi kasus untuk

mengetahui pola bahasa antara seorang pemelajar bahasa Inggris dalam

pemakaian verb tense, khususnya simple present tense dan simple past tense. Data

dalam penelitian ini diambil dari wawancara semi terstruktur serta dokumen yang

berupa jurnal sehari-hari yang ditulis pemelajar. Hasil dari penelitian ini berupa

empat pola bahasa-antara yang mencerminkan suatu sistem bahasa baru, yang

berbeda dari bahasa ibu dan bahasa target. Selain itu, Whardani, A., & Margana,

M. (2019) juga melakukan penelitian serupa. Data diperoleh dari 20 tulisan

pemelajar mengenai teks recount. Peneliti mengidentifikasi kesalahan bahasa

yang menjadi bukti adanya bahasa antara sebagai sebuah sistem. Peneliti

menyebutkan bahwa kesalahan bahasa ini terjadi karena adanya

overgeneralization, strategi belajar dan transfer bahasa ibu.

Bentuk-bentuk bahasa antara yang diproduksi oleh pemelajar bahasa

kedua menunjukkan suatu karakteristik tertentu. Beberapa karakter yang

seringkali diungkapkan adalah bahwa bahasa antara pemelajar bersifat permeable,

dinamis dan sistematis. Karakteristik ini dapat diketahui dari hasil analisis

produksi bahasa pemelajar selama proses pembelajarannya.

Karakter permeable berarti bahwa pengetahuan pemelajar dalam sistem

bahasa antara terbuka akan adanya perubahan. Dalam proses pembelajaran bahasa

kedua, pemelajar dipengaruhi oleh input eksternal dan juga input internal. Input

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

33

eksternal berupa input bahasa kedua dan juga stimulus. Input internal merupakan

proses mental yang terjadi dalam diri pebelajar dalam proses membentuk suatu

sistem bahasa tertentu. Ellis (1997) mengungkapkan dalam hipotesis bahasa

antara, bahwa kaidah kebahasaan pemelajar terbuka untuk pengaruh dari luar

(melalui input) dan juga dari dalam. Istilah omission, overgeneralization dan

transfer errors menjadi bukti dari proses internal.

Karakter dinamis yang dimaksudkan dalam bahasa antara berarti bahwa

sistem bahasa pemelajar berubah secara konstan. Bahasa antara pemelajar secara

perlahan berubah seiring proses pemelajar mengeksplorasi bentuk baru dalam B2.

Ketika pemelajar menemukan suatu sistem baru, pemelajar dapat membuat suatu

revisi sistem bahasa yang sudah ada, kemudian beradaptasi pada sistem B2. Hal

ini membuat produksi bahasa antara yang berubah. Selinker dalam Corder (1981)

mengungkapkan bahwa sistem bahasa antara merupakan suatu produk dari proses

psikolinguistik dari interaksi antara dua sistem bahasa, yaitu bahasa ibu dan

bahasa target. Hal ini juga berkaitan dengan apa yang disebut dengan continuum

dimana terdapat suatu perubahan sistem atau restrukturisasi aspek linguistik dari

bahasa antara menjadi sistem yang sesuai dengan bahasa target. Ellis (1997)

menyebuat bahwa bahasa antara pemelajar bersifat transitional. Pemelajar

mengubah kaidah lama ke kaidah lain dengan menambahkan, menghilangkan dan

juga merekonstruksi keseluruhan sistem. Hal ini menghasilkan apa yang disebut

dengan language continuum. Pemelajar mengkonstruksi serangkaian mental

grammar atau bahasa antara yang secara bertahap semakin kompleks dan

mendekati pengetahuan B2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

34

Meskipun bahasa antara berubah, aturan dasar mengenai bahasa antara

pemelajar dapat diprediksi. Bahasa antara memuat eror yang memiliki sifat

sistematis. Selinker dalam Song (2012) menyatakan bahwa bahasa antara bersifat

sistematis dan dapat diprediksi. Bagaimana pemelajar memproduksi bahasa antara

dapat diprediksi berdasarkan aturan tertentu yang mereka pilih. Sistem bahasa

yang dikonstruksi oleh pemelajar besifat sistematis dan bukan merupakan suatu

aturan atau item yang random. Eror yang diproduksi oleh pemelajar memiliki pola

yang konsisten dalam suatu waktu tertentu. Eror yang dimaksud adalah eror

kompetensi, yakni eror yang dihasilkan oleh pengetahuan dan pemahaman

pemelajar terkait bahasa target. Corder (1981) mengungkapkan bahwa eror ini

dapat memberikan bukti terkait sistem bahasa yang dipakai oleh pemelajar dalam

suatu waktu tertentu dalam proses belajarnya.

Ellis (1997) memaparkan bahwa beberapa peneliti telah mengkalim bahwa

sistem yang dikonstruksi oleh pemelajar terdiri dari aturan yang beragam. Mereka

beranggapan bahwa pengetahuan pemelajar mengenai kaidah bahasa akan saling

berkompetisi dalam setiap proses perkembangannya. Tetapi disisi lain, beberapa

peneliti berpendapat bahwa sistem bahasa antara bersifat homogen, dan

variabilitas yang ditemukan merupakan suatu refleksi dari kesalahan yang dibuat

pemelajar ketika mencoba menggunakan pengetahuannya untuk berkomunikasi.

Peneliti melihat variabilitas sebagai suatu aspek performa dan bukan suatu

kompetensi. Premis bahwa sistem bahasa antara bersifat variatif masih

diperdebatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

35

2.1.5 Kata Dalam Sistem Bahasa Indonesia

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa bahasa antara

merupakan suatu sistem bahasa yang diproduksi oleh pemelajar dalam upayanya

untuk menguasai bahasa target. Untuk mengidentifikasi bahasa antara yang

diproduksi oleh pemelajar, tinjauan terkait kaidah bahasa Indonesia yang

berterima menjadi penting untuk dipaparkan dalam penelitian ini. Hal ini akan

membantu peneliti dalam menganalisis ketepatan bahasa yang diproduksi oleh

pemelajar. Ellis dan Barkhuizen (2005) mengungkapkan bahwa ketepatan bahasa

merujuk pada tingkat kebenaran bahasa yang diproduksi dalam kaitannya dengan

kaidah atau sistem yang berlaku dalam bahasa target.

Dalam penelitian ini, penggunaan kata dalam konstruksi kalimat pemelajar

menjadi fokus utama. Chaer (2015) mengungkapkan bahwa kata memiliki dua

status, sebagai satuan terbesar dalam tataran morfologi dan sebagai satuan terkecil

dalam tataran sintaksis. Pengetahuan mengenai kata merupakan hal yang penting

untuk dipelajari oleh pembelajar bahasa kedua. Sebuah kata mengungkapkan

makna khusus dalam suatu tuturan atau produksi bahasa. Pemilihan kata yang

tidak tepat akan menimbulkan kesalahpahaman dari apa yang ingin disampaikan

(Siagian, 2020).

Pengetahuan mengenai kata juga berkaitan erat dengan morfologi.

Morfologi merujuk pada pembentukan kata. Hal ini memuat pengetahuan terkait

kata bentuk dasar dan juga tentang bagaimana membentuk suatu kata dengan

afiksasi, reduplikasi, abreviasi maupun penggabungan kata. Penelitian dalam

ranah BIPA terkait pembentukan kata kata yang pernah dilakukan antaralain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

36

adalah mengenai pembentukan kata dengan afiksasi. Ratnawati (2012) secara

khusus melakukan analissis kesalahan afiksasi pemelajar BIPA di univeritas

flinders Australia. Hasil penelitian ini memaparkan bentuk-bentuk eror yang

berupa penghilangan afiks, penambahan afiks, penyalahgunaan kata dasar dan

kesalahan pemilihan afiks.

Pemelajar BIPA perlu memahami pengetahuan dasar mengenai jenis kata

dalam bahasa Indonesia. Chaer (2015) membedakan kelas kata menjadi dua, yakni

kelas terbuka dan kelas tertutup. Kelas terbuka merupakan kata-kata dengan

kategori nomina, verba, dan ajektifa yang berperan sebagai pengisi fungsi-fungsi

sintaksis. Kelas tertutup merupakan kata-kata yang termasuk dalam kategori

adverbial, preposisi, konjungsi, interogatifa, pronominal persona, pronominal

demonstratifa, numeralia, interjektifa, kata sandang, dan juga partikel penegas.

Kategori kata kelas tertutup merupakan pendamping dari kelas-kelas

terbuka.sehingga penggunaannya harus memperhatikan posisi atau letak dalam

suatu frasa atau klausa.

Jenis kata yang masuk dalam rumusan standard kelulusan pemelajar BIPA

tingkat pemula menjadi fokus dalam penelitian ini. Oleh karena itu, perbedaan

kaidah yang berlaku dalam penggunaan jenis kata tertentu antara bahasa Indonesia

dan bahasa Inggris juga perlu diuraikan. Perbedaan yang dapat ditemukan adalah

mengenai penggunaan kata ganti, kata bilangan bertingkat, kata negasi, kata

penggolong, kata ulang, dan juga kata imbuhan atau afiksasi.

Kata ganti orang yang masuk sebagai kata yang harus dikuasai oleh

pemelajar tingkat pemula adalah kata ganti orang I, II, III (saya, Anda, aku, kamu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

37

ia/dia, nama, kalian, mereka, kami, kita) dengan tepat. Dalam bahasa Inggris, kata

saya dan aku digantikan dengan kata I, kamu dan Anda digantikan dengan kata

you. Tidak ada pengaruh dari mitra tutur atau konteks situasi dalam penggunaan

kata ganti bahasa Inggris. Dengan demikian, penggunaan kata ganti orang dalam

bahasa Inggris memiliki kaidah yang lebih sederhana apabila dibandingkan

dengan bahasa Indonesia. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris semua kata ganti

milik memiliki bentuk berbeda dari kata ganti orang. Sementara itu, dalam bahasa

Indonesia, tidak semua kata ganti orang memiliki bentuk kata ganti, misalnya kata

saya, Anda, kalian, mereka, kami, dan kita. Selain itu, bentuk kata ganti milik -ku,

-mu, dan -nya melekat dalam suatu nomina.

Kata bilangan tingkat dalam bahasa Indonesia lebih sederhana jika

dibandingkan dengan bahasa Inggris. Pembentukan kata bilangan dalam bahasa

Indonesia mengikuti pola pembentukan ke+bilangan, berbeda dari bahasa Inggris

yang memiliki perbedaan bentuk kata yang memiliki pola lebih kompleks, yakni

1st, 2nd, 3rd, 4th dan seterusnya. Dengan demikian, apabila pelajar BIPA telah

menguasai kata bilangan dalam bahasa Indonesia, jenis kata bilangan tingkat juga

dapat dikuasai dengan lebih mudah.

Pembentukan konstruksi kalimat negatif dalam bahasa Indonesia lebih

sederhana, yakni dengan menambahkan kata negasi, seperti kata tidak atau bukan.

Kata tidak dapat dipakai untuk menyangkal verba atau ajektifa sedangkan kata

bukan dipakai untuk menyangkal nomina, verba, frase, atau preposisi (Chaer,

2015). Di sisi lain, konstuksi kalimat negatif dalam bahasa Inggris lebih kompleks

karena mengikuti kaidah tertentu berdasarkan verba yang dipakai. Oleh karena itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

38

penutur asli Indonesia cenderung akan melakukan kesalahan dalam konstruksi

kalimat negasi pada awal pembelajaran bahasa Inggris (Ikhsan, 2021).

Selanjutnya, bentuk kata penggolong yang dimaksud dalam standard

kelulusan pemelajar BIPA tngkat pemula adalah kata seorang, seekor, dan sebuah.

Kata-kata ini secara berurutan berfungsi untuk mengelompokkan manusia,

binatang dan benda. Dalam bahasa Inggris, kata ini dapat digantikan dengan kata

a/an tergantung pada bunyi vokal atau konsonan suatu nomina yang mengikuti.

Perbedaan kaidah ini berpeluang menjadi suatu kesulitan bagi pemelajar BIPA

tingkat awal.

Kata reduplikasi yang masuk dalam rumusan standard kelulusan pemelajar

BIPA tingkat pemula adalah kata reduplikasi utuh. Proses pembentukan kata

ulang utuh berlaku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kata ulang utuh

dalam bahasa Inggris misalnya kata bye-bye, suatu eksklamasi yang berarti

selamat tinggal atau goodbye. Sementara dalam bahasa Indonesia, kata ulang utuh

dapat memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah membentuk nomina jamak,

seperti pada kata orang-orang.

Selanjutnya, preposisi yang masuk dalam rumusan standard kelulusan

pemelajar BIPA tingkat pemula adalah di, ke, dari, pada, kepada. Kata di dan

pada yang dipakai untuk menyatakan suatu tempat secara spesifik dapat

digantikan dengan kata in, on, dan at dalam bahasa Inggris (Oktavianti, 2015).

Preposisi in, on, dan at sama-sama menyatakan suatu tempat, tetapi menyatakan

suatu konsep ruang atau posisi yang berbeda. Hal ini berbeda dengan bahasa

Indonesia, dimana untuk menyatakan suatu posisi yang tepat, kata di dapat diikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

39

dengan kata yang menyatakan posisi, seperti kata di dalam dan di atas.

Selanjutnya, kata dari dapat digantikan dengan kata from dalam bahasa Inggris,

sedangkan kata ke dan kepada dapat digantikan dengan kata to.

Kata imbuhan atau afiksasi muncul dalam kaidah pembentukan kata baik

dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Afiksasi merupakan suatu kaidah

bahasa yang cukup kompleks karena bentuknya yang beragam. Adanya suatu

afiks akan membentuk kata dengan makna yang berbeda dari makna kata dasar.

Dalam standard kelulusan BIPA tingkat pemula, bentuk afiksasi yang seharusnya

dikuasai oleh pemelajar adalah prefiks me- (melakukan aktivitas, menggunaakan

alat, mengeluarkan suara, menuju ke), prefiks ber- (melakukan aktivitas, punya,

pakai, mengeluarkan, mengandung, dalam keadaan, dalam kelompok, dan

banyak/beberapa), prefiks pe- (pelaku/alat, profesi, dan mempunyai karakter), dan

juga suffiks -an dengan makna hasil/sesuatu yang di-. Beberapa bentuk afiksasi

untuk membentuk makna seperti yang telah disebutkan dapat ditemukan

padanannya dalam bahasa Inggris. Bentuk prefiks untuk menyatakan kuantitas ada

dalam prefiks bahasa Indonesia ber- dan juga prefiks bahasa Inggris seperti uni-,

bi-, multi-, micro-, macro- (Mena dan Saputri, 2018). Selanjutnya, bentuk prefiks

pe- dalam bahasa Indonesia dengan makna pelaku atau alat bisa digantikan

dengan sufiks -er seperti pada kata player, dancer. Mena dan Saputri (2018)

menyebut bahwa dengan mengetahui aturan penggunaan afiks merupakan kunci

untuk memahami arti dari kata imbuhan dalam mempelajari bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

40

2.2 Kerangka Berpikir

Skema 2.1: Kerangka Berpikir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

41

Rumusan masalah pertama dalam penelitian ini adalah mengenai bentuk

bahasa antara yang muncul dalam tataran kata yang diproduksi oleh pemelajar

dalam suatu konstruksi kalimat. Rumusan masalah ini dapat dijawab dengan

membandingkan konstruksi kalimat pemelajar dengan konstruksi kalimat yang

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Peneliti menginterpretasikan konstruksi

kalimat pemelajar menjadi suatu kalimat yang dapat mengungkapkan makna yang

ingin disampaikan pemelajar dalam bahasa Indonesia. Interpretasi ini dilakukan

dengan menganalisa bentuk dan konteks yang ada dalam konstruksi kalimat

pemelajar.

Selanjutnya, peneliti menganalisa kembali bentuk bahasa antara untuk

menemukan faktor penyebab munculnya bentuk bahasa antara tertentu dalam

produksi bahasa pemelajar. Peneliti akan membandingkan kaidah bahasa Inggris

sebagai B1 pemelajar serta bahasa Indonesia sebagai B2 pemelajar dalam

kaitannya dengan bentuk bahasa antara yang muncul. Hasil analisis ini akan

menunjukkan apakah perbedaan L1 pemelajar dengan B2 menjadi penyebab

munculnya bentuk bahasa antara pemelajar. Peneliti akan membandingkan hasil

analisis mengenai faktor bahasa antara yang muncul dalam konstruksi kalimat

pemelajar dengan teori-teori relevan yang sudah ada. Hasil analisis ini akan

menjawab rumusan masalah kedua terkait faktor penyebab munculnya bentuk

bahasa.

Rumusan masalah ketiga dalam penelitian ini adalah penguasaan jenis kata

pemelajar. Untuk menjawab rumusan masalah ini, peneliti akan menganalisis

penggunaan jenis kata tertentu dalam keseluruhan konstruksi kalimat pemelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

42

Penggunaan jenis kata yang sesuai dengan konteks kalimat dan berterima dalam

bahasa Indonesia menunjukkan bahwa pemelajar telah menguasai jenis kata

tersebut. Sebaliknya, temuan eror dalam penggunaan jenis kata tertentu dalam

kalimat pemelajar menunjukkan bahwa pemelajar belum menguasai jenis kata

tesebut. Peneliti juga menghitung jumlah prosentase eror dari masing-masing

penggunaan jenis kata untuk melihat tingkat penguasaan serta urutan pemerolehan

jenis kata pemelajar BIPA tingkat pemula.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

43

BAB III

METODOLOGI

Pada bagian ini, peneliti memaparkan metodologi yang dipakai dalam

menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Bagian ini meliputi (1) jenis

penelitian, (2) data dan sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrument

penelitian serta (5) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bahasa antara tingkat kata,

menemukan faktor-faktor yang mendorong munculnya bentuk-bentuk bahasa

antara tersebut, serta mendeskripsikan pemerolehan kata dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia pemelajar Australia tingkat pemula. Hasil

penelitian ini berupa deskripsi atau pemaparan. Deskripsi atau pemaparan

merupakan suatu ciri penelitian kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Ary,

Jacobs, & Razavieh (2002) bahwa tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk

mendapatkan deskripsi serta menggali pemahaman secara lebih mendalam

mengenai suatu grup atau suatu fenomena. Dalam penelitian ini, bahasa antara

menjadi fokus utama yang ingin dipahami lebih dalam oleh peneliti.

Penelitian ini juga merupakan penelitian studi kasus dimana peneliti

melibatkan proses pemerolehan bahasa Indonesia seorang pemelajar Australia.

Ellis (1997) mengungkapkan bahwa studi kasus dalam ranah linguistik merupakan

penelitian mendetail terkait pemerolehan bahasa kedua pemelajar. Brown &

Rodgers (2002) juga mengungkapkan bahwa salah satu cara yang dapat dipakai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

44

oleh peneliti dalam memahami proses yang mendasari pembelajaran bahasa

adalah melalui penelitian secara teliti tentang kasus pembelajaran bahasa seorang

pemelajar. Studi kasus dapat memberikan informasi menyeluruh terkait

pembelajaran seseorang. Hal ini meliputi proses dan strategi yang dipakai

pemelajar untuk berkomunikasi dan belajar, sikap pemelajar dalam lingkungan

pembelajaran tertentu, dan juga perkembangan linguistik pemelajar secara alami.

Selinker dan Eckman (1994) juga mengungkapkan pemilihan penelitian studi

kasus. Berbeda dari penelitian dengan skala besar, dalam penelitian studi kasus,

seorang pemelajar atau individu dapat diteliti sehingga variasi dan perkembangan

individu tidak hilang dalam data dari group yang besar.

Studi kasus dalam penelitian ini tidak ditujukan untuk membuat

generalisasi mengenai sikap pemelajar dengan latar belakang yang sama. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memunculkan hipotesis terkait bahasa antara

seorang pemelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dengan bahasa Inggris

sebagai bahasa ibu. Hal ini akan memberikan ruang bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan test dengan penelitian kuantitatif dan membuat suatu

generalisasi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Huebner dalam Hobson

(1999) yang melihat studi kasus sebagai suatu alat untuk menguji hipotesis yang

nantinya dapat ditest dengan penelitian kuantitatif.

Selanjutnya, studi kasus dalam penelitian ini ditujukan untuk mengungkap

bentuk-bentuk bahasa antara tingkat kata yang dihasilkan oleh seorang pemelajar

Australia selama proses pemerolehan bahasa Indonesia dalam rentang waktu satu

tahun. Ellis (1997) mengungkapkan bahwa penelitian studi kasus biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

45

dilakukan secara longitudinal dan melibatkan pengumpulan sampel tulisan

maupun tuturan lisan pemelajar. Selanjutnya, Brown & Rodgers (2002) juga

mengungkapkan bahwa studi kasus biasanya dilakukan secara longitudinal,

dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dan banyak juga yang dilakukan dalam

durasi yang singkat.

3.2 Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari tulisan yang dihasilkan

oleh seorang pemelajar Australia selama proses pembelajaran bahasa Indonesia

mulai bulan Februari hingga Desember 2020. Tulisan pemelajar ini dapat menjadi

suatu bukti mengenai kemampuan dan pengetahuan bahasa Indonesia yang telah

pemelajar ketahui. Tulisan pemelajar yang dikumpulkan dalam rentang waktu

tertentu juga dapat menunjukkan perkembangan bahasa pemelajar.

Peneliti mengumpulkan produksi tulisan pemelajar yang dihasilkan dari

beberapa konteks yang berbeda yaitu:

Karangan yang dihasilkan dari kelas menulis

Peneliti mengumpulkan karangan pemelajar yang dibuat selama pemelajar

mengikuti kelas menulis selama satu semester pada bulan Maret – Mei 2020.

Detail mengenai karangan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Topik Tanggal Kalimat Bahasa Indonesia

Hobi saya 22 Maret 2020 12 kalimat

Pantai yang baru 22 Maret 2020 21 kalimat

Alat music 1 April 2020 11 kalimat

Seni pertunjukan 1 April 2020 9 kalimat

Pergi ke dokter 12 April 2020 17 kalimat

Transportasi 21 April 2020 25 kalimat

Batik 21 April 2020 16 kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

46

Obat 28 April 2020 11 kalimat

Stadion Optus dan Sepak

Bola Australia

13 Mei 2020 16 kalimat

Kebiasaan 13 Mei 2020 16 kalimat

Total kalimat 154 kalimat

Tabel 3.1: Rincian Tulisan Pemelajar dari Kelas Menulis

Jurnal harian

Selain karangan yang dihasilkan dari kelas menulis, peneliti juga

mengumpulkan tulisan pemelajar dari jurnal harian yang ditulis pemelajar. Detail

mengenai karangan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tanggal Kalimat Bahasa Indonesia

7 November 2020 10 kalimat

8 November 2020 11 kalimat

16 November 2020 13 kalimat

18 November 2020 9 kalimat

19 November 2020 6 kalimat

22 November 2020 11 kalimat

27 November 2020 6 kalimat

28 November 2020 15 kalimat

30 November 2020 11 kalimat

6 Desember 2020 20 kalimat

Total 112 kalimat

Tabel 3.2: Rincian Jurnal Harian Pemelajar

Dokumentasi percakapan tertulis antara pemelajar dengan peneliti

Dokumentasi percakapan tertulis antara pemelajar dengan peneliti yang

dimaksud merupakan konstruksi bahasa tertulis yang diproduksi pemelajar

melalui WhatsApp. Produksi bahasa ini menjadi suatu bentuk ujaran spontan

pemelajar. Pemakaian ujaran spontan dalam penelitian bahasa antara dapat

menunjukkan apa yang telah dipahami oleh pemelajar.

“Maybe what we should be suggesting as the only safe approach is a team

approach to all such future interlanguage research, when how we know what

learners know is based on evidence from learner spontaneous speech samples;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

47

such samples could, of course, in turn, be added to other relevant data types.”

(Lakshmanan dan Selinker, 2001:415)

Peneliti juga berpikir bahwa melalui tugas yang tidak terstruktur, pemelajar akan

mengungkapkan jenis komunikasi yang merepresentasikan pengetahuan

unconscious. Komunikasi ini tidak bersifat formal sehingga pemelajar dapat lebih

bebas mengungkapkan ide dan gagasan yang ingin disampaikan dalam bahasa

Indonesia. Hai ini juga berarti bahwa data yang berbentuk ujaran spontan ini

berasal dari konteks interaksi alami, dan bukan merupakan produksi bahasa

dengan kontrol tinggi seperti pada setting penelitian eksperimen. Seperti yang

diungkapkan oleh Bialystok (1990) dalam Hobson (1999) bahwa ciri penelitian

eksperimen hanya memiliki satu atau sedikit aspek dari bahasa antara yang

diteliti. Sementara itu, penelitian ini mendeskripsikan elemen data yang luas yang

diperoleh dari berbagai jenis data pemelajar.

Data dalam penelitian ini berupa jenis kata yang muncul dalam konstruksi

kalimat pemelajar. Kata ini dapat berupa suatu bentuk kata yang tepat dipakai

atau juga bentuk kata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat pemelajar. Untuk

melakukan ini, peneliti akan terlebih dahulu membaca hasil tulisan pemelajar

secara teliti, mengumpulkan kalimat yang mengindikasikan eror dalam tataran

kata dan memasukkannya kedalam suatu tabel. Berikut adalah contoh tabel

pengumpulan sampel eror dari jurnal harian pemelajar:

Jurnal Harian

Pemelajar

Konstruksi yang

Berterima

Konstruksi yang

Memuat Eror

7 November 2020

Hari ini saya pergi ke

perkerjaan. Di pekerjaan

saya hanya bekerja

selama dua setengah jam

dari jam delapan sampai

1. Di rumahku ada

banyak pakaian

yang kotor.

1. Hari ini saya pergi ke

perkerjaan.

2. Di pekerjaan saya hanya

bekerja selama dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

48

jam setengah sebelas.

Saya membangunan

sebuah pagar lalu

mengantarkan beberapa

tembok yang bentuk

seperti kotak….

setengah jam dari jam

delapan sampai jam

setengah sebelas.

3. Saya membangunan sebuah

pagar lalu mengantarkan

beberapa tembok yang

bentuk seperti kotak

Tabel 3.3: Identifikasi Kalimat Pemelajar dalam Jurnal Harian

Selanjutnya, peneliti akan mengidentifikasi eror penggunaan kata,

mendeskripsikan kategori eror tersebut, dan mengevaluasi eror dengan cara

membuat interpretasi atau alternatif pembenaran kalimat berdasarkan kadiah L2.

Bentuk eror yang telah diidentifikasi ini kemudian akan dideskripsikan. Berikut

adalah contoh tabel identifikasi eror penggunaan kata imbuhan dari tugas kelas

bahasa Indonesia:

Kode Data Interpretasi/ Alternatif Pembenaran

KB.03.01 Tahun lalu saya pergi

ke jawa timur untuk

berliburan dengan

teman-teman saya.

Tahun lalu saya pergi ke Jawa Timur untuk

berlibur dengan teman-teman saya.

Penggunaan konfiks ber-an dalam

“berliburan” tidak tepat dipakai dalam kalimat

ini karena konfiks ber-an

Dalam kalimat ini, diperlukan prefiks ber-

yang menyatakan “dalam keadaan seperti

bentuk dasar” (Muslich, 2014:69)

Pembentukan kata yang tepat adalah: ber +

libur menjadi berlibur yang berarti dalam

keadaan “bebas dari kerja”.

Tabel 3.4: Analisis Error Kalimat Pemelajar dalam Tugas Kelas Bahasa

Dalam tabel analisis, peneliti memakai kode untuk setiap kelompok data.

Kode tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

KB : Tugas Kelas Bahasa

JH : Jurnal Harian

DP : Dokumentasi Percakapan

Selain kode tersebut diatas, peneliti juga memakai kode angka untuk

menunjukkan bulan kalimat tersebut diproduksi. Penggunaan kode angka ini

dibuat berdasarkan urutan bulan dalam tahun, misalnya 02 untuk kalimat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

49

diproduksi pada bulan February, 03 untuk kalimat yang diproduksi pada bulan

Maret, dan seterusnya. Identifikasi mengenai bulan suatu konstruksi kalimat

diproduksi menjadi penting untuk melihat perkembangan produksi bahasa

pemelajar.

3.3 Instrumen Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti memakai

instrument penelitian berikut:

a. Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi agen utama dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian. Peneliti mengumpulkan data yang berupa tulisan

pemelajar, kemudian menganalisis setiap kalimat yang diproduksi oleh

pemelajar, mengidentifikasi bentuk serta menemukan faktor-faktor munculnya

bahasa antara. Seperti yang diungkapkan oleh Palmer dan Bolderston (2006)

bahwa peneliti merupakan kunci dalam proses pengumpulan dan analisis data.

Selanjutnya, peneliti juga berperan dalam mendeskripsikan dan memaparkan

hasil analisis data.

b. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan pemelajar untuk mengkonfirmasi hasil

analisis data dalam rangka menjawab rumusan masalah kedua, yaitu mengenai

faktor pendorong munculnya bentuk bahasa antara. Palmer dan Bolderston

(2006) mengungkapkan bahwa wawancara dapat dilakukan untuk menguji

suatu hipotesis. Menurut Mason (2002), istilah wawancara dalam penelitian

kualitatif biasanya dimaksudkan untuk merujuk pada wawancara secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

50

mendalam, dan dapat dilakukan dengan cara semi-terstruktur atau tidak

terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti memakai wawancara semi-

terstruktur yang merupakan wawancara dengan beberapa pertanyaan terbuka

yang diikuti dengan pertanyaan lanjutan berdasarkan jawaban yang

disampaikan. Untuk melakukan ini, peneliti mendaftar beberapa konstruksi

kalimat pemelajar yang mengindikasikan bentuk bahasa antara dalam tingkat

kata. Dalam wawancara, peneliti meminta pemelajar untuk menjelaskan alasan

pemelajar menggunaakan kata-kata tersebut dalam konstruksi kalimatnya.

Selain itu, peneliti juga meminta pemelajar untuk menerjemahkan suatu kata

atau frasa dalam bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia untuk membuktikan

hipotesis terkait transfer bahasa sebagai faktor penyebab munculnya bahasa

antara pemelajar. Konstruksi bahasa Inggris yang dipakai berasal dari

konstruksi kalimat pemelajar yang diterjemahkan oleh peneliti menjadi suatu

konstruksi dalam bahasa Inggris.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian studi kasus ini berupa kumpulan

tulisan seorang pemelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, dengan latar

belakang bahasa Inggris sebagai bahasa Ibu. Dalam studi kasus ini, peneliti

mengumpulkan sumber data sebanyak-banyaknya dalam jangka waktu penelitian

yang telah ditentukan, yakni selama bulan Februari – Desember 2020.

Peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi pemelajar yang memenuhi

kritera, antaralain:

a. bahasa Inggris merupakan bahasa Ibu pemelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

51

Dengan latar belakang pendidikan yang telah ditempuh peneliti sebelumnya,

yakni sarjana pendidikan bahasa Inggris, peneliti memiliki pengetahuan yang

cukup mengenai bahasa Inggris untuk mendukung penelitian, dibandingkan

dengan bahasa asing yang lainnya.

b. memiliki motivasi dan ketertarikan untuk menguasai bahasa Indonesia sebagai

bahasa kedua.

Motivasi tinggi ini tentunya berpengaruh terhadap proses perkembangan

bahasa antara yang semakin mendekati target bahasa. Hal ini sesuai dengan

tujuan penelitian yang ingin mengungkap karakteristik bahasa-antara yang

dapat dilihat melalui perkembangan bahasa pemelajar dalam rentang waktu

tertentu, dan bukan hanya dalam satu waktu saja.

c. merupakan pemelajar tingkat pemula, dengan harapan bahwa bentuk bahasa

antara yang muncul lebih jelas terlihat dan lebih bervariasi.

d. menyetujui untuk terlibat dalam penelitian studi kasus pada bulan Februari –

Desember 2020.

Setelah peneliti menemukan pemelajar yang sesuai dengan kriteria

penelitian, peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada pemelajar. Selanjutnya,

peneliti mulai mengumpulkan dokumen tulisan pemelajar, yaitu:

a. Karangan dari kelas menulis

Peneliti meminta pemelajar untuk mengumpulkan hasil tulisan yang dibuat oleh

pemelajar selama mengikuti kelas Menulis pada bulan Februari-Juli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

52

b. Jurnal harian

Peneliti meminta pemelajar untuk mengumpulkan jurnal harian yang dibuat oleh

pemelajar pada bulan Oktober – Desember 2020. Jurnal harian ini tidak terikat

oleh topik tertentu sehingga pemelajar bebas untuk menuangkan gagasannya.

c. Dokumentasi percakapan antara pemelajar dengan peneliti

Pemelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar bahasa Indonesia. Di

waktu senggangya, pemelajar antusias untuk menceritakan hal-hal yang menarik

kepada peneliti dalam percakapan melalui WhatsApp. Peneliti melihat hal ini

sebagai suatu peluang untuk mendapatkan sumber data dalam komunikasi yang

alami. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Brown dan Rodgers

(2002:83) bahwa penelitian studi kasus biasanya berangkat dari pengumpulan data

alami yang telah ada. Oleh karena itu, peneliti juga meminta izin kepada

pemelajar untuk memakai produksi bahasa pemelajar dalam percakapan

WhatsApp menjadi data dalam penelitian ini.

Melalui pendekatan dokumen analisis, peneliti kemudian membaca dengan

detail setiap karangan pemelajar untuk mengidentifikasi sistem bahasa yang tidak

sesuai dengan bahasa Indonesia yang berterima. Kalimat yang mengindikasikan

adanya penggunaan kata yang tidak sesuai dengan bahasa Indonesia merupakan

data utama dalam penelitian ini yang akan dianalisis lebih lanjut.

Berdasarkan temuan terkait bentuk bahasa antara tingkat kata yang muncul

dalam konstruksi kalimat pemelajar, peneliti mulai mengidentifikasi faktor

penyebab munculnya bentuk-bentuk tersebut. Peneliti membandingkan bentuk

bahasa antara pemelajar dengan konstruksi dalam bahasa Indonesia dan juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

53

bahasa Inggris dalam mengungkapkan suatu makna yang sama. Hasil dari

perbandingan ini akan mengarahkan peneliti pada suatu hipotesis mengenai faktor

munculnya bentuk bahasa antara pemelajar. Untuk membuktikan hipotesis ini,

peneliti selanjutnya melakukan wawancara dengan pemelajar.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Peneliti memakai metode dokumen analisis untuk menjawab rumusan

masalah dalam penelitian ini. Menurut Best (1981), dokumen analisis berkaitan

dengan pemeriksaan secara sistematis suatu rekaman atau dokumen sebagai

sumber data penelitian. Dokumen yang dipakai untuk menjawab rumusan masalah

dalam penelitian ini berupa hasil tulisan pemelajar BIPA Australia. Melalui

dokumen analisis, data akan diteliti dan diinterpretasikan untuk menarik makna,

mendapatkan pemahaman dan membangun pengetahuan yang empiris (Bowen,

2009).

Selanjutnya, teknik analisis data dalam penelitian ini dapat diuraikan

sebagai berikut:

3.5.1 Reduksi Data

Pengumpulan data menjadi langkah awal dalam suatu penelitian. Dengan

mengumpulkan data dalam satu tempat, peneliti dapat menganalisa dan

menginterpretasikan data dengan lebih mudah. Dalam penelitian ini, peneliti

mendaftar semua kalimat yang ditulis oleh pemelajar dalam satu dokumen.

Peneliti melakukan reduksi data untuk memperoleh data yang sesuai,

untuk dapat dianalisis dalam rangka menjawab rumusan masalah dalam penelitian

ini. Miles dan Huberman (1994) mengungkapkan bahwa reduksi data merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

54

suatu proses seleksi, penentuan fokus, penyederhanaan, dan transformasi data

yang muncul dari catatan lapangan atau transkrip. Dalam penelitian ini, data

diperoleh dari produksi bahasa pemelajar Australia yang berupa konstruksi

kalimat tertulis. Peneliti melakukan reduksi data dengan mengidentifikasi kata

dalam tulisan pemelajar yang termasuk dalam jenis pengetahuan kata yang

dirumuskan dalam SKL pemelajar BIPA tingkat pemula oleh APPBIPA. Jenis

kata ini adalah kata ganti orang, kata bilangan tingkat, kata negasi, kata tanya,

kata ganti tunjuk, posisi dan lokasi, kata depan, kata berimbuhan, kata keterangan,

kata hubung, kata penggolong, kata seru, dan juga kata ulang. Selanjutnya,

peneliti melakukan kategorisasi kata-kata yang telah diidentifikasi berdasarkan

jenis kelompok kata.

Peneliti juga mendaftar kalimat yang mengandung jenis kata yang tidak

sesuai dengan konteks kalimat pemelajar. Hal ini diperlukan untuk

mengidentfikasi bentuk bahasa antara pemelajar dalam tataran kata. Kalimat ini

selanjutnya dianalisis dengan mengadaptasi algoritma dari Corder mengenai

identifikasi konstruksi idiosinkratik. Idiosinkratik merupakan istilah yang dipakai

oleh Corder (1982) untuk menyebut bahasa antara, yakni sistem bahasa yang

dimiliki oleh pemelajar bahasa kedua dalam mempelajari bahasa target. Skema

3.1 mendeskripsikan proses identifikasi data yang sesuai dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

55

Skema 3.1: Proses Reduksi Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

56

Setelah selesai mendaftar semua data, peneliti melakukan reduksi data.

Reduksi data yang dimaksud adalah dengan melakukan eliminasi data-data yang

tidak sesuai dengan fokus penelitian dan juga data yang tidak dapat dipahami oleh

peneliti. Contoh data yang tidak sesuai dengan fokus penelitian adalah ketika

peneliti mengidentifikasi bahwa eror konstruksi pemelajar berupa kesalahan pada

tingkat frasa, klausa, kalimat, kesalahan tanda baca, ejaan, atau penulisan huruf

kapital. Setelah dilakukan reduksi data, diperoleh data penelitian yang terdiri dari

71 data dari tugas kelas bahasa, 76 data dari jurnal harian pemelajar dan 73 data

dari dokumentasi percakapan pemelajar dengan peneliti.

3.5.2 Penyajian Data

Data penelitian yang dihasilkan dari proses reduksi data selanjutnya akan

diproses dalam penyajian data untuk mempermudah peneliti melakukan analisis

serta menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Miles dan Huberman

(1994) mengungkapkan bahwa penyajian data merupakan penyajian suatu

kumpulan data atau informasi secara teratur dan lebih sederhana untuk membantu

dalam pengambilan keputusan atau tindakan. Melalui proses penyajian data,

produksi bahasa antara pemelajar dapat dikelompokkan berdasarkan suatu

kesamaan unsur yang dapat diidentifikasi.

Dalam penelitian ini, data akan disajikan dalam suatu tabel maupun bagan

dengan disertai suatu penjelasan dalam bentuk narasi. Bagan yang disajikan

berupa distribusi serta frekuensi penggunaan kata yang muncul dalam konstruksi

kalimat pemelajar. Hal ini diperlukan untuk selanjutnya dapat ditentukan

frekuensi eror dalam masing-masing penggunaan kata. Penyajian data ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

57

diperlukan untuk mengarahkan temuan terkait pemerolehan kata pemelajar,

mengenai apa yang sudah dan belum dikuasai, dan juga mengenai jenis kata apa

yang terlebih dahulu dikuasai. Selain bagan, data juga disajikan dalam bentuk

tabel. Tabel ini berisi rangkuman data terkait bentuk bahasa antara tingkat kata

yang muncul dalam tulisan pemelajar.

3.5.3 Kesimpulan

Data penelitian yang telah disajikan kemudian diolah untuk menjawab

rumusan masalah dalam penelitian ini. Untuk menjawab rumusan masalah

pertama, peneliti menganalisa temuan yang berupa kategori eror dalam tingkat

kata serta membandingkan dengan teori dan penelitian relevan yang telah

dilakukan sebelumnya. Hasil kategori eror dari rumusan masalah pertama akan

dianalisis lebih lanjut untuk menjawab rumusan masalah kedua mengenai faktor

yang mendorong munculnya bentuk bahasa antara pemelajar. Hal ini dilakukan

dengan mengidentifikasi bentuk bahasa antara pemelajar, serta

membandingkannya dengan fitur sistem bahasa ibu dan juga bahasa target

pemelajar. Temuan mengenai faktor bahasa penyebab munculnya bahasa antara

juga didukung dengan hasil wawancara dengan pemelajar. Selanjutnya,

pemerolehan jenis kata pemelajar ditemukan dengan membandingkan prosetase

eror dalam temuan bahasa antara pada tataran kata.

Kesimpulan dan hasil penelitian dituliskan dalam bentuk deskripsi dan

penjelasan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian kualitatif, yakni untuk

mendapatkan deskripsi serta menggali pemahaman secara lebih mendalam

mengenai suatu grup atau suatu fenomena. Selain sesuai dengan hakikat penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

58

kualitatif, deskripsi dan paparan juga sesuai dengan hasil penelitian studi kasus.

Gass dan Selinker (2001) mengungkapkan bahwa data analisis dalam penelitian

longitudinal, terutama studi kasus, seringkali berbentuk deskripsi atau narasi.

3.6 Triangulasi Data

Dalam penelitian kualitatif, menguji validitas data menjadi hal yang

penting. Creswell (2007) memaparkan beberapa strategi untuk menguji validasi

data penelitian serta memberikan rekomendasi bagi peneliti untuk melakukan

setidaknya dua strategi untuk menguji validasi penelitian. Strategi yang akan

dipakai oleh peneliti adalah triangulasi serta member checking. Masing – masing

strategi validasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Triangulasi

Creswell (2007) mengungkapkan bahwa dalam triangulasi, peneliti memakai

berbagai sumber, metode, investigator dan teori yang berbeda untuk dapat

memperoleh bukti yang mendukung penelitian. Denzin dan Patton dalam

Honorene (2017) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa jenis trianggulasi,

antara lain adalah triangulation of source, analyst triangulation, dan juga

theory triangulation. Dalam penelitian ini, masing-masing jenis triangulasi

dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Triangulation of source

Beberapa sumber data dipakai dalam penelitian ini. Peneliti

mengumpulkan produksi tulisan pemelajar yang dihasilkan dari beberapa

konteks yang berbeda yaitu karangan dari kelas menulis, jurnal harian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

59

serta dokumentasi percakapan tertulis pemelajar dengan peneliti melalui

WhatsApp.

b. Analyst triangulation

Dalam triangulasi ini, hasil analisis data tidak hanya dibuat oleh peneliti,

tetapi juga oleh pakar yang memiliki keahlian dalam linguistik, khususnya

dalam proses pemelajaran bahasa kedua. Dalam penelitian ini, ahli yang

terlibat dalam triangulasi adalah seorang ahli bahasa Indonesia dan juga

pengajar BIPA. Ahli bahasa yang dimaksud adalah seorang dosen

linguistik yang juga terlibat aktif dalam kajian linguistik, khususnya dalam

kajian kasus-kasus kebahasaan. Ahli bahasa memiliki pemahaman

mendalam mengenai konstruksi kalimat dalam bahasa Indonesia,

mengenai unsur pembentuk suatu konstruksi sistem bahasa dan juga benar

dan tidaknya suatu konstruksi yang dibuat. Selanjutnya, pengajar BIPA

yang dimaksud adalah pengajar yang telah memiliki pengalaman mengajar

BIPA, khususnya pengajaran pada pemelajar penutur bahasa Inggris.

Pengajar BIPA merupakan seseorang yang seringkali menjumpai

konstuksi kalimat yang diproduksi oleh pemelajar selama proses

pembelajaran bahasa kedua. Dalam penelitian ini, ahli bahasa dan pengajar

BIPA berperan untuk memvalidasi interpretasi peneliti terkait konstruksi

kalimat pemelajar dan juga alternatif pembenaran yang dibuat oleh

peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

60

c. Theory triangulation

Analisis data dalam penelitian ini didukung dengan berbagai teori serta

penelitian yang relevan terkait bahasa antara.

2. Member check

Dalam hal ini, peneliti meminta pemelajar untuk memeriksa kebenaran dan

keakuratan data yang dipakai dalam penelitian ini. Pemelajar merupakan

partisipan dalam penelitian ini. Data dalam penelitian yang berupa konstruksi

kalimat diproduksi oleh pemelajar sehingga pemelajar mengetahui dengan

pasti kebenaran konstruksi kalimat yang dibuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tiga hal, yaitu (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan

(3) pembahasan. Deskripsi data berisi konteks penelitian serta hasil reduksi data.

Analisis data berisi paparan mengenai hasil analisis data dalam kaitannya dengan

rumusan masalah. Bagian pembahasan berisi penarikan kesimpulan dari analisis

data serta paparan mengenai hasil penelitian dalam kaitannya dengan teori dan

penelitian relevan sebelumnya.

4.1 Deskripsi Data

4.1.1 Konteks Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah seorang pemelajar BIPA dari

Australia. Pemelajar merupakan orang Australia keturunan Eropa. Bahasa ibu

pemelajar adalah bahasa Inggris. Pemelajar merupakan seorang mahasiswa yang

belajar bahasa Indonesia selama dua tahun semenjak tahun 2019. Pemelajar

mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas selama dua semester

pada tahun 2019. Pada tahun 2020, pemelajar mengikuti program immersion yang

melibatkan proses pembelajaran bahasa Indonesia di salah satu universitas di

Indonesia selama satu semester.

Peneliti memilih pemelajar sebagai subjek penelitian karena pemelajar

sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan. Kriteria pertama adalah tingkat

penguasaan bahasa Indonesia pemelajar yang masih masuk dalam kategori level

pemula. Peneliti beranggapan bahwa bentuk bahasa antara yang diproduksi oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

62

pemelajar tingkat pemula sangat beragam. Selanjutnya, pemelajar juga memiliki

motivasi yang tinggi untuk belajar bahasa Indonesia. Hal ini dapat terlihat ketika

pemelajar memutuskan untuk menyelesaikan proses pembelajarannya meskipun

harus kembali ke negara asal karena adanya pandemi covid-19. Lebih dari itu,

pemelajar juga mengikuti kelas bahasa online selama dua bulan ketika harus

kembali ke negara asalnya. Motivasi tinggi ini tentunya berpengaruh terhadap

proses perkembangan bahasa antara pemelajar. Hal ini sesuai dengan salah satu

tujuan penelitian, yaitu menemukan karakteristik bahasa-antara yang dapat dilihat

melalui perkembangan bahasa pemelajar. Kriteria yang terakhir adalah bahwa

pemelajar menyetujui untuk terlibat dalam penelitian studi kasus pada bulan

Februari – Desember 2020.

Melalui izin dari pemelajar, peneliti mengupulkan produksi data pemelajar

yang diperoleh dari tugas kelas menulis yang pernah diikuti pemelajar, jurnal

harian pemelajar serta dokumentasi percakapan tertulis pemelajar dengan peneliti

melalui WhatsApp. Peneliti memperoleh 154 konstruksi kalimat yang diproduksi

pemelajar dari kelas menulis. Selanjutnya, peneliti memperoleh 112 konstruksi

kalimat yang dihasilkan dari jurnal harian. Dari dokumentasi percakapan tertulis,

peneliti memilih 79 konstruksi kalimat pemelajar yang akan dianalisis.

4.1.2 Data Penelitian

Data penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian ini diperoleh dari

hasil reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan mengidentifikasi kata dalam

tulisan pemelajar yang termasuk dalam jenis pengetahuan kata yang dirumuskan

oleh APPBIPA. Jenis kata ini adalah kata ganti orang, kata bilangan tingkat, kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

63

negasi, kata tanya, kata ganti tunjuk, posisi dan lokasi, kata depan, kata

berimbuhan, kata keterangan, kata hubung, kata penggolong, kata seru, dan juga

kata ulang. Selanjutnya, peneliti melakukan kategorisasi kata-kata yang telah

diidentifikasi berdasarkan jenis kelompok kata. Peneliti mendaftar kalimat yang

mengandung jenis kata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat pemelajar.

Kalimat ini selanjutnya dianalisis dengan mengadaptasi alur proses dari Corder

(1982) mengenai identifikasi konstruksi idiosinkratik. Idiosinkratik merupakan

istilah yang dipakai oleh Corder (1982) untuk menyebut sistem bahasa yang

dimiliki oleh pemelajar bahasa kedua dalam mempelajari bahasa target.

Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah mengidentifikasi apakah

konstruksi kalimat pemelajar sesuai dengan konstruksi dalam kaidah bahasa

Indonesia. Apabila peneliti dapat memperoleh interpretasi logis dari konstruksi

kalimat pemelajar berdasarkan kaidah bahasa Indonesia dan konteks, maka data

ini akan dieliminasi. Berdasarkan proses identifikasi ini, peneliti memperoleh data

yang berupa 80 kalimat dari kelas menulis, 79 kalimat dari jurnal harian dan 79

kalimat dari dokumentasi percakapan pemelajar dengan peneliti.

Peneliti selanjutnya melakukan interpretasi dari konstruksi kalimat

pemelajar yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia atau tidak dipahami

sebagai suatu konstruksi kalimat penutur asli. Apabila interpretasi yang masuk

akal tidak dapat diperoleh dari konstruksi kalimat pemelajar, maka data ini juga

dieliminasi. Dalam proses ini, peneliti mengeliminasi beberapa konstruksi kalimat

pemelajar. Setelah melakukan interpretasi dan eliminasi konstruksi kalimat

pemelajar, data penelitian yang diperoleh terdiri dari 71 data dari tugas kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

64

bahasa, 76 data dari jurnal harian pemelajar dan 73 data dari dokumentasi

percakapan tertulis pemelajar dengan peneliti melalui WhatsApp.

Data ini disajikan dalam tabel analisis data. Dalam tabel analisis data,

peneliti memakai kode untuk setiap kelompok data. Kode tersebut dapat dirinci

sebagai berikut:

KB : Tugas Kelas Bahasa

JH : Jurnal Harian

DP : Dokumentasi Percakapan

Selain kode tersebut diatas, peneliti juga memakai kode angka untuk

menunjukkan bulan kalimat tersebut diproduksi. Penggunaan kode angka ini

dibuat berdasarkan urutan bulan dalam tahun, misalnya 02 untuk kalimat yang

diproduksi pada bulan Februari, 03 untuk kalimat yang diproduksi pada bulan

Maret, dan seterusnya. Hal ini diperlukan untuk mengenai karakteristik bahasa

antara yang diproduksi pemelajar selama proses pembelajaran bahasa Indonesia.

Interpretasi peneliti akan konstruksi kalimat pemelajar menjadi hal yang

penting dalam menjawab rumusan masalah penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti

juga melibatkan ahli bahasa dan juga praktisi BIPA untuk dapat melakukan

triangulasi data dan memeriksa kebenaran interpretasi peneliti. Hasil triangulasi

data dari ahli bahasa dan juga praktisi BIPA disajikan dalam suatu tabel dan

terlampir dalam penelitian ini.

4.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini berfokus pada tiga hal dalam rumusan

masalah. Bagian pertama adalah mengenai bentuk bahasa antara yang

dikonstruksi oleh pemelajar Australia dalam tataran kata. Bagian kedua adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

65

hasil analisis mengenai faktor yang mendorong munculnya bentuk bahasa antara

pemelajar dalam tataran kata. Bagian yang terakhir menguraikan mengenai

pemerolehan jenis kata pemelajar.

4.2.1 Bentuk Bahasa Antara Tingkat Kata

Seperti yang telah diuraikan dalam kajian teori, bahasa antara merupakan

sistem bahasa pemelajar dalam usahanya mempelajari bahasa target. Untuk

menemukan bentuk-bentuk bahasa antara pemelajar Australia, peneliti melakukan

analisis eror terhadap data penelitian. Dalam hal ini, peneliti menginterpretasikan

data yang berupa konstruksi kalimat pemelajar yang mengandung eror dalam

tataran kata menjadi suatu kalimat yang dapat mengungkapkan makna yang ingin

disampaikan pemelajar dalam bahasa Indonesia. Kalimat hasil interpretasi

merupakan suatu terjemahan dari bahasa antara menjadi bahasa Indonesia.

Interpretasi dilakukan dengan menganalisa bentuk dan konteks yang ada dalam

konstruksi kalimat pemelajar. Dalam hal ini, peneliti sebagai penutur asli bahasa

target pemelajar, membuat suatu interpretasi atau alternatif pembenaran

berdasarkan kemungkinan makna yang ingin disampaikan oleh pemelajar.

Interpretasi ini juga telah divalidasi melalui triangulasi penelitian.

Hasil interpretasi berupa konstruksi yang berterima dalam bahasa target,

yaitu harus acceptable dan appropriate (Corder, 1981). Acceptable atau berterima

berarti bahwa konstruksi merupakan bentuk yang biasa diproduksi oleh seorang

penutur asli, dapat dikenali dan dimengerti oleh penutur asli yang lain.

Appropriate berarti sesuai dengan konteks dalam kalimat pemelajar. Bentuk eror

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

66

terlihat apabila konstruksi pemelajar tidak berterima dan tidak sesuai konteks, atau

berterima tetapi tidak sesuai konteks.

Data penelitian mengindikasikan beberapa bentuk penggunaan kata yang

tidak berterima dan tidak sesuai konteks. Kategori data ini dapat dikelompokkan

berdasarkan jenis eror yang muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar.

1. Penggunaan Kata Ganti Orang

Berdasarkan rumusan APPBIPA, jenis kata ganti orang yang seharusnya

dikuasai oleh seorang pemelajar pemula adalah kata ganti orang I, II, III, yaitu

saya, Anda, aku, kamu, ia/dia, kalian, mereka, kami, dan kita. Data penelitian

menunjukkan bahwa hampir semua kata ganti tersebut muncul dalam tulisan

pemelajar. Frekuensi serta distribusi penggunaan kata ganti tersebut dapat dilihat

pada bagan 4.1.

Bagan 4.1: Distribusi Penggunaan Kata Ganti

Frekunsi kata ganti tertinggi yang dipakai oleh pemelajar adalah kata ganti

saya. Kata ganti ini dapat ditemukan dalam tulisan pemelajar yang diambil dari

0

50

100

150

200

250

Saya Anda Aku Kamu Dia Kalian Mereka Kami Kita

Total

KB

JH

DP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

67

kelas bahasa, jurnal harian dan juga percakapan tertulis antara pemelajar dengan

peneliti. Sementara itu, data penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ditemukan

kata ganti aku pada tulisan yang diambil dari kelas bahasa. Pemelajar memakai

kata ganti aku hanya pada situasi informal, seperti pada penulisan jurnal harian

dan juga percakapan tertulis dengan peneliti. Hal ini mengindikasikan bahwa

pemelajar juga memahami perbedaan penggunaan kata ganti antara saya dan aku.

Bagan 4.1 juga menunjukkan bahwa pemelajar memakai kata ganti Anda

dan kamu pada situasi yang berbeda. Data penelitian menunjukkan bahwa kata

ganti Anda hanya dapat ditemukan dalam kalimat pemelajar dari situasi formal,

seperti kelas menulis. Selanjutnya, kata ganti kamu hanya ditemukan dalam situasi

informal, seperti pada dokumentasi percakapan tertulis pemelajar dengan peneliti.

Selain kata ganti orang, APPBIPA juga menambahkan jenis kata ganti yang

seharusnya dikuasai oleh seorang pemelajar pemula, yaitu penggunaan kata ganti

-ku, -mu, dan -nya. Data penelitian menunjukkan bahwa kata ganti –mu tidak

muncul dalam tulisan pemelajar. Kata ganti –ku dan –nya juga muncul dengan

jumlah frekuensi yang cukup sedikit, yakni hanya tujuh kali –ku dan 5 kali –nya.

Distribusi penggunaan kata ganti ini dapat dilihat dalam bagan 4.2.

Bagan 4.2: Penggunaan Kata Ganti -ku, -mu dan -nya

0

2

4

6

8

ku mu nya

Total KB JH DP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

68

Selanjutnya, data penelitian mengindikasikan adanya penggunaan kata ganti

yang tidak sesuai dengan kaidah penggunaan kata ganti dalam bahasa Indonsia.

Bentuk eror dalam kata ganti dapat dilihat dalam bagan 4.3.

Bagan 4.3: Bagan Frekuensi Eror Penggunaan Kata Ganti Orang

Frekuensi eror terbesar ada pada penggunaan kata ganti dia, yakni sebesar 29%

atau sejumlah 8 eror yang ditemukan dari keseluruhan penggunaan kata ganti dia,

yakni sejumlah 28. Eror dalam penggunaan kata ganti ini dapat dilihat dari

konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(1) “Keluarga ayah aku adalah Italia!” DP.09.18

(2) “Tolong mengunjukkan aku baju tradisional kakak kamu.” DP.12.67

(3) “... saya pergi ke rumah teman saya dan memperbaiki pagar dia.” JH.11.46

Konstruksi kalimat pemelajar pada data (1), (2) dan (3) menunjukkan adanya eror

dalam penggunaan kata ganti. Pada kalimat (1), kata ganti yang tepat adalah kata

ganti milik, yakni dengan menambahkan –ku menjadi ayahku. Kalimat (2)

memerlukan kata ganti milik untuk kamu, yakni –mu. Pembentukan kata ganti

yang tepat dalam kalimat (2) adalah kakakmu. Selanjutnya, kata ganti milik –nya

seharusnya menggantikan kata ganti dia pada kalimat (3).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

69

Selanjutnya, data penelitian juga mengindikasikan adanya eror pada

penghilangan kata ganti –nya dalam konstruksi kalimat yang memerlukan kata

ganti -nya untuk menunjuk dan menghubungkan nomina yang telah disebutkan

sebelumnya. Eror ini muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar seperti yang

dirangkum pada tabel 4.1.

Kode Eror Penggunaan Kata Ganti

KB.04.29 Kami berjalanan ke tempat-tempat kampung seluruh Australia barat

contoh Geraldton dan Kalgoorlie.

KB.04.44 Namun saya lebih suka naik kereta api, karena saya bisa melihat

pemandangan alam, meskipun harga lebih mahal daripada naik bis.

DP.09.32 Orang2 membuat foto lalu meletakkan di atas papan tulis untuk

menampilan

JH.11.36 Lokasi kira-kira timur dari Perth tiga puluh menit dari tengah Perth.

JH.11.37 Tempat sangat cantik, ada banyak pohon-pohon apel dan danau

‘dragonfly’.

JH.11.73 Juga aku mencuci barang dapur contoh sendok, pisau dan pirang-pirang.

Tabel 4.1: Eror Penggunaan Kata Ganti -nya

Konstruksi kalimat pemelajar pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa diperlukan kata

ganti –nya pada kata bercetak tebal. Hal ini karena kata tersebut merujuk pada

suatu nomina yang telah disebutkan sebelumnya.

2. Penggunaan Preposisi

Berdasarkan rumusan APPBIPA, jenis preposisi yang seharusnya dikuasai

oleh seorang pemelajar pemula adalah di, ke, dari, pada, dan kepada. Meskipun

demikian, peneliti juga menemukan bahwa pemelajar juga memakai preposisi

untuk, selama dan juga dengan dalam konstruksi kalimat. Oleh karena itu, peneliti

juga akan menambahkan preposisi tersebut dalam analisis data penggunaan

preposisi. Distribusi penggunaan preposisi dalam konstruksi kalimat pemelajar

dapat dilihat dalam bagan 4.4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

70

Bagan 4.4: Distribusi Penggunaan Preposisi

Eror dalam hal preposisi yang dapat ditemukan dalam konstruksi kalimat

pemelajar mengindikasikan adanya kesalahan penggunaan preposisi dan

penghilangan preposisi. Eror preposisi yang muncul dalam konstruksi kalimat

pemelajar dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Eror Penggunaan Preposisi Eror Penghilangan

Preposisi

Kode Eror Koreksi Kode Eror

KB.04.25 untuk selama DP.08.16 dengan

KB.04.27 untuk selama DP.08.17 dengan

KB.04.28 untuk selama DP.11.45 di

KB.04.42 untuk ke DP.12.59 untuk

KB.04.50 dalam pada DP.12.68 dengan

JH.11.06 dalam dengan DP.12.72 ke

JH.11.26 pada selama JH.11.30 ke

JH.11.28 pada selama

JH.11.32 di ke

DP.12.53 di ke

DP.12.64 untuk pada

Tabel 4.2: Eror Penggunaan Preposisi

Eror dalam penggunaan preposisi dapat dilihat dari konstruksi kalimat pemelajar

berikut:

100

41

27

13

5

54

10

31

0 20 40 60 80 100 120

di

ke

dari

pada

kepada

untuk

selama

dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

71

(4) “Saya bermain gitar dan bass di band untuk dua tahun.” KB.04.28

(5) “Saya mencuci pakaian dalam mesin pencuci selama dua jam.” JH.11.06

Penggunaan preposisi untuk pada kalimat (4) kurang tepat untuk mengungkapkan

suatu kurun waktu karena preposisi ini berfungsi untuk menandai hubungan

peruntukan (Muslich, 2010). Preposisi yang tepat dipakai adalah selama karena

preposisi ini menyatakan hubungan kurun waktu (Muslich, 2010). Kalimat (5)

juga mengindikasikan adanya preposisi yang kurang tepat. Preposisi yang tepat

dipakai dalam kalimat (5) adalah preposisi dengan karena preposisi ini berfungsi

untuk menunjukkan hubungan alat (Effendi, Kentjono & Suhardi, 2015).

Selain penggunaan preposisi yang salah, data penelitian juga menunjukkan

adanya eror karena penghilangan preposisi dalam kalimat. Bentuk eror ini muncul

pada data ke J H.11.30, dengan (DP.08.16), dengan (DP.08.17), di (DP.11.45),

untuk (DP.12.59), dengan (DP.12.68), dan ke (DP.12.72). Contoh penghilangan

preposisi ini muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(6) “Apakah kamu bisa bermain bulu tangkis baik?” DP.08.16

(7) “Apakah udara sangat asap dekatmu?” DP.11.45

Dalam kalimat (6), diperlukan sebuah preposisi diantara kata bulu tangkis dan

baik. Tanpa adanya preposisi, frasa bulu tangkis baik menjadi tidak sesuai dengan

konteks yang ingin disampaikan pemelajar. Preposisi yang diperlukan pada

kalimat (6) merupakan preposisi yang dapat mendeskripsikan suatu cara. Preposisi

dengan tepat dipakai dalam kalimat ini karena preposisi ini menyatakan hubungan

kesetaraan atau cara (Muslich, 2014). Selanjutnya, kalimat (7) memerlukan

preposisi sebelum kata berasap dan dekatmu. Preposisi yang tepat adalah di yang

dapat menyatakan hubungan tempat berada (Muslich, 2010)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

72

3. Penggunaan Kata Berimbuhan

Jenis kata berimbuhan atau afiks yang masuk dalam rumusan kompetensi

pemelajar BIPA tigkat pemula yang disusun oleh APPBIPA adalah afiks ber-, me-

, -an, pe- ber-an. Meskipun demikian, data menunjukkan bahwa pemelajar juga

memakai afiks di-, -kan, me-kan, pe-an, ke-an, dan me-i. Penggunaan afiksasi ini

dapat dikategorikan menjadi prefiks, sufiks dan konfiks. Distribusi penggunaan

kata berimbuhan yang muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar dapat diihat

dalam bagan.

Bagan 4.5: Distribusi Penggunaan Kata Berimbuhan

Data penelitian menunjukkan bahwa beberapa penggunaan afiksasi yang

dikonstruksi oleh pemelajar tidak seperti penggunaan afiksasi oleh penutur asli

Indonesia. Penggunaan afiksasi yang dipakai pemelajar juga tidak sesuai untuk

membentuk kata dengan arti yang sesuai dengan konteks kalimat. Penggunaan

prefiks yang salah muncul pada prefiks me-, ber-, di-, pe-. Penggunaan sufiks

132

131

45

16

11

11

16

7

3

5

0 20 40 60 80 100 120 140

ber

me

an

pe-

di-

kan

me-kan

pe-an

ke-an

me-i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

73

yang salah muncul pada sufiks -kan, dan -an. Penggunaan konfiks yang salah

muncul pada konfiks me-kan, pe-an, ke-an, dan me-i.

Berdasarkan data penelitian, bentuk eror dalam afiksasi berupa

penambahan afiks pada kata yang seharusnya memakai bentuk dasar,

penghilangan afiks, dan juga penggunaan afiks yang salah dan tidak sesuai dengan

konteks kalimat. Bentuk eror ini dapat diuraikan dalam tabel 4.3.

Afiksasi Penambahan afiks Penghilangan afiks Penggunaan Afiks yang

salah

Prefiks me- mencari (KB.04.58),

melakukan

(DP.11.46,

DP.12.60),

menduduk

(JH.11.44),

lihat (KB.03.08), obrol

(DP.08.11), hidupkan

(JH.11.11), telepon

(JH.11.49)

menari (KB.04.32), merasa

(KB.04.40), menjadi

(JH.11.34), menarik

(JH.11.70), mengingat

(DP.12.59), membuat

(DP.12.62)

Prefiks ber- berolahraga

(KB.03.12), bersantai

(KB.04.36),

pikir (KB.04.35,

KB.04.59, JH.11.29,

JH.11.60), bentuk

(JH.11.03), semangat

(JH.11.22), asap

(DP.11.45), sejarah

(JH.11.71)

bekerja (DP.08.14,

JH.11.25, DP.12.56)

Prefiks di- - campur (JH.11.12) dibuat (KB.04.53,

JH.11.70), dibayar

(JH.11.47),

Prefiks pe- pencuci (JH.11.06) kataan (JH.11.33) pemeriksa (KB.04.41),

pemain (JH.11.64),

penyanyi (JH.11.69)

Sufiks -kan membacakan

(KB.05.63),

dibelikan (JH.11.04),

mencucikan

(JH.11.52),

membantukan

(JH.11.16),

membuangkan

(JH.11.72)

membeli (KB.04.24),

diberi (KB.04.26),

dimain (KB.04.33),

mendengar

(DP.11.36), mengata

(JH.11.39, DP.11.50),

-

Sufiks -an berliburan

(KB.03.01),

berjalanan

(KB.04.29), mulaian

(DP.11.39),

membangunan

(JH.11.03)

potong (JH.11.12),

pernikah (JH.11.22,

JH.11.38, JH.11.40),

rencanaan (KB.03.06),

pikiran (KB.04.25), jahitan

(KB.04.54)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

74

Konfiks

me-kan

- tambah (KB.05.68),

selesai (JH.11.74),

bingung (DP.12.62)

menampilan (DP.09.32),

membuatkan (JH.11.63),

menikmatikan (DP.12.57),

mengujukkan (DP.12.67)

Konfiks pe-

an

- - perbedaan (KB.03.20),

perayaan (JH.11.35,

DP.12.61)

Konfiks ke-

an

- - kesenangan (KB.04.30)

Konfiks

me-i

- - mengendarai (KB.05.71),

mengunjungi (DP.12.70)

Tabel 4.3: Eror dalam Afiksasi

a.1 Prefiks me-

Data penelitian mengindikasikan adanya bentuk eror dalam penggunaan

prefiks me- yang berupa penambahan prefiks me-, penghilangan prefiks me-, serta

penggunaan prefiks me- yang tidak sesuai dengan konteks kalimat. Prefiks me-

merupakan prefiks yang banyak muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar.

Bentuk eror dalam prefiks me- muncul berulang dalam kata-kata yang dipakai

pemelajar, yaitu, mencari, melakukan, menduduk, menari, merasa, menjadi,

menarik, mengingat, membuat, lihat, obrol, hidupkan, dan telepon. Contoh

penambahan prefiks me- pada kata yang seharusnya memakai bentuk dasar

muncul pada konstruksi kalimat berikut:

(8) “… saya menduduk di meja makan makan malam dengan ….” JH.11.44

(9) “Ada lebih banyak obat traditional di Australia yang Anda bisa mencari di

...” KB.04.58

Pembentukan kata me+duduk menjadi menduduk pada kalimat (8) dan me+cari

menjadi mencari pada kalimat (9) tepat secara morfofonemis, tetapi kata

menduduk dan mencari tidak berterima dan tepat sesuai dengan konteks kalimat.

Imbuhan me- pada kata menduduk tidak bermakna karena tidak pernah dipakai

oleh seorang penutur asli Indonesia. Kata yang tepat dipakai dalam kalimat ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

75

berupa bentuk dasar, yaitu duduk. Sementara itu, bentuk kata mencari tidak sesuai

konteks dalam kalimat (9). Kalimat (9) memerlukan suatu bentuk verba pasif

tanpa di. Verba yang dapat dipakai untuk membentuk kalimat pasif adalah bentuk

dasar cari.

Selanjutnya, pemelajar memakai kata bentuk dasar pada kata yang

seharusnya memerlukan prefiks me-. Hal ini dapat dilihat dalam konstruksi

kalimat pemelajar berikut:

(10) “Minggu depan saya akan telepon penjual rumah…” JH.11.49

(11) “Saya gugup tetapi obrol akan membantu saya banyak” DP.08.11

Penggunaan kata telepon pada kalimat (10) dan obrol (11) mengindikasikan

kesalahan penggunaan bentuk dasar. Kata telepon merupakan suatu nomina yang

berarti alat untuk bercakap-cakap antara dua orang dalam jarak jauh. Kata obrol

merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri atau selalu membutuhkan

afiksasi. Pada kalimat (10) diperlukan suatu verba yang berfungsi sebagai predikat

dari subjek saya. Verba ini dapat dibentuk dengan menambahkan prefix me- yang

dapat berarti mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung dalam

kata dasar (Keraf, 1980). Pembentukan kata yang tepat dalam kalimat (10) adalah

me+telepon menjadi menelepon yang berarti menggunakan telepon. Kalimat (11)

memerlukan verba yang berarti melakukan kegiatan bercakap-cakap. Verba ini

dapat dibentuk dengan menambahkan prefix me- yang dapat berarti melakukan

suatu perbuatan (Keraf, 1980). Pembentukan kata yang tepat dalam kalimat (11)

adalah me+obrol menjadi mengobrol.

Bentuk penggunaan prefiks me- yang tidak tepat tidak hanya berkaitan

dengan apakah seharusnya memakai kata dasar atau kata dengan prefiks me-,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

76

tetapi juga pada pemakaian me- pada kata yang seharusnya memakai bentuk afiks

yang lain. Hal ini dapat dilihat pada contoh konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(12) “Suhu badan saya merasa panas sedikit,... .” KB.04.40

(13) “…ada film yang membuat kali berbeda! 1970s dan 2000s!!!” DP.12.62

Penggunaan prefiks me- pada kata merasa dalam kalimat (12) tidak tepat karena

prefiks me- dapat memberikan arti melakukan tindakan dengan alat seperti yang

terkandung pada bentuk dasar (Muslich, 2014). Dalam kalimat ini pembentukan

me+rasa menjadi merasa berarti menggunakan rasa. Makna ini menjadi tidak

tepat karena subjek dalam kalimat ini berupa frasa nomina suhu badan saya. Afiks

yang tepat dipakai adalah ter- karena afiks ini apabila melekat pada kata benda

dapat berarti dapat di (seperti bentuk dasar) kan/i (Muslich, 2014). Pembentukan

kata dengan prefiks ter juga sesuai dengan kebutuhan verba yang berfungsi

sebagai predikat dalam kalimat intranstif. Dengan demikian, pembentukan kata

yang tepat adalah ter+rasa menjadi terasa yang berarti dapat dirasakan.

Sementara itu, bentuk kata membuat pada kalimat (13) tidak sesuai konteks.

Kalimat (13) memerlukan suatu bentuk verba pasif. Verba yang dapat dipakai

untuk membentuk kalimat pasif adalah bentuk verba dengan afiks di.

Pembentukan kata yang tepat dalam kalimat (6) adalah di+buat menjadi dibuat.

a.2 Prefiks ber-

Peneliti menemukan adanya data penelitian yang mengindikasikan

penggunaan prefiks ber- yang salah. Eror ini berupa penambahan prefiks ber-

pada kata yang seharusnya memakai bentuk dasar, penghilangan prefiks ber- pada

kata yang seharusnya mendapatkan tambahan prefiks ber-, serta penggunaan

prefiks ber- yang tidak sesuai dengan konteks kalimat. Bentuk ini muncul pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

77

konstruksi kalimat pemelajar dengan kata-kata yang dipakai pemelajar, yaitu

berolahraga, bersantai, pikir, bentuk, semangat, asap, sejarah, dan bekerja.

Contoh penambahan prefiks ber- pada kata yang seharusnya memakai

bentuk dasar adalah pada konstruksi kalimat berikut:

(14) “Saya lebih suka gamelan Jawa karena lebih bersantai, halus dan

muram!” JH.11.74

Pembentukan kata ber+santai menjadi bersantai pada kalimat (14) tidak sesuai

dengan konteks kalimat. Prefiks ber- pada bersantai kata membentuk verba yang

berarti dalam keadaan santai. Dalam kalimat ini, diperlukan bentuk dasar santai

sebagai suatu adjektif yang menggambarkan tentang nomina gamelan Jawa.

Bentuk dasar santai dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) online

mengungkapkan mekna bebas dari rasa tegang, dalam keadaan bebas dan

senggang.

Selanjutnya, pemelajar memakai kata bentuk dasar pada kata yang

seharusnya memerlukan prefiks ber-. Hal ini dapat dilihat dalam konstruksi

kalimat pemelajar berikut:

(15) “Drama yang Sejarah!” JH.11.71

(16) “Apakah udara sangat asap dekatmu?” DP.11.45

Penggunaan kata sejarah pada kalimat (15) dan asap pada kalimat (16)

mengindikasikan kesalahan penggunaan bentuk dasar. Kata sejarah merupakan

suatu nomina yang dapat berarti asal-usul, pengetahuan atau kejadian pada masa

lampau. Kata asap merupakan suatu nomina yang berarti uap yang dapat terlihat

yang dihasilkan dari pembakaran. Penggunaan kata dasar sejarah dan asap tidak

sesuai dengan konteks kalimat. Kata yang sesuai dengan konteks kalimat (15) dan

(16) adalah bentuk verba dengan penambahan prefix ber- yang dapat dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

78

berfungsi sebagai suatu transformasi dari kata mempunyai atau memiliki (Keraf,

1980). Prefiks ber- diperlukan untuk membentuk verba yang menyatakan

mempunyai sejarah dan mengandung atau diliputi asap. Pembentukan kata yang

tepat adalah ber + sejarah menjadi bersejarah dan ber + asap menjadi berasap.

Data juga mengindikasikan adanya eror dalam peggunaan prefiks me-

karena tidak sesuai dengan konteks kalimat. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:

(17) “Ketika bekerja sudah selesai pada jam tiga saya pergi ke … .” JH.11.25

(18) “Ya, dia melakukan banyak bekerja bulan lalu!” DP.08.14

Penggunaan afiks ber- pada kata bekerja dalam kalimat (17) dan (18) tidak sesuai

dengan konteks kalimat. Kedua kalimat ini memerlukan kata jenis nomina, bukan

verba dengan imbuhan ber- seperti yang dikonstruksi oleh pemelajar. Afiks yang

tepat dipakai untuk membentuk nomina adalah per-an. Seperti yang diungkapkan

oleh Keraf (1980) bahwa konfiks per-an dapat berfungsi untuk membentuk kata

benda, dan dapat mengungkapkan arti menyatakan hal perbuatan”. Dengan

demikian, pembentukan kata yang tepat adalah pe+kerja+an menjadi pekerjaan

yang berarti hal yang dikerjakan.

a.3 Prefiks di-

Fungsi utama dari prefiks di- menurut Muslich (2014) adalah untuk

menyatakan suatu tindakan yang pasif. Bentuk eror dalam prefiks di- berupa

penggunaan prefiks di- pada kalimat aktif dan juga penghilangan prefiks di- pada

kata yang membutuhkannya untuk membentuk suatu verba pasif. Hal ini

menunjukkan bahwa pemelajar juga belum menguasai afiksasi pada kalimat pasif

dan kalimat aktif. Bentuk eror pada penggunaan prefiks di- muncul pada kata

dibayar, dibuat, ,dan campur dalam konstruksi kalimat pemelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

79

Bentuk eror penggunaan prefiks di- pada kalimat aktif muncul pada

konstruksi kalimat berikut:

(19) “Ketika pekerjaan sudah selesai saya pergi ke toko serba dan dibayar

makanan yang saya akan dimakan selama pekan.” JH.11.47

(20) “Prosess untuk dibuat pakaian possum dan kanguru adalah…” KB.04.53

Penggunaan prefiks di- pada kata di+bayar pada kalimat (19) serta kata di+buat

pada kalimat (20) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kedua kalimat ini

memerlukan verba aktif. Pada kalimat (19), bentuk persona saya menjadi pelaku

dalam tindakan bayar yang dimaksud. Selanjutnya, pada kalimat (20), bentuk

persona proses menjadi pelaku dalam tindakan buat yang dimaksud. Dengan

demikian, pembentukan kata yang tepat adalah me+bayar menjadi membayar,

dan me+buat menjadi membuat.

Selanjutnya, pemelajar memakai kata bentuk dasar pada kata yang

seharusnya memerlukan prefiks di-. Hal ini dapat dilihat dalam konstruksi kalimat

pemelajar berikut:

(21) “Ada kulit possum dan kanguru yang jahitan bersama.” KB.04.54

(22) “Kemudian saya membuat makan pagi telur campur dengan potong babi,

keju di atas roti potong.” JH.11.12

Penggunaan kata jahitan dan kata campur tidak tepat dipakai dalam kalimat (21)

dan kalimat (22). Kedua kalimat ini merupakan kalimat pasif sehingga diperlukan

bentuk verba dengan prefiks di-. Penggunaan sufiks -an pada kata jahitan tidak

tepat dipakai dalam kalimat (21) karena sufiks ini berfungsi untuk membentuk

kata benda (Keraf, 1980). Pembentukan kata jahitan tidak sesuai dengan konteks

kalimat. Pembentukan kata yang tepat adalah di+jahit menjadi dijahit yang dapat

menyatakan bahwa nomina kulit possum dan kanguru yang berfungsi sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

80

subjek merupakan nomina yang dikenai tindakan jahit. Kata dasar campur pada

kalimat (22) seharusnya juga mendapatkan penambahan prefiks di-. Pembentukan

kata ini adalah di+campur menjadi campur yang dapat menyatakan bahwa

nomina telur dikenai tindakan campur.

a.4 Prefiks pe-

Data penelitian juga mengindikasikan adanya eror dalam dalam

penggunaan prefiks pe-. Salah satu fungsi prefiks pe- yang sering dipakai adalah

untuk menyatakan orang yang biasa/pekerjaannya/gemar melakukan tindakan

yang tersebut pada bentuk dasar (Muslich, 2014). Penggunaan prefiks pe- yang

salah muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(23) “... Saya akan pemeriksa tekanan darah dan suhu badan Anda.”

KB.04.41

(24) “Hari Jumat aku selasai bekerja pada Jam tiga, kemudian aku bertemu

dengan Michael teman aku untuk pemain tenis.” JH.11.64

Penggunaan kata dengan afiks pe- pada kata pemeriksa dalam kalimat (23) dan

kata pemain dalam kalimat (24) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Pengunaan

prefiks pe- pada kata pemeriksa membentuk sebuah kata nomina yang berarti

orang yang memeriksa. Kata yang sesuai dengan konteks kalimat (23) adalah

suatu verba yang memberikan arti melihat dengan teliti untuk mengetahui

keadaan. Verba ini dapat dibentuk dengan menambahkan prefiks me-.

Pembentukan kata ini adalah me+meriksa menjadi memeriksa. Selanjutnya,

pengunaan prefiks pe- pada kata pemain membentuk sebuah kata nomina yang

berarti orang yang bermain. Kata yang sesuai dengan konteks kalimat (24) adalah

suatu verba yang memberikan arti melakukan suatu permainan. Verba ini dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

81

dibentuk dengan menambahkan prefiks ber-. Pembentukan kata ini adalah

ber+main menjadi bermain.

Selanjutnya, bentuk eror dalam penggunaan refiks pe- juga muncul dalam

bentuk penghilangan prefiks pe-. Bentuk eror ini muncul dalam konstruksi

berikut:

(25) “… tidak sabar karena saya tidak tahu banyak kataan dan

kosokata…Aduh!” JH.11.33

Bentuk kata kataan dalam kalimat (25) tidak berterima dan tidak sesuai konteks.

Kata kataan tidak dipakai oleh penutur Indonesia. Dalam kalimat ini, bentuk yang

tepat dipakai adalah dengan menambahkan imbuhan prefiks pe- menjadi

perkataan yang berarti kumpulan kata atau sesuatu yang dikatakan.

a.5 sufiks -kan

Fungsi utama dari sufiks -kan adalah mengungkapkan arti melakukan

sesuatu untuk orang lain (Muslich, 2014). Bentuk penggunaan sufiks -kan yang

salah adalah penambahan prefiks kan- pada kata yang tidak memerlukannya dan

juga penghilangan sufiks -kan pada kata yang seharusnya mendapatkan tambahan

sufiks -kan. Bentuk ini muncul pada konstruksi kalimat pemelajar dengan kata-

kata yang dipakai pemelajar, yaitu membacakan, dibelikan, mencucikan,

membantukan, membuangkan, membeli, diberi, dimain, mendengar dan mengata.

Contoh penambahan prefiks -kan yang tidak diperlukan adalah pada

konstruksi kalimat berikut:

(26) “Sesudah bekerja saya pergi ke toko rumah bernama ‘Kmart’ di sana

sebuah pemotong kopi dibelikan.” JH.11.04

(27) “Nanti sore, saya bersantai, bermain gitar dan mencucikan pakaian

saya.” JH.11.52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

82

Penggunaan kata dengan sufiks -kan pada kata dibelikan dalam kalimat (26) dan

kata mencucikan dalam kalimat (27) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Subjek

dalam kedua kalimat, saya, merupakan pelaku yang melakukan tindakan membeli

pada kalimat (26) serta mencuci pada kalimat (27). Dengan demikian, sufiks -kan

seharusnya dihilangkan dari kata dibelikan dan mencucikan.

Di sisi lain, pemelajar menghilangkan atau tidak menambahkan sufiks -

kan pada kata yang memerlukan sufiks ini. Contoh penghilangan sufiks -kan

muncul pada konstruksi kalimat berikut:

(28) “Musik dimain oleh pemusik dengan gamelan yang adalah alat musik,

yaitu bonang, gangsa, saron, gender dan banyak lain.” KB.04.33

(29) “Mereka mengata kata-kata yang cantik dan ‘honest’.” JH.11.39

Penggunaan kata dimain dalam kalimat (28) dan kata mengata dalam kalimat (29)

tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kata-kata ini juga tidak berterima dan tidak

dipakai oleh penutur asli Indonesia. Kata dimain menjadi berterima dan sesuai

konteks kalimat apabila ditambahkan sufiks -kan. Pembentukan kata ini adalah

dimain+kan menjadi dimainkan yang menyatakan bahwa pemusik yang berfungsi

sebagai objek bermain musik yang merupakan subjek dalam kalimat (28).

Selanjutnya, bentuk kata mengata juga seharusnya ditambahakan sufiks -kan

untuk menjadi berterima dan sesuai dengan konteks kalimat. Pembentukan kata

ini adalah me+kata+kan menjadi mengatakan yang berarti menyampaikan kata-

kata.

a.6 sufiks -an

Data penelitian menunjukkan adanya bentuk penggunaan sufiks -an yang

salah. Eror ini berupa penambahan prefiks an- pada kata yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

83

memerlukannya dan juga penghilangan sufiks an- pada kata yang seharusnya

mendapatkan tambahan sufiks -an. Bentuk ini muncul pada konstruksi kalimat

pemelajar dengan kata-kata yang dipakai pemelajar, yaitu, berliburan, berjalanan,

mulaian, membangunan, potong, pernikah, rencanaan, pikiran, dan jahitan.

Contoh penambahan prefiks an- yang tidak diperlukan adalah pada

konstruksi kalimat berikut:

(30) “… saya ingin bermain gitar karena saya pikiran gitarnya spesial dan luar

biasa.” KB.04.25

(31) “Tetapi aku mulaian menulis 'Bahasa diary' beberapa hari!” DP.11.39

Penggunaan sufiks -an pada kata pikiran dalam kalimat (30) serta rencanaan

dalam kalimat (31) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Sufiks -an pada kata

pikiran membentuk suatu nomina. Sufiks ini seharusnya dihilangkan karena kata

yang diperlukan dalam kalimat (30) merupakan kata verba. Kata verba yang tepat

dan sesuai dengan konteks kalimat adalah pembentukan kata dengan prefiks ber-.

Pembentukan kata ini adalah ber+pikir menjadi berpikir yang berarti

menggunakan pikiran untuk menimbang-nimbang sesuatu. Hal ini juga berlaku

pada kata mulaian dalam kalimat (31). Penggunaan sufiks -an pada kata mulaian

tidak sesuai konteks dan tidak berterima. Kata mulaian tidak dipakai oleh penutur

asli Indonesia. Kata yang tepat adalah kata dasar mulai yang yang berarti

mengawali.

Selanjutnya, pemelajar menghilangkan atau tidak menambahkan sufiks -an

pada kata yang memerlukan sufiks ini. Contoh penghilangan sufiks -an muncul

pada konstruksi kalimat berikut:

(32) “… makan pagi telur campur dengan potong babi, keju di atas roti

potong.” JH.11.12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

84

(33) “Saya semangat untuk pernikah teman-teman.” JH.11.22

Kata potong pada kalimat (32) dan kata pernikah pada kalimat (33) tidak sesuai

dengan konteks kalimat secara keseluruhan. Kata potong merupakan nomina yang

berarti penggal atau penggolong bilangan berbagai benda. Kata yang sesuai

dengan konteks kalimat (32) adalah kata dengan sufiks -an. Pembentukan kata ini

adalah potong+an menjadi “potongan” yang berarti hasil memotong. Sementara

itu, kata pernikah dalam kalimat (33) dapat berarti setiap menikah atau setiap

pernikahan. Kata ini juga tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kata ini

seharusnya mendapatkan tambahan sufiks +an untuk membentuk nomina

pernikahan yang berarti upacara nikah.

a.7 konfiks me-kan

Data penelitian mengindikasikan adanya eror penggunaan konfiks me-kan

yang berupa penghilangan konfiks me-kan pada kata yang seharusnya

mendapatkan tambahan serta penggunaan konfiks me-kan yang tidak sesuai

dengan keseluruhan konteks kalimat. Bentuk ini muncul pada konstruksi kalimat

pemelajar dengan kata-kata yang dipakai pemelajar, yaitu selesai, tambah,

bingung, menampilan, membuatkan, menikmatikan, dan mengunjukkan.

menikmatikan.

Eror dalam penghilangan konfiks me-kan muncul dalam konstruksi

kalimat pemelajar sebagai berikut:

(34) “Sesudah selesai pekerjaan rumah aku bersantai ….” JH.11.74

(35) “Ya Star Wars kadang-kadang bingung karena ada film yang …”

DP.12.62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

85

Penggunaan bentuk kata bentuk dasar selesai pada kalimat (34) dan bingung pada

kalimat (35) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kata ini memerlukan afiks me-

kan untuk menyatakan makna kausatif atau menyebabkan terjadinya sesuatu

proses (Keraf, 1980). Pembentukan kata yang tepat pada kalimat (34) adalah

me+selesai+kan menjadi menyelesaikan yang berarti menyebabkan suatu proses

menjadi selesai. Pembentukan kata yang tepat pada kalimat (35) adalah

mem+bingung+kan menjadi membingungkan yang berarti menyebabkan

kebingungan.

Selanjutnya, bentuk penggunaan konfiks me-kan yang tidak sesuai dengan

keseluruhan konteks kalimat juga muncul pada konstruksi kalimat pemelajar

berikut:

(36) “Daging Kelinci tidak terkenal, orang australi membuat untuk 'gourmet'

atau menikmatikan.” DP.12.57

(37) “Apa yang kamu melakukan hari ini?” DP.11.46

Penggunaan konfiks me-kan pada kata menikmatikan dalam kalimat (36) serta

kata melakukan pada kalimat (37) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Selain itu,

bentuk kata menikmatikan juga tidak berterima dan tidak dipakai oleh penutur asli

Indonesia. Dalam kalimat (36), sufiks -kan seharusnya dihilangkan dan diubah

dengan kata ganti -nya. Pembentukan kata ini adalah menikmati+nya menjadi

menikmatinya. Kata ganti -nya merujuk pada daging kelinci. Sementara itu,

kalimat tanya (37) diawali dengan awalan apa yang yang menyatakan fokus

pertanyaan pada objek. Kalimat ini memerlukan verba pasif yang dapat dibentuk

dengan menggunaan bentuk kata dasar lakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

86

a.8 konfiks pe-an

Eror penggunaan konfiks per-an hanya muncul pada kata perbedaan dan

perayaan dalam konstruksi kalimat pemelajar. Konstruksi kalimat tersebut adalah:

(38) “Cuaca Perth juga perbedaan dari Jakarta.” KB.03.20

Penggunaan konfiks per-an dalam kata perbedaan tidak tepat dipakai dalam

kalimat ini karena tidak sesuai dengan konteks kalimat. Penggunaan per-an pada

kata perbedaan membentuk suatu nomina yang berarti hal yang berbeda. Dalam

kalimat ini, penambahan prefix ber- diperlukan untuk membentuk verba yang

menyatakan memiliki perbedaan Pembentukan kata yang tepat adalah ber + beda

menjadi berbeda.

a.10 Konfiks ke-an

Eror penggunaan konfiks ke-an hanya muncul satu kali dari keseluruhan

konstruksi kalimat pemelajar. Konstruksi kalimat tersebut adalah:

(39) “Itu sangat menarik dan kesenangan.” KB.04.30

Dalam kalimat ini, terdapat urutan tidak pararel menarik dan kesenangan.

Menarik merupakan suatu verba sedangkan kesenangan merupakan suatu nomina.

Untuk membuat urutan pararel, nomina kesenangan seharusnya diubah dalam

bentuk verba dengan menambahkan konfiks me-kan. Pembentukan ini adalah

me+senang+kan menjadi menyenangkan.

a.11 Konfiks me-i

Eror penggunaan konfiks me-i muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar

berikut ini:

(40) “… saya akan mengendarai ke Perth untuk pernikah teman saya.”

JH.11.21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

87

(41) “Bagaimana mengunjungi di Boyolali?” DP.12.70

Penggunaan konfiks me-i pada kata mengendarai dalam kalimat (40) dan

mengunjungi dalam kalimat (41) tidak sesuai dengan konteks kalimat.

Penggunaan afiks me-i pada kata mengendarai seharusnya diikuti dengan objek,

misalnya motor, mobil. Bentuk kata yang tepat dalam kalimat ini adalah dengan

penambahan prefiks ber. Pembentukan kata yang tepat adalah ber+ kendara

menjadi berkendara. Selanjutnya, konfiks me-i pada kata mengunjungi

membentuk suatu verba yang berarti berkunjung ke. Kalimat (41) memerlukan

nomina sehingga kata sesuai dengan konteks kalimat. Nomina ini dapat dibentuk

dengan menambahkan afiks -an. Pembentukan kata yang tepat adalah kunjung+an

menjadi kunjungan yang memiliki arti perihal atau hasil mengunjungi atau

berkunjung.

4. Penggunaan Kata Penggolong

Konstruksi kalimat pemelajar menunjukkan adanya penggunaan kata

penggolong seorang, seekor, dan sebuah. Kata penggolong merupakan kata

dengan frekuensi cukup rendah apabila dibandingkan dengan jenis kata yang lain,

yakni hanya dengan jumlah total sebesar 13. Distribusi penggunaan kata

penggolong yang muncul dalam kalimat pemelajar dapat dilihat pada bagan 4.6.

Bagan 4.6: Penggunaan Kata Penggolong

42

7

seorang seekor sebuah

Total: 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

88

Konstruksi kalimat menunjukkan bahwa pemelajar dapat menggunakan hampir

semua kata penggolong secara tepat, kecuali adanya satu konstruksi eror pada

penggunaan kata penggolong sebuah. Konstruksi kalimat pemelajar ini adalah

sebagai berikut:

(42) “Di Pesta kami harus memakai baju dan celana yang sebuah Ayah pakai!

DP.09.22

Kalimat (42) menunjukkan penggunaan kata penggolong sebuah yang tidak sesuai

dengan konteks kalimat. Kata penggolong sebuah merupakan kata penggolong

yang menandai kelompok bukan manusia dan bukan binatang. Kalimat (42)

memerlukan kata penggolong untuk menandai kelompok manusia. Kata yang

tepat dipakai adalah seorang karena kata penggolong ini menandai kelompok

manusia (Effendi, Kentjono & Suhardi, 2015).

5. Penggunaan Kata Reduplikasi

Berdasarkan rumusan APPBIPA, kata ulang utuh atau reduplikasi utuh

merupakan salah satu jenis kata yang seharusnya dikuasai oleh seorang pemelajar

pemula. Konstruksi kalimat pemelajar juga menunjukkan adanya penggunaan kata

ini. Selain reduplikasi utuh, pemelajar juga memakai bentuk reduplikasi

berimbuhan.

Data penelitian menunjukkan bahwa beberapa penggunaan bentuk kata

berulang dalam kalimat yang dikonstruksi oleh pemelajar mengindikasikan

ketidakberterimaan dalam bahasa Indonesia. Bentuk reduplikasi yang dipakai oleh

pemelajar mengungkapkan arti yang tidak sesuai atau selaras dengan makna

keseluruhan kalimat yang dikonstruksi. Bentuk reduplikasi yang tidak sesuai atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

89

selaras dengan makna keseluruhan kalimat muncul pada konstruksi kalimat

pemelajar berikut:

(43) “kapal laut pelan jadi saya bisa melihat pulau-pulau atau darat-darat.”

KB.04.46

(44) “Aku bermain main yang baik.” DP.09.33

Kata darat-darat pada kalimat (35) tidak berterima dan tidak dipakai oleh penutur

asli Indonesia. Pembentukan kata reduplikasi darat-darat tidak tepat dipakai

untuk menyatakan kumpulan atau banyak darat. Pembentukan kata yang tepat

adalah dengan menambahkan sufiks -an karena sufiks ini dapat mengungkapkan

arti kumpulan, yang banyak, atau luas (Muslich, 2014). Pembentukan kata yang

tepat adalah darat+an menjadi daratan yang berarti kumpulan daratan atau

daratan yang luas. Selanjutnya, kata bermain-main pada juga tidak sesuai dengan

konteks kalimat (44) karena kata ini berarti tindakan bermain dilakukan

seenaknya untuk bersenang-senang (Muslich, 2014). Untuk merujuk suatu

permainan olahraga, pembentukan kata yang tepat dipakai dalam kalimat ini

adalah dengan penambahan prefiks ber +main menjadi bermain.

Di sisi lain, pemelajar tidak memakai kata bentuk reduplikasi pada

konstruksi kalimat yang membutuhkannya. Konstruksi kalimat pemelajar tersebut

adalah sebagai berikut:

(45) “Dia teman lama dari masa kanak.” DP.09.25

(46) “semoga aku percakapan kamu lebih banyak tahun ini.” DP.12.68

Kata kanak pada kalimat (45) merupakan kata yang tidak dapat berdiri sebagai

bentuk dasar dan tidak memiliki makna. Kata ini tidak berterima dan tidak dipakai

oleh penutur asli Indonesia. Kata yang tepat dan sesuai konteks kalimat adalah

bentuk kata reduplikasi kanak-kanak yang berarti periode anak masa prasekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

90

Selanjutnya, penggunaan konfiks per-an pada kata percakapan dalam kalimat (38)

membentuk nomina yang tidak sesuai dengan koteks kalimat. Kata yang

diperlukan dalam kalimat (46) merupakan bentuk verba yang dapat dibentuk

dengan penambahan prefiks ber serta bentuk reduplikasi sebagian. Pembentukan

kata ini menjadi bercakap-cakap yang berarti melakukan percakapan.

6. Pemilihan Diksi

Selain eror dalam beberapa jenis kata yang dirumuskan oleh APPBIPA,

data penelitian juga mengindikasikan adanya bentuk eror dalam hal pemilihan

kosakata. Bentuk eror yang pertama adalah penggunaan kosakata yang tidak

sesuai konteks. Bentuk eror yang kedua berupa penggunaan kosakata bahasa

Inggris.

Bahasa antara muncul dalam bentuk penggunaan kata yang tidak sesuai

dengan konteks kalimat atau maksud yang ingin disampaikan pemelajar. Tabel 4.4

memperlihatkan daftar penggunaan kosakata yang dipakai pemelajar beserta

pembenarannya.

Data Eror Diksi Koreksi Data Eror Diksi Koreksi

JH.11.01

JH.11.02

pekerjaan tempat

kerja/kantor

JH.11.40,

JH.11.42,

JH.11.43

berdanser berdansa

JH.11.04 pemotong

(kopi)

penggiling JH.11.51 memberi melempar

JH.11.05 pergi (ke

rumah)

pulang JH.11.55 makanan pakan

JH.11.06 mesin

pencuci

mesin cuci JH.11.59,

DP.12.54

barang-

barang

hal

JH.11.13,

DP.09.30

lain lagi KB.03.05 naik (di

atas sand

dan rock)

melewati

JH.11.15 menerima mendapat KB.03.18 seorang

perhiasan

desainer

perhiasan

JH.11.19 bernama berjudul KB.04.35 lekas lincah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

91

JH.11.68

JH.11.31

JH.11.59

DP.09.19

berbeda beragam,

macam-

macam

KB.04.38 memesan mendaftar

JH.11.32 depan datang KB.04.48 berwisata berangkat

JH.11.33 menikmati senang DP.11.38 karyawan hal

JH.11.44

JH.11.64

jam pukul DP.09.22 sebuah seorang

Tabel 4.4: Eror dalam Diksi

Contoh penggunaan kata tersebut diatas dalam konstruksi kalimat pemelajar

adalah:

(47) “Hari ini saya pergi ke perkerjaan.” JH.11.01

(48) “… di sana sebuah pemotong kopi dibelikan.” JH.11.04

Penggunaan kata pekerjaan dalam kalimat (47) tidak tepat. Kata yang diperlukan

merupakan kata yang menunjukkan suatu tempat karena adanya preposisi ke

dalam kalimat ini yang menyatakan hubungan arah menuju suatu tempat

(Muslich, 2010). Kata pekerjaan dapat diganti menjadi tempat kerja. Dalam

kalimat (48), kata pemotong tidak tepat dipakai untuk menggambarkan suatu

proses pengolahan kopi. Kata yang tepat dipakai untuk menggambarkan salah satu

proses pengolahan biji kopi adalah penggilingan. Kata sesuai untuk konteks

kalimat ini adalah penggiling kopi yang berarti suatu alat untuk menggiling kopi.

Beberapa kata yang tidak tepat dipakai dalam konstruksi kalimat pemelajar

bukan suatu kata yang berterima dalam bahasa Indonesia. Kata ini adalah

berdanser (JH.11.40, JH.11.42, JH.11.43) dan kertas berita (JH.11.75). Kata ini

dipakai dalam konstruksi kalimat pemelajar sebagai berikut:

(49) “… kami makan makanan malam lalu berdanser.” JH.11.40

(50) “Di rumahku aku membaca kertas berita uang tentang… !” JH.11.75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

92

Kata berdanser dalam kalimat (49) dan kata kertas berita dalam kalimat (50)

tidak berterima dan tidak dipakai oleh penutur asli Indonesia. Berdasarkan

konteks keseluruhan kalimat (49), kata yang dimaksud adalah kata berdansa yang

berarti menari cara Barat. Sementara itu, kata yang sesuai dengan kalimat (50)

yang dapat menggantikan kata kertas berita adalah kata koran.

Selanjutnya, data penelitian juga mengindikasikan bahwa pemelajar

menggunakan kata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat, dimana kata yang

tepat dan seharusnya dipakai mengandung morfem yang sama. Kata-kata tersebut

adalah kata begitu (JH.11.42, JH.11.54, JH.11.34), begini (JH.11.61), dan yaitu

(KB.03.15, DP.09.21). Contoh penggunaan kata-kata ini dalam konstruksi kalimat

pemelajar adalah:

(51) “Begitu sangat menarik dan berbahaya sedikit, karena kami berdanser di

dalam bis sambil mabuk!” JH.11.42

(52) “Begini karena mereka mendengarkan media yang ‘bias’ dan salah.”

JH.11.61

Penggunaan kata begitu dalam kalimat (51) dan begini dalam kalimat (52) tidak

sesuai dengan konteks kalimat. Kata begitu berarti seperti itu dan begini berarti

seperti ini. Bentuk pronominal ini juga tidak baku sehingga seharusnya tidak

dipakai dalam ragam tulisan. Kedua kalimat ini membutuhkan pronominal

penunjuk yang berterima dalam ragam tulisan. Kata yang tepat dipakai adalah

kata itu dalam kalimat (51) dan kata ini dalam kalimat (52). Kata itu dipakai untuk

mengacu acuan yang agak jauh dari penulis/pembicara (Muslich, 2010).

Sementara itu, kata ini dipakai untuk mengacu suatu hal yang dekat dengan

penulis/pembicara, ke masa yang akan datang, atau ke informasi yang akan

disampaikan (Muslich, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

93

Selain penggunaan kosakata bahasa Indonesia yang tidak tepat, pemelajar

juga menggunakan kata-kata bahasa Inggris dalam beberapa konstruksi kalimat.

Kata dalam bahasa Inggris muncul paling banyak pada dokumentasi percakapan

pemelajar dengan peneliti. Kata-kata bahasa Inggris tersebut dirangkum dalam

tabel 4.5.

Kode Eror

Penggunaan

L1

Koreksi Kode Eror

Penggunaan

L1

Koreksi

KB.03.04 volcano gunung

berapi DP.09.28 live langsung

KB.03.05 sand pasir DP.11.39 diary jurnal KB.03.05 rock batu DP.11.41 correct mengoreksi KB.04.49

KB.04.50

KB.04.51

Aboriginal Aborigin DP.11.43

DP.11.44 season musim

DP.07.03 isolated terpencil JH.11.17 rib iga DP.08.07 save (uang) menabung JH.11.30 Java Jawa DP.08.08 continue lanjut JH.11.39 honest jujur DP.08.09 adaptability penyesuaian JH.11.49 loan bank pinjaman

bank DP.08.10 pressure tertekan JH.11.50 poin koma/ , DP.09.21 random acak JH.11.65 windy berangin DP.09.23 text berkirim

pesan

Tabel 4.5: Eror dalam Peggunaan Kosakata Bahasa Inggris

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan bahasa Inggris terbesar ada

pada data konstruksi kalimat pemelajar yang diambil dari percakapan spontan

tertulis antara pemelajar dengan peneliti melalui WhatsApp, yakni 11 kata.

Frekuensi terendah ada pada data yang diambil dari kelas bahasa, yakni hanya

sejumlah 4 kata. Hal ini mengindikasikan bahwa eror ini lebih sering muncul

dalam ujaran spontan, dan bukan dalam situasi formal, seperti pada saat

mengerjakan tugas dalam kelas bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

94

4.2.2 Faktor Penyebab Munculnya Bahasa Antara

Untuk menjawab rumusan masalah kedua mengenai faktor penyebab

munculnya bahasa antara dalam tataran kata, peneliti membaca ulang bentuk

bahasa antara yang telah ditemukan dalam rumusan masalah pertama. Bentuk

bahasa antara pemelajar mengindikasikan adanya tiga dari lima proses utama

bahasa antara yang diajukan oleh Selinker (1972), yakni transfer bahasa, strategi

komunikasi, dan generalisasi berlebih.

1. Transfer Bahasa

Proses transfer bahasa terlihat pada kategori eror dalam pemilihan kosakata

dan juga eror dalam penggunaan preposisi. Adanya proses transfer bahasa dapat

dilihat ketika bentuk bahasa antara dapat diinterpretasikan sesuai konteks dengan

menerjemahkan kedalam B1 terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.6.

Kategori eror Kode Eror Koreksi L1 Pemelajar

Eror dalam

pemilihan

kosakata

JH.11.05 pergi (ke rumah) pulang go (home)

JH.11.13,

DP.09.30

lain (kopi) lagi another

JH.11.59,

DP.12.54

barang-barang (topik

pembicaraan)

hal stuff

KB.04.48 berwisata berangkat to travel

Eror dalam

penggunaan

preposisi

KB.04.28 Saya bermain gitar

dan bass di band

untuk dua tahun

selama for

JH.11.06 Saya mencuci

pakaian dalam

mesin pencuci

selama dua jam

dengan in

DP.12.53 Saya akan pergi di

sana Minggu depan

mungkin

ke sana there

Tabel 4.6: Bukti Proses Transfer Bahasa Pemelajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

95

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat beberapa konstruksi kalimat pemelajar

yang mengindikasikan adanya transfer bahasa. Contoh transfer bahasa dalam

pemilihan kosakata ini muncul pada data berikut:

(53) “Saya pikir masih mahal, tetapi saya buru-buru karena saya terlambat

untuk berwisata!” KB.04.48

(54) “Saya membuat Kopi lain lalu terus belajar.”

Penggunaan kata berwisata pada kalimat (53) serta lain pada kalimat (54) tidak

sesuai dengan konteks kalimat. Kedua kata ini muncul karena pemelajar mengenal

kata berwisata dan lain dalam bahasa Indonesia sebagai kata yang dapat

menggantikan atau memiliki arti yang sama seperti kata travel dan another yang

dikenalnya dalam bahasa Ibu. Kata berwisata muncul sebagai terjemahan leksikal

dari kata travel yang biasa dipakai penutur bahasa Inggris untuk mengungkapkan

perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Kata lain muncul sebagai

terjemahan leksikal dari kata another yang menyatakan sesuatu yang lain.

Konstruksi kalimat pemelajar ini menunjukkan bahwa pemelajar belum memikiki

pengetahuan yang cukup mengenai kosakata yang tepat dalam bahasa Indonesia

sehingga pemelajar memakai pengetahuan yang telah dimilikinya dari bahasa ibu

pemelajar.

Bentuk bahasa antara yang memuat kaidah B1 pemelajar juga terjadi pada

penggunaan preposisi. Data berikut memberikan gambaran terkait proses transfer

negatif pemelajar, yaitu:

(55) “Saya bermain gitar dan bass di band untuk dua tahun.” KB.04.28

(56) “Saya akan pergi di sana Minggu depan mungkin.” DP.12.53

Preposisi untuk dan di menggambarkan bentuk eror pemelajar yang disebabkan

oleh transfer negatif. Pemelajar menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

96

bahasa target dan mencoba mengartikan atau mencari persamaan kata dalam

bahasa Indonesia. Pemelajar mengenal kata untuk dalam bahasa Indonesia sebagai

kata yang dapat menggantikan atau memiliki arti yang sama seperti preposisi yang

dikenalnya dalam bahasa Ibu, yaitu for. Dalam bahasa Inggris, preposisi for dapat

dipakai untuk menyatakan hubungan peruntukan dan juga hubungan rentang

waktu. Namun dalam bahasa Indonesia, preposisi yang dipakai untuk menyatakan

hubungan peruntukan berbeda dengan preposisi yang dipakai untuk hubungan

kurun waktu. Preposisi yang tepat dipakai untuk menyatakan hubungan kurun

waktu adalah preposisi selama. Selanjutnya, preposisi di pada kalimat (56)

dipakai pemelajar karena pemelajar mengartikan there dalam bahasa Inggris dan

mencari persamaan dalam bahasa Indonesia menjadi di sana. Namun demikian,

transfer terjemahan leksikal ini tidak tepat karena preposisi yang dibutuhkan

dalam kalimat ini berupa preposisi yang menyatakan hubungan arah, yaitu ke.

2. Generalisasi berlebih

Adanya generalisasi berlebih terlihat pada kategori eror yang menunjukkan

adanya pola sistem kaidah B2 yang berlaku dalam produksi bahasa pemelajar. Data

penelitian mengindikasikan bahwa pemelajar Australia juga memakai sistem

kaidah bahasa Indonesia dalam beberapa hal. Hal ini muncul dalam beberapa

konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(57) “… saya bisa melihat pulau-pulau atau darat-darat.” KB.04.46

(58) “Sepak bola Australia sangat digemari dan dimainkan di mana-mana di

Australia, …” KB.05.61

(59) Mungkin saya pergi di sana tahun depan atau dua tahun yang akan depan.

Kalimat (57) menunjukkan adanya kaidah pembentukan nomina plural dalam

bahasa Indonesia. Pemelajar mengetahui aturan terkait reduplikasi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

97

pembentukan nomina plural. Akan tetapi, pemelajar tidak memiliki pengetahuan

bahwa tidak semua nomina dapat diubah dalam bentuk reduplikasi untuk

membentuk nomina plural. Pembentukan kata darat-darat tidak berterima dan

tidak dipakai oleh penutur asli Indonesia. Pembentukan nomina plural yang tepat

adalah daratan yang berarti daratan yang luas atau banyak daratan. Kalimat (58)

menunjukkan adanya generalisasi berlebih ragam lisan dimana-mana. Pemelajar

tidak mengetahui bahwa kata dimana-mana tidak dapat dipakai dalam ragam

tulisan. Kata yang tepat dipakai dalam ragam tulisan adalah dimanapun. Kalimat

(59) menunjukkan adanya generalisasi berlebih penggunaan kata depan untuk

keterangan waktu. Kata depan hanya berterima apabila dipakai pada keteragan

waktu tahun depan. Untuk keterangan waktu yang menyatakan numeralia,

seharusnya diikuti dengan frasa yang akan datang. Dengan demikian, keterangan

yang benar adalah dua tahun yang akan datang.

3. Strategi Komunikasi

Beberapa kategori eror yang ditemukan mengindikasikan adanya

pendekatan yang dipakai oleh pemelajar dalam usahanya untuk dapat

berkomunikasi dengan penutur bahasa Indonesia. Hal ini muncul pada bentuk

penggunaan kosakata dalam bahasa Inggris dan juga bentuk penyederhanaan

seperti pada penghilangan atau pengabaian suatu kaidah afiksasi.

Strategi komunikasi dalam penggunaan kosakata bahasa ibu dapat dilihat

dalam tabel 4.5. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kosakata bahasa Inggris

muncul hanya pada konstruksi kalimat pemelajar yang diperoleh dari dokumentasi

percakaan tertulis pemelajar dengan peneliti dalam Whatsapp. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

98

mengindikasikan bahwa dalam suatu konteks situasi tertentu, dalam hal ini adalah

situasi informal dalam percakapan WhatsApp, pemelajar cenderung mengabaikan

penggunaan kata yang sesuai dan berterima dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan

hasil wawancara, pemelajar mengungkapkan bahwa pemelajar terkadang

memakai kata-kata yang sedang dipelajari pada saat tertentu dalam proses

belajarnya, tetapi pemelajar kemudian lupa karena kurangnya pengulangan.

“Sometimes I’m using some words that week or during my study so they’re

fresh in my mind. Sometimes I totally forget because lack of repetition.”

Selanjutnya, data penelitian juga menunjukkan adanya pemakaian bentuk-

bentuk tertentu dalam konstruksi kalimat pemelajar yang tidak sesuai dengan

kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara

dengan pemelajar, pemelajar mengetahui fungsi afiksasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik, seperti dalam kutipan yang dapat dirangkum dalam tabel 4.7 berikut:

Afiks Kutipan Pernyataan Pemelajar

Prefiks me- “I use the prefix me- when I’m wanting to create a verb, create

an action word”

Prefiks ber- “I think ber- is used with adjectives. In my mind, I just think ‘to

have something’”

Prefiks di- In my mind, it’s a grammatical structure of sentence in different

way, a passive I think it’s called.”

Prefiks pe- “I understand that pe- is like an actor, and is it also a tool or

something?”

Sufiks -kan “my understanding is like to cause, causative action, so either

benefit something or someone”

Sufiks -an “I get confused sometimes; I think essentially just make a word a

noun”

Konfiks me-

kan

“It creates an action, a causative action of the verb”

Konfiks pe-an “I think it’s a noun, but I’m not sure with pe-”

Konfiks ke-an “I’m not sure, is it another way of making a noun?”

Konfiks me-i “I sort of connects or direct verbs to the objects or place”

Tabel 4.7: Kutipan Wawancara Dengan Pemelajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

99

Berdasarkan rangkuman dalam tabel 4.7, pemelajar menyebutkan suatu

penggunaan afiksasi untuk membentuk fungsi verba, nomina, ajektifa dan juga

beberapa makna gramatikal yang dapat diungkapkan. Meskipun demikian, temuan

dalam bentuk bahasa antara menunjukkan adanya eror dalam penggunaan kata

berimbuhan. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan pemelajar untuk

mengabaikan kaidah yang berlaku dalam hal afiksasi. Hal ini juga dikonfirmasi

oleh pemelajar melalui wawancara. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan

kepada pemelajar mengenai penggunaan konfiks pe-an, pemelajar merespon

dengan ungkapan berikut:

“I’m not sure of this one. There’s no grammatical reason for it. It just because

it’s a word I’ve learned so I knew I could use it.”

Pemelajar mengungkapkan bahwa pemelajar tidak mengetahui dengan

pasti mengapa pemelajar memilih penggunaan kata tertentu dalam konstruksi

kalimatnya. Pemelajar menggunakan kata tersebut karena kata tersebut merupakan

suatu kata yang baru saja dipelajari. Pemelajar juga beranggapan bahwa kata

tersebut dapat dipakai dalam kalimat yang dikonstruksi. Hal ini mengindikasikan

adanya suatu strategi komunikasi yang dipakai oleh pemelajar.

4.2.3 Pemerolehan Jenis Kata

Berdasarkan rumusan kompetensi yang disusun oleh APPBIPA, jenis kata

yang seharusnya dikuasai oleh seorang pemelajar pemula adalah kata ganti, kata

bilangan tingkat, kata negasi, kata tanya, kata ganti tunjuk, posisi dan lokasi,

preposisi, kata berimbuhan, kata keterangan, kata hubung, kata penggolong, kata

seru, dan juga kata ulang. Berdasarkan analisis bahasa antara yang ditemukan

dalam tataran kata, jenis kata yang menunjukkan adanya eror adalah kata ganti,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

100

preposisi, kata berimbuhan, dan juga kata ulang. Hal ini menunjukkan bahwa jenis

kata lainnya yang tidak mengindikasikan eror merupakan jenis kata yang terlebih

dahulu dikuasai oleh pemelajar.

Bagan 4.7: Distribusi Penggunaan Kata Bilangan Tingkat

Data penelitian mengindikasikan adanya penggunaan kata bilangan tingkat

secara tepat. Kata bilangan yang muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar

adalah kedua, ketiga dan pertama. Frekuensi penggunaan kata bilangan cukup

rendah apabila dibandingkan dengan frekuensi penggunaan jenis kata lainnya,

yakni delapan konstuksi.

Bagan 4.8: Distribusi Penggunaan Kata Negasi

3

1

4

kedua ketiga pertama

Total: 8

0

5

10

15

20

25

Tidak Bukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

101

Bentuk kata negasi yang seharusnya dikuasai oleh pemelajar BIPA Pemula

adalah kata tidak dan bukan. Kata negasi yang muncul dalam kalimat pemelajar

hanya kata tidak. Peneliti tidak menemukan suatu bentuk negasi yang memakai

kata bukan. Meskipun demikian, kata negasi tidak dipakai secara tepat dalam

konstruksi kalimat pemelajar, tepatnya sejumlah 20 konstuksi kalimat.

Bagan 4.9: Distribusi Penggunaan Kata Tanya

Penggunaan kata tanya yang muncul dalam penelitian ini adalah kata di

mana, berapa, bagaimana, dan juga apakah. Data penelitian menunjukkan bahwa

pemelajar menggunaan kata tanya tersebut dengan tepat dalam kalimat yang

dikonstruksi. Kata tanya apakah merupakan kata tanya yang menempati frekuensi

tertinggi, yakni muncul dalam 9 konstruksi kalimat pemelajar. Sementara itu, kata

tanya siapa, dari mana, kapan, dan mengapa tidak muncul dalam konstruksi

kalimat pemelajar.

0123456789

10

Total: 21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

102

Bagan 4.10: Distribusi Penggunaan Kata Ganti Tunjuk

Konstruksi kalimat pemelajar juga mengindikasikan adanya penggunaan

kata ganti tunjuk ini, itu, sini dan sana. Kata ganti penunjuk ini dipakai secara

tepat dalam konstruksi kalimat pemelajar. Kata ganti dengan frekuensi terbesar

adalah kata ini, yakni sebesar 25 konstruksi.

Bagan 4.11: Distribusi Penggunaan Kata Ganti Posisi

Penggunaan kata ganti posisi muncul dengan frekuensi yang cukup rendah

dalam kalimat pemelajar, yakni empat konstruksi. Kata ganti yang muncul adalah

kata di atas dan di dalam. Konstruksi kalimat pemelajar mengindikasikan

pengguaan kata ganti posisi ini secara tepat.

25

15

1 2

0

5

10

15

20

25

30

ini itu sini sana

Total: 43

3

1

di atas di dalam

Total: 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

103

Bagan 4.12: Distribusi Penggunaan Kata Keterangan

Jenis kata keterangan yang muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar

cukup beragam seperti yang dapat dilihat dalam 4.12. Data penelitian

menunjukkan bahwa pemelajar mampu menggunakan berbagai macam kata

keterangan secara tepat dalam konstruksi kalimat. 18 jenis kata keterangan

muncul dalam kalimat pemelajar. Frekuensi kata keterangan tertinggi dalam

kalimat pemelajar adalah kata banyak.

Bagan 4.13: Distribusi Penggunaan Kata Hubung

4 4

28

4 1 2 0 0 7 4 2 1 2

12

38

4

28

1 1

13

0

be

lum

sud

ah

akan

sed

ang

be

sok

kem

arin

lusa

seja

k

seka

ran

g

nan

ti

seri

ng

jara

ng

pe

rnah

be

ber

apa

ban

yak

sed

ikit

san

gat

agak

kura

ng

seka

li

terl

alu

Total: 156

131

9 12

31

111

0

18

Total: 213

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

104

Data penelitian mengindikasikan bahwa pemelajar juga dapat

menggunakan beberapa jenis kata penghubung secara tepat. Kata penghubung ini

adalah kata dan, atau, lalu, karena, sambil, ketika, dan tetapi. Kata hubung

sementara tidak muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar. Kata hubung dan

merupakan kata hubung yang memiliki frekuensi tertinggi, yakni sejumlah 131.

Selnjutnya, data penelitian juga menunjukkan adanya eror dalam

penggunaan beberapa jenis kata yang dirumuskan oleh APPBIPA. Jenis kata yang

megindikasikan eror dalam konstruksi kalimat pemelajar adalah jenis kata ganti,

preposisi, kata berimbuhan dan juga kata ulang.

Bagan 4.14: Distribusi Eror Penggunaan Kata Ganti

Bagan menunjukkan bahwa pemelajar telah menguasai beberapa macam

kata ganti. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya jumlah frekuensi eror yang

muncul. Kata ganti ini adalah kata saya, Anda, mereka, kami, kita, dan juga kata

ganti milik –ku. Ada juga kata ganti yang tidak muncul dalam konstruksi kalimat

pemelajar, yakni kata ganti orang kalian dan juga kata ganti milik mu.

Selanjutnya, frekuensi eror terbesar dalam kategori penggunaan kata ganti muncul

dalam penggunaan kata ganti –nya.

Saya Anda Aku Kamu Dia KalianMerek

aKami Kita ku mu nya

Total 225 11 54 20 28 0 12 39 1 7 0 11

Benar 225 11 50 18 20 0 12 39 1 7 0 5

Eror 0 0 5 2 8 0 0 0 0 0 0 6

0

50

100

150

200

250

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

105

Bagan 4.15: Distribusi Eror Penggunaan Preposisi

Data penelitian menunjukkan delapan jenis preposisi yang digunakan oleh

pemelajar dalam konstruksi kalimatnya. Kata ganti untuk, selama dan juga

merupakan kata ganti yang tidak masuk dalam rumusan kompetensi APPBIPA,

tetapi dipakai pemelajar dan muncul dalam konstruksi kalimat. Kata ganti di

merupakan kata ganti yang memiliki frekuensi penggunaan yang paling tinggi.

Bagan 4.16: Distribusi Eror Penggunaan Kata Berimbuhan

100

41

27

13

5

54

10

31

97

40

27

11

5

50

10

28

3

1

0

2

0

4

0

3

0 20 40 60 80 100 120

di

ke

dari

pada

kepada

untuk

selama

dengan

Eror Benar Total

0 20 40 60 80 100 120 140

ber

me

an

pe-

di-

kan

me-kan

pe-an

ke-an

me-i

Salah Benar Total

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

106

Kata berimbuhan merupakan kata yang memiliki frekuensi kemunculan

paling tinggi setelah jenis kata ganti orang. Afiks yang dipakai oleh pemelajar

cukup beragam. Hal ini dapat dilihat dari kemunculan beberapa afiks yang tidak

ada dalam rumusan kompetensi pemelajar BIPA Pemula. Afiks ini adalah afiks di-

, -kan, me-kan, ke-an, dan juga me-i. Frekuensi penggunaan afiks yang tinggi

adalah afiks ber- dan juga afiks me-.

Bagan 4.17: Distribusi Eror Pengguanaan Kata Penggolong

Data penelitian menunjukkan bahwa pemelajar juga memakai bentuk kata

penggolong dalam konstruksi kalimat. Frekuensi penggunaan kata penggolong

relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan frekuensi penggunaan jenis kata

yang lain. Peneliti menemukan 12 konstruksi kalimat yang mengandung kata

penggolong secara tepat dan satu konstruksi kalimat yang mengandung

penggunaan kata penggolong yang tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kata

penggolong ini adalah kata seorang.

0 1 2 3 4 5 6 7

seorang

seekor

sebuah

Eror Benar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

107

Bagan 4.18: Distribusi Eror Penggunaan Kata Ulang

Data penelitian menunjukkan bahwa pemelajar juga memakai bentuk kata

ulang dalam konstruksi kalimat. Peneliti menemukan 25 konstruksi kalimat yang

mengandung kata ulang secara tepat. Namun demikian, empat konstruksi kalimat

pemelajar mengindikasikan adanya penggunaan kata ulang yang tidak tepat atau

tidak sesuai dengan konteks kalimat.

4.3 Pembahasan

Pada sub-bab ini, peneliti menyajikan kesimpulan berdasarkan analisis

data penelitian yang telah diuraikan sebelumnya. Pembahasan dikelompokkan

menjadi tiga bagian, yaitu bentuk bahasa antara, karakteristik bahasa antara serta

faktor yang mendorong munculnya bentuk-bentuk tertentu bahasa antara. Paparan

ini dihubungkan dengan penelitian relevan yang pernah dilakukan dan juga teori

relevan mengenai bahasa antara.

4.3.1 Bentuk Bahasa Antara Tingkat Kata

Berdasarkan hasil analisis eror terhadap konstruksi kalimat pemelajar,

peneliti menemukan beberapa kategori penggunaan kata yang tidak berterima dan

0 5 10 15 20 25 30

Benar

Eror

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

108

tidak sesuai konteks. Bentuk eror ini muncul dalam penggunaan kata ganti,

preposisi, kata berimbuhan, kata ulang, dan juga diksi. Kategori eror ini juga

muncul dalam kajian analisis eror serupa yang pernah dilakukan dalam produksi

bahasa pemelajar BIPA (Yahya, 2018; Inderasari dan Agustina T, 2018;

Ratnawati, 2012).

Kategori eror yang muncul dalam produksi bahasa pemelajar merupakan

suatu bukti dari bentuk bahasa antara pemelajar Australia. Hal ini karena bentuk

eror dalam pembelajaran bahasa kedua merupakan suatu bukti dari sistem bahasa

antara pemelajar (Selinker, 1972; Corder, 1981). Eror dalam sistem bahasa antara

pemelajar juga menjadi suatu bukti mengenai identifikasi pengetahuan pemelajar,

mengenai apa yang telah dikuasai dan apa yang belum dikuasai. Seperti yang

diungkapkan oleh Corder (1981), dengan melihat eror dalam konstruksi

pemelajar, seorang peneliti dapat melihat intuisi mengenai kaidah bahasa yang

dimiliki oleh pemelajar dalam bahasa target.

1. Penggunaan Kata Ganti

Bentuk bahasa antara yang berupa eror dalam penggunaan kata ganti

dengan frekuensi yang paling besar adalah eror dalam penggunaan kata ganti –

nya. Bentuk bahasa antara yang berupa eror dalam hal afiksasi memiliki frekuensi

yang paling besar. Eror dalam penggunaan kata ganti mengindikasikan pola

bahasa pemelajar yang berupa penghilangan kata ganti -nya pada kata yang

memerlukan deskripsi spesifik. Kemunculan bentuk bahasa antara dalam

penggunaan kata ganti –nya juga menunjukkan suatu karakteristik bahasa antara

yakni bahwa bahasa antara bersifat sistematis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

109

Bahasa antara bersifat sistematis karena menunjukkan suatu pola yang

stabil dan berlaku dalam produksi bahasa pemelajar dalam kategori eror tertentu.

Bentuk bahasa antara yang muncul secara sistematis ini mengindikasikan bahwa

bentuk bahasa antara ini bukan1ah sesuatu kesalahan atau selip lidah, tetapi suatu

eror yang terjadi berulang secara sistematis dan stabil dalam waktu tertentu.

Konstruksi kalimat pemelajar menunjukkan bahwa pemelajar cenderung

tidak pernah menambahkan atau memakai kata ganti -nya pada kata yang

memerlukannya. Kata bercetak tebal dalam tabel 4.8 merupakan kata yang

memerlukan kata ganti -nya untuk menunjuk dan menghubungkan nomina yang

telah disebutkan sebelumnya. Hal ini seperti yang diungkapkan Keraf (1980)

bahwa kata ganti -nya dapat berfungsi untuk menjelaskan atau menekankan kata

di depannya. Pola konstruksi pemelajar tersebut menunjukkan bahwa pemelajar

belum mengenal dan menguasai kata ganti -nya dalam bahasa Indonesia. Ilustrasi

eror sistematis dalam penggunaan kata ganti -nya digambarkan dalam skema 4.1.

Skema 4.1: Eror Pengunaan Kata Ganti –nya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

110

2. Penggunaan Preposisi

Selanjutnya, bentuk bahasa antara juga muncul dalam penggunaan

preposisi yang tidak sesuai maupun penghilangan preposisi dalam suatu

konstruksi kalimat pemelajar. Bentuk bahasa antara dalam penggunaan preposisi

menunjukkan adanya karakteristik bahasa antara yang bersifat dinamis. Hal ini

dapat dilihat dari perubahan bentuk bahasa antara yang muncul dalam

penggunaan preposisi yang dipakai pemelajar untuk menyatakan makna durasi

atau kurun waktu. Ilustrasi perubahan preposisi ini dapat dilihat pada skema 4.2.

Skema 4.2: Perubahan Penggunaan Preposisi

Data KB.04.25, KB.04.27, dan KB.04.28 yang dikonstruksi oleh pemelajar

pada bulan April mengindikasikan penggunaan preposisi untuk secara tidak tepat.

Selanjutnya pada konstruksi kalimat pada bulan November, pemelajar

menggunakan preposisi selama yang merupakan preposisi tepat untuk

menyatakan kurun waktu. Hal ini dapat dilihat pada data JH.11.02, JH.11.06,

JH.11.47, JH.11.50, dan JH.11.54. Namun demikian, pemelajar belum secara

konsisten memakai preposisi ini. Data lain pada bulan yang sama, yaitu JH.11.26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

111

dan JH.11.28, menunjukkan bahwa pemelajar juga menggunakan preposisi pada

untuk menyatakan kurun waktu.

Perubahan penggunaan preposisi untuk, selama, dan pada menunjukkan

suatu bentuk preposisi yang diperoleh pemelajar preposisi yang dikenalnya dalam

bahasa ibu, yaitu for. Preposisi untuk dapat menggantikan preposisi for dalam

bahasa Inggris yang memiliki makna peruntukan, misalnya for you dapat

digantikan dengan untuk kamu. Dalam kalimat ini, diperlukan preposisi yang

dapat menggantikan kata for dengan makna kurun waktu. Dalam bahasa

Indonesia, preposisi yang tepat adalah selama.

Fenomena perubahan penggunaan bentuk preposisi menjadi salah satu

tanda yang menunjukkan bahwa bahasa antara bersifat dinamis, berkembang

sejalan dengan pemelajar yang menerima masukan dan revisi terkait hipotesis

mengenai bahasa target. Masukan ini dapat membuat sistem kaidah dalam bahasa

antara dihilangkan, direvisi atau mengalami pertentangan. Perubahan bentuk

bahasa antara pemelajar tidak selalu dan secara langsung mengindikasikan

perubahan ke arah konstruksi bahasa yang berterima dalam bahasa target. Tiga

bentuk preposisi yang dipakai oleh pemelajar (skema 4.2), yaitu untuk, selama,

dan pada mengindikasikan bentuk preposisi for dalam L1 pemelajar yang dapat

dipakai untuk menyatakan makna peruntukan maupun makna kurun waktu.

Perubahan bentuk pemilihan preposisi dalam konstruksi kalimat pemelajar

menunjukkan adanya suatu revisi dan pertentangan kaidah dalam sistem bahasa

antara pemelajar. Hal ini seperti yang telah diungkapkan Corder (1981), bahwa

bahasa antara tidak stabil dan berubah secara konstan. Perubahaan dapat terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

112

ketika pemelajar mendapatkan suatu informasi atau pengetahuan baru terkait suatu

kaidah tertentu.

3. Penggunaan Kata Imbuhan

Dalam hal afiksasi, dapat diketahui bahwa pemelajar belum benar-benar

memahami aturan pemakaian afiks secara tepat. Pemelajar memiliki pengetahuan

terkait afiksasi, tetapi tidak dapat mengimplementasikan dalam konstruksi bahasa

yang diproduksi. Data penelitian menunjukkan bahwa pemelajar belum menguasai

jenis kata dasar dalam bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai verba, nomina

dan adjektif tanpa diperlukan adanya penambahan afiks. Misalnya pada eror

dalam penggunaan afiksasi me- dan -an. Prefiks me- merupakan prefiks yang

paling banyak muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar. Namun, konstruksi

kalimat dalam data penelitian menunjukkan bahwa pemelajar juga memakai

prefiks me- pada kata yang seharusnya memakai bentuk dasar, seperti pada kata

menduduk dan mencari. Fakta mengenai pengetahuan pemelajar yang belum

cukup dalam mengenali jenis kata dalam bahasa Indonesia juga muncul dalam

penggunaan sufiks-an. Berdasarkan hasil wawancara, pemelajar memakai sufiks -

an untuk membentuk nomina atau kata benda. Namun demikian, data penelitian

menunjukkan bahwa pemelajar menambahkan sufiks -an pada kata rencana. Kata

rencanaan merupakan kata yang tidak berterima dan tidak dipakai oleh penutur

asli Indonesia.

Temuan lain mengenai eror dalam penggunaan afiksasi juga

mengindikasikan bahwa pemelajar belum menguasai dan memiliki pengetahuan

yang cukup untuk menganalisa jenis kata yang diperlukan dalam sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

113

konstruksi kalimat. Hal ini muncul dalam eror pada kategori sufiks -an. Pemelajar

memiliki pengetahuan bahwa secara umum, sufiks -an dipakai untuk membentuk

suatu nomina. Namun demikian, data penelitian menunjukkan bahwa pemelajar

juga memakai sufiks -an pada konstruksi kalimat yang memerlukan bentuk verba.

Konstruksi ini muncul pada kata pikiran (KB.04.25). Pemelajar tidak memahami

bahwa kata dasar pikir diperlukan dalam kalimat “… saya ingin bermain gitar

karena saya pikiran gitarnya spesial dan luar biasa.” karena kata yang

diperlukan merupakan kata jenis verba.

Meskipun demikian, data penelitian juga menunjukkan adanya perubahan

pada penggunaan afiksasi, dimana pemelajar memakai bentuk afiksasi yang tepat

pada kata tertentu dalam suatu waktu. Pemelajar menunjukkan adanya penguasaan

baru mengenai kata pikiran dan pikir dalam proses belajar bahasa Indonesia. Hal

ini ditunjukkan dengan adanya konstruksi kalimat pemelajar yang menggunakan

kata pikir secara tepat pada data KB.04.48, KB.04.59, DP.07.02, JH.11.20,

JH.11.29, JH.11.60. Ilustrasi perubahan ini dapat digambarkan dalam skema 4.3.

Skema 4.3 Perubahan Penggunaan Afiksasi -an

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

114

Selain pada afiksasi dan penggunaan kata bentuk dasar pikir, bentuk kata

lain yang menunjukkan adanya perkembangan pemelajar adalah kata lihat.

Ilustrasi perubahan ini dapat digambarkan dalam skema 4.4.

Skema 4.4: Perubahan Penggunaan Afiksasi me-

Perubahan bentuk bahasa antara pemelajar dapat menunjukkan suatu arah

mendekati bahasa target apabila eror dalam konstruksi pemelajar menunjukkan

tanda penurunan. Seperti yang ditunjukkan pada hasil analisis data, beberapa eror

dalam bentuk bahasa antara pemelajar Australia juga mengalami penuruan. Skema

4.3 dan 4.4 menggambarkan bahwa bentuk eror pemelajar mengalami penurunan

karena pemelajar telah mengenal suatu bentuk baru pada suatu waktu tertentu

dalam proses belajarnya. Frekuensi eror yang menurun menunjukkan bahwa

performa pemelajar bahasa kedua berkembang sejalan dengan hal baru yang

dipelajari oleh pemelajar dalam bahasa target. Perubahan bentuk bahasa antara

mengindikasikan adanya kemungkinkan penetrasi kaidah bahasa baru yang masuk

dalam sistem bahasa antara pemelajar. Ellis (1997) menyebut kaidah bahasa

pemelajar bersifat transitional. Pemelajar mengubah kaidah lama ke kaidah lain

dengan menambahkan, menghilangkan dan juga merekonstruksi keseluruhan

sistem. Hal ini menghasilkan apa yang disebut dengan language continuum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

115

Pemelajar mengkonstruksi serangkaian mental grammar atau bahasa antara yang

secara bertahap semakin kompleks dan mendekati pengetahuan B2.

Akan tetapi, dalam beberapa hal, eror pemelajar dapat terus berulang.

Tidak semua eror menunjukkan perubahan ke arah bahasa target. Ini berarti

bahwa pemelajar belum mencapai tingkat penguasaan yang cukup untuk secara

stabil menerapkan kaidah bahasa target dalam produksi bahasa. Hal ini juga

dikonfirmasi oleh pemelajar melalui wawancara. Pemelajar kemudian

mengungkapkan bahwa pemelajar terkadang memakai kata-kata yang sedang

dipelajari pada saat tertentu dalam proses belajarnya, tetapi pemelajar kemudian

lupa karena kurangnya pengulangan.

Karakter dinamis juga berkaitan erat dengan karakter bahasa antara yang

lain, yaitu permeable. Perubahan bentuk bahasa antara mengindikasikan adanya

kemungkinkan penetrasi kaidah bahasa baru yang masuk dalam sistem bahasa

antara pemelajar. Selinker (1972) menyatakan bahwa permeability berkaitan

dengan pengetahuan pemelajar dimana kaidah bahasa pemelajar terbuka dengan

adanya suatu masukan dan perubahan. Hal ini dapat dilihat dari bentuk eror

tertentu yang mengalami penurunan atau bentuk eror yang tidak muncul lagi.

Frekuensi eror yang menurun menunjukkan bahwa performa pemelajar bahasa

kedua berkembang sejalan dengan hal baru yang dieksplore oleh pemelajar dalam

bahasa target.

4. Penggunaan Kata Ulang

Bentuk bahasa antara dalam penggunaan kata ulang mengindikasikan

suatu bentuk yang tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Bentuk reduplikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

116

yang dipakai oleh pemelajar mengungkapkan arti yang tidak sesuai dengan makna

keseluruhan kalimat yang dikonstruksi. Pemelajar juga memakai kata yang bukan

bentuk reduplikasi pada kata yang seharusnya memiliki bentuk reduplikasi.

Beberapa bentuk kata reduplikasi yang dipakai pemelajar adalah kata darat-darat

(KB.04.46), dimana-mana (KB.05.61), bermain main (DP.09.33). Pemelajar juga

memakai kata yang bukan bentuk reduplikasi pada kata yang seharusnya memiliki

bentuk reduplikasi. Kata ini muncul pada kata kanak, dan percakapan. Hal ini

menunjukkan bahwa pemelajar belum menguasai pembentukan kata reduplikasi

dalam bahasa Indonesia.

5. Penggunaan Diksi

Bentuk bahasa antara yang muncul pada tataran kata selanjutnya adalah

diksi. Data penelitian menunjukkan bahwa bahasa antara juga terlihat dalam

pemilihan kata atau diksi. Pemilihan diksi pemelajar juga menunjukkan bahwa

pengetahuan kosakata pemelajar masih terbatas. Hal ini wajar terjadi pada

pemelajar tingkat pemula. Bentuk bahasa antara pada elemen diksi adalah

penggunaan kata yang tidak tepat dan juga penggunaan kosakata bahasa Inggris.

Data penelitian menunjukkan bahwa bahasa antara yang dikonstruksi oleh

pemelajar merupakan suatu bentuk bahasa yang unik, yang berbeda dengan

konstruksi bahasa yang diproduksi oeh penutur asli Indonesia untuk

mengungkapkan suatu makna yang sama. Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Selinker (1972) bahwa bahasa antara merupakan suatu sistem

linguistik terpisah pemelajar bahasa kedua dalam usahanya memproduksi bahasa

target. Pemelajar memproduksi bahas dalam bahasa Indonesia, tetapi konstruksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

117

ini tidak identik dengan konstruksi bahasa yang diproduksi oleh penutur asli,

bahkan dalam menyampaikan maksud yang sama.

4.3.2 Faktor Penyebab Munculnya Bahasa Antara

Bentuk bahasa antara yang muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar

disebabkan oleh beberapa hal. Berdasarkan hasil analisis data, bentuk bahasa

antara pemelajar Australia muncul karena adanya transfer bahasa, generalisasi

berlebih serta strategi komunikasi pemelajar. Hal ini merupakan tiga dari lima

proses utama dalam pembelajaran bahasa kedua menurut Selinker (1972). Menurut

Selinker (1972), bentuk konstruksi bahasa antara memiliki hubungan dengan

setidaknya dengan satu dari lima proses yang diajukan.

1. Transfer bahasa

Seseorang memiliki kecenderungan untuk memakai bentuk pengetahuan

yang telah dimiliki sebelumnya dalam mempelajari bahasa kedua. Hal ini wajar

terjadi, terutama pada saat pemelajar dihadapkan pada suatu kaidah baru yang

berbeda dari kaidah yang berlaku dalam bahasa ibu. Gass dan Selinker (2001)

mengungkapkan bahwa istilah transfer bahasa dipakai untuk merujuk pada suatu

proses psikologi dimana pembelajaran yang telah diperoleh sebelumnya akan

dipakai dalam situasi belajar yang baru. Dalam sistem bahasa antara, pengetahuan

yang dimiliki sebelumnya merupakan sistem bahasa yang telah dikuasai dalam

bahasa ibu. Pengetahuan pemelajar sebelumnya ini dapat mendorong pemelajar

untuk memproduksi bentuk bahasa antara yang memiliki sistem bahasa yang sama

seperti bahasa ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

118

Pandangan mengenai transfer bahasa atau pengaruh B1 dalam proses

pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi menjadi dua hipotesis. Ellis (1997)

menyebut transfer positif (facilitation) dan transfer negatif (interference). Transfer

posistif berarti bahwa hasil transfer bahasa menghasilkan produksi bahasa yang

benar dan berterima. Sementara itu, transfer negative atau interference berarti

bahwa transfer bahasa menghasilkan produksi bahasa yang tidak sesuai atau tidak

berterima dalam sistem bahasa target yang dipelajari. Corder dalam Richards

(1974) juga menyebut istilah interferensi untuk mengungkapkan fenomena ketika

seorang pemelajar membawa kebiasaan bahasa ibu dalam produksi bahasa target.

Hasil dari transfer bahasa ini dapat dikaitkan dengan pandangan mengenai

analisis kontras. Richards (1974) mengungkapkan bahwa kalimat dalam bahasa

target dapat dipengaruhi oleh bahasa ibu sehingga bentuk eror dapat dianalisa

dengan membandingkan bahasa ibu pemelajar. Lado dalam Tarigan (1988) juga

menyebut bahwa eror pembelajar dapat diprediksi dengan membandingkan sistem

bahasa ibu dengan bahasa target pembelajar. Hipotesis ini berupa suatu anggapan

bahwa semakin banyak persamaan struktur atau elemen bahasa B2 dengan B1,

maka pemelajar dapat menguasai B2 dengan lebih mudah. Dan sebaliknya,

semakin banyak perbedaan elemen bahasa B2 dengan B1, maka pemelajar akan

lebih banyak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran bahasa keduanya.

Analisis kontras dapat menjadi salah satu alat untuk menganalisis hasil dari

proses transfer bahasa yang merupakan salah satu proses dalam pembelajaran

bahasa kedua. Dalam sistem bahasa antara, analisis kontras dapat membantu

peneliti untuk menemukan latar belakang eror yang muncul dalam produksi bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

119

pemelajar. Berdasarkan hasil analisis, dapat ditemukan beberapa bentuk bahasa

antara yang besar kemungkinannya muncul karena adanya transfer negatif.

Selinker (1972) menyebutkan bahwa transfer negatif, merupakan fenomena

linguistik dimana unsur linguistik, kaidah dan subsistem bahasa ibu pemelajar

dipakai dalam sistem bahasa antara. Transfer negatif dalam pemerolehan bahasa

Indonesia bagi pemelajar bahasa kedua dapat berupa transfer negatif leksikal,

transfer negatif sintaksis dan juga transfer negatif sintaksis (Ainiyah, 2018).

Data penelitian mengindikasikan adanya transfer negatif pada tataran kata.

Transfer negatif kata kebanyakan muncul karena terjemahan literal pemelajar dari

bahasa ibu ke bahasa target. Konstruksi kalimat pemelajar ini menunjukkan bahwa

pemelajar belum memikiki pengetahuan yang cukup mengenai kosakata yang tepat

dalam bahasa Indonesia sehingga pemelajar memakai pengetahuan yang telah

dimilikinya dari bahasa ibu pemelajar. Selain transfer negatif dalam terjemahan

leksikal, bahasa antara pemelajar Australia juga mengindikasikan adanya transfer

negatif urutan kata dalam konstruksi frasa maupun urutan kata dalam kalimat.

Misalnya dalam konstruksi frasa nomina, pemelajar memakai sistem konstruksi

frasa dalam bahasa Inggris, yakni dengan nomina utama di urutan paling akhir dari

sebuah frasa, setelah modifier atau unsur atribut yang mendahului.

2. Generalisasi berlebih

Bentuk bahasa antara yang ditemukan dalam penelitian ini juga

mengindikasikan adanya generalisasi berlebih pemelajar. Contoh generalisasi

berlebih yang dilakukan oleh pemelajar adalah mengenai pembentukan nomina

jamak. Pemelajar mengetahui aturan terkait reduplikasi dalam pembentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

120

nomina plural. Akan tetapi, pemelajar tidak memiliki pengetahuan bahwa tidak

semua nomina dapat diubah dalam bentuk reduplikasi untuk membentuk nomina

jamak. Pemelajar menggunakan kata darat-darat yang merupakan kata tidak

berterima dan tidak dipakai oleh penutur asli Indonesia. Penelitian terkait

generalisasi berlebih dalam produksi bahasa pemelajar BIPA juga muncul tidak

hanya dalam kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam diksi

(Kusuma, 2018).

Generalisasi berlebih menurut Richard (1974) merupakan suatu bentuk eror

intralingual, yakni konstruksi yang diproduksi oleh pemelajar dengan melibatkan

suatu generalisasi berdasarkan eksposure sebagian dari bahasa target. Generalisasi

melibatkan konstruksi pemelajar berdasarkan pengalamannya menggunakan suatu

struktur atau kaidah tertentu dalam bahasa target. Namun demikian, pemelajar

gagal untuk melihat suatu pengecualian dalam struktur atau penggunaan aturan

dalam konteks tertentu. Tarone (2006) juga mengungkapkan generalisasi berlebih

sebagai bukti bahwa pemelajar dapat memahami kaidah B2 secara umum, tetapi

tidak mengetahui adanya bentuk pengecualian tertentu.

“… its evidence can be seen from the learners’ performance showing that

they master a general rule, but do not yet know all the exception to that rule.”

(Tarone, 2006:749)

3. Strategi Komunikasi

Cara pemelajar berkomunikasi dengan penutur asli dapat menimbulkan

suatu elemen bahasa tertentu. Hal ini biasanya diproduksi ketika pemelajar ingin

menyampaikan suatu maksud, konsep atau ide dalam B2 tetapi tidak memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

121

bekal linguistik yang mencukupi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Selinker

(1972:217), “an identifiable approach by the learner to communication with native

speaker of the B2”. Beberapa data menunjukkan bahwa pemelajar memakai

kosakata dalam bahasa Inggris. Pemelajar pemula memiliki kosakata yang masih

terbatas sehingga dalam usahanya untuk berkomunikasi dalam bahasa target,

pemelajar juga melakukan alih kode ketika tidak mengetahui kosakata yang tepat

dalam bahasa Indonesia.

Selinker (1976) juga menyebutkan salah satu strategi komunikasi, yaitu

simplifikasi atau penyederhanaan. Penyederhanaan yang dimaksud berupa

kecenderungan pemelajar untuk mengindari beberapa kaidah atau elemen bahasa

target. Hasil wawancara dengan pemelajar juga mengkonfirmasi proses

simplifikasi dalam strategi komunikasi. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan

kepada pemelajar mengenai penggunaan konfiks pe-an, pemelajar mengungkapkan

bahwa pemelajar tidak mengetahui dengan pasti mengapa pemelajar memilih

penggunaan kata tersebut dalam konstruksi kalimatnya. Pemelajar menggunakan

kata tersebut karena kata tersebut merupakan suatu kata yang baru saja dipelajari

oleh pemelajar. Pemelajar juga berpikir bahwa kata tersebut dapat dipakai dalam

kalimat yang dikonstruksinya. Hal ini mengindikasikan bahwa pemelajar memiliki

kecenderungan untuk melakukan penyederhanaan dan menghiraukan kaidah

bahasa tertentu ketika memproduksi bahasa dalam bahasa target. Pemelajar

memakai suatu pilihan kata yang sudah diketahui atau sudah dipelajari

sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

122

Dalam penelitian ini, bentuk simplifikasi muncul dalam beberapa bentuk

bahasa antara pemelajar. Bentuk bahasa antara ini mengindikasikan adanya

penghilangan elemen tertentu, yaitu penghilangan afiksasi, penghilangan kata ganti

dan juga preposisi dalam suatu kalimat. Bentuk strategi penyederhanaan yang

berupa penghilangan suatu unsur atau pelesapan fungsi tertentu merupakan salah

satu dari strategi komunikasi pemelajar BIPA pada pembelajaran tingkat dasar

(Taftiawati, 2014; Maharani, 2018).

4.3.3 Pemerolehan Jenis Kata

Sebagai pemelajar tingkat pemula, pemelajar menunjukkan pengetahuan

yang cukup beragam mengenai jenis kosakata dalam bahasa Indonesia. Hal ini

dapat dibuktikan melalui jenis kata yang muncul dalam konstruksi kalimat

pemelajar. Data penelitian menunjukkan adanya penggunaan kata ganti, kata

bilangan tingkat, kata negasi, kata tanya, kata ganti tunjuk, posisi dan lokasi,

preposisi, kata berimbuhan, kata keterangan, kata hubung, kata penggolong, dan

juga kata ulang dalam konstruksi kalimat pemelajar. Hal ini berarti bahwa

pemelajar memakai hampir semua jenis kata yang dirumuskan oleh APPBIPA

sebagai jenis kata yang seharusnya dikuasai oleh pemelajar BIPA tingkat pemula.

Jenis kata yang tidak muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar adalah kata

seru.

Data penelitian menunjukkan bahwa pemelajar telah menguasai beberapa

jenis kata. Hal ini dapat dilihat dengan penggunaan jenis kata tersebut secara tepat

dalam kalimat. Semakin besar jumlah frekuensi penggunaan jenis kata tertentu

mengindikasikan bahwa jenis kata tersebut dikuasai terlebih dahulu. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

123

demikian, urutan pemerolehan jenis kata pemelajar adalah kata penghubung, kata

keterangan, kata ganti tunjuk, kata negasi, kata tanya dan kata ganti posisi. Hal

ini dapat dilihat dalam bagan 4.19.

Bagan 4.19: Urutan Jenis Kata Yang Dikuasai Pemelajar

Urutan pemerolehan kata selanjutnya adalah jenis kata yang muncul dalam

identifikasi bentuk bahasa antara tingkat kata. Bentuk bahasa antara ini dapat

memperlihatkan bagaimana proses pemerolehan atau penguasaan bahasa

pemelajar terjadi (Ellis, 1997). Bentuk bahasa antara mengindikasikan adanya eror

dalam penggunaan beberapa jenis kata tertentu dalam konstruksi kalimat

pemelajar. Hal ini berarti bahwa pemelajar belum sepenuhnya menguasai jenis

kata tersebut. Jenis kata yang lebih dikuasai merupakan jenis kata yang memiliki

frekuensi eror paling rendah. Dengan demikian, urutan pemerolehan jenis kata

pemelajar selanjutnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

213

156

43

20

4 4

0

50

100

150

200

250

katapenghubung

kataketerangan

kata gantitunjuk

kata negasi kata tanya kata gantiposisi

1 2 3 4 5 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

124

Urutan

Pemerolehan Jenis Kata Total Benar Eror

Prosentase

Eror

1 Preposisi 281 268 13 4.6 %

2 Kata ganti orang 390 369 21 5.3 %

3

Kata ganti

penggolong 13 12 0 7.6%

4 Reduplikasi 29 25 4 13.7 %

5 Imbuhan 377 305 72 19 %

Tabel 4.8: Urutan Pemerolehan Kata Pemelajar

Preposisi merupakan jenis kata yang muncul dengan frekuensi yang cukup

tinggi, yakni sebesar 281 konstruksi kalimat pemelajar. Finoza dalam Pratiwi

(2017) menyebutkan bahwa meskipun preposisi tidak memiliki arti leksikal atau

arti kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata lain, penggunaan preposisi harus

sesuai dengan konteks kata yang diikutinya. Jumlah prosentase eror dalam

penggunaan preposisi yang relatif kecil, yakni sebesar 4.6 %, menunjukkan bahwa

pemelajar memakai preposisi yang tepat dalam kebanyakan konstruksi

kalimatnya.

Preposisi yang paling banyak dipakai oleh pemelajar adalah preposisi di. Hal ini

sejalan dengan temuan dari Siagian (2020) mengenai kata berfrekuensi tinggi

pemelajar BIPA, dimana kata di menempati urutan kedua. Selain itu, pemelajar

juga memakai preposisi untuk, selama dan dengan, dimana preposisi tersebut

tidak termasuk dalam rumusan SKL pemelajar BIPA tingkat pemula. Hal ini

menunjukkan bahwa pemelajar mengenal dan mendapatkan pengetahuan yang

lebih mengenai jenis kata preposisi.

Kata ganti orang juga muncul dengan frekuensi yang relatif tinggi apabila

dibandingkan dengan jenis kata lainnya. Pemelajar telah memakai kata ganti saya,

Anda, aku, kamu, ia/dia, kalian, mereka, kami, dan kita dalam konstruksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

125

kalimatnya. Frekuensi eror cenderung muncul beberapa kali dalam penggunaan

kata ganti aku, kamu dan dia dimana pemelajar seharusnya memakai bentuk kata

ganti milik –ku, -mu, dan –nya. Selanjutnya, data penelitian juga menunjukkan

bahwa pemelajar belum menguasai penggunaan kata ganti –nya. Hal ini dapat

dilihat dari eror dimana pemelajar menghilangkan kata ganti –nya pada kata yang

memiliki penekanan atau merujuk pada suatu nomina sebelumnya.

Selanjutnya, jenis kata ganti penggolong seorang, seekor, dan sebuah juga

muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar. Kata penggolong merupakan kata

dengan frekuensi penggunaan yang cukup rendah apabila dibandingkan dengan

jenis kata lainnya. Konstruksi kalimat menunjukkan bahwa pemelajar dapat

menggunakan hampir semua kata penggolong secara tepat, kecuali adanya satu

konstruksi eror pada penggunaan kata penggolong sebuah dimana pemelajar

memakai kata tersebut untuk mengelompokkan manusia.

Konstruksi kalimat pemelajar juga menunjukkan adanya penggunaan kata

ulang. Kata ulang juga merupakan kata dengan frekuensi penggunaan yang cukup

rendah apabila dibandingkan dengan jenis kata lainnya. SKL bagi pemelajar

pemula menetapkan penguasaan penggunaan kata ulang utuh. Meskipun

demikian, sitemukan juga bentuk kata ulang berimbuhan dalam konstruksi kalimat

pemelajar.

Selanjutnya, data penelitian menunjukkan bahwa pemelajar mengetahui

bermacam-macam bentuk afiksasi. Jenis kata berimbuhan atau afiks yang masuk

dalam rumusan kompetensi pemelajar BIPA tigkat pemula yang disusun oleh

APPBIPA adalah afiks ber-, me-, -an, pe-, ber-an. Meskipun demikian, data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

126

menunjukkan bahwa pemelajar juga memakai afiks di-, -kan, me-kan, pe-an, ke-

an, dan me-i. Afiks me dan ber menempati frekuensi penggunaan terbanyak. Hasil

wawancara dengan pemelajar menunjukkan bahwa pemelajar mengetahui aturan

mengenai penggunaan afiksasi secara umum, meskipun pemelajar masih

memproduksi eror. Afiksasi dalam bahasa Indonesia memiliki kekhususan

tertentu. Pemelajar masih mempertanyakan pentingnya afiksasi apabila pemelajar

dapat menggunakan kata tanpa afiksasi pada konteks sehari-hari, kompleksitas

kaidah mengenai afiksasi juga dapat membuat pemelajar putus asa (Setyaningrum,

Andayani & Saddhono, 2018).

Jenis kata seru tidak muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar. Kata

seru merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan karena

kaget, marah, rindu, kagum, terharu, dan sedih (Siagian, 2020). Hal ini berarti

bahwa kata seru dapat muncul apabila ada sesuatu hal yang dapat menstimulus

pemelajar untuk mengungkapkan perasaan tersebut. Dengan demikian, terdapat

kemungkinan bahwa jenis kata seru tidak dapat ditemukan karena tidak adanya

stimulus yang diterima oleh pemelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

127

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan dua hal, yaitu (1) kesimpulan

dan (2) saran. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian yang dilakukan.

Bagian saran berisi uraian keterbatasan penelitian serta saran terkait penelitian

lanjutan mengenai kajian bahasa antara, khususnya dalam ranah pembelajaran

BIPA.

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini berfokus pada bahasa antara pemelajar Australia. Penelitian

ini bertujuan untuk menjawab tiga rumusan masalah. Rumusan tersebut adalah (1)

bentuk bahasa antara pemelajar Australia pada tingkatan kata, (2) faktor penyebab

munculnya bentuk bahasa antara pemelajar, dan (3) pemerolehan kata berdasarkan

jenis kata yang harus dikuasai seorang pemelajar BIPA tingkat pemula.

5.1.1 Bentuk Bahasa Antara Tingkat Kata

Hasil penelitian menunjukkan adanya bentuk bahasa antara yang muncul

dalam beberapa kategori, yaitu penggunaan kata ganti orang, preposisi, kata

berimbuhan, kata penggolong, kata ulang, dan juga pemilihan diksi. Dalam

penggunaan kata ganti orang, bahasa antara muncul dalam bentuk eror

penggunaan kata ganti aku, kamu, dia dan –nya. Dalam penggunaan preposisi,

bahasa antara muncul dalam bentuk eror penggunaan preposisi yang salah dan

juga penghilangan preposisi. Dalam penggunaan kata berimbuhan, bahasa antara

muncul dalam bentuk eror yang berupa penambahan, penghilangan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

128

penggunaan afiksasi yang salah. Dalam penggunaan kata penggolong, bahasa

antara muncul dalam bentuk eror penggunaan kata penggolong seorang. Dalam

penggunaan kata ulang, bahasa antara muncul dalam bentuk eror penggunaan kata

ulang utuh dan kata ulang berimbuhan yang tidak sesuai dengan konteks kalimat.

Selanjutnya, bahasa antara juga muncul dalam bentuk pemilihan diksi yang salah

dan juga penggunaan kosakata bahasa Inggris.

5.1.2 Faktor Penyebab Munculnya Bahasa Antara

Bentuk bahasa antara pemelajar yang muncul dalam penelitian ini juga

mengindikasikan faktor yang mendorong munculnya bentuk-bentuk tertentu.

Berdasarkan hasil analisis data, bentuk bahasa antara pemelajar Australia muncul

karena tiga hal. Faktor pertama adalah adanya transfer negatif. Transfer negatif

muncul ketika pemelajar memakai kaidah bahasa Inggris yang merupakan bahasa

ibu dalam memproduksi bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua yang tengah

dipelajari. Faktor selanjutnya adalah adanya generalisasi berlebih. Faktor ini

muncul ketika pemelajar mengetahui kaidah bahasa target secara umum, tetapi

tidak mengetahui adanya pengecualian dalam struktur atau penggunaan aturan

dalam konteks tertentu. Faktor yang terakhir adalah strategi komunikasi

pemelajar. Hal ini muncul ketika pemelajar ingin menyampaikan suatu maksud,

konsep atau ide dalam bahasa kedua, tetapi tidak memiliki bekal linguistik yang

mencukupi.

5.1.3 Pemerolehan Jenis Kata

Hasil penelitian menunjukkan adanya jenis kata yang telah dan belum

dikuasai oleh pemelajar. Jenis kata yang telah dikuasai pemelajar adalah jenis kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

129

penghubung, kata keterangan, kata ganti tunjuk, kata negasi, kata tanya dan kata

ganti posisi. Selanjutnya, pemelajar masih belum menguasai jenis kata preposisi,

kata ganti, kata penggolong, kata ulang dan juga kata berimbuhan.

5.2 Saran

Dalam sub-bab ini, peneliti memaparkan beberapa keterbatasan dalam

penelitian. Selain itu, peneliti juga memberikan saran yang diharapkan dapat

membantu peneliti lain yang juga ingin melakukan penelitian serupa atau

penelitian lanjutan berdasarkan hasil penelitian ini. Keterbatasan penelitian dan

juga saran diuraikan dalam beberapa poin berikut:

1. Hasil penelitian ini memberikan deskripsi mengenai bentuk bahasa antara

pemelajar Australia dengan latar belakang bahasa Inggris sebagai bahasa ibu

pada tingkat kata. Bentuk bahasa antara yang ditemukan dalam penelitian ini

memberikan informasi aktual terkait pengetahuan pemelajar yang telah

dikuasai atau yang belum dikuasai. Penelitian lanjutan dalam kajian bahasa

antara dapat dilakukan untuk melihat bentuk bahasa antara pemelajar pada

tingkat frasa, klausa, kalimat. Selain itu, kajian bahasa antara juga dapat

dilakukan pada suatu aspek linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, atau

sintaksis.

2. Penelitian ini memiliki keterbatasan karena data penelitian hanya diambil dari

seorang pembelajar BIPA tingkat pemula dengan latar belakang bahasa Inggris

sebagai bahasa ibu pemelajar. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan

membandingkan data penelitian ini dengan data penelitian dari pemelajar BIPA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

130

tingkat menengah dan lanjut, atau pemelajar BIPA dengan latar belakang

bahasa ibu selain bahasa Inggris.

3. Hasil penelitian terkait penguasaan jenis kata pemelajar mengindikasikan suatu

urutan pemerolehan, mengenai jenis kata mana yang lebih dahulu dikuasai oleh

pemelajar. Hal ini dapat dijadikan landasan dalam kajian linguistuk untuk

menemukan suatu generalisasi mengenai pemerolehan jenis kata pemelajar

bahasa kedua.

4. Frekuensi kategori eror yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini

adalah eror dalam hal afiksasi. Hal ini menunjukkan bahwa afiksasi menjadi

suatu kaidah bahasa Indonesia yang cukup kompleks untuk dipelajari oleh

pemelajar bahasa kedua. Fakta ini dapat menjadi perhatian bagi praktisi BIPA

untuk dapat menemukan penyederhanaan dalam pengajaran afiksasi dan

membantu pemelajar memahami dan menguasai kaidah afiksasi dengan lebih

mudah.

5. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini kurang dapat membantu

peneliti untuk mengkonfirmsi beberapa interpretasi atau penemuan peneliti.

Wawancara dalam kajian bahasa antara seharusnya dilakukan dalam waktu

yang relatif dekat dengan produksi bahasa sehingga pengetahuan pemelajar

akan hal tertentu masih relevan dan sesuai dengan produksi bahasa yang

dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan

perubahan atau perkembangan akuisisi bahasa pemelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

131

DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, Fitriyatul. (2018). Transfer Negatif Dalam Pemerolehan Bahasa

Indonesia Sebagai Bahasa Ketiga Mahasiswa BIPA UNESA Angkatan 2015.

BASINDO: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya,

2(2), 100-105.

Amin, A. A. (2017). Linguistic Analysis of the Phenomenon of Language

Transfer. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 22 (4), 32-35.

Ary, D., Jacobs, L.C., dan Razavieh, A. (2002). Introduction to research in

education. Belmont: Wadsworth Group.

Best, J. W. (1981). Research in ducation. New Delhi: Prentice-Hall of India, Inc.

Bialystok, Ellen dan Smith, M.S. (1985). Interlanguage is not a state of mind: An

evaluation of the construct for second-language acquisition. Applied

Linguistics, 6 (2), 101-117.

Bowen, G. A. (2009). Document analysis as a qualitative research method.

Qualitative Research Journal, 9 (2), 27-40.

Brogan, F.D., dan Son, JyEun. (2015). Native Language Transfer in Target

Language Usage: An Exploratory Case Study. Voices, 3 (1), 47-62.

Brown, J.D., dan Theodore S.R. (2002). Doing Second Language Research.

Oxford: Oxford University Press.

Chaer, Abdul. (2011). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Chaer, Abdul. (2015). Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta:

Rineka Cipta.

Corder, S. P. (1967). The Significance of Learners’ Errors. International Review

of Applied Linguistics, 5 (4), 161-170.

Corder, S. P. (1981). Error Analysis and Interlanguage. Oxford: Oxford

University Press.

Cortés, N.C. (2005). Negative Language Transfer When Learning Spanish As A

Foreign Language. INTERLINGÜÍSTICA, 16 (1), 237-248.

Creswell, John. (2007). Qualitative Inquiry dan Research Design: Choosing

Among Five Approaches. New Delhi: Sage Publications.

Deni, R., Fahriany, dan Dewi, R.S. (2020). Interlanguage Verb Tenses Study: A

Case Study on Rena Aprilia. ELITE Journal, 2 (1), 41-54.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

132

Effendi, S., Kentjono, D., dan Suhardi, B. (2015). Tata Bahasa Dasar Bahasa

Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ellis, Rod. (1997). Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University

Press.

Ellis, Rod, and Barkhuizen, Gary. (2005). Analysing Learner Language. Oxford:

Oxford University Press.

Erdocia, K., dan Laka, I. (2018). Negative Transfer Effects on L2 Word Order

Processing. Frontiers in Psychology, 9, 1-10.

Fauziati, Endang. (2011). Interlanguage and Error Fossilization: A Study of

Indonesian Students Learning English as a Foreign Language. Indonesian

Journal of Applied Linguistics, 1 (1), 25-40.

Fhonna, R., & Yusuf, Y. Q. (2020). Indonesian Language Learning Methods in

Australian Elementary Schools. Journal of Language and Education, 6(2), 96-

109.

Frith, M. B. (1978). Interlanguage Theory: Implications for The Classroom.

McGill Journal of Education / Revue Des Sciences De l’éducation De McGill,

13 (002), 155-165.

Gass, S. M., dan Selinker, L. (2001). Second Language Acquisition, an

Introductory Course (2nd ed.). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Hobson, C. B. (1999). Morphological Development in the Interlanguage of

English Learners of Xhosa. [Tesis, Universitas Rhodes].

https://core.ac.uk/download/pdf/145050886.pdf

Honorene, J. (2017). Understanding the Role of Triangulation in Research.

Scholarly Research Journal for Interdisciplinary Studies, 4 (31), 91-95.

Ikhsan. (2021). An analysis of ESL negation by Indonesian learners of English.

International Journal in Applied Linguistics of Parahikma, 3(1), 16-33.

Inderasari, E., dan Agustina, T. (2018). Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada

Mahasiswa Asing Dalam Program Bipa IAIN Surakarta. Jurnal Pendidikan

Bahasa Dan Sastra Indonesia, 6 (2), 6-15.

James, Carl. (1980). Contrastive Analysis. Harlow: Longman.

Keraf, Gorys. (1980). Tata Bahasa Indonesia: Untuk Sekolah Lanjutan Atas.

Jakarta: Nusa Indah.

Krashen, S. D. (1981). Second Language Acquisition and Second Language

Learning. Oxford: Pergamon Press Inc.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

133

Krashen, S. D. (1982). Principles and practice in second language acquisition.

Oxford: Pergamon Press.

Kusuma, Eny. (2018). Kesalahan Semantik Dalam Tuturan Mahasiswa Asal

Thailand. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Metalingua, 3(2),

19-26.

Lado, Robert. (1957). Linguistics across cultures: Applied linguistics for

language teachers. Ann Arbor: University of Michigan Press.

Lakshmanan, U., dan Selinker, L. (2001). Analysing interlanguage: how do we

know what learners know? Second Language Research, 17 (4), 393-420.

Maier, Astrid. (2010). The Structure of Interlanguages. The Acquisition of Simple

English Interrogatives in Guided Second Language Acquisition. (Publication

No. 18204) [Doctoral dissertation, Universitas Heinrich Heine Düsseldorf].

https://docserv.uni-duesseldorf.de/servlets/DerivateServlet/Derivate-19426

Maharani, M.M. (2018). Strategi Komunikasi Pemelajar BIPA Pada Pembelajaran

Tingkat Dasar. Seminar Nasional Bulan Bahasa 1, 134 - 142

Maharani, T., dan Astuti, E. (2018). Pemerolehan Bahasa Kedua dan Pengajaran

Bahasa dalam Pembelajaran BIPA. Jurnal Bahasa Lingua Scientia, 10 (1),

121-142.

Mason, Jennifer. (2002). Qualitative Researching. London: SAGE Publication.

Mena, V.V., dan Saputri, Kurnia. (2018). English Community Journal, 2 (1), 175

182.

Miles, M.B., dan Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis. California:

SAGE Publications.

Muslich, Masnur. (2014). Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian Ke Arah

Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.

Musthafa, M.A., dan Rahmawati, L.E. (2021). Kesalahan Bentukan Kata Berafiks

Dalam Tulisan Mahasiswa BIPA. Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan

Sastra, 6(1), 24-29.

Oktavianti, Ikmi Nur. (2015). English Locative and Temporal Prepositions Used

by Indonesian Learners. International Journal on Studies in English Language

and Literature (IJSELL), 3(10), 34-40.

O’Shannessy, C. & Meakins, F. (2016). Australian language contact in historical

and synchronic perspective. In F. Meakins & C. O'Shannessy (Ed.), Loss and

Renewal (pp. 3-26). Berlin, Boston: De Gruyter Mouton.

https://doi.org/10.1515/9781614518792-007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

134

Palmer, C., dan Bolderston, A. (2006). A Brief Introduction to Qualitative

Research. Canadian Journal of Medical Radiation Technology, 37 (1), 16-19.

Primantari, A.N., dan Wijana, I.D. (2017). Tindak Tutur Meminta Oleh

Pembelajar Bipa Dari Korea: Kajian Pragmatik Bahasa Antara (Interlanguage

Pragmatics). Jurnal Penelitian Humaniora, 18 (1), 27-40.

Pratiwi, S.H. (2017). Taksonomi linguistic: kajian analisis kesalahan berbahasa

dalam keteramilan menulis kalimat siswa BIPA Pemula di Medan. Semdi

Unaya, 1 (1), 20-27.

Ramlan, M. (2005). Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ratnawati. (2012). Analisis Kesalahan Afiksasi Pemelajar Bahasa Indonesia bagi

Penutur Asing: Studi Kasus Terhadap Pemelajar BIPA di Universitas Flinders

Australia. Sawerigading, 18 (3), 361-371.

Riana, D. R (2020). Pendekatan imersi dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi

penutur asing (BIPA) (Penerapan program imersi di Australia). Jurnal Bahasa

Indonesia bagi Penutur Asing (JBIPA), 2(1), 36-47.

Richards, Jack C. (1974). Error Analysis: Perspectives on Second Language

Acquisition. Singapore: Longman Singapore Publishers.

Saric, Antonija. (2016). Developmental Patterns in the Interlanguage Research.

European Journal of Social Sciences Education and Research, 3(2), 242-255.

Selinker, L. (1972). Interlanguage. International Review of Applied Linguistics, 10

(3), 209-241.

Selinker, L. (1992). Rediscovering Interlanguage. New York: Longman.

Setyawati, Nanik. (2010). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan

Praktik. Surakarta : Yuma Pustaka.

Siagian, Esra. (2020). Kata Berfrekuensi Tinggi Dalam Pembelajaran BIPA

Pemula. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 9(2), 188-201.

Slaughter, Yvette. (2007). The Rise and Fall of Indonesian In Australian Schools:

Implications for Language Policy and Planning. Asian Studies Review, 31 (3),

301-322.

Suharsono. (2015). Pemerolehan Klausa Relatif Pada Pemelajar Bahasa Indonesia

Bagi Penutur Asing (Bipa): Kajian Bahasa-Antara. LITERA, 14 (1), 57-74.

Suyitno, Imam. (2017). Teaching Materials And Techniques Needed By Foreign

Students In Learning Bahasa Indonesia, ISLLAC Journal of Intensive Studies

on Language, Literature, Art, and Culture, 1(1).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

135

Taftiawati, Meida. (2014). Strategi Komunikasi Pembelajar Bipa Upi Asal Korea

Selatan Dalam Pembelajaran Bipa Tingkat Dasar. Bahtera Bahasa: Antologi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Tarone, E.( 2006). Interlanguage. Elsevier Ltd, 4, 1715-1719.

Whardani, Ayudya dan Margana, Margana. (2019). Interlanguage performed by

students of English literature study program. LingTera, 6 (1), 30-40.

Widia, Ida. (2021). Jenis Kesalahan Bahasa Indonesia Tulis Pembelajar Asing.

OJS @rtikulasi, 1(1), 75-84.

Yahya, Mokh. (2018). Kajian Kesalahan Sintaksis Bahasa Tulis Pembelajar BIPA

Level Akademik (Studi Kasus di UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret

Surakarta). [Tesis, Universitas Sebelas Maret]

Zubaidi, Nanang. (2013). Realisasi Keluhan Oleh Pembelajar Asing Bahasa

Indonesia: Kajian Pragmatik Bahasa Antara (Interlanguage Pragmatics).

(Tesis, Universitas Gadjah Mada) http://etd.repository.ugm.ac.id/home/

detail_pencarian/59822

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

136

Analisis Kalimat Pemelajar dalam Tugas Kelas Bahasa

Kode Data Interpretasi Setuju Tidak

Setuju

Keterangan

KB.03.01 Tahun lalu saya

pergi ke jawa timur

untuk berliburan

dengan teman-teman

saya.

Koreksi kalimat:

Tahun lalu saya pergi ke Jawa Timur untuk berlibur

dengan teman-teman saya.

Penggunaan konfiks ber-an dalam “berliburan”

tidak tepat dipakai dalam kalimat ini karena

konfiks ber-an “mengandung arti saling (timbal

balik), perbuatan terjadi berulang-ulang, atau

tetap berlangsung atau pelakunya banyak.”

(Keraf, 1980: 117)

Dalam kalimat ini, diperlukan prefiks ber- yang

menyatakan “dalam keadaan seperti bentuk

dasar” (Muslich, 2014:69)

Pembentukan kata yang tepat adalah:

ber + libur: berlibur yang berarti dalam keadaan

“bebas dari kerja”.

Penjelasan dibetulkan

-Keraf

-Muslich

KB.03.02 Ada danau yang

berwarna biru dan

banyak

pemandangan yang

alam.

Koreksi kalimat:

Ada danau yang berwarna biru dan banyak

pemandangan alam.

Tidak diperlukan kata penghubung “yang” untuk

membentuk frasa “pemandangan alam” karena

“FNS yang berstruktur N + N dan bermakna

gramatikal “ada di…” dapat disusun kalau N yang

pertama memiliki komponen makna (+benda) dan

(+kegiatan) sedangkan N yang kedua memiliki

komponen makna (+ruang) atau (+tempat).” (Chaer, 2015:127)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

138

Analisis Kalimat Pemelajar dalam Tugas Kelas Bahasa

Kode Data Interpretasi Setuju Tidak

Setuju

Keterangan

KB.03.01 Tahun lalu saya

pergi ke jawa timur

untuk berliburan

dengan teman-teman

saya.

Koreksi kalimat:

Tahun lalu saya pergi ke Jawa Timur untuk berlibur

dengan teman-teman saya.

Penggunaan konfiks ber-an dalam “berliburan”

tidak tepat dipakai dalam kalimat ini karena

konfiks ber-an “mengandung arti saling (timbal

balik), perbuatan terjadi berulang-ulang, atau

tetap berlangsung atau pelakunya banyak.”

(Keraf, 1980: 117)

Dalam kalimat ini, diperlukan prefiks ber- yang

menyatakan “dalam keadaan seperti bentuk

dasar” (Muslich, 2014:69)

Pembentukan kata yang tepat adalah:

ber + libur: berlibur yang berarti dalam keadaan

“bebas dari kerja”.

KB.03.02 Ada danau yang

berwarna biru dan

banyak

pemandangan yang

alam.

Koreksi kalimat:

Ada danau yang berwarna biru dan banyak

pemandangan alam.

Tidak diperlukan kata penghubung “yang” untuk

membentuk frasa “pemandangan alam” karena

“FNS yang berstruktur N + N dan bermakna

gramatikal “ada di…” dapat disusun kalau N yang

pertama memiliki komponen makna (+benda) dan

(+kegiatan) sedangkan N yang kedua memiliki

komponen makna (+ruang) atau (+tempat).” (Chaer, 2015:127)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

140

Analisis Kalimat Pemelajar dalam Jurnal Harian

Kode Data Interpretasi Setuju Tidak

Setuju

Keterangan

JH.11.01 Hari ini saya pergi ke

perkerjaan.

Koreksi kalimat:

Hari ini saya pergi ke tempat kerja.

Penggunaan kata “pekerjaan” tidak tepat. Kata

yang diperlukan merupakan kata yang

menunjukkan suatu tempat karena adanya

preposisi “ke” dalam kalimat ini yang

menyatakan “hubungan arah menuju suatu

tempat” (Muslich, 2010:108)

Kata “pekerjaan” dapat diganti menjadi “tempat

kerja”.

JH.11.02 Di pekerjaan saya

hanya bekerja selama

dua setengah jam dari

jam delapan sampai

jam setengah sebelas.

Koreksi kalimat:

“Di tempat kerja, saya hanya bekerja selama dua

setengah jam, dari jam delapan sampai jam setengah

sebelas.”

Penggunaan kata “pekerjaan” tidak tepat. Kata

yang diperlukan merupakan kata yang

menunjukkan suatu tempat karena adanya

preposisi “di” dalam kalimat ini yang

menyatakan “hubungan tempat berada”

(Muslich, 2010:108)

Kata “pekerjaan” dapat diganti menjadi “tempat

kerja”.

JH.11.03 Saya membangunan

sebuah pagar lalu

mengantarkan beberapa

tembok yang bentuk

seperti kotak.

Koreksi kalimat:

“Saya membangunkan sebuah pagar, lalu

mengantarkan beberapa tembok yang berbentuk

seperti kotak.” Pembentukan afiks me-kan tidak tepat secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

142

Analisis Kalimat Pemelajar dalam Jurnal Harian

Kode Data Interpretasi Setuju Tidak

Setuju

Keterangan

JH.11.01 Hari ini saya pergi ke

perkerjaan.

Koreksi kalimat:

Hari ini saya pergi ke tempat kerja.

Penggunaan kata “pekerjaan” tidak tepat. Kata

yang diperlukan merupakan kata yang

menunjukkan suatu tempat karena adanya

preposisi “ke” dalam kalimat ini yang

menyatakan “hubungan arah menuju suatu

tempat” (Muslich, 2010:108)

Kata “pekerjaan” dapat diganti menjadi “tempat

kerja”.

JH.11.02 Di pekerjaan saya

hanya bekerja selama

dua setengah jam dari

jam delapan sampai

jam setengah sebelas.

Koreksi kalimat:

“Di tempat kerja, saya hanya bekerja selama dua

setengah jam, dari jam delapan sampai jam setengah

sebelas.”

Penggunaan kata “pekerjaan” tidak tepat. Kata

yang diperlukan merupakan kata yang

menunjukkan suatu tempat karena adanya

preposisi “di” dalam kalimat ini yang

menyatakan “hubungan tempat berada”

(Muslich, 2010:108)

Kata “pekerjaan” dapat diganti menjadi “tempat

kerja”.

JH.11.03 Saya membangunan

sebuah pagar lalu

mengantarkan beberapa

tembok yang bentuk

seperti kotak.

Koreksi kalimat:

“Saya membangunkan sebuah pagar, lalu

mengantarkan beberapa tembok yang berbentuk

seperti kotak.” Pembentukan afiks me-kan tidak tepat secara

Kata membangunkan perlu diganti

dengan kata membangun.

Membangunkan juga kurang tepat,

memiliki arti (1) kausatif, seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

144

Analisis Kalimat Pemelajar dalam Dokumentasi Percakapan WhatsApp

Kode Data Interpretasi Setuju Tidak

Setuju

Keterangan

DP.07.01 Saya sedang bekerja

di Selatan dari Kota

Perth!

Koreksi kalimat:

Saya sedang bekerja di Selatan Kota Perth!

Penggunaan preposisi “dari” tidak tepat dipakai

dalam kalimat ini karena dari dipakai untuk

menyatakan tempat permulaan atau asal

kedatangan. Preposisi ini tidak diperlukan dalam

kalimat ini sehingga dapat dihilangkan.

DP.07.02 Itunya dari orang

yang pulang Saya

pikir!

Koreksi kalimat:

Saya pikir itu dari orang yang pulang.

Penggunaan -nya pada kata “itunya” menjadi

ambigu karena salah satu fungsi -nya adalah

“menjelaskan atau menekankan kata di depannya”

(Keraf,1980:112). Dalam kalimat ini, yang

diperlukan bentuk dasar tanpa -nya, yaitu ‘itu’

yang merupakan kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yang jauh dari pembicara.

Susunan kata yang tepat dalam konstruksi kalimat ini

adalah:

Saya pikir itu dari orang yang pulang.

S P Pel

DP.07.03 Juga Saya pikir

tidak ada banyak

orang-orang di

Perth (populasi

hanya dua juta) dan

Perth tidak terkenal

Koreksi kalimat:

Saya pikir tidak ada banyak orang di Perth (populasi

hanya dua juta) dan Perth juga tidak terkenal untuk

turis dan terpencil.

Adverbia ‘juga’ digunakan untuk menyatakan

penambahan terhadap suatu hal dan “diletakkan di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

146

Analisis Kalimat Pemelajar dalam Dokumentasi Percakapan WhatsApp

Kode Data Interpretasi Setuju Tidak

Setuju

Keterangan

DP.07.01 Saya sedang bekerja

di Selatan dari Kota

Perth!

Koreksi kalimat:

Saya sedang bekerja di Selatan Kota Perth!

Penggunaan preposisi “dari” tidak tepat dipakai

dalam kalimat ini karena dari dipakai untuk

menyatakan tempat permulaan atau asal

kedatangan. Preposisi ini tidak diperlukan dalam

kalimat ini sehingga dapat dihilangkan.

Huruf S pada kata "selatan"

tidak kapital

DP.07.02 Itunya dari orang

yang pulang Saya

pikir!

Koreksi kalimat:

Saya pikir itu dari orang yang pulang.

Penggunaan -nya pada kata “itunya” menjadi

ambigu karena salah satu fungsi -nya adalah

“menjelaskan atau menekankan kata di depannya”

(Keraf,1980:112). Dalam kalimat ini, yang

diperlukan bentuk dasar tanpa -nya, yaitu ‘itu’

yang merupakan kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yang jauh dari pembicara.

Susunan kata yang tepat dalam konstruksi kalimat ini

adalah:

Saya pikir itu dari orang yang pulang.

S P Pel

DP.07.03 Juga Saya pikir

tidak ada banyak

orang-orang di

Perth (populasi

hanya dua juta) dan

Perth tidak terkenal

Koreksi kalimat:

Saya pikir tidak ada banyak orang di Perth (populasi

hanya dua juta) dan Perth juga tidak terkenal untuk

turis dan terpencil.

Adverbia ‘juga’ digunakan untuk menyatakan

penambahan terhadap suatu hal dan “diletakkan di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: BAHASA ANTARA PEMELAJAR BIPA AUSTRALIA: KASUS PEMEROLEHAN …

148

Lampiran: Pengumpulan Jurnal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI