Bahari Makalah KPBI 2010

26
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Api-api adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Avicennia, suku Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari komunitas hutan bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk menghormati Ibnu Sina, di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, salah seorang pakar dan perintis kedokteran modern dari Persia. Sebagai warga komunitas mangrove, api-api memiliki beberapa ciri yang merupakan bagian dari adaptasi pada lingkungan berlumpur dan bergaram. Di antaranya: Akar napas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya. Daun-daun dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya. Daun api-api berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam . Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut. 1

Transcript of Bahari Makalah KPBI 2010

Page 1: Bahari Makalah KPBI 2010

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

 Api-api adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Avicennia, suku

Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari

komunitas hutan bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk

menghormati Ibnu Sina, di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, salah seorang

pakar dan perintis kedokteran modern dari Persia.

Sebagai warga komunitas mangrove, api-api memiliki beberapa ciri yang merupakan

bagian dari adaptasi pada lingkungan berlumpur dan bergaram. Di antaranya:

Akar napas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di

sekeliling pangkal batangnya.

Daun-daun dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya. Daun api-api

berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam. Ini adalah kelebihan

garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut.

Biji api-api berkecambah tatkala buahnya belum gugur, masih melekat di

rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu terjatuh

atau tersangkut di lumpur.

Nama lain api-api di pelbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah mangi-mangi,

sia-sia, boak, koak, marahu, pejapi, papi, nyapi dan lain-lain.

1

Page 2: Bahari Makalah KPBI 2010

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Avicennia marina merupakan pelopor dari spesies mangrove, yang mungkin paling

luas dari semua mangrove, mulai luas di seluruh indo-pasifik bagian Barat. berupa

belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dengan ketinggian pohon

mencapai 30 meter dan tumbuh di atas lumpur berpasir, pada bagian tepi menjorok ke

laut. Ada yang unik dari populasi ini, dimana lebih toleran terhadap dingin (di daerah

Australia misalnya) (Duke, 2006).

Avicennia marina memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk

pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit

kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil.

Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu (Duke, 2006).

II.1.1 Klasifikasi

2

Page 3: Bahari Makalah KPBI 2010

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Familia : Acanthaceae

Genus : Avicennia

Species : Avicennia marina

(Linnaeus, 1759)

Sinonim : Avicennia intermedia Griffith; Avicennia mindanaense Elmer; Avicennia

sphaerocarpa Stapf ex Ridley.

II.1.2 Nama Daerah :

Nama daerah atau nama lokal dari mangrove ini adalah Api-api putih, api-api abang,

sia-sia putih, sie-sie, pejapi, nyapi, hajusia, pai.

3

Page 4: Bahari Makalah KPBI 2010

Akar napas api-api yang penuh sampah di Muara Angke

II.1.3 Ekologi

Api-api menyukai rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di

sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina,

memperlihatkan toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di

rawa air tawar hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi.

Kebanyakan jenisnya merupakan jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh

kembali. Pohon-pohon api-api yang tumbang atau rusak dapat segera trubus (bersemi

kembali), sehingga mempercepat pemulihan tegakan yang rusak.

Akar napas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan

menahan lumpur serta pelbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran

ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan

teritip.

II.2 DESKRIPSI TUMBUHAN

II.2.1 Daun

Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap

tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja

dan tidak pernah pada bagian tubuh tumbuhan yang lainnya. Bagian batang tempat

4

Page 5: Bahari Makalah KPBI 2010

duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat di

atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun

(axilla). Daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-

daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh tumbuhan

ini memiliki umur yang terbatas, yang pada akhirnya akan runtuh dan meninggalkan

batang. Pada waktu akan runtuh warna daun akan berubah menjadi kekuning-

kuningan dan akhirnya menjadi kecoklatan. Perbedaan ini juga terlihat pada daun

yang masih muda dan daun yang telah dewasa. Daun yang muda biasanya berwarna

keputih-putihan, ungu, ataupun kemerahan, sedangkan daun dewasa warnanya hijau

sesungguhnya (Tjitrosoepomo, 2007).

Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau

membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di

sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin (Ini adalah kelebihan

garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut); pertulangan daun umumnya tak begitu

jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas. Bentuk

daun elliptical-lanceolata atau ovate-elliptica pj= 7 cm, l=4 cm (Wijayanti, 2008).

II.2.2 Batang

Batang dari Avicennia marina mempunyai cabang-cabang horizontal  yang

menunjukkan pertumbuhan yang terus-menerus. Kulit batang halus berwarna

keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak. Ranting dengan buku-

buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi tulang dengan permukaan licin

hingga pecah-pecah vertikal, biasanya seperti serpihan, diameter batang bisa

mencapai 40 cm lebih (Wijayanti, 2008).

II.2.3 Akar

Avicennia marina memiliki akar berupa akar nafas (pneumatofora).

Pada Avicennia pneumatofora merupakan cabang tegak dari akar horizontal yang

tumbuh di bawah tanah. Pada tumbuhan inibentuknya seperti pensil atau pasak dan

5

Page 6: Bahari Makalah KPBI 2010

umumnya hanya tumbuh setinggi 30 cm, yang muncul dari substrat serupa paku yang

panjang dan rapat dan muncul ke atas lumpur di sekililing pangkal batangnya. Di

teluk Botany, Sidney dapat dijumpai Avicennia marina dengan pneumatofora setinggi

lebih dari 28 m, meskipun kebanyakan tingginya hanya sekitar 4 m (Ng dan

Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

II.2.4 Bunga

Susunan seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul diujung tandan, bau

menyengat dan banyak nectar. Terletak di ujung tangkai atau di  ketiak daun dekat

ujung. Bunga-bunga duduk (sessile), membulat ketika kuncup, berukuran kecil antara

0,3-1,3 cm, berkelamin dua, kelopak 5 helai, mahkota kebanyakan 4 (jarang 5 atau 6)

helai, kebanyakan kuning atau jingga kekuningan dengan bau samar-samar, benang

sari kebanyakan 4, terletak berseling dengan mahkota bunga (Noor, 2006).

II.2.5 Buah dan Biji

Buah:berupa kapsul yang memecah (dehiscent) menjadi dua, 1-4 cm

panjangnya, hijau abu-abu, berbulu halus di luarnya;

Vivipar, dimana biji berkecambah saat buahnya belum gugur, masih melekat di

rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu terjatuh atau

tersangkut di lumpur.(Kartawinata, 1979).

II.3 HABITUS DAN HABITAT

II.3.1 Habitat :

Terletak pada zona paling luar atau terdekat dengan laut, keadaan tanah berlumpur,

agak lembek, dangkal, dengan kadar garam agak tinggi. (Wijayanti dkk, 2005).

I1.3.2 Habitus :

6

Page 7: Bahari Makalah KPBI 2010

Berupa Pohon kecil atau besar, tinggi hingga 30 m, dengan tajuk yang agak renggang

(Anonim, 1997).

I1.3.3 Persebaran Sebaran :

Avicennia marina tumbuh tersebar di sepanjang pantai Afrika Timur dan Madagaskar

hingga menuju India, Indo-Cina, Cina Selatan, Taiwan, Thailand, seluruh kawasan

Malesia, Kepulauan Solomon,  New Caledonia, Australia dan bagian utara New

Zealand.  (Anonim, 1997)

11.4 DIAGRAM DAUN

Jika kita perhatikan daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat, bahwa ada

diantaranya yang:

Pada tangkainya hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun yang demikian

dinamakan daun tungga (folium simplex),

Tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat

helaian daunnya, sehingga di sini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu

helaian daun. Daun dengan susunan yang demikian disebut daun majemuk

(folium compositum) (Tjitrosoepomo, 1993).

Avicennia marina memiliki daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata,

berujung runcing atau membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas,

abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin

(Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut); pertulangan daun

umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada lekuk pasangan tangkai

daun teratas.  Bentuk daun elliptical-lanceolata atau ovate-elliptica pj= 7 cm, l=4

cm( anonym, 2012).

Tumbuhan mangrove mengembangkan berbagai cara untuk mengatasi kehilangan air

melalui daun. Mereka dapat mengatur pembukaan stomata dan orientasi daun,

sehingga mengurangi serapan sinar matahari dan evaporasi. Sebagian tumbuhan

mangrove memiliki daun keras, tebal, berlilin atau berbulu rapat untuk mereduksi

7

Page 8: Bahari Makalah KPBI 2010

hilangnya air. Beberapa daun bersifat sukulen untuk menyimpan air dalam jaringan

(Setyawan dkk, 2002).

Tumbuhan mangrove merupakan lumbung sejumlah besar daun yang kaya nutrien

yang akan diuraikan oleh fungi dan bakteri atau langsung dimakan kepiting yang

hidup di lantai hutan. Garam yang tetap terserap ke dalam tubuh dengan cepat

diekskresikan oleh kelenjar garam di daun, sehingga daun tampak seperti ditaburi

Kristal garam dan terasa asin(Setyawan dkk, 2002 ).

11.4.1 Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daun

Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang

memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang

sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan

daunnya dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara

dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral

genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya

semakin keatas digambar semakin sempit (Sudarsono, 2005: 67).

Untuk Avicennia marina ini menurut perhitungan diagram tata letak daun menurut

rumus  2/5 .

Rumus daun 2/5, angka 2 menunjukkan banyaknya putaran dan angka 5 banyaknya

daun yang dilalui yang dihitung mulai dari nol. Sehingga dapat dihitung sudut

dirvergensinya 2/5 x 3600 = 1440. 

11.4.2 Sudut Divergensi

Sudut yang terbentuk antara bidang tegak melalui sehelai daun dengan bidang tegak

melalui helai daun berikutnya. Besarnya sudut divergensi antara daun yang berurutan

tidak menghalangi jalannya sinar matahari bagi daun yang lain.

8

Page 9: Bahari Makalah KPBI 2010

II.5 Manfaat Tumbuhan

Avicenia kayunya dapat dipakai untuk bangunan rumah (pilar, atap dll.), selain itu

juga digunakan untuk membuat mebel, perahu. Kayunya juga digunakan untuk

membuat kayu bakar, dan juga pulp. Kayunya yang keras sangat tahan terhadap

serangan rayap. Pohon Avicennia marina mempunyai kemampuan mengakumulasi

logam berat yang tinggi. Pohon ini memiliki system penanggulangan materi toksik

dengan cara melamahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi) yaitu dengan

menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan

tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut (Dahuri, 1996).

Daun api-api (Avicennia marina) merupakan salah satu tumbuhan  yang

dimanfaatkan sebagaibahan pakan ternak dan dipakai sebagai obat anti fertilitas

tradisional oleh masyarakat pantai. Ekstrak dari tumbuhan ini berpotensi sebagai obat

anti fertilitas. Hampir seluruh bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan seperti akar,

kulit, batang, daun, bunga atau biji, bahkan eksudat tanamannya (zat nabati yang

secara spontan keluar, dikeluarkan, atau diekstrak dari jaringan seltanaman). Daun

api-api mengandung senyawa aktifglikosida triterpena yang mempunyai struktur

siklik yang relatif komplek dan sebagian besar merupakan senyawa alkohol, aldehid

atau asam karboksilat (Wijayanti, 2008).Manfaat Avicennia marina padabagian daun

digunakan untuk mengatasi kulityang terbakar. Resin yang keluar dari kulitkayu

9

Page 10: Bahari Makalah KPBI 2010

digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buahdapat dimakan. Kayu menghasilkan

bahankertas berkualitas tinggi. Daun digunakansebagai makanan ternak (Noor, 1999).

11.6 Anatomi Avicennia marina

 Adaptasi tumbuhan mengrove secara anatomi terhadap keadaan tanah dan

kekurangan oksigen adalah melalui system perakaran yang khas dan lentisel pada

akar nafas, batang dan organ lainnya (Tomlinson,1986). Avicennia marina memiliki

sistemperakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk

asparagus),akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel.Lawton et.al (1985) dalam

Shannon et.al (1994) dalam Onrizal (2005)membandingkan anatomi akar dari jenis

Avicennia marina yang mempunyai kelenjargaram pada daunnya sebagai kelompok

salt-excrete. Pada anatomi daun Avicennia marina terdiri dari endodermis, epidermis,

dan korteks.Pada stomata Avicennia marina tidak terlihat stomatanya. Yang terlihat

hanya trikomanya saja. Hal tersebut terjadi karena pemotongannya yang kurang

sempurna.

 

II.7 Zonasi Hutan Mangrove Avicennia Marina

Kemampuan adaptasi dari tiap jenis terhadap keadaan lingkungan menyebabkan

terjadinya perbedaan komposisi hutan mangrove dengan batas-batas yang khas. Hal

ini merupakan akibat adanya pengaruh dari kondisi tanah, kadar garam, lamanya

penggenangan dan arus pasang surut. Komposisi mangrove terdiri dari jenis-jenis

yang khas dan jenis tumbuhan lainnya.

Vegetasi mangrove menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Kelompok utama, terdiri dari Rhizophora, Sonneratia, Avicennia, Xylocarpus.

2. Kelompok tambahan, meliputi Excoecaria agallocha, Aegiceras sp., Lumnitzera,

dan lainnya.

10

Page 11: Bahari Makalah KPBI 2010

Daya adaptasi atau toleransi jenis tumbuhan mangrove terhadap kondisi

lingkungan yang ada mempengaruhi terjadinya zonasi atau permintakatan pada

kawasan hutan mangrove. Permintakatan jenis tumbuhan mangrove dapat dilihat

sebagai proses suksesi dan merupakan hasil reaksi ekosistem dengan kekuatan yang

datang dari luar seperti tipe tanah, salinitas, tingginya ketergenangan air dan pasang

surut.

Pembagian zonasi kawasan mangrove yang dipengaruhi adanya perbedaan

penggenangan atau perbedaan salinitas meliputi :

1. Zona garis pantai, yaitu kawasan yang berhadapan langsung dengan laut.

Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan

jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia

alba.

2. Zona tengah, merupakan kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai

dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizophora apiculata,

Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B.

sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris dan

Lumnitzera littorea.

3. Zona belakang, yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis

tumbuhan yang biasanya muncul antara lain Achantus ebracteatus, A.

ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh

adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Nypa

fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis tumbuhan

yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lain Baringtonia asiatica,

Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea pes-caprae, Melastoma

11

Page 12: Bahari Makalah KPBI 2010

candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccada dan

Thespesia populnea.

Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan

jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:

1. Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung

dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar

salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang

ada memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta

mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.

2. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih

berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada

zona ini masih tergenang pada saat air pasang.

3. Zona Bruguiera, terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki substrat

tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi

atau 2 kali dalam sebulan.

4. Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan

daratan.

12

Page 13: Bahari Makalah KPBI 2010

II.8 Kehidupan Mangrove Jenis Api-Api (Avicennia Marina) sebagai pengendali

terhadap pencemaran.

Pohon bakau jenis api-api (Avicennia marina) dapat mengakumulasi tembaga

(Cu), mangan (Mn), dan seng (Zn). Banus,1977 juga mengungkapkan bahwa

hipokotil pohon bakau (Avicennia marina) dapat mengakumulasi tembaga (Cu), besi

(Fe), dan seng (Zn). Kemampuan vegetasi mangrove dalam mengakumulasi logam

berat dapat dijadikan alternatif perlindungan perairan estuari, terutama di Pantai

Timur Surabaya terhadap pencemaran logam berat. Tumbuhan yang hidup di daerah

tercemar memiliki mekanisme penyesuaian yang membuat polutan menjadi nonaktif

dan disimpan di dalam jaringan tua sehingga tidak membahayakan pertumbuhan dan

kehidupan tumbuhan. Polutan tersebut akan memberi pengaruh jika dikeluarkan

melalui metabolisme jaringan atau jika tumbuhan tersebut dikonsumsi. Pemberian

polutan dapat merangsang kemampuannya untuk bertahan pada tingkat yang lebih

toksik.

Mangrove yang tumbuh di muara sungai merupakan tempat penampungan terakhir

bagi limbah-limbah yang terbawa aliran sungai, terutama jika jumlah limbah yang

masuk ke lingkungan estuari melebihi kemampuan pemurnian alami oleh badan

air.Tumbuhan memiliki kemampuan untuk menyerap ion-ion dari lingkungannya ke

13

Page 14: Bahari Makalah KPBI 2010

dalam tubuh melalui membran sel. Dua sifat penyerapan ion oleh tumbuhan adalah:1)

faktor konsentrasi; kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion sampai tingkat

konsentrasi tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari

konsentrasi ion di dalam mediumnya,2) perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara

yang berbeda pada tiap jenis tumbuhan.Sel-sel akar tumbuhan umumnya

mengandung konsentrasi ion yang lebih tinggi daripada medium di sekitarnya.

Sejumlah besar eksperimen menunjukkan adanya hubungan antara laju pengambilan

ion dengan konsentrasi ion yang menyerupai hubungan antara laju reaksi yang

dihantarkan enzim dengan konsentrasi substratnya.Analogi ini menunjukkan adanya

barier khusus dalam membran sel yang hanya sesuai untuk suatu ion tertentu dan

dapat menyerap ion tersebut, sehingga pada konsentrasi substrat yang tinggi semua

barier berperan pada laju maksimum hingga mencapai laju pengambilan

jenuh.Tembaga (Cu) dalam konsentrasi tinggi atau rendah bersifat sangat toksik bagi

tumbuhan jika berada sebagai satu-satunya unsur dalam larutan. Sebagai fungisida

tembaga (Cu) digunakan dalam bentuk serbuk dan spray. Tembaga (Cu) juga

dibutuhkan oleh beberapa jenis tumbuhan sebagai elemen mikro yang berperan dalam

proses respirasi.Kadmium (Cd) termasuk dalam elemen stimulator tumbuhan pada

bagian tertentu. Elemen ini secara tidak langsung menguntungkan pertumbuhan

tumbuhan melalui peningkatan kemampuan elemen tertentu, melalui penurunan

konsentrasi substansi toksik atau dengan menjaga keseimbangan ion-ion dalam media

pertumbuhan. Mekanisme yang mungkin dilakukan oleh tumbuhan untuk

menghadapi konsentrasi toksik adalah:(a). Penanggulangan (ameliorasi); untuk

meminimumkan pengaruh toksin terdapat empat pendekatan:1.) lokalisasi

(intraseluler atau ekstraseluler); biasanya pada organ akar2.) ekskresi; secara aktif

melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif melalui akumulasi pada daun-daun tua

yang diikuti dengan pengguguran daun,3.) dilusi (melemahkan); melalui

pengenceran,4.) inaktivasi secara kimiaMekanisme pembentukan kompleks logam

sering dijumpai pada tumbuhan, seperti pada tembaga (Cu) yang biasanya mengalami

translokasi pembentukan kelat dengan asam-asam poliamino-polikarboksilik.(b).

14

Page 15: Bahari Makalah KPBI 2010

toleransi; tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang dapat berfungsi pada

konsentrasi toksikJenis-jenis tumbuhan yang mampu bertahan terhadap ion-ion toksik

memiliki mekanisme berlapis (multilayered).Dari hasil penelitian Terhadap

kandungan Logam Berat Kadmium (Cd), Tembaga (Cu) terhadap jenis Api-Api yang

dilakukan oleh Daru Setyo Rini S. Si (Peneliti Madya Lembaga Kajian Ekologi dan

Konservasi Lahan Basah-ECOTON) menunjukkan hasil yang sebagai berikut di

mana:

1. Pohon api-api (Avicennia marina) di Muara Kali Wonokromo mengandung

tembaga (Cu) paling tinggi di bagian akar yaitu 11,5319 mg/gram, diikuti dalam

batang sebesar 3,7552 mg/gram dan daun sebesar 2,1142 mg/gram, sedangkan

kandungan kadmium (Cd) di bagian akar sebesar 8,6387 mg/gram, di bagian batang

sebesar 2,6825 mg/gram dan bagian daun sebesar 1,2138 mg/gram.

Oleh karena itu, keseimbangan ekologi lingkungan perairan pantai akan tetap terjaga

apabila keberadaan mangrove dipertahankan karena mangrove dapat berfungsi

sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap polusi. Mangrove juga merupakan

tempat hidup berbagai jenis gastropoda, kepiting pemakan detritus, dan bivalvia

pemakan plankton sehingga akan memperkuat fungsi mangrove sebagai biofilter

alami. Berbagai jenis ikan baik yang bersifat herbivora, omnivora maupun karnivora

hidup mencari makan di sekitar mangrove terutama pada waktu air pasang.

15

Page 16: Bahari Makalah KPBI 2010

DAFTAR PUSTAKA

Aluri, R.J. 1990. Observations on the floral biology of certain mangroves.

Proceedings of the Indian National Science Academy, Part B, Biological Sciences, 56

(4) : 367‐374

Anonim. 1997. National Strategy for Mangrove Management in Indonesia. Volume

1: Strategy and Action Plan. Volume 2: Mangrove in Indonesia Current Status.

Jakarta: Office of the Minister of Environment, Departement of Forestry, Indonesian

Institute of Science, Department of Home Affairs, and The Mangrove Foundation

Dahuri R, J. Rais, S.P.Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya

Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: P.T. Saptodadi

Duke, N.C. 2006. Australia’s Mangroves: The authoritative guide to Australia’s

mangrove plants. Brisbane: University of Queensland

Jayatissa, L.P., F. Dahdouh-Guebas, and N. Koedam. 2002. A revi-ew of the floral

composition and distribution of mangroves in Sri Lanka. Botanical Journal of the

Linnean Society 138: 29-43

Kairo, J.G., F Dahdouh-Guebas, J. Bosire, and N. Koedam. 2001. Restoration and

management of mangrove systems — a lesson for and from the East African region.

South African Journal of Botany 67: 383-389

Kartawinata, K. 1979. Status pengetahuan hutan bakau di Indonesia. Prosiding

Seminar Ekosistem Hutan Mangrove. Jakarta: MAP LON LIPI

Noor, Rusila Yus. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor :

PHKA/WI-IP, Bogor

16

Page 17: Bahari Makalah KPBI 2010

Nybakken, J.W. 1993. Marine Biology, An Ecological Approach. Third edition. New

York: Harper Collins College Publishers

Ong, J.E. 2002. The hidden costs of mangrove services: use of mangroves for shrimp

aquaculture.International Science Round Table for the Media, Bali Indonesia, 4 June

2002. Joint event of ICSU, IGBP, IHDP, WCRP, DIVERSITAS and START

Soemodihardjo, S. and L. Sumardjani. 1994. Re-afforestation of mangrove forests in

Indonesia. Proceeding of the Workshop on ITTO Project. Bangkok, 18-20 April 1994

Spalding, M., F. Blasco, and C. Field. 1997. World Mangrove Atlas. Okinawa:

International Society for Mangrove Ecosystems

Steenis, C.G.G..J. van. 1958. Ecology of mangroves. In Flora Malesiana. Djakarta:

Noordhoff-Kollf

Tomlinson, C.B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge: Cambridge University

Press

Walsh, G.E. 1974. Mangroves: a review. In Reimold, R.J., and W.H. Queen

(ed.). Ecology of Halophytes. New York: Academic Press

Widodo, H. 1987. Mangrove hilang ekosistem terancam. Suara Alam49: 11-15

Wijayanti, E.D. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-api (Avicennia

marina) Terhadap Resorpsi Embrio, Berat Badan dan Panjang Badan Janin Mencit

(Mus Musculus). Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Vol. 1 – No. 1 /

January-2008

17