BahanKuliahMekanikaBahanKuliah1
-
Upload
fall-d-azran -
Category
Documents
-
view
5.591 -
download
14
Transcript of BahanKuliahMekanikaBahanKuliah1
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 0
Mekanika Bahan
PENDAHULUAN
Mekanika adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara gaya
yang bekerja pada benda kaku. Dalam mekanika bahan ditekankan pada
kekuatan bahan yang berlawanan dengan mekanika. Kekuatan bahan
berkaitan dengan hubungan antara gaya luar yang bekerja dan pengaruhnya
terhadap gaya dalam benda. Dalam hal ini benda tidak lagi dikatakan kaku
ideal, deformasi meskipun kecil tetap diperhitungkan. Sifat bahan suatu
struktur atau mesin mempengaruhi pemilihan dan ukuran yang memenuhi
kekuatan dan kekakuan.
Perbedaan antara mekanika dengan
kekuatan dapat diperlihatkan pada gambar di
atas. Jumlah momen terhadap titik penumpu
dapat menetapkan harga P untuk dapat
mengungkit beban W tadi. Disini kita
menganggap batang cukup rigid dan kuat.
Dalam kekuatan bahan, kita harus menyelidiki
dulu apakah batang tersebut tidak akan patah
atau cukup ulet sehingga batang tersebut tidak
melengkung tanpa beban.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 2
MATERI PERKULIAHAN
A. Tegangan dan Perubahan Panjang Akibat Gaya Normal
Mempelajari Pelbagai sifat bahan, analisa gaya dalam, tegangan normal dan geser, regangan dan tegangan izin, lingkaran mohr.
B. Tegangan dan Lendutan Akibat Momen Lentur
Mempelajari penurunan rumus lentur, tegangan akibat momen lentur, lendutan, menentukan lendutan dengan diagram bidang momen.
C. Tegangan dan Lendutan Akibat Gaya Lintang
Mempelajari penurunan rumus geser, tegangan geser maksimum, lendutan akibat gaya lintang
D. Tegangan Puntir/Torsi
Penurunan rumus puntir, teganngan geser puntir, pelbagai cara pemecahan.
E. Tekuk
Mempelajari beban kritis, batasan rumus Euler dan rumus Tetmayer, tekuk pada kolom pendek, langsing, dan kolom beban eksentris.
F. Dasar-dasar Statis Tak Tentu
Mempelajari dasar-dasar statis tak tentu, balok tiga tumpuan, Struktur balok menerus, pelbagai cara pemecahan.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 3
B. Tegangan dan Lendutan Akibat Momen Lentur
Bila suatu beban vertikal bekerja pada balok yang terletak di atas dua
tumpuan atau pada balok kantilevel, maka balok tersebut akan mengalami lentur,
yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk pada batang berupa lendutan.
Pada umumnya balok merupakan bagian konstruksi bangunan yang
digunakan untuk mengalihkan beban-beban vertikal menjalar ke arah horisontal
yang menimbulkan lentur, dan mengakibatkan balok mengalami lendutan, yang
akhirnya akan menyebabkan timbulnya tegangan lentur pada penampang balok.
Perhatikan Gambar 1. Selembar kertas yang diletakan di atas dua
perletakan, tidak mampu di bebani, akan tetapi bila kertas tersebut dilipat-lipat,
maka kertas tersebut akan menjadi lebih kaku dan mampu dibebani, Mangapa ?
Gambar 1.
Perhatikan Gambar 2. Bila sebatang balok kantilever dibebani dengan
beban vertikal P pada ujungnya, maka akan menimbulkan lentur pada balok
tersebut, lentur ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk berupa lendutan,
yang kemudian mengakibatkan timbulnya tegangan pada penampang balok
tersebut, dimana lapisan bagian atas dari penampang balok akan mengalami
tegangan tarik, sedangkan pada bagian bawah balok akan mengalami tegangan
tegangan tekan.
Terdapat beberapa kondisi yang dapat menerangkan lebih jelas tentang
lendutan yang terjadi pada balok kantilevel, mulai dari perubahan lendutan yang
diakibatkan oleh perubahan besarnya beban P, sampai dengan perubahan
panjang, bentuk penampang , jenis bahan, dan cara perletakan penampang
pada balok yang digunakan.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 4
Kondisi tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut :
a. Bila beban P diperbesar
b. Bila Panjang balok l diperbesar
c. Bila jenis bahan balok berbeda
d. Bila balok diletakan rebah atau tegak
Gambar 2.
P
d2
2P
2l
P
d d1
l l
P
d
l
E1 P
d
l
E2
P
d
l
d
l
d4
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 5
Dari kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa lendutan akibat beban terpusat
pada konstruksi batang mempunyai hubungan sebagai berikut:
IE
nlPkd
Dimana K merupakan faktor yang tergantung pada bentuk konstruksi, dan I
merupakan faktor penampang balok, n menunjukan bahwa rumus tersebut
bukan fungsi linear.
Selanjutnya pada balok di atas dua perletakan yang dimuati beban P akan
melengkung atau melentur. Lentur ini akan menimbulkan lendutan dan tegangan
pada balok tersebut seperti Gambar 3. Perubahan bentuk ini akan menyebabkan
lapisan atas balok mangalami tegangan tekan, sedangkan lapisan bawahnya
akan mengalami tegangan tarik. Sifat ini pula yang ditemui pada balok kantilevel,
batang tepi atas mengalami tegangan tarik dan tepi bawah mengalami tegangan
tekan. Lebih lanjut hal ini menerangkan keadaan sebagai berikut:
Jika sebatang balok dibebani oleh sebuah gaya lintang, maka balok
tersebut akan melendut dan bila diambil sebagian elemen balok tersebut,
berdasarkan Hipotesa Bernoulli dan perilaku elastis bahan sesuai dengan
hukum Hooke akan memberikan diagram sebagai berikut:
Gambar 3.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 6
Dari sini kita dapat menentukan
pembagian tegangan pada penampang
balok, kita dapatkan tegangan tekan pada
serat atas dan tegangan tarik pada serat
bawah.
Tegangan lentur yang bekerja pada
penampang melintang adalah seharga
dengan gaya kopel D dan T yang bekerja
dengan panjang lengan Z.
Kopel ini membentuk momen yang
dibutuhkan untuk keseimbangan.
Sedangkan gaya-gaya D san T diibentuk
oleh tegangan total σ yang bekerja pada
penampang melintang D sama dengan
volume tegangan tekan dan T sama
dengan volume tegangan tarik.
hZ
hbT
hbD
3
2
22
1
22
1
dimana Z adalah jarak antara titik berat volume tegangan tekan dan volume
tegangan tarik terhadap garis normal.
Momen dalam M menjadi : ZTZDM dimana : D = gaya tekan ; T =
gaya tarik
Untuk penampang segi empat :
63
2
22
1 2bhhb
hM ; jika 2
6
1bhWX ;
Wx tergantung dari bentuk penampang melintang dan disebut Momen Tahanan,
sehingga persamaan momen dapat ditulis menjadi : XWM
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 7
Pembahasan secara umum teori lenturan dan penurunan rumus tegangan lentur :
Sebatang balok yang melentur dengan penampang melintang sembarang,
bila diamati deformasi pada elemen nya. Menurut Hipotesa Bernolli bahwa jika
titik berat penampang tidak ditengah-tengah tinggi balok, deformasi pada serat
atas dan serat bawah akan berbeda, sedangkan menurut Hukum Hooke
tegangan pada serat atas akan berbeda dengan tegangan pada serat bawah.
Dengan mengambil sebuah elemen dengan panjang lo pada batang yang
mengalami lentur, dapat diperoleh gambaran deformasi dan penyebaran
tegangan seperti Gambar 4.
Gambar 4.
Pada elemen kecil tak terhingga ∆A bekerja sebuah tegangan σ, dan gaya
∆K = σ. ∆A akan menyebabkan bekerjanya momen pada garis netralnya sebesar
∆M = ∆K . y.
Tegangan σ dapat dinyatakan sebagai : yyb
B ;
sehingga Ayy
AKB
B Dan Ayy
yKMB
B 2 ; oleh karena
tiap-tiap elemen menghasilkan sebuah ∆M , sehingga jika dijumlahkan akan
diperoleh Ayy
MB
B 2 ; dan karena B
B
y konstan, maka persamaan
momen dapat ditulis : Ayy
MB
B 2 ; jika AyI X
2 jakni momen inersia
penampang terhadap sumbu X melalui titik berat penampang, maka tegangan
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 8
akibat lentur dapat dihitung dengan menggunakan rumus yI
M
X
; dan jika
kita bandingkan dengan rumus umum yI
Mσ
X
dengan rumus XWM ,
maka kita dapat memperoleh bentuk hubungan : y
IW X
X yakni antara Momen
Ketahanan dengan Momen Inersia.
Hal yang sama dapat dibuktikan dengan menghitung regangan pada
elemen balok yang mengalami lentur Gambar 5 :
Gambar 5
Momen M pada gambar 5a menimbulkan momen lentur murni pada batang
sederhana AB. Jika batang tidak kaku sempurna serta gaya dalam masih dalam
batas elastik maka sumbu batang akan melendut. Menurut Hipotesa Bernoulli
bila batas elastis belum dilampaui, maka setiap bagian batang akan tetap datar
seperti sebelumnya. Hal ini berarti bahwa perubahan panjang tiap-tiap lapisan
sejajar dengan sumbu batang berbanding lurus dengan jarak terhadap sumbu
gambar 5b, sehingga regangan pada lapisan yang berjarak Y dari sumbu batang
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 9
dapat diperoleh perbandingan : R
y
EF
EFGH ; sedangkan menurut Hukum
Hooke pada lapisan tersebut terjadi regangan : E
y ; sehingga diperoleh
tegangan pada lapisan tersebut adalah : yr
Ey ; hal ini menunjukan bahwa
tegangan pada tiap-tiap lapisan berbanding lurus dengan jarak dari sumbu netral.
Dimana tegangan pada bagian atas sumbu netral bersifat tekan dan tegangan
pada bagian bawah sumbu netral bersifat tarik.
Bila gaya yang bekerja pada penampang dA adalah : dAdT y atau
dAyr
EdT dari persamaan ini dapat dihitung gaya tarik pada bagian tarik
sebesar : dAyr
ET
h1
0
;
Dengan cara yang sama didapat pula gaya tekan sebesar : dAyr
EK
h2
0
Perlu diketahui pada konstruksi yang hanya menderita momen lentur murni
sumbu netralnya terletak pada lapisan yang mengalami tegangan sama dengan
nol, dengan kata lain :
00
dAyr
EA
; berarti 01
0
dAy
h
yang berarti sumbu netral didapat bila y = 0,
atau sumbu netral berimpit dengan sumbu batang. Selanjutnya gaya tarik
maupun gaya tekan akan menimbulkan momen terhadap sumbu netral sebesar :
dAyr
EydTdM 2 ; dengan demikian jumlah momen untuk seluruh
penampang : dAyr
EM
A
0
2 ; berdasarkan keseimbangan maka momen pada
persamaan diatas akan melawan momen lentur Mx, sehingga dapat diperoleh
tegangan lentur pada lapisan sejauh y dari sumbu netral adalah :
dAyy
M YX
2 ; Iy
M YX
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 10
)(5,18
0275,020
020
knV
V
Vxq
B
B
B
0BM
0V
mknM
M
Mx
xqx
r
r
r
.5,38
02
2275,0220
02
20
2
Contoh Soal :
1. Diketahui sebuah balok kantilevel seperti gambar dibawa, mempunyai
penampang balok segi empat.
Penampang balok pada pot C - C
Tentukan tegangan lentur maksimum yang terjadi pada sebuah irisan 2 m dari
Ujung bebas
Penyelesaian :
Persyaratan keseimbangan :
maka :
maka :
B Mr
L m
VB
40 cm
30 cm 2 m
C
Q = 75kg/m’
C
A
20 kn
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 11
2. Seperti soal nomor 1, andaikata penampang potongan c-c seperti gambar berikut :
satuan: mm
Ditentukan titik berat penampang
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 12
Dicari momen inersia luasan penampang terhadap sumbu z-z. Maka :
Besarnya tegangan lentur maksimum pada potongan c-c 2m dari ujung bebas
3.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 13
Penampang balok AB
ukuran : mm
Tentukan tegangan lentur maksimum ! Solusi :
Mencari titik berat dan letak garis sumbu netral
Mencari momen inersia luasan terhadap sumbu z-z
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 14
Mencari gaya reaksi tumpuan
Diambil potongan kiri sejauh X m dari A
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 15
Agar momen maksimum maka :
Jadi nilai momen maksimum
Tegangan lentur maksimum untuk serat atas
Serat bawah :
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 16
Lendutan Dan Putaran Sudut
Dalam merencanakan sebatang balok akan melibatkan tegangan dan lendutan, hal ini
dapat dilihat dari sebatang balok yang ditumpu di atas dua perletakan menahan momen M di
kedua ujungnya. Seperti gambar 6, maka balok tersebut akan melendut sekaligus
menimbulkan tegangan.
( a )
( b )
Gambar 6.
Lendutan tersebut dapat dinyatakan dengan suatu persamaan diferensial dalam salib sumbu
ortogonal X-Y, dan dianggap bahwa bentuk lengkungan dari lendutan ini pada setiap titik
hanya tergantung kepada besarnya momen lentur pada titik tersebut. Dari persamaan :
diperoleh hubungan antara lengkungan, momen dan kekakuan batang dengan persamaan :
untuk menggambarkan lengkungan tersebut dapat dicari persamaan garis lengkung di titik
tertentu yakni X, bila garis singgung di titik X membentuk sudut putar θ, maka
atau
ds
M M
dAyr
EM
A
0
2
EI
M
r
1
dx
dytg
dx
dyarctg
dθ
r
dx x
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 17
dan selanjutnya bila jari-jari lengkungan r dan panjang busur diferensial lengkungan ds akan
didapat hubungan persamaan
tanda negatif didapatkan dari kesepakatan bahwa momen lentur positif bila sumbu batang
melengkung ke bawah, dengan kata lain titik pusat lengkungan berada di sebelah atas sumbu
batang. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sudut θ menjadi semakin kecil bila titik
X semakin jauh dari titik A. Dengan kata lain kelengkungan lendutannya sangat rata dengan
kelengkungan yang sangat kecil, sudut θ menjadi sangat kecil, sehingga
Karena, bila θ kecil, maka , sehingga
bila persamaan di atas di selesaikan dengan subsitusi, maka akan diperoleh :
dari Gambar 7b, karena maka di dapat:
, dengan mendiferensialkan diperoleh
dengan mengsubsitusi persamaan ini kedalam persamaan :
ds
d
r
1
cos
dxds
1cosdx
d
ds
d
r
1
dxds
ds
dx
dx
dx
dydarctg
ds
d
r
1
Gambar 7.
222 dydxds
2/1
2
22/1
2
11dx
yd
dx
dy
dx
ds
2
2
2
1dx
dy
dx
yd
dx
dyarctg
dx
d
dxds
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 18
sehingga pada akhirnya didapatkan :
persamaan ini adalah persamaan garis elastis pada balok yang
sangat lentur, sedangkan seperti kita ketahui bahwa setiap balok konstruksi umumnya
mempunyai kekakuan tertentu, sehingga sudut θ menjadi sangat kecil, dan dapat dikatakan
juga bernilai sangat kecil, dan nilai sudah dapat diabaikan tanpa
mengurangi ketelitian.
Dengan demikian persamaan garis elastis menjadi :
;
2
2
dx
yd
EI
M
Z
X
2/32
2
2
1
1
dx
dy
dx
yd
ds
dx
dx
dx
dydarctg
ds
d
r
2/32
2
2
1dx
dy
dx
yd
EI
M
Z
X
dx
dytg
2
dx
dy
12
2
persMdx
ydEI X
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 19
Contoh Soal :
1. Carilah persamaan garis elastis dari kantilevel yang dimuati beban titik P seperti Gambar
dibawah ini.
Momen lentur di titik C adalah :
Dengan menggunakan persamaan garis elastis, maka lendutan diperoleh dengan cara seperti
dibawa :
Untuk x = l , maka θ = 0 dan y = 0, maka akan diperoleh
Sehingga persamaan garis elastis menjadi :
Lendutan terbesar terletak pada titik B, bila x = 0, yaitu :
Dan putaran sudut di titik B menjadi :
l
C
x
P
B A
xPM x
21
3
1
2
2
2
2
2
6
1
2
1
CxCxPyEI
CxPdx
dyEI
xPdx
ydEI
Mdx
ydEI X
3
2
2
1
3
1
2
1
PlC
PlC
22
323
2
1
2
1
3
1
2
1
6
1
PlPxEI
PlxPlPxyEI
3
3
1PlyEI maks
2
2
1PlEI maks
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 20
2. Carilah persamaan garis elastis dari kantilevel yang dimuati beban penuh terbagi rata q
seperti Gambar dibawah ini.
Momen lentur di titik C adalah :
Dengan menggunakan persamaan garis elastis, maka lendutan diperoleh dengan cara seperti
dibawa :
Untuk x = l , maka θ = 0 dan y = 0, maka akan diperoleh
Sehingga persamaan garis elastis menjadi :
Lendutan terbesar terletak pada titik B, bila x = 0, yaitu :
Dan putaran sudut di titik B menjadi :
2
2
1xqM x
21
4
1
3
2
2
2
2
2
24
1
6
1
2
1
CxCxqyEI
Cxqdx
dyEI
xqdx
ydEI
Mdx
ydEI X
4
2
3
1
8
1
6
1
lqC
lqC
)(6
1
)34(24
1
33
434
lxqEI
lxlxqyEI
4
8
1qlyEI maks
3
6
1qlEI maks
l
C
x
q
B A
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 21
3. Carilah persamaan garis elastis dari kantilevel yang dimuati momen M seperti Gambar
dibawah ini.
Momen lentur di titik C adalah :
dengan menggunakan persamaan garis elastis, maka lendutan diperoleh dengan cara seperti
dibawa :
Untuk x = l , maka θ = 0 dan y = 0, maka akan diperoleh
Sehingga persamaan garis elastis menjadi :
Lendutan terbesar terletak pada titik B, bila x = 0, yaitu :
Dan putaran sudut di titik B menjadi :
l
C
x
B A
MM x
21
2
1
2
2
2
2
2
1CxCxMyEI
CxMdx
dyEI
Mdx
ydEI
Mdx
ydEI
2
2
1
2
1lMC
lMC
lMxMEI
lMxlMxMqyEI
2
22 )2
1(
2
1
2
2
1lMyEI maks
lMEI maks
M
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 22
4. Cari persamaan garis elastis dari sebuah balok sederhana yang menumpu di atas dua
tumpuan sendi dan rol, dan dimuati beban titik P seperti gambar di bawah ini.
Tentukan persamaan momen setiap bagian dengan batas :
Untuk batas :
Untuk batas :
dengan menggunakan persamaan garis elastis, maka lendutan diperoleh dengan cara seperti
dibawa :
Untuk batas :
Untuk batas :
Untuk x = a ,maka nilai lendutan pada titik C sama, baik untuk batas maupun
untuk batas , sehingga didapat hasil
P
D
C A B
x
b a
l
0xa xbP
M X
ax axPxbP
M X
21
3
1
2
2
2
2
2
6
2
CxCxbP
yEI
CxbP
dx
dyEI
xbP
dx
ydEI
Mdx
ydEI
42
31
CC
CC
0xa
ax
43
3
3
3
2
2
2
2
2
2
66
22
CxCaxP
xbP
yEI
CaxP
xbP
dx
dyEI
axPxbP
dx
ydEI
Mdx
ydEI
0xa
ax
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 23
Selanjutnya bila x = 0, di dapat lendutan y = 0 yakni pada tumpuan A, menurut persamaan
pada batas , maka diperoleh :
Kemudian bila x = l, di dapat lendutan y = 0 yakni pada tumpuan B, menurut persamaan pada
batas , maka diperoleh :
0xa
0
0
000
6
2
42
2
2
21
3
1
2
2
2
2
2
CC
C
C
CxCxbP
yEI
CxbP
dx
dyEI
xbP
dx
ydEI
Mdx
ydEI
ax
6
6
066
0
66
22
22
22
13
22
3
3
3
3
43
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
bbPCC
bbPC
CaPbP
CxCaxP
xbP
yEI
CaxPbP
dx
dyEI
CaxP
xbP
dx
dyEI
axPxbP
dx
ydEI
Mdx
ydEI
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 24
Dari hasil persamaan – persamaan di atas maka diperoleh persamaan garis elastis dan
persamaan putaran sudut sebagai berikut :
Untuk batas :
- Persamaan garis elastis
- Persamaan putaran sudut
Untuk batas :
- Persamaan garis elastis
- Persamaan putaran sudut
0xa
ax
222
223
21
3
6
066
6
xbxbP
yEI
xbbP
xbP
yEI
CxCxbP
yEI
222
222
1
2
36
62
2
xbbP
dx
dyEI
bbPx
bP
dx
dyEI
CxbP
dx
dyEI
66
0666
66
3
222
223
3
43
3
3
axPxb
xbPyEI
xbbPaxP
xbP
yEI
CxCaxP
xbP
yEI
23
6
622
22
22
2
222
222
2
3
2
2
3
2
2
axPxb
bP
dx
dyEI
l
bbPaxPx
bP
dx
dyEI
CaxP
xbP
dx
dyEI
CaxP
xbP
dx
dyEI
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 25
5. Cari persamaan garis elastis dari sebuah balok sederhana yang menumpu di atas dua
tumpuan sendi dan rol, dan dimuati beban terbagi rata seperti gambar di bawah ini.
Momen lentur di titik C adalah :
Dengan menggunakan persamaan garis elastis, maka lendutan diperoleh dengan cara seperti
dibawa :
Untuk x = 0, maka y = 0, maka akan diperoleh
Berhubung beban adalah beban terbagi rata penuh, menghasilkan persamaan momen
berbentuk parabola dan puncaknya terletak pada tengah bentang , dimana garis
singgung puncak parabola sejajar dengan sumbu batang, sehingga putaran sudut
substitusikan ke persamaan di atas sehingga diperoleh nilai
q C
A B
x
l
2
2
1
2
1xqxqM x
21
43
1
32
2
2
2
2
2
2
2
2
2412
1
64
22
2
1
2
1
CxCxq
xqyEI
Cxqxq
dx
dyEI
xqxq
dx
ydEI
xqxqdx
ydEI
Mdx
ydEI X
02C
0dx
dy
2
1x
24
3
1
qC
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 26
Persamaan garis elastis dan persamaan putaran sudut menjadi :
Lendutan terbesar terletak pada tengah bentang, bila , yaitu :
Dan putaran sudut di tumpuan A dan B menjadi :
)46(24
1
)2(24
1
323
433
xxqEI
xxxqyEI
4
384
5lqyEI maks
3
24
1lqEI maks
2
1x
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 27
6. Carilah persamaan garis elastis dari balok di atas dua tumpuan yang dimuati momen M
seperti Gambar dibawah ini.
Momen lentur di titik C adalah :
dengan menggunakan persamaan garis elastis, maka lendutan diperoleh dengan cara seperti
dibawa :
Untuk x = 0 dan y = 0, di titik A maka diperoleh
Untuk x = l , dan y= 0, di titik B maka diperoleh
Sehingga persamaan garis elastis dan persamaan putaran sudut menjadi :
xRM Ax
21
3
1
2
2
2
2
2
6
2
CxCxM
yEI
CxM
dx
dyEI
xM
dx
ydEI
Mdx
ydEI X
02C
62
662
3
MxMEI
xMxMyEI
x
C A B
b a
l
M
6
60
6
1
1
3
21
3
MC
CM
CxCxM
yEI
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 28
Lendutan maksimum, bila , yaitu :
Dan putaran sudut di titik A dan B menjadi :
7. Carilah persamaan garis elastis dan persamaan putaran sudut dari balok di atas dua
tumpuan yang dimuati momen M = 24 tm seperti Gambar dibawah ini, diminta
menggambarkan diagram lendutan dan putaran sudutnya.
Momen lentur di titik C adalah :
dengan menggunakan persamaan garis elastis, maka lendutan diperoleh dengan cara seperti
dibawa :
x
C A B
b a
L = 12 m
M = 24 tm
577,033
1
620
622
2
x
MxM
MxM
dx
dyEI
EI
M
EI
M
B
A
3
6
0dx
dy
xRM Ax
21
3
1
2
2
2
2
2
6
2
CxCxM
yEI
CxM
dx
dyEI
xM
dx
ydEI
Mdx
ydEI X
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 29
Untuk x = 0 dan y = 0, di titik A maka diperoleh
Untuk x = l , dan y= 0, di titik B maka diperoleh
Sehingga persamaan garis elastis dan persamaan putaran sudut menjadi :
Diagram lendutan dan putaran sudut didapat dengan memasukan nilai mulai dari 1,00 meter
sampai dengan 12 meter kedalam variabel x dari persamaan di atas, dan diperoleh tabel
sebagai berikut :
Titik x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Putaran Sudut
48
. 1
07
47
. 1
07
44
. 1
07
39
. 1
07
32
. 1
07
13, . 10
7
12 . 1
07
1 . 10
7
16 . 1
07
33
. 1
07
52
. 1
07
73
. 1
07
96
. 1
07
Lendutan 0
47
,6 . 1
06
93
,4.1
09
135
.10
9
170
,7.1
09
198
,4.1
09
216
.10
9
22
1,7
.10
9
213
,4.1
09
189
.10
9
146
,7.1
09
74
,4.1
09
0
Lendutan terbesar didapat, bila atau
02C
722
733
1048000.162
10483
000.1
66
xMxM
EI
xxxMxM
yEI
6
60
6
1
1
3
21
3
MC
CM
CxCxM
yEI
0dx
dy
7
7 2
7 2 2
10 25 , 22170
928 . 6
10 48 000 . 1 0
10 48 000 . 1 6 2
y EI lendutan dengan
A titik dari meter x
x
x M x M
EI
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 30
Lendutan dengan integrasi persamaan gaya lintang dan persamaan beban
Persamaan diferensial dasar untuk kurve lendutan suatu balok adalah :
Persamaan ini dapat diintegrasikan untuk setiap kasus untuk mendapatkan lendutan.
Persamaan lain dapat diperoleh dengan menggantikan momen lentur dengan gaya lintang V
dengan intensitas beban q dari beban terdistribusi.
Diketahui hubungan antara M, V dan q, yakni:
bila melakukan diferensiasi pada persamaan dasar kurve lendutan akan diperoleh:
Sehingga diperoleh persamaan diferensial untuk balok prismatis (EI konstan) menjadi:
12
2
PersMdx
ydEI X
Vdx
dMq
dx
dV
Vdx
dM
dx
ydEI
dx
d2
2
qdx
dV
dx
ydEI
dx
d2
2
2
2
34
4
Persqdx
ydEI
23
3
PersVdx
ydEI
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 31
Contoh soal :
1. Tentukan persamaan kurve lendutan pada balok kantilever AB dengan distribusi
pembebanan segi tiga, dengan intensitas maksimum q0, dan tentukan lendutan dan putaran
sudut di titik B.
Penyelesaian :
Intensitas beban distribusi dinyatakan dengan persamaan :
Dengan menggunakan persamaan ke 3 :
Integrasi pertama persamaan 3
Untuk x = l maka gaya lintang V = 0, sehingga
Subsitusikan nilai C1 ke persamaan di atas :
l
x
q0
B A
xqq
xqq
x
x
0
0 ::
1
2
0
03
3
0
0
000
4
4
4
4
2C
xqxq
dx
ydEI
xqq
xqqxq
dx
ydEI
qdx
ydEI
01
1
2
0
0
1
2
0
03
3
2
1
20
2
qC
Cq
q
Cxq
xqdx
ydEI
220
3
3
220
0
2
0
03
3
22
222
1
2
xxq
dx
ydEI
xxq
qxq
xqdx
ydEI
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 32
Maka gaya lintang di balok adalah
Dengan mengintegrasikan untuk ke dua kalinya kita mendapat persamaan :
Persamaan ini sama dengan persamaan momen lentur M (pers 1), karena momen lentur adalah
nol pada ujuang bebas balok, jakni pada saat x = l, maka diperoleh nilai C2 = 0
Integrasi ketiga menghasilkan
Untuk x = 0 Putaran sudut pada jepitan = 0 atau , diperoleh
Substitusi nilai C3, diperoleh persamaan putarna sudut :
Integrasi ke empat menghasilkan
Untuk x = 0 lendutan pada jepitan = 0 atau y = 0, maka diperoleh
Substitusikan nilai C4, diperoleh persamaan lendutan :
Putaran sudut di ujung jepitan atau pada titik B diperoleh dengan memasukan nilai X = l
adalah sebesar :
20
2x
qV
20
3
3
2x
q
dx
ydEI
2
30
2
2
6Cx
q
dx
ydEI
3
40
3030
2
2
24
66
Cxq
dx
dyEI
xq
Mxq
dx
ydEI
0dx
dy
24
3
03
qC
4
3
040
3
040
24120
2424
Cxq
xq
yEI
qx
q
dx
dyEI
120
4
04
qC
12024120
24244
0
3
040
3
040
qx
qx
qyEI
qx
q
dx
dyEI
EI
qB
24
3
0
EI
qB
30
4
0
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 33
2. Tentukan persamaan kurve lendutan untuk balok di atas dua tumpuan dengan beban
overstek sebesar P seperti gambar, dan tentukan besar lendutan dan putaran sudut di
titik C.
Penyelesaian :
Karena gaya reaksi bekerja diperletakan A dan B, maka terdapat dua persamaan diferensial
yang berbeda, yakni masing-masing untuk bagian AB dan Bagian BC.
Reaksi pada perletakan A adalah sebesar P/2 dengan arah kebawa, sedangkan pada
perletakan B adalah sebesar 3P/2 dengan arah keatas. Dengan melihat gambar di atas
ternyata gaya lintang pada bagian AB dan bagian BC masing-masing adalah :
Dengan menggunakan persamaan 2 untuk bagian balok AB,
Integrasi pertama di peroleh
Momen lentur di titik A = 0, pada saat x = 0, maka C1 = 0, sehingga persamaan menjadi
3P/2 P/2
P
l/2
C A B
l
xP
VAB 0;2
2
3;
xPVBC
12
2
3
3
3
3
2
2
CxP
dx
ydEI
P
dx
ydEI
Vdx
ydEI AB
xxP
M
xP
dx
ydEI
02
22
2
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 34
Demikian pula pada bagian BC
Integrasi pertama di peroleh
Momen lentur di titik C = 0 pada saat x = 3l/2, sehingga diperoleh
Sehingga persamaan menjadi
Integrasi selanjutnya akan menghasilkan persamaan putaran sudut :
Untuk bagian AB :
dan untuk bagiab BC :
karena putaran sudut di titik B harus sama, pada saat x = l maka :
lanjutkan integrasi perikutnya akan menghasilkan persamaan lendutan :
untuk bagian AB :
22
2
3
3
3
3
CxPdx
ydEI
Pdx
ydEI
Vdx
ydEI BC
2
32
PC
2
30
2
3
2
32
2
PxPM
PxP
dx
ydEI
3
2
2
2
4
2
CxP
dx
dyEI
xP
dx
ydEI
4
2
2
2
2
3
2
2
3
CxP
xP
dx
dyEI
PxP
dx
ydEI
4
3
2
3
24
2
3
24
43
4
22
3
2
4
2
3
2
PCC
CPP
CP
CxP
xP
CxP
53
3
3
2
12
4
CxCxP
yEI
CxP
dx
dyEI
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 35
lendutan pada titik A = 0 pada saat x = 0, sehingga C5 = 0
persamaan menjadi
lendutan pada titik B = 0 pada saat x = l, diperoleh :
substitusi nilai C3 kepersamaan diatas akan diperoleh persamaan lendutan pada bagian AB
dan nilai C4
dan untuk bagian BC :
lendutan di titik B = 0 pada saat x = l,
substitusi nilai C4, maka diperoleh persamaan lendutan pada bagian BC
lendutan di ujuang overstek titik C : x = 3l/2
6
223
22
6
5
4
3
6
6
5
2
3
2
CxP
xP
xP
yEI
Px
Px
P
dx
dyEI
xCxP
yEI 3
3
12
4
6
5
4
3
63
6
6
223
PC
CxP
xP
xP
yEI
12
2
3
PC
6
5
4
3
12
4
3
2
4
4
2
43
PC
PC
P
PCC
xP
xP
yEI1212
23
46
5
4
3
6
3223 P
xP
xP
xP
yEI
EI
PC
8
3
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 36
Lendutan dan Putaran sudut dengan Metode Superposisi
Metode Superposisi merupakan konsep yang menyatakan bahwa lendutan suatu balok
yang dihasilkan oleh beberapa beban yang bekerja secara simultan dapat diperoleh dengan
mengsuperposisikan lendutan yang diakibatkan oleh beban yang sama yang bekerja secara
terpisah. Hal ini dapat dilihat dari sifat persamaan diferensial kurve lendutan ( Persamaan
1,2, dan 3) yang merupakan persamaan diferensial linear, sehingga penyelesaian persamaan
tersebut untuk beberapa kondisi pembebanan dapat ditambahkan secara aljabar atau
disebut Superposisi.
Sebagai ilustrasi dari metode superposisi dapat dilihat pada balok sederhana ACB
yang terletak pada tumpuan A dan B, dibebani dengan beban terpusat dan beban terbagi rata
seperti tergambar.
dengan menggunakan metode superposisi didapatkan efek dari masing-masing beban yang
bekerja secara terpisah kemudian digabungkan hasilnya. Untuk beban terbagi rata saja
lendutan ditengah bentang dan putaran sudut sebesar :
dan untuk beban terpusta P nilai yang didapatkan sebesar :
l/2
P
C A B
l/2
l/2
C A B
l/2
A BC
EI
qBA
24
3
0
11
EI
PC
48
3
2
EI
PBA
16
2
22
EI
qC
384
5 4
1
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 37
dengan menggabung kedua hasil , maka diperoleh lendutan dan putran sudut akibat beban
terpusat dan beban terbagi rata sebesar :
Lendutan dan Putaran Sudut dengan Metode Momen Area
Asumsi yang digunakan dalam menurunkan metode momen area sama dengan yang
digunakan dalam menurunkan persamaan diferensial kurve lendutan, dengan menggunakan
hubungan antara lengkungan, momen dan kekakuan batang dengan persamaan :
dan selanjutnya bila jari-jari lengkungan r dan panjang busur diferensial lengkungan ds akan
didapat hubungan persamaan
sehingga dengan mengsubstitusi kedua persamaan akan diperoleh :
EI
P
EI
qAABA
1624
2
0
21
EI
P
EI
qCCC
48384
5 34
21
EI
M
r
1
ds
d
r
1
dsEI
Md
r
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 38
untuk balok dengan putaran sudut kecil, maka kita dapat mengganti ds dengan dx
besaran mempunyai interpretasi geomatrik sederhana, tepat dibawah balok pada
gambar di atas digambarkan sebuah diagram M/EI. Ternyata diagram M/EI mempunyai
bentuk yang sama dengan bidang momen asalkan angka kekakuan EI konstan.
Besaran adalah luas strip yang lebarnya dx didalam diagram M/EI,
Dengan mengintegrasikan dθ antara titik A dan B dari kurve lendutan :
Apabila persamaan ini diselesaikan, maka integral di sebelah kiri menjadi θB – θA, yang sama
dengan sudut θB/A antara garis singgung di B dan A, sedangkan integral di sebelah kanan sama
dengan luas diagram M/EI antara titik A dan B.
= - [ Luas Daigram M/EI antara titik A dan B ]
Tinjau kembali kurve lendutan antara titik A dan B , gambar garis singgung pada titik A
berpotongan dengan garis vertikal yang melalui titik B di B1, bila jarak vertikal antara titik B
dan B1 diberi notasi tB/A , sebagai deviasi tangensial B terhadap A.
EI
dxM
dxEI
Md
EI
dxM
B
A
B
AEI
dxMd
B
A
ABEI
dxM/
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 39
Untuk menentukan deviasi tangesial, diambil dua titik m1 dan m2 pada kurva lendutan, bila
sudut antara dua garis singgung dikedua titik adalah dθ dan segmen pada garis BB1 antara
kedua garis singgung adalah dt, karena sudut antara garis singgung dengan sumbu x sangat
kecil, maka jarak vertikal dt sama dengan x1dθ, dimana x1 adalah jarak horisontal dari titik B
ke elemen kecil m1m2, dan karena dθ = Mdx/EI, maka :
Untuk memudahkan hitungan dengan Momen Area methode yang menggunakan diagram
Momen sebagai beban, maka perlu diketahu luas dan titik berat bidang-bidang momen yang
umum ditemui seperti gambar dibawah ini.
Gambar (a) Gambar (b)
t
t3
1
ba3
1
a
b
tbLuas2
1
tParabola
tbLuas3
1
b4
1
b
EI
MdiagramluasdaripertamaMoment
EI
dxMxt
EI
dxMxdt
EI
dxMxdxdt
AB
b
a
AB
B
A
B
A
/
1/
1
11
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 40
Gambar (c) Gambar (d)
Contoh Soal :
1. Hitung Putaran Sudut dan Lendutan di titik B dan sembarang titik dari kantilevel yang
dimuati beban titik P seperti Gambar dibawah ini.
Penyelesaian :
Gambar bidang momen akibat beban terpusat P
Jadikan bidang momen sebagai beban
Pindahan jepitan ke titik B dan Hitung reaksi di titik B akibat beban bidang momen
Besar putaran sudut di titik B = reaksi tumpuan dititik B dibagi angka kekakuan EI
EI
P
EI
P
EI
MomenBidangLuasB
2
2
12
Lendutan dititik B = besarnya momen di titik B akibat beban bidang momen
P.x
Diagram Bid M
Pl
tHiperbola
tbLuas4
1
b5
1
b
t
b
b8
3
tbLuas3
2
l
C
x
P
B A
3
12
2
1
2
1
PLuas
PLuas
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 41
EI
P
EI
P
EI
BttkterhadapMBidMomenB
32
33
2
2
1
utaran sudut pada sembarang titik x :
sedang besarnya lendutan di sembarang titik x :
2. Sebuah kantilever dimuati dengan beban terbagi rata q, hitung putaran sudut dan
lendutan di titik B, serta pada sembarang titik x.
Penyelesaian :
Gambar bidang momen akibat beban terbagi rata q
Jadikan bidang momen sebagai beban
Pindahan jepitan ke titik B dan Hitung reaksi di titik B akibat beban bidang momen
Besar putaran sudut di titik B = reaksi tumpuan dititik B dibagi dengan angka
kekakuan EI.
EI
q
EI
q
EI
MomenBidangLuasB
6
2
1
3
13
2
Lendutan dititik B = besarnya momen di titik B akibat beban bidang momen
22
2
1
2
1
2
1xPxPxxPEI x
EI
xPx
2
22
xxPxxxPEI x 3
2
2
1
3
1
2
1
PxPxPEI x3
1
2
1
6
1 23
l
C
x
q
B A
4
1
q2
1
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 42
EI
q
EI
q
EI
BttkterhadapMBidMomenB
8
4
3
6
14
3
putaran sudut pada sembarang titik x :
sedang besarnya lendutan di sembarang titik x :
3. Balok sederhana di atas dua tumpuan, dimuati dengan beban terpusat P, hitung besarnya
putaran sudut di kedua tumpuan dan putaran sudut dan lendutan pada sembarang titik X
Penyelesaian :
Gambar bidang momen akibat beban terpusat P dititik C
Jadikan bidang momen sebagai beban
Hitung reaksi di titik A dan B akibat beban bidang momen
x K
3323
6
1
2
1
3
1
6
1xqxxqqEI x
EI
xqx
6
33
434
3
24
1
6
1
8
1
4
1
6
1
4
3
6
1
xqxqqEI
xxqxqEI
x
x
Rb Ra
P
D
C A B
x
b a
l
baP
b3
1
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 43
Besar putaran sudut di titik A = reaksi tumpuan di titik A dibagi dengan angka
kekakuan EI demikian pula dititik B
Bila nilai Ra dan Rb dibagi dengan angka kekakuan EI, maka akan diperoleh θa dan θb
Lendutan dititik B = besarnya momen di titik B akibat beban bidang momen
EI
q
EI
q
EI
BttkterhadapMBidMomenB
8
4
3
6
14
3
Besar pitaran sudut pada sembarang titik x adalah = besar gaya lintang akibat beban
Bid.M dititik x dibagi dengan angka kekakuan EI
Besar lendutan pada sembarang titik x adalah = besar momen akibat beban Bid M
dititik x dibagi angka kekakuan EI :
EI
xbxbP
xxbPbxbaP
EI
xKxREI
x
x
ax
6
3
3
1
26
3
1
222
2
62
1
3
62
1
3
abaPbaPaR
bbaPbaPbR
b
a
EI
abaP
EI
bbaP
B
A
6
6
EI
xbbP
KREI
x
ax
6
3 222
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 44
Tekuk
Struktur pemikul/kolom beban dapat runtuh oleh berbagai faktor, tergantung dari
jenis struktur; kondisi tumpuan; jenis beban; dan bahan yang digunakan, hal ini dapat dicegah
dengan merencanakan struktur sedemikian rupa sehingga tegangan maksimum dan peralihan
maksimum masih berada dalam batas-batas yang diijinkan, jadi kekuatan dan kekakuan
merupakan faktor-faktor yang sangat menentukan dalan suatu perencanaan pemikul/kolom.
Sedangkan faktor lain adalah tekuk
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari Tekuk pada kolom, yakni :
1. Kemampuan sebuah kolom dalam memikul beban tergantung pada perbandingan panjang
dengan ukuran penampangnnya.
2. Beban ultimate/Beban kritis (Pcr) dari sebuah kolom pendek tergantung hanya pada
kekuatan bahan yang digunakan dan pada penampang melintangnya.
3. Sebuah kolom panjang/langsing dapat runtuh akibat beban yang jauh lebih kecil dari pada
beban ultimate kolom pendek.
4. Tekuk adalah Kondisi dimana pemberian beban pada sebuah kolom panjang
mengakibatkan kolom tersebut tiba-tiba mengalami ketidakstabilan dan melengkung ke
arah lateral.
5. Jika sebuah kolom mengalami tekuk, maka kolom tersebut tidak dapat lagi memikul beban
tambahan. Jika sebuah beban P > Pcr kolom akan mengalami deformasi terus-menerus
sampai runtuh.
6. Gaya sentris adalah gaya yang resultantenya jatuh pada sumbu kolom, sedangkan gaya
eksentris adalah kombinasi dari gaya aksial dan momen lentur, dimana resultante gaya
jatuh diluar sumbu kolom sehingga selain menimbulkan beban sentris pada sumbu kolom
juga menimbulkan momen eksentrisiteit, yang dapat menimbulkan bahaya tekuk.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 45
A. Kolom Pendek
Sebuah kolom pendek yang menerima tekanan eksentris seperti Gambar 1. maka beban
demikian dapat diuraikan sebagai gaya tekan P yang titik tangkapnya pada sumbu kolom
ditambah dengan momen M = P . e terhadap sumbu kolom.
Gambar 1
Dengan uraian demikian maka pada setiap penampang akan mengalami tegangan normal
A
P1 ; dan tegangan lentur
XI
YM2 , sehingga tegangan total yang diterima kolom
tersebut adalah : XI
YM
A
P, rumus tersebut merupakan persamaan linear.
Sedangkan nilai Y dapat bertanda positif maupun negatif, sehingga nilai tegangannya
mungkin tarik atau tekan. Untuk Y = C1 (jarak terjauh serat kanan dari titik berat) , maka
persamaan diatas akan menjadi X
MaksI
CM
A
P 1 , tegangan pada daerah ini menjadi
tekan maksimum, sedangkan bila Y = - C2 (jarak terjauh serat kiri dari titik berat), maka
persamaan akan menjadi X
MinI
CM
A
P 2
Dari persamaan terakhir dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan pada lapisan ini
mungkin positif atau negatif. Karena pada umumnya kolom diharapkan selalu mendapatkan
tegangan tekan, maka sangat perlu diketahui daerah dimana beban eksentris masih
memberikan nilai tegangan tekan pada kolom, biasa daerah tersebut dinamakan Kern atau
inti.
Untuk memperoleh batas kern atau inti dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
c1 c2
C1 C2
a P P M = P.a
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 46
Bila diketahui jari-jari kelembaman A
Ii2 ; maka persamaan di atas akan menjadi
2
2.1
i
Ce
A
PMin ; bila eksentrisiteit e cukup besar maka bagian
2
2
i
Cedari
persamaan ini dapat bernilai lebih besar dari 1, hal ini akan menyebabkan timbulnya
tegangan tarik pada kolom. Perlu diketahui bahwa dalam kondisi tertentu misalnya untuk
kolom yang terbuat dari bahan beton dan pasangan batu, mempunyai batas tegangan tarik
yang sangat kecil bila dibandingkan dengan tegangan tekannya, maka dengan menetapkan
batas eksentrisiteit pada tampang kolom dapat dicegah timbulnya tegangan tarik pada
kolom akibat gaya eksentris.
Untuk bentuk penampang kolom empat persegi yang mempunyai ukuran lebar dan tebal
sama dengan h, maka C1 = C2 = ½ h ; maka 2
3
2
12
112
1
hhb
bh
A
Ii ;
h
e
h
he
i
Ce 61
12
12
1
1.
12
2
2 , dengan demikian batas daerah yang tidak akan
menimbulkan tegangan tarik bila 06
1h
e atau batas esentrisiteit adalah
66
he
h
Secara umum hal ini dapat diterangkan dengan meninjau suatu bentuk penampang kolom
empat persegi panjang dengan ukuran lebar b dan tebal t, yang menerima gaya tekan P
dengan titik tangkap di A seperti gambar 2
Gambar 2
A m
n
O
b
a
u
v
X
Y
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 47
dimana OY dan OX adalah sumbu utama yang melalui titik berat potongan, maka gaya
tersebut akan menimbulkan momen pada sumbu Y, MY = P.n dan momen sumbu X, MX = P.m,
sehingga tegangan yang terjadi adalah : YX I
XmP
I
YnP
A
P; dimana
AiI XX
2 dan AiI YY
2 , sehingga didapat : 22
1YX i
Xm
i
Yn
A
P persamaan ini
akan sama dengan nol apabila : 0122
YX i
Xm
i
Yn, yaitu persamaan garis lurus ab
dimana 0 , yang disebut garis tegangan nol yaitu garis yang melalui serta-serat yang
mempunyai tegangan sama dengan nol, semua serat pada kolom yang terletak pada daerah
yang tidak diarsir akan mengalami tegangan tekan, sedangkan serat pada daerah yang
diarsir akan mengalami tarik. Titik potong garis tegangan nol ini dengan sumbu utama Y
dan X didapat mencari nilai u dan v : (dengan mengambil Y = 0, kemudian X = 0) m
ru X
2
dan n
rv Y
2
Dengan pengertian eksentris e dan garis tegangan nol pada kolom, maka
didapat batas kern atau inti pada kolom, agar gaya aksial yang bekerja di dalam batas
tersebut selalu menimbulkan tegangan tekan. Dan agar garis tegangan nol terletak pada
sisi tampang, yaitu u = ½ t dan v = ½ b, maka batas nilai m adalah 66
te
t dan batas
nilai n adalah 66
be
b lihat gambar 3 batas tersebut berbentuk layang-layang
daerah tersebut dinamakan kern, inti, galih.
Gambar 3.
t
b
n n
m
m
X
Y
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 48
B. Kolom Panjang/Langsing
Terdapat empat kondisi yang umum ditemui pada kolom langsing dalam menerima gaya
aksial dan mengalami peristiwa tekuk seperti gambar 4.
Pernyataan untuk beban kritis dari kolom dengan kondisi seperti pada gambar telah
ditemukan oleh ahli matematika Swiss L.Euler pada tahun 1783 yakni dengan melakukan
penurunkan dari persamaan differensial garis elastis :
Gambar 4.
Sebagai contoh diambil konsidi kedua dari empat kondisi di atas yakni : kolom langsing
panjang sama dengan l pada bagian bawahnya dijepit sedangkan pada ujungnya yang
bebas diberikan gaya tekan aksial P. Maka pada sebuah titik yang berjarak X dari dasar
akan terjadi momen lentur sebesar : ydPM X , berdasarkan persamaan garis
elastis EI
M
dx
yd2
2
, maka diperoleh EI
ydP
dx
yd2
2
dengan menggunakan faktor
EI
Pk 2 persamaan menjadi ykdk
dx
yd 22
2
2
dengan menyelesaikan persamaan ini
akan diperoleh persamaan matematik umum yakni: dkxCkxCy cossin 21
kxkCkxkCdx
dysincos 21 .
x
d
y
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 49
Untuk mengetahui konstante C1 dan C2 digunakan syarat batas sebagai berikut:
1. Untuk titik A berlaku bila x = 0; y = 0 berarti C2 = -d
2. Untuk titik A juga berlaku bila x = 0 ; 0dx
dy berarti C1 = 0
Dari kedua syarat batas persamaan dkxCkxCy cossin 21 menjadi
kxdy cos1
3. Untuk titik B berlaku bila x = ; didapat y = d, Maka persamaan menjadi
dkdd cos atau kdd cos1 atau 0cos kd , berarti ada dua
kemungkinan yang terjadi yakni : 1) d = 0 bila ujung kolom tetap ditempat atau kolom
tetap tegak dalam keadaan seimbang; 2) 0cos k berarti diperoleh nilai 2
k
atau 2
22
4k
4. bila nilai 2k di subsitusikan kedalam persamaan EI
Pk 2 , maka akan diperoleh rumus
gaya tekuk menurut Euler adalah :
2
2
4 k
crT
EIPP
Bila rumus ini disubsitusikan kedalam persamaan kdy cos1 akan menghasilkan
persamaan elastis untuk kolom.
Dengan cara yang sama didapat rumus gaya tekuk menurut Euler untuk empat kondisi
adalah sebagai berikut :
Kondisi Tekuk ke 1 sendi – sendi dimana panjang tekuk k
Kondisi Tekuk ke 2 jepit – bebas dimana panjang tekuk 2k
2
min
2
4
EIPP crT
Kondisi Tekuk ke 3 jepit – jepit dimana panjang tekuk 2
1k
2
min
24
EIPP crT
2
min
2
EIPP crT
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 50
Kondisi Tekuk ke 4 jepit – sendi dimana panjang tekuk 22
1 k
2
min
22
EIPP crT
Ke empat rumus gaya tekuk menurut Euler, dapat dihitung tegangan kritis yang
berlaku sampai dengan batas berlakunya hukum Hooke, yakni :
A
EI
A
PTcr 2
min
2
dengan menggunakan jari-jari inersia A
Ii min2
min diperoleh 2
min
2
i
Ecr
dimana
mini
merupakan angka kelangsingan , sehingga rumus tegangan kritis menjadi :
2
2Ecr
tegangn ini menggambarkan suatu diagram lengkung asimtoot, seperti
gambar 5. dan kerena tegangan kritis ini berlaku dalam batas Hukum Hooke, maka
2
2Ecr
atau E2
2
Gambar 5.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 51
Dari uraian di atas ternyata bahwa pada tiang-tiang yang mempunyai faktor kerampingan
yang besar, tekuk akan timbul sebelum tegangan tekan mencapai batas elastisitas P , jadi
dalam hal ini kekuatan kolom ditentukan oleh rumus Euler dan di pakai bagian BC dari garis
Euler sebagai dasar perencanaan Gambar 6.
Gambar 6.
Pada tiang pendek ( sangat kecil) dapat dimengerti bahwa tiang akan rusak, bila kekuatan
batas telah dilewati, sebelum dicapai harga cr . Kerusakan dapat berbentuk kehancuran
seperti pada beton atau meleleh pada konstriksi baja, dalam hal ini kekuatan bahan terhadap
tekan yang menentukan. Dalam gambar 6. hal ini diperlihatkan oleh garis DE yang
memperlihatkan batas kekuatan yang telah dipilih.
Ringkasan tahapan pemeriksaan untuk tekuk pada tiang atau kolom :
1. Hitung panjang tekuk k
2. Hitung A
Ii2
3. Hitung angka kelangsingan mini
k
4. Lihat dalam tabel atau peraturan w untuk memdapatkan koefisian tekuk w
5. Periksa A
Pwcr syarat agar tidak terjadi tekuk; bila syarat tidak terpenuhi
maka harus penampang kolom diperbesar atau memperpendek kolom untuk memperbesar
kekakuan kolom.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 52
Contoh Soal :
1. Diketahui tiang dari kayu dengan ukuran 20 x 20 cm dengan panjang 5 m, dibebani
dengan beban 3 ton bekerja excentris, bagian bawah tiang terjepit sedang atas bebas, E
kayu = 105 kg/cm2
Ditanyakan Tegangan extrim pada ujung yang terjepit dan pergeseran diujung bebas ?
Penyelesaian :
Karena bentuk penampang bujur sangkar maka
Momen pada sisi penampang atau di titik A
Pergeseran akibat momen
Pergeseran akibat momen dan tekuk
Jadi pergeseran diujung bebas = 3,79 cm
Sehingga momen akibat pergeseran
Tegangan ekstrim di jepitan
Aman karena tegangan batas kayuj jati klas IV belum dilampaui
x
y
A
5 m
433 33,333.13202012
1
12
1cmhbII yx
cmrA
Ii 77,5
2020
33,333.132
cmtekukpanjangk 000.150022
Eulerrumusdigunakan
kayur
k )(1055,17377,5
000.1
min
amanP
PnkeamananAngka
tonkgEI
PP
cr
crT
36,43
08,13
08,13080.135004
33,333.1310
4 2
52
2
min
2
20 cm
CMIE
M92,2
33,333.13102
500000.30
2 5
22
cmyn
ny 79,392.2
136,4
36,4
1
'
cmkgcmP 000.3010000.310
23103,4179,13000.379.310
cmkg
P
2
3
2
3
5,2333,333.13
103,41
400
000.3
5,3833,333.13
79.3103,41
400
000.3
cmkg
cmkg
I
yM
A
P
260cm
kgjatikayu
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 53
PUNTIRAN / TORSI
Puntiran / Torsi merupakan peristiwa dimana sebuah batang yang dibebani oleh
kopel-kopel yang menghasilkan putaran terhadap sumbu longitudinalnya atau sumbu
memanjangnya. Lihat gambar 1.
Gambar 1
Lebih jelasnya kita tinjau sebuah batang yang berpenampang lingkaran yang dipuntir
oleh kopel-kopel T yang bekerja pada ujung batang, batang yang dibebani dengan cara ini
akan mengalami puntiran murni, dan berdasarkan pertimbangan simetris, maka dapat dilihat
bahwa penampang akan berputan kaku terhadap sumbu longitudinalnya dengan jari-jari tetap
lurus dan penampang tetap berbentuk bidang bulat. Juga bila sudut puntiran total batangnya
kecil, maka baik panjang dan jari-jari batang tidak akan mengalami perubahan.
Selama puntiran, akan terjadi perputaran terhadap longitudinal dari salah satu ujung
batang terhadap yang lainnya. Misalnya ujung sebelah kiri batang dijepit, maka ujung sebelah
kanannya akan berputar melalui sebuah sudut kecil terhadap ujung sebelah kirinya. Lihat
gambar 2. Sudut ini disebut sudut puntir.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 54
Gambar 2.
Peristiwa ini dapat dilihat bila sebuah garis longitudinal pada permukaan batang
seperti garis nn akan berputar dengan sudut yang kecil pula terhadap kedudukan nn’ Karena
perputaran ini. Maka sebuah elemen empat persegi panjang pada permukaan batang dengan
panjang dx bentuknya akan berubah menjadi sebuah romboid, dimana bagian batang yang
berbentuk piringan dipisahkan dari sisa bagian batang lainnya.
Bila susunan elemen ini diberi nama abcd, maka selama pemuntiran penampang sebelah kanan
berputar terhadap permukaan yang berhadapan dengannya, dan titik b dan c berturut-turut
bergerak ke b’ dan c’ Panjang dari rusuk-rusuk elemen ini tidak mengalami perubahan selama
perputan ini, tetapi sudut-sudut pada titik-titik sudutnya tidak lagi sama dengan 90o jadi
elemen ini berada dalam keadaan geser murni, dan besarnya regangan puntir/geser sama
dengan mengecilnya sudut siku-siku a, besarnya pengurangan sudut ini adalah :
ab
bb
Dimana bb’ adalah panjang dari busur kecil berjari-jari r yang mengapit sudut d yang
berupakan sudut putar dari salah satu penampang terhadap yang lainnya, jadi diperoleh
bahwa drbb , dan ab sama dx dengan dengan mengsubsitusikan hasil ini kepersamaan
di atas, maka diperoleh regangan puntir/geser dx
dr. Dimana besaran
dx
d menyatakan
perubahan sudut puntir. bila dx
d, maka rumus regangan puntir/geser akan menjadi
r
Dalam keadaan khusus untuk puntir murni, maka perubahan sudut puntir dx
d akan
konstan sepanjang arah memanjang batang, karena tiap-tiap penampang dikenakan momen
puntir yang sama. Oleh karena itu kita peroleh L
, dimana L adalah panjang sumbu,
sehingga rumus regangan puntir/geser berubah menjadi :
L
rr
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 55
karena penurunan rumus di atas hanya berdasarkan kosep geometrik saja, maka
dengan demikian rumus yang diperoleh dapat berlaku bagi semua batang bundar, tidak perduli
dari bahan apa batang tersebut dibuat, apakah elastis, tak elastis, linier atau non linier.
Tegangan geser dalam batang bundar memiliki arah-arah yang diperlihatakan
dalam gambar 2. Untuk suatu bahan elastis linier, maka tegangan geser ini berhubungan
dengan regangan geser melalui hukum Hooke untuk keadaan geseran, sehingga diperoleh :
rGG ; dimana G adalah modulus geser elastis.
Regangan dan tegangan di bagian dalam dapat ditentukan dengan cara yang sama
seperti yang dipergunakan bagi sebuah elemen pada permukaan poros. Karena jari-jari
penampang batang tetap lurus dan ridak berubah bentuk selama pemuntiran, maka kita dapat
kita lihat bahwa pembahasan untuk elemen abcd permukaan luar di atas akan tetap berlaku
untuk elemen yang sama yang terdapat pada permukaan bagian dalam dari sebuah selinder
berjari-jari . Oleh karena itu elemen bagian dalam juga akan berada dalam geser murni
dengan regangan geser dan regangan geser bersangkutan diperoleh dari persamaan :
GG
Persamaan ini memperlihatkan bahwa regangan dan tegangan dalam batang bundar
berubah secara linier terhadap jarak radial dari pusat, dan memiliki harga maksimum pada
suatu elemen di permukaan luar.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen torsi yang bekerja pada penampang batang.
Dalam menganalisa tegangan puntir,momen torsi yang biasanya dinyatakan dalam vektor
rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari
tangan arah vektor rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi.
Seperti halnya Gaya Aksial, teganan puntir muncul ( momen puntir ada ) bila batang tersebut
dipotong.
Metoda irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam sehingga
tegangan puntir dapat dicari. Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi momen puntir
luar sehingga bagian struktur tetap dalam kondisi setimbang.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 56
Gambar 1. Poros yang mengalami momen puntir.
Untuk mencari hubungan antara momen puntir dalam dengan tegangan pada penampang
batang bulat, perlu dibuatkan asumsi sebelumnya
Asumsi-asumsi yang diambil:
1.Potongan normal tetap dibidang datar sebelum maupun sesudah puntiran.
2.Regangan geser berbanding lurus terhadap sumbu pusat.
3.Potongan normal tetap berbentuk bulat selama puntiran.
4.Batang dibebani momen puntir dalam bidang tegak lurus sumbu batang.
5.Tegangan puntir tidak melebihi batas proporsional.
6.Tegangan geser berubah sebanding dengan regangan linier.
Gambar 2. Potongan penampang.
Berdasarkan asumsi yang diambil ( butir 2 dan 6 ) maka tegangan geser maksimum terletak
pada keliling penampang sehingga dapat dicari hubungan antara tegangan geser dengan jarak
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 57
terhadap sumbu pusat.
Didapat :
Gaya geser inilah nantinya akan megantisipasi momen torsi luar.
Besar adalah momen inersia polar dari luas penampang. dinotasi
sebagai Ip (momen inersia polar)
Sehingga :
Besarnya tegangan geser secara umum :
Dimana :
: teganngan geser
: jarak titik yang dinyatakan terhadap pusat
: momen inersia polar penampang luas.
Misalkan penampang batang bulat maka harga momen inersia polar :
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 58
==> I polar lingkaran
Dimana C : jari-jari lingkaran dan I polar lingkaran.
Sedangkan untuk silinder berongga harga Ip :
Dimana b : jari-jari dalam.
Bila tabung itu tipis maka b sebanding dengan c dan c-b=t yaitu tebal tabung, maka :
Dalam mendesain bagian-bagian struktur yang menyangkut kekuatan, maka tegangan geser
yang memenuhi syaratlah yang dipilih. Karena batang yang mengalami puntiran sering dipakai
untuk meneruskan daya, maka percobaan fatique pada batang sering dilakukan.
1.Hubungan Daya dengan Torsi.
dimana:
Maka :
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 59
2.Sudut Puntir Batang Bulat.
Poros penerus daya dirancang bukan saja mengenai kekuatan tetapi poros juga tidak boleh
mengalami deformasi yang
berlebihan.
Gambar 3. Batang mengalami puntiran.
Gambar diatas :
Didapat :
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 60
CONTOH :
1.Sebuah poros pejal untuk sebuah motor 8 kw bekerja pada 30 Hz.
Tegangan geser maksimum 55.10³ kN/m². Tentukan diameter poros ?
Solusi :
Jadi diameter poros
2.Sebuah poros solid untuk mesin penggiling meneruskan daya sebesar 30 hp pada 100 rpm.
Tentukan Ø batang sedemikian rupa tegangan geser tidak melebihi 422 ksc dan sudut puntir
tidak melebihi 5,73° dalam bentangan 3m.
G=8,4.10³ ksc.
Solusi :
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 61
Jadi diameter poros 6,36 cm
3.Dua batang solid dari bahan yang berlainan disambung dan terjepit kedua ujungnya. Batang
Al Ø=7,6 cm dan
G=2,8.10^5 ksc. Batang baja Ø= 5 cm dan G=8,4.10^5 ksc. Jika torsi T=11.521 kG.cm bekerja
di titik pertemuan dua bahan tersebut. Tentukan tmax pada masing-masing batang.
Mekanika Bahan Fakultas Teknik UNTAD
Ir.James Nurtanio,M.Si 62