bahan1
Click here to load reader
-
Upload
ivo-afiani -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of bahan1
Budi, seorang laki-laki usia 27 tahun yang telah menikah dan mempunyai seorang anak, datang kerumah sakit dengan keluhan sering buang air besar cair kadang disertai lender hingga 3-4 kali sehari selama kurang lebih 1 bulan ini. Selain itu laki-laki tersebut juga menderita demam yang hilang timbul sejak 20 hari yang lalu. Demam tidak terlalu tinggi. Pasien sudah berobat ke dokter, bila minum obat demamnya hilang tapi kemudian kambuh lagi. Sejak 2 bulan terakhir nafsu makan Budi menurun, berat badan dirasakan semakin kurus dan di mulut banyak terdapat sariawan. Dari pengakuan keluarganya diketahui bahwa laki-laki tersebut adalah pemakai narkoba suntik bergantian dengan temannya sewaktu sekolah dulu.
Kata kunci laki-laki, 25 tahun
diare
berat badan turun 7 Kg
demam
sariawan
sakit tenggorokan
pemakai narkoba suntik
RUMUSAN MASALAH
Seorang laki-laki, 25 tahun mengeluh diare, sakit tenggorokan, demam, sariawan selama
kurang lebih 1 bulan disertai penurun berat badan dan merupakan mantan pemakai narkoba.
LEARNING ISSUES
I.1Imunodefisiensi primer
I.2HIV
I.3Infeksi oportunistik
I.4Konseling
I.5Obat-obatan retroviral
I.6Penatalaksanaan gizi
I.7Intepretasi hasil
II. Pengertian HIV/ AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penurunan kekebalan tubuh, sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain yang
mematikan. AIDS disebabkan oleh Virus (Jasad Sub Renik) yang disebut dengan
HIV. sedangkan HIV (Human Immunodeficiency Virus) itu sendiri adalah Virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya
AIDS. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh
manusia, terutama CD4 positive T-sel dan macrophages (komponen-komponen utama
sistem kekebalan sel) dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus
ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang
akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Infeksi HIV secara umum dapat dibagi dalam empat stadium yang berbeda, yaitu:
Stadium 1: Infeksi Akut (CD4 = 500 – 1000 /ml)
Stadium ini terjadi setelah masa inkubasi 3-6 minggu. Gejala berlangsung selama 1-
2 minggu. Pada stadium ini timbul gejala-gejala mirip flu termasuk demam, artralgia,
malaise, dan anoreksia. Timbul juga gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria), gejala
saraf (sakit kepala, kaku kuduk) dan gangguan gastrointestinal (nausea, vomitus, diare,
nyeri perut). Gejala-gejala ini bersesuaian dengan pembentukan awal antibodi terhadap
virus. Gejala akan menghilang setelah respon imun awal menurunkan jumlah partikel
virus, walaupun virus tetap dapat bertahan pada sel-sel lain yang terinfeksi. Pada 20%
orang, gejala-gejala tersebut cukup serius untuk dikonsultasikan pada dokter, tetapi
diagnosis infeksi HIV sering tidak ditemukan. Fase ini sangat menular karena terjadi
viremia
Selama stadium ini, ada sejumlah besar HIV pada darah perifer dan sistem imun
pun mulai berrespon terhadap virus dengan memproduksi antibodi HIV dan limfosit
sitotoksik. Serokonversi terjadi pada fase ini dan antibodi virus mulai dapat dideteksi 3 –
6 bulan setelah infeksi.
Stadium 2: Stadium Asimtomatik Klinis (CD4 = 500 – 750 /ml)
Stadium ini dapat berlangsung lebih dari 10 tahun. Stadium ini, seperti namanya,
bebas dari gejala-gejala mayor, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat
di dalam tubuh. Dapat juga terjadi Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP). Pada fase
ini sudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4, tetapi masih berada pada tingkat
500/ml. Jumlah HIV dalam darah perifer turun hingga tingkat yang sangat rendah tetapi
orang tetap terinfeksi dan antibodi HIV dapat dideteksi di dalam darah, sehingga tes
antibodi akan menunjukkan hasil positif.
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa HIV tidak dalam masa dorman selama
stadium ini, melainkan sangat aktif di kelenjar limfa. Ada sebuah tes untuk mengukur
sejumlah kecil virus yang lolos dari kelenjar limfa. Tes yang mengukur HIV RNA ini
merupakan suatu tes viral load. Tes ini memiliki peran penting dalam pengobatan infeksi
HIV.
Stadium 3: Infeksi HIV Simtomatik (CD4 = 100 – 500 /ml)
Pada stadium ini terjadi penurunan CD4 yang progresif. Terjadi penyakit-penyakit
infeksi kronis tapi tidak mengancam kehidupan.
Seiring dengan berjalannya waktu sistem imun menjadi sangat rusak oleh HIV. Hal
ini disebabkan oleh tiga alasan utama:
● Kelenjar limfe dan jaringan menjadi rusak akibat aktivitas bertahun-tahun
● HIV bermutasi dan menjadi lebih patogen, dengan kata lain lebih kuat dan lebih
bervariasi
● Tubuh gagal untuk mengganti sel-sel T penolong yang hilang
Karena kegagalan sistem imun, gejala-gejala pun berkembang. Kebanyakan gejala-
gejala tersebut tidak terlalu berat, tetapi karena sistem imun makin rusak, gejala-gejalanya
pun semakin memburuk.
Infeksi HIV simtomatik terutama disebabkan oleh kanker dan infeksi oportunistik
yang secara normal dicegah oleh sistem imun. Ini dapat terjadi di seluruh sistem tubuh,
tetapi contoh-contoh yang umum terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Stadium 4: Perkembangan dari HIV ke AIDS
Sistem Contoh Infeksi/Kanker
Sistem Pernapasan ● Pneumocystis jirovecii Pneumonia (PCP)
● Tuberculosis (TB)
● Kaposi's Sarcoma (KS)
Sistem Gastro-Intestinal ● Cryptosporidiosis
● Candida
● Cytomegolavirus (CMV)
● Isosporiasis
● Kaposi's Sarcoma
Sistem saraf
Pusat/Perifer
● HIV
● Cytomegolavirus
● Toxoplasmosis
● Cryptococcosis
● Non Hodgkin's lymphoma
● Varicella Zoster
● Herpes simplex
Kulit ● Herpes simplex
● Kaposi's sarcoma
● Varicella Zoster
AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Penderita dinyatakan mengidap
AIDS bila dalam perkembangan infeksi selanjutnya menunjukkan infeksi-infeksi dan
kanker oportunistik yang mengancam jiwa penderita. Hitung CD4 mencapai <200/ml.
Karena sistem imun menjadi semakin rusak, penyakit-penyakit yang terjadi menjadi
semakin menuju kepada diagnosis AIDS. Di Inggris, suatu diagnosis AIDS dikonfirmasi
apabila seseorang dengan HIV mengalami satu atau lebih infeksi oportunistik atau kanker
yang spesifik. Di Amerika, seseorang juga didiagnosis mengidap AIDS apabila ia
memiliki sedikit sekali sel T penolong dalam darahnya. Bisa saja seseorang menjadi
sangat sakit karena HIV tanpa harus didiagnosis AIDS.
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan suatu sistem tingkatan
untuk penyakit HIV berdasarkan gejala-gejala klinis, di antaranya:
a. Stadium klinis I yang merupakan stadium asimptomatik. Pada stadium ini ditandai
adanya limfadenopati generalisata.
b. Stadium Klinis II, ditandai adanya penurunan berat badan < 10%, lesi kulit dan
mukosa ringan (dermatitis seboroik, ulkus oral rekuren, kheilitis angularis), herpes
zooster dalam 5 tahun terakhir, ISPA bakterial.
c. Stadium klinis III, ditandai penurunan BB > 10%, diare kronis > 1 bulan, demam
lama > 1 bulan, kandidiasis orofaringeal, oral hairy leukoplakia, tuberkulosis paru
dalam tahun-tahun terakhir, dan infeksi bakterial berat (pneumonia, piomiositis).
d. Stadium klinis IV, ditandai munculnya HIV Wasting Syndrome, pneumonia
pneumositis Carina (PCP), toxoplasmosis otak, diare kriptosporridiosis > 1 bulan,
rinitis CMV, herpes simpleks mukokutan > 1 bulan, leukoenchephalopati multifokal
progresif, mikosis diseminata kandidiasis, kandidiasis di esofagus, trakhea, bronkus,
dan paru, tuberkulosis ekstra paru, limfoma, sarkoma kaposi dan enchephalopati HIV.
Sedangkan untuk penderita bayi dan anak-anak, WHO membagi dalam 3 stadium
klinis, yaitu:
a. Stadium klinis pediatrik I yang merupakan stadium asimptomatik ditandai
limfadenopati generalisata.
b. Stadium klinis pediatrik II, ditandai diare kronik, kandidiasis, penurunan berat badan
atau gagal tumbuh, demam persisten > 30 hari tanpa sebab yang jelas, infeksi
bakterial berulang.
c. Stadium klinis pediatrik III, ditandai munculnya infeksi oportunistik terkait AIDS,
gagal tumbuh berat tanpa etiologi yang jelas, ensefalopati progresif, keganasan, dan
septikemia/ meningitis berulang.