Bahan Proposal

47
HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER DENGAN MOTIVASI SISWA (Studi Deskriptif Korelasional Penerapan Sistem Kredit Semester dengan Motivasi Siawa di SMAN 3 Bandung) PROPOSAL Disusun Oleh AA RAHMATILLAH AZIZ 1001368 TEKNOLOGI PENDIDIKAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

description

proposal skripsi

Transcript of Bahan Proposal

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER DENGAN MOTIVASI SISWA(Studi Deskriptif Korelasional Penerapan Sistem Kredit Semester dengan Motivasi Siawa di SMAN 3 Bandung)

PROPOSAL

Disusun Oleh AA RAHMATILLAH AZIZ1001368

TEKNOLOGI PENDIDIKANKURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKANFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG2014HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI DESKRIPTIF KORELASIONAL PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA )A. Latar Belakang MasalahPembelajaran pada dasaranya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam rangka membantu penguasaan materi pengajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan dipandang sebagai sarana utama untuk memecahkan masalah-masalah sosial di negara-negara yang sudah maju.Hal tersebut terjadi karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan suatu bangsa.Tentunya faktor tersebut muncul karena adanya tantangan dan kebutuhan secara global di dunia pendidikan.Di Indonesia untuk menjawab tantangan dan kebutuhan tersebut, selalu mengupayakan adanya inovasi agar menciptakan suatu pembaharuan pada sistem pendidikannya.Pendidikan mempunyai tugas menyiapakan sumber daya manusia untuk pembangunan.Dengan demikian setiap pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu baik pada penguasaan ilmu pengetahuan, pengembangan pribadi, komunikasi sosial dan kemapuan kerja.Dalam mencapai tujuan pendidikan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar peserta didik, maka diperlukan kurikulum, metode penyampain materi, media dan sumber belajar serta alat evaluasi yang tepat.Di Indonesia untuk menjawab tantangan dan kebutuhan tersebut, selalu mengupayakan adanya inovasi agar menciptakan suatu pembaharuan pada sistem pendidikannya.Karena pada dasarnya, Pendidikan ditujukan untuk menyiapkan manusia dalam menghadapi masa depannya agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa.Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang pendidikan nasioanl Bab II Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasioanal yaitu :Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasioanl banyak kendala yang harus diselesaikan. Permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah kompleks, itu terbukti dengan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah, dalam Sujarwo (2010:2) dijelaskan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Political Economic Risc Consultant (PERC) kualitas pendidikan di Indonesia ada diperingkat ke 12 dari 12 negara si Asia. Data yang dilaporan The World Economic Forum (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvey di dunia. Kualtiras pendidikan Indonesia yang rendah itu ditunjukan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah aja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program dan an dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program.Dellasera menjelaskan dalam tulisanya (Kualitas Pendidikan di Indonesia : 2013), Indonesia UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 6 9dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI) atau Indek Pembangunan Pendidikan. Total EDI diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar. Rendahnya kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia menjadi penyebab utama terjadinya masalah pendidikan di Indonesia. Hali ini bisa disebabkan oleh efektifitas pendidikan yang rendah dikalangan pendidik dan peserta didik yang tidak memiliki tujuan pendidikan yang jelas, sehingga tidak mendapatkan gambaran yang jelas dalam proses belajar mengajar yang menyebabkan motivasi belajar siswa menurun.Motivasi berajar merupakan salah satu penentu keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran.Rendahnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat melalui banyaknya siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru, siswa mengobrol dengan teman sebangkunya, tidur-tiduran dikelas, dan aktivitas negatif lainnya selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Sardiman (89:2012) motivasi belajar dapat dibedakan menjai dua, yaitu motivasi intern (internal motivation) dan motivasi ekstern (external motivation).Motivasi intern muncul karena adanya dorongan dari dalam diri individu.Motivasi ekstern yaitu muncul karenanya adanya rangsangan dari luar.Dalam kegiatan pembelajaran salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sistem pembelajaran.Dalam Dalhari (2010) dijelaskan sistem pembelajaaran yang ideal adalah pembelajaran yang berfokus kepada siswa (student center) yang intertaktif dan inspiratif yang bisa membangkitkan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pemebelajaranya. Untuk mengatasi permasalahan pendidikan yang diatas, pemerintah selalu berupaya untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dengan tujuan untuk meningkatan mutu pendidikan agar lebih efektif dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah dengan menciptakan sistem pembelajaran yang berpusat kepada siswa sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara makasimal.Sistem kredit semester merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan diharapkan bisa mengakomodasi keberagaman potensi siswa. Melalui SKS, siswa juga dimungkinkan untuk menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan dalam setiap satuan pendidikan.Pada dasarnya sistem kredit semester merupakan sistem penyelenggaraan program pendidikan yang siswanya menentukan sendiri beban belajar dan matapelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Selain itu, beban belajar pada setiap mata pelajaran yang sekolahnya menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks), jadi bukan dinyatakan pada berapa jam pelajaran melainkan berapa satuan kredit semester (sks). Sesuai dengan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 bahwa beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstuktur. Beban belajar dengan SKS memberi kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan fleksibel sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik.Dalam penerapam sistem kredit semester ini tidak semua sekolah bisa menerapakannya karena hanya sekolah sekolah yang mampu mengoptimasikan pencapaian tujuan pendidikan, potensi dan sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta didik sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas yaitu sekolah yang berkategori mandiri.Ada beberapa tujuan pemerintah untuk memetakan sekolah yang berkategori standar dan mandiri, dan kemudian menetapkannya sebagai sekolah yang masuk kategori standar atau mandiri. Pertama, karena pemerintah menginginkan setiap penyelenggara dan satuan pendidikan sekolah, dapat memenuhi delapan standar nasional pendidikan sebagai kriteria minimal layanan pendidikan yang bermutu.Kedua, karena pemerintah menginginkan agar semua lembaga pendidikan sekolah, baik negeri maupun swasta, menjadi satuan pendidikan yang bermutu.Ketiga karena pemerintah memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan hasil pendidikan yang bermutu, terukur dan profesional yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan internasional.Keempatkarena pemerintah harus menempuh berbagai upaya agar alokasi sumber daya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah yang masih dalam kategori standar menjadi sekolah kategori mandiri. Kelimakarena pemerintah Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban mendorong dan membantu sekolah/madrasah dalam melakukan penjaminan mutu (quality assurance) agar sekolah memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. (H.Syarnubi Som: 2: 2013)Salah satu sekolah yang telah menerapkan sistem pembelajaran dengan menggunakan sistem kredit semester ini adalahSekolah Menengah Atas Negeri 3 Kota Bandung terhitung mulai tahun ajaran 2009/2010 menerapkan sistem kredit semester (SKS).SMA Negeri 3 Bandung merupakan salah satu sekolah menengah atas yang telah menjadi Sekolah Kategori Mandiri (SKM) dan telah menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) sebagai suatu kebijakan sistem pendidikan dan pembelajarannya. Dengan diberlakukannya sistem kredit semester di SMA Negeri 3 Bandung ini dapat menjadi suatu carayang inovatif dan dapat menjadi contoh untuk sekolah-sekolah lainnya dalam menjawab kebutuhan dan tantangan serta menjadi salah satu pemacu daya saing yang positif pada dunia pendidikan. Berdasarkan permasalahan motivasi yang dipaparkan diatas serta dengan melihat adanya penerapan sistem kredit semester di SMA Negeri 3 Bandung. Maka dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Bandung dengan judul Hubungan antara Penerapan Sistem Kredit Semester dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif Korelasional Penerapan Sistem Kredit Semester dengan Motivasi Belajar Siswa ).B. Rumusan MasalahBerdasarkan masalah yang ada, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian adalah sebagi berikut :

Rumusan Masalah Umum.Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa di SMAN 3 Bandung?Rumusan Masalah Khusus.1. Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek cognitive motives?2. Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek self-expression?3. Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek self-enhancement?C. Tujuan PenelitianTujuan Penelitian Umum.Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis apakah terdapat hubungan antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswaTujuan Penelitian Khusus.1. Mendeskripsikan dan menganalisis hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek cognitive motives.2. Mendeskripsikan dan menganalisis hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspekself expression.3. Mendeskripsikan dan menganalisis hubungan positif antara penerapan Sistem Kredit Semester dengan Motivasi Belajar Siswa dilihat dari Aspek self enhancement.D. Manfaat Hasil Penelitian1. Manfaat Teoritik.Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai studi deskriptif korelasional dari penerapan sistem kredit semester di SMAN 3 Bandung untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan juga diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk selanjutnya didalam dunia pendidikan.2. Manfaat Praktik.Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, sekolah, guru, siswa dan jurusan kurkulum dan teknologi pendidikan tentang penerapan sistem kredit semestera. Bagi Siswa Bagi siswa pada penerapan sistem kredit semester ini diharapkan siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi sesuai dengan yang dimiliki.b. Bagi Guru.Bagi guru penelitian ini diharapkan dapat menambah pengerahuan dan informasi tentang inovasi pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.c. Bagi lembaga yang diteliti (SMAN 3 Bandung) : Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan konstribusi yang positif agar dapat lebih mengembangakan kembali sistem pembelajaran baik dalam bidang metode, media dan yang lainya.d. Bagi Peneliti : Penelitian ini dapat menambah informasi, wawasan dan menjawab pertanyaan peneliti mengenai hubungan antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa.e. Bagi Jurusan Kurikum dan Teknologi Pendidikan : diharapkan dari penelitian ini dapat memeberikan implikasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang bekenaan inovasi dalam pendidikan.E. Landasan Teori1. Konsep Pendidikan dan PembelajaranMenurut Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Menurut Undang-undang SPN Nomor 2 tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kedigiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perananya dimasa yang akan datang.Sedangkan Pembelajaran pada dasarnya merupaka perolehan pengetahuan, penguasaan ilmu seta pembentukan sikap.Pembelajaran membawa perubahan pada diri seseorang.Proses pembelajaran belaku sepanjang hayat, pembelajaran bukan sekedar merangkum pengausaan pengetahuan namun perkembangan emosi, sikap nilai estetika. Hakikaat Pendidikan dan Pembelajaran.Menurut Robet .M Gagne dalam Ahmad Johari (Konsep Pembelajaran : 2) Pembelajaran adalah perubahan atau kemampuan seseorang yang dapat dikekalkan tetapi tidak disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang dipanggil pembelajaran diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku; dengan membandingkan tingkah laku seseorang individu sebelum didedahkan kepada situasi pembelajaran dengan tingkah lakunya selepas didedahkan dengan situasi pembelajaran.2. Pembelajaran Sebagai Suatu Sistema. Konsep SistemSistem merupakan sekumpulan elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun karaktristik sistem dijelsakan oleh Furkon (2013:3) sebagao berikut: 1) Komponen atau elemen. Komponen dari suatu sistem dikenal dengan subsistem.2) Batasan. Dalam suatu sistem batasan ini merupakan daerah yang membatasi antara sistem yang satu dengan yang lainya atau dengan lingkungan luar.3) Lingkungan Luar Sistem (Environtment)Lingkungan luar sistem ini merupakan segala sesuatu di luar dari batas sistem ygmempengaruhi operasi dari suatu sistem.4) Penghubung Sistem (Interface)Merupakan suatu media penghubung antara subsitem satu dengan yang lainya.5) Masukan (Input)6) Keluaran (Output)7) Sasaran Sistem.Dalam sutu sistem harus terdapat sasaran sistem berupa tujuan yang harus dicapai dalam waktu tertentu.b. Pendekatan Sistem dalam PembelajaranPembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat ciri utama dalam pembelajaran adalah adanya interaksi.Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkunganya baik itu guru, teman-temananya, tutor, media pembelajaran atau sumber-sumber belajar lainya.Sedangkan ciri-ciri lain dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen pembelajaran itu sendiri.Komponen pembelajaran tersebut adalah tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, siswa dan pendidik atau guru.

Menurut Cepi Riyana dalam (Komponen-komponen Pembelajaran :3), pemebelajaran sebagai sebuah sistem, masing-masing komponen tersebut membentuk sebuah integritas atau satu kesatuan yang utuh. Masing-masing komponen saling berinteraksi yaitu saling berhubungan secara aktif dan saling mempengaruhi. Misalanya dalam menentukan bahan ajar merujuk pada tujuan yang telah ditentukan, serta bagaimana materi itu disampaikan akan menggunakan strategi yang tepat yang didukung oleh media yang sesuai. Dalam menentukan evaluasi pembelajaran akan merujuk pada tujuan pembelajaran, bahan yang disediakan media dan strategi pembelajaran yang digunakan, begitu jua dengan komponen yang lain saling bergantung. 3. Program Sistem Kredit Semestera. Latar Belakang Munculnya SKSb. Kebijakan SKSDalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.Peraturan tersebut dinyatakan bahwa Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan.Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit Semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dalam panduan ini Sistem Kredit Semester disingkat dengan SKS dan satuan kredit semester disingkat dengan sks.Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah untuk menyelenggarakan SKS ini, seperti yang dijelaskan oleh BSNP Satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:1) SMP/MTs kategori standar dan kategori mandiri dapat melaksanakan 2) SKS.3) SMA/MA kategori standar dapat melaksanakan SKS.4) SMA/MA kategori mandiri dan bertaraf internasional wajib melaksanakan SKS. Penyelenggaraan SKS pada setiap satuan pendidikan dilakukan secara fleksibel dan variatif dengan tetap mempertimbangkan ketuntasan minimal dalam pencapaian setiap kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Standar Isi.c. Prinsip SKSPrinsip pelaksanaan SKS mengacu pada onsep SKS, penyelenggaraan SKS di SMP/MTs dan SMA/MA berpedoman pada prinsip sebagai berikut:1) Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. 2) Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar. 3) Peserta didik didorong untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam belajar secara mandiri. 4) Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan lebih fleksibel. 5) Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih program studi dan mata pelajaran sesuai dengan potensinya. 6) Peserta didik dapat pindah (transfer) kredit ke sekolah lain yang sejenis yang menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat dipindahkan ke sekolah yang baru. 7) Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai secara teknis dan administratif. 8) Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 9) Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengankemampuan, bakat, dan minatnya.f. Tujuan Pelaksanaan SKS di SMASistem kredit semester merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan yang didalmnya siswa dapat menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang di ikuti disetiap semseternya.Departemen Pendidikan Nasional (2008:13) menjelaskan tujuan SKS secara umum adalah agar satuan pendidikan dapat menyajikan program pendidikan yang bervariasi dan fleksibel, untuk memberikan peluang kepada peserta didik memilih program pembelajaran menuju pada suatu jenjang profesi tertentu.Secara khusus, tujuan penerapan SKS adalah untuk:1) Memberikan kesempatan kepada para peserta didik yang cakap dan giat belajar, agar dapat menyelesaikan studi dalam waktu sesingkat mungkin.2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengambil mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.3) Memberikan kemungkinan sistem pendidikan untuk mewujudkan keseimbangan antara input dan output.4) Mempermudah penyesuaian kurikulum tingkat satuan pendidikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 5) Memberikan kemungkinan agar sistem evaluasi kemajuan belajar peserta didik dapat diselenggarakan dengan baik.6) Memungkinkan pengalihan kredit antar program keahlian dalam satu satuan pendidikan atau perpindahan (transfer) dari satuan jenis pendidikan lain ke SMK atau antar program keahlian di SMK yang menggunakan SKS maupun sistem paket melalui konversi.7) Meningkatkan kemungkinan keterlaksanaan prinsip multy entry dan multy exit.4. Konsep Belajar.Menurut Gagne (1984), dalam Ratna Wilis (1989:11) belajar dapat didefinidikan sebgai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman:a. Perubahan PrilakuGagasan yang menyatakan bahwa belajar menyangkut peubahan dalam suatu organisma, beberti juga bahwa belajar memebutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara organisma itu berprilaku pada waktu 1 dengan perilaku dengan cara organisma itu berprilaku pada waktu 2 dalam suasana yang serupa. Bila perilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk kedua waktu itu, maka kita dapat berkesimpulan bahwa terjadi belajar. Selanjutnya yang terjadi adalah perubahan perilaku dalam proses belajar.b. Perilaku Terbuka.Belajar yang kita simpulkan, terjadi bila perilaku manusia berubah.Perilaku menyangkut aksi dan tindakan, yang menjadi perhatian utama ialah perilaku verbal manusia, sebab dari tindakan-tindakan menulis dan berbicara manusia, dapat kita tentukan apakah perubahan-perubahan dalam prilaku yang terjadi.c. Belajar dan PengalamanKomponen terakhir dalam definisi belajar adalah pengalaman.Istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar.Batasan ini penting dan sulit untuk didefinisikan.Biasanya batasan ini dilakukan dengan memeperhatikan penyeba-penyebabperubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Jadi perubahan perilaku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanis, tidak dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalamana dan karena itu tidak dapat dianggap, bahawa belajar telah terjadi.d. Belajar dan Kematangan.Proses yang lain menghasilkan perubahan tingkah laku yang tidak termasik belajar adalah kematangan. Perubahan tingkah laku yang disebabakan oleh kematangan terjadi bila perilakuitu disebabakan oleh perubahan-perubahan yang berlangsung dalam proses pertumbukan dan pengembangan orgenisme secar fisiologis.5. Motivasi BelajarMotivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan tingkah laku, baik dalam aspek kogniti, apektif maupun psikomotor.Kata motivasi berawal dari kata motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.Motif dapa dikatakan sebagai daya penggeerak dari dala diri dan didalam subjek untuk melakukan aktivasi-aktivasi demi mencapai tujuan.Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (73:2011) mejelaskan motivasi adalah energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feelimg dan didahului dengan tanggapan terhdap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung beberapa elemen penting diantaraya adalah:a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya peruabahan energoi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energididalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energy manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia) penampakanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling apeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevasi dengan pesoalan-persoalan kejiwaaan, apeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku mausia.c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan repon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetaoi kemunculan karena terangsang/terdorong adanya unsul lain, dalam hal ini tujuan. Tujuan ini akan menyangkut kebutuhan.Dari ketiga elemen diatas maka dapt dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia sehingga akan bergayutdenga persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak dan melakukan sesuatu. Semua ini didorongkarena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila seseorang siswa misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu diselidiki sebab-sebabnya.sebab-sebab tersebut biasnya bermacam-macam mungkin ia tidak senang, mungin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain lain. Hal ini berarti pada diri anak tersebut tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar.Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab musababnya kemudian mendorong siswa itu mau melakukan peerjaan yang perlu diberikan rangsangan agar tumbuk motivasi pada drinya.Adapun motivasi memiliki beberappa fungsi diantaranya :a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik.b. Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta didik.c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.d. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermaknaJadi motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondis tertentu , sehingga seseorang ingin melaukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Maka motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor luar tetapi motivasi tersebutu tumbuh dalam diri seseorang. Berikut perinsip motivasi dalam belajar adalah :a. Peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan internal dan eksternal peserta didik itu sendiri.b. Pengalaman belajar masa lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan pengalama belajar yang baru akan menumbuhkembangkan peserta didik itu sendiri.c. Motivasi belajar pesert didik akan berkembang jika disertai pujian daripada hukuman.d. Motivasi instrinsik peserta didik dalam belajar akan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik, meskipun keduanya saling menguatkan.e. Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan tujuan yang jelas.f. Motivasi belajar peserta didik akan berkembangan jika disertai dengan tujuan yang jelas.g. Motiasi belajar peserta didik akan berkembangan jika disertai dengan implementasi keberagaman metode.h. Bahan ajar yang sesau dengan kebutuhan akan menumbuhkembangakn motivasi belajar peserta didik.i. Motivasi yang besar dapat mengoptimalkan potensi dan prestasi belajar peseta didik.j. Gangguan emosi siswa dapat menghambat terhadap motivasi dan mengurangi prestasi belajar siswa.k. Tinggi rendahnya motivasi berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya gairah belajar peserta didik.l. Motivasi yang besara akan berpengaruh terhadp terjadinya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.6. Penelitian Terdahulu.Sebelumnya telah ada penelitian mengenai sistem pembelajran SKS ini. Penelitian terebut dilakukan oleh Anisya Febriana Rakhmawati yang dilakukan pada bulan oktober 2010 dan dilaporkan dalam bentuk skripsi di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia yang berjudul Implementasi Program Sistem Kredi Semester (SKS) Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandung. Penelitian tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi yang jelas dan mendalam mengenai implementasi program sistem kredit semester dilihat dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan peningkatan mutu layanan sistem pembelajaran di SMA Negeri 3 Bandung.F. Definisi OperasionalUntuk keperluan penelitian dan supaya tidak terjadi interpretasi yang berbeda antra penulis dengan pembaca, maka peneliti memfokuskan definisi variable yang diteiti menjadi:1. Sistem Kredit Semster.Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan.Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit Semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. SMA Negeri 3 Bandng merupakan salah satu sekolah kategori mandiri yang telah menerapkan Sistem Kredit Semster sebagai suatu kebijakan dalam sisntem pembelajaranya.2. Motivasi BelajarSejalan dengan landasan teori menurtu Menurut Mc. Donald, motivasiadalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ ciri pokok dalammotivasi itumengawali terjadinya perubahan energy, ditandai dengan adanya feeling dan dirangsangkarena adanya tujuan.(sadiman:73:2012).Dari pengertian diatas maka dapat kita simpulkan motivasi belajar merupakandaya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman.Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.Peserta didik bersungguh sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalah. Dalam kegiatan belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukanaktivitas belajar. Motivasi tumbuh didorong oleh kebutuhan ( need ) seseorang.Adapun kriteria yang dipakai dalam motivasi ini adalah dilihat dari 4 aspek yaitu Attention, Relevance, Confidence, Statisfaction.G. Asumsi dan Hipotesis1. AsumsiMenurut Zaenal Arifin (2011:196) Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi kebenarannya sebagai titik tolak dalam suatu penelitian. Asumsi harus didasarkan pada keyakinan peneliti, sehingga dapat dijadikan titik tolak dalam penelitian. Kebenaran asumsi bukan dikira-kira atau spekulasi, tetapi betul-betul harus didukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penemuan penelitian relevan dengan variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Dari pengertian diatas maka anggapan atau asumsi dalam penelitian ini adalah :a. SMA Negeri 3 Bandung menerapkan sistem pembelajaran Sistem Kredit Semester..b. Sistem kredit semester dapat meningkatakan motivas belajar siswa dilihat dari aspek perhatian, relevasi, percaya diri dan kepuasan.c. Penggunaan sistem kredit semester mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek perhatian, relevasi, percaya diri dan kepuasan.2. HipotesisMenurut Sugiyono (96:2013) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang dipeoreh melalui pengumpulan data.Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric dengan data.Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :a. Tidak terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspekcognitive motives di SMA Negeri 3 BandungTerdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspek cognitive motives di SMA Negeri 3 Bandung.b. Tidak terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspekself-ekspression di SMA Negeri 3 BandungTerdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspek self-ekspression di SMA Negeri 3 Bandung.c. Tidak terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspekself-enchancement di SMA Negeri 3 BandungTerdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspek self-enchancement di SMA Negeri 3 Bandung.H. Pendekatan dan Model PenelitianDalam penelitian tentunya terdapat prosedur yang merupakan acuan dalam melakukan penelitianya dilapangan.Prosedur tersebut dikenal sebagi metode penelitian. Metode penelitian digunakan sebagai pedoman tentang langkah-langkah penelitian dilakukan, sebagai upaya mengungkap permasalahan penellitianJenis penelitian yang diguanakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode deskriptif korelasional. Metode deskriptid merupakan metode yang nantinya akan menggambarkan kondisi dilapangan (fenomena yang terjadi) dalam hal ini hubungan antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa. Menurut Arikunto (3:2013) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya.Dengan kata lain penelitian deskriptif ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat serta hubunganya antara fenomena yang dihadapi. Tujuan peneliti menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif yaitu untuk mendeskripsikan mengenai hubungan antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa di SMA Negeri 3 Bandung.I. Popilasi dan SampelMeurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimipulanya.Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas satu dan dua dan tenang pengajar di SMA Negeri 3 BandungSampel adalah bagian dari jumlah yang berkarakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Sampel yang diambil harus benar-benar refresentatif (mewakili). (Sugiyono, 2010:118). Teknik pengambilan sampel ini dilakukan secara Random Sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak, dimana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Asumsinya populasi mempunyai karakteristik yang sama homogen. Cara yang digunakan dalam random sampling ini dengan cara ordinal yaitu mengambil anggota populasi dari atas kebawah, yang bisa dilakukan dengan cara mengambil anggota yang bernomor ganjil, genap atau nomor kelipatan angka.J. Teknik Pengumpulan DataDalam melakasankan penelitian ini mengenai hubungan antara penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya adalah : Angket/Kuesione, Wawancara.1. Angket/Kuisioner.Menurut Zainal Arifin (2011:228), angket adalah instrument penelitian yang berisi serangkaina pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya. Menurut Suharsimi Arikunto, Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Dengan demikianangket/kuesioneradalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti dimana tiap pertanyaannya berkaitan dengan masalah penelitian.Angket tersebut pada akhirnya diberikan kepada responden untuk dimintakan jawaban.Dalam penelitian ini digunakan Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket dengan model Skala Likert ini akan memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan dalam setiap kuisioner. 2. WawancaraDalam Zaenal Arifin (157:2009) dijelaskan bahawa wawancara merupakansalah satu bentuk alat evaluasi non-tes yang dilakukan melalui percakapan Tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan narasumber.Pengetian wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai tanpa melalui pelantara, sedangkan wawancara tidak langsung adalah pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepadaorang yang diwawancarai melalui orang laim atau media, jadi tidak langsung menemui sumbernya. Tujuan dari wawancara ini adalah :a. Untuk memperoleh informasisecara langsung guna menjelaskan sesuatu hal atau situasi kondisi tertentu.b. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiahc. Untuk memperoleh data agar dapt memengaruhi situasi atau orang tertentu.Untuk mendapatkan data pendukung untuk penelitian ini maka yang akan diwawancarai adalah wakil kepala sekolah SMA Negeri 3 Bandung.K. Teknik Analisis Data.1. Uji Validitas dan Reliabilitas InstrumenDalam penelitian diperlukan instrument-instrumen penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu.Persyaratan yang harus dipenuhin oleh instrument penelitian adalah tingkat kesahihan (validits) dan tingkat keandalan (Reliabilitas). Suharsimi Arikunto (2010 :228) menyatakan bahwa tujuan ujicoba instrumen yang berhubungan dengan kualitas adalah upaya untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Suatu instrumen itu valid, apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan tinggi reliabilitas menunjukkan bahwa instrumet tersebut dapat mengukur apa yang dimaksud dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan diantara subjek.Data yang baik adalah data yang dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dilapangan.Untuk mendapatakan kesahihan dan ke andalan dari instrument penelitian maka dalam studi deskriptif korelasional tentang penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa melakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan Reliabilitas.a. Uji Validitas InstrumenValiditas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu apa yang ingin di ukur (valid measure if it successfully measure the phenomenom). Dalam suatu penelitian deskriptip ataupun eskplanatif yang melibatkan variable/konsep yang tidak bisa diukur secar langung, masalah validitas tidak sederhana, didalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis dan sampai empiris (indikator), namun bagaimana tidak suatu insrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya. Untuk mengukur validitas instrument, penelitian deskriptif ini menggunakan uji validitas konstruk (construct Validity), dimana validitas ini berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur penngertian suatu konsep yang diukurnya. Instrument yang akan diuji validitasnya adalah komponen dari description, context, transaction dan output dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, yaitu :

Keterangan :

( Zaenal Arifin : 254 : 2009 )b. Uji Reliabilitas.Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsisten, keajegan, atau tidak berubah-ubah. Instrument yang akan diuji Reliabilitasnya adalah instrument dari komponen yaitu description, context, transaction dan output. Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitia ini adalah uji reliabilitas internal consistency method dengan menggunakan Alpha Cronbach.Teknik atau rumus ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen penelitian reliable atau tidak, bila jawaban yang diberikan responden berbentuk skala seperti 1-3, dan 1-5, serta 1-7 atau jawaban responden yang menginterpretasikan penilaian sikap. Kriteria suatu instrument penelitian ini dikatakan reliable dengan menggunakan teknik ini bila koefisien reliabilitas (r11) > 0.6Tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu :1) Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan.

2) Menentukan nilai varians total

3) Menentukan reliabilitas instrument

Keterangan :n: Jumlah SampelX: Nilai skor yang dipilih: Varians total: Jumlah varians butir: Jumlah butir pertanyaan: Koefisien reliabilitas instrument(Suharsimi Arikunto : 239 : 2013)Untuk menyatakan reliabilitas instrumen, digunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi, yaitu :Antara:0,8 s/d 1,0Sangat Tinggi0,6 s/d 0,8Tinggi0,4 s/d 0,6Cukup0,2 s/d 0,4Rendah0,0 s/d 0,2Sangat Rendah( Suharsimi Arikunto : 319 : 2013)2. Teknik Pengolahan DataDalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah Statistik Deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif (berupa angket) sehingga perlu diolah dan ditari kesimpulan.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk pengujian hipotesis serta untuk menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan analisis korelasi. Uji korelasi dimaksudkan untuk melihat hubungan dari dua hasil pengukuran atau dua variabel yang diteliti, untuk mengetahui derajat hubungan antara variable X (penerapan sistem SKS) dengan variabel Y (motivasi belajar siswa).Setelah itu, peneliti ingin mencari makna hubungan antara variabel X dan variabel Y yang digunakan untuk membuktikan tingkat kuat atau tidaknya hubungan antar variabel.Namun perlu diingat bahwa hasil tingkat kuat atau tidaknya hubungan antar variabel ini baru berlaku hanya untuk sampel penelitian dan belum berlaku untuk keseluruhan populasi.Agar hasil yang telah diperoleh dapat digeneralisasikan pada populasi, maka yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan uji signifikansi. Rumus uji signifikansi korelasi product moment yaitu:

t= (Sumber : Sugiyono, 2013:257)

DAFTAR PUSTAKAAhmad Safar, fahri. 2012. Proposal Penelitian Kuantitatif. [Online]. Tersedia: http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2012/01/03/proposal-penelitian-kuantitatif/. [18 Oktober 2012].Ahira, Anne. 2013. Polemik Masalah Pendidikan di Indonesia.[Online]. Tersedia.http://www.anneahira.com/masalah-pendidikan-di-indonesia.htm. [15 Februari 2014].Ali, Drs. Mohammad.1985.Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.Angkasa: Bandung.Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran.Remaja Rosdakarya. BandungArifin, Zaenal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. PT Remaja Rosdakarya: BandungArifin, Zaenal.2012. Penelitian Pendidikan. Rosda. BandungArikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.Badan Standar Naional Pendidikan. 2010. Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Untuk Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.Chairin, Zahra. 2005. Model ARCS dalam Pembelajaran.LPMP Kalimantan Selatan.Dalhari.2010.Mengelola Proses Pembelajaran Ideal.[Online].Tersedia.http://pengawasgk.wordpress.com/2010/02/15/mengelola-proses-pembelajaran-ideal/. [1 April 2014].Dellasera, Qory. 2013. Kualitas Pendidikan Indonesia (Refleksi 2 Mei).[Online]. Tersedia.http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikan-indonesia-refleksi-2-mei-552591.html. [15 Februari 2014].Departemen Pendidikan Nasional.2008.Implementasi Sistem Kredit Semester Pada Sekolah Menengah Kejuruan.JakartaFurkon, Chairul. 2013. Komponen Sistem. [Online].Tersedia.http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/197207152003121-CHAIRUL_FURQON/002._SIM-konsep_sistem.pdf. [10 April 2014]Hanafiah, nanang dan cucu suhana. 2010. Konsep dan Strategi Belajar. Refika Aditama. Bandung.Larasati, Dinda. 2013. Banyak Masalah di Kurikulum Sekolah.Republik Indonesia.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.Republik Indonesia.Peraturan Mentri Pendidikan Indonesia Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006.Mentri Pendidikan Nasional. Jakarta.Riantani, Suskim dan Sri Wiludjeng. 2008. Analisis Faktor-Faktor Motivasi Belajar Mahasiswa Fakulatas Bisnis dan Manajemen. Universitas Widyatama. Bandung. [online]. Tersedia: repository.widyatama.ac.id/.../Suskim-Sri%20Wiludjeng%20_BAB%20I.pdf. [23 Maret 2014]Sardiman.2012.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Grafindo Persada. Jakarta.Setyawan. 2012. Kuesioner. [Online]. Tersedia: http://infosetyawan.blogspot.com/2012/06/kuesioner.html [19 oktober 2012].Sihes, Ahmad Johari. 2013. Konsep Pembelajaran. [online]. Tersdia:eprints.utm.my/10357/1/bab10.pdf .[23 Maret 2014].Som, Syarnubi. 2013. Mewujudkan Madrasah Ketegori Mandiri di Sumatera Selatan.Balai Diklat Keagaamaan Palembang.Sugiyano. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Alpabeta. BandungRiyana, Cepi & Rudi Susilana.Komponen-Komponen Pembelajara.Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. UPIWilis Ratna, Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Erlangga Bandung 31