Bahan presentasi Lapdul.pdf

download Bahan presentasi Lapdul.pdf

of 39

Transcript of Bahan presentasi Lapdul.pdf

  • Tahun Anggaran 2015

  • PENDAHULUAN

    TINJAUAN PUSTAKA, KEBIJAKAN & GAMBARAN UMUM

    PENDEKATAN & METODOLOGI

    RENCANA KERJA

    SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    RENCANA DETAIL KAWASAN WISATA BERBASIS KONSERVASI (EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT) DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

  • PENDAHULUAN

    RENCANA DETAIL KAWASAN WISATA BERBASIS KONSERVASI (EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT) DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

  • LATAR BELAKANG Sumberdaya pesisir khususnya di Pantai Utara Jawa Barat memiliki produktivitas yang tinggi

    dan diharapkan dapat berperan penting dalam melestarikan lingkungan serta mendukung

    pembangunan ekonomi melalui peningkatan devisa, lapangan kerja, pendapatan dan kesejahteraan

    penduduk Jawa Barat. Kerusakan ekosistem dan degradasi area mangrove di Jawa Barat

    khususnya di Pantai Utara Jawa Barat telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan

    penyebab utamanya adalah akibat adanya pemanfaatan atau peningkatan kegiatan konversi hutan

    mangrove menjadi peruntukan lain seperti pembukaan tambak, pengembangan kawasan industri, dan

    pemukiman baik di wilayah pesisir maupun di luar pesisir yang tidak mempertimbangkan aspek

    berkelanjutan.

    Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya suatu pusat mangrove untuk Propinsi Jawa Barat, Dengan harapan pusat mangrove ini akan berfungsi sebagai perbaikan kawasan

    mangrove melalui kegiatan pembibitan, wisata-edukasi, bahkan penelitian yang mengacu

    kepada PERDA Propinsi Jawa Barat No. 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelestarian dan

    Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung

    Berdasarkan hasil Kajian Teknis Pusat Mangrove Jawa Barat yang diperoleh data identifikasi secara teknis keberadaan dan kondisi mangrove khususnya di Kabupaten Indramayu yang

    selanjutnya direncanakan sebagai lokasi Pusat Mangrove Jawa Barat yaitu :

    1. Kecamatan Pasekan, Desa Pabean Ilir sebagai pusat riset mangrove

    2. Kecamatan Indramayu, Desa Karongsong sebagai pusat wisata mangrove

    3. Kecamatan Cantigi, Desa Lamaran Tarung sebagai pusat pembibitan mangrove

    Selanjutnya berdasarkan hasil Detail Enginering Design (DED) untuk Pusat Mangrove Jawa Barat diperoleh informasi bahwa pengembangan kawasan mangrove di Muara Sungai Desa

    Karangsong selanjutnya dapat dijadikan sebagai kawasan wisata alam (ekowisata) yang cukup

    potensial dengan daya tarik utama selain panorama pantai yang tenang juga wisata

    pengamatan burung di sekitar hutan mangrove

  • TUJUAN DAN SASARAN

    RENCANA DETAIL KAWASAN WISATA BERBASIS KONSERVASI (EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT) DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

    a. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui

    pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan

    b. Pengembangan pariwisata dalam bidang kearifan lokal

    untuk meningkatkan kontribusi yang diberikan pariwisata

    terhadap lingkungan dan ekonomi masyarakat

    c. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kegiatan

    ekonomi kreatif

    d. Meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah

    (PAD) melalui pengelolaan potensi lokal.

    1. Tersusunnya Desain Kawasan Wisata Berbasis Konservasi

    2. Tersedianya pedoman infrsatruktur Kawasan Wisata Berbasis

    Konservasi

    3. Tersedianya pedoman Pengelolaan dan Perlindungan Kawasan

    Mangrove

  • RUANG LINGKUP WILAYAH

    RENCANA DETAIL KAWASAN WISATA BERBASIS KONSERVASI (EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT) DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

    KECAMATAN INDRAMAYU

    Desa Karangsong Kecamatan

    Indramayu mempunyai luas

    sebesasr 2,431 Km2 atau

    sekitar 243,1 ha

  • RUANG LINGKUP KEGIATAN

    Tahap Sosialiasasi

    Sosialisasi Rencana Detail Kawasan Wisata Berbasis Konservasi

    (Ekowisata Mangrove Center Jawa Barat) (undangan sebanyak 50

    orang)

    Tahap Koordinasi Koordinasi dengan Pemerintahan Daerah Kabupaten

    Indramayu dan Dinas-dinas terkait (Dinas Pariwisata dan dinas

    Kehutanan)

    Tahap Survey Inventarisasi dan Identifikasi Komponen Kawasan Wisata

    Berbasis Konservasi

    Tahap FGD

    Mengadakan Forum Group Discussion (FGD) dengan nara

    sumber dari kalangan pemerintah, pengelola TPI,

    masyarakat nelayan (penangkap ikan), pedagang, dan para

    akademisi (undangan peserta sebanyak 30 orang)

    Tahap Analisis Analisis hasil inventarisasi dan identifikasi komponen

    Kawasan Wisata Berbasis Konservasi

    Tahap Penyusunan Desain Penyusunan Desain Kawasan Wisata Berbasis Konservasi

    (Ekowisata Mangrove Center Jawa Barat)

    Tahap Workshop Workshop Desain Kawasan Wisata Berbasis Konservasi (Ekowisata

    Mangrove Center Jawa Barat) (undangan peserta sebanyak 100

    orang).

  • KELUARAN

    RENCANA DETAIL KAWASAN WISATA BERBASIS KONSERVASI (EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT) DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

    1. Deliniasi Kawasan Wisata

    2. Identifikasi Komponen-komponen Dalam Kawasan

    Wisata

    3. Peta Layout/Rencana Tata Letak Kawasan Wisata

    4. Perkiraan Biaya

    5. Rencana Tahapan Pembangunan Kawasan Wisata

    6. Arahan Pengelolaan dan Perlindungan Kawasan

    Mangrove

  • TINJAUAN PUSTAKA, KEBIJAKAN & GAMBARAN UMUM

    RENCANA DETAIL KAWASAN WISATA BERBASIS KONSERVASI (EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT) DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

  • TINJAUAN PUSTAKA PENGERTIAN DASAR EKOWISATA :

    Ekowisata, sebagaimana pertama kali diperkenalkan oleh organisasi

    The International Ecotourism Society atau TIES pada Tahun 1990,

    didefinisikan sebagai berikut : "Suatu bentuk perjalanan wisata ke

    area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi

    lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan

    penduduk setempat." (TIES: 1990)

    Honey (1999), mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan yang dilakukan secara alami dan hati-

    hati yang biasanya dilakukan di wilayah terlindungi dengan satu upaya mengurangi dampak yang

    rendah dan dalam skala terbatas. Ekowisata dapat membantu traveler untuk belajar, menyediakan

    dana bagi konservasi, manfaat ekonomi langsung, menaikan nilai politis masyarakat lokal,

    meningkatkan nilai budaya dan hak manusia.

    World Concervation Union (WCU), mendefinisikan ekowisata sebagai, Perjalanan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kunjungan terhadap tempat-tempat alami dalam

    rangka menikmati dan mengapresiasi alam (termasuk didalamnya kekayaan budaya masyarakat,

    baik masa lampau atau masa kini) yang berujung pada promosi konservasi, yang memiliki dampak

    dari pengunjung yang rendah, serta memberikan manfaat aktif bagi peningkatan sosio ekonomi

    masyarakat lokal. (WCU, 1996).

    Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sendiri mendefinisikan Ekowisata sebagai, Konsep pariwisata yang berkelanjutan yang berusaha mendukung upaya-upaya pelestarian

    lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

    sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat (Unesco commissioner Jakarta: 2009).

  • TINJAUAN PUSTAKA KONSEPTUAL EKOWISATA :

    Pertama : ekowisata menunjuk pada

    konsep aktifitas; dalam hal ini aktivitas

    wisata yang berbasis alam. Sebaliknya,

    ekowisata sama sekali tidak menjunjuk

    pada wujud obyek atau daya tarik.

    Karena itu, harus ditegaskan pula

    bahwa dalam perwujudan selanjutnya

    ekowisata bisa saja berwujud

    akomodasi akomodasi berbasis konsep ekowisata, bisa berwujud

    fasilitas fasilitas berbasis ekowisata, dan lain sebabagainya. (Unesco:

    2009).

    Kedua : bagaimanapun nyatanya

    aktivitas dimaksud terutama dilakukan

    di tempat-tempat alami; dalam hal ini

    baik di tempat-tempat terlindungi atau

    pun lingkungan pedesaan yang masih

    asri dimana dalam hal ini budaya

    setempat termasuk bagian daya tarik

    ekowisata yang tak terpisahkan

    didalamnya.

    Ketiga : ekowisata haruslah memberi manfaat, terutama

    sekali terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat

    setempat. Selain itu, manfaat terhadap

    perlindungan/konservasi, khususnya ditermpat

    dilaksanakannya aktivitas ekowisata tadi, memberikan

    pembelajaran terhadap pengunjung, meningkatkan citra

    dan hak asasi masyarakat lokal.

    Irisan Kedudukan Ekowisata

  • TINJAUAN PUSTAKA PRINSIP PRINSIP EKOWISATA :

    Wood (UNEP: 2002) menyatakan bahwa terdapat sembilan prinsip

    yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan ekowisata

    Pada tahun 2002, Pemerintah Indonesia menetapkan lima

    prinsip dasar yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan

    kegiatan ekowisata

    Ekowisata harus dapat meminimalisasi dampak negatif terhadap alam

    dan budaya yang dapat merusak destinasi wisata;

    Pelestarian, bahwa ekowisata yang dilakukan tidak sampai

    mencemari apalagi merusak lingkungan dan budaya setempat;

    Ekowisata harus dapat mengajarkan pengunjung akan pentingnya

    konservasi

    Pendidikan, bahwa aktivitas ekowisata harus bersifat

    mendidik; dalam hal ini unsur pendidikan terkait kekayaan

    dan pelestarian alam dan budaya sehingga si wisatawan akan

    menyadari dan terdorong untuk ikut melestarikan kekayaan

    alam dan budaya tadi;

    Ekowisata menekankan pada bisnis yang bertanggungjawab, yang

    mana mereka harus dapat mengakomodasi kepentingan dan

    kebutuhan masyarakat lokal;

    Ekowisata harus mendatangkan keuntungan langsung bagi konservasi

    dan manajemen alam dan tempat terlindungi

    Pariwisata, bahwa aktivitas ekowisata harus memberikan

    kesenangan dan atau kepuasan terhadap pengunjung yang

    melaksanakan aktivitas ekowisata dimaksud; Ekowisata menitikberatkan pada kepentingan zona wisata regional,

    serta terdapatnya manajemen kunjungan bagi penciptaan wilayah

    lain sebagai destinasi ekowisata;

    Menitikberatkan kepada pembelajaran terhadap lingkungan alam dan

    sosial, melaksanaka program monitoring jangka panjang, serta

    meminimalisasi bahaya dan dampaknya;

    Ekonomi, bahwa aktivitas ekowisata harus memberikan

    peluang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal

    terutama apabila aktivitas tadi menggunakan sumber daya

    lokal seperti transportasi, akomodasi, atau jasa pemandu; Berupaya memaksimalkan manfaat ekonomi bagi negara penerima,

    masyarakat dan pengusaha lokal, dan secara khusus masyarakat yang

    hidup didalam dan disekitar tempat-tempat terlindungi;

    Meyakinkan bahwa perkembangan wisata tidak melampaui batas

    kemampuan alam dan sosial;

    Partisipasi masyarakat setempat, bahwa ekowisata sejauh

    mungkin harus dapat mengajak dan mengikutsertakan,

    bahkan sejauh mungkin memberdayakan masyarakat

    setempat selaku bagian dari stakeholder pelaksana wisata. Membangun infrastruktu yang harmonis dengan lingkungan,

    meminimalisasi penggunaan bahan bakan fosil, melindungin

    tumbuhan lokal dan hewan liar, memadukan antara linkungan alam

    dan budaya.

  • TINJAUAN PUSTAKA EKOWISATA SEBAGAI PARIWISATA BERKELANJUTAN :

    World Tourism Organization (WTO) mendefinisikan

    Pariwisata berkelanjutan sebagai, Pariwisata yang mempertemukan kebutuhan wisatawan saat ini

    dengan wilayah yang ditujunya sambil melindungi

    dan terus menjaga peluang dimasa mendatang

    (Suwanto, 2014).

    Ekowisata merupakan salah satu bentuk aktivitas

    wisata alternatif yang mengusung konsep wisata

    berkelanjutan. Aktivitas wisata ini merupakan

    antitesis dari wisata masal (mass tourism) yang rentan

    terhadap pengabaian hal-hal yang berhubungan

    dengan kelestarian lingkungan alam dan sosial-

    budaya, ekowisata diharuskan selalu memperhatikan

    kelangsungan sumber daya

    Sebagaimana pariwisata berkelanjutan, ekowisata

    tidak melaksanakan aktivitas wisata yang

    diperkirakan dapat merusak keseimbangan alam dan

    keotentikan budaya yang merupakan penyebab dari

    hancurnya sebuah destinasi selaku tujuan wisata.

    Untuk itu, ekowisata pun semestinya mampu

    menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan,

    yaitu:

    Prinsip Prinsip Pariwisata Berkelanjutan

    Menciptakan perbedaan, bahwa untuk berkelanjutan sebuah destinasi

    harus dapat menunjukan perbedaan (keunikan) dari destinasi lain

    Menunjukkan keaslian, bahwa untuk berkelanjutan sebuah destinasi

    harus sesuai dengan sejarah, budaya hidup dan sumberdaya alam

    asalnya;

    Merefleksikan masyarakat setempat, bahwa untuk berkelanjutan

    sebuah destinasi harus sebagai representasi dari aspirasi masyarakat;

    Memahami pasar, bahwa untuk berkelanjutan sebuah destinasi harus

    paham terhadap segmen pasar yang ditujunya;

    Memberikan pengalaman, bahwa untuk berkelanjutan sebuah

    destinasi harus memberikan aktivitas yang dapat memberikan kesan

    pengalaman bagi pengunjungnya;

    Memberikan nilai, bahwa untuk berkelanjutan sebuah destinasi harus

    bisa memberikan nilai baik bagi pengunjung maupun masyarakat

    setempat;

    Menghormati alam dan nilai budaya, bahwa untuk berkelanjutan

    pengembangan pariwisata dilaksanakan dengan memperhatikan nilai-

    nilai ekologisnya;

    Melaksanakan konservasi, bahwa untuk berkelanjutan

    pengembangan pariwisata harus mampu memproteksi sumber atraksi

    wisata;

    Memiliki nilai cerita yang baik, bahwa untuk berkelanjutan

    pengembangan pariwisata harus memiliki nilai cerita/gambaran kesan

    baik alam, budaya, secara ekologis;

    Terdapatnya desain inovatif, bahwa untuk berkelanjutan

    pengembangan pariwisata harus menciptakan inovasi yang menarik;

    Memberikan manfaat yang seimbang baik kepada pengunjung

    maupun tuan rumah, bahwa untuk berkelanjutan pengembangan

    pariwisata dalam segala segi tidak hanya berdampak positif bagi

    wisatawan tapi juga bagi tuan rumah;

    Membangun daya dukung lokal, bahwa untuk berkelanjutan

    pengembangan pariwisata tidak memisahkan diri dari keterlibatan

    masyarakat setempat, sebaliknya mesti sejauh mungkin

    melibatkannya.

  • TINJAUAN PUSTAKA EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT :

    Bahwa secara konseptual ekowisata harus

    sejauh mungkin memberikan manfaat bagi

    kehidupan masyarakat setempat. Selain itu,

    demi memberikan benefit tadi, sejauh

    mungin ekowisata pun harus dapat

    menempatkan masyarakat setempat tidak

    hanya sebagai bagian termanfaat (object

    community), namun juga sebagai

    penikmat (user community) dan pelaksana

    (subject comunity).

    Dari sisi pasar sudah pasti masyarakat dengan

    segala aspek yang terkait dengannya sangat erat

    kaitannya dengan aktivitas ekowisata. Dimana

    kemudian wisata budaya (cultural tourism)

    dengan wisata pedesaan (rural tourism) memiliki

    keterkaitan erat dengan ekowisata. Sebaliknya

    wisata petualangan, sebagaimana dinyatakan

    WTO, justru terpisah dari aktivitas ekowisata.

  • TINJAUAN PUSTAKA SYARAT TERJADINYA AKTIVITAS WISATA

    A. Youti (1986), bahwa untuk dapat mengatakan

    bahwa suatu kegiatan disebut sebagai kegiatan

    wisata dan pariwisata maka dalam kegiatan

    dimaksud harus terdapat beberapa faktor penting

    Wahab (1992) menyatakan bahwa kegiatan

    wisata dan pariwisata hanya dapat terjadi ketika

    tiga unsur pariwisata terpenuhi

    Perjalanan tersebut dilakukan untuk sementara

    waktu

    Unsur manusia selaku pelaku kegiatan pariwisata

    Perjalanan tersebut dilakukan dari satu tempat ke

    tempat lainnya

    Unsur tempat yang sebetulnya tercakup oleh

    kegiatan itu sendiri

    Perjalanan tersebut apapun bentuknya harus

    selalu dikaitkan dengan tamasya atau rekreasi

    Unsur waktu sebagai tempo yang dihabiskan

    dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam

    di tempat tujuan

    Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak

    mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya

    dan semata-mata sebagai konsumen di tempat

    tersebut

  • TINJAUAN PUSTAKA PENGERTIAN MANGROVE : Kawasan Mangrove adalah kawasan yang terdapat di daerah

    pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan

    terpengaruh oleh pasang surut air laut, tetapi tidak terpengaruh

    oleh iklim. (Perda Provinsi Jawa Barat No. 1 Tahun 2013)

    Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di

    daerah pasang surut (terutama di daerah relindung, laguna,

    muara sungai) yang tergenang pada saat surut yang komunitas

    tumbuhan bertoleransi terhadap garam. Hutan mangrove sering

    disebut juga hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.

    Istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu

    jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove yaitu

    Rhizophora sp. (Kusmana, 1995).

    Hutan mangrove adalah kelompok jenis

    tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai

    tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi

    istimewa di suatu lingkungan yang mengandung

    garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan

    reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan

    mangrove dapat didefenisikan sebagai suatu tipe

    hutan yang tumbuh di daerah pasang surut

    (terutama di pantai yang terlindung, laguna,

    muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas

    dari genangan pada saat surut yang komunitas

    tumbuhnya bertoleransi terhadap garam (Santoso

    et al. dalam Irmayeni, 2010).

  • TINJAUAN PUSTAKA MANFAAT DAN FUNGSI HUTAN MANGROVE :

    Manfaat / Fungsi Fisik Manfaat dan Fungsi Biologis Manfaat / Fungsi Ekonomis

    Menjaga agar garis pantai tetap

    stabil

    Menghasilkan bahan pelapukan

    yang menjadi sumber makanan

    penting bagi plankton, sehingga

    penting pula bagi keberlanjutan

    rantai makanan

    Penghasil kayu : bakar, arang, bahan

    bangunan

    Melindungi pantai dan sungai dari

    bahaya erosi dan abrasi

    Tempat memijah dan berkembang

    biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting

    dan udang.

    Penghasil bahan baku industri :

    pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan,

    obat-obatan, kosmetik, dll

    Menahan badai/angin kencang dari

    laut

    Tempat berlindung, bersarang dan

    berkembang biak dari burung dan

    satwa lain

    Penghasil bibit ikan, nener, kerang,

    kepiting, bandeng melalui pola

    tambak silvofishery

    Menahan hasil proses penimbunan

    lumpur, sehingga memungkinkan

    terbentuknya lahan baru

    Sumber plasma nutfah & sumber

    genetik

    Tempat wisata, penelitian &

    pendidikan

    Menjadi wilayah penyangga, serta

    berfungsi menyaring air laut

    menjadi air daratan yang tawar

    Merupakan habitat alami bagi

    berbagai jenis biota

    Mengolah limbah beracun,

    penghasil O2 dan penyerap CO2.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    KONSEP PERANCANGAN KAWASAN HUTAN MANGROVE DI NGURAI RAI BALI

    Atraksi Britdwatching Tracking Kayu (Track Map) Gardu Pandang (Hut) dan Shelter

    Papan Informasi Perahu

  • TINJAUAN PUSTAKA KONSEP PERANCANGAN KAWASAN HUTAN MANGROVE DI NGURAI RAI BALI

    Contoh Ilustrasi 3D Kawasan

    Mangrove Bali

    Contoh Ilustrasi Kawasan Mangrove

    Trail di Bali

  • TINJAUAN KEBIJAKAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

    Meskipun UU No. 10 Tahun 2009 telah berlaku, namun sampai saat ini Rencana Induk

    Pengembangan Kepariwisataan Nasional yang baru yang berdasar UU tadi belum disusun

    dan/atau diresmikan. Sehingga berdasar Bab XVI Ketentuan Peralihan Pasal 69 yang menjelaskan

    bahwa segala peraturan pelaksanaan dari UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan

    dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UU No.

    10 Tahun 2009.

    Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional sendiri pada hakikatnya merupakan

    wujud dari upaya untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki dalam menarik pasar potensial

    dalam negeri maupun internasional melalui suatu arahan kebijaksanaan dimana prinsip-prinsip

    pembngunan nasional menjadi panutan. Didalam UU No. 10 Tahun 2009 Terdapat beberapa

    kebijakan tentang kepariwisataan antara lain :

    1.

    Kebijakan

    Umum

    2. Kebijakan

    Perwilayahan

    3. Kebijakan

    Pemasaraan

    4. Kebijakan

    Pengembang

    an Produk

    5. Kebijakan

    Promosi

    6. Kebijakan

    Penatapan

    Harga

    7.

    Kebijakan

    Sistem

    Distribusi

    8.Kebijakan

    Kelembagaan

    9. Kebijakan

    Pengembang

    an SDM

    10. Kebijakan

    Investasi

    11. Kebijakan

    Pengelolaan

    Lingkungan

  • TINJAUAN KEBIJAKAN UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di

    sekitarnya dilakukan berdasarkan kesatuan

    ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan

    terpadu dengan pulau besar di dekatnya serta

    Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di

    sekitarnya diprioritaskan untuk kepentingan

    sebagai berikut:

    a. konservasi;

    b. pendidikan dan pelatihan;

    c. penelitian dan pengembangan;

    d. budi daya laut;

    e. pariwisata;

    f. usaha perikanan dan kelautan serta

    industry perikanan secara lestari;

    g. pertanian organik;

    h. peternakan; dan/atau

    i. pertahanan dan keamanan negara.

    Kecuali untuk tujuan konservasi, pendidikan dan

    pelatihan serta penelitian dan pengembangan,

    pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di

    sekitarnya wajib:

    a. memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan;

    b. memperhatikan kemampuan dan kelestarian

    sistem tata air setempat; dan

    c. menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

    Batas Wilayah Kewenangan Pesisir

    Ruang lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

    Kecil menurut Undang-Undang No.27 Tahun 2007 jo UU

    No.1 Tahun 2014, meliputi daerah peralihan antara

    ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan

    di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah

    administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua

    belas) mil laut diukur dari garis pantai

  • TINJAUAN KEBIJAKAN PERDA PROVINSI JAWA BARAT NO. 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN

    PENGENDALIAN PEMANFAATAN KAWASAN LINDUNG

    Penetapan Kawasan Lindung

    a. kawasan yang berfungsi lindung di

    dalam kawasan hutan, terdiri dari

    hutan konservasi dan hutan lindung;

    dan

    b. kawasan yang berfungsi lindung di

    luar kawasan hutan, terdiri dari

    kawasan yang menunjang fungsi

    lindung, baik di wilayah darat

    maupun laut.

    kawasan suaka alam, meliputi:

    1. kawasan cagar alam;

    2. kawasan suaka margasatwa;

    3. kawasan suaka alam laut dan perairan

    lainnya;

    4. kawasan mangrove;

    Menurut Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013, Pola Ruang Kawasan Lindung untuk Kawasan

    Pantai Mangrove, meliputi :

    a. Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi;

    b. Muara Bobos dan Blanakan, terletak di Kabupaten Subang;

    c. Tanjung Sedari, terletak di Kabupaten Karawang; dan

    d. Eretan, terletak di pantai Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon.

  • TINJAUAN KEBIJAKAN PERDA KABUPATEN INDRAMAYU NO. 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG

    WILAYAH (RTRW)

    PETA RENCANA STRUKTUR RUANG Kecamatan

    Indramayu

    berfungsi sebagai

    Pusat Kegiatan

    Wilayah (PKW)

  • TINJAUAN KEBIJAKAN PERDA KABUPATEN INDRAMAYU NO. 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG

    WILAYAH (RTRW)

    PETA RENCANA POLA RUANG Mangrove centre seluas

    kurang lebih 5 (lima)

    hektar berada di Desa

    Pabean Ilir Kecamatan

    Pasekan;

    pelabuhan samudera

    Karangsong yang

    dilengkapi tempat

    pelelangan ikan berada

    di Kecamatan

    Indramayu;

    Kawasan pengolahan

    berupa industri

    pengolahan hasil

    perikanan di Desa

    Karangsong;

    Upacara Adat Istiadat

    berupa Pesta Laut

    Nadran di Desa

    Karangsong.

  • TINJAUAN KEBIJAKAN PERDA KABUPATEN INDRAMAYU NO. 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG

    WILAYAH (RTRW)

    PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS

    Minapolitan Karangsong berada

    di Kecamatan Indramayu;

    KSK Prajapolitan berada di PKW

    Indramayu;

  • GAMBARAN UMUM

    No Desa / Kelurahan Jumlah

    Penduduk Luas ( km)

    Kepadatan

    Penduduk

    1 Telukagung 5082 2,690 1889

    2 Plumbon 5318 5,139 1035

    3 Dukuh 3572 1,258 2839

    4 Pekandangan Jaya 4798 3,935 1219

    5 Singaraja 6083 6,176 985

    6 Singajaya 8306 6,817 1218

    7 Pekandangan 8184 3,667 2232

    8 Bojongsari 5129 0,992 5170

    9 Kepandean 3294 1,097 3003

    10 Karangmalang 3901 1,024 3810

    11 Karanganyar 4229 0,906 4668

    12 Lemahmekar 9101 0,926 9828

    13 Lemahabang 4452 0,514 8661

    14 Margadadi 10244 2,206 4644

    15 Paoman 8269 2.048 4038

    16 Karangsong 5751 2,431 2366

    17 Pabean Udik 12049 5,459 2207

    18 Tambak 1956 0,921 2124

    Jumlah 109718 48.206 2276

    Secara geografis Kecamatan

    Indramayu terletak di bagian

    utara wilayah Kabupaten

    Indramayu yaitu diantara 10801

    81 - 108

    022

    1 Bujur Timur dan

    6018

    1 - 6

    024

    1 Lintang Selatan,

    dengan topografi merupakan

    dataran rendah atau daerah

    landai

    LETAK ADMINISTRASI

  • GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK DESA KARANGSONG

    Sebelah Utara : Desa Pabean Udik

    Sebelah Selatan : Desa Tambak

    Sebelah Timur : Laut Jawa

    Sebelah Barat : Kelurahan Paoman

    Desa Karangsong memiliki panjang

    garis pantai 0,9 km dan merupakan

    desa dengan tipologi desa pesisir

    atau pantai dengan wilayah yang

    langsung berbatasan dengan Laut

    Jawa. Sebagai desa pantai atau

    pesisir, letaknya berada di dataran

    rendah dengan ketinggian 0,5 meter

    sampai 1,0 meter di atas permukaan

    laut, dengan curah hujan rata-rata

    2.000 mm/tahun, dan bersuhu udara

    rata-rata 27C dan mempunyai Luas

    2,431 Km2 atau sekitar 243,1

    Ha dengan penduduk berjumlah

    5.751 Jiwa

    No Jenis Pekerjaan

    1 Nelayan

    2 Petani

    3 Buruh Tani

    4 Jasa

    5 Pertukangan

    6 Wiraswasta/Pedagang

    7 Pegawai Negeri Sipil (PNS)

    8 Swasta

    9 ABRI

    10 Pensiunan

    Penduduk yang menetap di Desa Karangsong sebagian besar adalah

    penduduk asli dan hanya sebagian kecil yang berasal dari luar desa

  • GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK DESA KARANGSONG

    Tempat Pelelangan Ikan Karangsong

    Proses Rehabilitasi dan Jenis Mangrove Di Desa Karangsong

  • GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK DESA KARANGSONG

    Deleniasi Awal Kawasan Mangrove Karangsong

  • PENDEKATAN DAN METODOLOGI

    RENCANA DETAIL KAWASAN WISATA BERBASIS KONSERVASI (EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT) DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

  • Pola pikir perencanaan pada dasarnya merupakan landasan berpikir perencana sebagai upaya untuk memahami konteks persoalan secara utuh dan menyeluruh guna memberikan landasan berpikir sebagai masukan pada rancang bangun pendekatan perencanaan

    Pendekatan Dasar

    Pembangunan keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama lainnya saling terkait dan mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan sosial, dan 3) pelestarian lingkungan hidup.

    Pengembangan Berkelanjutan (Sustainable

    Development)

    Pendekatan yang lebih dikenal dengan pendekatan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat ini merupakan suatu pola pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan.

    Aspiratif dan Partisipatif

    perencanaan pengembangan kawasan dibuat berdasarkan hasil pengamatan dan pembelajaran atas apa yang sudah dilakukan oleh pihak lain/di lokasi lainnya untuk diterapkan di lokasi kajian dengan perbaikan/penyempurnaan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pihak lain yang sudah lebih dulu melakukan hal yang serupa

    Pendekatan Benchmarking

    PENDEKATAN

  • PENDEKATAN PENDEKATAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN

    Pengelolaan wilayah pesisir (termasuk di dalamnya

    pengelolaan pulau-pulau kecil) pada dasarnya diarahkan

    untuk mencapai dua tujuan, yaitu pertama pendayagunaan

    potensi pesisir dan laut untuk meningkatkan kontribusi

    terhadap pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan

    pelaku pembangunan kelautan khususnya masyarakat pesisir;

    kedua untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya kelautan

    khususnya sumberdaya pulih dan kelestarian lingkungan.

    KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA Konsep Zonasi

    1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan

    aktivitas utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama.

    2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction

    dengan aktivitas dan fasilitas pendukung.

    3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas

    pendukung dikelompokan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses

    fasilitas, pelayanan pengunjung dan sebagainya.

  • KERANGKA BERFIKIR

    KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN DED KAWASAN EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT

    ANALISIS SPASIAL: UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

    Ruang UU No. 10 Tahun 2009 Tentang RIPPARNAS RTRW Nasional. Propinsi dan Kabupaten RIPPARDA Propinsi dan Kabupaten

    KA

    RA

    KTE

    RIS

    TIK

    W

    ILA

    YAH

    PR

    ENCA

    NA

    AN POSISI GEOGRAFIS

    STRUKTUR KEPENDUDUKAN SDA & BUATAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK KONDISI LINGKUNGAN SOSIAL/

    BUDAYA

    MA

    NA

    JEM

    EN &

    SD

    M

    KOMPOSISI PENDIDIKAN APARAT SETEMPAT KELEMBAGAAN FORMAL

    SETEMPAT KELEMBAGAAN INFORMAL

    SETEMPAT

    PRO

    DU

    K

    WIS

    ATA

    AM

    ENIT

    IES AKOMODASI WISATA

    RUMAH MAKAN/RESTORAN PRASARANA KOMUNIKASI PRASARANA & SARANA

    TRANSPORTASI

    PASA

    RW

    ISA

    TA PROFIL WISATAWAN EKSISTING PROFIL WISATAWAN POTENSIAL

    POTENSI OBYEK WISATA

    DAYA TARIK WISATA

    ALAM, BUDAYA ATAU KHUSUS

    MASAL ATAU ALTERNATIF

    SANGAT UNIK UNIK BIASA

    TIPOLOGI WISATAWAN: ASAL GEOGRAFIS ASAL DEMOGRAFIS ASAL PSIKOLOGIS

    ANALISIS KEBIJAKAN MAKRO & MIKRO TRKAIT

    PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA

    DIMAKSUD

    ANALISA KEWILAYAHAN

    ANALISA MANAJEMEN

    ANALISA SUPPLY DAN DEMAND

    PROSES KRISTALISASI

    DATA

    PROTENSI & PERMASALAHAN KAWASAN: PEMASARAN PENGGUNAAN

    LAHAN SOSIAL, EKONOMI,

    & BUDAYA LOKAL SARANA &

    PRASARANA BIAYA MANAJEMEN

    DETAIL ENGEENERING DESIGNKAWASAN EKOWISATA

    MANGROVE CENTERJAWA BARAT

    VISI, MISI, DAN TUJUANPENGEMBANGAN KAWASAN

    KEBIJAKAN & STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN: ASPEK PENGEMBANGAN

    PRODUK ASPEK PEMASARAN ASPEK PRASARANA &

    SARANA ASPEK PEMANFAATAN

    RUANG ASPEK PENGELOLAAN

    LINGKUNGAN ASPEK PENGEMBANGAN SDM ASPEK PENGEMBANGAN

    KELEMBAGAAN ASPEK PEMBIAYAAN/

    INVESTASI

    RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN: STRUKTUR/ZONASI

    KAWASAN LAY OUT RENCANA

    AKTIVITAS KAWASAN LAYOUT RENCANA TATA

    LETAK KAWASAN RENCANA TAHAPAN

    PEMBANGUNAN PERHITUNGAN PERKIRAAN

    BIAYA REKOMENDASI ARAHAN

    PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN KAWASAN

    INPUT ANALISIS OUTPUT

  • METODOLOGI

    Komponen Pariwisata

    1. Daya tarik dan kegiatan wisatawan, termasuk

    daya tarik alam maupun buatan.

    2. Fasilitas dan pelayanan akomodasi, seperti

    hotel, wisma, tempat berkemah, losmen, dan

    sebagainya.

    3. Fasilitas dan pelayanan lain, seperti, pusat

    pelayanan informasi wisatawan, restoran, toko

    cindera mata, kerajinan, fasilitas penukaran

    uang, rumah sakit, pos, dan sebagainya.

    4. Fasilitas dan pelayanan transportasi, termasuk

    aksesibilitas di dalam maupun menuju daerah

    tujuan wisata.

    5. Infrastruktur lain, seperti air bersih, listrik,

    pembuangan sampah dan limbah, drainase dan

    telekomunikasi.

    6. Elemen institusi, termasuk perencanaan

    pemasaran dan program promosi, peraturan

    kepariwisataan, organisasi publik dan swasta

    yang mengelola pariwisata, insentif untuk

    menarik investasi dalam bidang pariwisata,

    pendidikan dan pelatihan bagi pegawai yang

    bekerja di sektor pariwisata, kesadaran

    masyarakat, program-program pariwisata,

    lingkungan dan sosial ekonomi.

  • METODOLOGI METODE ANALISIS

    A. Analisis Daya Dukung Lingkungan

    1. Keaslian dari lingkungan fisik dan

    sosial ekonomi

    2. Citra pariwisata dan produk wisata

    B. Penilaian Kualitas Visual

    C. SWOT (Strength, Weakness,

    Opportunities, Threats)

    D. Teknik Evaluasi Objek dan Daya Tarik

    Wisata

    1. Identifikasi dan Deskripsi Daya Tarik

    Wisata

    2. Matriks Evaluasi Penilaian ODTW

    Pilihan Aliran Dalam Metode Penilaian

    Lingkungan Visual

    Kuadran 1

    Kuadran 2

    Kuadran 3

    Kuadran 4

    Peluang/Opportunities (+)

    Kelemahan/

    Weakness (-)

    Kekuatan/

    Strengths (+)

    Ancaman/Threats (-)

    STRATEGI WO

    (PENINJAUAN KEMBALI)

    STRATEGI SO

    (AGRESIF)

    STRATEGI WT

    (DEFENSIF)

    STRATEGI ST

    (DIVERSIFIKASI)

    KEKUATAN (S)

    Daftar

    kekuatan-kekuatan internal

    KELEMAHAN (W)

    Daftar

    Kelemahan-kelemahan internal

    PELUANG (O)

    Daftar

    Peluang-peluang eksternal

    ANCAMAN (T)

    Daftar

    Ancaman-ancaman eksternal

    STRATEGI SO

    STRATEGI ST

    STRATEGI WO

    STRATEGI WT

  • METODOLOGI TAHAPAN PENYUSUNAN

    Tahap Inisiasi, Eksplorasi dan Persiapan

    1) Pemahaman KAK

    2) Penyelesaian administrasi pekerjaan

    3) Persiapan peralatan dan personil

    4) Penyusunan Pendekatan dan Metodologi Studi

    5) Penyusunan detail rencana kerja

    6) Mobilisasi tim

    Tahap Koordinasi dan

    Survey

    1. Menyiapkan Desain Survey

    2. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu

    dan Dinas Dinas terkait diantaranya yaitu Dinas Pariwisata dan Dinas Kehutanan, koordinasi ini dilakukan untuk

    mempermudah melakukan survey dan diskusi

    3. Melakukan Survey Primer dan Sekunder

    Tahap Analisis

    Melakukan Analisis hasil inventarisasi dan identifikasi komponen kawasan wisata

    berbasis konservasi yang berisi mengenai :

    1. Inventarisasi, verifikasi dan kompilasi data

    2. Analisis kondisi tata ruang kawasan ekowisata

    3. Kajian terhadap kondisi eksisting fisik, potensi, kondisi aktivitas dan

    pengguna serta kondisi fasilitas

    4. Analisis kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan kawasan

    5. Analisis permasalahan di kawasan wisata berbasis konservasi

    6. Analisis rencana pengembangan dan kebijakan strategis daerah di kawasan

    wisata berbasis konservasi

    Tahap Pencanganan dan

    Desain Kawasan Wisata

    1. Deliniasi Kawasan Wisata Berbasis Konservasi

    2. Komponen-Komponen Dalam Kawasan Wisata (Area Istirahat,

    Gallery, Pos Keamanan dan lain sebagainya)

    3. Rencana Tata Letak Kawasan Wisata

    4. Perkiraan Biaya

    5. Rencana Tahapan Pembangunan Kawasan Wisata

    6. Arahan Pengelolaan dan perlindungan kawasan mangrove

  • RENCANA KERJA

    RENCANA DETAIL KAWASAN WISATA BERBASIS KONSERVASI (EKOWISATA MANGROVE CENTER JAWA BARAT) DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

  • NO KEGIATAN

    Bulan/Minggu

    I II III IV

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

    I PERSIAPAN

    1 Pemahaman KAK

    2 Penyelesaian administrasi pekerjaan

    3 Persiapan peralatan dan personil

    4 Mobilisasi tim

    5 Perumusan Metodologi & Rencana Kerja

    6 Expose Laporan Pendahuluan

    II TAHAP KOORDINASI, SURVEY DAN ANALISIS

    1 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dan Dinas Dinas terkait

    2 Survey Primer dan Sekunder

    3 Inventarisasi, verifikasi dan kompilasi data

    4 Analisis kondisi tata ruang kawasan ekowisata

    5 Kajian terhadap kondisi eksisting fisik, potensi, kondisi aktivitas dan pengguna serta kondisi

    fasilitas

    6 Analisis kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan kawasan

    7 Analisis permasalahan di kawasan wisata berbasis konservasi

    8 Analisis rencana pengembangan dan kebijakan strategis daerah di kawasan wisata berbasis

    konservasi

    9 Focus Group Discussion (FGD)

    10 Expose Laporan Antara

    III TAHAP PERANCANGAN DAN DESAIN KAWASAN WISATA

    1 Deliniasi Kawasan Wisata Berbasis Konservasi

    2 Identifikasi Komponen-komponen Dalam Kawasan Wisata

    3 Peta Layout/Rencana Tata Letak Kawasan Wisata

    4 Perkiraan Biaya

    5 Rencana Tahapan Pembangunan Kawasan Wisata

    6 Arahan Pengelolaan dan Perlindungan Kawasan Mangrove.

    7 Workshop

    8 Expose Laporan Akhir

    RENCANA KERJA

  • SEKIAN &

    TERIMA KASIH