Bahan Poster

28
DAS Jeneberang Hilir Isu : Kerusakan DAS di Indonesia Terjadinya banjir dibeberapa daerah akibat rusaknya DAS Perubahan lahan yang tidak Masalah: Tingginya tekanan penduduk Meningkatnya konversi lahan menjadi lahan permukiman Terjadinya bencana alam di DAS Jeneberang Identifikasi karakteristik fisik lahan (Topografi, Jenis tanah dan batuan, tata guna lahan) Identifikasi Fungsi kawasan (Kaw.Lindung, kaw. Penyangga, Kaw. Identifikasi potensi bencana (tinggi,sedang,rendaah dan Indikator bencana banjir dan tanah longsor) Identifikasi Kemampuan Wilayah (luas lahan DAS, Jumlah penduduk) Identifikasi Daya Dukung Lingkungan untuk sektor Pertanian (luas lahan, jumlah penduduk, KFM,, jumlah Identifikasi Daya Dukung Lingkungan untuk sektor Permukiman (jumlah penduduk, koefisien luas kebutuhan dan indikator kesesuaian Perencanaan pmanfaatan lahan untuk pertanian (Zonasi , Fungsi kawasan, Potensi Bencana dan daya kemampuan wilayah) Perencanaan pemanfaatan lahan untuk permukiman (Zonasi , Fungsi kawasan, Potensi Bencana dan daya kemampuan wilayah) Latar Analis Perencanaan Deskript Spasia Kemampuan Lahan KERANGKA

Transcript of Bahan Poster

DAS Jeneberang Hilir

Isu : Kerusakan DAS di Indonesia Terjadinya banjir dibeberapa daerah akibat

rusaknya DAS Perubahan lahan yang tidak sesuai.

Masalah: Tingginya tekanan penduduk Meningkatnya konversi lahan menjadi lahan

permukiman Terjadinya bencana alam di DAS Jeneberang Salah satu DAS kritis yang menjadi prioritas (RTRW

Kab Gowa)

Identifikasi karakteristik fisik lahan (Topografi, Jenis tanah dan batuan, tata guna lahan)

Identifikasi Fungsi kawasan(Kaw.Lindung, kaw. Penyangga, Kaw.

Budidaya)

Identifikasi potensi bencana(tinggi,sedang,rendaah dan Indikator bencana

banjir dan tanah longsor)

Identifikasi Kemampuan Wilayah

(luas lahan DAS, Jumlah penduduk)Identifikasi Daya Dukung Lingkungan

untuk sektor Pertanian(luas lahan, jumlah penduduk, KFM,, jumlah

produksi dan indikator kesesuaian lahan)

Identifikasi Daya Dukung Lingkungan untuk sektor Permukiman

(jumlah penduduk, koefisien luas kebutuhan dan indikator kesesuaian

lahan)

Perencanaan pmanfaatan lahan untuk pertanian

(Zonasi , Fungsi kawasan, Potensi Bencana dan daya kemampuan wilayah)

Perencanaan pemanfaatan lahan untuk permukiman

(Zonasi , Fungsi kawasan, Potensi Bencana dan daya kemampuan wilayah)

Latar Belakang

Analisis

Perencanaan

Deskriptif

Spasial

Kemampuan Lahan

KERANGKA

Variabel Perencanaan

Variable merupakan karakteristik atau keadaan/kondisi pada suatu objek yang

mempunyai variasi nilai yang secara umum dapat dinyatakan sebagai operasionalisasi

dari konsep.

Tabel 3.1 Variabel Perencanaan

Tujuan Penelitian Kebutuhan Data Jenis Data

Variabel Metode Analisis Keluaran (Out Put)

Mengidentifikasikan karakteristik fisik lahan pada DAS Jeneberang hilir.

Peta kondisi eksistingPeta topografiKondisi fisik Lahan Primer,

sekunder

Sumber daya lahan Topografi Jenis Batuan Jenis Tanah Tata guna lahan

Identifikasi karakteristim fisik Karakteristik fisik.

Mengidentifikasi fungsi kawasan dan potensi bencana di kawasan DAS Jeneberang hilir.

Karakteristik fisik lokasi studi

Peta tata guna lahanPeta curah hujan,

kemiringan lereng dan jenis tanah

Primer, sekunder

Fungsi Kawasan

1. Lindung.2. Penyangga.3. Budidaya.Potensi Bencana

1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

Indikator potensi bencana

Pemetaan (analisis spasial) fungsi kawasan dan potensi bencana banjir dan longsor dengan menggunakan Arcgis 10.1

Pengelompokkan fungsi kawasan

Potensi bencana di kawasan DAS

Mengidentifikasikan kemampuan wilayah DAS Jeneberang hilir

Karakteristik fisik DAS Jenebrang hilir

Luas DAS Jeneberang hilir

Luas lahan pertanian dan permukiman.

Jumlah panen pertanian pangan

Primer, Sekunder

1. Luas lahan DAS2. Jumlah penduduk3. Luas lahan

pertanian4. Hasil panen5. Indikator

kesesuaian lahan

1. Menilai dengan menggunakan rumus daya tampung DAS.

2. Menilai dengan menggunakan rumus daya dukung lingkungan pertanian dan daya dukung lingkungan permukiman.

3. Pemetaan (analisis spasial) kesesuaian lahan dengan menggunakan Arcgis 10.1

Daya tampung wilayahDaya dukung lingkungan

pertanianDaya dukung lingkungan

permukimanKesesuaian lahan

Tujuan Penelitian Kebutuhan Data Jenis Data

Variabel Metode Analisis Keluaran (Out Put)

Merumuskan perencanaan pemanfaatan lahan pada DAS Jeneberang hilir pada sektor pertanian dan permukiman

Identifikasi karakteristik fisik.

Hasil identifikasi fungsi kawasan dan potensi bencana

Hasil identifikasi kemampuan lahan

PrimerSekunder

Fungsi kawasan Potensi Bencana Daya kemampuan

wilayah

Penzoningan pemanfaatan lahan berdasarkan fungsi kawasan, potensi bencana, daya tampung wilayah, dukung lingkungan dan kesesuaian lahan.

Perencanaan pemanfataan lahan DAS Jeneberang hilir yang sesuai dengan kemampuan Daya Dukung Wilayah DAS Jeneberang hilir untuk pengembangan permukiman dan pertanian.

GAMBARAN UMUM DAS JENEBERANG HILIR

Hilir

Tengah

Gambar : Peta DAS Terpadu Jeneberang-Bilawalanae Gambar : Peta Administrasi DAS Jeneberang

ANALSIS1. Identifikasi Karakteristik Fisik DAS Jeneberang Hilir

Gambar : Peta DAS Terpadu Jeneberang-Bilawalanae Gambar : Peta Administrasi DAS Jeneberang

Pemanfaatan Lahan DAS Jeneberang Hilir

Kondisi eksisting sempadan dan Bantaran sungai

Pada sungai Jeneberang, terdapat 2 bentuk sempadan sungai yakni sungai

bertanggul dan tidak bertanggul. Untuk sungai bertanggul, bantaran sungai ada yang

ditanami vegetasi ada juga yang air sungai langsung berbatasan dengan badan

tanggul. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gamabr 5.11 : Potongan sungai bertanggul 1

Sumber : Analisis 2013

Gamabr 5.12: Potongan sungai bertanggul 2.

Sumber : Analisis 2013

Untuk sempadan sungai tidak bertanggul terbagi atas dua bentuk yakni sungai

yang langsung berbatasan dengan permukiman penduduk dan sungai yang memiliki

bantaran (daerah milik air). Sepanjang sungai yang tidak memiliki bantaran sungai

yakni badan air yang langsung berbatasan dengan kaki tanggul (lihat gambar )

sehingga ketika debit air meningkat pada musim hujan, air sungai akan dengan cepat

meluap ke sempadan sungai dan permukiman penduduk.

Gambar 5.13 : Potongan sungai tidak bertanggul, bantaran sebagai

permukiman

Sumber : Analisis 2013

Gambar 5.14 : Potongan sungai tidak bertanggul, bantaran sbagai

permukiman

Sumber : Analisis 2013

Analisis Fungsi Kawasan dan Potensi Bencana

Fungsi Kawasan

Bencana Banjir

Bencana Longsor

Analsis Daya Dukung Wilayah

Daya dukung lingkungan pertanian

Perhitungan daya dukung wilayah utnuk pertanian menggunakan formula

sebagai berikut :

Ʈ= Lp/PdKFM /Pr

Keterangan :

Ʈ = Daya dukung wilayah pertanian

Lp = Luas lahan panen (ha)

Pd = Jumlah penduduk (jiwa)

KFM = Kebutuhan Fisik minimum (kg/kapita/tahun)

Pr = Produksi lahan rata-rata per hektar (kg/ha)

No Kecamatan

Luas Lahan

Pertanian (Pangan)

(ha)

Jumlah Pendud

uk

KFM (Kg/kapita/ta

hun)

rata-rata Produksi (kg/ha)

Ʈ Ket

1 Pallangga 2873 66491 480 604000 54 Tinggi

2 Bajeng 1545 32480 480 325000 32 Tinggi

3 Barombong 1474 27035 480 310000 35 Tinggi

4 Bontoala 0 13257 480 0 0 Rendah

5 Galesong Utara 470 4302 480 81000 18 Tinggi

6 Mamajang 0 38070 480 0 0 Rendah

7 Mariso 853 51003 480 162000 5 Tinggi

8 Panakukang 0.99 657 480 5000 0.01 Rendah

9 Polongbangkeng 590 2110 480 96000 55 Tinggi

10 Sombaopu 435 79620 480 91000 1.03 Tinggi

11 Tamalate 100 128329 480 5000 0.008 Rendah

12 Ujung Pandang 0 31265 480 0 0 Rendah

13 Wajo 0 25496 480 0 0 Rendah

14 Bontomarannu 188.442 27763 480 39000 0.5 Rendah

Kesesuaian Lahan pertanian

Daya Dukung Lingkungan Permukiman

Daya dukung permukiman dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

DDPm = LPm/JPα

Keterangan :

DDPm = Daya dukung permukiman

JP = Jumlah Penduduk

α = Koefisien luas kebutuhan ruang /kapita (m2/kapita).

LPm = Luas lahan permukiman yang sesuai

Tabel Daya dukung lingkungan permukiman

Kec Pada DASLuas (ha)

Jumlah penduduk

α (m2

)

LPm DDPLKet

Kec Palangga 5586.704 66491 26 4594 1.7 Tinggi

Kec. Bajeng 2416.851 32480 26 2070 1.6 Tinggi

Kec. Barombong 1967.419 27035 26 1767 1.6 Tinggi

Kec. Bontoala 46.454 13257 26 46 0.09 Rendah

Kec. Galesong Ut 579.247 4302 26 462 2.7 Tinggi

Kec. Mamajang 224.137 38070 26 202 0.13 Rendah

Kec. Mariso 1626.021 51003 26 1308 0.6 Rendah

Kec. Panakukang 19.303 657 26 19 0.76 Rendah

Kec. Pol Utara 663.443 2110 26 655 8.07 Tinggi

Kec. Sombaopu 826.149 79620 26 669 0.2 Rendah

Kec. Tamalate 759.981 128329 26 658 0.13 Rendah

Kec. Ujungpandan 301.425 31265 26 199 0.16 Rendah

Kec. Wajo 96.775 25496 26 57 0.05 Rendah

Kec.Bontomarannu 2153.197 27763 26 1991 1.86 Tinggi

Tabel 5.5 Jumlah penduduk optimum dan Luas lahan permukiman optimum

Kec Pada DAS Luas (ha) Jumlah penduduk DDPm Jpo (orang)

(JPXDDPL)LPm LPmo (ha)

(1/DDPmXLPm)

Kec Palangga 5586.704 66491 1.7 113034 4594 2702

Kec. Bajeng 2416.851 32480 1.6 51968 2070 1294

Kec. Barombong 1967.419 27035 1.6 43256 1767 1104Kec. Galesong Utara 579.247 4302 2.7 11615 462 171

Kec. Pol Utara 663.443 2110 8.07 17027 655 81

Kec.Bontomarannu 2153.197 27763 1.86 51639 1991 1070Sumber : Analisis 2013

Kesesuaian Lahan Permukiman

PERENCANAAN

Zonasi perencanaan lahan pertanian dan permukiman di DAS Jeneberang hilir

terbagi atas 2 zona yakni zona 1 merupakan zona pengembangan lahan pertanian,

zona 2 merupakan zona pengembangan lahan permukiman.

Beberapa konsep perencanaan pertanian yakni :

a. Luas lahan pertanian yang harus dipertahankan ialah minimal 520ha.

b. Letak rencanaan pertanian pangan mengikuti badan sungai, yakni lahan pertanian

diarahkan sebagai vegetasi di daerah sempadan sungai.

c. Rencana jaringan irigasi

Irigasi di lahan pertanian dengan mempertimbangkan keberadaan DAM Bili-bili dan beberapa

sungai dan anak sungai lainnya dalam mendukung sektor pertanian.

d. Pada lahan dengan topografi tinggi, lahan pertanian dibuat terassering.

1) Menambah stabilitas lereng

2) Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng)

3) Memperpanjang daerah resapan air

4) Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng

5) Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) 

Gambar : Terassering di Indonesia

e. Untuk lahan pada ZONA I yang masuk dalam kriteria kesesuain bersyarat

dilakukan pengeolahan lahan pertanian dengan menggunakan alat teknologi.

Gambar Penggunaan alat teknologi

1. ZONA II

ZONA II merupakan lahan yang diarahkan untuk pengembangan permukiman,

zona ini dipilih karena memiliki lahan yang sesuai untuk perencanaan kawasan

permukiman yakni topografi datar dan bebas dari daerah potensi bencana maka yang

masuk dalam zona perencanaan permukiman ialah kec. Bontomarannu.

Gambar Peta ZONA II

Beberapa konsep perencanaan permukiman di kec. Barombong dan Kec

Bontomarannu ialah :

a. Mengendalikan pertumbuhan penduduk sehingga daerah perencanaan akan

memiliki daya dukung lingkungan permukiman yang berkelanjutan, luas lahan

optimum kec. Bontomarannu 1070ha untuk lahan permukiman dengan total

jumlah penduduk yang dapat bermukim ialah 43256 jiwa.

b. Pada wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, badan sungai Jeneberang

direncanakan untuk membangun tanggul. Hal ini untuk meminimalisir dampak dari

kerusakan ekosistem sungai akibat aktifitas penduduk.

.

Gambar Kondisi ideal letak permukiman dari sempadan sungai.

c. Permukiman diarencanakan untuk tidak terdapat pada derah bencana banjir dan

longsor

Gambar : Ilustrasi Rencana Lahan Permukiman Diluar Kawasan Bencana

d. Untuk permukiman yang telah ada dan berada pada daerah potensi bencana

longsor dan banjir yang tinggi maka dilakukan.

1) Pembuatan sumur resapan, untuk meningkatkan daya serap air permukaan.

Gambar Penggunaan sumur resapan

2) Bangunan penahan longsor.

Bangunan ini berfungsi untuk menahan longsoran tanah pada tebing yang

sangat curam yang tidak mampu dikendalikan dengan cara vegetatife.

Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rencana Permukiman diluar dari kawasan rencana permukiman

Gambar : Penahan longsor

3) Bangunan dibuat dengan membuat teras-teras dan memperkuat

tampungannya dengan semen atau batu yang disusun, untuk mengalirkan air

maka dibuat saluran drainase dengan membuat lubang-lubang dengan pipa.

e. Membuat terassering untuk permukiman pada lereng yang terjal.

Gambar : Terassering pada permukiman

f. Jangan mencetak sawah pada lereng terjal dibagian atas didekat permukiman.

Gambar : persawahan dekat permukiman pada lereng terjal

g. Mengoptimalkan keberadaan dan fungsi permukiman yang ada dengan

mempertahankan dan meningkatkan kualitas bentuk bangunan dan kondisi rumah

yang sudah terbangun.