Bahan Poster
-
Upload
dwimentari1 -
Category
Documents
-
view
42 -
download
2
Transcript of Bahan Poster
DAS Jeneberang Hilir
Isu : Kerusakan DAS di Indonesia Terjadinya banjir dibeberapa daerah akibat
rusaknya DAS Perubahan lahan yang tidak sesuai.
Masalah: Tingginya tekanan penduduk Meningkatnya konversi lahan menjadi lahan
permukiman Terjadinya bencana alam di DAS Jeneberang Salah satu DAS kritis yang menjadi prioritas (RTRW
Kab Gowa)
Identifikasi karakteristik fisik lahan (Topografi, Jenis tanah dan batuan, tata guna lahan)
Identifikasi Fungsi kawasan(Kaw.Lindung, kaw. Penyangga, Kaw.
Budidaya)
Identifikasi potensi bencana(tinggi,sedang,rendaah dan Indikator bencana
banjir dan tanah longsor)
Identifikasi Kemampuan Wilayah
(luas lahan DAS, Jumlah penduduk)Identifikasi Daya Dukung Lingkungan
untuk sektor Pertanian(luas lahan, jumlah penduduk, KFM,, jumlah
produksi dan indikator kesesuaian lahan)
Identifikasi Daya Dukung Lingkungan untuk sektor Permukiman
(jumlah penduduk, koefisien luas kebutuhan dan indikator kesesuaian
lahan)
Perencanaan pmanfaatan lahan untuk pertanian
(Zonasi , Fungsi kawasan, Potensi Bencana dan daya kemampuan wilayah)
Perencanaan pemanfaatan lahan untuk permukiman
(Zonasi , Fungsi kawasan, Potensi Bencana dan daya kemampuan wilayah)
Latar Belakang
Analisis
Perencanaan
Deskriptif
Spasial
Kemampuan Lahan
KERANGKA
Variabel Perencanaan
Variable merupakan karakteristik atau keadaan/kondisi pada suatu objek yang
mempunyai variasi nilai yang secara umum dapat dinyatakan sebagai operasionalisasi
dari konsep.
Tabel 3.1 Variabel Perencanaan
Tujuan Penelitian Kebutuhan Data Jenis Data
Variabel Metode Analisis Keluaran (Out Put)
Mengidentifikasikan karakteristik fisik lahan pada DAS Jeneberang hilir.
Peta kondisi eksistingPeta topografiKondisi fisik Lahan Primer,
sekunder
Sumber daya lahan Topografi Jenis Batuan Jenis Tanah Tata guna lahan
Identifikasi karakteristim fisik Karakteristik fisik.
Mengidentifikasi fungsi kawasan dan potensi bencana di kawasan DAS Jeneberang hilir.
Karakteristik fisik lokasi studi
Peta tata guna lahanPeta curah hujan,
kemiringan lereng dan jenis tanah
Primer, sekunder
Fungsi Kawasan
1. Lindung.2. Penyangga.3. Budidaya.Potensi Bencana
1. Tinggi2. Sedang3. Rendah
Indikator potensi bencana
Pemetaan (analisis spasial) fungsi kawasan dan potensi bencana banjir dan longsor dengan menggunakan Arcgis 10.1
Pengelompokkan fungsi kawasan
Potensi bencana di kawasan DAS
Mengidentifikasikan kemampuan wilayah DAS Jeneberang hilir
Karakteristik fisik DAS Jenebrang hilir
Luas DAS Jeneberang hilir
Luas lahan pertanian dan permukiman.
Jumlah panen pertanian pangan
Primer, Sekunder
1. Luas lahan DAS2. Jumlah penduduk3. Luas lahan
pertanian4. Hasil panen5. Indikator
kesesuaian lahan
1. Menilai dengan menggunakan rumus daya tampung DAS.
2. Menilai dengan menggunakan rumus daya dukung lingkungan pertanian dan daya dukung lingkungan permukiman.
3. Pemetaan (analisis spasial) kesesuaian lahan dengan menggunakan Arcgis 10.1
Daya tampung wilayahDaya dukung lingkungan
pertanianDaya dukung lingkungan
permukimanKesesuaian lahan
Tujuan Penelitian Kebutuhan Data Jenis Data
Variabel Metode Analisis Keluaran (Out Put)
Merumuskan perencanaan pemanfaatan lahan pada DAS Jeneberang hilir pada sektor pertanian dan permukiman
Identifikasi karakteristik fisik.
Hasil identifikasi fungsi kawasan dan potensi bencana
Hasil identifikasi kemampuan lahan
PrimerSekunder
Fungsi kawasan Potensi Bencana Daya kemampuan
wilayah
Penzoningan pemanfaatan lahan berdasarkan fungsi kawasan, potensi bencana, daya tampung wilayah, dukung lingkungan dan kesesuaian lahan.
Perencanaan pemanfataan lahan DAS Jeneberang hilir yang sesuai dengan kemampuan Daya Dukung Wilayah DAS Jeneberang hilir untuk pengembangan permukiman dan pertanian.
GAMBARAN UMUM DAS JENEBERANG HILIR
Hilir
Tengah
Gambar : Peta DAS Terpadu Jeneberang-Bilawalanae Gambar : Peta Administrasi DAS Jeneberang
ANALSIS1. Identifikasi Karakteristik Fisik DAS Jeneberang Hilir
Gambar : Peta DAS Terpadu Jeneberang-Bilawalanae Gambar : Peta Administrasi DAS Jeneberang
Kondisi eksisting sempadan dan Bantaran sungai
Pada sungai Jeneberang, terdapat 2 bentuk sempadan sungai yakni sungai
bertanggul dan tidak bertanggul. Untuk sungai bertanggul, bantaran sungai ada yang
ditanami vegetasi ada juga yang air sungai langsung berbatasan dengan badan
tanggul. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gamabr 5.11 : Potongan sungai bertanggul 1
Sumber : Analisis 2013
Gamabr 5.12: Potongan sungai bertanggul 2.
Sumber : Analisis 2013
Untuk sempadan sungai tidak bertanggul terbagi atas dua bentuk yakni sungai
yang langsung berbatasan dengan permukiman penduduk dan sungai yang memiliki
bantaran (daerah milik air). Sepanjang sungai yang tidak memiliki bantaran sungai
yakni badan air yang langsung berbatasan dengan kaki tanggul (lihat gambar )
sehingga ketika debit air meningkat pada musim hujan, air sungai akan dengan cepat
meluap ke sempadan sungai dan permukiman penduduk.
Gambar 5.13 : Potongan sungai tidak bertanggul, bantaran sebagai
permukiman
Sumber : Analisis 2013
Gambar 5.14 : Potongan sungai tidak bertanggul, bantaran sbagai
permukiman
Sumber : Analisis 2013
Analisis Fungsi Kawasan dan Potensi Bencana
Fungsi Kawasan
Analsis Daya Dukung Wilayah
Daya dukung lingkungan pertanian
Perhitungan daya dukung wilayah utnuk pertanian menggunakan formula
sebagai berikut :
Ʈ= Lp/PdKFM /Pr
Keterangan :
Ʈ = Daya dukung wilayah pertanian
Lp = Luas lahan panen (ha)
Pd = Jumlah penduduk (jiwa)
KFM = Kebutuhan Fisik minimum (kg/kapita/tahun)
Pr = Produksi lahan rata-rata per hektar (kg/ha)
No Kecamatan
Luas Lahan
Pertanian (Pangan)
(ha)
Jumlah Pendud
uk
KFM (Kg/kapita/ta
hun)
rata-rata Produksi (kg/ha)
Ʈ Ket
1 Pallangga 2873 66491 480 604000 54 Tinggi
2 Bajeng 1545 32480 480 325000 32 Tinggi
3 Barombong 1474 27035 480 310000 35 Tinggi
4 Bontoala 0 13257 480 0 0 Rendah
5 Galesong Utara 470 4302 480 81000 18 Tinggi
6 Mamajang 0 38070 480 0 0 Rendah
7 Mariso 853 51003 480 162000 5 Tinggi
8 Panakukang 0.99 657 480 5000 0.01 Rendah
9 Polongbangkeng 590 2110 480 96000 55 Tinggi
10 Sombaopu 435 79620 480 91000 1.03 Tinggi
11 Tamalate 100 128329 480 5000 0.008 Rendah
12 Ujung Pandang 0 31265 480 0 0 Rendah
13 Wajo 0 25496 480 0 0 Rendah
14 Bontomarannu 188.442 27763 480 39000 0.5 Rendah
Kesesuaian Lahan pertanian
Daya Dukung Lingkungan Permukiman
Daya dukung permukiman dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
DDPm = LPm/JPα
Keterangan :
DDPm = Daya dukung permukiman
JP = Jumlah Penduduk
α = Koefisien luas kebutuhan ruang /kapita (m2/kapita).
LPm = Luas lahan permukiman yang sesuai
Tabel Daya dukung lingkungan permukiman
Kec Pada DASLuas (ha)
Jumlah penduduk
α (m2
)
LPm DDPLKet
Kec Palangga 5586.704 66491 26 4594 1.7 Tinggi
Kec. Bajeng 2416.851 32480 26 2070 1.6 Tinggi
Kec. Barombong 1967.419 27035 26 1767 1.6 Tinggi
Kec. Bontoala 46.454 13257 26 46 0.09 Rendah
Kec. Galesong Ut 579.247 4302 26 462 2.7 Tinggi
Kec. Mamajang 224.137 38070 26 202 0.13 Rendah
Kec. Mariso 1626.021 51003 26 1308 0.6 Rendah
Kec. Panakukang 19.303 657 26 19 0.76 Rendah
Kec. Pol Utara 663.443 2110 26 655 8.07 Tinggi
Kec. Sombaopu 826.149 79620 26 669 0.2 Rendah
Kec. Tamalate 759.981 128329 26 658 0.13 Rendah
Kec. Ujungpandan 301.425 31265 26 199 0.16 Rendah
Kec. Wajo 96.775 25496 26 57 0.05 Rendah
Kec.Bontomarannu 2153.197 27763 26 1991 1.86 Tinggi
Tabel 5.5 Jumlah penduduk optimum dan Luas lahan permukiman optimum
Kec Pada DAS Luas (ha) Jumlah penduduk DDPm Jpo (orang)
(JPXDDPL)LPm LPmo (ha)
(1/DDPmXLPm)
Kec Palangga 5586.704 66491 1.7 113034 4594 2702
Kec. Bajeng 2416.851 32480 1.6 51968 2070 1294
Kec. Barombong 1967.419 27035 1.6 43256 1767 1104Kec. Galesong Utara 579.247 4302 2.7 11615 462 171
Kec. Pol Utara 663.443 2110 8.07 17027 655 81
Kec.Bontomarannu 2153.197 27763 1.86 51639 1991 1070Sumber : Analisis 2013
Kesesuaian Lahan Permukiman
PERENCANAAN
Zonasi perencanaan lahan pertanian dan permukiman di DAS Jeneberang hilir
terbagi atas 2 zona yakni zona 1 merupakan zona pengembangan lahan pertanian,
zona 2 merupakan zona pengembangan lahan permukiman.
Beberapa konsep perencanaan pertanian yakni :
a. Luas lahan pertanian yang harus dipertahankan ialah minimal 520ha.
b. Letak rencanaan pertanian pangan mengikuti badan sungai, yakni lahan pertanian
diarahkan sebagai vegetasi di daerah sempadan sungai.
c. Rencana jaringan irigasi
Irigasi di lahan pertanian dengan mempertimbangkan keberadaan DAM Bili-bili dan beberapa
sungai dan anak sungai lainnya dalam mendukung sektor pertanian.
d. Pada lahan dengan topografi tinggi, lahan pertanian dibuat terassering.
1) Menambah stabilitas lereng
2) Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng)
3) Memperpanjang daerah resapan air
4) Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng
5) Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off)
Gambar : Terassering di Indonesia
e. Untuk lahan pada ZONA I yang masuk dalam kriteria kesesuain bersyarat
dilakukan pengeolahan lahan pertanian dengan menggunakan alat teknologi.
Gambar Penggunaan alat teknologi
1. ZONA II
ZONA II merupakan lahan yang diarahkan untuk pengembangan permukiman,
zona ini dipilih karena memiliki lahan yang sesuai untuk perencanaan kawasan
permukiman yakni topografi datar dan bebas dari daerah potensi bencana maka yang
masuk dalam zona perencanaan permukiman ialah kec. Bontomarannu.
Gambar Peta ZONA II
Beberapa konsep perencanaan permukiman di kec. Barombong dan Kec
Bontomarannu ialah :
a. Mengendalikan pertumbuhan penduduk sehingga daerah perencanaan akan
memiliki daya dukung lingkungan permukiman yang berkelanjutan, luas lahan
optimum kec. Bontomarannu 1070ha untuk lahan permukiman dengan total
jumlah penduduk yang dapat bermukim ialah 43256 jiwa.
b. Pada wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, badan sungai Jeneberang
direncanakan untuk membangun tanggul. Hal ini untuk meminimalisir dampak dari
kerusakan ekosistem sungai akibat aktifitas penduduk.
.
Gambar Kondisi ideal letak permukiman dari sempadan sungai.
c. Permukiman diarencanakan untuk tidak terdapat pada derah bencana banjir dan
longsor
Gambar : Ilustrasi Rencana Lahan Permukiman Diluar Kawasan Bencana
d. Untuk permukiman yang telah ada dan berada pada daerah potensi bencana
longsor dan banjir yang tinggi maka dilakukan.
1) Pembuatan sumur resapan, untuk meningkatkan daya serap air permukaan.
Gambar Penggunaan sumur resapan
2) Bangunan penahan longsor.
Bangunan ini berfungsi untuk menahan longsoran tanah pada tebing yang
sangat curam yang tidak mampu dikendalikan dengan cara vegetatife.
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Rencana Permukiman diluar dari kawasan rencana permukiman
Gambar : Penahan longsor
3) Bangunan dibuat dengan membuat teras-teras dan memperkuat
tampungannya dengan semen atau batu yang disusun, untuk mengalirkan air
maka dibuat saluran drainase dengan membuat lubang-lubang dengan pipa.
e. Membuat terassering untuk permukiman pada lereng yang terjal.
Gambar : Terassering pada permukiman
f. Jangan mencetak sawah pada lereng terjal dibagian atas didekat permukiman.