Bahan Poster Malaria.pdf

26
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Malaria Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki endemisitas tinggi. 13 Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria. 14,15 Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium ovale. 4 Universitas Sumatera Utara

description

promkes

Transcript of Bahan Poster Malaria.pdf

Page 1: Bahan Poster Malaria.pdf

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus

Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan)

nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki

endemisitas tinggi. 13

Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada

selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah Yunani

pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk

kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit

dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun

1883 Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih

mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh

Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick

Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria. 14,15

Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua

peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada

manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897

seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab

malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William Watson

Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium ovale.4

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Bahan Poster Malaria.pdf

Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara, terutama di

kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria bukan hanya

permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah sosial-ekonomi,

seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.13

2.2. Agent Penyakit Malaria

Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan

order Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:

2.2.1. Plasmodium falciparum

Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas)

atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan

demam setiap hari.

2.2.2. P. vivax

Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna

(jinak).

2.2.3. P. malariae

Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.

2.2.4. P. ovale

Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat,

menyebabkan malaria ovale..15,16

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Bahan Poster Malaria.pdf

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium.

Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak

dua jenis parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P.

malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini

jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka

penularannya.17

Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya

gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untukP. vivax dan P.

ovale, dan 7-30 hari untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-

10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui

transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan

biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis pengobatan yang tidak

adekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan

memanjangnya masa inkubasi.6

P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang

paling berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi

manusia, yaitu P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Saat ini, P. falciparum merupakan

salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak diteliti. Hal tersebut karena

spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Bahan Poster Malaria.pdf

2.3. Patogenesis Malaria

Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi

pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga

faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis

malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat ,yaitu malaria dengan

komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang

paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.10

Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada

berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis

plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah penting

adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat

mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan

diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid atau hepatitis, terlebih untuk

daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Parasite Incidence –nya

rendah.18

2.4. Gejala Malaria

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan

demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita

bebas sama sekali dari demam. Gejala klinis malaria antara lain sebagai berikut.8

a. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.

b. Nafsu makan menurun.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Bahan Poster Malaria.pdf

c. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.

d. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan

plasmodium Falciparum.

e. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.

f. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.

g. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang

menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia)

serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.

Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu: 17

a. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium kedinginan, stadium

panas, dan stadium berkeringat

b. Splenomegali (pembengkakan limpa)

c. Anemi yang disertai malaise

Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga

tingkatan, yaitu:10

2.4.1. Stadium dingin

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.

Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam

pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya

pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada

anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1

jam.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Bahan Poster Malaria.pdf

2.4.2. Stadium Demam

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.

Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala dan

muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus

dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung

antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah

matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.

Pada P. vivax dan P. ovale skizon-skizon dari setiap generasi menjadi

matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari

serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini.

Pada P. malaria, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P.

ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti oleh periode

laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat

kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.

2.4.3. Stadium Berkeringat

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai

tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai

dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari

tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2

sampai 4 jam.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Bahan Poster Malaria.pdf

Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita,

tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat

biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum.

Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan skizon)

untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal

sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh

tersebut.

Gejala berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal.

Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadang–kadang gejalanya

mirip kolera atau disentri. Black water fever yang merupakan gejala berat adalah

munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni menjadi

merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-

muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya

dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan

infeksi yang cukup berat.8

Secara klasik demam terjadi setiap dua hari untuk parasit tertiana (P.

falciparum, P. vivax, dan P. ovale) dan setiap tiga hari untuk parasit quartan (P.

malariae). CDC (2004) dalam Sembel (2009) mengemukakan bahwa karakteristik

parasit malaria dapat mempengaruhi adanya malaria dan dampaknya terhadap

populasi manusia. P. falciparum lebih menonjol di Afrika bagian selatan Sahara

dengan jumlah penderita yang lebih banyak, demikian juga yang meninggal

dibandingkan dengan daerah-daerah tempat parasit yang lain lebih menonjol. P. vivax

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Bahan Poster Malaria.pdf

dan P. ovale memiliki tingkatan hynozoites yang dapat tetap dorman dalam sel hati

untuk jangka waktu tertentu (bulan atau tahun) sebelum direaktivasi dan menginvasi

darah. P. falciparum dan P. vivax kemungkinan mampu mengembangkan

ketahanannya terhadap obat antimalaria.4

2.5. Penularan Malaria

Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium

melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu

daerah dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anopheles

yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat

juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi

darah, suntikan atau melalui plasenta (malaria congenital).6

Dikenal adanya berbagai cara penularan malaria:

2.5.1. Penularan secara alamiah (natural infection)10

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang

infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap

bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang

dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui

gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Bahan Poster Malaria.pdf

2.5.2. Penularan yang tidak alamiah17

a. Malaria bawaan (congenital)

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria.

Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang

infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.

b. Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan

melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan

jarum suntik yang tidak steril.

c. Secara oral (melalui mulut)

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium)

burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).

Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia

lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagi

simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh penyakit malaria, belum diketahui ada

hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodium yang biasanya menyerang

manusia.

Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan

P. ovale semuanya ditularkan oleh nyamuk anopheles. Nyamuk yang menjadi vektor

penular malaria adalah Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles

barbirostris, Anopheles subpictus, dan sebagainya.19

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Bahan Poster Malaria.pdf

Vektor malaria yang dominan terhadap penularan malaria di Indonesia adalah

sebagai berikut:

i. Wilayah Indonesia Timur, yaitu Papua, Maluku, dan Maluku Utara, di

wilayah pantai adalah An. subpictus, An. farauti, An. koliensis dan An.

punctulatus sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. farauti.

ii. Wilayah Indonesia Tengah, yaitu Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, NTT

dan NTB, vektor yang berperan di daerah pantainya adalah An. subpictus, An.

barbirostris. Khusus di NTB adalah An. subpictus dan An. sundaicus.

Sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. barbirostris, An. flavirostris,

An letifer. Khusus wilayah Kalimantan, selain Anopheles tersebut di atas juga

An. balabacencis.

iii. Untuk daerah pantai di wilayah Sumatera, An. sundaicus; daerah pegunungan

An. leucosphyrus, An. balabacencis, An. sinensis, dan An. maculatus.

iv. Wilayah Pulau Jawa. Vektor yang berperan di daerah pantai adalah An.

sundaicus dan An. subpictus dan di pegunungan adalah An. maculatus, An.

balabacencis dan An. aconitus.10

2.6. Epidemiologi Penyakit Malaria

2.6.1. Distribusi Frekuensi Malaria

a. Orang

Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting, oleh

karena penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di luar

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Bahan Poster Malaria.pdf

Jawa dan Bali. Epidemi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah dengan

angka kematian yang lebih tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang

dewasa.8

Penelitian Yulius (2007) dengan desain case series di Kabupaten Bintan

Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384 penderita malaria, 243 orang (63,3%)

laki-laki dan 141 orang (36,7%) perempuan, kelompok umur 5-14 tahun 23 orang

(6%), 15-44 tahun 326 orang (84,9%), dan >45 tahun 35 orang (9,1%).20

Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006) tahun 1999 di

Kabupaten Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang

diteliti, 44% berasal dari pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada

PNS/TNI/POLRI.21

Penelitian Sunarsih, dkk tahun 2004-2007 dengan desain kasus kontrol,

kasus malaria di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang banyak

diderita responden berumur 21-25 tahun (17,6%), umur 36-40 tahun (14,7%). Namun

secara keseluruhan fenomena tersebut menunjukkan bahwa penyakit malaria

menyerang hampir seluruh kelompok umur, 80 orang mempunyai jenis kelamin laki-

laki (58,8%), perempuan 41,2% (56 orang).22

b. Tempat

Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS

(Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan

laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Bahan Poster Malaria.pdf

Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari

daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik.6

Malaria di suatu daerah dikatakan endemik apabila kesakitannya yang

disebabkan oleh infeksi alamiah, kurang lebih konstan selama beberapa tahun

berturut-turut. Berdasarkan hasil Spleen Rate (SR), yaitu persentase penduduk yang

limpanya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa pada kelompok umur2-9

tahun, suatu daerah dapat diklasifikasikan menjadi 4 tingkat endemisitas : 17

i. Hipoendemik SR < 10%

ii. Mesoendemik SR 11-50%

iii. Hiperendemik SR > 50% (SR dewasa tinggi > 25 %)

iv. Holoendemik SR >75 % (SR dewasa rendah).

Berdasarkan AMI, daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi :10

i. Low Malaria Incidence, AMI < 10 kasus per 1.000 penduduk

ii. Medium, AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk

iii. High, AMI > 50 kasus per 1.000 penduduk

Penelitian Ahmadi, dkk tahun 2008 di di Desa Lubuk Nipis Kecamatan

Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa dari 54 responden, yang

positif malaria terdapat 53 (98,1 %) responden yang mempunyai tempat tinggal

dengan jarak kurang dari 200 m dari hutan/kebun/semak-semak/sawah dan 1 (1,9 %)

responden yang mempunyai tempat tinggal yang berjarak lebih dari 200 m.

Digunakan jarak 200 m adalah karena 200 m adalah jarak terbang maksimum

nyamuk.23

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Bahan Poster Malaria.pdf

c. Waktu

Menurut data Profil Dinkes Sumut dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006),

di Propinsi Sumatera Utara terjadi kasus malaria klinis rata-rata 82.405 per tahun

(selama tahun 1996-2000). Penyakit malaria sampai saat ini menduduki rangking ke-

7 dari 10 penyakit terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data laporan

bulanan malaria, kejadian malaria di Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan Annual

Malaria Incidence (AMI) terjadi peningkatan malaria, yaitu dari 12,8 ‰ tahun 2003

meningkat menjadi 14,3 ‰ tahun 2004 dan 25,4 ‰ tahun 2005.21

2.6.2. Determinan Malaria

Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : Host (umumnya

manusia), Agent (penyebab penyakit) dan Environment (lingkungan).17

a. Faktor Host

Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host yakni

manusia sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual parasit terjadi) dan

nyamuk anopheles betina sebagai host definitive (tempat siklus seksual parasit

berlangsung).

a.1. Manusia (Host Intermediate)

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat

terkena malaria. Setiap orang rentan terhadap penularan kecuali pada mereka yang

mempunyai galur genetika spesifik. Toleransi atau daya tahan terhadap munculnya

gejala klinis ditemukan pada penduduk dewasa yang tinggal di daerah endemis

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Bahan Poster Malaria.pdf

dimana gigitan nyamuk anopheles berlangsung bertahun-tahun.Faktor-faktor yang

berpengaruh pada manusia ialah:

a.1.1. Kekebalan / Imunitas

Kekebalan pada penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai adanya

kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau

membatasi perkembangbiakannya. Ada dua macam kekebalan, yaitu kekebalan

alamiah dan kekebalan yang didapat. Kekebalan alamiah timbul tanpa memerlukan

infeksi lebih dahulu. Kekebalan yang didapat ada yang merupakan kekebalan aktif

sebagai akibat dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi, dan ada juga kekebalan pasif

didapat melalui pemindahan antibodi dari ibu kepada anak atau pemberian serum dari

seseorang yang kebal penyakit.

Penelitian Karunaweera dkk tahun 1998 di Srilanka, penderita malaria di

daerah endemis memiliki densitas parasit yang lebih rendah (mean=0,06%) daripada

yang tidak di daerah endemis (mean=0.12%).24

Faktor imunitas berperan penting menentukan beratnya infeksi. Hal tersebut

dibuktikan pada penduduk di daerah endemis. Pada penduduk di daerah endemis

ditemukan parasitemia berat namun asimtomatik, sebaliknya pasien non-imun dari

daerah non-endemis lebih mudah mengalami malaria berat. Hal ini mungkin

dikarenakan pada individu di daerah endemis imun sudah terbentuk antibody

protektif yang dapat membunuh parasit atau menetralkan toksin parasit.7

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Bahan Poster Malaria.pdf

a.1.2. Umur dan Jenis Kelamin

Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan wanita atau pada

berbagai kelompok umur sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti

pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan lain-lain.

Penelitian Askling, dkk tahun 1997-2003 di Swedia dengan desain penelitian

kasus kontrol menunjukkan bahwa wisatawan penderita malaria kemungkinan 1,7

dan 4,8 kali adalah pria dan anak-anak umur <1-6 tahun dibandingkan dengan

wisatawan yang tidak menderita malaria dengan nilai OR 1,7 (95% CI:1,3–2,3) dan

OR 4,8 (95% CI:1,5–14,8).25

a.1.3. Status Gizi

Faktor nutrisi mungkin berperan terhadap malaria berat. Menurut Nugroho

dalam Harijanto, dkk (2009), malaria berat sangat jarang di temukan pada anak-anak

malnutrisi.10

Penelitian Nyakeriga tahun 2004 di Kenya dengan desain penelitan kohort,

diketahui bahwa insidens malaria klinis secara signifikan lebih rendah pada anak-

anak yang menderita defisiensi zat besi dengan Relative Risk (RR) 0,7 (95% CI:0,51–

0,99).26 Defisiensi besi, riboflavin, para-amino-benzoic acid (PABA) mungkin

mempunyai efek protektif terhadap malaria berat, karena menghambat pertumbuhan

parasit.10

Penelitian dengan desain kasus kontrol oleh Siswanto dan Sidia di RSU

Sumbawa tahun 1997 tentang gambaran klinik penderita malaria yang dirawat di

bagian anak RSU Sumbawa, dari 106 penderita, 66% termasuk kategori gizi baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Bahan Poster Malaria.pdf

Dari 24 penderita malaria berat, 70,8% termasuk gizi baik, 25,0% gizi kurang dan

4,2% termasuk gizi buruk.27

a.2. Nyamuk (Host Definitive)

Penelitian Friaraiyatini, dkk tahun 2005, spesies nyamuk yang diidentifikasi

berperan dalam penularan malaria di Kabupaten Barito Selatan adalah Anopheles

latifer (56,9 %) mulai menggigit manusia mulai jam 18.00, Anopheles maculatus

(32,8 %) mulai menggigit manusia mulai jam 19.00, dan Anopheles balabacensis

(10,3 %) mulai menggigit manusia jam 20.00 waktu setempat. Puncak aktivitas

gigitan nyamuk terjadi pada jam 22.00 waktu setempat.28

a.2.1. Perilaku nyamuk4

Beberapa perilaku nyamuk yang penting, yaitu tempat hinggap atau istirahat

(di luar atau dalam rumah), tempat menggigit (di luar atau dalam rumah), objek yang

digigit (manusia atau manusia). Nyamuk anopheles hanya mengigit satu orang setiap

kali mengisap darah, berbeda dengan nyamuk aedes yang bisa menggigit banyak

orang saat mengisap darah.

a.2.2. Umur nyamuk (longevity)

Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit dalam tubuh nyamuk

menjadi sporozoit yakni bentuk parasit yang siap menginfeksi manusia sehat. Apabila

umur nyamuk lebih pendek dari proses sporogoni, yakni replikasi parasit dalam tubuh

nyamuk (sekitar 5 hingga 10 hari), maka dapat dipastikan nyamuk tersebut tidak

dapat menjadi vektor.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Bahan Poster Malaria.pdf

a.2.3. Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit

Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi

kapasitas perut nyamuk itu sendiri. Perut bisa meletus dan mati karenanya.

a.2.4. Frekuensi menggigit manusia

Semakin sering seekor nyamuk yang membawa sporozoit dalam kelenjar

ludahnya, semakin besar kemungkinan nyamuk berperan sebagai vektor penular

penyakit malaria.

a.2.5. Siklus gonotrofik

Waktu yang diperlukan untuk matangnya telur sebagai indikator untuk

mengukur interval menggigit nyamuk pada objek yang digigit (manusia).

b. Faktor Agent

Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan

ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:

b.1. Plasmodium vivax

b.2. Plasmodium malariae

b.3. Plasmodium ovale

b.4. Plasmodium falciparum.6

Penelitian Yasinzai dan Kakarsulemankhel tahun 2004-2006 di Barkhan dan

Kohlu Pakistan dari 3340 kasus suspek malaria, 1095 (32.78%) ditemukan positif

parasit malaria pada sediaan darah. Dari kasus positif, 579 (52.87%) didentifikasi

sebagai infeksi P. falciparum dan 516 (47.12%) kasus P. vivax. Tidak ditemukan

kasus infeksi P. malariae dan P. ovale.29

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Bahan Poster Malaria.pdf

c. Faktor Environment

Penelitian Suwito, dkk, tahun 2005 di Puskesmas Benteng Bangka Belitung

dengan desain penelitian kasus kontrol, diperoleh bahwa adanya rawa-rawa di sekitar

lingkungan rumah juga merupakan faktor risiko kejadian malaria. Hasil analisis

diperoleh nilai OR 2,6 (95% CI: 1,08-6,14). Artinya responden yang menderita

malaria 2,6 kali kemungkinan di sekitar rumahnya terdapat rawa-rawa dibandingkan

dengan responden yang tidak menderita malaria.30

Penelitian Sunarsih, dkk dengan desain kasus kontrol tahun 2004-2007 di

wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang , faktor lingkungan yang

mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian malaria adalah keberadaan

genangan air di sekitar rumah dengan OR 3,267 (95% CI:1,600 – 6,671). Kuatnya

asosiasi ini didukung hasil uji multivariat dengan nilai OR 3,445 (95% CI:1,550 –

7,661). Artinya, responden yang menderita malaria kemungkinan 3,445 kali memiliki

genangan air di sekitar rumah dibandingkan yang tidak menderita malaria.22

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan

nyamuk berada, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia,

lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.17

c.1. Lingkungan fisik meliputi :

c.1.1. Suhu udara, sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau

masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin

pendek masa inkubasi ekstrinsik.

c.1.2. Kelembaban udara, kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Bahan Poster Malaria.pdf

c.1.3. Hujan, hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan

berkembangbiakan anopheles.

c.1.4. Angin, jarak terbang nyamuk dapat diperpendek arau diperpanjang tergantung

kepada arah angin.

c.1.5. Sinar matahari, pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk

berbeda-beda.

c.1.6. Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan denga air yang statsi

atau mengalir sedikit, sedangkan An. minimus menyukai aliran air cukup

deras.

c.2. Lingkungan kimiawi, dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya

adalah kadar garam dari tempat perindukan.

c.3. Lingkungan biologik, tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis

tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena

dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan

makhluk hidup lain.

c.4. Lingkungan sosial budaya, kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut

malam, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik (lebih suka hinggap/ istirahat

di luar rumah) dan eksofagik (lebih suka menggigit di luar rumah) akan

memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan kelambu, kawat kasa dan

repellent akan mempengaruhi angka kesakitan malaria dan pembukaan lahan

dapat menimbulkan tempat perindukan buatan manusia sendiri (man made

breeding places).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Bahan Poster Malaria.pdf

2.7. Pencegahan Malaria

2.7.1. Pencegahan Primer

a. Tindakan terhadap manusia14

a.1. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan

kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis.

Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko

terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda

malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat

perindukan.

a.2. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan

pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.

a.3. Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan nyamuk dengan

menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat

penolak nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan

malaria.

a.4. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja

sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit.

b. Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp)6

Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif mengurangi

paparan dengan nyamuk, namun tidak dapat menghilangkan sepenuhnya risiko

terkena infeksi. Diperlukan upaya tambahan, yaitu kemoprofilaksis untuk mengurangi

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Bahan Poster Malaria.pdf

risiko jatuh sakit jika telah digigit nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat antimalaria

yang saat ini digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin, meflokuin (belum

tersedia di Indonesia), doksisiklin, primakuin dan sebagainya. Dosis kumulatif

maksimal untk pengobatan pencegahan dengan klorokuin pada orang dewasa adalah

100 gram basa.

Untuk mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang yang

berkunjung ke daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap minggu; mulai minum

obat 1-2 minggu sebelum mengadakan perjalanan ke endemis malaria dan dilanjutkan

setiap minggu selama dalam perjalanan atau tinggal di daerah endemis malaria dan

selama 4 minggu setelah kembali dari daerah tersebut.

Pengobatan pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih dari 12-20 minggu

dengan obat yang sama. Bagi penduduk yang tinggal di daerah risiko tinggi malaria

dimana terjadi penularan malaria yang bersifat musiman maka upaya pencegahan

terhadap gigitan nyamuk perlu ditingkatkan sebagai pertimbangan alternatif terhadap

pemberian pengobatan profilaksis jangka panjang dimana kemungkinan terjadi efek

samping sangat besar.

c. Tindakan terhadap vektor31

c.1. Pengendalian secara mekanis

Dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak serangga dimusnahkan,

misalnya dengan mengeringkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk.

Termasuk dalam pengendalian ini adalah mengurangi kontak nyamuk dengan

manusia, misalnya memberi kawat nyamuk pada jendela dan jalan angin lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Bahan Poster Malaria.pdf

c.2. Pengendalian secara biologis

Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup

yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau

pemangsa serangga. Dengan pengendalian secara biologis ini, penurunan populasi

nyamuk terjadi secara alami tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan ekologi.

Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk

jantan sehingga steril dan tidak mampu membuahi nyamuk betina. Pada saat ini

sudah dapat dibiakkan dan diproduksi secara komersial berbagai mikroorganisme

yang merupakan parasit nyamuk. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri

yang banyak digunakan, sedangkan Heterorhabditis termasuk golongan cacing

nematode yang mampu memeberantas serangga.

Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan oleh masyarakat yang

memiliki temak lembu, kerbau, babi. Karena nyamuk An. aconitus adalah nyamuk

yang senangi menyukai darah binatang (ternak) sebagai sumber mendapatkan darah,

untuk itu ternak dapat digunakan sebagai tameng untuk melindungi orang dari

serangan An. aconitus yaitu dengan menempatkan kandang ternak diluar rumah

(bukan dibawah kolong dekat dengan rumah).

c.3. Pengendalian secara kimiawi

Pengendalaian secara kimiawi adalah pengendalian serangga mengunakan

insektisida. Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan kimiayang bersifat sebagai

pembunuh serangga yang dapat diproduksi secara besar-besaran, maka pengendalian

serangga secara kimiawi berkembang pesat..

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Bahan Poster Malaria.pdf

2.7.2. Pencegahan Sekunder

a. Pencarian penderita malaria10

Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita

malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis

(mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis Test)) dan secara pasif dengan cara

malakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus malaria.

b. Diagnosa dini

b.1. Gejala Klinis

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita

tentang keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit

kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan

bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah

endemis malaria, riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu bulan

terakhir, riwayat mendapat transfusi darah. Selain itu juga dapat dilakukan

pemeriksaan fisik berupa :

b.1.1. Demam (pengukuran dengan thermometer ≥37.5 °C)

b.1.2. Anemia

b.1.3. Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali)

b.2. Pemeriksaan Laboratorium

b.2.1. Pemeriksaan mikroskopis

b.2.2. Tes Diagnostik Cepat (RDT, Rapid Diagnostic Test)

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Bahan Poster Malaria.pdf

b.3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,

meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit dan

trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan foto toraks,

EKG (Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.

c. Pengobatan yang tepat dan adekuat

Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat

disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit.

Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam

tubuh manusia seumur hidup. Sejak 1638, malaria diobati dengan ekstrak kulit

tanaman cinchona. bahan ini sangat beracun tetapi dapat menekan pertumbuhan

protozoa dalam darah. Saat ini ada tiga jenis obat anti malaria, yaitu Chloroquine,

Doxycyline, dan Melfoquine. Tanpa pengobatan yang tepat akan dapat mengakibatkan

kematian penderita. Pengobatan harus dilakukan 24 jam sesudah terlihat adanya

gejala.4

Pengobatan spesifik untuk semua tipe malaria:

c.1. Pengobatan untuk mereka yang terinfeksi malaria adalah dengan menggunakan

chloroquine terhadap P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale yang

masih sensitif terhadap obat tersebut.

c.2. Untuk pengobatan darurat bagi orang dewasa yang terinfeksi malaria dengan

komplikasi berat atau untuk orang yang tidak memungkinkan diberikan obat

peroral dapat diberikan obat Quinine dihydrochloride.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Bahan Poster Malaria.pdf

c.3. Untuk infeksi malaria P. falciparum yang didapat di daerah dimana ditemukan

strain yang resisten terhadap chloroquine, pengobatan dilakukan dengan

memberikan quinine.

c.4. Untuk pengobatan infeksi malaria P. vivax yang terjadi di Papua New Guinea

atau Irian Jaya (Indonesia) digunakan mefloquine.

c.5. Untuk mencegah adanya infeksi ulang karena digigit nyamuk yang mengandung

malaria P. vivax dan P. ovale berikan pengobatan dengan primaquine.

Primaquine tidak dianjurkan pemberiannya bagi orang yang terkena infeksi

malaria bukan oleh gigitan nyamuk (sebagai contoh karena transfusi darah) oleh

karena dengan cara penularan infeksi malaria seperti ini tidak ada fase hati.4

2.7.3. Pencegahan Tertier

a. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria10

Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria berat karena

infeksi P. falciparum. Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari kelainan

kesadaran sampai gangguan fungsi organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip

penanganan malaria berat:

a.1. Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin

a.2. Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi

ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas.

a.3. Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk

mencegah memburuknya fungsi organ vital.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Bahan Poster Malaria.pdf

b. Rehabilitasi mental/ psikologis

Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril kepada

penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan

rujukan pada penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.

Universitas Sumatera Utara