bahan plkh 1

download bahan plkh 1

of 24

Transcript of bahan plkh 1

KEJAKSAAN DALAM SISTEM PERADILANKejaksaan merupakan bagian (Sub Sistem)

dari sistem Peradilan di Indonesia, antara lain mempunyai tugas dibidang pidana sebagai Penuntut Umum .

Siapa yang dimaksud dengan JAKSA ?JAKSA adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undangini untuk bertindak sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (Pasal 1.6.a KUHAP)

PENUNTUT UMUM adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh PENUNTUTAN adalah tindakan Penuntut Umum untuk

Undang-Undang ini untuk melakukan Penuntutan dan melaksanakan penetapan Hakim. (Pasal 1.6.a dan pasal 13 KUHAP)

melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang Pengadilan. Pasal (1.7. KUHAP)

WEWENANG PENUNTUT UMUM( Pasal 14)

a. Mengadakan Pra Penuntutan apabila ada kekurangan pada

penyidikan b. dengan memperhatikan ketentuan pasal 10 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidik atas nama dari Penyidik. c. Memberikan perpanjangan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh Penyidik. d. Membuat Surat Dakwaan. e. Melimpahkan perkara ke Pengadilan. f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai Surat Panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan. g. Melakukan Penuntutan. h. Menutup perkara demi kepentingan hukum. i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai Penuntut Umum menurut ketentuan UndangUndang ini. j. Melaksanakan penetapan Hakim.

TUGAS TUGAS PENUNTUTANDi Kejaksaan biasanya meliputi tugas-tugas sbb : Tugas-tugas Pra Penuntutan Tugas-tugas Penuntutan. Tugas-tugas Upaya Hukum. Tugas-tugas Eksekusi

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIATugas dan KewenanganUNDANG-UNDANG NO.16 TAHUN 2004

DI BIDANG PIDANA : a. Melakukan penuntutan. b. Melaksanakan penetapan Hakim dan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat dan keputusan lepas bersyarat. d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang-Undang. e. Melengkapi berkas perkara tertentu untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam

Tugas-tugas PRA PENUNTUTAN Penerimaan SPDP dari Penyidik (pasal 109) Pemberian perpanjangan penahanan (apabila tersangka

ditahan) Memantau perkembangan penyidikan. Menerima berkas perkara dari penyidik (tahap I) Ps.110 (1). Meneliti berkas perkara (formil maupun materiil) Memberi petunjuk kepada Penyidik untuk melengkapi dan menyempurnakan Berkas perkara (ps.110) (2) Untuk perkara-perkara yang sulit pembuktiannya perlu dilakukan expose/ Gelar perkara untuk itu harus dibuat Matriks perkara/Chart. Bila berkas perkara dinyatakan lengkap, maka Jaksa menyatakan lengkap diikuti perintah kepada penyidikCat :Biasanya pada saat Jaksa Penuntut Umum menyatakan berkas perkara lengkap Ia sudah membuat Rencana Surat Dakwaan.

Tugas-tugas penuntutan1 Penerimaan berkas perkara tahap II dari penyidik yaitu

penerimaan berkas perkara dengan tersangka dan barang buktinya. negeri yang berwenang dengan dilengkapi Surat Dakwaan

Melimpahkan perkara ke Pengadilan Ps 143 (1) Pengadilan Setelah ditetapkan hari sidang oleh Hakim yang akan

mengadili dan memeriksa perkaranya, maka Jaksa Penuntut Umum membuat Surat Panggilan Sidang baik kepada terdakwa maupun saksi-saksi ( untuk pelimpahan peninjauan kembali dengan Acara Biasa). Adapun untuk pelimpahan peninjauan kembali dengan acara singkat Jaksa Penuntut Umum yang bersangkutan yang menentukan hari sidang ( Ps.145. 146)

Tugas tugas penuntutan -2 Pembacaan Surat Dakwaan (Ps.155)(2). Jika ada keberatan/eksepsi dari terdakwa/Penasehat

Hukumnya, maka Jaksa penuntut Umum yang bersangkutan membuat jawaban terhadap eksepsi tersebut. (Ps.156) Pemeriksaan saksi-saksi ahli dan terdakwa (Pembuktian dipersidangan) Pembacaan tuntutan pidana (Requisitoir) Jika setelah pembacaan Requisitoir terdakwa/Penasehat Hukum mengajukan pembelaan tertulis (Pledooi) maka Jaksa Penuntut Umum yang bersangkutan membuat jawaban terhadap pledoi tersebut yang biasa disebut dengan replik. Setelah itu terdakwa/Penasehat Hukum diberi kesempatan lagi untuk memberikan tanggapan terhadap replik Jaksa (Duplik). Mendengarkan pembacaan Putusan Hakim (Vonis

Sikap Jaksa setelah vonis Bahwa tidak semua pemidanaan sesuai dengan apa yang

diminta oleh Jaksa dalam requisitoirnya, oleh karenanya, oleh Undang-Undang Jaksa maupun Terdakwa diberi kesempatan untuk menentukan sikap terhadap Putusan Hakim selama 7 hari untuk pikir-pikir menerima atau mengajukan upaya hukum terhadap Putusan Hakim, jika selama 7 hari berlalu, Jaksa maupun terdakwa tidak menyatakan sikap maka dianggap menerima putusan tersebut. Jika kemudian tidak ada upaya hukum lagi maka terhadap putusan tersebut sudah dinyatakan berkekuatan hukum tetap (Inkraacht) sehingga dapat dilakukan eksekusi namun jika Jaksa Penuntut Umum/terdakwa menyatakan banding maka terhadap putusan perkara tersebut belum dapat dilaksanakan

UPAYA HUKUM.BIASA Banding (Ps.67 dan 233 KUHAP) boleh kecuali untuk Putusan Bebas, putusan lepas dari segala tuntutan hukum dan menyangkut kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan dalam Pengadilan cepat. Kasasi (Ps 244 KUHAP) Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tersangka terakhir oleh Pengadilan lain selain daripada Majelis Agung, terdakwa atau Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap Putusan Bebas. LUAR BIASA Kasasi demi kepentingan hukum (Ps.259 KUHAP) Peninjauan kembali Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Ps.263 KUHAP)

PELAKSANAAN PUTUSAN(EKSEKUSI) Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum Pelaksanaan Putusantetap dilakukan oleh Jaksa, yang untuk itu Panitera mengirimkan Salinan Surat Putusannya (Ps.270 KUHAP)

Pelaksanaan pidana mati tidak didepan umum dan

menurut ketentuan Undang-Undang Pidana Badan (penjara/kurungan). Denda Barangbukti (dirampas dilelang hasilnya masuk kas negara) Ganti rugi sebagaimana dimaksud Ps.99 pelaksanaan dilakukan menurut tata cara Putusan Perdata. Biaya perkara terhadap masing-masing dibuat Berita Acara. Pidana bersyarat

PRA PENUNTUTAN (Penelitian berkas)KELENGKAPAN FORMIL YAKNI meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan formalitas / persyaratan , tatacara penyidikan yang harus dilengkapi dengan surat perintah , berita acara, izin atau persetujuan pengadilan. Disamping penelitian kuantitas kelengkapan syarat formil perlu diteliti pula kualitas kelengkapan syarat formal, yakni keabsahannya sesuai ketentuan UU.

KELENGKAPAN MATERIIL Apa yang terjadi (tindak pidana beserta kwalifikasi dan

pasal yang dilanggar); Siapa pelaku, siapa siapa yang melihat, mendengar, mengalami peristiwa itu (tersangka, saksi saksi/ ahli); Bagaimana perbuatan itu dilakukan (modus operandi); Dimana perbuatan itu dilakukan (locus delicti); Bilamana perbuatan dilakukan (tempus delicti) Akibat apa yang ditimbulkannya (ditinjau secara victimologis) Apa yang hendak dicapai dengan perbuatan itu (motivasi yang mendorong pelaku). Kelengkapan materiil terpenuhi bila segala sesuatu yang diperlukan bagi kepentingan pembuktian telah tersedia sebagai hasil penyidikan.

PENERIMAAN BERKAS PERKARA TAHAP PERTAMASetelah berkas perkara diterima dari Penyidik , tugas Jaksa Penuntut Umum adalah melakukan penelitian berkas perkara yang difokuskan kepada : 1. Kelengkapan formal, yakni meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan formalitas / persyaratan, tata cara penyidikan, yang harus dilengkapi dengan Surat Perintah, Berita Acara. Izin/ Persetujuan Ketua Pengadilan , disamping penelitian kwantitas kelengkapan syarat formal, perlu diteliti pula kwalitan kelengkapan syarat formal, yakni keabsahannya sesuai ketentuan Undang Undang. 2. Kelengkapan materiil: yakni kelengkapan informasi, data, fakta dan alat bukti yang diperlukan bagi kepentingan pembuktian. Kriteria yang dapat digunakan sebagai tolok ukur kelengkapan materiil antara lain :

PENERIMAAN BERKAS PERKARA TAHAP KEDUA(Penyerahan tanggung Jawab atas tersangka dan Barang Bukti)

A. Penerimaan tanggung jawab

tersangka B. Penerimaan tersangka dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kebenaran tentang : Keterangan-keterangan tersangka dalam BAP; Identitas tersangka (guna mencegah terjadinya Error in Persona; status tersangka (ditahan/tidak, Residivis atau pemula) maupun kemungkinan ada tambahan keterangan dari tersangka. C. Penerimaan tanggung jawab atas barang bukti

HAL-HAL YANG PERLU DITELITI : Kuantitas (jumlah, ukuran, takaran/timbangan atau satuan lainnya) Kualitas (harga, nilai , mutu, kadar dan lain lain) Kondisi (baik, rusak, lengkap/ tidak lengkap).

PEMBUATAN SURAT DAKWAAN ( FUNGSI)

bagi hakim surat dakwaan merupakan

dasar dan sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dalam menjatuhkan putusan. Bagi Penuntut Umum surat dakwaan merupakan dasar pembuktian , tuntutan pidana dan penggunaan upaya hukum; Bagi terdakwa/Penasehat Hukum, surat dakwaan merupakan dasar untuk mempersiapkan pembelaan.

PEMBUATAN SURAT DAKWAAN ( DASAR)

PU memp wewenang membuat surat

dakwaan (Ps. 14 d KUHAP) PU berwenang mlkk penuntutan thd siapapun yang didakwa mlkk tindak pidana dlm daerah hukumnya dg melimpahkan perkaranya ke PN yang wenang mengadili (137 KUHAP) Pembuatan surat dakwaan oleh PU bila ia berpendapat bahwa hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan (Ps. 140 (1) KUHAP)

PEMBUATAN SURAT DAKWAAN (Syarat Surat Dakwaan)FORMIL : (Ps.143 (2) huruf. a. KUHAP) Surat dakwaan hrs dibubuhi tanggal dan tanda tangan PU pembuat surat dakwaan. Surat dakwaan harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang meliputi : Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan. MATERIIL : ( Ps. 143 (2) HURUF b. KUHAP) Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan;. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

PEMBUATAN SURAT DAKWAAN (BENTUK SURAT DAKWAAN) 1.TUNGGAL Dlm surat dakwaan hanya satu tindak pidanayang didakwakan ; 2. ALTERNATIF Dlm surat dakwaan terdapat bbrp dakwaan yg disusun scr berlapis, lapisan yang satu mrp alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. (hanya satu dakwaan yang dibuktikan ) ; 3. SUBSIDIAIR Terdiri dari beberapa lapisan, lapisan berikutnya merupakan pengganti dari lapisan sebelumnya, sistematiknya disusun ati tindak pidana yang diancam pidana tertinggi sampai dengan tindak pidana yang terrendah.( hanya satu pasal yang dibuktikan) ; 4. KUMULATIF Didakwakan beberapa dakwaan beberapa tindak pidana sekaligus. (masing -2 dakwaan harus dibuktikan) ; 5. KOMBINASI Merupakan gabungan/kombinasi antara dakwaan kumulatif dengan dakwaan alternatif atau subsidiair.

Format surat dakwaan Suatu surat dakwaan harus memuat: 1. Kepala surat dakwaan bertuliskan Untuk Keadilan 2. Identitas terdakwa; 3. Informasi mengenai penahanan terdakwa; 4. Waktu terjadinya tindak pidana (Tempus delicti); 5. Tempat terjadinya tindak pidana (locus delicti); 6. Uraian pasal tindak pidana yang didakwakan secara lengkap; 7. Uraian secara jelas , cermat, lengkap mengenai fakta kejadian

tindak pidana yang didakwakan; 8. Konklusi mengenai Pasal yang didakwakan (sebut Pasal dari UU yang dilanggar); 9. Tempat, tanggal surat dakwaan dibuat; 10.Nama jaksa(berikut pangkat dan NIP nya serta tanda tangan jaksa ybs)

Membuat tanggapan/tangkisan eksepsi Dasar hukum eksepsi oleh terdakwa /PH

Pasal 156 ayat(1) KUHAP eksepsi hanya diperkenankan dalam hal pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya, dakwaan tidak dapat diterima, surat dakwaan harus dibatalkan. Dengan adanya batasan dalam pasal 156 ayat(1) KUHAP tersebut, maka jaksa dalam mengajukan tanggapan thd eksepsi terdakwa /PH dapat mengacu pada batasan tersebut, artinya bila ternyata keberatan dari terdakwa/ PH tidak menyangkut ketiga hal tersebut, maka jaksa harus dengan tegas meminta kepada Hakim yang mengadili perkara tersebut untuk menolak eksepsi dari terdakwa/PH nya, dan jika ternyata eksepsi dari terdakwa /PH menyangkut salah satu atau ketiga-tiganya, maka jaksa dapat mengajukan dalil bahwa apa yang disampaikan oleh terdakwa /PH nya tersebut adalah tidak benar dengan mengajukan argumentasi secara yuridis serta logis dan nyatakan bahwa dalil yang digunakan terdakwa/PH dalam

Materi keberatan/eksepsiI. Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya; menyangkut kewenangan /kompetensi absolut maupun relatif. II. Dakwaan tidak dapat diterima al:a. b. c. d. e. f.

bahwa apa yang didakwakan kpd terdakwa bukan kejahatan atau pelanggaran; Nebis in idem; Daluwarsa; Apa yang didakwakan tidak sesuai dg tindak pidan yg dilakukan Apa yg didakwakan kpd T bukan tindak pidana melainkan perdata; Apa yg didakwakan tms delik aduan , sementara surat pengaduan dr orang yg berhak mengadu ternyata tidak ada;

III.

Surat dakwaan harus dibatalkan : Yakni dalam hal surat dakwaan ternyata tidak memenuhi syarat formil sebagaimana ditentukan dlm Ps 143 ayat (2) huruf a KUHAP , dan tidak memenuhi syarat materiil sebagaimana ditentukan dlm Ps 143 ayat (2) huruf b KUHAP

Format surat tuntutan pidana (Requisitoir)Surat tuntutan secara baku memuat hal-hal

sbb :1. Kepala surat tuntutan bertuliskan untuk keadilan dan kebenaran

berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa; 2. Identitas terdakwa 3. surat dakwaan 4. Semua fakta yang diperoleh di pengadilan (keterangan para saksi, ket. Ahli, surat, ket . Terdakwa, barang bukti dll) 5. Pembuktian JPU (analisa fakta dan analisa yuridis) 6. Konklusi JPU 7. Hal- hal yang memberatkan dan meringankan 8. Amar tuntutan; 9. Penutup (pernyataan mengenai tanggal dibacakan dan diserahkannya surat tuntutan)

Format Replik (tanggapan thd Pledooi terdakwa/PH)Lebih fleksibel disesuaikan dengan pledooi dari

terdakwa/PH, sepanjang pembelaan mengenai hal hal yang yuridis menyangkut pembuktian unsur unsur tindak pidana yang didakwakan dan dibuktikan dipersidangan yang dianggap tidak terbukti , maka jaksa wajib menanggapinya dengan argumentasi yang yuridis logis, namun jika hanya menyangkut permintaan keringanan hukuman , maka JPU tidak perlu menanggapi panjang lebar, apalagi jika terdakwa/PH mengarahkan pembelaannya ke hal hal yang tidak yuridis, maka tidak perlu ditanggapi.