Bahan Papper Ekonomi Mikro.docx

47
KBR,Surakarta - Calon Presiden Joko Widodo menegaskan akan fokus pada pengembangan sumber daya alam dan kekayaan laut. Saat menjadi pembicara diskusi yang di gelar Universitas Muhammadiyah Surakarta di Hotel Sunan kota Surakarta, Jokowi menegaskan Indonesia butuh drone atau pesawat tampak awak untuk mencegah ilegal fishing dan ilegal logging. Menurut Jokowi, nilai aset kekayaan laut yang dicuri jauh lebih besar dibanding dengan penyediaan drone yang harganya lebih murah. “Indonesia butuh drone, pesawat tampak awak. Pesawat-pesawat ini akan ditempatkan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Selain untuk fungsi pertahanan nasional, dengan adanya drone kita tahu negara mana yang akan menginvasi.Tetapi juga bisa untuk kepentingan ekonomi.yaitu mencegah aksi ilegal fishing dan ilegal logging,” kata Jokowi. “Informasi yang saya baca dan terima, data nilai aset pencurian kekayaan laut atau ilegal fishing kita setiap tahun sekitar 300 triliun rupiah. Kita selama ini tidak punya alat untuk mendeteksi masuknya para pelaku ilegal fishing,” tambahnya. Program dan ide Capres Jokowi tersebut mendapat dukungan dari para petinggi perguruan tinggi yang hadir dalam acara tersebut. Program capres Jokowi berupa tol laut dianggap sebagai ide yang luar biasa karena sebagian besar wilayah Indonesia adalah kepulauan. Selain memberikan orasi ilmiah, capres Jokowi juga mengunjungi sejumlah pondok pesantren dan deklarasi dukungan dari para pengusaha mebel di Surakarta.

Transcript of Bahan Papper Ekonomi Mikro.docx

KBR,Surakarta - Calon Presiden Joko Widodo menegaskan akan fokus pada pengembangan sumber daya alam dan kekayaan laut. Saat menjadi pembicara diskusi  yang di gelar Universitas Muhammadiyah Surakarta di Hotel Sunan kota Surakarta, Jokowi menegaskan Indonesia butuh drone atau pesawat tampak awak untuk mencegah ilegal fishing dan ilegal logging. 

Menurut Jokowi, nilai aset kekayaan laut yang dicuri jauh lebih besar dibanding dengan penyediaan drone yang harganya lebih murah.

“Indonesia butuh drone, pesawat tampak awak. Pesawat-pesawat ini akan ditempatkan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Selain untuk fungsi pertahanan nasional, dengan adanya drone kita tahu negara mana yang akan menginvasi.Tetapi juga bisa untuk kepentingan ekonomi.yaitu mencegah aksi ilegal fishing dan ilegal logging,” kata Jokowi. 

“Informasi yang saya baca dan terima, data nilai aset pencurian kekayaan laut atau ilegal fishing kita setiap tahun sekitar 300 triliun rupiah. Kita selama ini tidak punya alat untuk mendeteksi masuknya para pelaku ilegal fishing,” tambahnya. 

Program dan ide Capres Jokowi tersebut mendapat dukungan dari para petinggi perguruan tinggi yang hadir dalam acara tersebut. Program capres Jokowi berupa tol laut dianggap sebagai ide yang luar biasa karena sebagian besar wilayah Indonesia adalah kepulauan. 

Selain memberikan orasi ilmiah, capres Jokowi juga mengunjungi sejumlah pondok pesantren dan deklarasi dukungan dari para pengusaha mebel di Surakarta. 

SIDE SCAN SONAR Teknologi Penginderaan Bawah Laut

Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan :  Dida Kusnida

Indonesia sebagai negara bahari memilikiluas wilayah perairan sekitar 3,1 juta km2 atau sekitar 70% dari seluruh wilayah Nusantara.  Dengan diundangkannya Zona Ekonomi Eksklusif(ZEE) maka luas perairan tersebut menjadi 5,8 juta km2 dibandingkan dengan luas seluruh daratan yang hanya 1,8 juta km2.  Kepulauan Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan total panjang garis pantai sekitar 81.000 km. Dengan jumlah penduduk  sekitar 216 juta orang(1999), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.  Kepulauan Indonesia terletak diantara benua Asia dan Australia dan diantara samudera Pasifik dan Hindia. 

Pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumberdaya kelautan tidak saja akan mempengaruhi perekonomian bangsa Indonesia di masa mendatang, akan tetapi juga mampu meningkatkan kebutuhan akan bahan makanan dan bahan baku, posisi dan pengaruhnya terhadap negara sekitar, ketahanan nasional, dan kualitas lingkungan hidup negara secara keseluruhan.  Untuk banyak negara, kekayaan dan keanekaragaman hayati laut Indonesia dianggap sebagai sumber bahan baku makanan yang sangat penting seperti berbagai jenis ikan, udang, kerang dan rumput laut.   Disamping itu, minyak, gas dan mineral lepas pantai saat ini sedang dieksploitasi dari Laut Jawa, lepas pantai Kalimantan Timur dan Selat Makassar.

Indonesia sebagai negara bahari memilikiluas wilayah perairan sekitar 3,1 juta km2 atau sekitar 70% dari seluruh wilayah Nusantara.  Dengan diundangkannya Zona Ekonomi Eksklusif(ZEE) maka luas perairan tersebut menjadi 5,8 juta km2 dibandingkan dengan luas seluruh daratan yang hanya 1,8 juta km2.  Kepulauan Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan total panjang garis

pantai sekitar 81.000 km. Dengan jumlah penduduk  sekitar 216 juta orang(1999), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.  Kepulauan Indonesia terletak diantara benua Asia dan Australia dan diantara samudera Pasifik dan Hindia. 

Pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumberdaya kelautan tidak saja akan mempengaruhi perekonomian bangsa Indonesia di masa mendatang, akan tetapi juga mampu meningkatkan kebutuhan akan bahan makanan dan bahan baku, posisi dan pengaruhnya terhadap negara sekitar, ketahanan nasional, dan kualitas lingkungan hidup negara secara keseluruhan. Untuk banyak negara, kekayaan dan keanekaragaman hayati laut Indonesia dianggap sebagai sumber bahan baku makanan yang sangat penting seperti berbagai jenis ikan, udang, kerang dan rumput laut. Disamping itu, minyak, gas dan mineral lepas pantai saat ini sedang dieksploitasi dari Laut Jawa, lepas pantai Kalimantan Timur dan Selat Makassar.   Disamping sebagai tempat sumberdaya yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui, laut di Indonesia juga mempunyai banyak fungsi, seperti jalur lalu lintas antar pulau, pelayaran nasional dan internasional, komunikasi, rekreasi dan turisme.  Untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sektor kelautan, Indonesia secara konsisten meningkatkan kemampuan nasional di bidang ini. Pengembangan tenaga kerja dan infrastruktur dilaksanakan melalui kerjasama regional dan internasional. Hampir semua jenis topografi bawah laut dijumpai di perairan Indonesia, seperti paparan benua dangkal, cekungan laut dalam, parit, palung, lereng benua, pulau vulkanis dan atol.  Distribusi perairan dan daratannya saja membuat Kepulauan Indonesia sebagai salah satu struktur geografis yang paling rumit di muka bumi.   Berbagai pulau besar maupun kecil membagi perairanmenjadi berbagai laut yang berbeda yang dihubungkan oleh selat dan alur. Kompleksitas wilayah ini telah menjadikan daya tarik berbagai ekpedisi oseanografi internasional sejak tahun 1872 hingga sekarang.   Baru-baru ini, beberapa pelayaran oseanografi juga telah dilakukan secara lokal sebagai bahagian dari kerjasama studi regional.

Memiliki wilayah laut terluas di dunia, ternyata tidak serta merta membuat bangsa Indonesia bisa mengetahui kekayaan dan kondisi dasar lautnya. Sebaliknya, justru orang-orang asinglah yang lebih mengetahui isi dan kondisi dasar laut di Indonesia. Dengan demikian, wilayah laut Indonesia merupakan aset nasional yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pengelolaannya agar sumberdaya alam, kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati yang kaya ini dapat ternikmati dan terjaga untuk generasi bangsa mendatang.   Perhatian khusus ini terutama harus diberikan hingga laut terluar yang

merupakan batas laut Teritorial Negara Kepulauan (Archipelagic State, UNCLOS 1982, pasal 47, ayat 1).

Pembangunan sektor kelautan di Indonesiaharuslah merupakan salah satu program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa melalui peningkatan produksi perikanandan bahan baku industri yang berasal dari dasar laut.  Pembangunan sektor kelautan ditujukan pula untuk meningkatkan nilai tambah hasil perikanan, meningkatatkan pendapatan devisa serta pembinaan kelestarian sumberdaya kelautan dan lingkungan hidup.  Dengan demikian, tujuan, sasaran dan strategi penelitian kelautan haruslah diarahkan untuk penyediaan dan pemanfaatan data serta informasi mengenai sumberdaya kelautan.  Disamping tersedianya data dan sistem informasi, penelitian kelautan harus pula diarahkan untuk menyediakan masukan bagi pemutakhiran teknologi survey dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna eksplotasi dari sektor kelautan.  Untuk mencapai tujuan pembangunan sektor kelautan maka diperlukan kesiapan dan strategi penelitian yang diarahkan bagi : peningkatan kemampuan penelitian dan penunjangnya agar mampu mengidentifikasi masalah kelautan dan pemecahannya;  meningkatkan manajemen dan kerjasama  penelitian antar lembaga, serta meningkatkan penyediaan informasi, teknologi dan diseminasi hasil penelitian.

Indonesia hingga saat ini belum memberikan kepastian data dan informasi tentang nama dan batas rupa morfologi dasar laut (submarine features) yang dimilikinya sebagai teritorial NKRI.  Penamaan submarine features merupakan bagian dari kegiatan pemerintahan dalam penamaan unsur-unsur geografi/geologi (alami), seperti nama palung, parit, gunung bawah laut, cekungan kuarter, karang, atol, dan sebagainya.  Pendataan, inventarisasi, pemberian dan pembakuan nama submarine features ini dapat mendukung dikeluarkannya dokumen resmi tentang submarine features Indonesia dari PBB.  Namun demikian, pemetaan rupa morfologi dasar laut Indonesia yang sangat luas ini tidaklah mungkin dilakukan dengan cepat tanpa menggunakan peralatan survey dengan teknologi tinggi dan biaya yang memadai.

Side Scan Sonar (SSS) adalah sebuah sistem peralatan survey kelautan yang menggunakan teknologi akustik.  Peralatan ini  digunakan untuk memetakan dasar laut yang juga  dapat digunakan untuk mempelajari kehidupan di dasar laut. Sistem peralatan ini merupakan strategi penginderaan untuk merekam kondisi dasar laut dengan memanfaatkan sifat media dasar laut yang mampu memancarkan, memantulkan dan/atau menyerap gelombang suara.  Gelombang suara yang

digunakan dalam teknologi side scan sonar biasanya mempunyai frekuensi antara 100 dan 500 KHz. Pulsa gelombang dipancarkan dalam pola sudut yang lebar mengarah ke dasar laut, dan gemanya diterima kembali oleh receiver dalam hitungan detik. Untuk mencari suatu lokasi tertentu, perekaman perlu mengikuti pola lintasan survey tertentu dengan menggunakan peralatan penentu posisi GPS dan video plotter. Side scan sonar mampu membuat liputan perekaman dasar laut dari kedua sisi lintasan survey.  Dalam kondisi laut yang tenang dan haluan kapal yang lurus, sonogram dapat memberikan gambar atau image yang sangat tajam danrinci seperti layaknya sebuah foto.

Baru-baru ini, sistem side scan sonar telah dikembangkan dengan menggunakan teknologi suara ultra medis guna meningkatkan resolusi target bawah laut yang dicari.  Sistem tranduser side scan sonar disimpan dalam towfish  yang ditarik kapal beberapa meter di bawah permukaan laut.  Gelombang suara yang dipantulkan diproses menjadi image yang mirip foto udara, dan terlihat secara “real-time” pada monitor komputer.  Informasi lokasi dari DGPS (differential global positioning system) digunakan untuk memandu side scan sonar yang ditarik sepanjang lintasan yang telah ditentukan, serta untuk mengidentifikasi lokasi berbagai titik pada image side scan. 

Disamping digunakan sebagai alat survey pemetaan dasar laut, di beberapa negara maju seperti di Amerika Serikat dan Eropa, side scan sonar sering pula digunakan dalam kegiatan pencaharian dan penyelamatan manusia. Side scan sonar sering digunakan untuk mencari korban tenggelam ataupun objek hilang lainnya di bawah air. Cara pencaharian seperti ini pada awalnya dilakukan dengan memanfaatkan jasa penyelam, kamera bawah laut, dan anjing pelacak yang terlatih dalam air.  Namun demikian cara ini sering memakan waktu dan berbahaya karena sangat tergantung pada kondisi kedalaman air, daya pandang, arus dan rintangan bawah air lainnya.

Penggunaan lain dari side scan sonar adalah untuk mendeteksi  tempat ekstraksi agregat/pasir laut. Pada skaladetil dapat pula digunakan untuk mencari jalur kabel dan  pipa bawah laut, bahkan kapal karam.  Keuntungan menggunakan side scan sonar adalahkemampuannya dalam  mencari objek-objek bawah air pada daerah yang luassecara cepat dan aman. Para penyelam tidak mempunyai risiko tinggi selama operasi pencaharian, dan hanya dilibatkan pada saat objek bawah laut telah ditemukan. Image side scan sonar juga berguna untuk mengevaluasi berbagai bahaya bawah laut terhadap penyelam sebelum merekamemasuki air.

Harga Mati Keamanan Laut   Indonesia

Posisi Indonesia yang strategis menjadikan negara ini menjadi jalur pelayaran internasional. Ini dapat dilihat dari keberadaan Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran paling penting didunia. Rute perdagangan dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik menjadikan Selat Malaka sebagai rute tercepat di antara dua samudera ini, yang berarti penghematan biaya operasional. Selain Selat Malaka tiga selat strategis dunia lainnya yang berada di Indonesia yakni Selat Lombok, Selat Sunda dan Selat Makassar. Namun nilai strategis ini berarti wilayah tersebut membutuhkan pengamanan lebih dari pemerintah pusat dan daerah.Pengamanan laut wilayah Indonesia erat kaitannya dengan pengamanan wilayah darat. Berbeda dengan darat, pengamanan laut memiliki tantangan tersendiri dikarenakan luasnya wilayah laut Indonesia. Selama ini belum optimalnya keamanan di wilayah laut disebabkan antara lain oleh keterbatasan fasilitas serta sarana dan prasarana pengamanan laut. Brigjen TNI Dody Usodo Hargo mengatakan bahwa Indonesia hanya memiliki 105 KRI untuk mengamankan 5,8 juta kilometer persegi luas wilayah laut Indonesia. Padahal TNI membutuhkan sedikitnya sekitar 500 KRI untuk bisa menjaga wilayah laut yang sedemikian luasnya. Keterbatasan ini menyebabkan Indonesia tidak dapat menghentikan kerugian yang di derita negara akibat berbagai kegiatan illegal di laut. Pembangunan untuk memanfaatkan potensi laut pun terhambat.Besarnya kerugian akibat lemahnya masalah keamanan laut Indonesia mencapai angka yang fantastis. Anggota Komisi I DPR mengatakan bahwa Indonesia dirugikan sebesar Rp. 152 triliun pada tahun 2011 akibat kegiatan penyelundupan illegal melalui laut. Rinciannya adalah penyelundupan pasir merugikan Indonesia senilai Rp. 72 triliun, penyelundupan BBM senilai Rp. 50 triliun serta penyelundupan illegal logging senilai Rp. 30 triliun. Sementara kerugian yang diderita negara akibat pencurian laut mencapai Rp. 30 triliun menurut BPK. Jika ditotal, jumlah kerugian ini dapat mencapai seperempat jumlah APBN  pada tahun tersebut. Dalam era otonomi daerah, peran pemerintah daerah dalam berkontribusi terhadap isu keamanan juga semakin vital. Adalah Ir. H. Isran Noor MSi, Bupati Kutai Timur yang berani membeli sebuah kapal patroli yang di beri nama KRI Kudungga, untuk mengamankan perairan Kutai Timur. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur kemudian menyerahkan pengoperasian kapal patroli ini kepada TNI-AL, dengan pemerintah kabupaten menanggung biaya operasionalnya. 

Pelanggaran perbatasan laut di Kutai Timur dan Kalimantan Timur selama ini meliputi kasus illegal fishing dan illegal trading, yang pada tahun 2012 mencapai 620 ribu pelanggaran. Semenjak pengoperasian KRI Kudungga, bentuk pelanggaran di laut berkurang hingga 92 persen. Padahal untuk pengadaan kapal patroli, pemerintah daerah selama ini harus menunggu turunnya kebijakan dari pemerintah pusat. Selama tidak bertentangan dengan perundang-undangan, inisiatif seorang kepala daerah seperti Isran Noor tentu pantas untuk ditiru oleh kepala daerah lainnya.Pola pikir maritim sudah sewajarnya ditumbuhkan mengingat Indonesia adalah negera yang memiliki lebih banyak wilayah luat ketimbang wilayah daratan. Isran Noor mengutarakan bahwa kedepannya, peningkatan jumlah kapal patroli laut harus menjadi prioritas. Wilayah laut Indonesia sangatlah luas, dan ini membutuhkan perangkat dan sistem keamanan yang banyak. Tak kalah penting juga, lsran Noor melanjutkan, adalah pengawasan terhadap aparat keamanan Indonesia dari praktik ilegal. Selama ini terdapat kesan bahwa urusan pengamanan dan pengembangan kawasan perbatasan bukan urusan pemerintah daerah, padahal pemecahan permasalahan ini harus dilakukan secara integral.

Selamatkan Rp 912 M dari Illegal Fishing KKP Sebut 65 Kasus Pidana Perikanan Telah Diputus PN

JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis hasil kerja kerasnya selama setahun penuh. Kementerian yang dipimpin Fadel Muhammad itu selama 2010 berhasil menyelamatkan kerugian negara Rp 912 miliar dari illegal fishing atau pencurian ikan. Penyelamatan aset negara dari kapal-kapal pencuri ikan yang tertangkap tersebut berpotensi menghasilkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 1,3 miliar.

"Kami optimistis, dengan kondisi yang ada, tahun ini kami bisa melindungi perairan negara lebih baik," ujar Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Syahrin Abdurrahman, SE di Jakarta kemarin (8/1).

Selama 2010, Ditjen PSDKP terus meningkatkan pengawasan untuk menjaga dan melestarikan sumber daya kelautan dan perikanan. Sebanyak 2.255 kapal ikan diperiksa dan 183 di antaranya ditahan karena terbukti melakukan illegal fishing. Dari pelaku yang tertangkap, kerugian negara yang bisa diselamatkan diperkirakan Rp 912 miliar.

Di antara perkara tindak pidana perikanan selama 2010, tercatat 65 kasus telah dijatuhi putusan oleh pengadilan perikanan atau pengadilan negeri. "Di antara jumlah itu, (putusan) 57 kasus telah berkekuatan hukum tetap," kata Syahrin.

Tahun ini, selain penegakan hukum, pengawasan ditekankan untuk pencegahan serta penangkalan dini pencurian ikan. Bentuknya melalui sosialisasi dan pembinaan kepada para nelayan serta pemeriksaan terhadap kapal yang akan melaut. Hasil upaya tersebut dapat dilihat dari tingkat ketaatan kapal ikan yang meningkat 8-12 persen dibanding 2009. "Mereka juga bisa membantu melaporkan tindak pencurian ikan oleh kapal asing kepada aparat kami di lapangan," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri KKP Fadel Muhammad menyatakan, selain pengamanan perairan, pada 2011 pihaknya mulai fokus pada eksplorasi sumber daya alam di bawah laut. Dia memperkirakan, di bawah laut Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi ada cadangan emas yang jumlahnya sangat besar. Untuk keperluan eksplorasi dan pemetaan, KKP bekerja sama dengan pemerintah AS. "Bentuknya adalah penelitian bersama karena mereka punya kemampuan dan alat yang mumpuni," katanya.

Tim AS mampu mengeksplorasi kedalaman laut hingga 6 ribu meter. Karena itu, kerja sama akan melibatkan peralatan serta skill mereka. Pemerintah juga engalokasikan anggaran Rp 100 miliar untuk eksplorasi sumber daya alam bawah laut. KKP akan fokus pada kegiatan eksplorasi ramah lingkungan dan tidak merugikan nelayan maupun merusak terumbu karang.

Kerja sama RI-AS dimulai sejak Juni"Agustus 2010. Bentuknya adalah eksplorasi perairan Sangihe, Talaud, dengan kapal riset Okeanos milik NOAA yang dilengkapi robot bawah air. Walaupun menuai kritik, kerja sama itu terus dilakukan dengan fokus penelitian yang bersifat mutualisme. (zul/c5/dwi)

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=81426

Negara Rugi Rp 11 T Akibat Pencurian Ikan, Susi Bikin GebrakanJumat, 31 Oktober 2014, 10:51 WIB

Komentar : 5

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kiri) didampingi Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Suryo Bambang Sulisto saat bertemu pengusaha anggota Kadin di Jakarta, Kamis (30/10). (Antara/Wahyu Putro A) A+ | Reset | A-

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan gebrakan dengan membuka seluas-luasnya data di kementeriannya agar masyarakat bisa memantau langsung perkembangan program bagi masyarakat maritime.

"Hari ini saya publish data kami supaya kita semua bisa berpartisipasi dalam program pertumbuhan ekonomi di bidang perikanan. Karena banyak hal yang belum pada tempatnya, banyak hal yang belum maksimal, dan banyak yang salah dalam penggunaannya," ujar Susi, Jumat (31/10).

Susi yang didampingi para pejabat eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan menegaskan, menyejahterakan sektor kelautan kembali membutuhkan kerja keras dari pelaku bisnis, pembuat kebijakan, media, dan para nelayan.

Sehingga cara yang ia tempuh sekaligus mengajak serta masyarakat mengawasi secara langsung kinerja KKP dan juga monitoring pencurian ikan yang menjadi salah satu tugas utama kementeriannya.

Susi menjelaskan, dari total 5.329 kapal muatan yang terdata, dengan alokasi BBM 2,1 juta kilo liter pertahun dan subsidi Rp 11,5 triliun,  Pendapatan Negara Bukan Pajak (BNPB) yang didapat hanya Rp 300 miliar.

"Negara rugi hampir Rp 11 triliun, ini satu hal yang tidak boleh terjadi lagi," ujar Susi. 

Susi menargetkan agar KKP mendapat pendapatan yang setara dengan buat dikeluarkan negara. "Subsidi adalah cost. Dan pendapatan yang didapat hanya 20% saja. Secara komersil ini not make sense,” tegasnya.

Kekayaan Laut Indonesia 6 Kali APBNAuditorium Prof. Dr. Harun Nasution, BERITA UIN Online – Meskipun Indonesia merupakan negara yang kaya laut, tapi potensi kelautannya belum dimanfaatkan secara maksimal oleh bangsa Indonesia, terutama oleh pemerintah.

Menurut Direktur Indonesia Maritime Institute (IMI) Dr. Yulius Paonganan, M.Sc, potensi laut Indoensia mencapai enam kali lipat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ini potensi yang sangat besar.

“Total potensi ekonomi maritim Indonesia sangat besar. Diperkirakan mencapai Rp 7.200 triliun per tahun, atau enam kali lipat dari APBN 2011 (Rp 1.299 triliun) dan satu setengah kali Product Domestic Bruto (PDB) saat ini,"ujar Yulius pada seminar bertajuk "Menggagas Maritime Policy di Negeri Bahari" di Auditorium Prof. Dr. Harun Nasution, Kamis (14/4).

Dijelaskannya, potensi kelautan yang begitu besar pada dasarnya dapat mendorong pembukaan lapangan kerja. Namun, lantaran tidak dikelola dengan baik, maka hasilnya pun minim. "Ditaksir lapangan kerja yang tersedia sekitar 30 juta orang," imbuhnya.

Terkait dengan hal itu, aku Yulius, pihaknya telah melakukan road show guna menyosialisasikan potensi maritim laut Indonesia. "Seminar ini bertujuan untuk membuka cakwarawala pemikiran mahasiswa, sehingga akan lahir pemuda-pemuda yang bervisi maritim," tambahnya.

Sementara Rektor UIN Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat mengatakan, UIN Jakarta terus berbenah dan mengembangkan kajian-kajian yang dibutuhkan dunia saat ini. Karena itu pula, UIN Jakarta membuka berbagai program studi guna menjawab kebutuhan tersebut.

“Di UIN Jakarta ada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan tujuan agar umat Islam bisa sehat dan terjaga kesehatannya, ada juga Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), agar umat Islam mampu memanej perekonomian bangsa ini dengan lebih baik, dan ada juga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), agar umat Islam mampu mengetahui fenomena sosial budaya bangsa ini. Masalah kelautan ini adalah bagian dari studi mata kuliah sejarah di FISIP,"katanya.

Menurutnya, pendirian dan pembukaan program studi baru itu sebagai bentuk elaborasi teologis dan logis yang menandakan bahwa tidak ada pemisahan ilmu umum dan agama.

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) TNI Soeparno yang yang dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Laksma TNI Desi Albert Mamahit, M.Sc, berharap seminar ini dapat menghasilkan ide-ide yang komplementatif dalam membangun kelautan dan mahasiswa dapat diajak untuk membangun negara maritim secara komprehensif.

“Kemampuan kelautan di perairan nasional menjadi sangat signifikan dengan sumber daya alam yang besar dan harus diamalkan dan lindungi untuk kepentingan nasional dalam rangka memakmurkan rakyat, bukan untuk kepentingan pihak lain,"tandasnya. (Furqan)

Beginilah Bukti Kekayaan Laut IndonesiaSabtu, 23 Maret 2013, 11:29 WIB

Komentar : 2

Penyelam mengamati berbagai ikan di kawasan Waiwo, Raja Ampat, Papua Barat, Jumat (1/6). (Rosa Panggabean/Antara) A+ | Reset | A-

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi akan melakukan penelitian potensi keanekaragaman biota laut. Sebanyak 30 peneliti dari Pusat Penelitian (Puslit) Oseanografi LIPI akan terlibat dalam penelitian ini. ‘’Bagi Puslit Oseanografi, ini merupakan kegiatan tahunan sejak tahun 2007,’’ ungkap Drs Susetiono Msc dari Puslit Oseanografi.

 

Di acara pembekalan peserta ekpedisi, Susetiono mengatakan Indonesia merupakan pusat biodiversitas kelautan. Perairan Indonesia membentang 5.100 km dari barah ke timur dan 1.888 km dari utara ke selatan. Selat-selat di Indonesia dikenal sebagai koridor penghubung Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia. ‘’Perairan Indonesia merupakan tempat berkembangnya muson, penentu cuaca di kawasan ini,’’ ujar Susetiono.

Lewat Ekspedisi Widya Nusantara (Ewin), program penelitian kelautan ini telah dilakukan oleh Puslit Oceanografi di perairan Raja Ampat sebanyak dua kali, perairan Sangihe, perairan Natuna, dan perairan Leti. Ada 24 titik sampel yang ditentukan di Selat Sulawesi ini. ‘’Massa air di selat ini mencapai 11 juta hingga 15 juta meter kubik per detik, yang merupakan kecepatan 10 kali lebih besar dari kecepatan aliran sungai di seluruh permukaan bumi,’’ jelas Susetiono.

Saat ini, Indonesia diketahui memiliki 13 spesies rumput laut, 461 spesies karang dengan 91 spesies Acropora (marga dari karang yangbiasanya berbentuk seperti meja atau bercabang). Indonesia memiliki jumlah Acropra terbanyak dari 114 spesies Acropora yang dimiliki dunia.

Indonesia juga tercatat memiliki 88 spesies mangrove. ‘’Tetapi, kata Suestiono, dari 5,2 juta hektare hutan mangrove di tahun 1982, telah jauh berkurang menjadi 2,49 juta hectare pada tahun 1993.’’

Laut Indonesia juga memiliki enam spesies penyu dari tujuh spesies di dunia. Lut Indonesia juga menjadi sebagai pusat distribusi ular laut. dari 50 spesies ular laut di dunia, 37 di antara ada di laut Indonesia. Selat di Indonesia juga menjadi koridor penting bagi migrasi ikan paus.

Ini Wilayah Laut Indonesia yang Ikannya Paling Banyak Dicuri MalingWiji Nurhayat - detikfinanceSelasa, 08/07/2014 13:50 WIB

Jakarta -Ada beberapa titik di wilayah perairan Indonesia yang rawan praktik pencurian ikan atau illegal fishing. Wilayah yang paling rawan adalah Laut Arafuru (Papua) di Timur perairan Indonesia.

"Yang selama ini kita jangkau paling utama adalah di Laut Arafura. Kemudian ada juga di Laut Utara Sulawesi, Barat Natuna (Kepulauan Riau) dan laut segitiga emas antara Thailand, Indonesia dan Malaysia," kata Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Syahrin Abdurrahman kepada detikFinance, Selasa (8/7/2014).

Menurut data yang didapat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Laut Arafura merupakan daerah penangkapan udang dan ikan khususnya ikan tuna terbesar dan terbaik di Indonesia. Namun, perairan ini rentan menjadi lokasi pencurian ikan dengan modus pemalsuan izin dan nomor kapal.

Selain dapat mencuri ikan, kapal juga diuntungkan karena dapat mengisi bahan bakar minyak bersubsidi dan perbekalan lainnya di Pelabuhan Perikanan Indonesia.

Berdasarkan pantauan Satelit Radarsat, jumlah kapal ikan yang beroperasi di Laut Arafura rata-rata mencapai 12.120 kapal per tahun dengan bobot kapal sebesar total 14,45 juta gross tonage (GT).

Jadi kerugian Negara akibat pencurian ikan di Perairan Arafuru setelah dianalisis dengan Satelit Radarsat, dalam setahun sebanyak 8.484 unit kapal diduga melakukan aktivitas illegal fishing.

Banyak kapal berukuran besar yang tidak sesuai izin operasi kapal ikan di Laut Arafura. Sebanyak 8.484 kapal itu mampu menampung bobot ikan sebanyak 2,02 juta ton ikan.

Walaupun tidak ada angka pasti, apabila digunakan rumus Badan Pangan Dunia (FAO) tahun 2001, dimana harga ikan per kg dipatok US$ 2 dan Sumber Daya Ikan (SDI) rata-rata negara berkembang sebesar 25%, maka prediksi kerugian per tahun negara Indonesia mencapai US$ 4,04 miliar atau sekitar Rp 40 triliun.

Sementara itu, apabila dikalkulasi sejak tahun 2001-2013, kerugian akibat pencurian ikan di Laut Arafura saja nilainya mencapai Rp 520 triliun.

Selain di Laut Arafuru, beberapa titik di wilayah perairan Indonesia yang rawan adanya tindakan pencurian ikan ilegal. Jadi potensi kerugian negara bisa jauh lebih besar hingga mencapai ratusan triliun rupiah.(wij/hen)

Legislator: jangan hanya ungkap kerugian illegal fishingJumat, 12 Desember 2014 16:00 WIB | 3.714 ViewsPewarta: Syamsuddin Hasan

ilustrasi - Kapal nelayan asal Thailand ditahan di dermaga Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pulau Setoko, Batam, pada foto 3 November 2014. (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo) Banjarmasin (ANTARA News) - Anggota Komisi IV DPR-RI Hermanto meminta agar Menteri Kelautan dan Perikanan jangan hanya mengungkap kerugian akibat illegal fishing atau pencurian ikan di laut Indonesia.

Permintaan anggota Komisi IV DPR-RI yang juga membidangi pertanian dalam pengertian luas (termasuk perikanan) itu dalam keterang pers, Jumat, berkaitan pernyataan Menteri Keluatan dan Perikanan (KP) Susi Pudjiastuti baru-baru ini.

Legislator dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mendesak Menteri KP agar menjelaskan juga strategi yang akan dilakukan untuk mengubah kerugian menjadi keuntungan.

"Kalau dibilang kita rugi Rp300 triliun/tahun akibat pencurian ikan, maka jelaskan juga bagaimana kita bisa mengelola laut sehingga bangsa dan negara Indonesia bisa mendapatkan Rp300 triliun/tahun," ujarnya.

"Penjelasannya harus terukur, bisa dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dengan kemampuan yang ada saat ini," paparnya menanggapi pernyataan Menteri KP terkait kerugian akibat illegal fishing.

"Sebelum Menteri Susi, banyak pihak sudah mengungkap kerugian Indonesia akibat illegal fishing. Jadi kalau sekadar mengungkap, apa bedanya dengan orang-orang terdahulu," ujar lulusan program doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Menurut dia, kebijakan moratorium izin kapal besar, penangkapan dan penenggelaman kapal pencuri ikan merupakan langkah awal menuju pengelolaan laut yang bisa mendatangkan keuntungan tersebut.

"Langkah tersebut harus terus dipertahankan. Pastikan, ke depan tidak ada kapal pencuri ikan beroperasi di laut Indonesia," lanjut wakil rakyat yang juga menyandang gelar sarjana ekonomi itu.

Langkah tersebut, lanjutnya, harus juga disertai upaya pemerintah mendorong nelayan Indonesia agar meningkatkan produktifitas hasil tangkap ikan dengan cara menjamin ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) untuk nelayan dan teknologi alat tangkap yang memadai.

"Tidak kalah pentingnya adalah memotivasi dan memberi kemudahan kepada para pengusaha agar mau terjun di bisnis kelautan dan perikanan," sarannya.

"Bagaimanapun, untuk bisa menggali potensi pendapatan Rp300 triliun per tahun tidak bisa hanya mengandalkan nelayan yang penuh keterbatasan," demikian Hermanto.

Kekayaan laut indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan banyak menyimpan kekayaan alam. Dengan luas lautan hampir 70% dari total keseluruhan luas negara Indonesia, Sebesar 14 persen dari terumbu karang dunia ada di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya, tetapi belum banyak dipahami betul nilainya bagi bangsa Indonesia.

Terumbu karang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia yang memiliki struktur alami serta mempunyai nilai estetika yang tiada taranya. Selain sebagai lingkungan yang alami, terumbu karang juga mempunyai banyak manfaat bagi manusia dalam berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya. Kekayaan spesies terumbu karang, ikan, dan biota laut lainnya tampak berlimpah di Perairan Alor, Nusa Tenggara Timur, pada Mei 2007. Segitiga Terumbu Karang yang disebut juga sebagai “Amazon of the Seas” mencakup wilayah perairan tengah dan timur Indonesia, Timor Leste, Filipina, Sabah-Malaysia, Papua Niugini, dan Kepulauan Salomon diperkirakan dihuni sekitar 3.000 spesies ikan.Sayang, ternyata banyak terumbu karang yang rusak. Menurut data dari Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia atau Coral Reef Rehabilitation Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (COREMAP LIPI), hanya 6,83 persen dari 85.707 km2 terumbu karang yang ada di Indonesia berpredikat sangat baik (excellent). Terumbu karang yang sangat baik itu tersebar di 556 lokasi. Sungguh sangat disayangkan sekali, kekayaan alam yang sangat berlimpah di negri ini, tidak kita jaga dengan baik, dan kita lestarikan keberadaannya.

Oleh sebab itu perlunya peran pemerintah untuk menjaga dan melindungi terumbu karang yang merupakaan tempat berlindungnya ikan dan juga sebagai tempat pemijahan ikan. Pemerintah perlu mengawasi dan melarang nelayan yang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan pukat harimau, pemboman,dan menggunakan zat berbahaya yang dapat merusak terumbu karang.Sedangkan untuk hasil perikanannya sendiri, kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan investasi di sektor perikanan tangkap terpadu tahun depan naik 16,6% menjadi Rp 14 triliun dari target tahun ini Rp 12 triliun. Tyas Budiaman, Direktur Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan kenaikan investasi didorong penambahan investor.

Kita ambil contoh hasil perikanan di Minahasa UtaraHasil yang disumbang dari sektor perikanan sangat menjanjikan. Produksi perikanan pada tahun 2007 tercatat sebanyak 14, 756,66 ton yang terdiri dari 13,283,2 ton perikanan laut dan 1.473,46 ton perikanan darat. Perikanan laut meliputi penangkapan ikan di laut dan budidaya ikan di laut. Produksi perikanan di laut tercatat hanya dari penangkapan ikan di laut sebesar 13.283,2 ton.Perikanan darat meliputi perairan umum, budidaya kolam, budidaya sawah, dan tambak. Produksi perikanan tercatat dari budidaya kolam sebesar 1.342 ton, (91,08%) dan tambak 131,46 ton (8,92%).Potensi perikanan Minahasa Utara meliputi jenis-janis ikan utama yaitu: Cakalang (Katsu-wonus pelamis), Tuna (Thun-nus spp.), Dugong (Dugong du-gong), Penyu (Chelonia spp.), ikan raja laut (Latimeria mena-doensis), ikan Napolen/Mami-ng (Chelinus undulatus), ikan hias (seperti Clown fish dan Angel), udang Penaeid, Lobster (Panulirus sp.), Kepiting bakau (Scylla serrata), Teripang (Holo-thuria spp.), ikan Budidaya (se-perti, kerapu tikus, Beronang dan Kuwe), budidaya Kerang mutiara (Pinctada maxima de-ngan potensi seluas 11.000 ha di pulau Talise, Gangga dan Bangka).

Data Potensi • Penduduk : 172.690 jiwa*• Prod. Perikanan Tangkap : 11.870 ton• Nelayan : 8.931 jiwa• Perahu Tanpa Motor : 2.456 buah• Motor Tempel : 431 buah• Kapal Motor : 32 Buah• Luas Baku Usaha Budidaya : 10.500 ha• Prod. Perikanan Budidaya : 314.961 ton• Pembudidaya : 5.884 jiwa• Tempat Pelelangan Ikan : 2 buah• Panjang Pantai : 229,2 kilometer• Pulau Kecil : 19 buahJuga masih ada potensi terumbu karang (>2500 ha), padang lamun (>1000 ha), Mangrove (>1.843 ha), dan budidaya rumput laut (khususnya di pulau Naen dengan jenis Eucheuma cottoni dan E. spinosium dengan produksi 300 ton/bulan dengan luas 600 ha).

Fakta Klasik NelayanWilayah laut dan pesisir Sulut dikenal sebagai areal yang kaya. Bukan hanya nilai memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi, tapi juga kekayaan populasi produk yang melimpah. Apalagi ditunjang dengan wilayah ekosistem pesisir yang luas, mulai dari mangrove, padang lamun, sampai terumbu karang, sekaligus mempengaruhi ketersediaan biota sumberdaya di laut lepas.Ragam kekayaan sumberdaya tersebut, ikut mempengaruhi ketersediaan potensi perikanan. Apalagi wilayah Sulut yang berluas 15.272,16 km2 dan sebagian besar berupa perairan laut, tak terelakkan ikut ‘menyimpan’ potensi perikanan yang besar. Bahkan dari beberapa perhitungan, potensi perikanan (pelagis maupun demersal) di wilayah perairan territorial Sulut diperkirakan mencapai 125.900 ton per tahun, sementara di perairan ZEE sekitar 196.900 ton per tahun.Jumlah ini pun belum termasuk potensi biota laut lain, seperti suntung dan cumi-cumi, udang, lobster, kepiting, teripang, dan ragam jenis moluska. Termasuk pula, potensi dari kegiatan budidaya, seperti rumput laut, kerang mutiara, atau ragam jenis krustacea, yang bisa dikembangkan di pesisir Sulut dengan panjang garis pantai sekitar 1.837 km.

Hanya saja besar potensi tersebut belum berbanding lurus dengan kenyataan kehidupan masyarakat pesisir di Sulut. Di laut, perairan Sulut (dan Indonesia) memang kaya dan jaya, namun di darat kehidupan para nelayan dan keluarganya tetap miskin dan terlilit problem ekonomi yang sangat berat.Kehidupan nelayan yang miskin ini, memang tak lepas dari penghasilan mereka yang sangat kecil. Bahkan kalau dirata-ratakan, pendapatan per bulan nelayan di Sulut hanya sekitar Rp400 ribu. Jumlah yang sangat kecil, bila kemudian dihubungkan dengan nilai rupiah yang harus dikeluarkan dalam situasi harga-harga kebutuhan hidup saat ini. Bahkan jumlah tersebut, hanya berselisih sedikit saja jika dibandingkan dengan pengeluaran perkapita penduduk Sulut pada 2007 senilai Rp389.565. Dengan pendapatan sekecil itu, nyaris tak ada yang bisa disimpan oleh mereka, karena semuanya habis untuk kebutuhan makanan dan pengeluaran rutin harian rumah tangga, serta biaya pemeliharaan alat tangkap.Memang tak semua nelayan hanya mampu meraup penghasilan per bulan sekecil itu. Karena ada pula nelayan yang bisa meraih lebih banyak penghasilan rata-rata umumnya nelayan di Sulut tersebut. Penghasilan yang besar itu, terutama karena kepemilikan sarana dan alat tangkap yang lebih baik, dengan modal yang besar pula. Misalnya, nelayan pemilik soma pajeko (dari hasil modifikasi data yang termuat dalam Atlas Sumberdaya Pesisir Minahasa, Manado, Bitung) bisa meraup penghasilan bersih per bulan rata-rata sebesar Rp7,35 juta. Bahkan nelayan pemilik soma pajeko di Bitung atau di kecamatan Kema (Minut), ada yang bisa meraup penghasilan per bulan lebih dari Rp9 juta. Namun penghasilan ini pula sebanding dengan nilai modal yang harus dikeluarkan dari sarana dan alat tangkap tersebut, sekitar Rp200-300 juta.Nilai pendapatan per bulan yang besar juga dihasilkan oleh sejumlah alat tangkap yang lebih modern dan memiliki areal jelajah yang jauh, seperti motor cakalang, funae, atau rawai (lihat grafis). Namun hasil produksi ini pula sebanding dengan modal yang besar serta biaya operasi yang harus dikeluarkan nelayan pemilik. Bahkan cukup banyak pula usaha-usaha perikanan ini dikelola oleh perusahaan. Hasil bersih penghasilan dari nelayan pemilik (tradisional) dan yang dikelola perusahaan perikanan juga biasanya akan berbeda, terutama karena berhubungan dengan biaya operasional, termasuk tenaga kerjanya. Misalnya, meski untuk jenis alat tangkap rawai dari nelayan pemilik (tradisional) hasil bersih per bulan hanya sekitar Rp2,8 juta, sedangkan yang dikelola perusahaan hasil bersihnya bisa mencapai Rp12,5 juta per bulan.Hanya saja, umumnya nelayan tersebut hanya memiliki peralatan sederhana, sehingga hasil tangkapannya pun kecil. Begitu pula dengan sarana penangkap, sebagian besar hanya berupa perahu tanpa motor, sehingga wilayah jelajahnya juga terbatas. Umumnya nelayan hanya menangkap ikan di sekitar pantai sampai sekitar 3 mil, berbeda dengan nelayan berperahu motor yang bisa menjelajah sampai jarak 12 mil dari pantai, bahkan sampai ke pulau-pulau terluar di Sulawesi. Selain itu, kepemilikan rumpon untuk ‘mengumpulkan’ ikan juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan dari nelayan pemilik dengan peralatan lebih modern.Sementara tak sedikit pula, penduduk pesisir yang tak punya perahu maupun alat tangkap. Bagi mereka yang tak punya peralatan ini, banyak yang memilih menjadi buruh nelayan dari nelayan pemilik, misalnya soma pajeko. Namun pendapatan buruh nelayan ini, juga masih sangat kecil. Kalau dirata-ratakan per bulan dari beberapa jenis alat tangkap, buruh nelayan di Sulut hanya meraup penghasilan bersih sekitar Rp230 ribu. Bahkan, ada buruh nelayan di berbagai kecamatan di Sulut, cuma meraup penghasilan bersih di bawah Rp100 ribu per bulan. Meski untuk jenis alat tangkap lain, terutama funae yang memang butuh keahlian khusus buruh nelayan, bisa memperoleh penghasilan bersih di atas Rp600 ribu.

  Itu merupakan salah satu contoh bahwa laut indonesia sangat berpotensi dibidang perikanan, karena itu kita semua harus menjaga dan melindung laut Indonesia, dan perikanan di Indonesia tak berkesudahan.

Menteri Susi Tegaskan Miliar Dolar Kerugian Perikanan IndonesiaWednesday, 05 November 2014, 20:16 WIB

doc dpd Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti bertemu dengan Ketua DPD Irman Gusman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memastikan penghentian izin (moratorium) untuk kapal baru di atas 30 gross tonage (GT). Moratorium diharapkan bisa mencegah kerugian yang lebih besar akibat penangkapan ikan di laut Indonesia oleh pihak asing.

Saat ini jumlah kapal di Indonesia di atas 30 GT sebanyak 5329 unit. Satu kapal, kata Susi, bisa menangkap ikan sebanyak 1.000-2.000 ton pertahun. Jika harga satu kilogram ikan sebesar 1 dollar, maka satu kapal bisa mendapat 1-2 juta dollar pertahun.

"Kalau itu dikalikan jumlah kapal yang ada, berapa miliar dollar yang hilang. Dan itu tidak masuk ke kita (Indonesia). Jadi keberpihakan kita ini pada siapa?," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan DPD RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (5/11).

Menurutnya, kapal di atas 30 GT pasti dimiliki orang asing yang hanya menghabiskan ikan di Indonesia. Jika terus dibiarkan dengan pemberian izin baru, maka Indonesia akan terus dirugikan akibat kehilangan kekayaan dari hasil laut berupa ikan yang dicuri kapal-kapal asing. "Kalau saya sampai ditegur karena moratorium, saya pertaruhkan jabatan saya," katanya.

Materi Hukum Maritim tentang Kerugian Laut Add Comment HUKUM MARITIM 03 November 2013

Kerugian Laut“Kerugian Laut”,  tejemahan dari bahasa Belanda “avarij” dan bahasa Inggris “average”, dalam dunia internasional mengandung konsepsi atau pengertian sebagai berikut:“Semua kerugian yang timbul akibat pengorbanan luar biasa yang dilakukan dan biaya yang dikeluarkan oleh kapal maupun oleh pemilik barang, demi untuk penyelamatan kapal beserta barang muatan dalam menghindari bahaya dilaut, dinyatakan sebagai kerugian laut, dan harus ditanggung bersama secara proposional oleh semua pihak yang berkepentingan”.Agar suatu kejadian dapat diakui sebagai kerugian laut harus memenuhi beberapa unsur, yaitu:

1. Sifat pengorbanan atau pengeluaran tersebut adalah luar biasa;      Sesuatu yang terjadi secara biasa sekedar untuk memenuhi kewajiban masing-masing pihak berdasarkan kontrak angkutan tidak dianggap sebagai kerugian laut; 

2. Pengorbanan tersebut memang dimaksudkan atau disengaja dan beralasan. Suatu kejadian dianggap kerugian laut, bila pengorbanan atau pengeluaran biaya tersebut memang dimaksudkan dan demi untuk keselamatan bersama dan menghindari dari kejadian bahaya dilaut terhadap semua barang yang terlibat dan berada dikapal dalam mengarungi pelayaran bersama; 

3. Demi untuk keselamatan bersama. Terjadinya kerugian laut haruslah diilihat sebagai menghindari dari bahaya yang mengancam semua kepentingan yang ada dikapal dalam pelayaran bersama; 

4. Untuk menghindari kecelakaan dilaut.  Pengorbanan atau pengeluaran biaya yang dilakukan mempersyaratkan harus untuk maksud menghindari bahaya kecelakaan terhadap kekayaan yang ada dikapal dalam pelayaran bersama.

Kerugian Laut menurut KUHD:Kerugian laut diatur secara lengkap dan rinci dalam KUHD pasal 696 sampai dengan pasal 740.Definisi avarij (pasal 696):“Semua biaya luar biasa untuk kepentingan kapal dan barang-barang yang dikeluarkan bersama-sama atau sendiri-sendiri,semua kerugian yang menimpa kapal dan barang-barang, selama waktu yang ditentukan dalam Bagian 3 Bab IX mengenai permulaan dan akhir bahaya”Ada dua macam yaitu : avarij grosse atau avarij umum dan avarij sederhana atau avarij khusus. Avarij umum harus diperhitungkan pada kapal dan biaya angkutan dan muatan; sedangkan avarij khusus dibebankan pada kapal, atau pada barang masing-masing yang mendapat kerugian atau yang menyebabkan biaya-biayanya.

Perbuatan-perbuatan dan keadaan-keadaan yang menjadi avarij umum (pasal 699) :

1. Apa yang diberikan kepada musuh atau bajak laut untuk pembebasan atau penebusan kapal dan muatan. Dalam hal ada keragu-raguan, selalu dianggap bahwa penebusan telah dilakukan untuk kepentingan kapal dan muatan;

2. Apa yang demi keselamatan umum atau kepentingan bersama dari kapal dan muatan dibuang kelaut atau habis dipakai;

3. Kawat besar, tiang, layer dan perkakas lain yang dipotong atau dipatahkan untuk keperluan seperti diatas

4. Sauhj, kawat dan barang lain, yang juga untuk kepentingan yang sama terpaksa harus dilempar kelaut;

5. Kerugian pada barang yang tersisa dikapal karena harus dilempar kelaut;6. Kerusakan yang sengaja ditimbulkan pada badan kapal untuk memudahkan

pelemparan dan tindakan meringankan kapal atau penyelamatan barang, atau untuk memperlancar pembuangan air, dan kerugian yang pada waktu itu telah ditimbulkan oeh air pada muatan;

7. Penjagaan, penyembuhan, pemeliharaan, dan penggantian kerugian kepada semua orang yang ada dikapal, yang dalam mempertahankan kapal terluka atau menjadi cacat ;

8. Penggantian kerugian atau pemberian makanan bagi mereka yang dalam dinas untuk kepentingan kapal dan muatan, dikirim kelaut atau kedarat, ditangkap, ditahan atau dijadikan budak ;

9. Gaji dan pemeliharaan nakhoda dan para ank buah kapal selama kapal terpaksa berada dalam pelabuhan darurat;

10. Biaya pandu dan biaya pelabuhan lainnya yang harus dibayar pada waktu masuk dan keluar pelabuhan darurat

11. Sewa gudang dan tempat penyimpanan untuk barang yang karena selama perbaikan kapal dalam pelabuhan darurat tidak dapat tetap berada dikapal, harus disimpan;

12. biaya penuntutan kembali, bila kapal dan muatan ditahan atau  digiring dan kedua-duanya dituntut kembali oleh nakhoda; dan

13. gaji dan pemeliharaan nakhoda dan para anak buah kapal selama penuntutan kembali, bila kapal dan muatan dibebaskan;

14. biaya pembongkaran, upah pemindahan kekapal kepil, beserta biaya untuk membawa kapal kepelabuhan atau sungai, bila hal itu terpaksa karena taufan, pengejaran oleh

musuh atau bajak laut atau karena sebab lain demi keselamatan kapal dan muatannya; beserta kerugian dan kerusakan yang diderita pada barang karena pembongkaran dan pemuatannya kedalam kapal-kapal kecil karena terpaksa dan karena pemuatan kembali kekapanya

15. kerugian pada kapal atau muatan, atau pada keduanya,  disebabkan karena waktu mencegah bahaya perampasan atau kekaraman, kapal dengan sengaja dikandaskan dipantai; demikian pula, bila hal itu terjadi dalam keadaan bahaya lainya ng mendesak demi keelamatan kapal dan muatan ;

16. biaya untuk memperlancar kembali kapal yang dikandaskan tersebut diatas dan upah yang dibayarkan untuk pertolobngan yang diberikan untuk itu, beserta semua penggantian jasa untuk pertolongan kepada kapal dan muatannya yang diberikan waktu dalam keadaan bahaya;

17. kerugian dan kerusakan yang diderita pada barang yang pada waktu keadaan darurat dimuatkan kekapal kecil atau kapal biasa, termasuk disitu bagian dalam avarij umum yang harus dibayar oleh pemilik barang kepada kapal kecil atau kapal biasa yang menolong itu; dan sebaliknya kerugian dan kerusakan yang diderita pada barang yang ketinggalan dikapal utama (yang kandas), dan pada kapal penolong itu sendiri, setelah pemindahan muatannya, bila kerusakan atau kerugian itu termasuk avarij umum;

18. gaji dan pemeliharaan nakhoda dan para anak buah kapal, bila        kapal itu setelah permulaan perjalanannya terhambat oleh Negara asing atau oleh pecahnya perang, selama kapal dan muatan tidak dibebaskan dari perikatan kedua belah pihak;

19. dihapus;20. premi untuk mempertanggungkan biaya yang termasuk avarij umum dan atau

kerugian yang diderita karena penjualan  sebagian muatan dipelabuhan darurat untuk menutup biaya avarij;

21. biaya pembuatan dan penetuan apa yang termasuk avarij umum;22. biaya, termasuk didalamnya gaji tambahan dan pemeliharaan nakhoda dan para anak

buah kapal, yang disebabkan karantinas luar biasa dan tidak dapat diduga pada waktu mengadakan perjanjian pencarteran, bila kapal dan barang yang dimuat harus tunduk kepadanya;

23. pada umumnya semua kerugian yang dalam keadaan darurat ditimbulkan dengan sengaja, dan diderita sebagai akibat langsung dari itu, dan biaya yang dalam keadaan sama dikeluarkan demi keselamatan dan kepentingan kapal dan muatan.

Pasal 701 menentukan “avarij khusus” adalah :

1. semua kerusakan dan kerugian yang terjadi pada kapal dan muatannya karena topan, perampasan, karamnya kapal atau kekandasan yang tidak disengaja;

2. upah dan biaya pengamanan;3. Hilangnya dan kerusakan yang terjadi pada kawat besar, jangkar, kawat biasa layar,

susuh perahu, sambungan tiang, gantungan layer, perahu dan bekas perahu, yang disebabkan oleh topan dan malapetaka lain dilaut;

4. Biaya penuntutan kembali dan pemeliharaan serta gaji nakhoda dan anak buah kapal selama penuntutan kembali, bila hanya kapal atau muatannya yang ditahan;

5. Perbaikan khusus dari pembungkusan dan biaya penyelamatan barang perdagangan yang rusak , bila ini tidak ada yang menjadi akibat langsung dari bencana yang menyebabkan avarij uum

6. Biaya untuk pengangkutan lebih lanjut dari barang, bila dalam hal tersebut pasal 519d, perjanjian pencarterannya dihapus; dan

7. Pada umumnya , semua kerusakan, kerugian dan biaya yang tidak disebabkan atau dibuat dengan sengaja, dan demi keselamatan dan kepentingan bersama dari kapal dan muatan, tetapi yang dialami dan dibuat untuk kepentingan kapal saja atau muatannya saja, dan yang karena itu berhubungan dengan pasal 699, tidak termasuk avarij umum.

Oleh Deni SB Yuherawan

Pengantar redaksi:Artikel ini dimuat secara bersambung. Bagian I, edisi Senin 16 Nopember 2009. Bagian II, edisi Senin 23 Nopember 2009. Bagian III, edisi Senin 30 Nopember 2009. Bagian IV, edisi Senin 7 Desember 2009.

3. Perundang-undangan Yang Mengatur Pengelolaan Kawasan Laut IndonesiaPerundang-undangan yang mengatur berbagai aspek kegiatan pengelolaan kawasan laut, secara kuantitatif relatif sudah memadai. Di bidang perikanan, selama tiga puluh tahun terakhir, tidak kurang dari tiga puluh produk hukum telah diterbitkan. Namun, secara substantif, produk hukum tersebut sangat memprihatinkan. Secara kategorik, produk hukum perikanan tersebut memiliki tiga ciri pokok, yakni sentralistik, berbasis pada doktrin open-access, dan anti pluralisme hukum.

Beberapa perundangan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya.

Undang-undang ini mengatur semua aspek yang berkaitan dengan konservasi, baik ruang maupun sumber daya alamnya, sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan-nya, bahwa Undang-undang ini bertujuan: “Untuk mengatur perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya agar dapat menjamin pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan manusia”. Pasal 1 angka 7: ”Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat , dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia”. Penjelasan Pasal 1 angka 7: ”Ikan dan ternak tidak termasuk di dalam pengertian satwa liar, tetapi termasuk di dalam pengertian satwa”.

Pengertian konservasi menurut undang-undang ini adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi dilakukan melalui kegiatan : (a) perlindungan sistem penyangga

kehidupan ; (b) pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan (c) pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Pasal 5).

b. Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

Sepanjang berkaitan dengan pengelolaan kawasan konservasi sebagai suatu kesatuan ekosistem, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan mengatur penetapan status hukum kawasan lautnya. Secara khusus undang-undang ini memberikan wewenang kepada Menteri untuk menetapkan status suatu bagian laut tertentu sebagai kawasan Suaka Alam Perairan, Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, atau Suaka Perikanan. Penetapan status kawasan-kawasan laut tersebut bertujuan untuk melindungi dan melestarikan sumber-sumber kekayaan alam hayati dan ekosistemnya.

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa: “Dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, Menteri menetapkan: (n) …………………..; (o) rehabilitasi dan peningkatan sumber daya ikan serta lingkungannya; (p) …………………..; (q) suaka perikanan; (r) …………………….; (s)…………………….; dan (t) jenis ikan yang dilindungi.” Pasal 7 ayat (5) : “Menteri menetapkan jenis ikan dan kawasan perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman nasional laut, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, dan/atau kelestarian sumber daya ikan dan / atau lingkungannya”. Penjelasan Pasal 7 ayat (5) : “Yang dimaksud dengan “jenis ikan” adalah: Pisces (ikan bersirip); Crustacea (udang, rajungan, kepiting , dan sebangsanya); Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya); Coelenterata (ubur-ubur dan sebangsanya); Echinodermata (tripang, bulu babi dan sebangsanya); Amphibia (kodok dan sebangsanya); (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya); Mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya); Algae (rumput laut dan tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air); dan Biota Perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas, semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi”.

Selanjutnya Pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa: “Dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan.” Selanjutnya Pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa: “Pemerintah mengatur dan/atau mengembangkan pemanfaatan plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan dalam rangka pelestarian ekosistem dan pemuliaan sumber daya ikan.” Pasal 14 ayat (2): “Setiap orang wajib melestarikan plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan.”

c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa: “Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut”. Selanjutnya Pasal 18 ayat (3) menyatakan bahwa kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut; pengaturan administratif; pengaturan tata ruang; penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah; ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam.

Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengertian Kawasan Suaka Alam menurut peraturan ini adalah: “kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.” Adapun yang dimaksud dengan Kawasan Pelestarian Alam adalah: “kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.”

Dari definisi sebagaimana telah dikutip di atas, tampak perbedaan antara kedua kawasan, yaitu bahwa di dalam Kawasan Pelestarian Alam, baik di daratan maupun di perairan, dimungkinkan kegiatan pemanfaatan secara lestari dengan memperhatikan daya dukung ekosistemnya. Selanjutnya, Kawasan Suaka Alam dapat dibedakan menjadi: Cagar Alam dan Suaka Margasatwa, sedangkan Kawasan Pelestarian Alam dapat dibedakan menjadi: Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.

Nomenklatur kawasan sebagaimana telah dikutip di atas, secara analogi dapat dipersamakan dengan pengertian kawasan-kawasan yang termuat di dalam Undang-Undang Perikanan Nomor 31 Tahun 2004. Sepanjang menyangkut urusan kelautan dan perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan berwenang untuk menetapkan perairan tertentu sebagai Kawasan Suaka Alam Perairan, Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, atau Suaka Perikanan (Pasal 7 ayat (1) dan Penjelasan Pasal 13 ayat (1). Dalam hal ini Kawasan Suaka Alam Perairan dan Suaka Perikanan identik dengan Kawasan Suaka Alam sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 6 Peraturan Pemerintah ini. Selanjutnya, pengertian Taman Nasional Perairan dan Taman Wisata Perairan di dalam Undang-Undang Perikanan identik dengan Kawasan Pelestarian Alam sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 30 Peraturan Pemerintah ini.

e. Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan

Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Peraturan pemerintah ini memberikan kewenangan kepada Menteri (Kelautan dan Perikanan) untuk menetapkan Kawasan Konservasi Perairan yang terdiri atas taman nasional perairan, taman wisata perairan, suaka alam perairan, dan suaka perikanan (Pasal 8).

Peraturan Pemerintah ini juga memberi kewenangan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan untuk menetapkan status perlindungan jenis ikan tertentu (pasal 24 ayat 1), yang meliputi Jenis ikan yang dilindungi dan Jenis ikan yang tidak dilindungi (Pasal 23 ayat (1)). Jenis ikan tertentu dapat ditetapkan sebagai jenis ikan yang dilindungi, apabila memenuhi kriteria: (a). terancam punah; (b). langka; (c). daerah penyebaran terbatas (endemic); (d). adanya penurunan jumlah populasi di alam yang tajam; dan (e). tingkat kemampuan reproduksi yang rendah.

4. Selayang Pandang Tentang Kerjasama Konservasi InternasionalKerjasama internasional dalam konservasi sangat diperlukan terutama untuk mencegah kepunahan atau terancamnya jenis dan ekosistem dari kepunahan yang disebabkan oleh pengelolaan dan pemanfaatan yang tidak berkelanjutan. Beberapa konvensi internasional terkait dengan konservasi yang mengikat secara hukum diantaranya adalah CITES, Ramsar dan CBD. Indonesia telah meratifikasi Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) yang ditandatangani di Washington, D.C. tahun 1973 dan telah berlaku secara efektif sejak tahun 1975. Konvensi tersebut telah menjadi hukum nasional melalui ratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 43 tahun 1978. Selanjutnya ketentuan CITES merupakan kewajiban bersama dalam pelaksanaannya namun harus didasari oleh peraturan perundang-undangan nasional yang memadahi. Dalam Article VIII CITES disebutkan bahwa setiap Negara anggota Konvensi wajib mempunyai legislasi nasional (peraturan perundang-undangan) yang memadahi untuk pellaksanaan CITES dengan efektif, yang dapat memberikan mandat kepada setiap negara anggota untuk (1) menunjuk satu atau lebih Otoritas Pengelola (Management Authorities) yang berkompeten untuk menerbitkan izin atau sertifikat atas nama Negara Pihak, dan satu atau lebih Otoritas Keilmuan (Scientific Authorities) untuk memberikan pendapat/nasihat kepada Otoritas Pengelola; (2) dapat melarang semua kegiatan yang melanggar ketentuan konvensi terkait dengan jenis-jenis yang termasuk dalam appendix; (3) dapat menghukum pelanggaran-pelanggaran tersebut; dan (4) dapat melakukan penyitaan terhadap specimen yang terlibat di dalam pelanggaran. Keempat prasyarat tersebut harus dapat dipenuhi oleh legislasi yang ada, jika tidak maka CITES dapat memberikan sanksi berupa “isolasi” atau embargo perdagangan jenis-jenis yang masuk kontrol CITES.

Konvensi lain yang terkait dengan konservasi adalah Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati atau Convention on Biological Diversity (CBD), yang mengatur tentang konservasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan yang berkelanjutan dari keanekaragaman hayati serta pembagian yang adil terhadap pemanfaatan genetik. Beberapa keputusan yang sangat terkait diantaranya adalah tentang konservasi pesisir, pantai dan laut; tentang kawasan dilindungi (protected areas), dan sebagainya.

5. Urgensi Kawasan Konservasi Laut di IndonesiaBerdasarkan uraian tentang kondisi eksisting kawasan laut Indonesia, tidak ada keraguan lagi tentang perlunya dibentuknya Kawasan Konservasi Laut (KKL). Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk melindungi 10 juta hektar lautnya pada tahun 2010 dan 20 juta hektar pada tahun 2020. Saat ini, pemerintah Indonesia telah mendeklarasikan sekitar 7 juta hektar laut Indonesia sebagai KKL dengan dibantu oleh lembaga-lembaga konservasi dan masyarakat. Presiden Republik Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono bersama negara-negara ’coral triangle’ telah mengajak seluruh negara-negara di dunia untuk melindungi terumbu karang di kawasan segitiga karang dunia (coral triangle) dalam sebuah inisiatif yang disebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini mendapat banyak dukungan termasuk dari negara-negara seperti Amerika dan Australia.

Dalam kondisi seperti ini, hal yang paling penting dilakukan adalah justifikasi mengenai dampak dari pembangunan KKL terhadap kondisi sosioekonomi masyarakat sekitarnya. Justifikasi ini selain akan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan ini, juga sebagai bahan sosialisasi pada masyarakat pelaku usaha perikanan tangkap dan masyarakat pesisir lainnya. Justifikasi yang berkaitan dengan sisi bio-sosio-ekonomi sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada para stakeholder akan arti

pembangunan KKL baik bagi aspek sumber dayanya sendiri maupun masyarakat secara keseluruhan.

Secara praksis, dari berbagai kegiatan teknis di lapangan diperoleh pengalaman umum yakni faktor yang amat berpengaruh adalah integritas pengelola. Dalam hal ini manajer telah membuat kesalahan dengan memperdaya masyarakat sehingga menghilangkan kepercayaan, walaupun dalam beberapa hal dan kesempatan berhasil akan tetapi kenyataan akhir merupakan kegagalan.

Salah satu pengalaman kunci, yakni waktu yang dialokasikan untuk fase persiapan merupakan modal penting yang terbukti kemudian hari. Penyelenggara kawasan konservasi laut harus mampu meyakinkan manfaatnya kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders), dalam hal ini membutuhkan waktu dan diplomasi yang tidak mudah.

Tentang penulis:Deni SB Yuherawan SH MS, dosen FH Universitas Trunojoyo Madura, Sedang Studi S3 Ilmu Hukum di Unair. Email: [email protected]

Menjaga Laut KitaBlog ditulis oleh Arifsyah M Nasution - 8 Maret, 2013 di 15:34 2 komentar

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Tidak kurang dari 13.466 pulau dan diantaranya terdapat 92 pulau terluar yang beserta ruang laut, darat dan udara, membangun wilayah negara dengan total luas lebih dari 5,1 juta km per segi.  Sebagai negara kepulauan, dua pertiga luas wilayah negara ini adalah lautan. Laut adalah halaman dan garis terdepan negeri dengan suku-bangsa dan bahasa paling beragam di dunia ini.

Indonesia terletak pada posisi geografis yang strategis, dimana gugus kepulauannya terbentang dan berada di sepanjang garis khalutistiwa, menghubungkan dua benua yaitu Asia dan Australia serta dua samudera, yaitu Hindia dan Pasifik. Oleh karena itulah, Indonesia dijuluki Nusantara (Kepulauan Antara) dengan slogan pemersatu, Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda namun tetap satu).

Terumbu karang, mangrove, dan padang lamun adalah tiga ekosistem kunci di kawasan pesisir dan laut. Terumbu karang dan mangrove merupakan ekosistem yang menjadi kekayaan dan kebanggaan di hampir seluruh bentang laut (seascape) di Indonesia.

Secara ekologi, sosial ekonomi dan politik, seluruh bentuk ekosistem pesisir dan laut tersebut sangat penting karena memberikan jasa lingkungan (environmental services) besar untuk masyarakat Indonesia, antara lain asupan protein (hewani dan nabati),

keindahan bahari, air dan udara bersih di kawasan pesisir dan perlindungan kawasan pantai dari ancaman bencana alam seperti abrasi dan tsunami.

Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem laut paling tinggi sekaligus paling rentan di dunia. Laut kita menjadi sangat rapuh dan rentan kelestariannya disebabkan banyak faktor, namun setidaknya dapat diuraikan menjadi lima hal serius dan mendasar.

Pertama, merajalela dan serakahnya korporasi global dalam pengurasan sumber daya mineral dan sumber daya ikan. Hal ini telah menyebabkan tangkapan berlebih (Overfishing) dan seringkali mereka ‘menghalalkan’ ikan dari hasil penangkapan yang ilegal, tidak diatur (merusak) dan tidak dilaporkan (IUU fishing).

Kedua, pencemaran laut yang disebabkan oleh limbah cair dan sampah padat dari kegiatan industri dan domestik serta tumpahan minyak.

Ketiga, semakin lunturnya budaya dan kearifan lokal dalam membangun teladan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang berkelanjutan. 

Keempat, meningkatnnya dampak negatif dari perubahan iklim, seperti percepatan mencairnya es di kawasan kutub, naiknya permukaan air laut dan pemutihan massal (mass bleaching) terumbu karang.

Kelima, masih sangat lemahnya upaya penegakan hukum serta dukungan dan komitmen untuk mewujudkan tata-kelola  kelautan yang baik (good oceans governance).

Sungguh saat ini kita sedang menghadapi krisis perikanan dan kehancuran ekosistem pesisir dan laut yang sangat mengkuatirkan. Kondisi ini sangat membutuhkan perhatian dan dukungan nyata dari kita semua.

Oleh karena itu, sudah seharusnya kita menyadari dan membangun komitmen bagi pelestarian ekosistem pesisir dan laut dengan memastikan pemanfaatan sumber daya ikan (SDI) yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Sebagai bagian dari komitmen Greenpeace untuk mewujudkan 100% Indonesia Hijau Damai, pada tahun 2013, Greenpeace secara resmi meluncurkan kampanye kelautan (Oceans Campaign). Kampanye menjaga laut kita, laut nusantara.

Kampanye Kelautan Greenpeace di Indonesia bertujuan untuk menggerakkan dan mendukung terwujudnya solidaritas, keadilan, keberlanjutan dan teladan perikanan, pengelolaan jejaring kawasan konservasi laut yang efektif, serta memastikan berakhirnya tangkapan ikan berlebih dan setiap praktik penangkapan ikan yang merusak dan tidak berkelanjutan yang mengancam keberlangsungan mata pencaharian masyarakat lokal, kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati laut.

Mari menjaga laut kita! Menjaga dalam arti memulihkan, menyelamatkan, melestarikan dan memanfaatkannya secara bertanggungjawab, berkelanjutan dan berkeadilan.

Greenpeace berkomitmen untuk terus bersuara, memberikan solusi dan melakukan aksi nyata untuk laut Indonesia yang terpulihkan dan sehat. Bersama dan dengan dukungan anda semua, kami yakin bisa mewujudkannya! www.greenpeace.or.id/laut

Indonesia juga memiliki kekayaan laut yang besar. Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 dengan panjang garis pantai 81.000 km. Sekitar 7% (6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia berasal dari Indonesia. Kurang-lebih 24 juta ha perairan laut dangkal Indonesia cocok untuk usaha budidaya laut dengan potensi produksi sekitar 47 juta ton/tahun. Kawasan pesisir yang sesuai untuk usaha budidaya tambak diperkirakan lebih dari 1 juta ha dengan potensi produksi sekitar 4 juta ton/tahun.