Bahan Paparan PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR...

download Bahan Paparan PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM – BINTAN – KARIMUN

of 84

description

Bahan Paparan PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM – BINTAN – KARIMUN

Transcript of Bahan Paparan PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR...

  • PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

    KAWASAN BATAM BINTAN KARIMUN

    K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U MD I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G

    S A T U A N K E R J A P E N G E M B A N G A N W I L A Y A H N A S I O N A L

    Batam| Oktober, 2013

    Energy TelecomSea Port AirportRail Way Road WaterSanitation

    Bersama Menata RuangUntuk Semua

  • 1. PERPRES 87 Tahun 2011 TentangRTR Kawasan BBK

    2. RPI2JM KSN BBK

    3. Prinsip, Proses dan HasilPenyempurnaan RPIIJM KSN BBK

    4. Program/Kegiatan PrioritasPembangunan Infrastruktur di KSN BBK

    5. Sumber PembiayaanInfrastruktur RPIIJM KSNBBK

    6. Lembar Kesepakatan

    S I S T E M A T I K A P E M B A H A S A N

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 2

    Energy

    Telecom

    Sea Port

    Airport

    Rail Way

    Road

    Water

    Sanitation

  • 1 . P E R P R E S 8 7 / 2 0 1 1 - R T R K A W A S A N B B K

    1. Landasan Hukum Penataan Ruang

    2. Geostrategis KPBPB BBK

    3. Isu Strategis KPBPB BBK

    4. Muatan PERPRES 87/2011 RTR Kawasan BBK

    Bintan Resort Barelang Bridge Map of BBK PLTU Karimun Monumen Tanjungpinang

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 3

    Sub Bahasan:

  • 1.1. Landasan Hukum Penataan Ruang

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 4

    UU DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

    Pasal 4 ayat (1) :Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar

    UU 36 TAHUN 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS MENJADI UNDANG-UNDANG

    Pasal 1:Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (LembaranNegara RI Tahun 2000 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3996) ditetapkan menjadi Undang-Undang, dan melampirkannyasebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

    UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

    Pasal 3 ayat (1) :Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)adalah:a. pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi;b. pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.

    UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

    Pasal 8 ayat (3) :Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional meliputi:a. penetapan kawasan strategis nasional;b. perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional;c. pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dand. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.

  • 1.1. Landasan Hukum Penataan Ruang

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 5

    PP NO. 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

    Pasal 1 :Dengan Peraturan Pemerintah ini, kawasan Batam ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan PelabuhanBebas untuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini.

    PP NO. 47 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BINTAN

    Pasal 1 ayat (1) :Dengan Peraturan Pemerintah ini, kawasan Bintan ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebasuntuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini.

    PP NO. 48 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS KARIMUN

    Pasal 1 ayat (1) :Dengan Peraturan Pemerintah ini, kawasan Karimun ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebasuntuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini.

    PP NO.26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG NASIONAL

    Pasal 9 ayat (1) butir c :Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif,efisien, danmampu bersaing dalam perekonomian internasional;Pasal 9 ayat (1) butir c :Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional meliputi:a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan

    sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;b. Menciptakan iklim investasi yang kondusif;c. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;d. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;e. Mengintensifkan promosi peluang investasi; danf. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

  • 1.1. Landasan Hukum Penataan Ruang

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 6

    PP NO. 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

    Pasal 4 ayat (1) huruf b:rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional yang

    ditetapkan dengan peraturan presiden;

    PP NO. 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

    Pasal 5:Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:a. perencanaan tata ruang;b. pemanfaatan ruang; danc. pengendalian pemanfaatan ruang.

  • 1.2. Geostrategis KPBPB BBK

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 7

    1. GEOSTRATEGIS KPBPB BBK DALAM ALUR PELAYARAN DUNIA

    Kawasan BBK berada pada alur pelayaran dunia (Selat Malaka dan Selat Singapura) yang merupakan jalur stategis penghubung Eropa & Asia Jauh dengan Trans Pasifik

    2. GEOSTRATEGIS KPBPB BBK DALAM PENGEMBANGAN SIJORI

    KPBPB BBK dalam konteks pengembanganSIJORI (Singapura-Johor-Riau) KPBPB BBK

    mengambil peran sebagai pusat industri perkapalan, pariwisata alam - MICE, perbankan,

    perdagangan, transportasiKeunggulan: lahan, air, biaya hidup rendah

    Keterbatasan: tenaga kerja terampil

    3. GEOSTRATEGIS KPBPB BBK

    DALAM PERDAGANGAN GLOBAL

    KPBPB BBK memiliki potensi untuk mengambil peransebagai pelabuhan barang internasional, mengambil peluang kejenuhan yang ada

    di pelabuhan-pelabuhan Singapura

  • 1.3. Isu Strategis KPBPB BBk

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 8

    1. Keterpaduan dan Keterkaitan Antar Sektor Belum terpadunya pembangunan antar sektor Lemahnya keterkaitan antar wilayah Belum terkendalinya perkembangan perkotaan

    2. Ketersediaan dan Pelayanan Infrastruktur Masih terdapat kawasan dan pulau-pulau yang belum terlayani Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk menunjang

    pertumbuhan ekonomi

    3. Pengembangan Ekonomi dan Sosial Kecilnya peran Kawasan BBK dalam kerangka kerja sama sub regional (IMS-

    GT) Rendahnya produktifitas dan daya saing ekonomi kawasan dibandingkan

    dengan negara tetangga Masih tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan

    4. Perbatasan Negara, Pertahanan dan Keamanan Masih seringnya terjadi pelanggaran-pelanggaran lintas batas negara Belum tuntasnya perjanjian batas antar negara

    5. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Belum terselesaikannya masalah alih fungsi hutan Menurunnya kualitas lingkungan di perkotaan dan pesisir Menurunnya luasan ruang terbuka hijau dan hutan lindung Dampak konsensi, eksplorasi pertambangan khususnya di kabupaten/kota Belum terkendalinya pemanfaatan sumber daya laut Keterbatasan sumber daya air

  • 1.4. Muatan PERPRES No 87/2011 Tentang RTR Kawasan BBK

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 9

  • 1.4.1. Pengertian (pasal 1)

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 10

    Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebasadalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara KesatuanRepublik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas daripengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barangmewah, dan cukai.

    KPBPB Batam, Bintan, dan Karimunadalah KPBPB sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

    Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (Kawasan BBK)adalah satu kesatuan kawasan yang terdiri atas sebagian wilayah KotaBatam, sebagian wilayah Kabupaten Bintan, sebagian wilayah KotaTanjungpinang, sebagian wilayah Kabupaten Karimun, dan sebagian wilayahperairan di Selat Jodoh, Selat Malaka, dan Selat Singapura.

  • 1.4.2. Ruang Lingkup Pengaturan

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 11

    TUJUAN PENATAAN

    RUANG KAWASAN BBK

    Strategi Penataan Ruang

    untuk Struktur Ruang

    Strategi Penataan Ruang

    untuk Pola Ruang

    RENCANA STRUKTUR

    RUANG

    RENCANA POLA RUANG

    ARAHAN

    PEMANFAATAN RUANG

    ARAHAN PENGENDALIAN

    PEMANFAATAN RUANG

    PENGELOLAAN KAWASAN PERAN MASYARAKAT DALAM

    PENATAAN RUANG

    KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PENUTUP

    A) Sistem Pusat Kegiatan

    B) Sistem Jar. Transportasi

    D) Sistem Jar. Telekomunikasi

    C) Sistem Jar. Energi

    F) Sistem Jar. SDA

    G) Sistem Jar. Prasarana Perkotaan

    - Sistem Penyediaan Air Minum

    - Sistem Jar. Drainase

    - Sistem Jar. Air Limbah

    - Sistem Pengelolaan Limbah B3

    - Sistem Pengelolaan Persampahan

    A) Kawasan Lindung

    - kws. yang memberikan

    perlindungan kws. dibawahnya

    - kws. perlindungan setempat

    - kws. suaka alam, pelestarian

    alam, cagar budaya

    - kws. rawan bencana alam

    - kws. lindung geologi

    - kws. lindung lainnya

    B) Kawasan Budidaya

    - permukiman kepadatan tinggi,

    sedang, dan rendah

    - industri

    - pariwisata

    - ekonomi, sosial, pertahanan dan

    keamanan negara, serta transportasi

    KEBIJAKAN PENATAAN

    RUANG

    Indikasi Program Utama

    Perwujudan Struktur

    Ruang

    Indikasi Program Utama

    Perwujudan Pola Ruang

    Arahan Peraturan Zonasi

    (untuk struktur ruang dan pola ruang)

    Arahan Insentif dan Disinsentif

    Arahan Sanksi

    PERAN DAN FUNGSI

    RTR KAWASAN BBK

    Arahan Perizinan

    3a

    3

    4

    5

    1

    2

    3b

    6

    7

    8

    Pasal 2

  • 1.4.3. Peran dan Fungsi

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 12

    sebagai pedoman untuk :

    1) Penyusunan rencana pembangunan di Kawasan BBK

    2) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan BBK

    3) Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembanganantar wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor di KawasanBBK

    5) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di KawasanBBK6) Pengelolaan Kawasan BBK

    Alat Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagaiA alat koordinasi pelaksanaanpembangunan di Kawasan BBK

    4) Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan BBK

    7) Pengelolaan Kawasan BBK

    PERAN

    FUNGSI

    Pasal 3

    Pasal 2

  • 1.4.5. Cakupan Kawasan

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 13

  • 1.4.6. Tujuan, Kebijakan dan Strategi

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 14

  • 1.4.7. Tujuan, Kebijakan dan Strategi

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 15

    STRATEGI PENATAAN RUANG

    PERWUJUDAN DAN PENINGKATAN

    KETERPADUAN DAN KETERKAITAN

    ANTARKEGIATAN BUDI DAYA

    menetapkan

    kawasan budi

    daya dan

    memanfaatkan

    sumber daya alam

    mengembangkan

    kegiatan ekonomi

    unggulan

    mengembangkan

    kegiatan terkait

    dalam aspek

    politik, pertahanan

    dan keamanan,

    sosial budaya,

    serta ilmu

    pengetahuan dan

    teknologi

    mengembangkan

    pulau-pulau kecil

    mengembangkan

    kegiatan

    pengelolaan

    sumber daya

    kelautan

    PENINGKATAN PELAYANAN PUSAT

    KEGIATAN KAWASAN BBK YANG

    MERATA DAN BERHIERARKI

    meningkatkan

    keterkaitan pusat-

    pusat kegiatan

    KPBPB

    mempertahankan

    fungsi pusat-pusat

    kegiatan yang

    sudah ada

    mengendalikan

    pusat-pusat

    kegiatan yang

    berkembang tidak

    sesuai

    mendorong

    berfungsinya

    pusat-pusat

    kegiatan baru

    PENINGKATAN KUALITAS DAN

    JANGKAUAN PELAYANAN JARINGAN

    PRASARANA TRANSPORTASI,

    TELEKOMUNIKASI, ENERGI, SUMBER

    DAYA AIR, SERTA PRASARANA DAN

    SARANA PERKOTAAN YANG TERPADU

    DAN MERATA DI SELURUH KAWASAN

    meningkatkan dan

    memantapkan

    kualitas jaringan

    prasarana

    transportasi

    mewujudkan

    keterpaduan

    pelayanan

    transportasi

    mendorong

    pengembangan

    prasarana

    telekomunikasi

    meningkatkan

    kualitas jaringan

    energi

    mengoptimalkan

    keterpaduan

    sistem

    penyediaan energi

    meningkatkan

    kualitas jaringan

    prasarana SDA

    meningkatkan

    kualitas

    penyediaan

    prasarana dan

    sarana perkotaan

    PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN

    FUNGSI KAWASAN DALAM

    PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN

    NASIONAL YANG PRODUKTIF, EFISIEN,

    DAN BERDAYA SAING DALAM

    PEREKONOMIAN INTERNASIONAL

    UNTUK MENDUKUNG PERWUJUDAN

    KORIDOR EKONOMI PULAU SUMATERA

    mengembangkan

    pusat-pusat

    kegiatan ekonomi

    menciptakan iklim

    investasi yang

    kondusif

    mengelola

    pemanfaatan

    sumber daya alam

    meningkatkan

    promosi peluang

    investasi

    meningkatkan

    pelayanan

    penunjang

    kegiatan ekonomi

    PENINGKATAN FUNGSI KAWASAN

    UNTUK PERTAHANAN DAN KEAMANAN

    NEGARA

    menetapkan

    kawasan

    peruntukan

    pertahanan dan

    keamanan negara

    mengembangkan

    kegiatan budi

    daya secara

    selektif di dalam

    dan di sekitar

    kawasan

    peruntukan

    pertahanan dan

    keamanan negara

    mengembangkan

    zona penyangga

    menetapkan

    ketentuan-

    ketentuan

    peraturan zonasi

    membatasi

    perkembangan

    kegiatan budi

    daya terbangun

    mengoptimalkan

    pemanfaatan

    ruang secara

    vertikal dan

    kompak

    membatasi

    perkembangan

    kawasan

    terbangun

    meningkatkan

    kualitas dan

    akuntabilitas

    sistem perizinan

    memberikan

    insentif dan

    disinsentif

    melakukan

    penertiban bagi

    kegiatan yang

    tidak sesuai fungsi

    menetapkan

    kawasan lindung

    mewujudkan

    kawasan lindung >

    30 %

    mewujudkan

    ruang terbuka

    hijau (RTH)

    mengembalikan

    dan meningkatkan

    fungsi kawasan

    lindung

    mewajibkan

    melaksanakan

    KLHS

    menyelenggaraka

    n upaya terpadu

    melindungi

    kemampuan

    lingkungan hidup

    dari tekanan

    perubahan

    melindungi

    kemampuan

    lingkungan hidup

    untuk menyerap

    zat, energi

    etc

    KEBIJAKAN PENATAAN RUANG1 2 3 4 5

    PENGENDALIAN PERKEMBANGAN

    KEGIATAN BUDI DAYA AGAR SESUAI

    FUNGSI DAN TIDAK MELAMPAUI DAYA

    DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG

    LINGKUNGAN

    PEMELIHARAAN DAN PERWUJUDAN

    KELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN

    HIDUP MELALUI PENCEGAHAN DAMPAK

    NEGATIF KEGIATAN MANUSIA YANG

    DAPAT MENIMBULKAN KERUSAKAN

    LINGKUNGAN HIDUP

    6 7

  • 1.4.8. Sistem Pusat Kegiatan Primer

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 16

  • 1.4.9. Rencana Struktur Ruang Kawasan BBK

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 17

  • 1.4.10. Rencana Pola Ruang Kawasan BBK

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 18

  • 1.4.11. Tabel Indikasi Program Utama

    1 . R T R K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 19

    No

    Indikasi Program Utama

    LokasiSumberPendanaan

    InstansiPelaksana

    Waktu Pelaksanaan

    I II III IV

    2011-2014

    2015-2019

    2020-2024

    2025-2027

  • 2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K

    1. Latar Belakang

    2. Maksud, Tujuan dan Sasaran

    3. Lingkup Wilayah Keluaran

    4. Lingkup Kegiatan

    Bintan Resort Barelang Bridge Map of BBK PLTU Karimun Monumen Tanjungpinang

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 20

    Sub Bahasan:

  • 2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 21

    2.1. Latar Belakang

    1. Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Kawasan BBK masihmengalami permasalahan seperti belum fokusnya sasaran kewilayahan yangakan didorong pembangunan infrastrukturnya.

    2. Belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antarkementerian/lembaga terkait (sektoral) dan pemerintah daerah.

    3. Belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur.

    4. Sinkronisasi Program dilakukan melalui berbagai forum dan rapat koordinasisesuai dg peraturan perundang-undangan, dan dilaksanakan denganmemperhatikan rencana pembangunan yg akan dilaksanakan masyarakat danberdasarkan skala prioritas untuk kepentingan pengembangan wilayah.

    5. Telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi InfrastrukturJangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun pada tahun 2012namun belum menjadi konsensus bersama pemangku kepentingan oleh karenaitu perlu dilakukan penyempurnaan.

  • Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 22

    2.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

    2.1 MAKSUD

    Memperoleh konsensus bersama (dokumen kesepakatan formal) semua stakeholderdalam program pembangunan infrastruktur.

    2.2 TUJUAN

    Terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat diKawasan Batam-Bintan-Karimun.

    2.3 SASARAN

    Mengintegrasikan berbagai dokumen kebijakan spasial di Kawasan BBK.

    Menginventarisasi program prioritas pembangunan infrastruktur di tingkat pusat dan di daerah Kawasan BBK.

    Mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas infrastruktur di Kawasan BBK.

    Mensinkronkan program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi, lokasi, waktu dan ketersediaan anggaran.

    Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur.

    Memfasilitasi penyelenggaraan pembahasan kesepakatan rencana terpadu dan program investasi infrastruktur dengan kementerian terkait dan pemerintah daerah di Kawasan BBK.

    2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K

  • 1. Sebagian wilayah Kota Batam yang mencakup 12 (dua belas) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Batu Aji, sebagian Kecamatan Sekupang, sebagian Kecamatan Batu Ampar, sebagian Kecamatan Bengkong, sebagian Kecamatan Batam Kota, sebagian Kecamatan Lubuk Baja, sebagian Kecamatan Nongsa, sebagian Kecamatan Sei Beduk, sebagian Kecamatan Sagulung, sebagian Kecamatan Bulang, sebagian Kecamatan Galang, dan sebagian Kecamatan Belakang Padang;

    2. Sebagian wilayah Kabupaten Bintan yang mencakup 7 (tujuh) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Seri Kuala Lobam, sebagian Kecamatan Bintan Utara, sebagian Kecamatan Teluk Sebong, sebagian Kecamatan Teluk Bintan, sebagian Kecamatan Toapaya, sebagian Kecamatan Gunung Kijang, dan sebagian Kecamatan Bintan Timur;

    3. Sebagian wilayah Kota Tanjungpinang yang mencakup 4 (empat) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Bukit Bestari, sebagian Kecamatan Tanjungpinang Barat, seluruh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan sebagian Kecamatan Tanjungpinang Kota; dan

    4. Sebagian wilayah Kabupaten Karimun yang mencakup 3 (tiga) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Meral, sebagian Kecamatan Tebing, dan sebagian Kecamatan Karimun.

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 23

    2.3. RUANG LINGKUP WILAYAH

    2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K

  • 1. Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur JangkaMenengah (RPI2JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun yang telahdisempurnakan.

    2. Lembar kesepakatan pemerintah provinsi dan Kementerian/Lembagaterkait RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun.

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 24

    2.4. KELUARAN PEKERJAAN

    2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K

  • 2.5. Lingkup Kegiatan1. TAHAP PENYEMPURNAAN

    Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimuntahun 2012, meliputi:

    1. Verifikasi substansi dari masing-masing tahapanpenyusunan RPI2JM dengan muatan Perpres 87/2011Tentang RTR Kawasan Batam-Bintan-Karimun,

    2. Sinkronisasi dokumen rencana pembangunan sektoraldan/atau provinsi terkait, diantaranya;

    1. RPJM Nasional

    2. RENSTRA Kementerian Pekerjaan Umum (DitjenCK, Ditjen Bina Marga, Ditjen SDA)

    3. RENSTRA Kementerian Perhubungan

    4. RENSTRA Kementerian INFOKOM

    5. RENSTRA Perhubungan

    6. RENSTRA ESDM

    7. RPJMD PROV/KAB/KOTA

    8. RENSTRA DINAS PU/KOMINFOHUBTEL/

    3. Alternatif sumber pembiayaan dan inisiasi pelaksanaanpembangunan Kawasan Batam-Bintan-Karimun,melalui pengkajian berbagai peraturan peraturanperundangan terkait infrastruktur Ke-PU-an,

    Perhubungan, Energi dan Sumber Daya Mineral, danKomunikasi dan Informasi.

    2. TAHAP PENYEPAKATAN

    1. Konsultasi Publik (atau FGD) RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun bersama Kementerian/Lembagaterkait dan Pemerintah Provinsi.

    2. Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait danpemerintah daerah dalam bentuk forum diskusi untukmendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun.

    3. Melakukan seminar RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun.

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 25

    2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K

  • 3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

    1. Prinsip Penyusunan RPIIJM

    2. Proses Penyusunan

    3. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1)

    4. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)

    5. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)

    6. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4)

    Bintan Resort Barelang Bridge Map of BBK PLTU Karimun Monumen Tanjungpinang

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 26

    Sub Bahasan:

  • 1. Kewilayahan : Pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya adalah entitaswilayah/kawasan strategis yang akan didorong dan mendorong terciptanya stuktur ruangyang efektif dan efisien

    2. Keterpaduan : Pendekatan dalam integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalampemrograman pembangunan yang saling terkait untuk mengisi kekurangan dan kebutuhanmasing-masing

    3. Keberlanjutan : Pendekatan dalam pemrograman investasi infrastruktur jangka pendek,jangka menengah, dan jangka panjang dengan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial,dan lingkungan hidup

    4. Koordinasi : Pendekatan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur yangmelibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupunMasyarakat/Dunia Usaha, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing

    5. Optimalisasi Sumber Daya : Pendekatan dalam pemanfaatan sumberdaya yang sesuaidengan kewenangan dan kapasitas pendanaan untuk tujuan pengembangankawasan/wilayah melalui pembangunan infrastruktur.

    3.1. PRINSIP PENYUSUNAN RPIIJM

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 27

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.2. PROSES PENYUSUNAN RPIIJM

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 28

    1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah

    Analisis arahan spasial integrasi dari berbagai dokumen kebijakan spasial arahan spasial pengembangan wilayah Jangka Menengah.

    2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur

    Analisis program infrastruktur integrasi berbagai dokumen sistem perencanaan pemb.prioritas program infrastruktur.

    3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur

    Integrasi tahap 1 & 2 program pembangunan infrastruktur prioritas (berbasis pd sasaranspasial).

    4. Pelaksanaan Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur

    Penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dr aspek: fungsi, lokasi, waktu, &ketersediaan anggaran sesuai sasaran pengembangan wilayahnya.

    5. Penyusunan Sumber Pembiayaan Pembangunan

    Analisis bentuk atau wujud sumber pembiayaan pelaksanaan RPI2-JM sumber-sumberpembiayaan pembangunan infrastruktur.

    6. Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan.

    Pada tahap ini dilakukan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM ke dalam penganggaran (publik) dan pembiayaan kerjasama (dengan swasta), serta pengawasan dan pengendalian pelaksanaannya.

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.2. KEDUDUKAN RPIIJM DALAM SISTEM PERENCANAAN SPASIAL & PEMBANGUNAN

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 29

    RP

    I2JM

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.3. Skema Tahapan Proses Penyusunan RPIIJM

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 30

    Monitoring Dan Evaluasi

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • Detil proses Penyusunan Matriks Tahap 1, seperti dibawah ini:1. Identifikasi Peran dan Fungsi Wilayah yang

    diuraikan dalam tujuan RTR RTR Kawasan BBK yang dapat dilihat pada tujuan, kebijakan dan strategi ;

    1. RTR Kawasan BBK memiliki 4 Tujuan2. Selanjutnya, strategi dan sasaran kewilayahan

    penataan ruang RTR Pulau disandingkandengan strategi dan sasaran kewilayahanberdasarkan RTRW Provinsi. Maka didapatlah :a. Identifikasi Kawasan yang didorong

    perkembangannya dan Kawasan yangdikendalikan perkembangannya mulai darinasional, provinsi dan kabupaten.

    b. Menguraikan tentang kawasan-kawasanyang perlu didorong perkembangannyadan kawasan yang perlu dikendalikanperkembangannya, terutama berkaitandengan tingkat pelayanan infrastruktur danadanya permasalahan yang disebabkanoleh kondisi fisik kawasan yangbersangkutan. Identifikasi ini mulai darinasional, provinsi, dan kabupaten.

    3.3.1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1)

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 31

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.3.1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1).Lanjutan

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 32

    Hasil Penyempurnaan Tahap 1 Kawasan BBK

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Merupakan upaya inventarisasi dan sintesisterhadap fokus program pembangunaninfrastruktur prioritas, serta target tingkatpelayanan infrastruktur di Kawasan dan BBK. Input: Program pembangunan infrastruktur

    yang mengacu pada dokumen sistemperencanaan pembangunan yang berlaku,yaitu: RPJP/RPJM Nasional, RenstraKementerian/Lembaga, RPJP/RPJM Provinsi,RPJP/RPJM Kabupaten.

    Proses: Berdasarkan dokumen input,dilakukan inventarisasi danintegrasi/penggabungan fokus programprioritas pembangunan infrastruktur dantarget pelayanannya di Kawasan dan BBK

    Output: Program Prioritas PembangunanInfrastruktur yang sinergis dari tingkatnasional dan provinsi.

    3.3.2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 34

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.3.2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)..Lanjutan

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 35

    Hasil Penyempurnaan Matrik Tahap 2 Kawasan BBK

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Merupakan upaya mengintegrasikan arahanspasial pengembangan wilayah (hasil tahap I)dengan program prioritas pembangunaninfrastruktur (hasil tahap II) di Kawasan BBK. Input: Arahan spasial pengembangan wilayah

    Kawasan BBK jangka menengah (Output daritahap 1) dan Program prioritas pembangunaninfrastruktur di Kawasan BBKjangka menengah(Output dari tahap 2).

    Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan:Integrasi antara arahan spasial dengan programprioritas pembangunan infrastrukturantarsektor di Kawasan BBK. Selanjutnya perludilakukan konfirmasi danpembahasan/forum/rapat koordinasiantarsektor di Kawasan BBK dan PemerintahDaerah, untuk menyepakati rencana terpadupembangunan infrastruktur.

    Output: Rencana terpadu pembangunaninfrastruktur jangka menengahdengan skenariotahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan BBK.

    3.3.3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 37

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.3.3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)Lanjutan

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 38

    Hasil Penyempurnaan Matrik Tahap 3 Kawasan BBK

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Merupakan upaya penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu. Input: Rencana terpadu (program/kegiatan terpadu) pembangunan

    infrastruktur jangka menengah dengan skenario tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan BBK. (Output dari tahap 3).

    Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

    Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur disusun melalui upaya penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur ditinjau dari aspek: (1) fungsi; (2) lokasi; dan (3) waktu pelaksanaan, sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah.

    Penyusunan matriks sinkronisasi fungsi, lokasi dan waktu antarkegiatan/ program infrastruktur prioritas.

    Sinkronisasi antarsektor Pemerintah, antarsektor Pusat dengan Daerah, antara Pemerintah, Pemda, dan masyarakat/dunia usaha, melalui berbagai forum dan rapat kordinasi.Pembahasan/forum/rapat kordinasi antarsektor di Pusat, dan antarsektor di Daerah, untuk menyepakati rencana program investasi pembangunan infrastruktur.

    Alat yang digunakan untuk membangun kesepakatan (Concensus Building) tersebut yaitu Focus Group Discussion (FGD/Diskusi Kelompok Terarah). Sebelum melakukan FGD, dilakukan kegiatan-kegiatan integrasi, sinkronisasi, dan konfirmasi/koordinasi dengan sektor baik di Pusat maupun di Daerah. Aspek-aspek penting dalam pelaksanaan FGD yaitu: stakeholders yang akan dilibatkan, lokasi FGD, dan Pelaksanaan FGD.

    Output: Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, maupun waktu pelaksanaan. Program/kegiatan tahunan tersebut yang dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana kerjasama.

    3.3.4. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4)

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 40

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.3.4. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4) .Lanjutan

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 41

    Hasil Penyempurnaan Matrik Tahap 4 Kawasan BBK Analisis FungsiHasil Penyempurnaan Matrik Tahap 4 Kawasan BBK Analisis LokasiHasil Penyempurnaan Matrik Tahap 4 Kawasan BBK Analisis Waktu

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • Merupakan upaya mengidentifikasi bentuk atau wujud pembiayaan penganggaran RPI2-JM Kawasan BBK. Input:

    Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaan (Output dari tahap IV).

    Ketentuan Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Jenis Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta/badan usaha mencakup:

    infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai atau danau, bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api;

    infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol; infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku; infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku,

    jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum; infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan

    pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan;

    infrastruktur telekomunikasi, meliputi jaringan telekomunikasi; infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, transmisi atau

    distribusi tenaga listrik; dan infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan,

    pengangkutan, transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi. Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai

    berikut. Identifikasi ketersediaan/kemampuan anggaran Pemerintah dan/atau

    Pemerintah Daerah. Melakukan analisis demand dan supply pembiayaan pembangunan

    infrastruktur dengan melihat kemungkinan kemitraan dengan badan usaha dan masyarakat termasuk pendayagunaan sumber daya luar negeri.

    Penyusunan matriks (tabel) pembiayaan program investasi pembangunan infrastruktur.

    Output: alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program investasi pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv) masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan.

    3. 3.5. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 5)

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 42

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.3.5. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 5)Lanjutan

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 43

    Hasil Penyempurnaan Tahap 5 KSN BBK

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • Rencana Jalur Kereta ApiBandara Batu Besar (Hang Nadim Batu Ampar

  • Merupakan upaya inisiasi pelaksanaan RPI2-JM Kawasan BBK kedalam penganggaran publik tahunan, yaitu Kementerian/Lembaga,SKPD, atau pembiayaan kerjasama (dengan swasta). Input:

    Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan(dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dariaspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaannya. Programtahunan tersebut dirinci ke dalam kegiatan, perkiraanvolume, perkiraan biaya pelaksanaan, danpelaksana/pelaksana kerjasama (Output dari tahap V).

    Alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program prioritas pembangunan infrastruktur, yangbersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv)masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan((Output dari tahap V).

    Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. Pendampingan dalam sistem penganggaran pemerintah

    dan pembiayaan dengan swasta. Monitoring dan evaluasi terhadap konsistensi pelaksanaan

    program prioritas pembangunan infrastruktur berupaalokasi terhadap program/kegiatan (K/L) dengan komitmenterhadap RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

    Pemberian tanda non-RPI2-JM terhadap program/kegiatanyang tidak sesuai antara dokumen RPI2-JM yang disusundengan yang di dalam dokumen usulan anggaran, yangmenunjukkan bahwa program tersebut belumdirekomendasikan bersama (forum MUSRENBANG).

    Output: Prioritas pembangunan infrastruktur yang masukdalam sistem penganggaran Nasional, Provinsi,Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Pemerintah/Daftar IsianPelaksanaan Anggaran dan Rencana Kerja PemerintahDaerah/Dokumen Anggaran Satuan Kerja pada Tahun Anggaranke-n+1), serta rencana kerja bersama (dengan swasta) dalamdokumen formal dan mengikat.

    3.3.6. Monitoring dan Evaluasi(Kotak 6)

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 47

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.3.6. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan RPI2JM di BBK (Kotak 6)

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 48

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 3.5. Lembar Kesepakatan Keterpaduan Program Pengembangan Infrastruktur

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 49

    3 . P R I N S I P, P R O S E S & H A S I L P E N Y E M P U R N A A N R P I I J M K S N B B K

  • 4 . P R O G R A M / K E G I A T A N P R I O R I T A S P E M B A N G U N A N I N F R A S T R U K T U R D I K S N B B K

    1. Matrik Program/Kegiatan Prioritas Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Batam

    2. Matrik Program/Kegiatan Prioritas Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Bintan

    3. Matrik Program/Kegiatan Prioritas Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Karimun

    Bintan Resort Barelang Bridge Map of BBK PLTU Karimun Monumen Tanjungpinang

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 50

    Lampiran Matrik

  • No.Sumber Pembiayaan Yang

    DimungkinkanJenis Infrastruktur Landasan Kebijakan/Hukum

    1. APBN/APBD Jalan dan Jembatan Bukan Tol.

    Bangunan Air dan Saluran Pembawa Air Baku.

    Penyehatan Lingkungan Permukiman

    (Drainase, Air Limbah, dan Persampahan)

    1) UU No 17 Th 2003 tentang Keuangan Negara;

    2) UU No 1 Th 2004 ttg Perbendaharaan Negara

    3) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan;

    4) UU No 7 Th 2004 ttg Sumber Daya Air;

    5) PP No 42 Th 2008 ttg Pengelolaan Sumber Daya Air; dan

    6) Permen PU No 6 Th 2011 ttg Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air.

    2. BUMN/BUMD Telekomunikasi

    Transportasi (Bandara , Pelabuhan,

    Perkeretaapian)

    Energi (Ketenagalistrikan dan Migas)

    1) UU No 19 Th 2003 ttg BUMN;

    2) UU No 36 Th 1999 ttg Telekomunikasi;

    3) UU No 1 Tahun 2009 ttg Penerbangan;

    4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

    5) UU No 23 Tahun 2007 ttg Perkeretaapian;

    6) UU No 30 Th 2009 ttg Ketenagalistrikan;

    7) UU No 22 Th 2001 ttg Migas;

    8) PP No 52 Tahun 2000 ttg Penyelenggaraan Telekomunikasi;

    9) PP No 70 Th 2001 ttg Kebandarudaraan;

    10) PP No 61 Tahun 2009 ttg Kepelabuhanan;

    11) PP No 56 Tahun 2009 ttg Penyelenggaraan Perkeretaapian;

    12) PP No 14 Th 2012 ttg Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;

    13) PP No 35 Tahun 2004 Jo PP No 34 Th 2005 dan PP No 55 Th 2009 ttg Kegiatan

    Usaha Hulu Migas; dan

    14) PP No 36 Tahun 2004 Jo PP No 30 Th 2009 ttg Kegiatan Usaha Hilir Migas1

    3. Swasta Jalan dan Jembatan Tol

    Air Minum

    1) UU No 5 Th 2007 ttg Badan Usaha

    4. KPS (PPP) Jalan dan Jembatan Tol

    Air Minum

    Telekomunikasi

    Transportasi (Bandara , Pelabuhan, Perkeretaapian)

    Energi (Ketenagalistrikan dan Migas)

    1) PP No 15 Tahun 2005 Jo PP No 43 Th 2013 ttg Jalan Tol;

    2) Perpres No 67 Th 2005 ttg Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan

    Infrastruktur sebagaimana telah diubah melalui Perpres No 13 Th 2010 dan Perpres No

    56 Th 2011; dan

    3) Permen PU No 13 Th 2010 Tentang Pedoman Pengadaan Pengusahaan Jalan Tol.

    5 . S U M B E R S U M B E R P E M B I A Y A A N P E M B A N G U N A N I N F R A S T R U K T U R R P I I J M

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 51

    Alternatif Sumber Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur RPIIJM KSN BBK

  • 6 . L E M B A R K E S E P A K A T A N

    Bintan Resort Barelang Bridge Map of BBK PLTU Karimun Monumen Tanjungpinang

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 52

  • K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U MD I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G

    S A T U A N K E R J A P E N G E M B A N G A N W I L A Y A H N A S I O N A L

    Presentasi Konsensus RPIIJM KSN BBK| Batam| Oktober, 2013

    Energy TelecomSea Port AirportRail WayRoad WaterSanitation

    TERIMA KASIH

  • TIPE A

    S T R U K T U R O R G A N I S A S IP R O J E C T M A N A G E M E N T U N I T P E N G E M B A N G A N K A W A S A N S T R A T E G I S N A S I O N A L

    ( P M U - K S N ) T I P E A

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 54

    KEPALA PMU-KSN

    DIREKTUR JENDERAL PENATAAN RUANG

    ASISTEN PERENCANAAN DAN

    PEMROGRAMAN

    ASISTENPELAKSANAAN DAN

    PENGENDALIAN I

    SATKER/PPKDI LINGKUNGAN DITJEN SUMBER DAYA AIR/DITJEN BINA MARGA/ DITJEN CIPTA KARYA / DITJEN PENATAAN RUANG

    PUSAT

    PROVINSI

    DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL / DIREKTUR PERKOTAAN/

    DIREKTUR PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH I / DIREKTUR PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH II

    ASISTENPELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN II

  • TIPE B

    S T R U K T U R O R G A N I S A S IP R O J E C T M A N A G E M E N T U N I T P E N G E M B A N G A N K A W A S A N S T R A T E G I S N A S I O N A L

    ( P M U - K S N ) T I P E A

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 55

    KEPALA PMU-KSN

    DIREKTUR JENDERAL PENATAAN RUANG

    ASISTEN PERENCANAAN DAN

    PEMROGRAMAN

    SATKER/PPKDI LINGKUNGAN DITJEN SUMBER DAYA AIR/DITJEN BINA MARGA/ DITJEN CIPTA KARYA / DITJEN PENATAAN RUANG

    PUSAT

    PROVINSI

    DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL / DIREKTUR PERKOTAAN/

    DIREKTUR PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH I / DIREKTUR PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH II

    ASISTENPELAKSANAAN DAN

    PENGENDALIAN

  • Lembar Sinkronisasi

    S I N K R O N I S A S I P R O G R A M P E M B A N G U N A N I N F R A S T R U K T U R T A 2 0 1 4 B E R B A S I S P E N A T A A N R U A N G

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 56

  • Lembar Sinkronisasi

    S I N K R O N I S A S I P R O G R A M P E M B A N G U N A N I N F R A S T R U K T U R T A 2 0 1 4 B E R B A S I S P E N A T A A N R U A N G

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 57

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

    4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N

  • (Sumber: Menteri PPN/Kepala Bappenas, November 2012. "Solusi Pembiayaan Infrastruktur Mendukung Pelaksanaan MP3EI)

    4 . S U M B E R S U M B E R P E M B I A Y A A N P E M B A N G U N A N I N F R A S T R U K T U R R P I I J M

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 70

    4.1. Demand Supply Pembiayaan Infrastruktur

    Grafik Gap Kebutuhan Investasi Infrastruktur

  • Gap Kebutuhan Investasi Infrastruktur

    (Sumber: Menteri PPN/Kepala Bappenas, November 2012. "Solusi Pembiayaan Infrastruktur Mendukung Pelaksanaan MP3EI)

    4 . S U M B E R S U M B E R P E M B I A Y A A N P E M B A N G U N A N I N F R A S T R U K T U R R P I I J M

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 71

    4.1. Demand Supply Pembiayaan Infrastruktur

  • (Sumber: Menteri PPN/Kepala Bappenas, November 2012. "Solusi Pembiayaan Infrastruktur Mendukung Pelaksanaan MP3EI)

    4 . S U M B E R S U M B E R P E M B I A Y A A N P E M B A N G U N A N I N F R A S T R U K T U R R P I I J M

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 72

    4.2. Skema Pembiayaan Pembangunan Insfrastruktur