bahan makalah

14
Timnas Indonesia sudah gagal untuk yang keempat kalinya. Secara performa, Tim Merah Putih sudah cukup memuaskan publik. Fakta selalu penuhnya Stadion Gelora Bung Karno merupakan buah dari penampilan timnas mampu menarik perhatian rakyat Indonesia. Namun, Indonesia kembali gagal dan yang ironisnya ternyata lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor di luar tim itu sendiri. 1. Mengikuti Acara-acara yang tidak tepat. Seolah menjadi komoditas unggulan, timnas Indonesia terlalu banyak mengikuti kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungan langsung dengan mereka. Pemain-pemain yang seharusnya bisa menjaga konsentrasi dan pikiran untuk tampil apik malah diganggu oleh sejumlah acara yang kurang pas bagi mereka. Bagaimana bisa sebuah tim yang harus menjaga fokus diajak "sarapan" ke luar hotel hanya karena akan diberi bonus 2,5 milliar? Begitu pula acara di sebuah pesantren jelas kepergian ke Malaysia yang sebenarnya bisa ditolak demi kepentingan timnas sendiri. Kabarnya Alfred Riedl sempat bersitegang dengan sejumlah pejabat PSSI terkait dua acara yang tidak pernah masuk dalam agendanya selama AFF suzuki CUP 2010 ini. Bahkan, saat di Malaysia gangguan sejenis pun masih ada. Adalah Menpora Andi Mallarangeng yang meminta seluruh anggota timnas untuk makan malam bersama dirinya. Beruntung meski sudah beberapa kali dibujuk manager timnas, Alfred Riedl menolak tawaran tersebut. Hal-hal di luar teknis itulah yang mau tidak mau membuat konsentrasi timnas Indonesia menjadi tidak fokus. 2.Kamar ganti tidak "steril" Alfred Riedl sebenarnya termasuk pelatih yang tidak mau diintervensi. Khususnya dalam hal-hal yang menyangkut teknis dan strategi. Namun, Riedl ternyata hanya bisa manyun ketika kamar ganti timnas tidak steril dari para "penyusup". Intervensi pihak-pihak yang tidak punya hak terhadap timnas tidak sanggup dia bendung. Tentu saja "penyusup" ini punya kelas cukup tinggi. Karena mereka merupakan pejabat -pejabat teras PSSI, pejabat pemerintahan, menteri dan orang-orang yang tidak punya kepentingan langsung terhadap timnas. Para penyusup ini tidak lagi sekedar menyemangati para pemain. Namun malah memberi instruksi yang berbeda dengan apa yang telah dirancang Riedl sebelumnya. Bahkan tidak cuma di GBK saja para penyusup ini masuk ke kamar ganti pemain. Kamar ganti di stadion Bukit Jalil juga tidak bisa steril. Jadi

description

nm

Transcript of bahan makalah

Timnas Indonesia sudah gagal untuk yang keempat kalinya. Secara performa, Tim Merah Putih sudah cukup memuaskan publik. Fakta selalu penuhnya Stadion Gelora Bung Karno merupakan buah dari penampilan timnas mampu menarik perhatian rakyat Indonesia. Namun, Indonesia kembali gagal dan yang ironisnya ternyata lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor di luar tim itu sendiri.

1. Mengikuti Acara-acara yang tidak tepat.

Seolah menjadi komoditas unggulan, timnas Indonesia terlalu banyak mengikuti kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungan langsung dengan mereka.Pemain-pemain yang seharusnya bisa menjaga konsentrasi dan pikiran untuk tampil apik malah diganggu oleh sejumlah acara yang kurang pas bagi mereka.Bagaimana bisa sebuah tim yang harus menjaga fokus diajak "sarapan" ke luar hotel hanya karena akan diberi bonus 2,5 milliar? Begitu pula acara di sebuah pesantren jelas kepergian ke Malaysia yang sebenarnya bisa ditolak demi kepentingan timnas sendiri. Kabarnya Alfred Riedl sempat bersitegang dengan sejumlah pejabat PSSI terkait dua acara yang tidak pernah masuk dalam agendanya selama AFF suzuki CUP 2010 ini.

Bahkan, saat di Malaysia gangguan sejenis pun masih ada. Adalah Menpora Andi Mallarangeng yang meminta seluruh anggota timnas untuk makan malam bersama dirinya. Beruntung meski sudah beberapa kali dibujuk manager timnas, Alfred Riedl menolak tawaran tersebut.Hal-hal di luar teknis itulah yang mau tidak mau membuat konsentrasi timnas Indonesia menjadi tidak fokus.

2.Kamar ganti tidak "steril"

Alfred Riedl sebenarnya termasuk pelatih yang tidak mau diintervensi. Khususnya dalam hal-hal yang menyangkut teknis dan strategi. Namun, Riedl ternyata hanya bisa manyun ketika kamar ganti timnas tidak steril dari para "penyusup". Intervensi pihak-pihak yang tidak punya hak terhadap timnas tidak sanggup dia bendung.

Tentu saja "penyusup" ini punya kelas cukup tinggi. Karena mereka merupakan pejabat -pejabat teras PSSI, pejabat pemerintahan, menteri dan orang-orang yang tidak punya kepentingan langsung terhadap timnas.

Para penyusup ini tidak lagi sekedar menyemangati para pemain. Namun malah memberi instruksi yang berbeda dengan apa yang telah dirancang Riedl sebelumnya. Bahkan tidak cuma di GBK saja para penyusup ini masuk ke kamar ganti pemain. Kamar ganti di stadion Bukit Jalil juga tidak bisa steril. Jadi tidak heran jika para pemain tampil tidak fokus saat bermain di Malaysia.

3. Euforia yang berlebih

Kemenangan- kemenangan yang diraih sepanjang babak penyisihan melahirkan sebuah euforia besar. Rakyat Indonesia yang sudah sangat haus melihat tim Merah Putih berprestasi mengapresiasi penampilan Irfan Bachdim dkk dengan sangat luar biasa.Euforia yang berlebih ini bak sebilah pedang bermata dua bagi timnas. Di satu sisi bisa ikut mendongkrak semangat bertanding seluruh penggawa timnas. Di sisi lain,tekanan akibat harapan yang tinggi ini menjadi beban tersendiri bagi para pemain. Beban untuk selalu menang ini justru terbawa saat Tim Merah Putih bertandang ke Malaysia.dari: harian kompas dan Soccer. Fernizen factor kegagalan timnas 2010http://forum.viva.co.id/sepakbola-indonesia/58388-faktor-eksternal-penyebab-kegagalan-timnas.html

PSSI Tak Berdaya dengan Faktor Eksternal

[Olah Raga]PSSI Tak Berdaya dengan Faktor Eksternal

Jakarta, PelitaPSSI, dalam hal ini PT Liga Indonesia, takkan berdaya jika faktor eksternal berpengaruh demikian kuat sehingga pelaksanaan Kompetisi Djarum Liga Super Indonesia sering mendapat gangguan seperti ketiadaan izin pertandingan.Kalau penyebabnya adalah faktor eksternal, kami tak berdaya dan hal ini dapat dimaklumi oleh pihak sponsor, ujar Ketua Umum PSSI Nurdin Halid di Jakarta, Rabu (28/10).Hal itu dikatakan Nurdin Halid terkait dengan kepuasan sponsor akan pelaksanaan kompetisi di Tanah Air yang sering terkendala oleh berbagai faktor sehingga kompetisi tidak berjalan lancar.PT Liga Indonesia sendiri telah melakukan ikatan kontrak dengan PT Djarum sebagai sponsor musim kompetisi 2009-2010 hingga 2010-2011 dengan nilai sponsor Rp37,5 miliar.Sekjen PSSI Nugraha Besoes menimpali, kondisi persepakbolaan di Indonesia sangat berbeda dengan di negara lain. Di Indonesia, kata Nugraha, persepakbolaan dipengaruhi oleh empat faktor yakni peperangan, bencana alam, kebijakan pemerintah dan otoritas federasi sepakbola.Kalau di negara lain peperangan atau bencana alam tidak mempengaruhi kompetisi, demikian pula kebijakan pemerintah mengenai masalah keamanan. Tapi berbeda dengan di Indonesia, kata Nugraha.Terkait dengan itu, Nurdin Halid menegaskan hampir seluruh akses digunakan oleh PSSI untuk keluarnya izin menggelar pertandingan sehingga kompetisi bisa berjalan lancar. Kelancaran kompetisi itu berkaitan dengan kepentingan pihak sponsor.Tapi PSSI takkan bisa berbuat apa-apa ketika menyangkut kepentingan nasional. Meski begitu PSSI tak pernah bersifat apatis terhadap semua peristiwa. Di Indonesia jauh berbeda dengan di negara lain. Masalah politik, keamanan dan proses demokrasi mempengaruhi persepakbolaan kita, ujarnya.Nurdin Halid menambahkan, karakter penonton di Indonesia juga berbeda dengan di luar negeri yang 99 persen penonton yang datang ke stadion ingin menyaksikan pertandingan sepakbola yang menarik. Sedangkan di Indonesia, banyak penonton yang hanya ingin menyaksikan timnya menang. (vic)

Oleh : Harian umum pelita edisi senin 7 januari 2013Perkembangan sebuah Organisasi dipengaruhi oleh faktor Internal dan ekternal.Faktor Internal bisa kendalikan oleh setiap Organisa karena berasal dari dalam Organisasi,dan bisa secepatnya di antisipasi kalau ada masalah dalam faktor Internal.Faktor Ekternal merupakan faktor yang datang dari luar Organisai, dan inilah yang membuat sebuah Organisasi selalu menyesuaikan kebijakan bahkan pembaharuan untuk mecapai tujuan,karena tugas Organisasi adalah mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.Faktor Ekternal ini bermacam macam,masalah Lingkungan,Peraturan pemerintah,pola Komsumsi,Kondisi Ekonomi dll sebagainya, yang membuat Oranisasi harus selalu memantau faktor Ekternal ini.Kebijaksanaan Organisasi bisa saja berobah robah karena menyesuaikan dengan faktor perkembangan dan perubahan faktor Ekternal ini.Faktor Ektenal ini yang jadi alasan atau dasar sebuah Organisasi melakukan perubahan pada kebijakan kebijakan guna untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.Sebuah Organisasi dapat melakukan 3 hal dalam menyikapi faktor Ekternal ini1.Tetap pada kebijakan yang sudah ada Tidak melakukan Perubahan, karena masih relevan dengan faktor Ekternal.2.Melakukan perubahan perubahan Kebijaksanaan secara Evolusi atau Gradual atau pelan pelan dan bertahap.3.Melakukan Revolusi total secara ektrim denganperubahan yang cukup mendasar di suatu bidang;PSSI dalam melakukan dan menjalankan roda Organisasi juga sama dengan Organisasi pada umumnya,tentu akan melakukan perubahan dan penyesuaian kebijakan manakala faktor Ekternal tidak lagi sesuai dengan kebijakan yang lama.Sesuai dengan Management yang di kelola oleh Organisasi tentulah Pimpinan beserta semua staffnya meninjau semua kebijakan yang sudah ada,untuk dilakukan evaluasi,berhubung dengan faktor Ekternal yang berkembang saat itu.Ini sangat tergantung dari Pimimpin Organisai yang sudah dapat kepercayaan dari para anggota.Kalau kita lihat perkembangan dari kebijakan PSSI dimasa era NH,maka cenderung dalam menjalankan roda Organisasi PSSI memilih tetap menjalan dan berpedoman pada kebijakan yang sudah lama,tidak melakukan perubahan.Karena Kebijakan lama lebih menguntungkan dan menempatkan posisi Pimpinan pada suasana yang mudah di kendalikan dan semua anggota masih percaya.Namun Kebijakan tetap menjalanakan kebijakan yang lama,tidak melakukan perubahan, banyak dikritik oleh Masyarakat pecinta bola di Indonesia, karena tidak menghasilkan Prestasi yang bisa dibanggakan. Sudah 8 ( delapan tahu ) atau dua periode NH menjadi Ketua PSSI tidak ada Prestasi dan malah cenderung Korupsi dan ada mafia Judi pengaturan skor.Berdasarkan pola kepemimpinan NH itulah banyak tuntutan untuk meminta Kepengurusan NH diganti dan diharapkan dengan penggantian itu ada perubahan dalam Organisasi PSSI.Akhirnya pada kongres Solo terpilihlah Djohar Arifin sebagai ketua PSSI.Mengikuti amanat Kongres Solo yang tadinya bertujuan untuk menata kembali PSSI dan mengadakan perombaka,serta perubahan dalam hal hal yang tidak sesuai lagi dengan arah dan tujuan PSSI itu sendiri.Djohar Arifin dan Staff mereka memilih cara Revolusi adalah pilihan terbaik saat ini dalam memenuhi semua tuntutan Masyarakat Pecinta Bola. Revolusi adalah perubahan secara menyeluruh dan dengan cepat.Inilah yang menjadi perbedaan pendapat antara Djohar Arifin dkk dengan kelompok lama (ISL/KPSI )yang juga anggota dari PSSI juga.Kelompok penganut pola dan cara lama tidak terima cara Revolusi yang dijalakan oleh Djohar Arifin dkk dalam satu setengah tahun kepemimpinan.Terjadilah perpecahan, Klub Klub anggota PSSI dan sebahagian memisahkan diri dan membentuk roda pertandingan yang dinamakan ISL yang masih memakai dan aturan dan gambar dari pola lama.Djohar Arifin sesuai dengan kewenanganya yang sudah diputuskan dalam Kongres Sola,bersama rekan rekan yang satu gagasan dan satu pandangan dan status PSSI diakui dan disetujui oleh FIFA,maka tetap yakin dengan Revolusi PSSI akan kembali pada cita cita yang sebenarnya dan sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan sejak dulu.Perbedaan menjalankan dan memilih cara ini,berimbas pada kondisi PSSI sekarang dan para kelompok lama tidak pernah memahami kebijakan PSSI, dalam menjalankan revolusi,karena memang mereka tidak suka dan merasa terganggu. Akhirnya AFC turun tangan dan melakukan pendekatan untuk bisa menyelesaikan konflik di tubuh sepakbola Indonesia.Dihasilkan lah MoU dan ditandatangani oleh semua kelompok yang bertikai dan berniat untuk kembali membanganun PSSI.Sampai sekarang masih dalam peroses menjalan semua isi MoU di Kuala Lumpur dan belum ada tanda tanda yang menunjukan cara atau system apa yang akan dipilihkan nantinya agar PSSI bisa lebih baik lagi.Cara Evolusi (Gradual) akan dilaksanakan dengan membagi bagi semua kinerja dalam segi perioritas,hal hal yang penting dan utama sekali harus di rubah atau direvisi harus di kelompokan pada perioritas utama.Demikian selanjutnya pelan tapi tuntas dan dapat di manfaatkan langsung hasilnya,lebih megutamakan sikap kehati hatian.Pada sepakbola Indonesia sekarang ini apakah cara Revolusi, Evolusi (Gradual) ini yang terbaik ?Evolusi ( Gradual )mbisa dijalan dengan membagi bagi kegiatan dalam skala perioritas,dan dilakukan secara bertahap ( Gradual) .Perioritas Utama menghilangkan semua yang berbau mafia,mulai dari pengaturan skor dan mengkotak kotak Klub Klub ( Diskriminasi )yang jadi anak Emas dan Klub biasa.Karena anak Emas akan diusahakan berjalan aman tanpa kena degradasi,bila mungkin jadi Juara.Perioritas pada pemberantasan perjudian yang sudah lama di rasakan Masyarakat,seperti angin yang kalau dirasakan ada, tapi tidak bisa dilihat.Demikian selanjut nya pada hal hal yang disiapkan untuk jadi pondasi yang kuat untuk membangau sepakbola yang ber prestasi.Hanya saja dalam tugas JC dalam melaksanakan isi MoU tidak akan sampai kesana pembahasanya,cara dan methode pelaksaan tatakelola Managemen ada pada wewenang pengurus.Apapun yang dilipih cara dan methode tatakelola Management diharapkan mampu membawa perubahan pada sesuatu yang lebih baik.Mangikuti Pola Lama era NH ?, Revolsi Total atau Cara Evolusi /Gradual ( berlahan dan bertahap) menjalan sebuah perubahan. Anda rekan rekan Kompasioner yang menentukan dan mengira ngira mana yang terbaik.Ada 3 cara yang tersedia dan silahkan cara yang menurut rekan rekan Kompasioner yang cocok ?Dikatakannya, dinegara manapun intervensi terhadap sepakbola itu dilarang, jika tidak ingin keanggotaan Indonesia ditangguhkan oleh FIFA. Oleh karena itu, Pemerintah mengimbau kepada PSSI selaku organisasi yang berwenang untuk cepat menyelesaikan konflik internalnya.

Adapun, meski tidak mengintervensi, Presiden pernah beberapa kali mengambil langkah tegas dalam pembenahan sepakbola. Antara lain, melaksanakan kongres nasional sepakbola di Malang yang mana saat itu ada suara-suara untuk menurunkan Ketua PSSI Nurdin Halid, menentang kenaikan harga tiket pertandingan, dan mengundang Ketua KONI, KOI, dan Menpora untuk menyelesaikan perselisihan antara pengurus PSSI sampai ke FIFA.

Kepala Negara pun meminta agar pengurus PSSI cepat sadar akan keinginan masyarakat luas terhadap kemajuan Timnas. "Saya berharap saudara-saudara kita yang ada di pengurusan PSSI, dengarkanlah suara rakyat, jangan lukai rakyat. Jangan sibuk berantem. Masa tidak ada habis-habisnya. Carikan solusinya dengan baik sehingga semangat yang begitu tinggi dari rakyat kita, tidak justru dihadiahi dengan konflik dan perselisihan yang tidak habis," ungkapnya.

Kendati menegaskan keprihatinannya pada kisruh yang melanda PSSI sebagai otoritas tertinggi sepak bola nasional, namun SBY menyanggah jika sepak bola nasional dikatakan merosot sepenuhnya. "Sebenarnya tidak betul kalo sepak bola kita menurun. Tapi saya sangat prihatin dengan kejadian akhir-akhir ini. Ribut, ricuh yang berselisih adalah para pengurus organisasi olahraga sendiri," imbuh dia.

SBY mengingatkan PSSI, dukungan masyarakat kepada Timnas Sepakbola Indonesia sedang tinggi-tingginya. Salah satunya seperti yang terlihat pada pertandingan Minggu (4/3) di Brunei saat Timnas U21 melawan Filipina dengan kemenangan 3-0 untuk Indonesia. Di mana, dukungan terhadap Andik Vermansyah dan kawan-kawan begitu tingginya. "Saya sering menonton pertandingan serupa. Betapa bangganya rakyat kita, betapa senangnya kita semua sepakbola kita sebenarnya memiliki potensi dan memiliki peluang yang besar untuk bangkit di forum Asia," tukasnya.

Sementara saat Indonesia bertanding melawan Bahrain dengan kekalahan telak 10-0, SBY mengaku tidak menyaksikannya secara langsung di televisi. Namun, dia langsung menanyakan faktor apa yang menyebabkan Timnas Indonesia kalah telak. Bahkan, dia meminta agar PSSI dan juga para pemain introspeksi atas kekalahan itu.

"Kenapa kalahnya luar biasa telaknya. Timnya katanya tidak siap, ada perilaku wasit yang tidak baik, silahkan gunakan jalur FIFA. Kalau kita merasa keberatan silahkan. Tapi lakukan introspeksi mengapa bisa kalah dengan Bahrain," kata dia. [O-2]

Beberapa hari terakhir ini saya baca halaman olahraga di kompasiana. Topik yang hangat didiskusikan apa lagi kalau bukan PSSI, induk organisasi tertinggi di negara kita, Indonesia. Kisruh terkait dualisme kompetisi, antara IPL dan ISL yang kemudian berujung pada dilarangnya pemain dan klub ISL untuk berkontribusi pada tim nasional Indonesia. Ada pro dan kontra dalam hal tersebut, khususnya sebagian kontributor kompasiana yang saya amati sudah terbagi menjadi beberapa kubu. Kubu 1 adalah yang pro IPL, kubu 2 adalah kubu yang pro ISL, kubu 3 adalah kubu yang mencoba terlihat netral dalam melihat masalah ini, tapi tetap menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti perdebatan ini, kemudian kubu yang terakhir adalah kubu 4, kubu yang keempat ini terlihat apatis, jadi komentar yang dilancarkannya pun terlihat masa bodoh dengan apa yang terjadi pada PSSI sekarang ini.La kemudian sidang pembaca bertanya - tanya, saya selaku penulis ini masuk dalam kubu mana ?(*hehe). Silahkan saya persilahkan sidang pembaca memberikan judment untuk saya terkait kubu mana yang saya ikuti. Yang pasti dulu ketika dilaksanakan KLB (kongres luar biasa) harapan saya pada saat itu ketua PSSI terpilih bukan berasal dari dua kubu yang pada saat itu sedang bertentangan. Harapan saya, ketua terpilih berasal dari kelompok alternatif. Tapi itu tentu nggak bakalan terjadi, karena para pemilik suara sudah terbagi menjadi 2. Dua kelompok itulah yang bertentangan pada saat itu, jadi seperti yang sudah saya ungkapkan bahwa munculnya ketua alternatif nggak bakalan muncul.Munculnya dualisme kompetisi merupakan manifestasi dari apa yang terjadi didalam tubuh organisasi PSSI. Lines (2004) dalam artikel penelitiannya menyatakan bahwa outcome dari sebuah proses organisasi ada 2 macam. Proses organisasi dalam konteks penelitiannya adalah partisipasi anggota terhadap organisasi. Sedangkan terkait 2 outcome dari proses organisasi, yang pertama adalah attitudinal outcome, antara lain meliputi kepuasan orang didalam organisasi tersebut, komitmen orang didalam organisasi terhadap organisasi itu sendiri. Kemudian outcome yang kedua adalah behavioral outcome, antara lain meliputi konflik yang terjadi didalam tubuh organisasi, penolakan anggota terhadap perubahan yang terjadi dalam organisasi. Didalam artikel penelitiannya, Lines (2004) fokus pada kedua outcome tersebut, khususnya fokus pada komitmen anggota organisasi dan penolakan anggota terhadap perubahan yang terjadi. Seperti yang dia nyatakan bahwa partisipasi merupakan sebuah proses organisasi yang akan berpengaruh terhadap kedua outcome tadi. Selanjutnya hasil dari penelitian yang dia lakukan adalah bahwa dengan adanya partisipasi akan dapat meningkat komitmen anggota terhadap organisasi. Sementara ketiadaan, atau kurangnya partisipasi akan berdampak pada penolakan anggota terhadap perubahan yang terjadi dalam organisasi.Dengan menggunakan perspektif penelitian Rune Lines, carut marut yang terjadi didalam tubuh PSSI dapat dipahami bahwa yang terjadi saat ini adalah persoalan didalam tubuh PSSI sendiri, internal PSSI. Faktor internal ini terkait bagaimana PSSI mendayagunakan anggota yang mereka naungi. Atau dengan kata lain, bahwa penolakan sebagian anggota terhadap keputusan pemimpin PSSI terjadi karena minimnya partisipasi anggota. Partisipasi dalam konteks ini adalah keikutsertaan anggota dalam merumuskan kebijakan. Merumuskan kebijakan tentunya bukan berarti memutuskan kebijakan. Karena memutuskan adalah hak prerogatif pemimpin. Akan tetapi dalam proses mengambil keputusan, pemimpin harus mempertimbangkan hal - hal yang terkait dengan proses perumusan kebijakan. Yang mana dalam proses perumusan kebijakan, anggota terlibat didalamnya.Akan tetapi apakah sesimpel itu? Tentunya tidak seperti itu juga. Selain hal diatas, saya pribadi memandang bahwa masih ada faktor eksternal diluar organisasi. Misalnya, campur tangan pihak diluar organisasi. Saya tidak akan menyebutkan siapa pihak luar itu, karena saya yakin sidang pembaca pasti sudah tahu semuanya.Jadi, sumber carut marut ini bisa kita golongkan menjadi 2, pertama adalah faktor internal dan kedua adalah faktor eksternal. Baik faktor internal maupun eksternal sudah saya jelaskan dalam paragraf sebelumnya. Akan tetapi, menurut pendapat saya pengaruh eksternal inilah yang saat ini menjadi faktor yang lebih kuat yang pada akhirnya sulit bagi PSSI untuk menyelesaikan masalah internalnya.Oleh : Bayu Sindhu Raharja Dualisme PSSI 2012Nurani atau ambisi. Dua kata yang sepertinya perlu dialamatkan ke dalam tubuh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Terutama pada kasus Liga Super Indonesia (LSI) yang dinaunginya dan Liga Primer Indonesia (LPI) yang didukung oleh konsorsium pengusaha nasional.Mengapa nurani dan ambisi. Jelas, PSSI mencekal LPI karena dianggap sebagai ilegal. Sampai-sampai mengadu FIFA terkait hal tersebut. Padahal LPI muncul akibat tidak puasnya masyarakat terhadap prestasi Tim Nasional (Timnas) Indonesia pada setiap kompetisi yang diikutinya. Dengan dalih apapun, masyarakatlah yang memberikan penilaian.Keluhan dan tuntutan perubahan seringkali diutarakan oleh masyarakat. Mulai dari kinerja wasit dan dugaan korupsi akan aliran dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang selama ini menghidupi tim-tim sepakbola di Indonesia. Puncaknya, pada AFF, Ketua Umum PSSI diminta mundur oleh masyarakat.Alih-alih dipenuhi, tuntutan-tuntutan tersebut hanya dianggap angin lalu. Kita tahu bagaimana sepak terjang pelatih dan pemain Timnas kita di kancah piala AFF yang lalu.Bagaimana juga perilaku supporter kita. Mengubah berbagai kalangan bangga mengenakan kostum Timnas dibandingkan mengenakan kostum tim luar negeri yang mereka idolakan bukan persoalan mudah.Tuntutan perubahan pastilah berawal dari berbagai faktor. Faktor internal dan eksternal. Kita bisa lihat bagaimana kondisi internal PSSI.Petinggi PSSI yang pernah dipenjara pun masih diberi kepercayaan untuk memimpin. Kondisi eksternal, sudah jelas yaitu prestasi Timnas yang tak kunjung meningkat.Perubahan itu sendiri sudah mulai diungkap oleh masyarakat. Seharusnya perubahan tersebut dilaksanakan atau dijalankan oleh pemerintah (PSSI). Ketika perubahan yang diinginkan tidak kunjung ada maka tidak salah jika ada yang berusaha menciptakan perubahan dengan caranya sendiri dengan membentuk liga tandingan (LPI).Adanya LPI justru dapat dijadikan pembanding dengan pelaksanaan LSI. Bisa dilihat dan dicermati bagaimana pertandingannya, kepemimpinan wasit, supporter sampai pada perkembangan pemain-pemain itu sendiri.Jika memang tidak mampu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan LSI, bisa jadi masyarakat rela jika hanya ada LSI.Bisa juga dengan membandingkan kelebihan dan kelemahan LPI dan LSI. Kemudian menggabungkan kelebihan-kelebihan yang ada dan meminimalisir kekurangan.Kemudian lahirlah satu liga yang benar-benar baik bagi perkembangan sepakbola di Indonesia.Keinginan masyarakat hanya satu kebangkitan sepakbola Indonesia di kancah internasional dengan memberikan prestasi terbaik.Mungkin sekarang lebih baik dikembalikan kepada PSSI, nurani atau ambisi. Nurani memajukan sepakbola Indonesia atau ambisi mengamankan zona nyamannya di PSSI.oleh: Dian Karyati Pamungkas Nurani Atau Ambisi PSSI*Artikel ini dimuat di Harian Jogja, Selasa 18 Januari 2011*http://brokendead.blogspot.com/2009/08/teknik-dan-strategi-bermain-sepak-bola.htmlFADHLILLAH FARHAN Teknik dan Strategi Bermain Sepak Bola 2009

http://taktikbola.wordpress.com/category/teknik-taktik-strategi/Posts filed under Teknik, Taktik & StrategiKhairul zamri 2008http://www.la84foundation.org/3ce/CoachingManuals/LA84soccer.pdfEdited By. Stacey Chapman. Edward Derse. Jacqueline Hansen. Contributing Writers. Amy Allmann 1984 Soccer Coaching ManualNatajukopeStacey Chapman. 1984. Soccer Coaching Manual. Los Angeles : LA84 Foundation. 103.Farhan, Fadhlillah, (2009), Teknik dan Strategi Bermain Sepak Bola, http://brokendead.blogspot.com/2009/08/teknik-dan-strategi-bermain-sepak-bola.html .Zamri, Khairul, (2008), Teknik, Taktik, dan Strategi, http://taktikbola.wordpress.com/category/teknik-taktik-strategi/ .