bahan makalah

download bahan makalah

of 26

Transcript of bahan makalah

Pengertian tax treaty Dalam praktiknya, penghindaran pajak berganda dapat dilakukan dengan cara membatasi wewenang pemajakan dari negara sumber atas penghasilan yang timbul dari wilayah yuridiksinya.

Kebijakan tax treaty Indonesia Pada umumnya, kebijakan tax treaty akan merujuk pada salah satu dari 2 (dua) model yang lazim dijadikan acuan, yaitu model OECD atau model United nations. Model OECD dijadikan acuan/kerangka dasar (frame work) begi kelompok negara-negara maju. Sebaliknya model United Nations merupakan acuan bagi kelompok negara-negera berkembang. Berhubung di Indonesia adalah salah satu dari negara berkembang maka model United Nations menjadi acuannya. Selain itu, kebijakan tax treaty di Indonesia harus selaras dengan ketentuan UU domestiknya, sehingga proposal tax treaty di Indonesia mencerminkan perpadauan antara model United States dan ketentuan UU domestiknya.Kesimpulannya : Menyadari bahwa perkembangan dunia begitu pesat, kebijakan tax treaty Indonesia harus selaras dengan standar perpajakan internasional dengan tetap memperhatikan kepentingan Indonesia sebagaimana dituangkan dalam ketentuan UU domestiknya. Dalam mengantisipasi perkembangan di atas dan mengakomodasi kepentingan Indonesia dalam setiap pembuatan tax treaty dengan negara-negara sahabat

Tax treaty adalah perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak. Perjanjian ini digunakan oleh penduduk dua negara untuk menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu transaksi di antara mereka. Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan berdasarkan klausul-klausul yang terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai jenis transaksi yang sedang dihadapi. Setiap tax treaty mempunyai prinsip-prinsip dasar yang kurang lebih sama, sebagai bagian dari konvensi internasional di mana setiap negara yang terlibat dalam suatu tax treaty menyusun treaty-nya masing-masing berdasarkan model-model perjanjian yang diakui secara internasional. Di dunia ini, ada dua model treaty yang sering dijadikan acuan dalam menyusun suatu treaty yaitu model OECD dan model PBB.

Memahami treaty yang berlaku antara suatu negara dengan negara lainnya, bisa dimulai dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut. Dalam kenyataannya, memahami suatu tax treaty tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bahasa yang digunakan, jumlah klausul yang cukup banyak, pemahaman seseorang tentang dasar-dasar perpajakan dan berbagai sebab lainnya merupakan hal yang dapat mempengaruhi kesulitan tersebut. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar dan prinsip umum yang berlaku dalam suatu treaty, seseorang akan menjadi lebih mudah memahami suatu treaty yang secara spesifik berlaku untuk negara tertentu. Sebagai suatu perjanjian, sebuah treaty adalah kontrak yang mengikat suatu negara dengan negara lain dalam hal perlakuan perpajakan. Oleh sebab itu, di dalamnya selalu berisi klausul-klausul, pasal-pasal dan ayat-ayat yang berkaitan dengan suatu aspek transaksi dan pihak tertentu tertentu. Pasal-pasal atau ayat-ayat (article atau artikel) yang terdapat dalam sebuah tax treaty pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar yaitu bagian yang mengungkapkan cakupan tax treaty, bagian yang mengatur minimalisasi pengenaan pajak berganda, bagian tentang pencegahan penghindaran pajak dan bagian yang mencakup hal-hal lainnya. Semua bagian itu cenderung lebih mudah dipahami dari pada berbagai definisi, istilah dan pengertian yang sering disebutkan dalam suatu tax treaty. Berbagai definisi, istilah dan pengertian inilah yang menjadi lebih penting untuk dipahami setiap pihak khususnya berkaitan dengan kepentingan dalam praktek bisnis sehari-hari. Residence Di sini diatur tentang dua hal yaitu definisi penduduk (berkaitan dengan personal scope) serta tie breaker rule yaitu ketentuan yang menentukan tidak berlakunya status residence atas suatu pihak dengan karakteristik tertentu. Definisi penduduk sebagaimana diatur dalam paragraf pertama klausul ini adalah setiap orang pribadi atau badan yang berdasarkan ketentuan internal suatu negara seperti keberadaan, domisili, tempat kedudukan manajemen atau sebab-sebab lain yang mempunyai karakteristik yang sama dapat dikenai pajak di negara tersebut. Dengan kata lain, penduduk adalah Subjek Pajak dalam negeri suatu negara yang dikenai pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan lokal yang berlaku di negara tersebut. Klausul ini juga menegaskan bahwa orang pribadi atau badan tidak dapat langsung dianggap sebagai penduduk suatu negara hanya karena mendapatkan penghasilan yang bersumber dari negara tersebut. Dalam prakteknya, orang pribadi atau badan dapat dianggap sebagai penduduk dari dua negara berdasarkan azas world wide income yang dianut. Hal ini bisa terjadi karena setiap negara pada dasarnya berhak mengatur definisi penduduk sesuai dengan versinya masingmasing. Diperlakukan sebagai penduduk dari dua negara sekaligus dalam konteks pemajakan berganda sama sekali bukan hal yang menyenangkan. Pasalnya, orang pribadi atau perseroan yang bersangkutan dapat dikenai pajak sesuai ketentuan pajak yang masing-masing berlaku di kedua negara tersebut. Jika kedua negara sama-sama menganut prinsip world wide income, dapat dibayangkan betapa berat beban pajak yang harus ditanggung oleh pihak yang bersangkutan.

Apabila kondisi seperti ini tetap dibiarkan, tentunya akan membawa dampak negatif terhadap kelancaran investasi salah satu negara karena pihak tersebut cenderung tidak berinvestasi guna menghindari beban pajak yang terlalu besar. Menyadari efek-efek negatif tersebut, artikel residence selanjutnya mengatur langkah yang dapat digunakan untuk menghilangkan status kependudukan ganda yang sering disebut dengan tie breaker rule. Tie breaker rule dibedakan menjadi dua yaitu yang diterapkan untuk orang pribadi dan yang diterapkan untuk selain orang pribadi. Tie breaker rule untuk orang pribadi terdiri dari penentuan permanent home (tempat tinggal tetap), center of economic and social interests (pusat kepentingan ekonomi dan sosial), habitual abode (tempat kebiasaan untuk tinggal), national (kewarganegaraan) serta mutual agreement (perjanjian antar otoritas perpajakan). Langkah-langkah tersebut di atas secra berurutan bersifat prioritas. Artinya, apabila dengan menggunakan ketentuan pertama masalah kependudukan ganda telah bisa dipecahkan, maka langkah kedua dan seterusnya tidak perlu digunakan lagi. Sementara itu tie breaker rule untuk pihak selain orang pribadi hanya ada satu ketentuan yaitu tempat di mana manajemennya efektif berada. Independent Personal Services Klausul ini mengatur tentang pemajakan atas penghasilan yang diterima orang pribadi yang bersumber dari negara treaty partner sebagai imbalan dari jasa-jasa profesional yang diberikannya di negara tersebut. Aturan ini pada dasarnya sejalan dengan aturan permanent establishment dan business profits namun secara khusus ditujukan untuk orang pribadi yang memberikan jasa-jasa profesional (seperti dokter, pengacara) untuk dan atas namanya sendiri di negara treaty partner. Negara treaty partner tempat jasa tersebut dilakukan dapat mengenakan pajak sepanjang orang pribadi tersebut memiliki pangkalan tetap di sana atau berada di negara treaty partner melebihi batas waktu yang disepakati bersama. Dependent Personal Services Klausul ini mengatur tentang pemajakan atas penghasilan yang diterima oleh orang pribadi sehubungan dengan pemberian jasa yang dilakukannya di negara lain dalam suatu hubungan kerja. Berbeda dari pemberian jasa oleh independent personal yang dilakukan untuk dan atas namanya sendiri, jasa yang diberikan oleh orang pribadi yang dimaksud di sini merupakan jasa yang dilakukan untuk dan atas nama pihak lain yang memiliki hubungan kerja dengannya. Di sini diatur bahwa negara tempat orang pribadi tersebut bekerja dapat mengenakan pajak atas penghasilan yang diterimanya. Namun untuk mengenakan pajak tersebut ada beberapa syarat kumulatif yang terlebih dahulu harus dipenuhi yaitu: - Orang pribadi yang bersangkutan berada di negara lain melebihi time test yang telah disepakati;

- Penghasilan yang diterima oleh orang pribadi tersebut dibayarkan oleh pemberi kerjanya - Penghasilan tersebut tidak dibebankan kepada BUT. Penutup Tax treaty muncul karena dua sebab yang mendasar yaitu, keinginan untuk menghindari pemajakan berganda yang bisa berakibat buruk bagi dunia investasi, dan keinginan untuk mencegah usaha-usaha penghindaran pajak yang dapat berpengaruh terhadap penerimaan pajak suatu negara. Setiap tax treaty antara suatu negara dan negara lainnya adalah suatu perjanjian yang bersifat spesifik hanya mengikat negara-negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Namun demikian, secara umum setiap tax treaty mengikuti prinsip-prinsip dasar dari model-model tax treaty yang ada seperti model OCD atau model PBB, yang dijadikan sebagai acuan pada saat pembuatannya. Memahami prinsip-prinsip dasar tersebut akan memudahkan setiap pihak dalam memahami berbagai tax treaty yang ada, antara berbagai negara umumnya dan antara Indonesia dengan negara-negara lain khususnya. Sumber : Indonesia Tax Review Volume III Edisi 27http://aviantara.wordpress.com www.ortax.org www.dannydarussalam.com

Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (selanjutnya disingkat P3B) dikenal juga dengan istilah Perjanjian Perpajakan atau Tax Treaty, Tax Convention, Double Tax Agreement atau Double Tax Treaty. P3B ini pada umumnya merupakan kesepakatan bilateral dua negara tentang bagaimana mengatur pengenaan pajak yang memiliki dimensi internasional dari dua negara yang melakukan kesepakatan itu agar tidak terjadi pengenaan pajak secara berganda. Pengaturan ini menjadi penting karena beban pajak yang ditanggung oleh orang atau badan yang memiliki kaitan di dua negara tersebut akan mempengaruhi keputusan investasi dan permodalan di antara kedua negara tersebut. Pengertian P3B Treaty memiliki makna suatu persetujuan internasional yang disepakati antar negara dan dibuat sesuai hukum internasional. Sementara itu pengertian Tax Treaty atau P3B itu sendiri adalah suatu persetujuan antara dua Negara atau lebih dengan membagi hak untuk mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang berasal dari suatu Negara yang diperoleh penduduk atau resident negara lain. Dengan demikian, inti dari suatu P3B adalah pembagian hak pemajakan antar negara. P3B tidak menimbulkan jenis pajak baru dan tidak mengatur tarif pajak. P3B hanya akan mengatur

pembagian hak pemajakan sehingga nantinya atas beberapa jenis penghasilan, hak pemajakan suatu negara akan dibatasi oleh P3B.Sebagaimana telah disinggung di atas, adanya P3B dimaksudkan terutama untuk menghilangkan pajak berganda (double tax). Pajak berganda ini timbul karena dua negara mengenakan pajak atas penghasilan yang sama.

Selain untuk mencegah pengenaan pajak berganda, P3B juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak (tax avoidance) dan pengelakan pajak (tax evasion). Jika tujuantujuan tersebut tercapai tentu saja pada akhirnya P3B dapat menghilangkan hambatan dalam lalu lintas perdagangan, modal dan investasi antar negara sehingga pada akhirnya dapat dicapai kesejahteraan suatu negara karena sumber daya dialokasikan secara efisien. Dasar Hukum P3B Di Indonesia, P3B diatur dalam Pasal 32A Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Kedudukan P3B berdasarkan ketentuan ini adalah lex specialist terhadap Undang-undang domestik. Dengan demikian, jika ada ketentuan dalam undang-undang domestik bertentangan dengan ketentuan dalam P3B maka yang dimenangkan adalah ketentuan P3B. Pengertian P3B : Perjanjian pajak antara dua negara (bilateral) yang mengatur mengenai pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (both contracting state) Dimana pembagian hak pemajakan tersebut diatur dengan tujuan untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya pengenaan pajak berganda.

(www.pajakonline.com)

Tax treaty indo - amerika

Pasal 4 FISCAL RESIDENCE FISKAL TINGGAL 1. In this Convention, the term "resident of a Contracting State" means any person who under 1. the laws of that State is liable to tax therein by reason of his domicile, residence, place of incorporation, place of management or any other criterion of a similar nature. Dalam Konvensi ini, "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan" berarti setiap orang yang berdasarkan undang-undang Negara tersebut dapat dikenakan pajak disana berdasarkan domisilinya, tempat kediamannya, tempat pendirian, tempat kedudukan manajemen ataupun kriteria lainnya yang serupa alam. For purposes of United States tax, in the case of a partnership, estate, or trust, the term applies only to the extent that the income derived by such person is subject to United States tax as the income of a resident, either in its hands or

2. 2.

3. 3.

4. 4.

in the hands of its partners or beneficiaries. Untuk tujuan pajak Amerika Serikat, dalam kasus kemitraan, perkebunan, atau kepercayaan, istilah tersebut berlaku hanya sejauh bahwa penghasilan yang diperoleh oleh orang tersebut dikenakan pajak Amerika Serikat sebagai penghasilan penduduk, baik di tangannya atau di tangan mitra atau penerima manfaat. Where by reason of the provisions of paragraph 1 an individual is a resident of both Contracting States: Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di kedua Negara pihak pada Persetujuan: (a) he shall be deemed to be a resident of that Contracting State in which he maintains his (A) permanent home. ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia mempertahankan rumah permanen itu. If he has a permanent home in both Contracting States or in neither of the Contracting States, he shall be deemed to be a resident of that Contracting State with which his personal and economic relations are closest (center of vital interests); Jika ia mempunyai tempat tinggal tetap di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak dari Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dengan mana hubungan pribadi dan ekonomi yang terdekat (pusat kepentingan-kepentingan pokok); (b) if the Contracting State in which he has his center of vital interests cannot be determined, (B) he shall be deemed to be a resident of that Contracting State in which he has a habitual abode; jika Negara pihak pada Persetujuan di mana pusat tentang kepentingan pokoknya tidak dapat ditentukan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia memiliki kebiasaan berdiam; (c) if he has an habitual abode in both Contracting States or in neither of the Contracting (C) States, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State of which he is a citizen; and jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak dari Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dimana ia adalah seorang warga negara dan (d) if he is a citizen of both Contracting States or of neither Contracting State, the competent (D) authorities of the Contracting States shall settle the question by mutual agreement. jika ia adalah warga negara dari kedua Negara pihak pada Persetujuan atau sama sekali tidak Negara pihak pada Persetujuan, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama. For purposes of this paragraph, a permanent home is the place where an individual dwells with his family. Untuk tujuan ayat ini, tempat tinggal tetap adalah tempat di mana seorang berdiam individu dengan keluarganya. An individual who is deemed to be a resident of one of the Contracting States and not a resident of the other Contracting State by reason of the provisions of paragraph 2 shall be deemed to be a resident only of the first-mentioned Contracting State for all purposes of this Convention, including Article 28 (General Rules of Taxation). Seorang individu yang dianggap sebagai penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dan bukan penduduk Negara pihak lainnya dengan alasan ketentuan-ketentuan ayat 2 akan dianggap hanya penduduk dari Negara yang disebutkan pertama untuk segala keperluan Konvensi ini, termasuk Pasal 28 (Ketentuan Umum Pajak). Where by reason of the provisions of paragraph 1 a company is a resident of both Contracting States, when it shall be deemed to be a resident of the State in which it is organized or incorporated. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 perusahaan merupakan penduduk di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ketika akan dianggap sebagai

penduduk Negara di mana ia diorganisasikan atau dimasukkan. Pasal 4 FISCAL RESIDENCE FISKAL TINGGAL 1. 1. In this Convention, the term "resident of a Contracting State" means any person who under the laws of that State is liable to tax therein by reason of his domicile, residence, place of incorporation, place of management or any other criterion of a similar nature. Dalam Konvensi ini, "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan" berarti setiap orang yang berdasarkan undang-undang Negara tersebut dapat dikenakan pajak disana berdasarkan domisilinya, tempat kediamannya, tempat pendirian, tempat kedudukan manajemen ataupun kriteria lainnya yang serupa alam. For purposes of United States tax, in the case of a partnership, estate, or trust, the term applies only to the extent that the income derived by such person is subject to United States tax as the income of a resident, either in its hands or in the hands of its partners or beneficiaries. Untuk tujuan pajak Amerika Serikat, dalam kasus kemitraan, perkebunan, atau kepercayaan, istilah tersebut berlaku hanya sejauh bahwa penghasilan yang diperoleh oleh orang tersebut dikenakan pajak Amerika Serikat sebagai penghasilan penduduk, baik di tangannya atau di tangan mitra atau penerima manfaat. 2. 2. Where by reason of the provisions of paragraph 1 an individual is a resident of both Contracting States: Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di kedua Negara pihak pada Persetujuan: (a) he shall be deemed to be a resident of that Contracting State in which he maintains his permanent home. (A) ia akan dianggap sebagai penduduk dari Negara pihak pada Persetujuan di mana ia mempertahankan rumah permanen itu. If he has a permanent home in both Contracting States or in neither of the Contracting States, he shall be deemed to be a resident of that Contracting State with which his personal and economic relations are closest (center of vital interests); Jika ia mempunyai tempat tinggal tetap di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak dari Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dengan mana hubungan pribadi dan ekonomi yang terdekat (pusat kepentingan-kepentingan pokok); (b) if the Contracting State in which he has his center of vital interests cannot be determined, he shall be deemed to be a resident of that Contracting State in which he has a habitual abode; (B) jika Negara pihak pada Persetujuan di mana pusat tentang kepentingan pokoknya tidak dapat ditentukan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia memiliki kebiasaan tinggal; (c) if he has an habitual abode in both Contracting States or in neither of the Contracting States, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State of which he is a citizen; and (C) jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak satu pun dari Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dimana ia adalah seorang warga negara dan (d) if he is a citizen of both Contracting States or of neither Contracting State, the competent authorities of the Contracting States shall settle the question by mutual agreement. (D) jika ia adalah warga negara dari kedua Negara pihak pada Persetujuan atau sama sekali tidak Negara pihak pada Persetujuan, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama. For purposes of this paragraph, a permanent home is the place where an individual dwells

with his family. Untuk tujuan ayat ini, tempat tinggal tetap adalah tempat di mana seorang berdiam individu dengan keluarganya. 3. 3. An individual who is deemed to be a resident of one of the Contracting States and not a resident of the other Contracting State by reason of the provisions of paragraph 2 shall be deemed to be a resident only of the first-mentioned Contracting State for all purposes of this Convention, including Article 28 (General Rules of Taxation). Seorang individu yang dianggap sebagai penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dan bukan penduduk Negara pihak lainnya dengan alasan ketentuan-ketentuan ayat 2 akan dianggap hanya penduduk dari Negara yang disebutkan pertama untuk segala keperluan Konvensi ini, termasuk Pasal 28 (Ketentuan Umum Pajak). 4. 4. Where by reason of the provisions of paragraph 1 a company is a resident of both Contracting States, when it shall be deemed to be a resident of the State in which it is organized or incorporated. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 perusahaan merupakan penduduk di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ketika akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia diorganisasikan atau dimasukkan. INDEPENDEN PRIBADI LAYANAN 1. Income derived by a resident of a Contracting State in respect of professional services or 1. other activities of an independent characters shall be taxable only in that State except in the following circumstances, when such income may also be taxed in the other Contracting State: Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan jasa profesional atau kegiatan lainnya yang karakter independen hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali dalam keadaan berikut, ketika pendapatan tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak lainnya: (a) If he has a fixed base regularly available to him in the other Contracting State for the (A) purpose of performing his activities; in that case, only so much of the income as is attributable to that fixed base may be taxed in that other Contracting State; or Jika ia memiliki suatu tempat tetap yang secara teratur tersedia baginya di Negara pihak lainnya untuk tujuan menjalankan kegiatan, dalam hal itu, hanya begitu banyak penghasilan yang berasal dari tempat tetap dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya; atau (b) If his stay in the other Contracting State is for a period or periods amounting to or (B) exceeding in the aggregate 120 days in any consecutive 12-month period; in that case, only so much of the income as is derived from his activities performed in that other State may be taxed in that other State. Jika ia tinggal di Negara pihak lainnya adalah untuk suatu masa atau periode sebesar atau melebihi dalam 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, dalam hal itu, hanya begitu banyak penghasilan yang berasal dari kegiatannya yang dilakukan di Negara lainnya dapat dikenakan pajak di Negara lain. 2. The term "professional services" includes especially independent scientific, literary, artistic, 2. educational or teaching activities as well as the independent activities of physicians, lawyers, engineers, architects, dentists and accountants. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur, arsitek, dokter gigi dan akuntan.

Pasal 16 DEPENDENT PERSONAL SERVICES TERGANTUNG PRIBADI LAYANAN 1. Wages, salaries, and similar remuneration derived by an individual who is a resident of one 1. of the Contracting States from labor or personal services performed as an employee, including income from services performed by an officer of a corporation or company, may be taxed by that Contracting State. Upah, gaji, dan imbalan serupa yang diperoleh seorang individu yang merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dari kerja atau pelayanan pribadi yang dilakukan sebagai pegawai, termasuk penghasilan dari jasa yang dilakukan oleh petugas dari sebuah perusahaan atau perusahaan, dapat dikenakan pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan. Except as provided by paragraph 2, such remuneration derived from sources within the other Contracting State may also be taxed by that other Contracting State. Kecuali sebagaimana diatur dalam ayat 2, imbalan tersebut berasal dari sumber di Negara pihak lainnya dapat juga dikenakan pajak oleh Negara pihak lainnya. 2. Remuneration described in paragraph 1 derived by an individual who is a resident of one of 2. the Contracting States shall be exempt from tax by the other Contracting State if : Remunerasi yang dijelaskan pada ayat 1 diperoleh oleh individu yang merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan akan dibebaskan dari pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya jika: (a) he is present in that other Contracting State for a period or periods aggregating less than (A) 120 days in any consecutive 12-month period; and Ia hadir di Negara pihak lainnya untuk masa atau masa yang berjumlah kurang dari 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, dan (b) the remuneration is paid by or on behalf of an employer who is not a resident of the other (B) State; and imbalan itu dibayarkan oleh atau atas nama majikan yang bukan penduduk Negara lainnya; dan (c) the remuneration is not borne as such or reimbursed by a permanent establishment which (C) the employer has in that other Contracting State. imbalan itu tidak ditanggung seperti itu atau diganti oleh bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara pihak lainnya. 3. Notwithstanding paragraph 2, remuneration derived by an individual from the performance 3. of labor or personal services as an employee aboard ships or aircraft operated by a resident of one of the Contracting States in international traffic shall be exempt from tax by the other Contracting State if such individual is a member of the regular complement of the ship or aircraft. Meskipun ayat 2, imbalan yang diperoleh oleh individu dari kinerja kerja atau pelayanan pribadi sebagai karyawan naik kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan oleh penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dalam jalur lalu lintas internasional akan dibebaskan dari pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya jika individu seperti adalah anggota biasa melengkapi kapal atau pesawat udara. Pasal 15 INDEPENDENT PERSONAL SERVICES INDEPENDEN PRIBADI LAYANAN 1. 1. Income derived by a resident of a Contracting State in respect of professional services or other activities of an independent characters shall be taxable only in that State except in the following circumstances, when such income may also be taxed in the other Contracting State: Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan jasa

profesional atau kegiatan lainnya yang karakter independen hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali dalam keadaan berikut, ketika pendapatan tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak lainnya: (a) If he has a fixed base regularly available to him in the other Contracting State for the purpose of performing his activities; in that case, only so much of the income as is attributable to that fixed base may be taxed in that other Contracting State; or (A) Jika ia mempunyai suatu tempat tetap yang secara teratur tersedia baginya di Negara pihak lainnya untuk tujuan menjalankan kegiatan, dalam hal itu, hanya begitu banyak penghasilan yang berasal dari tempat tetap dapat dikenakan pajak di lain pihak Negara; atau (b) If his stay in the other Contracting State is for a period or periods amounting to or exceeding in the aggregate 120 days in any consecutive 12-month period; in that case, only so much of the income as is derived from his activities performed in that other State may be taxed in that other State. (B) Jika tinggal di Negara pihak lainnya adalah untuk suatu masa atau periode sebesar atau melebihi dalam 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, dalam hal itu, hanya begitu banyak penghasilan yang berasal dari aktivitas nya dilakukan di Negara lainnya dapat dikenakan pajak di Negara lain. 2. 2. The term "professional services" includes especially independent scientific, literary, artistic, educational or teaching activities as well as the independent activities of physicians, lawyers, engineers, architects, dentists and accountants. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur, arsitek, dokter gigi dan akuntan. Article 16 Pasal 16 DEPENDENT PERSONAL SERVICES TERGANTUNG PRIBADI LAYANAN 1. 1. Wages, salaries, and similar remuneration derived by an individual who is a resident of one of the Contracting States from labor or personal services performed as an employee, including income from services performed by an officer of a corporation or company, may be taxed by that Contracting State. Upah, gaji, dan imbalan serupa yang diperoleh seorang individu yang merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dari kerja atau pelayanan pribadi yang dilakukan sebagai pegawai, termasuk penghasilan dari jasa yang dilakukan oleh petugas dari sebuah perusahaan atau perusahaan, dapat dikenakan pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan. Except as provided by paragraph 2, such remuneration derived from sources within the other Contracting State may also be taxed by that other Contracting State. Kecuali sebagaimana diatur dalam ayat 2, imbalan tersebut berasal dari sumber di Negara pihak lainnya dapat juga dikenakan pajak oleh Negara pihak lainnya. 2. 2. Remuneration described in paragraph 1 derived by an individual who is a resident of one of the Contracting States shall be exempt from tax by the other Contracting State if : Remunerasi yang dijelaskan pada ayat 1 diperoleh oleh individu yang merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan akan dibebaskan dari pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya jika: (a) he is present in that other Contracting State for a period or periods aggregating less than 120 days in any consecutive 12-month period; and (A) ia berada di Negara pihak lainnya untuk masa

atau masa yang berjumlah kurang dari 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, dan (b) the remuneration is paid by or on behalf of an employer who is not a resident of the other State; and (B) imbalan itu dibayarkan oleh atau atas nama majikan yang bukan penduduk Negara lainnya; dan (c) the remuneration is not borne as such or reimbursed by a permanent establishment which the employer has in that other Contracting State. (C) imbalan tersebut tidak menjadi beban seperti itu atau diganti oleh bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara pihak lainnya. 3. 3. Notwithstanding paragraph 2, remuneration derived by an individual from the performance of labor or personal services as an employee aboard ships or aircraft operated by a resident of one of the Contracting States in international traffic shall be exempt from tax by the other Contracting State if such individual is a member of the regular complement of the ship or aircraft. Meskipun ayat 2, imbalan yang diperoleh oleh individu dari kinerja kerja atau pelayanan pribadi sebagai karyawan naik kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan oleh penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dalam jalur lalu lintas internasional akan dibebaskan dari pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya jika individu seperti adalah anggota biasa melengkapi kapal atau pesawat udara.

Tax Treaty Indonesia-Amerika : Tie Breaker RulePosted on November 8, 2008 by aris aviantara

Tie breaker rule adalah langkah-langkah yang digunakan untuk menentukan status resident orang pribadi atau badan yang memiliki resident ganda (double resident). Biasanya, tie breaker rule menempati Pasal 4 dari suatu tax treaty. Langkah-langkah pemecahan status resident ganda ini (langkah untuk orang pribadi lebih banyak dari badan), harus digunakan secara berurutan. Jika langkah pertama sudah berhasil menentukan status resident seseorang/badan, maka langkah berikutnya tidak perlu digunakan, begitu seterusnya. Layaknya tax treaty yang lain, tax treaty Indonesia-Amerika tidak luput mencantumkan aturan tie breaker rule. Hanya saja, jika tie breaker rule orang pribadi dalam tax treaty umumnya terdiri dari permanent home, center of vital interest, habitual abode, dan terakhir mutual agreement, tax treaty Indonesia-Amerika memasukkan kriteria citizenship atau kewarganegaraan sebagai salah satu alat untuk memecahkan double resident. Dalam tax treaty Indonesia-Amerika, kriteria citizenship ditetapkan sebagai langkah keempat. Dengan demikian, jika langkah satu sampai dengan tiga tidak berhasil memecahkan double resident, maka tidak langsung menggunakan langkah keempat -mutual agreement- seperti umumnya tax treaty, tetapi menggunakan kriteria citizenship terlebih dahulu. Masih seputar tie breaker rule, tapi kali ini menyoal tentang definisi permanent home dalam tax treaty Indonesia-Amerika. Berbeda dari treaty lain yang tidak menegaskan definisi permanent home, tax treaty Indonesia-Amerika justeru sebaliknya. Dalam tax treaty ini ditegaskan bahwa

yang dimaksud dengan permanent home adalah tempat di mana Wajib Pajak tinggal bersama dengan keluarganya. Dilihat dari segi certainty, kita agaknya perlu mencontoh hal yang satu ini. Di luar kedua hal di atas, tie breaker rule dalam tax treaty Indonesia-Amerika memiliki perbedaan lain yang membuatnya menjadi semakin tidak biasa. Umumnya, tax treaty hanya mengatur penggunaan tie breaker rule dalam kondisi yang seimbang dalam arti permanent home atau kriteria lainnya sama-sama dimiliki di kedua negara. Sebenarnya Tax treaty IndonesiaAmerika juga demikian. Namun, tax treaty ini menambahkan aturan yang lebih lengkap yaitu menetapkan aturan bahwa tie breaker rule selanjutnya juga dapat digunakan apabila di kedua negara tidak terdapat kriteria tie breaker rule sebelumnya. Misalnya, kriteria center of vital interest juga dapat digunakan dalam hal Wajib Pajak sama-sama tidak memiliki permanent home di Indonesia dan Amerika.

Indo-singapore

Pasal 4 FISCAL DOMICILE FISKAL KEDUDUKAN 1. For the purposes of this Agreement, the term "a resident of a Contracting State" means any person who is resident in a Contracting State" for tax purposes of that Contracting State. This term shall not include a permanent establishment of a foreign enterprise which is treated as a resident for tax purposes. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan" berarti setiap orang yang merupakan penduduk suatu Negara pihak "untuk tujuan pajak Negara tersebut. Istilah ini tidak termasuk bentuk usaha tetap dari sebuah perusahaan asing yang diperlakukan sebagai penduduk untuk tujuan pajak. 2. Where by reason of the provisions of paragraph 1 an individual is a resident of both Contracting States, then his status shall be determined in accordance with the following rules: Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sesuai dengan aturan berikut: (a) he shall be deemed to be a resident of the Contracting State in which he has a (A) permanent home available to him. ia akan dianggap sebagai penduduk Negara dimana ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya. If he has a permanent home available to him in both Contracting States, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State with which his personal and economic relations are closest (centre of vital interests); Jika ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dengan mana hubungan pribadi dan ekonomi yang terdekat (pusat kepentingan-kepentingan pokok); (b) if the Contracting State in which he has his centre of vital interests cannot be (B) determined, or if he has not a permanent home available to him in either Contracting State, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State in which he has an habitual abode; jika Negara pihak pada Persetujuan di mana pusat tentang

kepentingan pokoknya tidak dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di salah satu Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia biasanya berdiam; (c) if he has an habitual abode in both Contracting States or in neither of them, the (C) competent authorities of the Contracting States shall settle this question by mutual agreement. jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak dari mereka, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalah ini dengan persetujuan bersama. 3. Where by reason of the provisions of paragraph 1 a person other than an individual is a resident of both Contracting States, the competent authorities of the Contracting States shall settle the question by mutual agreement. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 orang selain seorang individu merupakan penduduk dari kedua Negara pihak pada Persetujuan, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama. Pasal 4 FISCAL DOMICILE FISKAL KEDUDUKAN For the purposes of this Agreement, the term "a resident of a Contracting State" means any person who is resident in a Contracting State" for tax purposes of that Contracting State. This term shall not include a permanent establishment of a foreign enterprise which is treated as a resident for tax purposes. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan" berarti setiap orang yang merupakan penduduk suatu Negara pihak "untuk tujuan pajak Negara tersebut. Istilah ini tidak termasuk bentuk usaha tetap dari sebuah perusahaan asing yang diperlakukan sebagai penduduk untuk tujuan pajak. Where by reason of the provisions of paragraph 1 an individual is a resident of both Contracting States, then his status shall be determined in accordance with the following rules: Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sesuai dengan aturan berikut: (a) he shall be deemed to be a resident of the Contracting State in which he has a (A) permanent home available to him. ia akan dianggap sebagai penduduk Negara dimana ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya. If he has a permanent home available to him in both Contracting States, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State with which his personal and economic relations are closest (centre of vital interests); Jika ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dengan mana hubungan pribadi dan ekonomi yang terdekat (pusat kepentingan-kepentingan pokok); (b) if the Contracting State in which he has his centre of vital interests cannot be (B) determined, or if he has not a permanent home available to him in either Contracting State, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State in which he has an habitual abode; jika Negara pihak pada Persetujuan di mana pusat tentang kepentingan pokoknya tidak dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat

tinggal tetap yang tersedia baginya di salah satu Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia biasanya berdiam; (c) if he has an habitual abode in both Contracting States or in neither of them, the (C) competent authorities of the Contracting States shall settle this question by mutual agreement. jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak dari mereka, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalah ini dengan persetujuan bersama. Where by reason of the provisions of paragraph 1 a person other than an individual is a resident of both Contracting States, the competent authorities of the Contracting States shall settle the question by mutual agreement. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 orang selain seorang individu merupakan penduduk dari kedua Negara pihak pada Persetujuan, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama.

Pasal 13 INDEPENDENT PERSONAL SERVICES INDEPENDEN PRIBADI LAYANAN 1. Income derived by a resident of a Contracting State in respect of professional services or other activities of an independent character shall be taxable only in that State unless he is present in the other Contracting State for a period or periods exceeding in the aggregate 90 days in any twelve-month period. Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan jasa profesional atau kegiatan lainnya yang bersifat independen hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali ia berada di Negara pihak lainnya untuk suatu masa atau periode yang melebihi 90 hari dalam dua belas bulan periode. If he remains in that other State for the aforesaid period or periods, the income may be taxed in that other State but only so much of it as is derived in that other State during the aforesaid period or periods. Jika ia tetap di Negara lain untuk periode tersebut di atas atau periode, pendapatan itu dapat dikenakan pajak di Negara lainnya tetapi hanya banyak sebagai berasal di Negara lain selama periode tersebut di atas atau masa. 2. The term "professional services" includes especially independent scientific, literary, artistic, educational or teaching activities as well as the independent activities of physicians, lawyers, engineers, architects, dentists and accounts. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur, arsitek, dokter gigi dan rekening. Article 14 Pasal 14 DEPENDENT PERSONAL SERVICES TERGANTUNG PRIBADI LAYANAN 1. Subject to the provisions of Articles 15, 17, 18, 19 and 20, salaries, wages and other similar remuneration derived by a resident of a Contracting State in respect of an employment shall be taxable only in that State unless the employment is exercised in the other Contracting State. Tunduk pada ketentuan pasal 15, 17, 18, 19 dan 20, gaji, upah

dan imbalan serupa lainnya yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak dalam hal pekerjaan akan dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di lainnya pada Persetujuan. If the employment is so exercised, such remuneration as is derived therefrom may be taxed in that other State. Jika pekerjaan tersebut hal demikian, balas jasa yang diperoleh dari padanya dapat dikenakan pajak di Negara lain. 2. Notwithstanding the provisions of paragraph 1, remuneration derived by a resident of a Contracting State in respect of an employment exercised in the other Contracting State shall be taxable only in the first-mentioned State if: Menyimpang dari ketentuanketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh oleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yang dilakukan di Negara pihak lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama jika: (a) the recipient is present in the other State for a period or periods not exceeding in the (A) aggregate 183 days in the calendar year concerned; and penerima imbalan berada di Negara lainnya untuk masa atau periode yang tidak melebihi 183 hari dalam tahun kalender yang bersangkutan; dan (b) the remuneration is paid by, or on behalf of, an employer who is a resident of the (B) first-mentioned State; and imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang merupakan penduduk dari Negara yang disebutkan pertama, dan (c) the remuneration is not borne by a permanent establishment which the employer has (C) in the other State. imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara lain. 3. Notwithstanding the provisions of paragraphs 1 and 2, remuneration derived in respect of any employment exercised aboard a ship or aircraft operated in international traffic by an enterprise of a Contracting State shall be taxable only in that State. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, dan 2 imbalan yang diperoleh sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional oleh suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut. Pasal 13 INDEPENDENT PERSONAL SERVICES INDEPENDEN PRIBADI LAYANAN 1. Income derived by a resident of a Contracting State in respect of professional services or other activities of an independent character shall be taxable only in that State unless he is present in the other Contracting State for a period or periods exceeding in the aggregate 90 days in any twelve-month period. Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan jasa profesional atau kegiatan lainnya yang bersifat independen hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali ia berada di Negara pihak lainnya untuk suatu masa atau periode yang melebihi 90 hari dalam dua belas bulan periode. If he remains in that other State for the aforesaid period or periods, the income may be taxed in that other State but only so much of it as is derived in that other State during the aforesaid period or periods. Jika ia tetap di Negara lain untuk periode tersebut di atas atau periode, pendapatan itu dapat dikenakan pajak di Negara lainnya tetapi hanya banyak sebagai berasal di Negara lain selama periode tersebut di atas atau masa. 2. The term "professional services" includes especially independent scientific, literary, artistic, educational or teaching activities as well as the independent activities of

physicians, lawyers, engineers, architects, dentists and accounts. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur, arsitek, dokter gigi dan rekening. Article 14 Pasal 14 DEPENDENT PERSONAL SERVICES TERGANTUNG PRIBADI LAYANAN 1. Subject to the provisions of Articles 15, 17, 18, 19 and 20, salaries, wages and other similar remuneration derived by a resident of a Contracting State in respect of an employment shall be taxable only in that State unless the employment is exercised in the other Contracting State. Tunduk pada ketentuan pasal 15, 17, 18, 19 dan 20, gaji, upah dan imbalan serupa lainnya yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak dalam hal pekerjaan akan dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di lainnya pada Persetujuan. If the employment is so exercised, such remuneration as is derived therefrom may be taxed in that other State. Jika pekerjaan tersebut hal demikian, balas jasa yang diperoleh dari padanya dapat dikenakan pajak di Negara lain. 2. Notwithstanding the provisions of paragraph 1, remuneration derived by a resident of a Contracting State in respect of an employment exercised in the other Contracting State shall be taxable only in the first-mentioned State if: Menyimpang dari ketentuanketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh oleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yang dilakukan di Negara pihak lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama jika: (a) the recipient is present in the other State for a period or periods not exceeding in the (A) aggregate 183 days in the calendar year concerned; and penerima imbalan berada di Negara lainnya untuk masa atau periode yang tidak melebihi 183 hari dalam tahun kalender yang bersangkutan; dan (b) the remuneration is paid by, or on behalf of, an employer who is a resident of the (B) first-mentioned State; and imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang merupakan penduduk dari Negara yang disebutkan pertama, dan (c) the remuneration is not borne by a permanent establishment which the employer has (C) in the other State. imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara lain. 3. Notwithstanding the provisions of paragraphs 1 and 2, remuneration derived in respect of any employment exercised aboard a ship or aircraft operated in international traffic by an enterprise of a Contracting State shall be taxable only in that State. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, dan 2 imbalan yang diperoleh sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional oleh suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

Indo-australiaPasal 4 DOMISILI FISKAL 1.

Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan" berarti setiap orang yang, di bawah hukum Negara tersebut, dapat dikenakan pajak di dalamnya dengan alasan dari domisili, tempat tinggal, tempat kedudukan manajemen atau kriteria lainnya yang serupa alam. 2. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 Pasal ini seorang individu merupakan penduduk kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sesuai dengan aturan berikut: (a) ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya; jika ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dengan yang pribadi dan hubungan ekonomi yang lebih erat (pusat kepentingan-kepentingan pokok); (b) jika Negara pihak pada Persetujuan dimana ia mempunyai pusat kepentingan-kepentingan pokok tidak dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dimana ia menurut kebiasaannya berdiam; (c) jika ia mempunyai kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak satu pun dari mereka, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalah ini melalui persetujuan bersama. 3. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 Pasal ini seseorang selain orang pribadi menjadi penduduk pada kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana tempat manajemen efektif berada. 4. Kenyataan bahwa suatu perusahaan dari Negara pihak pada Persetujuan menjalankan usaha di Negara pihak lainnya pada Persetujuan melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada disana akan tidak merupakan salah satu perusahaan atau bentuk usaha tetap yang merupakan penduduk Negara lain.

Pasal 4 RESIDENCE TEMPAT TINGGAL 1. For the purposes of this Agreement, a person is a resident of one of the Contracting States if the person is a resident of that Contracting State under the law of that State relating to its tax. Untuk tujuan Persetujuan ini, seseorang merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan jika orang tersebut adalah penduduk dari Negara pihak berdasarkan hukum Negara yang berkaitan dengan pajak. 2. A person is not a resident of one of the Contracting states for the purposes of this Agreement if the person is liable to tax in that State in respect only of income from sources in that State. Seseorang bukan merupakan penduduk dari salah satu negara pihak

pada Persetujuan untuk tujuan Persetujuan ini jika orang tersebut dapat dikenakan pajak di Negara itu hanya atas penghasilan yang bersumber di Negara tersebut. 3. Where by reason of the preceding provisions of this Article a person, being an individual, is a resident of both Contracting States, then the status of the person shall be determined in accordance with the following rules: Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Pasal ini orang, menjadi seorang individu, merupakan penduduk di kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka status orang harus ditentukan sesuai dengan aturan berikut: (a) the person shall be deemed to be a resident solely of the Contracting State in which (A) a permanent home available to the person; orang tersebut akan dianggap penduduk semata-mata dari Negara pihak pada Persetujuan dimana tempat tinggal tetap yang tersedia untuk orang tersebut; (b) if a permanent home is available to the person in both Contracting States, or in (B) neither of them, the person shall be deemed to be a resident solely of the Contracting State in which the person has an habitual abode; jika tempat tinggal tetap tersedia untuk orang yang di kedua Negara pihak pada Persetujuan, atau tidak dari mereka, orang tersebut akan dianggap penduduk semata-mata dari Negara pihak pada Persetujuan di mana orang tersebut mempunyai tempat kebiasaan; (c) if the person has an habitual abode in both Contracting States or in neither of them, (C) the person shall be deemed to be a resident solely of the Contracting State with which the person's economic and personal relations are closer. jika orang tersebut mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak dari mereka, orang tersebut akan dianggap penduduk semata-mata dari Negara pihak pada Persetujuan dengan mana hubungan orang ekonomi dan pribadi yang dekat. 4. Where by reason of the provisions of paragraph 1 a person other than an individual is a resident of both Contracting States, then it shall be deemed to be a resident solely of the Contracting State in which its place of effective management is situated. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 orang selain seorang individu merupakan penduduk dari kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka ia akan dianggap penduduk semata-mata dari Negara pihak pada Persetujuan di mana tempat manajemen efektif berada. Pasal 14 INDEPENDENT PERSONAL SERVICES INDEPENDEN PRIBADI LAYANAN 1. Income derived by an individual who is a resident of one of the Contracting States in respect of professional services or other independent activities of a similar character shall be taxable only in that State unless: Penghasilan yang diperoleh seorang individu yang merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan jasa profesional atau pekerjaan bebas yang lain dengan karakter yang sama hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali: (a) a fixed base is regularly available to the individual in the other Contracting State for (A) the purpose of performing the individual's activities; in that case, so much of the income as is attributable to activities exercised from that fixed base may also be taxed in the other State; or basis tetap yang tersedia secara teratur individu di

Negara pihak lainnya untuk tujuan menjalankan kegiatan individu, dalam hal itu, begitu banyak penghasilan yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan dari basis tetap juga dapat dikenakan pajak di Negara lain ; atau (b) the individual is present in that other State for a period or periods exceeding 120 (B) days in any period of 12 months; in that case, so much of the income as is derived from the individual's activities in that other State may also be taxed in that other State. Orang tersebut berada di Negara lain untuk suatu masa atau periode melebihi 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dalam hal itu, begitu banyak penghasilan yang berasal dari aktivitas individu di Negara lain juga dapat dikenakan pajak di bahwa lain Negara. 2. The term "professional services" includes services performed in the exercise of independent scientific, literary, artistic, educational or teaching activities as well as in the exercise of the independent activities of physicians, lawyers, engineers, architects, dentists and accountants. Istilah "jasa-jasa profesional" termasuk jasa yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan ilmiah, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran independen serta dalam pelaksanaan kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur, arsitek, dokter gigi dan akuntan. Article 15 Pasal 15 DEPENDENT PERSONAL SERVICES TERGANTUNG PRIBADI LAYANAN 1. Subject to the provisions of Articles 16, 18, 19 and 20, salaries, wages and other similar remuneration derived by an individual who is a resident of one of the Contracting States in respect of an employment shall be taxable only in that State unless the employment is exercised in the other Contracting State. Tunduk pada ketentuan-ketentuan Pasal 16, 18, 19 dan 20, gaji, upah dan imbalan serupa lainnya yang diperoleh seorang individu yang merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dari suatu pekerjaan hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali jika pekerjaan tersebut dilaksanakan di Negara pihak lainnya. If the employment is so exercised, such remuneration as is derived from that exercise may be taxed in that other State. Jika pekerjaan tersebut hal demikian, balas jasa yang berasal dari latihan yang dapat dikenakan pajak di Negara lain. 2. Notwithstanding the provisions of paragraph 1, remuneration derived by an individual who is a resident of one of the Contracting States in respect of an employment exercised in the other Contracting State shall be taxable only in the first-mentioned State if: Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh oleh individu yang merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yang dilakukan di Negara pihak lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama jika: (a) the recipient is present in that other State for a period or periods not exceeding in (A) the aggregate 120 days in any period of 12 months; and penerima imbalan berada di Negara lainnya untuk masa atau periode yang tidak melebihi dalam 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan; dan (b) the remuneration is paid by, or on behalf of, an employer who is not a resident of (B) that other State; and imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang bukan merupakan penduduk Negara lainnya; dan (c) the remuneration is not deductible in determining taxable profits of a permanent

(C) establishment or a fixed base which the employer has in that other State; and imbalan itu tidak boleh dikurangkan dalam menentukan laba kena pajak bentuk usaha tetap atau tempat tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara lainnya; dan (d) the remuneration is, or upon the application of this Article will be, subject to tax in (D) the first-mentioned State. balas jasa itu, atau atas penerapan Pasal ini akan, dikenakan pajak di Negara yang disebutkan pertama. 3. Notwithstanding the preceding provisions of this Article, remuneration in respect of an employment exercised aboard a ship or aircraft operated in international traffic by a resident of one of the Contracting States may be taxed in that State. Menyimpang dari ketentuan sebelumnya dari Pasal ini, balas jasa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalulintas internasional oleh penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dapat dikenakan pajak di Negara itu. Indo-belanda Pasal 4 FISCAL DOMICILE FISKAL KEDUDUKAN 1. For the purposes of this Agreement, the term "resident of one of the two States" means any person who, under the law of that State, is liable to taxation therein by reason of his domicile, residence, place of management or any other criterion of a similar nature. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk salah satu Negara" berarti setiap orang yang, di bawah hukum Negara tersebut dapat dikenakan pajak di dalamnya berdasarkan domisilinya, tempat kediamannya, tempat kedudukan manajemennya atau atas dasar lainnya yang sifatnya serupa. 2. For the purposes of this Agreement an individual, who is a member of a diplomatic or consular mission of one of the two States in the other State or in a third State and who is a national of the sending State, shall be deemed to be a resident of the sending State if he is submitted therein to the same obligations in respect of taxes on income as are residents of that State. Untuk tujuan Persetujuan ini seorang individu, yang merupakan anggota suatu misi diplomatik atau konsuler dari salah satu Negara di Negara lain atau di suatu Negara ketiga dan yang merupakan warga negara dari Negara pengirim, akan dianggap sebagai penduduk dari Negara pengirim jika ia disampaikan di dalamnya untuk kewajiban yang sama mengenai pajak atas penghasilan adalah penduduk dari Negara tersebut. 3. Where by reason of the provisions of paragraph 1 an individual is a resident of both States, then this case shall be determined in accordance with the following rules: Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di kedua Negara, maka hal ini harus ditentukan sesuai dengan aturan berikut: (a) he shall be deemed to be a resident of the State in which he has a permanent home (A) available to him. ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya. If he has a permanent home available to him in both States, he shall be deemed to be a resident of the State with which his personal and economic relations are closest (centre of vital interests); Jika ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di kedua Negara, ia akan

dianggap sebagai penduduk Negara di mana hubungan pribadi dan ekonomi yang terdekat (pusat kepentingan-kepentingan pokok); (b) if the State in which he has his centre of vital interests cannot be determined, or if (B) he has not a permanent home available to him in either State, he shall be deemed to be a resident of the State in which he has an habitual abode; jika Negara di mana pusat tentang kepentingan pokoknya tidak dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di salah satu Negara, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia biasanya berdiam; (c) if he has an habitual abode in both States or in neither of them, the competent (C) authorities of the two States shall settle the question by mutual agreement. jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara atau tidak dari mereka, pejabat yang berwenang dari kedua Negara akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama. 4. Where by reason of the provisions of paragraph 1 a person other than an individual and other than an enterprise to which the provisions of Article 8 apply, is a resident of both States, then it shall be deemed to be a resident of the State in which its place of effective management is situated. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 orang selain individu dan lainnya dari sebuah perusahaan yang ketentuan Pasal 8 berlaku, merupakan penduduk di kedua Negara, maka akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana tempat manajemen efektif berada. If the competent authorities of the two States consider that a place of effective management is present in both States, they shall settle the question by mutual agreement. Jika pejabat yang berwenang dari kedua Negara menganggap bahwa suatu tempat kedudukan manajemen yang efektif hadir di kedua Negara, mereka akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama. Pasal 15 INDEPENDENT PERSONAL SERVICES INDEPENDEN PRIBADI LAYANAN 1. Income derived by a resident of one of the two States in respect of professional services or other activities of an independent character shall be taxable only in that State unless he has a fixed base regularly available to him in the other State for the purpose of performing his activities or he is present in that other State for a period or periods exceeding in the aggregate 91 days in any 12-month period. Penghasilan yang diperoleh penduduk salah satu Negara sehubungan dengan jasa profesional atau kegiatan lainnya yang bersifat independen hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali ia memiliki suatu tempat tetap yang secara teratur tersedia baginya di Negara lainnya untuk tujuan melakukan nya kegiatan atau ia berada di Negara lain untuk suatu masa atau periode melebihi dalam 91 hari dalam periode 12 bulan. If he has such a fixed base or remains in that other State for the aforesaid period or periods, the income may be taxed in that other State but only so much of it as is attributable to that fixed base or is derived in that other State during the aforesaid period or periods. Jika ia mempunyai tempat tetap atau berada di Negara lain untuk periode tersebut di atas atau periode, pendapatan itu dapat dikenakan pajak di Negara lainnya tetapi hanya begitu banyak itu dianggap berasal dari tempat tetap tersebut atau diperoleh di Negara lain selama periode tersebut di atas atau masa. 2. The term "professional services" includes especially independent scientific, literary, artistic, educational or teaching activities as well as the independent activities of

physicians, lawyers, engineers, dentists and accountants. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur, dokter gigi dan akuntan. Article 16 Pasal 16 DEPENDENT PERSONAL SERVICES TERGANTUNG PRIBADI LAYANAN 1. Subject to the provisions of Articles 17, 19, 20, 21 and 22 salaries, wages and other similar remuneration derived by a resident of one of the two States in respect of an employment shall be taxable only in that State unless the employment is exercised in the other State. Sesuai dengan ketentuan Pasal 17, 19, 20, 21 dan 22 gaji, upah dan imbalan serupa lainnya yang diperoleh penduduk salah satu dari dua negara dalam hal pekerjaan akan dikenakan pajak di Negara itu, kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di Negara lain. If the employment is so exercised, such remuneration as is derived therefrom may be taxed in that other State. Jika pekerjaan tersebut hal demikian, balas jasa yang diperoleh dari padanya dapat dikenakan pajak di Negara lain. 2. Notwithstanding the provisions of paragraph 1, remuneration derived by a resident of one of the two States in respect of an employment exercised in the other State shall be taxable only in the first-mentioned State, if: Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh oleh penduduk salah satu dari dua negara dalam hal pekerjaan yang dilakukan di Negara lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama, jika: (a) the recipient is present in the other State for a period or periods not exceeding in the (A) aggregate 183 days in any twelve-month period commencing or ending in the fiscal year concerned, and penerima imbalan berada di Negara lainnya untuk masa atau periode yang tidak melebihi 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan yang dimulai atau berakhir dalam tahun fiskal yang bersangkutan, dan (b) the remuneration is paid by, or on behalf of, an employer who is not a resident of (B) the other State, and imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang bukan merupakan penduduk Negara lain, dan (c) the remuneration is not borne by a permanent establishment or a fixed base which (C) the employer has in the other State. imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara lain. 3. Notwithstanding the preceding provisions of this Article, remuneration derived by a resident of one of the two States in respect of an employment exercised aboard a ship or aircraft operated in international traffic may be taxed in the State of which the enterprise is a resident. Menyimpang dari ketentuan sebelumnya dari Pasal ini, imbalan yang diperoleh oleh penduduk salah satu dari dua negara dalam hal pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional dapat dikenakan pajak di Negara di mana perusahaan itu berkedudukan. Indo-jepang 2. CATATAN : Untuk selanjutnya dalam terjemahan ini " suatu Negara yang terikat Persetujuan"

disingkat "suatu Negara" dan "suatu Negara lainnya yang terikat Persetujuan" disingkat "suatu Negara lainnya". Pasal 4 1. Untuk kepentingan persetujuan ini, istilah "penduduk dari suatu negara" berarti setiap orang atau badan yang menurut perundang-undangan Negara itu dapat dikenakan pajak berdasarkan tempat tinggal, tempat kediaman, kantor pusat atau kantor besar, tempat ketatalaksanaan atau patokan lainnya yang serupa. 2. Jika berdasarkan ketentuan ayat 1, seseorang atau suatu badan merupakan penduduk dari kedua Negara, maka untuk tujuan persetujuan ini pejabat yang berwenang dari masingmasing Negara, berdasarkan permufakatan kedua belah pihak akan menentukan tempat kedudukan seseorang atau badan tersebut. Pasal 14 1. Pendapatan yang diterima seorang penduduk suatu Negara sehubungan dengan pekerjaan bebas atau pekerjaan lain yang bersifat sama, hanya akan dikenakan pajak di Negara itu, kecuali ia mempunyai tempat tertentu yang secara teratur dipergunakan untuk melakukan pekerjaannya di Negara lain atau ia berada di Negara lain itu untuk suatu masa atau masa masa yang tidak melebihi jumlah 183 hari dalam suatu tahun takwim, apabila ia mempunyai tempat tertentu atau tinggal di Negara lain seperti disebut diatas, maka pendapatannya dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya bagian pendapatan yang dianggap berasal dari tempat tertentu itu atau pendapatan yang diterima selama masa ia berada di Negara lain tersebut. 2. Istilah "pekerjaan bebas" meliputi terutama, pekerjaan bebas dibidang ilmu pengetahuan, kesusastraan, kesenian pendidikan atau pengajaran demikian pula pekerjaan bebas yang dilakukan oleh dokter, ahli hukum, ahli tehnik, arsitek, dokter gigi dan akuntan. Pasal 15 1. Tunduk pada ketentuan-ketentuan Pasal 16, 18, 19, 20 dan 21, gaji upah dan jasa lainnya yang serupa yang diterima oleh seorang penduduk dari suatu Negara berkenaan dengan pekerjaan dalam hubungan perburuhan hanya akan dikenakan pajak di negara itu, kecuali jika pekerjaan itu dilakukan di negara lain jika demikian, maka balas jasa yang diterima dari pekerjaan itu dikenakan pajak di Negara lain itu. 2. Walaupun ada ketentuan-ketentuan ayat 1, balas jasa yang diperoleh seorang penduduk disuatu Negara dari pekerjaan yang dilakukan di Negara lain, hanya akan dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama, jika: (a) (b) (c) si penerima berada di Negara lain itu selama suatu masa atau masa-masa yang jumlahnya tidak melebihi 183 hari dalam suatu tahun takwim; dan balas jasa dibayar oleh atau nama majikan yang bukan merupakan penduduk Negara lainnya itu; dan balas jasa tidak menjadi beban suatu ayat 1 dan 2, balas jasa yang berkenaan dengan pekerjaan dalam hubungan perburuhan yang dilakukan di atas kapal atau pesawat

udara yang dioperasikan dalam jalur lalulintas internasional oleh perusahaan dari suatu Negara, dikenakan pajak di Negara itu.

Article 4 Resident 1. For the purposes of this Convention, the term resident of a Contracting State means any person who, under the laws of that State, is liable to tax therein by reason of his domicile, residence, place of incorporation, place of management or any other criterion of a similar nature, and also includes that State and any political subdivision or local authority thereof. This term, however, does not include any person who is liable to tax in that Sate in respect only of income from sources in that State or capital situated therein. 2. where by reason of the provisions of paragraph 1 an individual is a resident of both Contracting State, then his status shall be determined as follows : (a). He shall be deemed to be a resident only of the State in which he has a permanent home available to him ; if he has a permanent home available to him in both States, he shall be deemed to be a resident only of the State with which his personal and economic relations are closer (centre of vital interest) ; (b). If the State in which he has his centre of vital interests cannot be determined, or if he has not a permanent home available to him in either State, he shall be deemed to be a resident only of the State in which he has an habitual abode ; (c). If he has an habitual abode in both States or in neither of them, he shall be deemed to be a resident only of the State of which he is national;

(d). If he is a national of both States or of neither of them, the competent authorities of the Contracting States shall settle the question by mutual agreement. 3. Where by reason of the provisions of paragraph 1 a person other than an individual is a resident of both Contracting States, then it shall be deemed to be a resident only of the State in which its place of effective management is situated.

Article 14 Independent Personal Services 1. Income derived by a resident of a Contracting State in respect of professional services or other activities of an independent character shall be taxable only in that State except in the following circumstances, when such income may also be taxed in the other Contracting State : (a). If he has a fixed base regularly available to him in the other Contracting State for the purpose of performing his activities; in that case, only so much of the income as is attributable to that fixed base may be taxed in that Contracting State; or (b). If his stay in the other Contracting State is for a period or periods amounting to or exceeding in the aggregate 183 days in any twelvemonth period commencing or ending in the fiscal year concerned; in that case, only so much of the income as is derived from his activities performed in that other State may be taxed in that other State. 2. The term professional services includes especially independent scientific, literary, artistic, educational or teaching activities as well as the independent activities of physicians, lawyers, engineers, architects, dentists and accountants.

Article 15 Dependent personal services 1. Subject to the provisions of articles 16, 18 and 19, salaries, wages and other similar remuneration derived by a resident of a Contracting State in respect of an employment shall be taxable only in that State unless the employment is exercised in the other Contracting State. If the employment is so exercised, such remuneration as is derived there from may be taxed in that other State. 2. Notwithstanding the provisions of paragraph 1, remuneration derived by a resident of a Contracting State in respect of an employment exercised in the other Contracting State shall be taxable only in the first-mentioned State if : (a). the recipient is present in the other state for a period or periods not exceeding in the aggregate 183 days in any twelve-month period commencing or ending in the fiscal year concerned; and (b). the remuneration is paid by, or on behalf of, an employer who is not a resident of the other state; and (c). the remuneration is not borne by a permanent establishment or a fixed base which the employer has in the other state. 3. notwithstanding the preceding provisions of this article, remuneration derived in respect of an employment exercised aboard a ship or aircraft operated in international traffic, or aboard a boat engaged in inland waterways transport, may be taxed in the contracting state in which the place of effective management of the enterprise is situated.