Bahan Dan Jenis Superkonduktor
-
Upload
yova-prameswari -
Category
Documents
-
view
462 -
download
36
description
Transcript of Bahan Dan Jenis Superkonduktor
BAHAN DAN JENIS SUPERKONDUKTOR
Tabel. Suhu kritis (Tc) beberapa bahan superkonduktor
Unsur Tc (0C) Senyawa Tc (0C)
Ti
Zn
Al
Ti
In
Sn
Hg
Ta
V
Pb
Nb
Tc
Th
U
0,40
0,82
1,20
2,38
3,40
3,73
4,16
4,39
5,10
7,22
8,00
11,20
1,37
0,68
NaBi
BaBa3
Nb2Zn
MoN
MoRe
V2,95Ga
NbN
V3Si
Nb3Al
Nb3Sn
CuS
PbSb
2,2
6,0
10,8
12,0
12,6
14,4
15,2
17,1
18,0
18,1
1,6
1,5
Dari tabel diatas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa:
a. Logam-logam menovalen adalah bukan superkonduktor.
b. Logam-logam ferromagnetic dan anti ferromagnetic adalah bukan
superkonduktor.
c. Konduktor yang baik pada suhu kamar adalah bukan superkonduktor dan logam
superkonduktor sebagai logam normal adalah bukan konduktor yang baik pada
suhu kamar.
d. Film tipis dari Be, Bi dan Fe adalah superkonduktor.
e. Bismut, Pb dan Fe menjadi superkonduktor jika mendapat tekanan yang tinggi
Berdasarkan interaksi medan magnet, bahan superkonduktor dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :
a) Tipe I
Unsur-unsur tunggal yang dipelopori oleh temuan Onnes, disebut superkonduktor
tipe I atau superkonduktor konvensional, ada kira-kira 27 jenis dari tipe ini.
Superkonduktor tipe I menurut teori BCS (Bardeen, Cooper, dan Schrieffer)
dijelaskan dengan menggunakan pasangan elektron (yang sering disebut pasangan
Cooper). Pasangan elektron bergerak sepanjang terowongan penarik yang dibentuk ion-
ion logam yang bermuatan positif. Akibat dari adanya pembentukan pasangan dan tarikan
ini arus listrik akan bergerak dengan merata dan superkonduktivitas akan terjadi.
Superkonduktor yang berkelakuan seperti ini disebut superkonduktor jenis pertama yang
secara fisik ditandai dengan efek Meissner, yakni gejala penolakan medan magnet luar
(asalkan kuat medannya tidak terlalu tinggi) oleh superkonduktor. Bila kuat medannya
melebihi batas kritis, gejala superkonduktivitasnya akan menghilang. Maka pada
superkonduktor tipe I akan terus – menerus menolak medan magnet yang diberikan
hingga mencapai medan magnet kritis. Kemudian dengan tiba-tiba bahan akan berubah
kembali ke keadaan normal.
Superkonduktor tipe I hanya mempunyai satu harga medan magnet kritis (Hc).
Jika medan magnet luar yang dikenakan pada superkonduktor berharga lebih kecil dari
Hc, maka terjadi efek Meissner sempurna dan jika lebih besar dari Hc, maka fluks magnet
luar akan menerobos masuk ke dalam bahan superkonduktor sehingga fenomena
superkonduktivitas menghilang.
Yang termasuk jenis bahan superkonduktor I yaitu Pb, Ag dan Sn yang
menyalurkan arus pada permuakaannya sampai kedalaman 10 – 4 mm pada medan
magnet hingga setinggi-tingginya adalah kuat medan magnet Nb dan paduan Pb. Pada
bahan superkonduktor jenis I yang menghantarkan arus tetap akan menimbulkan medan
magnet tanpa kerugian karena medan listriknya di semua tempat adalah nol.
Superkonduktor tipe 1 terdiri dari logam dan metaloid yang menunjukkan
beberapa sifat konduktivitas di suhu ruangan. Superkonduktor tipe 1 ini membutuhkan
suhu yang sangat dingin agar menjadi superkonduktif. Saat menjadi superkonduktif, tipe
1 ini akan menghasilkan sifat diamagnetik yang kuat.
Di bawah ini adalah beberapa nama superkonduktor tipe 1.
Timbal (Pb) (menjadi superkonduktif di suhu 7,196 K)
Lantanum (La) (menjadi superkonduktif di suhu 4,88 K)
Tantalum (Ta) (menjadi superkonduktif di suhu 4,47 K)
Air raksa (Hg) (menjadi superkonduktif di suhu 4,15 K)
Timah (Sn) (menjadi superkonduktif di suhu 3,72 K)
Indium (In) (menjadi superkonduktif di suhu 3,41 K)
Paladium (Pd) (menjadi superkonduktif di suhu 3,3 K)
Krom (Cr) (menjadi superkonduktif di suhu 3 K)
Aluminium (Al) (menjadi superkonduktif di suhu 1,175 K)
Seng (Zn) (menjadi superkonduktif di suhu 0,85 K)
Platina (Pt) (menjadi superkonduktif di suhu 0,0019 K)
b) Tipe II
Pada tahun 1960-an lahirlah keluarga superkonduktor tipe II, yang biasanya
berupa kombinasi unsur molybdenum (Mo), niobium (Nb), timah (Sn), vanadium (V),
germanium (Ge), indium (In) atau galium (Ga). Sebagian merupakan senyawa, sebagian
lagi merupakan larutan padatan.
Superkonduktor tipe II ini tidak dapat dijelaskan dengan teori BCS karena apabila
superkonduktor jenis II ini dijelaskan dengan teori BCS, efek Meissner nya tidak terjadi.
(Efek Meissner yaitu efek dimana superkonduktor menghasilkan medan
magnet). Abrisokov berhasil memformulasikan teori baru untuk menjelaskan
superkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan teorinya pada kerapatan pasangan elektron
yang dinyatakan dalam parameter keteraturan fungsi gelombang. Abrisokov dapat
menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat mendeskripsikan pusaran (vortices) dan
bagaimana medan magnet dapat memenetrasi bahan sepanjang terowongan dalam
pusaran-pusaran ini. Lebih lanjut ia pun dengan secara mendetail dapat memprediksikan
jumlah pusaran yang tumbuh seiring meningkatnya medan magnet. Teori ini merupakan
terobosan dan masih digunakan dalam pengembangan dan analisis superkonduktor dan
magnet.
Superkonduktor tipe II akan menolak medan magnet yang diberikan. Namun
perubahan sifat kemagnetan tidak tiba-tiba tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis, maka
bahan akan kembali ke keadaan semula.
Superkonduktor tipe II mempunyai dua harga medan magnet kritis, yaitu Hc1
atau medan kritis rendah dan Hc2 atau medan kritis tinggi. Superkonduktor tipe II akan
bersifat sama dengan superkonduktor tipe I ketika medan magnet luar berharga lebih
kecil dari Hc1. Jika medan magnet luar berharga antara Hc1 dan Hc2, maka sebagian
fluks magnet akan menerobos ke dalam bahan superkonduktor, sehingga superkonduktor
dikatakan berada dalam keadaan campuran (mixed state). Selanjutnya, bahan akan
kehilangan sifat superkonduktifnya ketika medan magnet luar berharga lebih besar dari
Hc2.
Pada superkonduktor jenis II, jika medan magnetnya mencapai medan kritis
dan suhu kritisnya relatif (kondisi tersebut lebih tinggi dari jenis I), keadaan
superkonduktor tidak langsung berubah menjadi konduktor normal, tetapi menjadi bahan
yang merupakan peralihan atau dari kondisi superkonduktor menjadi konduktor normal.
Pada jenis ini yang menghantarkan arus tetap akan menimbulkan medan magnet dengan
kerugian yang sangat kecil dan dapat diabaikan.
Superkonduktor tipe 2 berbeda dengan tipe 1 saat transisi dari keadaan normal ke
superkonduktif. Superkonduktor tipe 2 terdiri dari senyawa logam dan aloy. Kerennya,
beberapa bahan tipe 2 membutuhkan suhu yang relatif lebih hangat untuk menjadi
superkonduktif dibandingkan dengan tipe 1.
Berikut adalah beberapa contoh superkonduktor tipe 2:
(Sn5In)Ba4Ca2Cu11Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 218 K)
(Sn5In)Ba4Ca2Cu10Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 212 K)
Sn5Ba4Ca2Cu10Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 200 K).
Berdasarkan nilai suhu kritisnya, superkonduktor dibagi menjadi
dua kelompok yaitu:
a) Superkonduktor bersuhu kritis rendah
Superkonduktor jenis ini memiliki suhu kritis lebih kecil dari 23 K.
Superkonduktor jenis ini sudah ditinggalkan karena biaya yang mahal
untuk mendinginkan bahan.
b) Superkonduktor bersuhu kritis tinggi
Superkonduktor jenis ini memiliki suhu kritis lebih besar dari 78 K.
Superkonduktor jenis ini merupakan bahan yang sedang
dikembangkan sehingga diharapkan memperoleh superkonduktor pada
suhu kamar sehingga lebih ekonomis. Contoh Superkonduktor bersuhu
kritis tinggi adalah sampel bahan YBa2Cu3O7-x.