Bahan Cristo
-
Upload
christover-firstnando-s-s -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of Bahan Cristo
![Page 1: Bahan Cristo](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf9215550346f57b935dcb/html5/thumbnails/1.jpg)
1. I. PrognosisPemahaman yang lebih baik terhadap retinopati diabetic melalui pangaplikasian
metode investigasi yang lebih akurat, seperti angiografi fluorescein, indirek oftalmoskopi
secara rutin, slit lamp mikroskop, foto fundus berseri pengguanaan ultrasound juga
dianggap penting. Dengan metode ini juga angka kebutaan bisa dikurangi kecuali pada
situasi masalah social atau masalah lain. Pendidikan pada pasien sangat penting untuk
memperoleh perbaikan dalam prognosis pengobatan untuk pasien diabetes mellitus.
Setelah 20 tahun, 75% daripada pasien diabetic dengan PDR akan menjadi buta jika
diobati dalam masa 5 tahun.9
Kontrol optimal terhadap kadar glukosa darah dapat mencegah komplikasi
retinopati yang lebih berbahaya. Pada mata yang mengalami edema makuler dan iskemik
yang bermakna akan memiliki prognosis yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser,
daripada mata dengan edema dan perfusi yang relative baik.
Pandelaki, K., 2007. Retinopati Diabetik dalam: Sudoyo, A.W., Setiayohadi, B., Idrus.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. FK UI. Jakarta.
H. Tx dan J. Pencegahan
Pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik merupakan upaya yang harus
dilakukan bersama untuk mencegah atau menunda timbulnya retinopati dan juga untuk
memperlambat perburukan retinopati. Tujuan utama pengobatan retinopati diabetic
ialah untuk mencegah terjadinya kebutaan permanen. Metode pencegahan dan
pengobatan retinopati diabetic saat ini meliputi kontrol glukosa darah, kontrol tekanan
darah dan laser koagulasi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengontrolan
kadar glukosa darah dan tekanan darah yang baik secara signifikan menurunkan resiko
perkembangan retinopati diabetic dan juga progresivitasnya.
Perkembangan laser fotokoagulasi retina secara dramatis telah mengubah
penanganan retinopati diabetic. Fotokuagulopati dilakukan pada focal and diffuse
maculophaty dan pada PDR. Penggunaan cahaya yang terfokus untuk mengkauter
retina telah dipraktiskan sejak beberapa tahun dan hasilnya telah dikonfirmasi melalui
percobaan klinikal yang ekstensif untuk kedua penyakit NPDR dan PDR dan juga
untuk beberapa tipe makulopati. Progresivitas retinopati terutama dicegah dengan
melakukan pengendalian yang baik terhadap hiperglikemia, hipertensi sistemik dan
![Page 2: Bahan Cristo](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf9215550346f57b935dcb/html5/thumbnails/2.jpg)
hiperkolesterolemia. Terapi pada mata tergantung dari lokasi dan keparahan
retinopatinya. Mata dengan edema macula diabetic yang belum bermakna klinis
sebaiknya dipantau secara ketat tanpa dilakukan terapi laser. Yang bermakna klinis
memerlukan focal laser bila lesinya setempat, dan grid laser biasanya bila lesinya
difus. Penyuntikan intravitreal triamcinolon atau anti VEGF juga efektif.
Dengan merangsang regresi pembuluh-pembuluh baru, fotokoagulasi laser pan-
retina (PRP) menurunkan insidens gangguan penglihatan berat akibat RD proliferative
hingga 50%. Beberapa ribu bakaran laser dengan jarak teratur diberikan diseluruh
retina untuk mengurangi rangsangan angiogenik dari daerah-daerah iskemik. Daerah
sentral yang dibatasi oleh diskus dan cabang-cabang pembuluh darah temporal tidak
dikenai. Yang beresiko besar kehilangan penglihatan adalah pasien dengan ciri-ciri
resiko tinggi. Jika pengobatan ditunda hingga cirri tersebut muncul, fotokoagulasi
laser pan retina yang memadai harus segera dilakukan tanpa penundaan lagi.
Pengobatan pada retinopati nonproliferatif berat belum mampu mengubah hasil akhir
penglihatan, namun pada pasien-pasien dengan diabetes tipe II, control darah yang
buruk, terapi harus diberikan sebelum kelainan proliferative muncul. Viterktomi dapat
membersihkan perdarahan vitreus dan mengatasi traksi vitreoretina. Sekali perdarahan
vitreus yang luas terjadi, 20% mata akan menuju kondisi penglihatan dengan visus
tanpa persepsi cahaya dalam 2 tahun. Komplikasi pasca-vitrektomi lebih sering
dijumpai pada pasien DM tipe I yang menunda vitrektomi dan pasien DM tipe II yang
menjalani vitrektomi dini. Komplikasi tersebut antara lain ftisis bulbi, peningkatan
tekanan intraocular dengan edema kornea, ablation retina dan infeksi.
Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi ke-14. Widya
Medika. Jakarta.
Kanski J Jack. 1998. Ophthalmology in focus. Elsevier. London.
National Eye Institute of Health. 2012. Diabetic Retinopathy: Prevention Treatment
and Diet. North Dakota State University.
F. Komplikasi
Retinopati diabetikum dapat menyebabkan kebutaan yang diakibatkan oleh beberapa
proses seperti
![Page 3: Bahan Cristo](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf9215550346f57b935dcb/html5/thumbnails/3.jpg)
1. Retinal Detachment (Ablasio Retina)
Peningkatan sintesis growth factor pada retinopati diabetik juga akan
menyebabkan peningkatan jaringan fibrosa pada retina dan corpus vitreus. Suatu saat
jaringan fibrosis ini dapat tertarik karena berkontraksi, sehingga retina juga ikut
tertarik dan terlepas dari tempat melekatnya di koroid. Proses inilah yang
menyebabkan terjadinya ablasio retina pada retinopati diabetik.
2. Oklusi vascular mata
Penyempitan lumen vaskular dan trombosis sebagai efek dari proses biokimiawi
akibat hiperglikemia kronis pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya oklusi
vaskular retina. Oklusi vena sentralis retina akan menyebabkan terjadinya vena
berkelok-kelok apabila oklusi terjadi parsial, namun apabila terjadi oklusi total akan
didapatkan perdarahan pada retina dan vitreus sehingga mengganggu tajam
penglihatan penderitanya. Apabila terjadi perdarahan luas, maka tajam penglihatan
penderitanya dapat sangat buruk hingga mengalami kebutaan. Perdarahan luas ini
biasanya didapatkan pada retinopati diabetik dengan oklusi vena sentral, karena
banyaknya dinding vaskular yang lemah.
Selain oklusi vena, dapat juga terjadi oklusi arteri sentralis retina. Arteri yang
mengalami penyumbatan tidak akan dapat memberikan suplai darah yang berisi
nutrisi dan oksigen ke retina, sehingga retina mengalami hipoksia dan terganggu
fungsinya. Oklusi arteri retina sentralis akan menyebabkan penderitanya mengeluh
penglihatan yang tiba-tiba gelap tanpa terlihatnya kelainan pada mata bagian luar.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat seluruh retina berwarna pucat.
3. Glaukoma
Mekanisme terjadinya glaukoma pada retinopati diabetik masih belum jelas.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa glaukoma dapat terjadi pada retinopati
diabetik sehubungan dengan neovaskularisasi yang terbentuk sehingga menambah
tekanan intraokular.
Pandelaki K. 2007. Retinopati Diabetik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV Jilid III. Editor: Aru W. Sudoyo dkk. Departemen ilmu penyakit dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
![Page 4: Bahan Cristo](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf9215550346f57b935dcb/html5/thumbnails/4.jpg)
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta.
James B dkk. 2006. Oftalmologi, Lecture Notes, Edisi ke-9. Erlangga: Jakarta.