Bahan Belajar Dan Pembelajaran

18
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran -Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia yang akan berhasil jika siswa memahami lingkungan dan dirinya. Dan tujuan pendidik ialah membantu siswa mengembangkan diri, yaitu membantu mengenal diri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi pada diri mereka. Ahli humanistik melihat dua bagian pada proses belajar, ialah: Proses pemerolehan informasi baru. Personalisasi informasi pada individu, tokoh-tokohnya: Arthur Combs (1912-1399) Meaning adalah konsep dasar yang digunakan. Belajar terjadi jika mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi. Untuk itu, guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi siswa mau belajar jika materi pembelajaran disusun dan disajikan semestinya. Padahal arti tidak menyatu pada materi pelajaran, dengan kata lain individu yang memberikan arti pada 1

description

bahan belajar dan pembelajaran

Transcript of Bahan Belajar Dan Pembelajaran

Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran

Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia yang akan berhasil jika siswa memahami lingkungan dan dirinya. Dan tujuan pendidik ialah membantu siswa mengembangkan diri, yaitu membantu mengenal diri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi pada diri mereka.Ahli humanistik melihat dua bagian pada proses belajar, ialah: Proses pemerolehan informasi baru. Personalisasi informasi pada individu, tokoh-tokohnya: Arthur Combs (1912-1399)Meaning adalah konsep dasar yang digunakan. Belajar terjadi jika mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi. Untuk itu, guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi.Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi siswa mau belajar jika materi pembelajaran disusun dan disajikan semestinya. Padahal arti tidak menyatu pada materi pelajaran, dengan kata lain individu yang memberikan arti pada materi pelajaran. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa siswa memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan.Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa itu dari persepsi diri makin kurang pengaruhnya terhadap perilaku. Hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah terlupakan. Abraham MaslowTeori Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal: Usaha positif untuk berkembang. Kekuatan melawan atau menolak perkembangan.Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki. Jika seseorang dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia menginginkan kebutuhan di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi penting yang diperhatikan saat mengajar. Carl RogersRogers membedakan dua tipe belajar yaitu: kognitif (kebermaknaan) dan experiential (pengalaman). Experiential Learning menunjuk pemenuhan kebutuhan keinginan siswa. Experiential Learning mencakup: keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi siswa endiri, dan efek yang membekas.Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu: Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar, tidak harus belajar hal yang tidak ada artinya. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.Dalam buku Freedom To Learn, ia menunjukkan prinsip dasar humanistik, diantaranya: Manusia mempunyai kemampuan belajar alami. Belajar signifikan terjadi jika materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud sendiri. Belajar yang menyangkut perubahan dalam persepsinya dianggap mengancam dan cenderung ditolaknya. Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman luar semakin kecil. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan cara berbeda dan terjadilah proses belajar. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya. Belajar diperlancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab. Belajar atas inisiatif melibatkan pribadi seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang memberikan hasil mendalam.Kepercayaan diri lebih mudah dicapai jika siswa dibiasakan mawas diri dan mengeritik dirinya dan penilaian orang lain merupakan cara kedua. Belajar yang paling berguna secara sosial dalam dunia modern adalah belajar mengenai proses belajar, keterbukaan terhadap pengalaman dan penyatuan dalam diri mengenai proses perubahan. Merespon perasaan siswa. Menggunakan ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang dirancang. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa. Menghargai siswa. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan. Menyesuaikan kerangka berpikir siswa.

Tersenyum pada siswa. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi siswa, sedangkan guru memberikan motivasi kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensinya secara positif dan meminimalkan potensi yang negatif. Merumuskan tujuan belajar yang jelas. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat: jelas, jujur dan positif. Mendorong siswa mengembangkan kesanggupannya belajar atas inisiatif sendiri. Mendorong siswa berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri. Siswa bebas mengemukakan pendapat, memilih, melakukan yang diinginkan dan menanggung resikonya. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa bertanggung jawab atas resiko perbuatan. Memberikan kesempatan murid maju sesuai kecepatannya. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan prestasi. Kelebihan teori belejar humanistik: Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis fenomena sosial. Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap. Siswa diharapkan menjadi manusia bebas, tidak terikat pendapat orang lain dan mengatur pribadinya secara bertanggung jawab tanpa melanggar aturan. Kekurangan teori belajar humanistik: Siswa tidak mau memahami potensi diri akan ketinggalan. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar merugikan diri.Model Pengembangan KBK dan KTSPModel Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan Standar Nasional Pendidikan ps. 1 (15) dijelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan masing satuan pendidikan sesuai potensi, karakteristik, dan sosial budaya. Konsep KTSP strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi, yang memberikan otonomi lebih luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui otonomi lembaga pendidikan dan mendorong sekolah mengambilan keputusan partisifatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus diterapkannya KTSP adalah untuk: Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada. Meningkatkan kepedulian dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Dalam pengembangan KTSP kegiatan yang dilakukan adalah: Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI). Merumuskan visi misi dan tujuan pendidikan. Berdasarkan SKL, standard isi, visi misi, dan tujuan pendidikan melalui tingkat satuan pendidikan, selanjutnya dikembangkan bidang studi yang akan diberikan. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga kependidikan sesuai kualifikasi yang diperlukan, dengan berpedoman pada standar tenaga kependidikan yang ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberi kemudahan belajar sesuai standar sarana- prasarana pendidikan yang ditetapkan BSNP. KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sekolah dan komite berpedoman pada SKL dan SI serta panduan penyusunan kurikulum oleh BSNP, dengan memperhatikan prinsip (Permendiknas, No. 22 Th. 2006): Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang berimtaq, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik, kondisi daerah, jenjang, dan jenis pendidikan. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa Iptek dan seni berkembang dinamis, dan isi kurikulum mendorong peserta didik mengikuti dan memanfaatkannya. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan kepentingan menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup. Karena pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan memperhatikan pengembangan integritas, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir dan sosial, serta vokasional. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi, kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan berbangsa bernegara. Kepentingan tersebut saling mengisi dan memberdayakan sejalan perkembangan globalisasi dengan berpegang pada Bhineka Tunggal Ika. Terdapat strategi dalam pengembangan pelaksanaan KTSP

Menyosialisasikan KTSP, agar warga sekolah mengenal dan memahami visi misi sekolah, serta KTSP yang akan dikembang dan laksanakan. Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar dapat dipahami dan diterapkan secara optimal. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme, dan harapan warga sekolah, serta kegiatan berpusat pada siswa. Karena pengembangan KTSP menggunakan pendekatan kompetensi berlandasan aktifitas kemampuan berpikir siswa yang perlu ruang fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kebutuhan.Iklim belajar kondusif dapat dikembangkan melalui:

Menyediakan pilihan bagi siswa dalam melakukan tugas. Remedial bagi para siswa yang kurang berprestasi. Mengembangkan organisasi kelas bagi perkembangan potensi siswa. Bekerja sama antara siswa dan guru dengan pengelola pembelajaran. Melibatkan siswa dalam proses perencanaan belajar pembelajaran. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama, sehingga guru banyak bertindak sebagai fasilatator dan sumber belajar. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri. Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP yaitu laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan, serta tenaga pengelola yang profesional. Membina disiplin bertujuan membantu siswa menemukan diri, mengatasi, dan mencegah problem disiplin, serta berusaha mengondisikan situasi menyenangkan kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati peraturan. Strategi membina disiplin, sebagai berikut:

Konsep diri Keterampilan komunikasi

Konsekuensi logis dan alami

Klarifikasi nilai

Analisis transaksional

Terapi realitas

Disiplin terintegrasi

Kepimimpinan kepala sekolah mengoordinasikan dan menyelaraskan sumber daya pendidikan sebagai faktor pendorong mewujudkan visi-misi sekolah. Membangun karakter guru agar mampu berperan sebagai fasilitator dengan memahami potensi, hobi, kepribadian, catatan kesehatan, dan latar belakang keluarga siswa.Agar KTSP berkembang efektif dalam kualitas pembelajaran, guru perlu memiliki:

Menguasai kompetensi dasar hubungannya dengan kompetensi lain. Menyukai yang diajarkannya dan menyukai profesinya. Memahami peserta didik. Metoda bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi siswa. Mengeliminasi bahan yang kurang penting. Mengikuti perkembangan pengetahuan. Menyiapkan proses pembelajaran. Mendorong siswa untuk memperoleh hasil lebih baik. Menghubungkan pengalaman lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan.

Model Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Mulyasa menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai paduan pengetahuan, keterampilan, nilai sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seseorang sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sanjaya menyatakan tujuan KBK adalah mengembangkan potensi siswa untuk perannya masa datang dengan mengembangkan kecakapan menghadapi problema, kemudian secara proaktif dan kreatif menemukan solusi.Secara khusus kecakapan hidup itu bertujuan untuk: Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema.

Memberikan kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai prinsip pendidikan berbasis luas. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya di masyarakat.

Pengembangan KBK sebagai pedoman alat pendidikan didasarkan pada tiga asas pokok, yaitu: Asas filosofis berkenaan dengan sistem nilai yang berlaku di masyarakat yang erat kaitannya dengan arah tujuan yang dicapai. Di Indonesia, sistem nilai yang berlaku adalah Pancasila. Asas psikologis berhubungan dengan aspek kejiwaan perkembangan peserta didik. Tujuan, isi, dan strategi pengembangan KBK harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak. Asas sosiologis dan teknologis didasarkan pada asumsi bahwa sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Mulyasa menyatakan bahwa sesuai kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan perkembangan perubahan, maka pengembangan KBK perlu mempertimbangkan prinsip: Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur; Penguatan integritas nasional; Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika; Kesamaan memperoleh kesempatan; Abad pengetahuan dan teknologi informasi; Belajar sepanjang hayat; Berpusat pada anak dengan penilaian komprehensif; dan Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

Pengembangan kurikulum merupakan proses kompleks dan melibatkan berbagai faktor terkait. Proses pengembangan kurikulum menuntut keterampilan teknis pihak pengembang terhadap pengembangan komponen kurikulum dan dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi. Pengembangan KBK memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang didemonstrasikan siswa sebagai wujud pemahaman konsep. Pengembangan KBK terdiri dari beberapa tingkat: Pengembangan pada tingkat nasional dilakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi masing-masing jenjang dan jenis pendidikan. Pada tingkat lembaga, kegiatan yang dilakukan adalah: Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan pendidikan pada berbagai lembaga pendidikan,

Berdasarkan kompetensi dan tujuan tersebut selanjutnya dikembangkan bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga kependidikan sesuai kualifikasi yang diperlukan. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran. Tingkat bidang studi dilakukan pengembangan silabus setiap bidang studi, kegiatannya antara lain:

Mengidentifikasi kompetensi dan tujuan bidang studi. Mengembangkan kompetensi pokok bahasan, serta mengelompokan sesuai ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai dan sikap. Mendeskripsikan kompetensi dan mengelompokkannya sesuai ruang lingkup dan urutan materi pembelajaran. Mengembangkan indikator kompetensi dan kriteria pencapaian. Pada tingkat satuan bahasan mengembangkan program pembelajaran berdasarkan kompetensi yang diidentifikasi dan diurutkan sesuai tingkat pencapaian setiap bidang studi. Program pembelajaran yang dikembangkan bisa berupa modul.1