Bahan Ajar-TMD114 Bahan Bakar Dan Pelumas

download Bahan Ajar-TMD114 Bahan Bakar Dan Pelumas

of 108

Transcript of Bahan Ajar-TMD114 Bahan Bakar Dan Pelumas

  • 1

    PAPARAN KULIAH

    BAHAN BAKAR DAN PELUMAS Disusun untuk perkuliahan Bahan bakar dan pelumas

    Disusun Oleh:

    Drs. Supraptono, MPd.

    TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2004

  • 2

    TINJAUAN MATA KULIAH

    A. Nama dan Kode Mata Kuliah : Bahan Bakar dan Pelumas. B. Jurusan/Program Studi : PTM S1/TM S1/TM D3. C. Deskripsi Mata Kuliah : Mahasiswa dapat menguasai tentang dasar

    pengertian yang berkaitan dengan bahan bakar dan pelumas beserta fungsi dan kegunaan bagi kehidupan.

    D. Kegunaan Mata Kuliah : dapat mengetahui energi yang ditimbulkan

    oleh pembakaran bahan bakar yang meliputi pengenalan bahan bakar, hakekat bahan bakar, energi dan pembakaran, analisa pembakaran, kebutuhan udara pembakaran, pelumas dan sistem pelumasan, karakteristik minyak pelumas, dan sistem pelumasan.

    E. Tujuan Instruksional Umum : mahasiswa dapat mengetahui tentang

    fungsi bahan bakar dan pelumas dalam pemakaian. F. Susunan dan materi pengajaran: pengenalan bahan bakar, hakekat bahan

    bakar, energi dan pembakaran, analisa pembakaran, kebutuhan udara pembakaran, pelumas dan sistem pelumasan, karakteristik minyak pelumas, dan sistem pelumasan

    G. Petunjuk Pelajaran Bagi Mahasiswa: pembelajaran dilakukan dengan multi

    media, buku ajar, diskusi, dan tugas-tugas sebagai pengayaan materi sehingga diharapkan mahasiswa mempersiapkan diri sebelum perkuliahan dilaksanakan. Untuk memperlajari mata kuliah ini mahasiswa harus sudah menempuh mata kuliah kimia teknik.

  • 3

    KATA PENGANTAR

  • 4

    DAFTAR ISI PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I. PENGENALAN BAHAN BAKAR Pengertian bahan bakar Macam-macam bahan bakar Cara perolehan bahan bakar Syarat bahan bakar dalam pemakaian BAB II. HAKEKAT BAHAN BAKAR Komposisi bahan bakar Sifat-sifat bahan bakar Tara kalor mikanik BAB III. ENERGI DAN PEMBAKARAN Dasar pengertian pembakaran Unsur yang terkandung dalam bahan bakar Proses pembakaran dan hasilnya BAB IV. ANALISA PEMBAKARAN Nomenklatur Stoichiometri massa dan volume Emisi gas buang BAB V. KEBUTUHAN UDARA PEMBAKARAN Udara pembakar Pengaruh pencemaran lingkungan Persyaratan kesehatan BAB VI. PELUMAS DAN SISTEM PELUMASAN Dasar pengertian pelumasan Macam minyak pelumas Guna dan fungsi minyak pelumas BAB VII. KARAKTERISTIK MINYAK PELUMAS Sifat fisika dan kimia minyak pelumas Aditif, fungsi dan kegunaannya Karakteristik minyak pelumas BAB VIII. SISTEM PELUMASAN Macam-macam teknik pelumasan Pelumasan pada otomotif. DAFTAR PUSTAKA

  • 5

    BAB I.

    PENGENALAN BAHAN BAKAR Bahan bakar adalah bahanbahan yang di gunakan dalam proses

    pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan mungkin dapat berlangsung. Jenis bahan bakar yang dikenal dalam kehidupan seharihari, digolongkan berdasar asal bahan bakar dapat di bagi menjadi tiga, yaitu: (1) bahan bakar nabati, (2) bahan bakar mineral, dan (3) bahan bakar fosil. Berdasarkan bentuknya, digolongkan menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) bahan bakar padat, (2) bahan bakar cair, dan (3) bahan bakar gas.

    DESKRIPSI Materi dalam bab 1. akan dipelajari tentang: (1) Pengertian bahan bakar,

    (2) Macam-macam bahan bakar, (3) Cara perolehan bahan bakar, dan (4) Syarat bahan bakar dalam pemakaian.

    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mempelajari materi pada bab 1. mahasiswa dapat mengetahui: (1)

    Dasar pengertian bahan bakar, (2) Macam-macam bahan bakar yang digunakan dalam kehidupan, (3) Cara perolehan bahan bakar, dan (4) Syarat-syarat yang harus dipenuhi bahan bakar dalam pemakaian.

  • 6

    BAB I. PENGENALAN BAHAN BAKAR A. Pengertian Bahan Bakar

    Bahan bakar adalah bahanbahan yang di gunakan dalam proses

    pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan mungkin

    dapat berlangsung. Banyak sekali jenis bahan bakar yang kita kenal dalam

    kehidupan kita seharihari. Penggolongan ini dapat dibagi berdasar dari asalnya

    bahan bakar dapat di bagi menjadi tiga golongan, yaitu: (1) bahan bakar nabati,

    (2) bahan bakar mineral, dan (3) bahan bakar fosil. Apabila dilihat dari bentuknya,

    maka bahan bakar di bagi menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) bahan bakar padat, (2)

    bahan bakar cair, dan (3) bahan bakar gas. Namun demikian hingga saat ini bahan

    bakar yang paling sering di pakai adalah bahan bakar mineral cair. Hal ini

    dilakukan karena banyaknya keuntungankeuntungan yang di perolah dengan

    menggunakan bahan bakar dengan jenis mineral tersebut.

    Setiap bahan bakar memiliki karakteristik dan nilai pembakaran yang

    berbedabeda. Karakteristik inilah yang menentukan sifatsifat dalam proses

    pembakaran, dimana sifat yang kurang menguntungkan dapat di sempurnakan

    dengan jalan menambah bahan-bahan kimia ke dalam bahan bakar tersebut,

    dengan harapan akan mempengaruhi daya anti knocking atau daya letup dari

    bahan bakar, dan dalam hal ini menunjuk apa yang dinamakan dengan bilangan

    oktan (octane number). Proses pembakaran bahan bakar dalam motor bensin atau

    mesin pembakaran dalam sangat di pengaruhi oleh bilangan tersebut, sedangkan

    di motor Diesel sangat di pengaruhi oleh bilangan setana (cetane number).

    Adapun tujuan dari pembakaran bahan bakar adalah untuk memperoleh

    energi yang di sebut dengan energi panas (heat energy). Hasil pembakaran bahan

    bakar yang berupa energi panas dapat di bentuk menjadi energi lain, misalnya :

    energi untuk penerangan, energi mekanis dan sebagainya. Dengan demikian setiap

    hasil pembakaran bahan bakar akan di dapatkan suatu bentuk energi yang lain

    yang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan. Sisasisa hasil pembakaran dalam

    bahan bakar harus di perhatikan. Oleh karena itu sisa dari hasil pembakaran yang

    kurang sempurna akan dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Sisa

  • 7

    pembakaran ini akan mengandung gas-gas beracun, yang terutama di timbulkan

    oleh pembakaran pada motor bensin. Sedangkan hasil pembakaran yang di

    timbulkan oleh motor Diesel akan dapat menimbulkan gas asap yang berwarna

    gelap yang akan mengotori lingkungan. Namun pada kenyataanya, polusi yang di

    timbulkan oleh pembakaran pada motor Diesel ini tidak berbahaya bagi

    lingkungan, jika di bandingkan dengan gas sisa hasil pembakaran pada motor

    bensin.

    B. Pengertian Bahan Bakar Minyak Bahan bakar minyak adalah bahan bakar mineral cair yang di peroleh

    dari hasil tambang pengeboran sumur sumur minyak, dan hasil kasar yang di

    peroleh di sebut dengan minyak mentah atau crude oil. Hasil dari pengolahan

    minyak mentah ini akan menghasilkan bermacam bahan bakar yang memiliki

    kualitas yang berbeda-beda. Minyak dalam hal ini merupakan bahan bakar yang di

    Indonesia pemakaianya telah lama kita pergunakan dalam kehidupan seharihari.

    Sebelumnya, lebih banyak di gunakan orang dengan istilah minyak tanah, yang

    artinya minyak yang di hasilkan dari dalam tanah (R.P. Koesoemadinata : 1980).

    Berdasar asal-muasalnya yaitu dengan di ketahuinya minyak tanah atau

    minyak mentah itu terdapat bersamasama dengan gas alam, maka istilah yang

    lazim digunakan sekarang ini adalah minyak dan gas bumi.dalam beberapa bahasa

    lain, misalnya : petroleum (Bahasa Inggris) yang berasal dari kata petro yang

    berarti batu dan oleum yang berarti minyak. Jadi dengan kata lain petrolium

    berarti minyak yang berasal dari batu. Sebenarnya istilah minyak bumi lebih tepat

    digunakan, sebab minyak terdapat di bumi dan bukan dalam tanah, atau juga tepat

    apabila disebut sebagai minyak mentah, artinya minyak yang belum di kilang.

    Istilah lain yang biasa di pakai adalah natural gas atau gas alam.

    Adapun istilah minyak tanah kita kenal sebagai kerosin, yaitu salah satu

    hasil pengilangan minyak bumi, yang juga sering di sebut sebagai minyak latung,

    yang dalam hal ini latung berarti batu, dengan demikian minyak latung sama

    pengertiannya petro-oleum.

  • 8

    Komposisi Minyak Bumi

    Kebanyakan senyawa yang ditemukan dalam minyak bumi adalah

    gabungan dari hydrogen dan carbon. Material-material ini disebut hidrokarbon,

    senyawa lain yang ada seperti belerang, oksigen, dan nitrogen. Pengoperasian

    fisik dari kilang minyak seperti: penguapan, penggesekan, dan pendinginan untuk

    menentukan jenis hidrokarbon yang besar karena dalam material tersebut

    merupakan bagian yang penting dalam minyak, tetapi pengoperasian secara

    kimiawi, seperti: pengilangan dan penyaringan, hal ini dilakukan untuk

    mengelompokkan senyawa belerang, oksigen dan nitrogen, dengan metode yang

    sama seperti sejumlah hidrokarbon aktif untuk menyediakan senyawa-senyawa

    tersebut. Minyak mentah Rusia dan minyak naphtane utama sebagian besar

    berisi oksigen. Oksigen yang terdapat di dalamnya sering berkombinasi dalam

    bentuk asam naphtene. Nitrogen juga sering ditemukan dalam minyak naphtane

    utama dan pada umumnya seperti bentuk senyawa dasar yang mirip dengan alkil

    quiolin. Belerang yang ada biasanya merupakan belerang bebas, hydrogen sulfida

    atau sebagai senyawa organic, seperti: thiophenes, asam sulfonik, mercaptan, alkil

    sulfida. Beberapa senyawa-senyawa belerang ditemukan di dalam minyak mentah,

    tetapi senyawa-senyawa tersebut dihasilkan dari senyawa lain selama pengilangan

    dan destilasi. Senyawa belerang biasanya menyebabkan masalah karena bersifat

    korosif. Sebagian besar dari senyawa metal organic berisi besi, nikel, vanadium,

    arsenik dan lain-lain, senyawa-senyawa tersebut di antaranya ditemukan di dalam

    minyak, beberapa diantaranya beracun dan bersufat katalis.

    Berbagai jenis rangkaian dari hidrokarbon ditemukan pada minyak mentah

    dan jenis rangkaian lain dihasilkan dengan pemecahan dan hidroginasi. Banyak

    jenis rangkaian tersebut diantaranya adalah jenis yang telah teridentifikasi di

    dalam minyak dengan rumus kimia sebagai berikut: CnH2n+2, CnH2n, CnH2n-2,

    CnH2n-4, CnH2n-6, CnH2n-8, CnH2n-10, CnH2n-14, CnH2n-20. Beberapa dari

    senyawa tersebut mempunyai tingkatan yang tidak pernah dihasilkan secara

    sintetis atau untuk kepentingan penelitian, dalam hal komposisi n = 5 s/d 16 . Hal

    ini terdapat beberapa senyawa sebagai pembanding tingkatan dalam minyak.

    Namun pemisahan senyawa-senyawa murni sangat sulit karena sifat dari masing-

  • 9

    masing tingkatan tersebut berbeda dan titik didihnya berbeda, yang mana tidak

    bisa dipisahkan dengan fraksinasi dan prevalent. Kesulitan pemisahan dan

    kemajemukan dari hidrokarbon tersebut menjadikan minyak sebagai obyek

    penelitian yang menarik di bidang kimia perminyakan.

    Jenis rangkaian hidrokarbon, dari jenis rangkaian hidrokarbon yang

    terdapat dalam perminyakan hanya beberapa yang telah diteliti melalui

    pengembangan komersiil yang cukup berhasil. Jenis terbaik dan telah diketahui

    adalah paraffin, olefin, nephtane, aromatis, diolefin, dan asetilen.

    Jenis rangkaian paraffin (CnH2n+2), senyawa ini mempunyai sifat yang

    stabil. Penamaan dalam senyawanya diakhiri dengan ane methane, ethane,

    hexane, dan hexadekane. Dalam suhu ruangan jenis-jenis ini tidak tereaksi oleh

    penguapan asam belerang, terkonsentrasi alkali, asam nitris atau bahkan oleh

    asam krom oksida kuat, kecuali yang berisi sebuah atom karbon tersier. Mereka

    bereaksi secara lambat dengan klorin dalam sinar mata hari dan begitu juga blorin,

    apabila terdapat katalis. Reaksi biasanya terjadi dari substitusi unsur dan senyawa

    kimia atom hydrogen. Tingkatan terendah telah teridentifikasi disebagian besar

    minyak mentah, tetapi menurut Mabery , bahwa Mahoning County, Ohio, minyak

    mentah tidak berisi hidrokarbon paraffin. Jenis tingkatan paraffin yang lebih

    tinggi dimungkinkan menghasilkan minyak yang lebih banyak walaupun minyak

    mentah itu masuk secara bebas dari bak yang tidak berisi hidro karbon paraffin

    yang bertitik didih rendah. Bak paraffin mungkin terdiri dari urutan berantai

    hidrokarbon paraffin lurus dan bercabang. Egloff, Schaad dan Lowry telah

    membuat penelitian melalui pembusukan hidrokarbon paraffin.

    Jenis rangkaian olefin atau etilen (CnH2n). Senyawa ini mempunyai

    komposisi hidro karbon tak jenuh contohnya jenis dari rangkaian ini

    memungkinkan mengelompok secara langsung dengan material yang lain seperti

    klorin, bromin, asam hidroklorin dan asam belerang tanpa salah penempatan asam

    hydrogen. Nama-nama dari hidrokarbon ini adalah berakhiran ene, sebagai

    etana (etilen), propena (propilen), dan butana (butilen). Senyawa-senyawa yang

    tak jenuh bereaksi dan larut dalam asam belerang dan berubah dari minyak bumi

  • 10

    tapi mereka berada dalam hasil yang terpecah. Egloff, Schaad dan Lowry teleh

    membuat penelitian yang sangat luar biasa dari literature hidrokarbon olefin.

    Jenis rangkaian naptin (CnH2n) . Rangkaian ini mempunyai jenis rumus

    yang sama pada jenis olefin hanya saja pada senyawa ini mempunyai sifat-sifat

    yang berbeda. Naptin adalah senyawa lingkaran atau siklik, mengingat olefin

    adalah senyawa rantai yang lurus, dimana dua ikatan tersebut menghubungkan

    atom-atom karbon. Naptin adalah senyawa-senyawa jenuh dan olefin adalah

    senyawa tak jenuh. Senyawa tak jenuh dapat bereaksi dengan senyawa kombinasi

    serta bahan-bahan yang lain, tetapi senyawa jenuh hanya dapat bereaksi oleh

    penempatan hydrogen bahan-bahan lain. Banyak literatur kimia menyebutkan

    bahwa naptin disebut metilen. Contohnya, tetrametilen, pentametilen, dan

    heksametilen. Hal ini mengingat penamaan yang ada sekarang adalah siklobutana,

    siklopentana, dan sikloheksana. Sebagaimana contoh tersebut hubungan dari

    rangkaian ke rangkaian siklik yang lain mempertimbangkan benzana dan

    sikloheksana. Baik senyawa-senyawa berisi enam (6) atom-atom karbon per

    molekul, tapi enam atom hydrogen itu harus ditambahkan benzana untuk

    menghasilkan sikloheksana. Molekul sikloheksana bersifat jenuh, tetapi molekul-

    molekul benzana adalah sangat tak jenuh, jadi molekul-molekul benzana tersebut

    mempunyai tiga kombinasi dari tiga atom karbon. Ikatan-ikatan tripel yang

    terbentuk adalah benzana yang sangat aktif sehingga disebut bahan yang sangat

    aktif, namun sikloheksana tidak mempunyai ikatan yang ganda dan juga tidak

    bereaksi. Bagaimanapun kebanyakan dari reaksi-reaksi benzana adalah dengan

    mensubstitusikan dari pada mengkombinasi. Naptana tidak seperti isomer-

    isomernya olefin, mereka tidak dapat larut dengan mudah dalam asam belerang.

    Neptana telah banyak diketemukan di semua jenis minyak mentah. Tapi sekali

    lagi minyak mentah Mahoning County adalah sebuah pengecualian. Minyak

    mentah ini berisi rangkaian hidrokarbon CnH2n-2 dan CnH2n-4, tapi tidak ada

    paraffin atau neptana yang sederhana. Egloff, Bollman dan Levinson telah

    melakukan riset dari siklohidrokarbon yang menghasilkan formulasi sebagai

    terlihat pada gambar di bawah ini.

  • 11

    H H H H H H H H H H H H

    l l l l l l l l l l l l

    H C C C C C C H H C C C C C = C

    l l l l l l l l l l l

    H H H H H H H H H H H

    Gb. (a) Normal Heksana C6H14 Gb. (b) Normal Heksana C6H12

    H

    H H C

    H H H C C H

    C

    H C C - H

    H C C H H C C H

    C

    H H C

    H H

    H

    Gb. (c) Cycloheksana C6H12 Gb. (d) Benzena C6H6

    H H H H H H H H H H H

    l l l l l l l l l l l

    C = C - C - C - C = C H C - C - C - C - C - H

    l l l l l l l l

    H H H H H H H H

    H - C - H

    I

    H

    Gb. (e) Heksadiena 1,5, C6H10. Gb. (f) Isomeric isofarafin compound

  • 12

    Jenis rangkaian Aromatik (CnH2n-6), formula ini biasa disebut seri

    benzena yang merupakan kimia aktif. Hidrokarbon ini mudah untuk melakukan

    oksidasi dengan formasi asam organic. Aromatik tersebut bisa ditambahkan atau

    disubstitusikan dengan produk tergantung pada reaksinya. Hanya beberapa jenis

    minyak mengandung sejumlah kecil dari aromatik bertitik didih rendah seperti

    benzena dan toluene. Mabery menemukan kuantitas relatif yang lebih banyak dari

    aromatik dalam minyak di Ventura, Coalinga, Poentehills dan Chalifornia.

    Beberapa minyak mentah di bagian Sumatra dan Kalimantan juga kaya akan

    aromatik tersebut. Seri ini ditemukan pada bensin dengan katalis dan kandungan

    yang tinggi untuk kualitas anti ketukan (knocking).

    Jenis rangkaian Diolefin (CnH2n-2), formula ini seperti pada jenis olefin

    memiliki dua atom hydrogen untuk mengadakan dua ikatan ganda dalam molekul

    masing-masing. Ikatan ganda ini disebabkan karena sifatnya yang sangat reaktif.

    Diolefin dikerjakan pada polimeresasi atau kombinasi dengan beberapa bentuk

    ikatan molekul sangat berat dalam bentuk larutan padat diolefin dan karet, dari

    proses ini tidak dikerjakan dengan pemecahan gaselin, tetapi kemungkinan tidak

    ditemukan dalam petroleum mentah. Proses polemerisasi dibuat dengan asam

    sulfur.

    Jenis siklik dengan formulasi CnH2n-2, CnH2n-4, CnH2n-8. Masih ada

    beberapa formulasi lain dengan komposisi yang tak begitu dikenal, namun

    demikian banyak literature menyebutkan jenis-jenis yang menguasai dalam

    minyak dengan titik didih tinggi, minyak gas, dan minyak pelumas. Sebagian

    besar hidrokarbon dalam minyak pelumas adalah jenuh. Menurut Seyr bahwa

    antara 20 % dari minyak pelumas larut dalam sulfur dioksida. Berdasar penelitian

    Doubtles menemukan bahwa sekitar 20 % terikat dalam hidrokarbon jenuh.

    Kandungan isomeric. Kerancuan pada pemahaman sering muncul yang

    disebab kan adanya perbedaan kandungan tetapi memiliki formula molekul yang

    sama. Kandungan isomeric memiliki formula molekul yang sama karena

    perbedaan internal dalam struktur. Kandungan dari formula tipe CnH2n bisa jenuh

    atau terserap. Formula dari kandungan jenuh cyclohehance dan kandungan terisap

    hexane-1 dapat dijelaskan bahwa formula dari n-hexane, 2-metil pentane, dan 2-

  • 13

    dimetil butana, memiliki tipe formula yang sama yaitu CnH2n+2 atau C6H14 .

    Kelompok atom seperti kelompok metil menurut kandungannya biasa disebut

    alkil group atau radikal. Bagian-bagian ini mengacu pada kelompok atom-atom

    karbon dan hidrogen yang berada dalam satu unit, karena atom ini berperan

    seperti kelompok dalam reaksi kimia. Atom-atom tersebut didefinisikan sebagai

    hidrokarbon menovalent yaitu kelompok yang memiliki formula secara umum

    CnH2n+1 . Biasanya kelompok radikal terdiri dari metil (CH3), etil (C2H5) dan

    propile (C3H7). Radikal-radikal tersebut bukan kelompok ikatan individu karena

    harus selalu ditarik radikal lainnya, elemen seperti kelompok atom lain.

    Ada dua isomer butana yang mungkin yaitu viz n-butana dan 2-metil

    propana, 3 pentana, 5 heksana, 9 heptana. Jumlah isomer hidrokarbon yang

    mungkin tersebut dapat meningkat secara cepat sesuai dengan jumlah atom-atom

    karbon yang meningkat, ikatan-ikatan dari atom-atom yang mempunyai jenis

    rumus kimia CnH2n-4 memungkinkan pembentukan isomer. Rangkaian ini

    mengindikasikan sejumlah isomer yang mungkin tapi tak jenuh, molekul

    hidrokarbon tinggi yang kuat dalam minyak yang mungkin sedikit atau isolasi dari

    ikatan tersebut adalah komplek yang membuktikan jumlah hidrokarbon isomer

    yang munkin (CnH2n+2) berupa rangkaian yang terpisah-pisah.

    Sejumlah kemungkinan dari alifatik (CnH2n+2) hidrokarbon isomerik.

    Atom Karbon Isomer

    6 5

    7 9

    8 18

    9 35

    12 355

    15 4.347

    18 60.523

    25 36.797.588

    40 62.491.178.805.831

  • 14

    C. Macammacam Bahan Bakar Minyak 1. Bensin

    Bensin berasal dari kata benzana, lazim sebenarnya zat ini berasal dari gas

    tambang yang mempunyai sifat beracun dan merupakan persenyawaan dari

    hidrokarbon tak jenuh, artinya dapat bereaksi dengan mudah terhadap unsur

    unsur lain. Bentuk ikatan adalah rangkap, dan senyawa molekulnya di sebut

    alkina. Bahan bakar jenis ini biasa disebut dengan kata lain gasoline. Bensin pada

    dasarnya adalah persenyawaan jenuh dari hidro karbon, dan merupakan komposisi

    isooctane dengan normal-heptana.Serta senyawa molekulnya tergolong dalam

    kelompok senyawa hidrokarbon alkana. Kualitas bensin dinyatakan dengan angka

    oktan, atau octane number.

    Angka oktan adalah prosentase volume isooctane di dalam campuran

    antara isooctane dengan normal heptana yang menghasilkan intensitas knocking

    atau daya ketokan dalam proses pembakaran ledakan dari bahan bakar yang sama

    dengan bensin yang bersangkutan. Isooctane sangat tahan terhadap ketokan atau

    dentuman yang kita beri angka oktan 100, heptane yang sangat sedikit tahan

    terhadap dentuman di beri bilangan 0. Pada motor percobaan, bermacammacam

    bensin di bandingkan dengan campuran isooctane dan normal heptana tersebut.

    Bilangan oktan untuk bensin adalah sama dengan banyaknya prosen isooctane

    dalam campuran itu. Semakin tinggi ON bahan bakar menunjukkan daya bakarnya

    semakin tinggi. Bensin yang ada di pasaran di kenal ada tiga kelompok : (1)

    Regulargrade, (2) Premiumgrade, dan (3) Third-grade Gassoline. Adapun di

    Indonesia pertamina mengelompokkanya menjadi : bensin, premium, aviation gas

    dan super 98.

    2. Minyak Tanah

    Minyak tanah merupakan campuran kompleks antara beratus- ratus macam

    hidro karbon dalam minyak tanah terdapat karbon tak jenuh, tetapi hasil kracking

    yaitu penyulingan pada suhu dan tekanan yang tinggi terjadi pula senyawa hidro

    karbon yang tidak jenuh. Adapun terjadinya minyak tanah ini berdasarkan

    pertimbangan geologis maupun dasar pertimbangan kimia yang telah di ketahui,

  • 15

    menyatakan bahwa minyak tanah terjadi dari sisa sisa hewan dan tumbuhan. Hal

    ini nampak dalam beberapa fraksi minyak tanah mempunyai kegiatan optik dan

    terdapatmya porpirin yang ada hubunganya dengan khlorofil maupun hemin.

    Sehingga dapat di simpulkan bahwa sisasisa tumbuhan mengandung khlorofil,

    sedang sisasisa hewan mengandung haemoglobin.

    Pengambilan minyak tanah dilakukan dengan jalan pengeboran minyak

    bumi sampai dengan lapisan tertentu, kemudian di lakukan penyulingan. Hasil

    dari penyulingan meperoleh sejumlah fraksi yang berhasil di pisahkan,antara lain :

    (1) Petroleum eter, fraksi pertama yang mendidih antara 35C sampai dengan

    80C, (2) Gassoline / bensin, fraksi kedua yang mendidih antara 50C sampai

    dengan 220C, (3) Kerosin, fraksi ketiga yang mendidih antara 200C sampai

    dengan 300C, (4) Parafin padat, cair, petroleum, fraksi yang mempunyai

    temperatur tertinggi, dan (5) Residu, fraksi yang terakhir.

    3. Minyak Solar

    Minyak solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi

    mentah, bahan bakar ini mempunyai warna kuning cokelat yang jernih. Minyak

    solar ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor Diesel

    dan juga sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung di dalam dapurdapur

    kecil yang menghendaki hasil pembakaran yang bersih. Minyak ini sering di sebut

    juga sebagai gas oil, ADO, HSD, atau Dieseline. Pada temperatur biasa, artinya

    pada suhu kamar tidak menguap, dan titik nyalanya jauh lebih tinggi dari pada

    bahan bakar bensin.

    Kualitas solar dinyatakan dengan angka setane atau cetane number (CN).

    Bilangan setane yaitu besar prosentase volume normal cetane dalam campuranya

    dengan methylnapthalene yang menghasilkan karakteristik pembakaran yang

    sama dengan solar yang bersangkutan (Drs. Warsowiwoho : 1976). Secara umum

    solar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Light Diesel Fuel (LDF)

    mempunyasi CN = 50, (2) Medium Diesel Fuel (MDF) mempunyasi CN = 50, dan

    (3) Heavy Diesel Fuel (HDF) mempunyasi CN = 35.

  • 16

    LDF dan MDF sering dikatakan sebagai solar no.1 dan 2. Kedua jenis

    solar ini sebenarnya letak perbedaanya adalah pada efek pelumasanya saja. LDF

    dalam hal ini lebih encer, jernih, dan ringan, sedang MDF lebih gelap, berat, dan

    dan dalam pemakaianya dealam motor bakar di perlukan syarat- syarat khusus.

    4. Minyak Diesel

    Minyak Diesel adalah bahan bakar minyak jenis penyulingan kotor yang

    mengandung fraksifraksi berat atau campuran dari jenis destilase dengan fraksi

    yang berat (residual fuel oil) dan berwarna hitam dan gelap, tetapi tetap cair pada

    suhu rendah. Minyak Diesel ini banyak di gunakan sebagai bahan bakar mesin

    Diesel yang berputar sedang atau lambat dan juga sebagai bahan bakar untuk

    pembakaran langsung dalam dapurdapur industri. Bagi kehidupan sehari-hari

    minyak ini sering disebut sebagai MDF (Medium Diesel Fuel).

    5. Minyak Bakar

    Minyak bakar adalah bahan bakar yang bukan berasal dari hasil

    penyulingan, tetapi jenis residu. Minyak ini mempunyai tingkat kekentalan yang

    tinggi dan juga titik tuang (pour point) yang lebih tinggi dari pada minyak Diesel,

    serta berwarna hitam gelap. Bahan bakar jenis ini banyak di pergunakan sebagai

    bahan bakar pada sistem pembakaran langsung dalam dapurdapur industri yang

    besar. Pembakaran langsung yang di maksud adalah pada sistem eksternal

    combustion engine atau mesin pembakaran luar, misalnya: pada mesin uap, dapur-

    dapur baja, dan lain sebagainya. Minyak ini di sebut juga sebagai MFO (Medium

    Fuel Oil).

    6. Bensol

    Bensol adalah bahan bakar hasil tambahan dari pada industri gas batu bara

    dan pabrik kokas. Bensol dapat di peroleh dengan cara mencuci gas yang keluar

    dari dapur dengan ter yang ringan. Bahan bakar minyak ini sangat baik di gunakan

    pada kendaraan bermotor, karena sangat tahan terhadap knocking atau dentuman,

    sehingga memenuhi syarat pada motor dengan kompresi tekanan yang tinggi.

  • 17

    Kadangkadang di pakai sebagai campuran bensin untuk mempertinggi sifat anti

    dentuman (knoking). Bensol membeku pada temperatur 5C di bawah nol.

    Dengan menambahkan tuluol dan xylol titik beku dari bahan bakar ini dapat di

    turunkan.

    D. Cara Perolehan Bahan Bakar 1. Bahan bakar yang berasal dari tumbuhan

    Sebenarnya bahan bakar, terutama bahan bakar minyak telah lama di kenal

    oleh bangsa Indonesia. Hanya saja pada saat itu minyak hanya di gunakan sebatas

    sebagai penerangan rumah tangga di waktu malam hari. Namun pengenalan

    minyak masih sangat sederhana, misalnya pada penggunaan obor, yang semua itu

    sebenarnya merupakan bahan bakar minyak yang di pergunakan dalam bentuk

    yang lain. Bahan bakar minyak ini dapat diperoleh melalui proses peragian atau

    dengan jalan penggilingan yang berasal dari tumbuhtumbuhan yang telah

    terkubur sekian tahun lamanya. Adapun proses terjadinya adalah sebagai berikut,

    di tinjau bagaimana benih suatu tumbuhan mulai tumbuh dari lembaganya, maka

    benih tersebut keluar akar yang kemudian masuk ke dalanm tanah, sedagkan

    batangnya muncul di udara. Akar dari tumbuhan ini mengambil makanan dari

    dalam tanah. Daun pada batang mengambil makanan dari udara atau sebagai

    dapur untuk memasak makanan tersebut. Akan tetapi sebelumnya bibit kecil itu

    memerlukan persediaan makanan sedikir sekali sebagai bekalnya. Modal

    tumbuhan itu terdapat di dalam benihnya. Sesungguhnya makanan sebenarnya

    adalah sebagian besar merupakan benih tumbuhan, misalnya tanaman padi yang di

    tumbuk atau di giling menjadi beras, buahbuahan yang bertempurung seperti

    kelapa, pala, kemiri dan sebagainya adalah benih pohon atau selubung benih

    tempat makanan persediaan untuk tumbuhan tadi. Bahan makanan yang

    mengandung minyak mudah di simpan dan di timbun dalam jangka waktu yang

    cukup lama. Demikian juga pada tumbuh-tumbuhan yang menyimpan makananya

    dalam bentuk minyak pada bijihnya. Itulah sebabnya hampir semua bahan bakar

    yang berbentuk minyak nabati berasal dari benih tumbuh-tumbuhan. Apalagi

    benih tumbuhan yang mengandung minyak tadi, misalnya : kenari, kemiri, kacang

  • 18

    tanah dan sebagainya jika dikeringkan maka akan terdapat minyak yang dapat di

    bakar hingga memberi nyala api. Namun perlu di ketahui bahwa minyak jenis

    seperti itu sangatlah terbatas jumlahnya, sehingga bahan bakar yang demikian itu

    sangat mahal harganya di pasaran, maka sebagian orang tidak lagi menggunakan

    bahan bakar yang semacam itu karena dianggap kurang ekonomis. Untulk

    menanggulangi hal itu, maka sekarang ini banyak di produksi jenis minyak

    tersebut dengan jalan peragian (arsenium), misalnya tetes tebu, ketela pohon,

    kentang dan sebagainya.

    Bahan bakar jenis ini banyak di gunakan untuk bahan pembuatan alkohol.

    Walaupun pembuatanya menggunakan fasilitas yang relatif lebih murah, namun

    produksinya sangat rendah, sehingga kurang memadai apabila di bandingkasn

    dengan jumlah penggunanya. Bahan bakar yang di hasilkan dengan jalan seperti

    di atas sering di sebut sebagai bahan bakar alkohol dan spiritus.

    2. Bahan bakar mineral

    Bahan bakar minyak mineral ini di dapatn dari tambang sehingga sering

    juga di sebut sebagai minyak bumi ataun minyak mineral atau juga minyak

    tambang. Bahan bakar mineral ini sangat penting artinya bagi kehidupan manusia,

    karena dunia memerlukanya begitu banyak sehingga manusia mencari di mana-

    mana. Adanya kebutuhan yang banyak itu maka eksploitasi terhadap minyak bumi

    dilakukan secara besar-besaran. Keadaan yang seperti itu, dikhawatirkan akan

    memacu terjadinya kelangkaan minyak dunia. Teknologi modern tentang

    pengolahan minyak telah ditemukan dengan cara melakukan penyulingan

    terhadap minyak bumi. Proses dimulai dengan memasukkan saluran pipa ke dalam

    sumur galian yang di dalamnya mengandung minyak, gas dan air. Pipa tersebut

    kemudian di hubungkan dengan menara destilasi, yang mana di dalam menara itu

    minyak mentah dan gas alam akan di proses dengan temperatur yang tinggi agar

    mencair dan dapat dipisahkan menjadi jenis bahan bakar yang berbeda-beda.

  • 19

    E. Syarat Bahan Bakar dalam Pemakaian Ada beberapa tipe bahan bakar dan pelumas yang digunakan pada

    kendaraan bermotor. Beberapa diantaranya berisi racun dan zat kimia yang mudah

    terbakar dan ini harus di tangani dengan hatihati. Penggunaan tipe bahan bakar

    atau pelumas disesuaikan dengan karaktristik terhadap kebutuhan, agar tidak

    terjadi kesalahan yang menyebabkan kerusakan pada mesin pembangkit tenaga.

    Pemakaian bahan bakar yang tidak sesuai dengan karakter mesin mungkin dapat

    menyebabkan kerusakan pada sistem kerja mesin maupun efek yang lain, yaitu

    berupa polusi lingkungan. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita untuk

    mengetahui perbedaan tipe karakteristik pelumas dan bahan bakar, beserta cara

    penangananya yang benar. Sampai saat ini bahan bakar yang biasa di gunakan

    pada mobil dan sebagian kendaraan bermotor adalah bensin dan solar (Diesel),

    dan beberapa negara ada yang menggunakan alkohol, LPG dan bahan bakar

    lainya. Namun demikian secara garis besar penjelasan dan penggunaan tentang

    bahan bakar yang ada dipasaran umum, yaitu berupa bensin dan solar (Diesel).

    1. Bahan bakar bensin

    Bensin mengandung hidro karbon hasil sulingan dari produksi minyak

    mentah. Bensin mengandung gas yang mudah terbakar, umumnya bahan bakar ini

    di pergunakan untuk mesin dengan pengapian busi. Sifat yang di miliki bensin

    antara lain : (1) Mudah menguap pada temperatur normal, (2) Tidak berwarna,

    tembus pandang dan berbau, (3) Titik nyala rendah (-10 sampai -15C), (4) Berat

    jenis rendah (0,60 s/d 0,78), (5) Dapat melarutkan oli dan karet, (6) Menghasilkan

    jumlah panas yang besar (9,500 s/d 10,500 kcal/kg), dan (7) Setelah di bakar

    sedikit meninggalkan karbon.

    Adapun syaratsyarat bensin yang baik dan memberikan kerja mesin yang

    lembut, yaitu : (1) Mudah terbakar, artinya mampu tercipta pembakaran serentak

    di dalam ruang bakar dengan sedikit knocking atau dentuman, (2) Mudah

    menguap, artinya bensin harus mampu membentuk uap dengan mudah untuk

    memberikan campuran udara dengan bahan bakar yang tepat saat menghidupkan

    mesin yang masih dingin, (3) Tidak beroksidasi dan bersifat pembersih, artinya

  • 20

    sedikit perubahan kualitas dan perubahan bentuk selama di simpan. Selain itu juga

    bensin harus mencegah pengendapan pada sistem intake, (4) Angka octane, adalah

    suatu angka untuk mengukur bahan bakar bensin terhadap daya anti knock

    characteristic. Bensin dengan nilai oktan yang tinggi akan tahan terhadap

    timbulnya engine knocking.

    2. Bahan bakar Diesel

    Bahan bakar Diesel biasa juga di sebut debgan light oil atau solar, yaitu

    suatu campuran dari hidro karbon yang telah di destilase setelah bensin dan

    minyak tanah dari minyak mentah pada temperatur 200C sampai 340C. Bahan

    bakar jenis ini atau biasa disebut sebagai bahan bakar solar sebagian besar di

    gunakan untuk menggerakkan mesin Diesel. Bahan bakar Diesel mempunyai sifat

    utama sebagai berikut : (1) Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan dan

    berbau, (2) Encer dan tidak menguap di bawah temperatur normal, (3) Titik nyala

    tinggi (40C sampai 100C), (4) Terbakar spontan pada 350C, sedikit di bawah

    bensin, (5) Berat jenis 0,82 s/d 0,86, (6) Menimbulkan panas yang besar (10,500

    kcal/kg), dan (7) Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar di banding

    dengan bensin.

    Syaratsyarat pengunaan solar sebagai bahan bakar harus memperhatikan

    kualitas solar, antara lain adalah sebagai berikut: (1) Mudah terbakar, artinya

    waktu tertundanya pembakaran harus pendek/singkat, sehingga mesin mudah di

    hidupkan. Solar harus memungkinkan kerja mesin yang lembut dengan sedikit

    knocking, (2) Tetap encer pada suhu dingin (tidak mudah membeku), menunjukan

    Solar harus tetap cair pada suhu rendah sehingga mesin akan mudah di hidupkan

    dan berputar lembut, (3) Daya pelumasan, artinya Solar juga berfungsi sebagai

    pelumas untuk pompa injeksi dan nossel. Oleh karena itu harus mempunyai sifat

    dan daya lumas yang baik, (4) Kekentalan, berkait dengan syarat melumas dalam

    arti Solar harus memiliki kekentalan yang baik sehingga mudah untuk dapat di

    semprotkan oleh injektor, (5) Kandungan sulfur, karakteristik Sulfuir yang dapat

    merusak pemakaian komponen mesin sehingga mempersyaratkan kandungan

    sulfur solar harus sekecil mungkin (< 1 %), dan (6) Angka cetane, Yaitu suatu

  • 21

    cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam kemampuan untuk mencegah

    terjadinya knocking, tingkat yang lebih besar memiliki kemampuan yang lebih

    baik.

    Ringkasan simpulan.

    Berdasar uraian di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

    1. Bahan bakar adalah bahanbahan yang diperlukan untuk pembakaran

    2. Bahan bakar yang di pakai di masyarakat beraneka macam, maka harus pandai

    memilih bahan bakar yang baik dan tepat untuk proses pembakaran.

    3. Bahan bakar yang sering di pakai adalah bensin, solar dan minyak tanah.

    Untuk mengetahui bensin yang baik dengan melihat angka octan-nya, sedang

    solar yang baik dapat di lihat dari angka cetan-nya.

  • BAB II. HAKEKAT BAHAN BAKAR

    Komposisi bahan bakar, hingga saat ini bahan bakar cair merupakan bahan bakar yang banyak digunakan, mengingat segi keuntungan yang ada untuk keperluan-keperluan pada motor bakar pembakaran dalam (Internal Combustion Engine). Komposisi bahan bakar dapat dikenali dengan Nomenklatur Senyawa Hidrokarbon.

    Sifat-sifat bahan bakar, pada setiap bahan bakar mempunyai karateristik dan nilai pembakaran yang berbeda-beda. Bahan bakar minyak mempunyai nilai kalor tinggi, karaterisik ini menentukan sifat-sifat dalam proses pembakaran, dimana sifat yang kurang menguntungkan dapat disempurnakan dengan jalan menambah bahan-bahan kimia kedalam bahan bakar tersebut. Tara kalor mikanik, tujuan pembakaran bahan bakar untuk memperoleh energi yang disebut energi panas (heat energy), yang dapat diubah menjadi bentuk energy mechanich. Sisa-sisa hasil pembakaran bahan bakar harus diperhatikan, karena pembakaran yang kurang sempurna mengandung gas-gas beracun dapat berpengaruh negatip terhadap lingkungan.

    DESKRIPSI: Materi dalam bab II. akan dipelajari tentang: (1) Komposisi bahan bakar,

    (2) Sifat-sifat dan karakteristik bahan bakar, dan (3) Tara kalor mikanik. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

    Setelah mempelajari materi pada bab 1I. mahasiswa dapat mengetahui: (1) Komposisi struktur bahan bakar, (2) Sifat-sifat bahan bakar yang digunakan dalam kehidupan, dan (3) Kesetaraan energi dalam tara kalor mekanik.

  • 23

    BAB II. HAKEKAT BAHAN BAKAR

    Pendahuluan

    Bahan bakar adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses

    pembakaran. Jika ditinjau menurut asalnya, bahan bakar digolongkan menjadi tiga

    golongan, yaitu bahan bakar nabati, bahan bakar mineral dan bahan bakar fosil.

    Sedangkan ditinjau menurut bentuknya, maka bahan bakar dapat dibagi menjadi

    tiga kelompok yaitu bahan bakar berbentuk padat, cair dan gas.

    Hingga saat ini bahan bakar cairlah yang merupakan bahan bakar yang

    banyak dipergunakan diseluruh dunia. Hal ini mengingat banyak segi keuntungan

    yang ada bahan bakar mineral cair ini sebagian besar dipergunakan untuk

    keperluan-keperluan pada motor bakar pembakaran dalam (Internal Combustion

    Engine)

    Pada setiap bahan bakar mempunyai karateristik dan nilai pembakaran

    yang berbeda-beda. Karaterisik inilah yang akan menentukan sifat-sifat dalam

    proses pembakaran, dimana sifat yang kurang menguntungkan dapat

    disempurnakan dengan jalan menambah bahan-bahan kimia kedalam bahan bakar

    tersebut.

    Adapun tujuan dari pembakaran bahan bakar adalah untuk memperoleh

    energi yang disebut energi panas. Sisa-sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam

    motor bakar harus diperhatikan. Oleh karena itu sisa dari pembakaran yang

    kurang sempurna akan dapat berpengaruh negatip terhadap lingkungannya. Sisa

    pembakaran yang kurang sempurna akan mengandung gas-gas beracun, yang

    terutama ditimbulkan oleh pembakaran pada motor bensin.

    A. Karakteristik Minyak Penggunaan minyak sebagai bahan bakar memiliki beberapa keuntungan, baik

    ditinjau dari segi teknik maupun segi ekonomi. Keuntungan bahan bakar minyak

    dibanding dengan bahan bakar yang lain terutama disebabkan karena berbagai

    sifat fisika yang ada pada minyak tersebut. Adapun sifat-sifat minyak yang

    menguntungkan antara lain :

  • 24

    1. Sifat cair bahan bakar minyak Sifat ini ditinjau dari segi teknik sangat menguntungkan, yaitu cairan

    mudah sekali mengalir dan mudah sekali menyesuaikan dengan tempat

    penampungan. Cairan mudah sekali ditransportasikan dengan memompakannya

    melalui pipa sehingga mengalir sendiri, mudah disimpan dalam bentuk tangki

    yang bagaimanapun. Misalnya saja pada pengilangan minyak, transportasi dengan

    kapal tangker yang relatif lebih praktis dan tidak memakan tempat. Sifat mengalir

    sendiri tidak memerlukann peralatan pembantu yang rumit dan perawatan yang

    relatif murah dibanding dengan bahan bakar padat. Jadi dengan sifat cair bahan

    bakar minyak cenderung lebih praktis dalam pemakaian.

    2. Bahan bakar minyak mempunyai nilai kalor tinggi Bahan bakar minyak memiliki kalor yang tinggi dibandingkan bahan bakar

    yang lain dalam jumlah kg yang sama. Misalnya 1 kg solar akan menghasilkan

    kalori yang lebih tinggi dari pada 1 kg batu bara atau kayu.

    Tabel 1 Nilai kalor macam-macam bahan bakar (RP. Koesoemadinata : 1980)

    Bahan bakar Kalori / gram

    Kayu 3.990 4.420

    Arang kayu 7.260

    Batu bara muda / lignit 3.328 3.339

    Batu bara subbitumina 5.289 5.862

    Batu bara bitumina 5.650 8.200

    Lemak hewan 9.500

    Minyak nabati 9.300 9.500

    Alkohol 6.456

    Aspal 5.295

    Minyak mentah 10.419 10.839

    Minyak bunker 10.283 10.764

    Solar 10.667

    Minyak tanah 11.006

    Bensin 11.528

  • 25

    Besarnya nilai kalor yang dihasilkan pada bahan bakar dapat dilihat pada tabel

    berikut di atas tersebut.

    3. Minyak menghasilkan beberapa macam bahan bakar Berdasar minyak mentah hasil pengeboran dapat diperoleh berbagai

    macam fraksi destilasi yang merupakan bahan bakar untuk keperluan bermacam-

    macam mesin pula. Hal ini sangat menguntungkan dalam perancangan model

    mesin termasuk sistem bahan bakarnya, sehingga kebutuhan bahan bakar dapat

    disesuaikan dengan masing-masing jenis mesin tersebut. Misalnya saja hasil dari

    penambangan explorasi yang dipisahkan dengan penyulingan diperoleh sejumlah

    fraksi-fraksi yaitu : fraksi 1 Petroleum eter, fraksi ke 2 Gasoline, fraksi ke 3

    Kerosine, fraksi ke 4 Parafine cair, Petroleum dan Parafine padat, dan fraksi

    terakhir residu.

    4. Minyak mineral dapat menghasilkan macam-macam pelumas Perlu diketahui bahwa hasil dari penambangan minyak mineral dapat juga

    diperoleh berbagai minyak pelumas, yang memungkinkan pembuatan macam-

    macam jenis pelumas mesin, misalnya : pelumas motor bensin, pelumas motor

    diesel, pelumas veresneliing, pelumas gardan, pelumas pesawat dan macam-

    macam pelumas sebagai pencampur bahan bakar pada motor bakar.

    5. Minyak pelumas dapat berfungsi sebagai bahan baku petrochemicals.

    Minyak dapat pula sebagai bahan petrokimia, yaitu bahan sintetis dalam

    pembuatan barang seperti bahan plastik, tekstil, dan lainya. Plastik sebagai alat

    pembungkus telah memegang peranan dalam kehidupan, praktis penggunaannya

    dan relatif lebih murah. Tekstil seperti nylon dan sebagainya dibuat dari bahan

    minyak mineral juga. Selain itu juga pipa-pipa dan bejana banyak yang terbuat

    dari plastik, bukan lagi dari besi.

    B. Sifat Fisika Minyak Mineral Seperti halnya zat cair, kuantitas bahan bakar minyak diukur berdasarkan

    volumenya. Adapun ukuran yang dipakai di Indonesia adalah M3 atau juga Ton,

    sedangkan pada perdagangan international digunakan satuan Barrel yang besarnya

    kira-kira 159 liter.

  • 26

    1. Berat Jenis Berat jenis merupakan sifat minyak yang penting yang memiliki nilai

    dalam perdagangan. Berat jenis disebut juga grafitasi jenis atau specific grafity,

    adalah suatu perbandingan berat dari bahan bakar minyak dengan berat dari air

    dalam volume yang sama, dengan suhu yang sama pula (600 F). Bahan bakar

    minyak pada umumnya mempunyai berat jenis antara 0,82 0,96 dengan kata lain

    minyak lebih ringan dari pada air.

    Dalam perdagangan international, berat jenis dinyatakan dalam API

    Grafity atau derajat API (American Petroleum Institute)

    5,1315,141060

    60

    0 =Fberatjenis

    API

    Api menunjukan kualitas dari minyak tersebut, makin kecil berat jenis atau

    makin tinggi derajat API berarti makin baik pula kualitasnya, karena lebih banyak

    mengandung bensin. Sebaliknya jika semakin rendah derajat API maka mutu

    minyak tersebut kurang baik karena banyak mengandung lilin/aspal residu. Selain

    derajat API dapat juga dipakai derajat Baume.

    130140060

    60

    0 =Fberatjenis

    Baume

    Tabel 2 Konversi Berat Jenis, 0API dan 0Baume

    Berat jenis 0 Baume 0 API

    1,0000 10,0 10,0

    0,9655 15,0 15,1

    0,9333 20,0 20,1

    0,9032 25,0 25,2

    0,8750 30,0 30,2

    0,8485 35,0 35,3

    0,8235 40,0 40,3

    0,8000 45,0 45,4

    0,7778 50,0 50,4

  • 27

    Pada tabel berikut di atas dapat dilihat dengan jelas konversi dari berat jenis, 0API

    dan 0Baume pada suhu 600 F.

    2. Viskositas Viskositas adalah suatu ukuran dari besar perlawanan zat cair untuk

    mengalir atau ukuran dari besarnya tahanan geser dalam dari suatu bahan cair.

    Satuan viskositas adalah centi poise. Pada umumnya makin tinggi derajat API,

    makin kecil viskositasnya, begitu pula sebaliknya. Cara mengukur viskositas

    dengan jalan menghitung lama waktu mengalirnya suatu minyak yang banyaknya

    telah ditentukan melalui lubang viskometer.

    Viskositas/kekentalan sangat penting artinya bagi penggunaan bahan bakar

    minyak untuk motor bakar maupun mesin industri, karena akan berpengaruh

    terhadap bentuk dan tipe mesin yang menggunakan bahan bakar tersebut.

    3. Nilai Kalori Nilai kalori bahan bakar minyak adalah jumlah panas yang ditimbulkan

    oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan temperatur 1 gr air

    dari 3,50 C 4,50 C, dengan satuan kalori (RP. Koesoemadinata : 1980). Dengan

    kata lain nilai kalor adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu

    jumlah tertentu bahan bakar di dalam zat asam. Makin tinggi berat jenis minyak

    bakar, makin rendah nilai kalori yang diperolehnya. Misalnya bahan bakar minyak

    dengan berat jenis 0,75 atau grafitasi API 70,6 mempunyai nilai kalori 11.700

    kal/gr.

    4. Titik Tuang Titik tuang suatu minyak adalah suhu terendah minyak yang keadaanya

    masih dapat mengalir karena berat sendiri. Titik tuang diperlukan sehubungan

    dengan kondisi dari pengilangan dan pemakaian dari minyak tersebut, sehingga

    diharapkan minyak masih dapat dipompakan atau mengalir pada suhu yang berada

    di bawah titik tuang.

  • 28

    5. Titik Didih Titik didih minyak berbeda-beda sesuai dengan grafitasinya. Untuk

    wilayah dengan grafitasi API-nya rendah, maka titik didihnya tinggi karena

    mempunyai berat jenis yang tinggi. Sedangkan untuk grafitasi API-nya tinggi

    maka titik didihnya rendah.

    6. Titik Nyala Titik nyala adalah suhu terendah dari bahan bakar minyak yang dapat

    menimbulkan nyala api dalam sekejap apabila pada permukaan bahan bakar

    minyak tersebut dipercikan api. Pada bahan bakar minyak dengan grafitasi API

    tinggi maka titik didihnya rendah, sehingga titik nyalanya juga rendah artinya

    bahan bakar minyak tersebut akan mudah terbakar, demikian juga sebaliknya.

    7. Kadar Abu Kadar abu adalah sisa-sisa bahan bakar minyak yang ketinggalan setelah

    semua bagian yang dapat terbakar dalam proses pembakaran minyak terbakar

    habis. Berdasar kadar abu ini dapat diperkirakan banyaknya logam-logam yang

    terkandung dalam minyak maupun elemen-elemen yang ada.

    8. Air dan Endapan Air dan endapan yang dipersyaratkan dalam minyak tidak boleh lebih dari

    0,5 %. Air yang banyak terkandung pada minyak bakar dapat menyebabkan

    pembakaran tidak sempurna, sedangkan endapan pada minyak akan dapat

    memperbanyak jumlah gas sisa pembakaran dan abu.

    9. Warna Warna pada bahan bakar minyak berhubungan dengan berat jenisnya.

    Untuk berat jenis tinggi, warnanya hijau kehitam-hitaman dan untuk berat jenis

    rendah warnanya coklat kehitam-hitaman. Warna ini disebabkan adanya berbagai

    kotoran dan endapan, misalnya senyawa Hidrokarbon yang disertai ikatan

    berbagai jenis unsur-unsur logam ataupun yang lainnya.

  • 29

    10. Bau Bahan bakar minyak ada yang berbau sedap dan tidak sedap. Hal ini

    dipengaruhi oleh molekul aromat. Bahan bakar minyak yang berasal dari

    Indonesia biasanya berbau tidak sedap karena mengandung senyawa Nitrogen

    atau Belerang dan juga H2S.

    C. Komposisi Bahan Bakar Minyak Mineral Umumnya bahan bakar minyak atau hampir seluruhnya merupakan ikatan

    Hidrokarbon, yang terdiri dari unsur Carbon (C), dan Hidrogen(H) yang

    tergabung sebagai senyawa hidrokarbon. Jadi hal ini C dan H merupakan unsur

    yang pokok didalam bahan bakar minyak mineral. Di samping unsur C dan H

    didalamnya terdapat juga unsur-unsur lain seperti Sulfur (S), Nitrogen (N),

    Oksigen (O) dan logam - logam dalam jumlah kecil. Komposisi dari pada minyak

    yang telah dihilangkan air dan garamnya adalah terdiri dari unsur mayor Carbon

    (C) 8387 % dan impuritis 0-5% Nitrogen (N) 0-1% dan Oksigen (O2) 0-1%.

    Adapun senyawasenyawa Hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak

    dapat berbentuk:

    1. Senyawa Hidro karbon parafinik (Cn H2n+2), yang jenis minyak ini Hidro

    karbon mempunyai rumus gabungan berbentuk lurus dan dapat bercabang.

    2. Senyawa Hidrokarbon Naftenik atau Naphta (Cn H2n ) minyak jenis ini disebut

    juga siklo parafin, yang ikatan Hidrokarbonya yang mempunyai rumus bangun

    membentuk suatu rangkaian tertutup atau siklus.

    3. Senyawa Hidrokarbon aromatik, jenis ini rumus bangun dari ikatan

    Hidrokarbonnya merupakan ikatan tertutup dari benzena bersama dengan

    derivatif-derevatifnya.

    Selain ketiga bentuk senyawa hidrokarbon tersebut di dalam produk bahan

    bakar minyak masih terdapat juga senyawa yang lain yaitu senyawa Hidrokarbon

    olifin (Cn H2n ) dan juga senyawa hidrokarbon diolifin (Cn H2n-2 ). Ikatan-ikatan ini

    dikenal dengan ikatan hidrokarbon tidak jenuh, dimana secara alamiah tidak ada

    pada minyak mentah. Di samping adanya penggolongan jenis bahan bakar

    minyak, yaitu minyak mineral dan yang lain, masih memiliki sifat-sifat yang

  • 30

    khusus. Sifat-sifat ini bergantung dari lokasi tempat di perolehnya bahan bakar

    minyak tersebut. Hal inilah yang kadang-kadang menyulitkan dalam menentukan

    sifat fisika maupun sifat-sifat kimianya.

    D. Nomenklatur Senyawa Hidrokarbon.

    Nomenklatur senyawa hidrokarbon dimulai dari molekul yang paling

    sederhana, yaitu senyawa hidrokarbon beratom C (satu) sampai molekul yang

    beratom C (empat) adalah memiliki nama yang khusus (CnH2n+2):

    Untuk n = 1, dinamakan metana dan rumus molekulnya CH4 n = 2, dinamakan etana dan rumus amolekulnya C2H6 n = 3, dinamakan propana dan rumus molekulnya C3H8 n = 4, dinamakan butana dan rumus molekulnya C6H10

    Kemudian selanjutnya, mulai senyawa hidrokarbon yang beratom C (lima)

    yaitu disebut alkana sampai dengan berikutnya penamaan dengan menggunakan

    bilangan Yunani. Kadang-kadang penamaan untuk hidrokarbon bercabang diberi

    nama sebagai derivatif dari metana, dimana hidrogen disubstitusi dengan gugusan

    alkali. Adapun rumus strukturnya adalah sebagai berikut:

    Nama pentana, n = 5 untuk atom C

    H H H H H ! ! ! ! ! H- C C C C C - H ! ! ! ! ! H H H H H Isomer dengan pentana H H H H H ! ! ! ! H C H H- C - C C C H H ! H ! ! ! ! H C C C H H HCH H H H ! H H H C H H

    Iso pentana 2 metil butana neo pentana 2, 2 dimetil

    Dimetil etil metana propana tetra metil metana

  • 31

    Apabila diperhatikan dari anggota deret metana, rumus satu dengan

    lainnya, membentuk suatu deret yang masing-masing berbeda dengan CH2, dari

    deret tersebut yang masing-masng mempunyai sifat fisika dan kimia sama disebut

    deret homolok. Di samping itu dikenal pula adanya: (1) atom C primer, yaitu atom

    carbon tersebut hanya mengikat satu carbon lainnya, (2) atom C sekunder, yaitu

    atom carbon yang mengikat dua atom carbon lainnya, (3) atom C tertier, yaitu

    atom carbon yang mengikat tiga atom carbon lainnya, dan (4) atom C kwartener,

    yaitu atom Carbon yang mengikat empat atom carbon lainnya.

    Contoh. C C 1 = atom C primer 4 ! ! 2 = atom C sekunder C -C C - C C C 3 = atom C tertier ! 3 2 1 4 = atom C kwartener C

    Apabila suatu hidrocarbon (alkana) kehilangan satu atom hidrogen maka

    membentuk suatu gugus yang disebut gugus radikal. Gugus radikal yang demikian

    biasa dinamakan gugus alkil. Gugus radikal yang lazim adalah:

    CH3 disebut gugus metil

    CH3 CH2 disebut gugus etil

    CH3 CH2 CH2 disebut gugus n- propil

    CH3

    CH-

    CH3 CH3 CH2 CH2 - CH2 adalah gugus n butil

    CH3 CH2-CH CH3 adalah gugus sekunder butil CH CH- CH adalah gugus isbutil 3 ! CH3

    CH3 ! CH - C - adalah gugus tertier butil 3 ! CH3

  • 32

    Penulisan dalam senyawa-senyawa organik gugus alkali tersebut biasanya ditulis

    dengan lambang huruf R, yang artinya radikal.

    E. Tara Kalor Mekanik Tara kalor mekanik adalah suatu panas sejumlah 1 kilo kalori setara

    dengan usaha sebesar 427 kgm, artinya untuk mengangkat beban seberat 427 kg

    dengan jarak lintasan 1 m, atau 1 kg beban sejauh 427 m diperlukan energy

    sebanyak 1 kilo kalori, dapat dikatakan bahwa 1 kkal sama dengan 427 kgm. Hal

    ini deapat diketahui bahwa:

    Usaha = Gaya x Jarak , dalam hal ini Usaha (Joule), Gaya (Newton atau

    kgm /s2 ) dan Jarak (meter).

    a. Bahan bakar bensin Bensin merupakan bahan bakar motor, hasil dari pemurnian minyak kasar,

    bensin mempunyai Bj 0,7 dan nilai pembakarannya=10.000 kkal, artinya bila 1 kg

    bensin dibakar dengan sempurna menghasilkan kurang lebih 10.000 kilo kalori,

    jadi (10.000 x 427) kgm = 4.270.000 kgm. Aplikasi, karena bahan bakar ini

    menyala pada suhu yang rendah maka kompresi yang diijinkan pada motor bensin

    adalah terbatas yaitu antara (4 -5) atmosfir.

    b. Bahan bakar gas Menurut asalnya bahan bakar gas dapat dibedakan menjadi: (1) Gas dari

    sumber minyak. Bahan bakar ini sering disebut pula dengan gas bumi dan

    mempunyai nilai pembakaran 6500 kkal. Bahan bakar ini baik sekali digunakan

    untuk bahan bakar gas. Maka konversinya (6500 x 427) kgm = 2.775.500 kgm.

    (2) Gas air, Gas air adalah campuran dari monoksid arang (CO), dioksid arang

    (CO2) dan zat air (H2) untuk membuat gas air ini digunakan uap air yang dialirkan

    melalui kokas yang menyala pada suhu 1200o C 1600o C dan mempunyai nilai

    pembakaran 2000 - 2200 kkal. Jadi nilai pembakaran gas air tersebut setara

    dengan (2000 x 427) kgm = 954.000 kgm dan atau sama dengan (2200 x 427)

    kgm = 939.400 kgm.

  • 33

    c. Gas generator. Gas ini dapat diperoleh dari pembakaran kokas di dalam dapur generator.

    Hasil dari gas generator ini adalah sangat panas dan mempunyai nilai pembakaran

    700-1000 kkal. Jadi nilai kalori dari pembakarannya, apabila disetarakan menjadi

    (700 x 427) kgm = 298.900 kgm, dan atau (1000 x 427) kgm = 427.000 kgm. Gas

    generator kebanyakan dipakai untuk pemggerak turbin gas.

    Ringkasan/simpulan Penggunaan minyak sebagai bahan bakar memiliki beberapa keuntumgan,

    baik ditinjau dari segi teknik maupun dari segi ekonomi. Setiap bahan bakar mempunyai karakteristik dan nilai pembakaran yang berbeda-beda. Karakteristik tersebut mementukan sifat-sifat dalam proses pembakaran, di mana sifat yang kurang menguntungkan dapat disempurnakan dengan jalan menambahkan bahan kimia ke dalam bahan bakar tersebut.

    Adapun sifat-sifat yang menguntungkan antara lain adalah: (1) sifat cair sehingga di dalam pemakaian lebih praktis, (2) mempunyai nilai kalor tinggi dibandingkan dengan bahan bakar yang lain dalam jumlah kilogram yang sama, (3) dapat menghasilkan beberapa macam bahan bakar , dan (4) dapat berfungsi sebagai bahan baku petrochemical.

    Sifat-sifat fisika bahan bakar minyak antara lain: (1) Berat jenis, bahan bakar minyak umumnya mempunyai berat jenis antara 0,82 sampai 0,96. Dunia perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, dinyatakan dalam API (American Petroleum Institute), (2) Viskositas, adalah ukuran dari besar perlawanan zat cair untuk mengalir, atau ukuran dari besarnya tahanan geser dalam dari suatu bahan cair, (3) Nilai kalori, yang dimaksud dengan niali kalori adalah jumlah panas yang ditimbulkan oleh pembakaran satu gram bahan bakar minyak tersebut untuk meningkatkan temperatur (3,50 s/d 4,50) Celcius pada satu gram air dan satuannya adalah kalori, (4) Titik tuang, titik tuang adalah suhu terendah minyak yang kadarnya masih dapat mengalir karena berat sendiri, (5) Titik didih, minyak dengan gravitas API rendah maka titik didihnya tinggi, sedang untuk gravitas tinggi maka titik didihnya rendah, (6) Titik nyala, flash point adalah suhu terendah dari bahan bakar minyak yang dapat menimbulkan nyala api dalam sekejap apabila pada permukaan bahan bakar minyak tersebut

  • 34

    dipercikan api, (7) Kadar abu, adalah sisa-sisa pembakaran yang ditinggalkan setelah semua bagian yang dapat terbakar dalam minyak terbakar habis, kadar abu tidak boleh lebih (0,05 %) dari beratnya, (8) Air dan endapan yang terdapat dalam bahan bakar minyak adalah sangat sedikit yang dipersyaratkan tidak boleh lebih (0,5 %) dari beratnya, (9) Warna, bahan bakar minyak mempunyai macam-macam warna yaitu hitam dan ada kalanya justru tidak berwarna atau netral, (10) Bau, ada yang berbau sedap dan tak sedap (Indonesia) karena mengandung senyawa nitrogen ataupun belerang (sulphur), dan juga disebabkan adanya H2S. Pada umumnya bahan bakar minyak merupakan ikatan hidrokarbon yang terdiri dari unsur karbon dan hidrogen. Di samping unsur C dan H juga terdapat unsurunsur lain seperti sulfur (S), nitrogen (N2), oksigen (O2) dan logam-logam lain dalam jumlah yang kecil. Adapun senyawa-senyawa hidrokarbon dalam minyak dapat berbentuk: (1) senyawa hidrokarbon parafinik (Cn H2n +2 ), (2) senyawa hidrokarbon naftenik atau naphta ( Cn H2n ), (3) senyawa hidrokarbon aromatik. Memiliki tara kalor mekanik, yaitu bahwa dalam 1 kilo kalori mempuyai kesetaraan 427 kgm (bahwa usaha sama dengan gaya kali jarak).

  • 35

    BAB III.

    ENERGI DAN PEMBAKARAN

    Pembakaran adalah persenyawaan secara kimia dari unsur-unsur bahan bakar dengan zat asam yang kemudian menghasilkan panas (heat energy). Oleh karena itu pada setiap pembakaran diperlukan bahan bakar, zat asam dan suhu yang cukup tinggi untuk awal mulanya pembakaran. Pembakaran dapat berlangsung secara sempurna namun dapat juga berlangsung secara tidak sempurna. Hal ini tergantung dari unsur-unsur yang terkandung pada bahan bakar tersebut dan proses pembakarannya. Untuk memahami energi dan pembakaran harus diketahui pengertian pembakaran beserta unsur yang terkandung dalam bahan bakar dan kebutuhan udara dalam pembakaran dengan proses pembakaran dengan analisa massa dan analisa volume.

    DESKRIPSI:

    Materi dalam bab III. akan dipelajari tentang peri hal: (1) Pengertian Pembakaran, (2) Unsur yang terkandung dalam bahan bakar, (3) Udara, (4) Kebutuhan udara dalam pembakaran, dan (5) Proses pembakaran dengan analisa massa dan analisa volume.

    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

    Tujuan instruksional khusus, setelah mempelajari materi pada bab 1I. mahasiswa dapat: (1) Menyebutkan dasar pengertian tentang pembakaran, (2) Mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam bahan bakar, (3) Mengetahui tentang Udara pembakar, (4) Menghitung Kebutuhan udara dalam pembakaran, dan (5) Menganalisa proses pembakaran dengan analisa massa dan analisa volume.

  • 36

    BAB III. ENERGI DAN PEMBAKARAN

    A. Pengertian Pembakaran

    Pembakaran adalah persenyawaan secara kimia dari unsur-unsur bahan

    bakar dengan zat asam yang kemudian menghasilkan panas dan disebut heat

    energy. Oleh karena itu pada setiap pembakaran diperlukan bahan bakar, zat asam

    dan suhu yang cukup tinggi untuk awal mulanya pembakaran.

    Pembakaran dapat berlangsung secara sempurna namun dapat juga

    berlangsung secara tidak sempurna. Hal ini tergantung dari unsur-unsur yang

    terkandung pada bahan bakar tersebut dan proses pembakarannya. Apabila pada

    bahan bakar tidak mengandung unsur-unsur yang tidak dapat terbakar maka

    pembakaran akan berlangsung sempurna, sehingga hasil pembakaran berupa gas

    bekas pembakaran yang tidak berbahaya bagi kehidupan dan lingkungannya.

    Akan tetapi apabila pada bahan bakar tersebut mengandung unsur-unsur yang

    tidak terbakar, maka akan tersisa yang berakibat sisa-sisa pembakaran tersebut

    dapat menimbulkan gas yang berbahaya (beracun) bagi kesehatan dan lingkungan.

    Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna dilakukan usaha-usaha sebagai

    berikut: (1) Diusahakan dengan membuat ruang pembakaran sedemikian rupa

    sehingga tidak terdapat ruangan atau sudut-sudut mati yang disebut ruang rugi, (2)

    Pemasukan bahan bakar dalam silinder (untuk pembakaran dalam) diusahakan

    dalam bentuk kabut yang sangat halus sehingga bahan bakar dapat kontak lebih

    sempurna dengan udara pembakaran, (3) Diusahakan pencampuran yang baik

    (homogen) antara bahan bakar dengan udara sehingga pembakaran dapat ber-

    langsung dengan cepat, dan (4) Memberikan jumlah udara lebih dari jumlah

    kebutuhan minimal sehingga setiap bagian bahan bakar mendapat cukup udara

    untuk dapat membakar dalam waktu yang cepat, dan (5) Mempertinggi kecepatan

    pembakaran yaitu memperpendek waktu pembakaran. Misalnya, untuk motor

    diesel kurang dari 0,1 detik dan untuk motor bensin kurang dari 0,005detik, dan

  • 37

    untuk pembakaran pada ketel uap (external combustion) dengan cara memberikan

    hembusan-hembusan udara pembakar melalui pemancar-pemancarnya.

    B. Unsur yang terkandung dalam bahan bakar.

    Kebanyakan bahan bakar terdiri atas hidrogen (H2) dan karbon (C) baik

    bahan bakar tersebut berbentuk padat (misalnya arang, batu bara), cair (misalnya

    minyak tanah, premium, solar) atau gas (misal gas bumi, bio gas). Bahan bakar

    berbentuk padat adalah sisa-sisa endapan tanaman dari zaman geologi yang silam.

    Komponen-komponennya yang dapat terbakar terutama adalah karbon (C),

    hidrogen (H2) dan sebagian kecil zat belerang (S). Akan tetapi kadang kala

    terdapat komponen yang tidak dapat terbakar berupa nitrogen (N), air (H2O) dan

    abu (As).

    Bahan bakar cair merupakan campuran yang komplit dari sejumlah

    hidrokarbon, yang terdiri dari unsur karbon (C), dan hidrogen (H2). Kebanyakan

    bahan bakar cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak

    mentah melalui proses destilasi (penyulingan), dan pemecahan (cracking). Hasil

    yang diperoleh dapat berupa bensin, premium, kerosin, solar, minyak diesel, dan

    bahan bakar lain. Perbedaan antara jenis-jenis bahan bakar ini dapat dilihat dari

    kurva destikasi. Kurva destilasi diperoleh dengan memanaskan perlahan-lahan

    sejumlah bahan bakar hingga menguap, kemudian mengembangkannya dan

    memisahkan uap yang tertinggal. Penyulingan yang dilakukan pada minyak

    mentah dapat menghasilkan berbagai kualitas minyak terhadap pembakaran

    maupun energi yang dihasilkan oleh pembakaran minyak tersebut. Hal ini

    dilakukan agar dalam pemakaian disesuaikan terhadap karakteristik peralatan

    yang digunakan dengan kepentingan yang diharapkan.

  • 38

    Gambar 1: kurva destilasi untuk bahan bakar hidrokarbon

    Gambar 2: Skema eksplorasi minyak dan alat penyulingan.

  • 39

    Tabel 3. Fraksi hidrokarbon hasil penyulinagn minyak bumi

    Fraksi Ukuran Molekul Titik Didih (0C) Kegunaan

    Gas

    Eter petroleum

    Bensin

    (gasoline)

    Kerosin,

    minyak

    diesel/solar

    Minyak

    pelumas

    Parafin

    Aspal

    C1-C5

    C5-C7

    C5-C12

    C12-C18

    C16 ke atas

    C20 ke atas

    C25 ke atas

    -160-30

    30-90

    30-200

    180-400

    350 ke atas

    merupakan zat padat

    dengan titik cair

    rendah

    residu

    Bahan bakar (LPG)

    Sumber hidrogen

    Pelarut, binatu

    kimia (dry cleaning)

    Bahan bakar motor

    Bahan bakar mesin

    diesel

    Bahan bakar

    industri untuk

    cracking

    Pelumas

    Membuat lilin dan

    lain-lain

    Bahan bakar dan

    untuk pelapis jalan

    raya.

    Bahan bakar yang berbentuk gas, dapat diperoleh dari sumber-sumber gas

    alam dan proses pengolahan. Beberapa jenis hidrokarbon dalam endapan minyak

    tanah terdapat dalam bentuk gas pada tekanan atmosfer. Contoh yang umum

    dijumpai adalah metana (CH4) yang dikenal sebagai gas rawa. Tetapi bahan bakar

    gas yang paling banyak digunakan adalah yang diperoleh dari pemanasan batu

    bara dan proses pembuatan berupa gas bio.

  • 40

    Proses pembakaran bahan bakar selalu menghasilkan heat energi atau

    energi panas dan gas bekas yang dalam hal ini merupakan faktor/unsur-unsur

    tambahan yang ada pada setiap bahan bakar. Adanya unsur yang demikian sangat

    mempengaruhi panas yang dihasilkan beserta kadar abu sisa pembakaran. Panas

    tersebut biasa dihitung dalam satuan kalori atau kilo kalori, yang apabila diubah

    menjadi suatu bentuk usaha disebut tara kalor mekanik. Besaran kesetaraannya

    adalah bahwa untuk setiap kilo kalori dapat menghasilkan usaha kilogram meter

    sebesar 427 kgm, disingkat 1kkal = 427 kgm.

    Adapun unsur-unsur lain yang terkandung dalam bahan bakar di dapati

    sangat kecil bila dibandingkan dengan dua unsur di atas. Namun demikian dapat

    menentukan proses pembakaran yang sedang berlangsung. Hal ini disebabkan

    unsur-unsur tadi ada yang menguntungkan (memperbesar nilai-nilai pembakaran)

    dan ada yang tidak menguntungkan (terjadi reduksi panas). Unsur-unsur yang

    dimaksud adalah: (1) Sulphur (S), (2) Oksigen (O2), (3) Hydrogen (H2), dan (4)

    Air (H2o). Dengan demikian setiap 1 kg bahan bakar mengandung unsur-unsur

    Karbon (zat arang), Hydrogen (zat air), Sulphur (belerang), Oksigen (zat asam),

    Nitrogen (zat lemas) dan air.

    Table 4. Unsur-unsur yang terkandung dalam bahan bakar.

    Unsur-unsur dalam bahan bakar Simbol Berat atom Berat

    Molekul

    Carbon (zat arang)

    Hydrogen (zat air)

    Sulphur (belerang)

    Oksigen (zat asam)

    Nitrogen (zat lemas)

    Water (air)

    C

    H2Sebab

    O2N2H2O

    12

    1

    32

    16

    14

    -

    -

    2

    -

    32

    28

    18

  • 41

    C. Udara. Udara sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran karena dalam udara

    terdapat zat pembakar. Udara tidak hanya terdiri dari zat pembakar (zat asam) saja

    tetapi juga gas lain. Prosentase menurut volume gas-gas yang terkandung pada

    udara:

    a. zat pembakar (zat asam) 21 % b. zat lemas (nitrogen) 79 % c. gas + kotoran 1 % Prosentase menurut beratnya gas-gas yang terkandung dalam udara:

    a. zat pembakar (zat asam) 23,2 % b. zat lemas (nitrogen) 76,8 % c. gas lain + kotoran 1 %.

    Udara yang dimasukkan untuk proses pembakaran harus sesuia dengan

    kebutuhan agar didapat campuran yang baik antara bahan bakar dan udara. Oleh

    karena itu mengetahui kebutuhan udara dalam proses pembakaran merupakan hal

    yang sangat penting.

    D. Kebutuhan Udara dalam Bahan Bakar. Kebutuhan udara tergantung dari unsur-unsur yang ada dalam bahan

    bakar. Apabila 1 kg bahan bakar mengandung unsur C %, H %, dan S %, maka:

    1. Untuk pembakaran 1 kg C dibutuhkan 322 kg O2 atau 11,5 kg udara

    Reaksi pembakaran : C(s) + O2 (g) CO2 (g) + panas 2. Untuk pembakaran 1 kg H dibutuhkan 8 kg O2 atau 34,5 kg udara

    Reaksi pembakaran : 2H2 (g) + O2 (g) 2H2O(l) 3. Untuk pembakaran 1 kg S dibutuhkan 1 kg O2 atau 4,3 kg udara

    Reaksi Pembakaran : S(s) + O2 (g) SO2 (g)

  • 42

    Jadi kebutuhan O2 untuk pembakaran bahan bakar yang mengandung C %,

    H2 %, dan S % adalah = 2 C + 8 H2 + S kg, kebutuhan O2 sebenarnya adalah

    kebutuhan O2 teoritis dikurangi O2 yang terkandung dalam bahan bakar.

    Kebutuhan O2 sebenarnya untuk setiap kg udara adalah:

    25,5 % {(2 C + 8 H2 + S)} O2} kg.

    Kebutuhan udara untuk pembakaran adalah:

    Gu = 233,01 {(2 C + 8 H2 + S)} O2} kg.

    Atau

    Gu = {(11,5 C + 3,4 H2 + 4,3 S)} 4,3 O2} kg.

    E. Proses Pembakaran dengan Analisa Massa dan Analisa Volume. 1. Pembakaran Hidrogen

    Reaksi Pembakaran : 2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2 OAnalisa massa:

    Berat atom Hidrogen (H) = 1, Massa Hidrogen dalam proses 2 x 2 = 4

    Berat atom Oksigen (O) = 16, Massa Oksigen dalam proses 2 x 16 =32

    Massa air adalah 2 x (2 + 16) = 36, Dengan demikian dapat ditulis:

    4 massa H2 direaksikan dengan 32 massa O2 menghasilkan 36 massa H2O

    atau 1 massa H2 direaksikan dengan 8 massa O2 menghasilkan 9 massa H2O

    Untuk perbandingan 1 kg H2 menjadi:

    1 kg H2 + 8 kg O2 9 kg H2O Kebutuhan udara untuk pembakaran 1 kg H2 adalah:

    Oksigen 23,3 % untuk pembakaran 8 kg O2

    = 233,08

    = 34,5 kg Udara.

    Dari 34,5 kg udara terdapat 8 kg O2 maka besarnya nitrogen adalah

    = 34,5 kg 8 = 26,5 kg N2

  • 43

    Dengan demikian untuk pembakaran 1 kg H2 dibutuhkan 34,5 kg

    udara akan menghasilkan 9 kg H2O dengan 26,5 kg zat lemas (nitrogen)

    Analisa volume:

    Reaksi pembakaran : 2 H2 + O2 2 H2 O Menurut Avogadro perbandingan besarnya molekul sama dengan

    perbandingan volume, maka reaksi pembakaran dapat ditulis:

    1 m3 H2 + 0,5 m3 O2 1 m3 H2 O Udara terdapat 21 % dari volume maka kebutuhan 0,5 O2 dibutuhkan udara

    = 21,05,0

    = 2,38 m3

    Dengan demikian nitrogen yang dihasilkan

    = 2,38 m3 0,5 m3

    = 1,88 m3 N2

    Untuk pembakaran 1 m3 H2 akan menghasilkan 1 m3 H2 O, dan 1,88 m3 N2 .

    2. Pembakaran Carbon

    Analisa massa :

    Reaksi Pembakaran : C + O2 CO2 Berdasarkan massa: {12} + {(2 x 16)} {12 + (2 x 16)} Atau 1 + 2 kg = 3 kg CO2

    Untuk 2 kg O2 membutuhkan udara sebesar

    = 233.0322

    kg

    = 11,5 kg

  • 44

    Besarnya nitrogen yang dihasilkan

    = 11,5 2

    = 11,5 2,66

    = 8,84 kg

    Dengan demikian untuk pembakaran 1 kg C dibutuhkan 11,5 kg udara akan

    menghasilkan 3,66 kg CO2 dengan 8,84 kg zat lemas (nitrogen)

    Analisa volume :

    Reaksi pembakaran : C + O2 CO2Berdasarkan volume 1 m3 C + 1 m3 O2 1 m3 CO21 m3 O2 dibutuhkan udara sebesar 1 / 0,21 = 4,76 m3

    Nitrogen yang dihasilkan 4,476 1 = 3,76 m3

    Dengan demikian untuk membakar 1 m3 C dibutuhkan 4,76 m3 udara

    menghasilkan 1 m3 CO2 dan 3,76 m3 N2

    3. Pembakaran Sulphur

    Analisa massa

    Reaksi Pembakaran : S + O2 SO2 Berdasarkan massa {32} + {2 x 16} {(32) + (2 x 16)} 32 + 32 64 1 + 1 2 Jadi 1 kg S + 1 kg O2 2 kg SO2 Untuk 1 kg O2 dibutuhkan udara sebanyak:

    1 / 0,233 = 4,3 kg

    Besarnya nitrogen = 4,3 1 = 3,3 kg

    Dengan demikian 1 kg S + 4,3 kg udara 2 kg SO2 + 3,3 kg N2

  • 45

    Dengan demikian untuk pembakaran 1 kg S dibutuhkan 4,3 kg udara akan

    menghasilkan 2 kg SO2 dengan 3,3 kg zat lemas (nitrogen)

    Analisa volume

    Reaksi pembakaran : S + O2 SO2 Berdasarkan volume 1 m3 S + 1 m3 O2 2 m3 SO2 1 m3 O2 dibutuhkan udara sebesar

    1 / 0,21 = 4,76 m3

    Jumlah nitrogen yang terdapat dalam udara pembakar : 4,76 1 = 3,76 m3

    Dengan demikian 4,76 m3 udara untuk membakar 1 m3 sulphur akan

    menghasilkan 2 m3 SO2 ditambah hasil 3,76 m3 nitrogen (N2)

    Ringkasan/simpulan

    Pembakaran adalah persenyawaan secara kimia dari unsur-unsur bahan

    bakar dengan zat asam yang menghasilkan panas dan disebut heat energy. Oleh

    karena itu pada setiap pembakaran diperlukan bahan bakar, zat asam dan suhu

    yang cukup tinggi untuk awal mulanya pembakaran.

    Unsur-unsur yang ada dalam bahan bakar adalah: (1) Sulphur (S), (2)

    Oksigen (O2), (3) Hydrogen (H2), dan (4) Air (H2o). Dengan demikian setiap 1 kg

    bahan bakar mengandung unsur-unsur Karbon (zat arang), Hydrogen (zat air),

    Sulphur (belerang), Oksigen (zat asam), Nitrogen (zat lemas) dan air.

    Udara sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran karena dalam udara

    terdapat zat pembakar. Udara tidak hanya terdiri dari zat pembakar (zat asam) saja

    tetapi juga gas lain.

  • 46

    BAB IV. ANALISA PEMBAKARAN

    Nomenklatur atau penamaan senyawa hidrokarbon berdasar konggres di Geneva Switzerland pada tahun 1892, disebut dengan penamaan sistim Geneva. Nomenklatur senyawa hidrokarbon dimulai dari molekul yang paling sederhana, yaitu senyawa hidrokarbon beratom C satu sampai molekul yang beratom C empat atau lebih, adalah memiliki nama yang khusus. Suatu reaksi kimia adalah proses dimana ikatan atom di dalam molekul zat-zat yang bereaksi dipecahkan diikuti oleh penyusunan kembali atom-atom tersebut dalam kombinasi molekul baru.

    Pembakaran stoikiometrik adalah pembakaran dimana semua atom-atom hidrogen diubah menjadi H2O dan semua atom zat arang diubah menjadi CO2. Gas hasil pembakaran ditentukan oleh reaksi pembakaran unsur-unsurnya. Kandungan unsur-unsur pada senyawa pembakaran tergantung pada persamaan rumus kimia yang ada pada bahan yang bereakasi.

    Polusi adalah terjadinya pencemaran yang menyebabkan rusaknya ekologi lingkungan dan kelestarian alam, karena adanya suatu bahan dalam konsentrasi ambang batas. Ada tiga komponen pokok dapat disebut sebagai pencemaran, yaitu: (1) lingkungan yang terkena adalah lingkungan hidup manusia, (2) yang terkena dampak negatif secara langsung adalah manusianya, dan (3) di dalam lingkungan tersebut terdapat bahan yang berbahaya akibat dari aktivitas manusia.

    DESKRIPSI:

    Materi dalam bab IV. akan dipelajari tentang: (1) Nomenklatur senyawa hidrokarbon, (2) Persamaan reaksi pembakaran, (3) Emisi gas buang, dan (4) Pengaruh emisi gas buang bagi lingkungan.

    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

    Setelah mempelajari materi pada bab 1V. ini maka mahasiswa dapat: (1) mengetahui komposisi struktur bahan bakar dengan nomenklatur senyawa hidrokarbon, (2) memahami persamaan reaksi pembakaran, (3) menyebutkan emisi gas buang, dan (4) mengetahui pengaruh emisi gas buang bagi lingkungan.

  • 47

    BAB IV. ANALISA PEMBAKARAN

    A. Nomenklatur Senyawa Hidrokarbon

    Nomenklatur atau penamaan senyawa hidrokarbon yang biasa dipakai

    dalam komposisi kimia berdasar pada hasil kongres di Geneva Switzerland pada

    tahun 1892, sehingga hal ini terkenal disebut dengan penamaan sistim Geneva.

    Nomenklatur senyawa hidrokarbon dimulai dari molekul yang paling sederhana,

    yaitu senyawa hidrokarbon beratom C satu sampai molekul yang beratom C empat

    adalah memiliki nama yang khusus:

    Untuk n = 1, dinamakan metana dan rumus molekulnya CH4 n = 2, dinamakan etana dan rumus molekulnya C2H6 n = 3, dinamakan propana dan rumus molekulnya C3H8 n = 4, dinamakan butana dan rumus molekulnya C4H10

    Kemudian selanjutnya, mulai senyawa hidrokarbon yang beratom C lima,

    yaitu disebut alkana sampai dengan berikutnya penamaan menggunakan bilangan

    yunani (bilangan latin) dengan menambahkan akhiran ana misalnya yang

    beratom C enam disebut heksana (C6H14) dan seterusnya. Kadang-kadang

    penamaan untuk hidrokarbon bercabang diberinama sebagai derivatif dari metana,

    dimana hidrogen disubtitusi dengan gugusan alkil. Sebagai contoh dapat dilihat

    pada rumus senyawa hidrokarbon dengan atom C adalah lima (pentana ) dengan

    rumus: C5H12. Adapun rumus strukturnya adalah sebagai berikut:

    Nama pentana, n = 5 untuk atom C.

    H H H H H

    I I I I I

    H---- C ----- C ----- C ------ C ----- C ----- H

    I I I I I

    H H H H H

    Isomer dengan pentana

  • 48

    H H H H H

    I I I I H C H

    H --- C ------ C ------C ----- C ----- H H I H

    I I I I H C --- C --- C H

    H HCH H H H I H

    H H C H

    H

    Iso pentana Neo pentana

    2 metil butana 2, 2 dimetil propana

    dimetil etil metana tetra metil metana

    Apabila diperhatikan dari anggota deret metana, rumus satu dengan

    lainnya, membentuk suatu deret yang masing-masing berbeda dengan CH2, dari

    deret tersebut masing-masing mempunyai sifat fisika dan kimia yang sama disebut

    deret homolok. Di samping itu dikenal pula adanya: (1) Atom C primer, yaitu

    atom karbon tersebut hanya mengikat satu atom karbon lainnya, (2) Atom C

    sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat dua atom kartbon lainnya, (3) Atom

    C tertyier, yaitu atom karbon yang mengikat tiga atom karbon lainnya, dan (4)

    Atom C kwartener, yaitu atom karbon yang mengikat empat atom karbon lainnya.

    Contoh:

    C C 1 = atom C primer

    4 I I 2 = atom C sekunder

    C ----- C ----- C ------ C ----- C ----- C 3 = atom C tertier

    I 3 2 1 4 = atom C kwartener

    C

    Apabila suatu hidro karbon (alkana) kehilangan satu atom hidrogen, maka

    membentuk suatu gugus yang disebut gugus radikal. Gugus radikal yang demikian

    dinamakan gugus alkil. Gugus radikal yang lazim adalah:

  • 49

    CH3 lazim disebut gugus metil.

    CH3 CH 2 disebut gugus etil.

    CH3 CH 2 CH 2 disebut gugus n profil .

    CH3 CH - adalah gugus isopropil

    CH3

    CH3 CH 2 CH 2 CH 2 adalah gugus n butil.

    CH3 CH 2 CH CH 3 adalah gugus sekunder butil.

    CH3 CH CH adalah gugus isobutil.

    I

    CH3

    CH3

    I

    CH 3 --- C --- adalah gugus tertier butil.

    I

    CH3 Penulisan dalam senyawa-senyawa organik gugus alkil tersebut biasanya ditulis

    dengan lambang huruf R, yang artinya radikal.

    CH C H2

    HC C -- CH2 -- CH2 -- CH2 -- HC CH -- CH2 -- CH2 CH3

    HC CH C H2 CH2 CH C H2

    Ikatan aromatik Ikatan naftanik

  • 50

    Rumus bangun suatu molekul hidrokarbon kompleks.

    1-(3 fenil propil ) 3 propil siklo eksana yang meliputi satu ikatan aromatik

    satu ikatan naftenik dan rantai panjang parafin.

    B. Pembakaran

    Analisis proksimat dari zat arang menghasilkan prosentase air,zat-zat yang

    dapat menguap, karbon yang tetap (tak dapat bereaksi). Analisis ultimat dapat

    memberikan jumlah prosentase zat arang, hidrogen, oksigen, belerang, nitrogen

    yang dapat dinyatakan dengan dasar basah (as received) atau kering, yaitu

    dengan uap yang ditentukan dalam analisis proksimat tidak disertakan.

    Persamaan Stoikiometrik

    Suatu reaksi kimia adalah proses dimana ikatan atom didalam molekul-

    molekul zat-zat yang bereaksi dipecahkan,diikuti oleh penyusunan kembali atom-

    atom tersebut dalam kombinasi molekul yang baru. Pembakaran stoikiometrik

    adalah pembakaran dimana semua atom-atom hidrogen diubah menjadi H2O dan

    semua atom zat arang diubah menjadi CO2.

    Jadi untuk metana , CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O

    Persamaan diatas menyatakan bahwa satu mol metana bereaksi dengan

    dua mol oksigen dan membentuk satu mol karbondioksida dan air. Proses

    pembakaran oksigen diasalurkan sebagai udara dan bukan dalam bentuk

    murni.Berdasarkan volume udara mengandung 21% oksigen dan 79% nitrogen

    yaitu untuk tiap mol oksigen terdapat 79 / 21 = (3.76 mol nitrogen), sehigga

    reaksinya ditulis :

    CH4 + {2 O2 + 2 (3.76) N2 } CO2 + 2 H2O + 7.52 N2

    Berdasarkan dari persamaan diatas atom karbon diubah menjadi CO2 dan semua

    atom hidrogen menjadi H2O dengan bersenyawa dengan oksigen dari udara.

    Jumlah udara minimum yang memberikan oksigen yang cukup untuk

    dioksidasi lengkap dari semua karbon,hidrogen,dan elemen-elemen yanh dapat

    terbakar didalam bahan bakar yang sering disebut udara teoretis. Secara teoretis

    pembakaran adalah perbandingan udara terhadap bahan bakar (air fuel ratio) yaitu

  • 51

    perbandingan antara massa udara dengan massa bahan bakar. Sebagai salah satu

    contoh dalam persamaan stoikiometrik adalah sebagai berikut :

    1. Tentukan perbandingan udara / bahan bakar stoikiometrik dan produk-

    produk pembakaran oktana,C8H18.

    2. Bandingkan analisis molar dari produk pembakarannya dengan produk

    yang diperileh bila C8H18 dibakar dengan 200% udara teoretis.

    Penyelesaian :

    1. Perbandingan udara bahan bakar stoikiometrik diperoleh dari persamaan ;

    C8H18 + 12.5 O2 + {12.5 (3.76)N2 } 8CO2 + 9 H2O + 47 H2Jumlah udara persatuan massa bahan bakar :

    11428x47 325,12 +x =15 lbm udara / lbm bahan bakar.

    Analisis molar dari produk pembakaran untuk pembakaran stoikiometrik :

    Jumlah mol Prosetase volume CO2 8 12.5 H2O 9 14 N2 47 73.5

    2. Persamaan pembakaran dengan 200% udara teoretis ;

    C8H18 + 2 (12,5)O2 + 2 (12,5 + 3,76)N2 8 CO2 + 9H2 + 12,5 O2 + 94 N2 Analisis volumetrik dari produk pembakaran :

    N X1 CO2 8 6,5 H2O 9 7,3 O2 12,5 10,1

    Contoh ;

    Analisis volumetrik dari suatu gas adalah 26% CO ,12% H2, 72% dan 55%

    N2, udara sejumlah 1,3 ft3 digunakan untuk pembakaran tiap ft3 gas.

    Berapa besar temperatur minimum yang diperbolehkan pada tiap

    permukaan yang berhubunga dangan gas produk pembakaran supaya tidak

    terjadi konbdensasi?

    Penyelesaian ;

  • 52

    Reaksi ;

    0.26 mol CO + 0,13 mol O2 = 0,26 mol CO2 0,12 mol H2 + 0,06 mol O2 = 0,12 mol NO

    produk pembakaran ;

    CO2 = 0,26 mol (dari pembakaran CO) + 0,07 mol (bersama-sama bahan

    bakar) = 0,33 mol.

    H2O = 0,12 mol ( dari pembakaran H2 )

    O2 = 1,2 x 0,21 mol (dari udara ) 0,19 mol (digunakan oksidasi CO

    dan H2 )

    N2 = 1,2 x 0,79 mol (dari udara) + 0,55 mol (dari bahan bakar)

    = 1,449 mol.

    Jumlah mol produk = 0,33 + 0,12 + 0,062 + 1,494 = 2,011 mol.

    Tekanan persial uap H2O ;

    011,212,0 =14,7 =0,876 psia.

    3. Pembakaran Hidrogen

    Pembakaran dari hidrogen dengan oksigen menghasilkan air. Proses

    pembakaran ini dapat ditulis:

    2 H2 + O2 = 2 H2O.

    a. Analisa Massa.

    Berat atom hidrogen (H) = 1, analisa massa hidrogen dalam proses = 2

    x 2 = 4

    Barat atom oksigen (O) = 16; maka massa oksigen dalam proses = 2 x

    16 = 32.

    Masa air adalah: = 2 x ( 2+16 ) = 36

    Dengan demikian dapat ditulis:

    4 massa H2 dicampur dengan 32 massa O2 = 36 massa H2O

    atau:

    1 massa H2 ditambah 8 massa O2 = 9 massa H2 O.

    Untuk perbandingan 1 kg H2 menjadi:

    1 kg H2 + 8 kg O2 = 9 kg H2 O

  • 53

    oksigen terdapat dalam udara sebesar 23,2% dari massa, sedang dalam

    pembakaran 1kg H2 dibutuhkan 8kg O2..

    Kebutuhan udara untuk pembakaran 1kg H2 adalah = 8/0,232 =

    34,5kg.

    Dari 34,5 kg udara terdapat 8kg O2 , maka besarnya nitrogen adalah:

    = 34,5 8 = 26,5kg.

    Dengan demikian untuk pembakaran 1kg H2 dibutuhkan 34,5kg udara

    akan menghasilkan 9kg air dengan 26,5kg zat lemas (nitrogen ).

    b. Analisa Volume

    Pembakaran hidrogen dengan oksigen adalah:

    2 H 2 + O2 = 2 H2 O

    Dari 2 H2 adalah 2 molekul H2 .

    O2 adalah 1 molekul O2 .

    2 H2O adalah 2 molekul H2 O .

    Menurut Avogadro perbandingan besarnya molekul sama dengan

    perbandingan volume, maka pada pembakaran ini dapat ditulis

    1 m2 H2 + 0,5 m3 O2 = 1 m3 H2 O .

    artinya pembakaran 1 m3 H2 dibutuhkan 0,5 m3 O2 akan menghasilkan

    1,5 m3 gas dan 1 m3 air.

    Udara terdapat 21 % O2 dari volume, maka kebutuhan 0,5 O2

    dibutuhkan udara.

    = 0,5 / 0,21 = 2,38 m3.

    Dengan demikian Nitrogen yang dihasilkan

    = 2,38 0,5 = 1,88 m3 N2 .

    Jadi dari analisa volume, untuk pembakaran 1 m3 H2 akan

    menghasilkan 1 m3 H2 O dan 1,88 m3 N2.

  • 54

    C. Emisi Gas Buang Gas hasil pembakaran bahan bakar dapat ditentukan oleh reaksi

    pembakaran unsur-unsurnya. Kandungan unsur-unsur pada senyawa pembakaran

    tergantung pada persamaan rumus kimia yang ada pada bahan yang bereakasi.

    Pembakaran 1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO2 dan 8,64 kg N2.

    Pembakaran 1 kg H2 menghasilkan 9 kg H2O dan 26, 5 kg N2.

    Pembakaran 1 kg S menghasilkan 2 kg SO2 dan 3,3 kg N2.

    Apabila bahan-bahan mengandung O2, maka juga mengandung N2 sebesar

    232,1768,0 = x massa O2.

    Atau = 3,3 x massa O2.

    Untuk mudahnya diambil contoh seperti dibawah ini.

    Contoh 1 :

    1 kg bahan bakar mengandung 82 % C, 12 % H2.

    2 % O2 , 1 % S dan 3 % N2.

    Tentukan gas-gas hasil pembakaran dan prosentasenya.

    Jawab :

    Untuk unsur C mendapat CO2 = 0,82. (3,66)= 3,01 kg.

    N2 = 0,82. (8,64)= 7,25