Bagian_III_asam_amino_dan_peptida.pdf

download Bagian_III_asam_amino_dan_peptida.pdf

of 149

Transcript of Bagian_III_asam_amino_dan_peptida.pdf

  • III. Struktur protein

  • Asam amino

  • Asam amino

    Asam amino adalah asam organik yang mengandung gugus amina.

    Sebagian besar asam amino ditemukan sebagai L--asam amino

    Asam amino dalam air terionisasi membentuk ion zwitter.

  • Stereoisomer asam amino C asam amino adalah pusat kiral

    karena semua asam amino, kecuali glisin, memiliki Casimetrik yang terikat pada empat gugus yang berbeda: Gugus karboksilat Gugus amino Gugus R Atom hidrogen

    Empat gugus di atas terikat pada C dengan dua susunan ruang yang berbeda (enantiomer). asam amino merupakan senyawa aktif optik.

    Asam amino pembentuk protein semuanya adalah L-stereoisomer

  • Konfigurasi absolut asam amino

  • Klasifikasi asam amino standar berdasarkan kepolaran gugus R

    Nonpolar alifatik: Gly (G), Ala (A), Val (V), Leu (L), Ile (I), Pro (P)

    Nonpolar aromatik:Phe (F), Tyr (Y), Trp (W)

    Polar tidak bermuatan:Ser (S), Thr (T), Cys (C), Met (M), Asn (N), Gln (Q)

    Bermuatan negatifAsp (D), Glu (E)

    Bermuatan positifLys (K), Arg (R), His (H)

  • Asam amino nonpolar alifatik

  • Nonpolar aromatik

  • Polar tidak bermuatan

  • Jembatan disulfida

  • Asam amino bermuatan negatif

  • Asam amino bermuatan positif

  • Asam amino yang tidak standar

  • Asam amino yang tidak standar

  • Asam amino sebagai asam dan basa

  • Titrasi asam amino

    (((( ))))1 21pI p p2 K K= += += += +

  • Titrasi asam amino

    (((( ))))1 R1pI p p 3,222

    K K= + == + == + == + =

  • Titrasi asam amino

    (((( ))))R 21pI p p 7,592 K K= + == + == + == + =

    Cincin imidazole His memiliki pKa 6,0. Bila His bergabung ke dalam protein pKa naik menjadi 6,5 7,5 (mendekati pH fisiologis). Oleh karena itu, His seringkali berperan dalam reaksi enzimatis yang melibatkan transfer proton.

  • Teknik Penelitian Biokimia

    Analisis asam amino

  • Tes Ninhidrin: Reaksi uji asam amino Ninhydrin, (Triketohydrindane

    hydrate) adalah pereaksi yang digunakan untuk mendeteksi amonia atau amina primer dan sekunder.

    Bila bereaksi dengan gugus amina bebas akan memberikan warna biru/ungu.

    Ninhidrin biasanya digunakan untuk mendeteksi sidik jari, karena amina yang tersisa dari peptida atau protein (amina terminal atau lisin) akan bereaksi dengan ninhydrin.

    Semua asam amino memberi uji positif, kecuali prolin.

    ninhidrin

  • Mekanisme reaksi test ninhydrin

  • Uji kwalitatif asam amino

    merahHgNO3 dalam HNO3

    Reaksi MillonTyr

    merahNatrium nitroprusida dalam NH3 encer

    Reaksi Nitroprusida

    Cys

    merah-naptanol dan natrium hipoklorit

    Reaksi Sakaguchi

    Arg

    WarnaReagenNama reaksiAsam amino

  • Aminoacid analyzer

  • Kromatogram

  • Metode fluoresensi untuk analisis asam amino

  • Peptida

  • Ikatan peptida

  • OligopeptidaNama peptida dimulai dari residu ujung aminoTirosinilglisilglisilfenilalanilleusin atau Tyr-Gly-Gly-Phe-Leu.

  • Polipeptida sebagai poliampolit

  • Stabilitas ikatan peptida

    Hidrolisis ikatan peptida disukai secara energetika, tetapi reaksi ini berlangsung sangat lambat tanpa bantuan katalis.

    Katalis hidrolisis ikatan peptida: Asam kuat, seperti HCl 6M. Protease: memotong ikatan peptida secara spesifik.

  • Protease

  • Protein

    20 asam amino yang berbeda terpolimerasisi membentuk protein.

    Protein memiliki urutan yang unik.

    Urutan asam amino yang menyusun protein disebut struktur primer protein.

    Beragamnya sifat kimia dan bentuk dari asam amino, mengakibatkan urutan asam amino (struktur primer) protein akan menentukan karakteristik kimia dan bentuk protein. Keduanya penting dalam menentukan fungsi dari protein.

    Struktur primer miogobin

  • Dari gen ke protein (sintesis protein in vivo)

  • Dari gen ke protein

    Sel mengkode informasi tentang urutan asam amino untuk membuat protein dari urutan asam nukleat.

    Urutan asam nukleat ini disebut kode genetika. Asam nukleat adalah polimer dari 4 nukleatida,

    sedangkan protein adalah polimer dari 20 asam amino yang berbeda. Konsekuensinya: Satu nukleotida tidak dapat mewakili satu asam amino. Juga

    dua nukleotida tidak mencukupi untuk mengkode seluruh asam amino, karena hanya dihasilkan 16 kombinasi (24 = 16).

    Pada kenyataanya ada 3 nukleotida yang mengkode satu asam amino (34 = 64 kombinasi). Karena hanya ada 20 asam amino, maka satu asam amino dapat dikode oleh lebih dari satu kombinasi tiga nukleotida (triple codon).

  • Kode genetika

  • Translasi

  • Post translational modification

  • Sintesis peptida in vitro

  • Teknik Penelitian Biokimia

    Penentuan urutan asam amino protein

  • Reduksi ikatan disulfida

  • Reaksi Edman

  • Fragmentasi protein oleh protease

  • Struktur 3-dimensi protein

  • Empat tingkat struktur protein

  • Struktur ikatan peptida

    Karakter ikatan rangkap dari ikatan peptida membuat atom C, N, H, O hampir koplanar (sebidang).

  • Konformasi ikatan peptida

    Konformasi trans lebih disukai dibanding cis, karena meruahnya gugus R.

    Pengecualian untuk urutan X-Pro, dimana X adalah asam amino lain selain Pro Konformasi cis lebih disukai.

  • Rotasi rantai polipeptida

    Rotasi yang diperbolehkan hanya disekitar ikatan NCdan CC=O.Sudut putaran ikatan NCdisebut .Sudut putaran ikatan CC=O disebut .

  • Penentuan sudut dan Sudut dihedral dibentuk oleh atom Ci, Ni+1, Ci+1, Ci+1. Sudut diheral dibentuk oleh atom Ni+1, Ci+1, Ci+1, Ni+2. Konvensi: Rotasi searah jarum jam memberikan sudut dihedral

    positif, bila berlawanan negatif.

    Ci

    Ci+1

    i i+1 i+2

    Ni+1

    Ni+2

  • Ramachandran plot

  • Rotasi ikatan peptida memberikan berbagai tipe struktur sekunder

  • Struktur sekunder protein

    -heliks -sheet turn

  • Alpha heliks

  • Struktur -heliks

  • Deskripsi struktur heliks Struktur heliks dikarakterisasi oleh

    parameter berikut: Repeat (c) adalah jarak paralel

    dengan sumbu heliks dimana struktur tepat berulang. Jumlah residu per repeat dinyatakan dengan m. Nilai mselalu bilangan bulat!

    Pitch (p) adalah jarak paralel dengan sumbu heliks dimana heliks membuat satu putaran. Jumlah residu per putaran adalah n. Bila nbilangan bulat, maka m = n p = c.

    Rise (h) adalah jarak paralel dengan sumbu heliks untuk jarak antar residu. Sehingga h = c/m atau p = n h

    Sumbu heliks

    Repeat,c

    Pitch,p

    Rise,h

  • Deskripsi struktur heliksBentuk ideal dari heliks dengan memvariasikan jumlah residu per putaran (n).

    Parameter -heliks: Repeat (c) = 18 dengan lima kali putaran (turn). Jumlah residu per putaran (n) = 3,6 res/turn. Rise (h) = 0,15 nm/res. Pitch (p) = n h = 3,6 res/turn 0,15 nm/res = 0,54 nm/turn

  • Polat ikatan hidrogen dalam berbagai tipe heliks

  • Right and left handed heliks = bayangan cermin

  • Urutan asam amino menentukan kestabilan -heliks Tidak semua polipeptida dapat membentuk -heliks.

    Adanya interaksi tambahan antar gugus samping asam amino turut mempengaruhi kestabilan -heliks. Polipeptida yang banyak memiliki residu

    bermuatan sejenis sulit membentuk -heliks yang stabil.

    Polipeptida yang memiliki gugus R besar seperti Ser, Thr, dan Leu akan sukar membentuk -heliks.

    Adanya dua residu bermuatan berlawanan pada jarak 3 residu dapat menstabilkan -heliks.

    Gugus-gugus aromatik pada jarak 3 residu juga dapat menstabilkan -heliks.

    Dipol dielektrik dari ikatan peptida ditransmisikan sepanjang -heliks, sehingga secara keseluruhan -heliks adalah dipol. Ujung amino bermuatan parsial positif dan ujung karboksilat bermuatan parasial negatif. Adanya asam amino bermuatan positif didekat ujung amino akan mendestabilkan -heliks

  • -heliks sebagai dipol

  • Representasi -heliks

  • -sheet

  • Antiparallel -sheet

  • Parallel -sheet

  • Representasi -sheet

  • -turn

    -turn

  • Tipe -turn

  • Secondary structure propensities

  • -keratin

    -keratin kaya akan residu-residu hidrofobik Phe, Ile, Val, Met dan Ala.

  • -heliks keratin

  • -keratin

    -keratin memiliki struktur yang kuat karena:

    Terdiri dari multi -heliks yang tergabung membentuk struktur superheliks.

    Antar rantai -heliks juga distabilkan oleh ikatan disulfida.

  • Kolagen Kolagen banyak ditemukan

    di jaringan penghubung, seperti tulang dan kornea mata.

    Kolagen terdiri dari 35% Gly, 11% Ala, dan 21% Pro dan Hyp.

    Urutan asam amino kolagen umumnya adalah perulangan tiga peptida Gly-X-Pro atau Gly-X-Hyp, dimana X adalah asam amino mana saja.

  • Struktur primer kolagen

  • Struktur heliks kolagen

  • Silk fibroin

  • Struktur tersier protein

  • Struktur tersier terbentuk dari pengemasan struktur sekunder

  • Tertiary Structure and Functional Diversity :Different Folding for Different Functions

  • Protein kehilangan struktur dan fungsinya bila terdenaturasi

    Native(N)

    Terdenaturasi(D)

    Suhu DenaturanpH

    G

    N

    D

  • Urutan asam amino menentukan struktur tersier dari protein

    Afinson tahun 1957 memperlihatkanbahwa RNAse A dapat didenaturasi dandirenaturasi kembali ke struktur native.

  • Struktur tersier tidak rigid

  • Struktur tersier tidak rigid

  • Bentuk struktur tersier: fibrous dan globular

    Fibrous Globular

  • Pola pengemasan struktur sekunder motif

  • Pola pengemasan struktur sekunder dalam protein

  • Pola pengemasan struktur sekunder dalam protein

  • -helical protein

  • -sheet protein

  • / protein

  • + protein

  • Struktur kwaterner protein

  • Supramolekul

  • Folding protein

  • Struktur primer protein menentukan struktur tersier dan kuaterner protein

  • Pelipatan (folding) polipeptida berlangsung dengan cepat dan bertahap

    Di dalam e. coli struktur tersier fungsional dengan panjang 100 residu dapat terbentuk dalam waktu 5 detik.

    Bila dimulai dari struktur random, diperlukan waktu 1050 tahun untuk mencoba berbagai kombinasi hingga tercapai struktur native.

    Karena folding berlangsung sangat cepat, maka proses folding tidak mungkin sepenuhnya berlangsung dengan tahapan yang acak.

  • Proses folding tidak spontan

  • Proses folding tidak spontan

  • Struktur Chaperon

  • SS

    Protein disulfide isomerase

    Fungsi PDI: mereduksi dan mereoksidasiikatan disulfida.

    PDIS|S

    PDI bentukteroksidasi

    SHii

    SHii

    PDISH

    S

    S SHii

    PDISH

    SH

    PDI bentuktereduksi

  • Penyakit yang disebabkan olehkesalahan folding protein

  • Protein prion

  • Amiloid Fibril

    Amyloid fibrils are insoluble aggregates that result from the self assembly of partially unfolded proteins. Regardless of the native structure of the precursor proteins, the predominant secondary structure in the fibrillar form is beta. Proteins that form amyloids in vivo are associated with diseases, such as Alzheimer's and CJD

  • Peptida beta-amiloid

    Turunan dari protein membran Struktur native dari peptida beta-amiloid

  • Struktur agregat beta-amiloid

  • Amyloid plaque

  • Teknik penelitian biokimia

    Teknik isolasi dan pemurnian protein

  • Tujuan pemurnian protein Untuk memisahkan satu protein dari campuran

    kompleks protein-protein lain (seperti ekstrak jaringan), tetapi tetap menjaga fungsi biologisnya. Fungsi biologis dari protein dapat dijaga dengan

    mengontrol pH, suhu dan kekuatan ion (konsentrasi garam).

    Pemurnian dapat dianggap sebagai deretan tahap fraksinasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga: Protein yang diinginkan terisolasi secara ekslusif

    pada satu fraksi dan dengan good yield. Sebagain besar kontaminan berada pada fraksi yang

    lain

  • Tahap pertama pemurnian protein

    Tahap pertama di dalam setiap pemurnian protein adalah pengembangan pengujian spesifik dari protein target.

    Pengujian spesifik dapat didasarkan pada karakteristik dari protein target, seperti Aktivitas enzimatik Aktivitas imunologi Karakteristik fisik (misalnya massa molekul, sifat-sifat

    spektroskopik dan lain-lain) Secara ideal, pengujian haruslah

    Specific (you don't want a false positive) Rapid (you don't want to wait a week for the results) Sensitive (you don't want to consume all your sample in order to

    assay it) Quantitative (you need an accurate way to measure the quantity of

    your protein at each step in the purification)

  • Parameter pengontrol

    Parameter yang harus dikontrol selama pemurnian:

    1. Volume sampel total.2. Protein sampel total (dapat diketahui dari serapan

    pada = 280 nm.3. Unit aktivitas dari protein yang diinginkan.

    Dari parameter di atas dapat diperoleh informasi tentang:

    1. % yield untuk setiap tahap pemurnian2. Aktivitas spesifik dari protein yang diinginkan

    (unit/mg protein total)3. Peningkatan kemurnian pada setiap tahap

  • Kemurnian vs Yield

    Dalam merancang skema pemurnian harus dipertimbangkan antara kemurnian dengan yield Contoh, mungkin merupakan hal yang mudah

    untuk mendapatkan kemurnian 90% dengan yield yang bagus.

    Tetapi, kemungkinan merupakan hal yang sukar untuk meningkatkan kemurnian beberapa persen lagi tapi masih dengan yield bagus.

    Bila protein akan digunakan untuk menentukan urutan asam amino, kemurnian 90% mungkin masih dapat diterima. Tetapi bila akan digunakan untuk material klinis, maka target kemurnian haruslah 99.99+%.

  • Diagram Alir Pemurnian Protein

    Sampel TeknikPemisahan

    Fraksinasi

    Singkirkan Gabungkan Fraksi2Murni?

    Ulangi dengan teknik pemisahan lain

    hingga murni

    AdaAktivitas?Tidakada

    Ada Periksakemurnian

    Tidak

    Ya

    Analisa lanjutan

    Uji Aktivitas

  • Tahap I: Penyiapan ekstrak kasar

    Sel mikroba ataujaringan

    Pecah sel, jaringanAtau organ

    Blender,Homogenizer,Sonication,Pressure

    Pelet dari sel yang masih utuh,organel, mebran, protein membran

    Protein yang terlarutdalam air

    Sentrifuga

  • Sentrifugasi

  • Tahap II: Pemisahan

    Denaturasi selektif terhadap temperatur, pH dan pelarut organik

    Ketahanan terhadap stres lingkungan

    Kromatografi afinitasIkatan dengan molekul kecilKromatografi penukar ionMuatan (titik isoelektrik)

    Size-exclusion chromatographyUkuran

    Pengendapan dengan garam, pelarut organikKelarutan

    MetodeKarakteristik acuan

  • Prinsip pemisahan berdasarkan kelarutan protein

  • Kelarutan protein

    Distribusi residu hidrofilik (polar bermuatan atau tidak) dan hidrofobik (non-polar) pada permukaan molekul protein adalah sifat yang menentukan kelarutan protein dalam berbagai pelarut.

    Meskipun residu hidrofobik cenderung terkubur di dalam interior dari protein, tetapi sejumlah tertentu residu hidrofobik juga ada pada permukaan dan melakukan kontak langsung dengan pelarut.

    +Polar

    nonpolar

  • Gaya elektrostatik antar molekul protein

    Kelarutan adalah hasil dari interaksi polar dengan pelarut, interaksi ionik dengan garam, dan beberapa sebagai hasil gaya tolak-menolak antar molekul dengan muatan yang sama.

    Prinsipnya protein akan mengendap bila gaya tolak-menolak antar protein tidak cukup besar untuk mencegah terjadinya penggabungan. Misalnya pada kondisi: Kekuatan ion rendah Banyaknya residu hidrofobik di

    permukaan Pada titik mendekati isoelektrik

    +++

    +++

    ++

    -

    ++

    pH > pI pH < pIpH pI

    I.E.P pH

    K

    e

    l

    a

    r

    u

    t

    a

    n

  • Efek kekuatan ion pada kelarutan protein

    Dalam rentang kekuatan ion antara 0-0,5 M, bertambah-nya kelarutan (pada pH dan suhu tertentu) dengan bertambahnya konsentrasi garam dikenal dengan sebutan salting in.

    Pada konsentrasi garam tinggi kelarutan protein akan menurun kembali akibat terjadinya peristiwa salting out.

    Salting out sangat bergantung pada hidrofobisitas dari protein , sedangkan salting in sangat bergantung pada distribusi muatan dan interaksi polar dengan pelarut.

    K

    e

    l

    a

    r

    u

    t

    a

    n

    Konsentrasi garam

    pH =pI

    pH mendekati pI

  • Garam salting out Garam yang efektif

    menyebabkan salting out pada konsentrasi tinggi adalah garam dengan anion multicharge, seperti ion sulfat, fosfat, sitrat.

    Urutan kefektifan anion: SCN-< ClO4- < NO3- < Br- < Cl- < asetat- < SO42- < PO43-

    Kation yang efektif:NH4+ > K+ > Na+

    Garam yang potensial:amonium, kalium dan natrium sulfat, fosfat, dan sitrat.

    Pertimbangan dalam pemilihan garam : Harga per kilogram Kelarutan Kalor larutan Kerapatan larutan

    Kelebihan amonium sulfat: Kelarutannya bervariasi

    sedikit pada temperatur 0-30 oC

    Konsentrasi jenuhnya ~4 M

    Kerapatan jenuh = 1,235 g cm-3

  • Pengendapan dengan ammonium sulfat

    Kelarutan ammonium sulfat pada 20oC adalah 533 g/L. Untuk membuat larutan stok amonium sulfat jenuh (1,425 L; 4,05 M), 761 g harus ditambahkan ke dalam 1 L air. Kerapatan jenuhnya adalah 1761/1425 = 1,235 g cm-3.

    Larutan lain dapat dibuat dengan rumus berikut:(a) Bila ingin membuat Larutan M2 dari larutan M1

    g = 533(M2 M1) / (4.05 0.3M2)(b) Bila ingin membuat larutan dengan %S2 dari %S1:

    g = 533(S2 S1) / (100 0,3S2)Asumsi bahwa 100% jenuh adalah 4,05 M.

    Ammonium sulfat memiliki sedikit sifat asam, sehingga 50 mM buffer (misalkan fosfat) harus ditambahkan.

    Keuntungan yang paling penting dari fraksinasi amonium sulfat dibanding teknik lain adalah menawarkan kestabilan yang tinggi pada protein yang diendapkan. Juga dapat menghambat aktivitas protease.

    % of saturation of (NH4)2SO4

    %

    o

    f

    p

    r

    o

    t

    e

    i

    n

    p

    r

    e

    c

    i

    p

    i

    t

    a

    t

    i

    n

    g

    Soluble at100%saturation

  • Fraksinasi dengan amonium sulfat

    Kesimpulan: Good recovery, tetapi faktor kemurnian tidak bagus seperti pada percobaan pertama, Bila kemurnian dianggap penting coba 48-65%

    3.0352540

    107515

    0-4848-65

    65

    Third trial

    2.4323830

    6904

    0-4545-70

    70

    Second TrialKesimpulan: enzim banyak mengendap pada konsentrasi 40-60%, coba 45-70%

    2.81.0

    25223221

    462322

    0-4040-6060-80

    80

    First trial

    Purification factor

    Percent protein precipitated

    Percent enzyme

    precipitated

    Percent saturation range

    Faktor kemurnian = aktivitas spesifik dari fraksi dibagi dengan aktivitas spesifik sampel awal.

  • Pemilihan konsentrasi (NH4)2SO4terbaik untuk fraksinasi

    Pada [(NH4)2SO4] 30%, Aktivitas protein target cukup tinggi dan sekitar 80% protein target mengendap.

  • Dialisis

  • Kromatografi Gel Filtrasi

  • Kromatografi penukar ion

  • Kromatografi afinitas

  • Kromatogram

  • Elektroforesis

    q Ze

    f f = == == == =

    = mobilitas molekulZ = jumlah muatan molekule = muatan elektron/protonf = koefisien gesekan

  • Material gel dan denaturan

  • Elektroforegram

  • Isoelectric focusing: penentuan pI

  • Elektroforesis dua dimensi

  • Elektroforegram

  • Memonitor hasil pemurnian

    2

    1

    2

    1

    Aktivitas totalAktivitas spesifik (U/mg) =

    mg protein

    A% Yield 100%

    A

    ASTingkat kemurnian

    AS

    = = = =

    ====

  • Memeriksa tingkat kemurnian protein

  • Kuantifikasi Protein

    Destruktif-1 gMetode Kjeldahl

    Non-destruktif28010 gWarburg-Christian

    595

    562

    750

    330 & 554

    Max (nm)

    Destruktif1 gBioinchoninic Acid (BCA)Destruktif1 gBradford

    Destruktif1 gLowry

    Destruktif100 gBiuret

    SifatLimitMetode

  • Metode Kjeldahl Metode Kjeldahl digunakan

    untuk menentukan jumlah nitrogen total.

    Metode ini dapat dibagi menjadi tiga tahap: PenguraianOrganik N + H2SO4 (NH4)2SO4+ H2O + CO2 Distilasi(NH4)2SO4 + 2NaOH

    2NH3(g) + Na2SO4 + H2O TitrasiNH3 + H3BO3 NH4+:H2BO3-

    + H3BO32NH4H2BO3- + H2SO4 (NH4)2SO4 + 2H3BO3

    Perhitungan N total 1 mol N 1 mol NH3 1

    mol asam 1.0 mol HCl 14 g N Bila A ml asam dengan

    konsentrasi B diperlukan untuk menetralkan amoniak, maka

    N total = (14 x A x B)/1000 gram

    Jumlah protein dimana nitrogen berasal =

    (14/1000) x A x B x (100/16) gram

  • Metode Biuret

    Prinsip: Cu2+membentuk kompleks dengan ikatan C-N dari protein, menghasilkan warna ungu. Kompleks memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 330 dan 545 nm.

    Zat-zat pengkelat logam, seperti EDTA dapat mengganggu pengujian.

    NH2

    CNC

    NH2

    O

    O

    NH2C

    NC

    NH2

    O

    O

    NH2

    CNC

    NH2

    O

    O

    NH2C

    NC

    NH2

    O

    O

    Cu2+

  • Metode Lowry

    Metode Lowry didasarkan pada reaksi Biuret dan reduksi arsenomolybdate reagent (Folin reagent) menghasilkan warna biru. Intensitas warna dapat diukur pada 750 nm.

    Dua reaksi pembentukan warna:Reaksi 1Cu2+ + ikatan peptida kompleks Cu1+-ikatan peptida

    warna ungu-biru.Reaksi 2Folin + kompleks Cu1+-ikatan peptida Folin tereduksi

    warna biru hijau Zat-zat pengkelat logam, seperti EDTA dapat

    mengganggu pengujian.

  • Metode BCA (Bioinchoninic Acid)

    Prinsip reaksi:Protein + Cu2+ + OH- Cu1+

    Cu1+ + 2 BCA Cu1+/BCA chromophore (562 nm).

    N

    N-O2C

    -O2C

    N

    N CO2-

    CO2-

    N N

    HO2C CO2H

    BCA reagent

    BCAProtein + Cu2+

    OH-, H2O

    Cu+

  • Metode Bradford

    Prinsip:Interaksi protein dengan zat warna akan menyebabkan pergeseran Max dari zat warna.Contoh:Commasie blue G-250 memiliki Max = 465 nm.Pada saat berinterasi dengan protein Max = 595 nm

    SO3-NCH3

    CH3CH3

    N

    CH3

    NH

    H3CH2CO SO3-Commasie blue G-250

  • Metode Warburg-Christian

    Prinsip: Metode ini didasarkan pada absorbansi Tyr and Trp pada 280 nm.

    A280 = l [protein]

    Molar absorptivitas () harus ditentukan baik secara eksperimen maupun melalui perhitungan.