BAGIAN7

34
PENILAIAN DAN ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN SAINS VII A. TUJUAN Setelah mengkaji materi pada bagian VII ini mahasiswa mampu: Mendeskripsikan bukti-bukti faktual di lapangan dan alasan-alasan rasional tentang hubungan antara sistim penilaian dengan kualitas pembelajaran sains di Sekolah Dasar. Menjelaskan pengertian serta menunjukkan contoh penggunaan dari kon- sep pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Menjelaskan asesmen konvensional dan asesmen alternatif. Menjelaskan konsep asesmen otentik pada pembelajaran sains. Mendeskripsikan berbagai bentuk asesmen yang relevan dengan domain ha- sil belajar pada pembelajaran sains. Menjelaskan prinsi-prinsip reliabilitas dan validitas untuk asesmen otentik pada pembelajaran sains. Membuat contoh instrumen asesmen otentik untuk pembelajaran sains di Sekolah Dasar. B. KAJIAN MATERI Pendahuluan I ndikator utama yang digunakan oleh mayoritas pengelola pendidikan di SD untuk menilai kualitas pembelajaran, sering didasarkan pada ha- sil belajar siswa yang direpresentasikan pada nilai tes. Dampak dari pandangan tersebut yang diperkuat dengan bentuk tes yang digunakan, men- dorong guru berlomba-lomba mentrasfer materi pelajaran sebanyak-banyaknya untuk mempersiapkan anak didik berhasil dalam mengikuti Tes Hasil Belajar (THB) atau Ebtanas. Akibatnya, seperti yang dikemukakan oleh A. Malik Fajar dalam harian Kompas (Mei 1994:4), anak didik dipaksa untuk melahap informasi 175

Transcript of BAGIAN7

  • PENILAIAN DAN ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN SAINS VII

    A. TUJUAN

    Setelah mengkaji materi pada bagian VII ini mahasiswa mampu:

    Mendeskripsikan bukti-bukti faktual di lapangan dan alasan-alasan rasional tentang hubungan antara sistim penilaian dengan kualitas pembelajaran sains di Sekolah Dasar.

    Menjelaskan pengertian serta menunjukkan contoh penggunaan dari kon-sep pengukuran, asesmen, dan evaluasi.

    Menjelaskan asesmen konvensional dan asesmen alternatif. Menjelaskan konsep asesmen otentik pada pembelajaran sains. Mendeskripsikan berbagai bentuk asesmen yang relevan dengan domain ha-

    sil belajar pada pembelajaran sains.

    Menjelaskan prinsi-prinsip reliabilitas dan validitas untuk asesmen otentik pada pembelajaran sains.

    Membuat contoh instrumen asesmen otentik untuk pembelajaran sains di Sekolah Dasar.

    B. KAJIAN MATERI

    Pendahuluan

    I ndikator utama yang digunakan oleh mayoritas pengelola pendidikan di SD untuk menilai kualitas pembelajaran, sering didasarkan pada ha-sil belajar siswa yang direpresentasikan pada nilai tes. Dampak dari

    pandangan tersebut yang diperkuat dengan bentuk tes yang digunakan, men-

    dorong guru berlomba-lomba mentrasfer materi pelajaran sebanyak-banyaknya

    untuk mempersiapkan anak didik berhasil dalam mengikuti Tes Hasil Belajar

    (THB) atau Ebtanas. Akibatnya, seperti yang dikemukakan oleh A. Malik Fajar

    dalam harian Kompas (Mei 1994:4), anak didik dipaksa untuk melahap informasi

    175 )

  • yang disampaikan tanpa diberi peluang sedikit pun untuk melaksanakan refleksi

    secara kritis. Dalam hal ini anak didik hanya dituntut untuk belajar dengan cara

    menghapal semua informasi yang telah disampaikan oleh guru.

    Fakta di lapangan (terutama pada pelajaran Sains di Sekolah Dasar),

    menunjukkan bahwa proses penilaian yang dilakukan selama ini semata-mata di-

    maksudkan hanya untuk mengukur penguasaan konsep yang dijaring dengan tes

    tu;is obyektif dan subyektif sebagai alat ukurnya. Hal ini didukung oleh penelitian

    Nuryani, dkk (1992:8) yang mengemukakan bahwa pengujian yang dilakukan se-

    lama ini baru mengukur pengusaan materi saja dan itu pun hanya meliputi ranah

    kognitif tingkat rendah. Keadaan semacam ini merupakan salah satu penyebab

    guru enggan melakukan kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada pengem-

    bangan keterampilan proses anak. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan umum-

    nya hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks. Keadaan faktual

    ini mendorong siswa untuk menghapal pada setiap kali akan diadakan tes harian

    atau tes hasil belajar. Padahal untuk anak jenjang sekolah dasar yang harus diu-

    tamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya kritis anak

    terhadap suatu masalah (Mahar Marjono, 1996:10).

    Proses pembelajaran Sains di SD menuntut keterlibatan peserta didik se-

    cara aktif dan bertujuan agar penguasaan dari kognitif , afektif, serta psikomotorik

    terbentuk pada diri siswa (Moh. Amin, 1987:42), maka alat ukur hasil belajarnya

    tidak cukup jika hanya dengan tes obyektif atau subyektif saja. Dengan cara

    penilaian tersebut keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas baik saat mela-

    kukan percobaan maupun menciptakan hasil karya belum dapat diungkap.

    Demikian pula tentang aktivitas siswa selama mengerjakan tugas dari guru. Baik

    berupa tugas untuk melakukan percobaan, peragaan maupun pengamatan.

    Fenomena di atas menunjukkan bahwa bentuk atau sistim penilaian yang

    digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa sangat berpengaruh terhadap

    strategi pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan guru. Sistim penilaian

    yang benar adalah yang selaras dengan tujuan dan proses pembelajaran. Tujuan

    pembelajaran Sains SD pada kurikulum 2004, dapat dirangkum ke dalam tiga

    176 )

  • aspek sasaran pembelajaran yaitu penguasaan konsep Sains, pengembangan ket-

    erampilan proses/kinerja siswa, dan pena-naman sikap ilmiah. Oleh karennya agar

    informasi tentang hasil belajar siswa dapat mengungkap secara menyeluruh,

    maka perlu melakukan pengukuran terhadap ketiga aspek tersebut di atas. Den-

    gan demikian sasaran dari penilaian hasil belajar di SD meliputi semua komponen

    yang menyangkut proses dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

    Tiga target pembelajaran dalam pendidikan Sains SD menuntut konse-

    kuensi terhadap alat ukur yang digunakan. Penggunaan tes obyektif dan subyektif

    semata-mata sangatlah tidak tepat. Kedua bentuk tes ini hanya mampu menggam-

    barkan seberapa banyak informasi yang berhasil dikumpulkan siswa dan mem-

    punyai kecenderungan membuat siswa lebih pasif dari pada kreatif, karena peserta

    didik hanya dibiasakan untuk mengingat materi yang sudah dihapalnya (Muh.

    Nur, 1997:2; Riberu, 1996:4). Agar hasil belajar dapat diungkap secara menyelu-

    ruh, maka selain digunakan alat ukur tes obyektif dan subyektif perlu dilengkapi

    dengan alat ukur yang dapat mengetahui kemampuan siswa dari aspek kerja

    ilmiah (keterampilan dan sikap ilmiah) dan seberapa baik siswa dapat menerapkan

    informasi yang diperolehnya. Alat penilaian yang diasumsikan dapat memenuhi

    hal tersebut adalah Penilaian Otentik atau Penilaian Alternatif; salah satu instru-

    mennya adalah Asesmen Kinerja atau Penilaian Kinerja (Performance Assess-

    ment). Dengan menerapkan penilaian kinerja siswa, dapat dikumpulkan bukti-

    bukti kemajuan siswa secara aktual yang dapat digunakan sebagai bahan pertim-

    bangan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Selain itu penilaian

    dengan cara ini dirasakan lebih adil dan fair bagi siswa serta dapat meningkatkan

    motivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam

    penilaian kinerja terdapat perbedaan tugas dan situasi yang diberikan kepada

    siswa serta memberikan kesempatan untuk mempelihatkan pemahamannya dan

    kebenarannya dalam aplikasi pengetahuan dan keterampilan menurut kebiasaan

    berfikirnya (Wiggins dalam marzano,1993:13)

    Dengan mengkaji kenyataan yang ditemukan di lapangan, nampak ada

    ketidaksesuaian antara pembelajaran Sains di SD dengan sistim penilaian yang

    177 )

  • digunakannya. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya

    mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan

    kurikuler Mata Pelajaran Sains belum dapat dicapai dan atau tergambarkan secara

    menyeluruh. Sebagai contoh kasus ialah; bahwa kegiatan pembelajaran yang

    melibatkan kinerja siswa dalam melakukan percobaan sudah sering diterapkan,

    namun terhadap kinerja siswa tersebut belum pernah dilakukan penilaian.

    Menurut pengakuan sejumlah guru SD hal ini disebabkan penataran atau pelatihan

    yang secara khusus membahas penerapan penilaian kinerja belum pernah diikuti

    atau belum pernah diadakan di tingkat pendidikan dasar. Kondisi tersebut men-

    gakibatkan pengetahuan, pengalaman maupun penguasaan guru terhadap proses

    penilaian kinerja siswa sangat kurang. Realitas tersebut menunjukkan bahwa

    penilaian dengan cara konvensional belum mampu mengungkap hasil belajar

    siswa dari aspek sikap dan proses atau kinerja siswa secara aktual.

    Penilaian: Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi

    Makna Penilaian

    Sebagaimana ditegaskan dalam pedoman penilaian untuk sekolah dasar

    (Depdikbud, 1994:1) penilaian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

    dari tujuan pendidikan dasar maupun penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

    Tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada langkah awal pembelajaran diguna-

    kan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran dan proses penilaian yang akan

    dilakukan. Menurut Davis (dalam Sudarsono Sudirdjo dkk., 1991:94) tujuan tidak

    hanya merupakan arah yang dapat membentuk atau mewarnai kurikulum dan

    memimpin kegiatan pengajaran, tetapi juga dapat menyediakan spesifikasi secara

    terperinci bagi penyusunan dan penggunaan teknik-teknik penilaian. Dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara

    jelas dan spesifik akan menunjang proses penilaian yang tepat dan dapat mem-

    bantu di dalam menetapkan kualitas dan efektivitas pengalaman belajar siswa.

    Dalam pedoman penilaian Kurikulum 1994 untuk Sekolah Dasar (Depdikbud,

    1994: 3), dikemukakan bahwa:

    178 )

  • "Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mem-

    berikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan me-nyeluruh

    tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa."

    Penjelasan tersebut di atas mengandung makna bahwa penilaian tidak

    hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, melainkan men-

    yeluruh dan mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hal ini

    senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Colin (1991: 3),

    "Assessment as a general term enhancing all methods customarily to ap-

    praise performance of individual pupil or a group. It may refer to abroad

    appraisal including many sources of evidence and many aspects of a pu-

    pil's knowledge, understanding, skill and attitudes."

    Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989:220), penilaian adalah proses un-

    tuk menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam suatu konteks situasi

    tertentu, dimana proses penentuan nilai berlangsung dalam bentuk interpretasi

    yang kemudian diakhiri dengan suatu "Judgment".

    Penilaian tidak sama dengan pengukuran, namun keduanya tidak dapat

    dipisahkan, karena kedua kegiatan tersebut saling berhubungan erat. Untuk dapat

    mengadakan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu (Suharsimi

    Arikunto, 1991:1). Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada

    suatu atribut atau karakteristik tertentu yang didasarkan pada aturan atau formu-

    lasi yang jelas (Asmawi Zainul, 1992: 13). Dari hasil pengukuran akan diperoleh

    skor yang menggambarkan tingkat keberhasilan belajar siswa berdasarkan kriteria

    yang telah ditentukan.

    Lebih lanjut, berikut adalah penjelasan dari buku Penilaian Kelas pada

    Kurikulum 2004 tentang beberapa istilah yang sering terkait dengan penilaian

    (Depdiknas, 2004:11-12). Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara

    evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal

    keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifi-

    kasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai

    179 )

  • atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi

    pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement).

    Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru,

    suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.

    Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam

    alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar

    siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian

    menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa.

    Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha mem-

    peroleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah men-

    capai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pern-

    yataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran

    berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

    Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada

    waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat ter-

    tentu yang jelas.

    Fungsi Penilaian

    Dalam pedoman penilaian (Depdikbud, 1994:3) ditegaskan bahwa tujuan

    dan fungsi penilaian untuk memberikan umpan bail baik kepada guru, siswa,

    orangtua maupun lembaga pendidikan yang berkepentingan serta untuk menentu-

    kan nilai hasi belajar siswa. Bagai guru, hasil penilaian tidak hanya dugunakan

    untuk memberikan pertanggung-jawaban secara obyektif kepada atasan ataupun

    sekedar bahan nilai raport. Namun penilaian dapat digunakan sebagai bahan dasar

    untuk melakukan instrospeksi diri terhadap proses pembelajaran yang baru saja

    berlangsung. Bagi siswa, hasil penilaian dapat dijadikan alat untuk memotivasi

    siswa tersebut agar lenih giat dalam proses pembelajaran berikutnya. Selain itu,

    dari hasil penilaian siswa mendapatkan informasi tentang seberapa jauh tingkat

    penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru. Bagi orangtua, dengan menge-

    tahui hasil belajar siswa (anaknya) orangtua dapat turut berpartisipasi dan men-

    180 )

  • gambil langkah yang tepat dalam memberikan bimbingan dan bantuan serta

    dorongan bagi putra-putrinya. Selain itu dengan informasi hasil penilaian yang

    benar, orangtua dapat secara akurat mengetahui kemampuan, kekurangan dan

    kedudukan siswa secara ril di kelasnya. Bagi pengelola program pendidikan, hasil

    penilaian merupakan masukkan yang sangat berarti yang dapat digunakan untuk

    bahan kajian dalam membantu guru meningkatkan kompetensi profesionalnya,

    khususnya dalam bidang penilaian. Hasil penilaian yang komprehensif dapat juga

    dugunakan untuk tujuan dan kebutuhan lain misalnya penentuan status siswa,

    pengelompokkan, seleksi, diagnosis dan bimbingan, serta menyempurnakan pen-

    galaman pendidik, atau penelitian.

    Prinsip penilaian

    Hasil kegiatan penilaian dapat memberikan manfaat yang optimal jika di-

    lakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip penilaian sebagaimana ditetapkan

    oleh pedoman formal penilaian dari pemerintah (Depdikbud, 1994:5), yakni dilak-

    sanakan secara menyeluruh, berkesinmabungan, berorientasi pada tujuan, obyek-

    tif, terbuka serta mempertimbangkan aspek kebermaknaan. Peneilian yang dilaku-

    kan secara menyeluruh artinya informasi yang dikumpulkan melalui proses

    penilaian menyangkut seluruh aspek kepribadian siswa. Dalam pedoman penilaian

    di SD ditegaskan bahwa penilaian dikatakan menyeluruh jika mampu mengung-

    kap aspek produk dan proses belajar anak, yakni menyangkut pengetahuan, sikap,

    dan keterampilan proses peserta didik.

    Target hasil belajar yang diharapkan terjadi pada diri siswa setelah ber-

    langsungnya proses pembelajaran tertuang dalam tujuan, baik tujuan pembela-

    jaran umum maupun tujuan pembelajaran khusus. Oleh karena proses penilaian

    bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat ketercapaian tujuan pembela-

    jaran, maka dalam melakukan penilaian harus selalu berorientasi pada tujuan;

    mengingat antara tujuan dan penilaian merupakan komponen sistim pembelajaran

    yang tidak dapat dipisahkan.

    181 )

  • Prinsip penilaian selanjutnya adalah bersifat obyektif, artinya dalam mela-

    kukan penilaian terhadap hasil belajar siswa, guru berusaha untuk meminimalisasi

    faktor subyektivitas. Menurut Ign. Masidjo (1995: 25) obyektivitas pelaksanaan

    penilaian dapat dicapai dengan menaati aturan-aturan yang telah ditetapkan.

    Penilaian yang didasarkan atas kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelum-

    nya dapat mengurangi faktor subyektivitas dalam melakukan penilaian.

    Agar hasil penilaian dapat memberikan manfaat baik kepada guru, siswa,

    orang tua maupun pihak sekolah, maka penilaian hendaknya dilakukan secara ter-

    buka. Maksudnya baik proses maupun hasil penilaian hendaknya diinformasikan

    kepada pihak-pihak terkait, sehingga hasil penilaian memiliki kebermaknaan bagi

    pihak-pihak yang memerlukan.

    Konsep Dasar Asesmen

    Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pen-

    gumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembela-

    jaran sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan oleh guru untuk mem-

    perbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al., 1992:95; Popham, 1995:3).

    Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengeta-

    huan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang

    diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun infor-

    mal, sebagaimana dikemukakan oleh Corner (1991:2-3) sebagai berikut.

    A general term enhancing all methods customarily used to appraise per-

    formance of an individual pupil or group. It may refer to a broad ap-

    praisal including many sources of evidence and many aspect of pupil's

    knowledge, understanding, skills and attitudes; An assessment instrument

    may be any method and procedure, formal or informal, for producing in-

    formation about pupil . . . .

    Pengertian asesmen dalam berbagai literatur asing selaras dengan makna

    penilaian yang digariskan dalam Buku Pedoman Penilaian pada kurikulum pen-

    182 )

  • didikan dasar. Dalam buku tersebut tertulis bahwa, penilaian adalah suatu

    kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai informasi secara

    berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah

    dicapai. (Depdikbud, 1994:3). Jadi asesmen pembelajaran adalah penilaian berupa

    mekanisme pengumpulan dan penyampaian informasi berkaitan dengan aspek-

    aspek pembelajaran. Dimulai dari bentuknya yang konvensional seperti tes tertu-

    lis, hingga bentuk alternatif yang lebih maju.

    Ada pun yang dimaksud dengan asesmen alternatif (alternative assess-

    ment) adalah segala jenis bentuk asesmen diluar asesmen konvensional (selected

    respon test dan paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap

    secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Herman (1997) memberikan sem-

    boyan khusus bagi asesmen alternatif dengan ungkapan "What You Get is What

    You Assess" (WYGWYA). Dalam beberapa literatur, asesmen alternatif ini ka-

    dang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic assessment), asesmen por-

    tofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja (performsnce assessment).

    (Herman, 1997:197-198; Niemi, 1997:243; Harlen, 1992:6; Marzano, et al.,

    1993:13; Popham, 1995:142)

    Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom as-

    sessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan prope-

    sional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen

    bertujuan untuk antara lain untuk:

    (1) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,

    (2) memonitor kemajuan siswa,

    (3) menentukan jenjang kemampuan siswa,

    (4) menentukan efektivitas pembelajaran,

    (5) mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,

    (6) mengevaluasi kinerja guru kelas,

    (7) mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

    183 )

  • Setiap penggunaan asesmen alternatif bentuk apapun dicirikan oleh hal-

    hal berikut: (1) menuntut siswa untuk merancang, membuat, menghasilkan, men-

    gunjukkan atau melakukan sesuatu; (2) memberi peluang untuk terjadinya ber-

    pikir kompleks dan/atau memecahkan masalah; (3) menggunakan kegiatan-

    kegiatan yang bermakna secara instruksional; (4) menuntut penerapan yang auten-

    tik pada dunia nyata; (5) pensekoran lebih didasarkan pada pertimbangan manusia

    yang terlatih daripada mengandalkan mesin. Untuk memperoleh asesmen dengan

    standar tinggi, maka penggunaan asesmen harus: relevan dengan standar atau ke-

    butuhan hasil belajar siswa; adil bagi semua siswa; akurat dalam pengukuran;

    berguna; layak dan dapat dipercaya. (Herman,1997:198)

    Agar penggunaan asesmen dalam kelas sesuai dengan pembelajaran dan

    dapat meningkatkan pembelajaran tersebut Cottel (1991) menggagaskan 5 petujuk

    bagi guru penggunaan asesmen dalam kelas. Kelima petunjuk tersebut adalah:

    pertama, senantiasa menganggap bahwa pembelajaran terus berlangsung; kedua,

    selalu meminta siswa untuk menunjukkan bukti-bukti bagaimana mereka belajar;

    ketiga, memberi siswa umpan balik tentang respon kelas serta rencana pengajar

    tentang respon tersebut; keempat, melakukan penyesuaian-penyesuaian yang tepat

    untuk meningkatkan pembelajaran; dan kelima, menilai ulang bagaimana penye-

    suaian-penyesuaian tersebut bekerja cukup baik.

    Asesmen Otentik

    Sebagaimana telah diulas pada bagian terdahulu dari buku ini, pada haki-

    katnya pembelajaran sains terdiri dari tiga dimensi meliputi; (1) sains sebagai pro-

    duk (fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum); (2) sain sebagai proses (metode

    atau cara kerja ilmiah) dan;(3) sains sebagai sikap (sikap yang mendasari cara ber-

    tindak atau berproses). Ketiga dimensi tersebut sama pentingnya dan sebagai ke-

    bulatan yang utuh dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, hasil belajar sains

    sebagai akibat proses pembelajaran, harus dinilai secara otentik dan menyeluruh

    meliputi ketiga dimensi tersebut. Penilaian tersebut dilakukan untuk dapat meyak-

    inkan bahwa siswa dapat menunjukkan kemampuannya secara aktual dan menye-

    184 )

  • luruh selama dan setel berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian

    penilaian otentik dilakukan berdasarkan asas keseimbangan antara kegiatan

    penilaian dan proses pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa assessment

    driven teaching-learning process. Sehingga jika penilaian yang dilakukan telah

    meliputi ketiga dimensi sains maka pembelajaranpun diharapkan akan meliputi

    ketiga dimensi sains tersebut.

    Puckett dan Black (1994) (dalam BPTP, 2004:2) menjelaskan bahwa tek-

    nik dan strategi penilaian otentik dapat dilakukan dengan formal dan informal.

    Dalam penilaian formal biasanya menggunakan tes-tes standar, sedangkan infor-

    mal menekankan pada penilaian otentik 4P, yaitu penampilan (performance),

    proses, produk, dan portofolio. Arends (1997:284) mengartikan penilaian otentik

    sebagai proses penilaian performance siswa dalam melaksanakan tugas-tugas ter-

    tentu dalam situasi nyata. Mc. Tighe (1995) juga menegaskan bahwa penilaian

    otentik mencari dan mengumpulkan serta mensintesis informasi kemampuan

    siswa dalam memahami dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan proses

    dalam situasi nyata. Penilaian otentik merupakan metode penilaian alternatif yang

    memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyele-

    saikan tugas-tugas, menyelesaikan masalah atau juga mengekspresikan pengeta-

    huannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia

    nyata.

    Penilaian otentik bertujuan untuk menyediakan informasi yang absah/valid

    dan akurat mengenai hal yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh

    siswa. Aktifitas siswa terdiri dari aktivitas nyata yang dapat diamati dan aktifitas

    tersembunyi yang tidak dapat diamati seperti berpikir, dan tanggapan siswa terha-

    dap pengalaman tertentu. Aktifitas ini dapat meliputi keduanya baik nyata mau-

    pun tersembunyi, yang pada dasarnya meliputi 3 aspek: kognitif, yaitu proses

    mengetahui dan berpikir, afektif atau perasaan dan emosi, serta psikomotor, yaitu

    keterampilan. Penilaian otentik ini juga sering dikenal dengan istilah penilaian

    alternatif atau penilaian lembar kerja yang kesemuanya ini merupakan upaya

    mendeskripsikan bentuk-bentuk penilaian yang lebih bermakna. Melalui cara ini

    185 )

  • fokus penilaian bergeser dari peserta didik beraktifitas untuk mendapatkan nilai

    dengan menjawab atau memilih jawaban menjadi beraktifitas untuk menunjuk-

    kan apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan.

    Menunjuk pada pembelajaran yang berorientasi pada pembekalan kecaka-

    pan hidup (life skill) dengan pembelajaran kontekstual diperlukan metode

    penilaian kontekstual, yaitu penilaian dalam bentuk perilaku peserta didik dalam

    menerapkan apa yang dipelajarinya secara nyata. Wiggins (1993:706) menyatakan

    bahwa penilaian yang tidak kontekstual kurang validitasnya. Pengembangan

    penilaian yang valid dan otentik berorientasi tehadap hal yang telah dpahami

    siswa. Stiggins (1994:15) menyatakan dalam salah satu prinsip penilaian assess-

    ment as instruction bahwa assessment and teaching can be one the same. Den-

    gan demikian penilaian otentik harus dipahami dan dilakukan sebagai bagian yang

    tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Dalam konteks tersebut, penilaian dila-

    kukan untuk mendukung upaya peningkatan mutu proses pembelajaran.

    Berbagai cara atau metode dalam melakukan penilaian otentik antara lain

    dengan observasi, simulasi, tugas, praktek, self report dan sebagainya (Wick:1987

    dalam BPTP). Untuk menilai aspek keterampilan dapat juga digunakan penilaian

    yang berupa penyelesaian tugas ilmiah atau berupa tes praktek dengan komponen

    penilaian terdiri dari lembar tugas, format jawaban, dan sistim penyekoran (Ruiz

    Primo, 1996:1047). Berdasarkan paparan diatas maka model penilaian otentik

    yang dimaksudkan untuk menilai proses sains siswa dapat dikembangkan melalui

    pola penyelesaian tugas ilmiah dengan perangkat penilaian berupa lembar tugas,

    format jawaban atau penyelesaian tugas, dan sistim penyekoran (rubrik).

    Penilaian otentik memuat instrumen yang mengharuskan siswa untuk

    mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan

    kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Dalam pembelajaran sains lebih ber-

    hubungan dengan dimensi proses atau kerja ilmiah. Berikut adalah salah satu con-

    toh pengembangan dan penerapan penilaian otentik untuk menilai hasil pembela-

    jaran sains dengan langkah sebagai berikut:

    a) Penyusunan Tugas

    186 )

  • Mengidentifikasi dimensi produk, keterampilan proses, dan sikap sains. Mer-

    ancang tugas-tugas dan disusun dalam format lembar tugas siswa (LTS). Me-

    netapkan kriteria keberhasilan.

    b) Penyusunan Rubrik (kriteria penilaian)

    Menetapkan dimensi yag diukur; menetapkan definisi dan contoh yang meru-

    pakan penjelasan dari setiap dimensi; menetapkan skala yang akan digunakan

    untuk menilai dimensi; enetapkan standar untuk setiap skala (deskripsi

    gradasi).

    Reliabilitas dan Validitas dalam Penilaian Otentik

    Salah satu ciri penilaian otentik adalah adanya ketergantungan terhadap

    pertimbangan manusia (guru) dalam menentukan skor terhadap asoek kinerja

    (performansi) siswa yang dinilai. Kenyataan ini menyebabkan tidak dapat dihin-

    darinya faktor subyektivitas penilaian terhadap performansi siswa, mengingat per-

    sepsi atau interpretasi seseorang dalam memandang sesuatu cenderung berbeda

    meskipun dalam waktu dan momen yang sama.

    Agar tercapai penilaian otentik yang reliabel, diperlukan upaya untuk

    meminimalkan adanya faktor penyebab perbedaan keputusan penskoran terhadap

    kinerja yang sama. Reliabilitas (konsistensi) dalam penskoran sangat dituntut

    demi keadilan bagi peserta didik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain

    penetapan kriteria yang jelas, pemahaman yang seragam dari sejumlah penilai ter-

    hadap kriteria, proses pengukuran tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tidak

    menangguhkan penilaian, serta dilakukan konsesus secara berulang terhadap pe-

    mahaman kriteria (Herman, 1992).

    Selain penggunaan instrument penilaian otentik harus konsisten, diperlu-

    kan juga instrumen asesmen otentik yang sahih (valid). Validitas (kesahihan) in-

    strumen asesmen kinerja berkaitan dengan kesesuaian antara instrumen tersebut

    dengan aspek-aspek yang hendak dinilai. Menurut Wayan Nurkancana (1986:127)

    alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat mengukur dengan

    187 )

  • tepat apa yang hendak diukur. Berkaitan dengan hal ini, cermati kembali pemba-

    hasan tentang validitas dan reliabilitas penilaian.

    Asesmen Otentik: asesmen alternatif untuk setiap hasil belajar

    Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasi-

    lan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran.

    Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin di-

    capai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Stiggins

    (1994:3,67) mengemukakan lima kategori target hasil belajar yang layak dijadi-

    kan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar.

    Kelima hasil belajar tersebut adalah:

    (1) Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pen-

    getahuan suatu mata pelajaran

    (2) Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam meng-

    gunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan memecahkan

    suatu masalah.

    (3) Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang ber-

    hubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengeta-

    huan.

    (4) Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang

    didasarkan pada penguasaan pengetahuan

    (5) Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari

    dan mengaplikasikan pengetahuan.

    Berdasarkan lima kategori hasil belajar tersebut di atas, Stiggins (1994:

    83) menawarkan empat jenis metode asesmen dasar. Keempat metode asesmen

    tersebut adalah:

    (1) Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda (multi-

    ple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau menco-

    cokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in items)

    188 )

  • (2) Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa persoalan

    kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap

    persoalan tersebut.

    (3) Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap prestasi

    yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen ini terutama

    didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana

    suatu keterampilan, sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa.

    (4) Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah pertan-

    yaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawancara, per-

    bincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan

    siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.

    Berdasarkan pengertian asesmen alternatif sebagaimana dikemukakan

    terdahulu, maka kategori asesmen dari Stiggins yang cenderung dapat dipandang

    sebagai jenis asemen alternatif adalah Performance Assessment dan Personal

    Communication Assessment.

    Performance Assessment dan Personal Communication Assessment ber-

    cirikan pengukuran secara langsung (direct) dan autentik terhadap pembelajaran.

    Yang menjadi objek Performance Assessment (asesmen kinerja) ini adalah segala

    yang berkaitan dengan 'observabel performance' dari siswa. Kinerja yang me-

    mungkinkan untuk diobservasi mungkin saja berkenaan dengan proses kognitif

    yang kompleks semisal melakukan analisis, memecahkan masalah, melakukan

    percobaan, membuat keputusan, mengukur, bekerja sama dengan yang lain, pern-

    yataan oral, atau mengunjukkan suatu produk. Lebih kompleks lagi kedua jenis

    asesmen tersebut dapat digunakan untuk mengases cara berpikir (habit of mind),

    cara bekerja, dan perilaku nilai (behaviors of value) dari siswa dalam kehidupan

    nyata. Penggunaan jenis asesmen seperti ini sangat berkesuaian dengan efektivitas

    pembelajaran. (Borich, 1996:634-640; Baker, 1997:248).

    Marzano, et al. (1993: 1-5,18) mendasarkan penggunaan performance

    assessment terhadap lima dimensi belajar yang digagaskannya. Kelima dimensi

    ini adalah: dimensi pertama, sikap dan persepsi yang positif tentang belajar (posi-

    189 )

  • tive attitudes and perception about learning); dimensi kedua, perolehan dan pen-

    gintegrasian pengetahuan (acquiring and integrating knowledge); dimensi ketiga,

    perluasan dan penajaman pengetahuan (extending and refining knowledge); di-

    mensi keempat; penggunaan pengetahuan secara bermakna (using knowledge

    meaningfully); dimensi Kelima, kebiasaan berpikir yang produktif (productive

    habits of mind).

    Performance Assessment: Contoh alternatif Asesmen Otentik

    Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan salah satu alter-

    natif penilaian yang difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu: Observasi proses

    saat berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau produk.

    Penilaian bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktivitas

    di kelas atau menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan pembela-

    jarannya. Kecakapan yang ditampilkan siswa adalah variabel yang dinilai.

    Penilaian terhadap kecakapan siswa didasarkan pada perbandingan antara kinerja

    siswa dengan target yang telah ditetapkan. Proses penilaiannya dilakukan mulai

    persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir yang dicapainya (Dep-

    dikbud, 1993: 8). Sejalan dengan pendapat tersebut, Popham (1994: 139) menge-

    mukakan bahwa: "Performance assessment is approach to measuring a student's

    status based on the way that the student completes a specified task". Stiggins

    (1991: 85) mengemukakan bahwa dalam penilaian kinerja siswa, guru menghen-

    daki respon yang "authentic" atau yang asli berupa aktivitas yang dapat dia-

    mati.Tugas yang diberikan bisa dalam bentuk lisan atau tertulis, yang jenis tugas-

    nya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Menurut Popham (1994: 141)

    penilaian terhadap kinerja siswa setidaknya memiliki tiga sifat, yaitu: kriteria

    ganda (multiple criteria), standar kualitas yang telah dispesifikasi (specified qual-

    ity standards) dan penaksiran penilaian (judgmental appraisal).

    Dalam penilaian kinerja, target pencapaian hasil belajar yang dapat diak-

    ses meliputi aspek-aspek: 1) Knowledge; 2) Reasoning; aplikasi pengetahuan

    dalam berbagai konteks pemecahan masalah; 3) Skill; kecakapan dalam berbagai

    190 )

  • jenis keterampilan komunikasi, visual, karya seni, dan lain-lain; 4) Product; dan

    5) Affect; berhubungan dengan perasaan, sikap, nilai, minat, motivasi (Stiggins,

    1994: 171). Diantara kelima target tersebut, reasoning, skill dan karya cipta me-

    rupakan target hasil belajar yang cocok dan efektif diukur dengan penilaian

    kinerja. Untuk dapat menilai keterampilan (skill) dan karya cipta siswa diperlukan

    alat ukur kinerja siswa yang disebut dengan tes kinerja. Menurut Yacobs

    (1992:137), jenis tes ini menyediakan cara mengukur skill dan kemampuan lain

    yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis.

    Dalam pedoman penilaian di SD, dinyatakan bahwa penugasan tes kinerja

    disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan

    sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir

    (Depdikbud, 1994:8). Sebagai alat penunjang dalam melaksanakan tes perbuatan

    digunakan lembar observasi atau sebuah format pengamatan kinerja atau penam-

    pilan siswa. Dalam lembar pengamatan tertera aspek-aspek yang diamati sesuai

    dengan target pembelajarannya. Berdasarkan deskriptor-deskriptor yang nampak

    selama proses pengamatan, ditentukanlah skor kinerja siswa dengan berpedoman

    pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengembangkan metode

    ini adalah: kejelasan karakter penampilan yang akan dinilai, pengembangan tugas

    atau latihan (sifat, materi, jumlah), dan prosedur penskoran meliputi teknik, pen-

    catatan hasil, identifikasi dan keterampilan penilaian. Sebagai contoh, aspek-

    aspek kinerja iswa apa saja yang akan dinilai? Sifatnya individual atau kelompok?

    Prosedur penyekorannya menggunakan skala, rubrik atau catatan harian? Bagai-

    mana kriteria penilaian dari masing-masing aspek kinerja siswa? Selain itu sangat

    dibutuhkan pelibatan siswa secara penuh mulai dari perencanaan, pengembangan

    dan penggunaannya.

    Standar untuk tugas-tugas sebelumnya harus ditetapkan secara jelas terma-

    suk juga identifikasi prestasi yang harus didemonstrasikan, kondisi demonstrasi

    dan standar kualitas yang ditetapkan. Demikian pula kriteria penilaian dari tiap-

    tiap kinerja siswa yang akan diamati harus sudah dimengerti dan disepakati ber-

    191 )

  • sama siswa. Melalui cara tersebut, penilaian terhadap kinerja siswa dapat dirasa-

    kan lebih terbuka dan adil bagi semua siswa, karena siswa mempunyai acuan yang

    jelas dalam mengerjakan tugas dari guru.

    Tugas-tugas (Task) dalam Asesmen Kinerja

    Penyelenggaraan penilaian jenis apa pun menuntut adanya kegiatan siswa

    dalam menyelesaikan tugas-tugas secara jelas. Menurut Marc Tucker (dalam Mar-

    zano, 1993:15), guru tidak dapat menilai kinerja siswa tanpa memberikan tugas-

    tugas kepada siswa; begitu juga guru tidak dapat menilai tingkat prestasi siswa

    tanpa adanya bukti otentik adanya tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara nyata.

    Dengan demikian apabila asesmen kinerja diterapkan guru, maka dengan sendir-

    inya siswa terberi kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuan sebelumnya,

    menunjukkan penguasaan terhadap pengetahuan dan keterampilan baru dalam

    memecahkan persoalan yang dihadapinya.

    Tugas-tugas kinerja dalam pengajaran Sains di SD hendaknya dipilih atau

    diciptakan secara menarik dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan ting-

    kat perkembangan siswa. Hal demikian diduga dapat meningkatkan motivasi

    siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran yang memiliki ka-

    dar on-task, hands-on, dan minds-on yang relatif tinggi.

    Dalam menerapkan penilaian terhadap kinerja siswa perlu diperhatikan

    empat komponen berikut ini: (1) tugas-tugas menghendaki siswa menggunakan

    pengetahuan dan proses yang telah mereka pelajari; (2) ceklis yang mengidentifi-

    kasi aspek-aspek yang diamati; (3) seperangkat deskripsi dari suatu proses yang

    digunakan sebagai dasar untuk menilai keseluruhan kinerja; (4) contoh-contoh

    dengan mutu yang baik sebagai model dari pekerjaan yang harus dikerjakan siswa

    (Moh. Nur, 1997: 2).

    Penetapan Kriteria

    Kriteria perlu ditetapkan karena mempunyai kegunaan untuk menentukan

    validitas, keadilan dan konsistensi penilaian. Menurut para ahli psikomotor, krite-

    ria yang paling penting yang dapat digunakan untuk menilai tugas-tugas berkaitan

    192 )

  • dengan kinerja siswa adalah faktor kesamaan (Popham, 1994: 147). Selanjutnya

    dikemukakan bahwa ada tujuh kriteria penilaian yang dapat digunakan sebagai

    bahan pertimbangan untuk memilih salah satu tugas kinerja atau menciptakan tu-

    gas-tugas dalam penilaian kinerja. Ketujuh kriteria tersebut adalah: keumuman

    (generalizability), keaslian (authenticity), berfokus ganda (multiple foci), keadi-

    lan (fairness), bisa tidaknya diajarkan ( teachability), kepraktisan (feasibility) dan

    bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor (scorability). Untuk setiap kriteria yang

    dipilih, skala angka secara khusus dapat digunakan, sehingga kriteria untuk setiap

    respon siswa mungkin ditetapkan skala, 0 (nol) hingga 6 (enam). Menurut Po-

    pham (1994: 149), kadang-kadang skala ini dilengkapi dengan penjelasan atau

    gambaran verbal, kadang-kadang tidak. Untuk menentukan reliabilitas pada

    penilaian kinerja, perlu dilakukan kesepakatan dalam menetapkan kriteria yang

    sama oleh sejumlah tenaga profesional yang memiliki keterampilan, wawasan dan

    pengalaman yang memadai. Dalam proses penilian kinerja, sebaiknya siswa men-

    getahui aspek-aspek apa saja yang akan dinilai berikut kriteria penilaiannya.

    Reliabilitas dan Validitas dalam Penilaian Kinerja

    Salah satu ciri penilaian kinerja adalah ketergantungan terhadap pertimbangan

    manusia (guru) dalam menentukan skor terhadap kinerja siswa. Kenyataan ini

    menyebabkan tidak dapat dihindarinya faktor subyektivitas penilaian terhadap

    performansi siswa, mengingat persepsi atau interpretasi seseorang dalam meman-

    dang sesuatu cenderung berbeda meskipun dalam waktu dan momen yang sama.

    Agar tercapai penilaian kinerja yang reliabel, diperlukan upaya untuk

    meminimalkan adanya faktor penyebab perbedaan keputusan penskoran terhadap

    kinerja yang sama. Reliabilitas (konsistensi) dalam penskoran sangat dituntut

    demi keadilan bagi peserta didik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain

    penetapan kriteria yang jelas, pemahaman yang seragam dari sejumlah penilai ter-

    hadap kriteria, proses pengukuran tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tidak

    menangguhkan penilaian, serta dilakukan konsesus secara berulang terahadap

    pemahaman kriteria (Herman, 1992).

    193 )

  • Selain pengukuran yang konsisten, diperlukan juga alat ukur yang sahih

    (valid). Validitas (kesahihan) alat ukur berkaitan dengan kesesuaian antara alat

    ukur dengan aspek-aspek yang hendak diukur. Menurut Wayan Nurkancana

    (1986:127) alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat men-

    gukur dengan tepat apa yang hendak diukur.

    Hasil pengukuran dapat memberikan informasi yang akurat, jika sebelum

    alat ukur digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi isi dan validasi konstruk

    terhadap alat ukur yang digunakan. Menurut Ign. Masidjo (1995:242) suatu alat

    ukur dinyatakan memiliki validitas isi jika alat ukur tersebut mengukur apa yang

    seharusnya diukur. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila materi alat ukur terse-

    but betul-betul merupakan materi yang representatif terhadap materi yang akan

    diukurnya. (Wayan Nurkancana, 1986:129).

    Menurut Gronlund (dalam Bistok, 1985:231) tes yang tinggi validitas is-

    inya dapat dibuat dengan: (1) mengidentifikasi topik pokok bahasan dan hasil

    tingkah laku yang akan diukur; (2) membuat tabel spesifikasi yang merinci sam-

    pel butir pertanyaan/tugas yang akan digunakan; (3) membuat instrumen penilaian

    yang paling mendekati tabel spesifikasi tersebut.

    Dari segi validitas konstruk, yang diutamakan adalah adanya kecocokan

    konstruk perilaku yang dicakup oleh instrumen pengukuran dengan yang ditentu-

    kan dalam sasaran yang ditargetkan (Cangelosi, dalam Lilian, 1990:25). Untuk

    dapat membuat alat ukur yang memenuhi validasi isi maupun validasi konstruk,

    dapat dilakukan evaluasi berdasarkan "penimbangan" profesional oleh sekelom-

    pok pakar (Nuryani, dkk. 1992:11; Nana Sudjana, 1995:13).

    Penilaian Kelas: Penilaian Berbasis Kompetensi

    Pelaksanaan Kurikulum yang berbasis kompetensi ini menghendaki

    adanya perubahan kegiatan pembelajaran di kelas, baik dalam cara guru mengajar

    maupun dalam melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dengan pene-

    kanan pada penguasaan kompetensi, maka jenis penilaian juga harus disesuaikan

    dengan kekhasan masing-masing kompetensi. Bentuk penilaian yang lama (model

    194 )

  • pilihan ganda) untuk menilai semua mata pelajaran yang selama ini digunakan

    oleh guru tidak bisa digunakan untuk menilai kompetensi yang beragam.

    Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis kom-

    petensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi

    oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan

    kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai

    dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas di-

    laksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar. Penilaian dapat di-

    lakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar ke-

    las, terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang

    khusus. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis

    (paper and pencil test), penilaian hasil kerja siswa melalui kumpulan hasil kerja

    (karya) siswa (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan penilaian unjuk kerja

    (performance) siswa. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan me-

    lalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah

    bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan peng-

    gunaan informasi tentang hasil belajar siswa.

    Penilaian yang dilakukan guru memiliki ragam tujuan, antara lain untuk

    grading (membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan siswa

    lain dalam satu kelas), alat seleksi (memisahkan antara siswa yang masuk dalam

    kategori tertentu dan yang tidak, atau untuk menentukan seorang siswa dapat ma-

    suk atau tidak di sekolah tertentu), menguasai kompetensi (menentukan apakah

    seorang siswa telah menguasai kompetensi tertentu atau belum), bimbingan

    (mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dir-

    inya, membuat keputusan yang harus dilakukan siswa, atau untuk menetapkan

    penjurusan), alat prediksi (mendapatkan informasi yang digunakan untuk mem-

    prediksi kinerja siswa pada pendidikan berikutnya) dan alat diagnosis (melihat

    kesulitan belajar atau dalam hal apa siswa memiliki prestasi untuk menentukan

    perlu remediasi atau pengayaan).

    195 )

  • Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas, jenis

    penilaian diagnosis, bimbingan, dan pencapaian penguasaan kompetensi harus

    menjadi perhatian utama guru pada setiap kali mengajar. Guru dituntut mampu

    melaksanakan penilaian mulai dari awal sampai akhir proses belajar mengajar.

    Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja

    berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan

    dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya

    (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper

    and pencil test). Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses yang dilakukan

    guru melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan sejumlah bukti yang

    menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan penggunaan infor-

    masi tentang hasil belajar siswa.

    Jadi, peran penilaian berbasis kelas adalah memberikan masukan atau in-

    formasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa dilihat ketika kegiatan

    pembelajaran sedang berlangsung hingga hasil akhirnya dengan menggunakan

    berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dicapai siswa.

    Dengan demikian Penilaian Kelas merupakan penilaian yang dilakukan guru baik

    yang mencakup aktivitas penilaian untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun

    aktivitas pengukuran untuk mendapatkan nilai kuantitatif (angka). Perlu diingat

    bahwa penilaian kelas dilakukan terutama untuk memperoleh informasi tentang

    hasil belajar siswa yang dapat digunakan sebagai diagnosis dan masukan dalam

    membimbing siswa dan untuk menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan

    guru dalam rangka meningkatkan pencapaian kompetensi siswa.

    Contoh Instrumen Penilaian Otentik

    a. Mengukur waktu efektif belajar siswa dalam pembelajaran sains

    Tema/Topik : __________________________ Hari/Tanggal: ________________

    Kode

    Kelompok Perilaku Off Task per 15 menit

    Periode Observasi Kualitas

    196 )

  • Off task I II III IV V VI VII VIII IX X

    On task

    I

    II

    III

    IV

    Keterangan: Setiap kotak diisi dengan nomor-nomor berikut sesuai dengan perilaku siswa

    dalam pembelajaran. 1 = bermain-main sendiri ; 2 = menunjukkan sikap malas; 3 =

    bercanda/ bercakap-cakap; 4 = mengantuk; 5 = mengganggu teman; 6 = memper-

    mainkan guru; 7 = cen-derung membuat keributan ; 8 = meninggalkan kelas; 9 =

    perilaku off task lainnya

    b. Instrumen Penilaian Kinerja (Performance Assessment) pada saat melaksana-

    kan praktiku/kerja kelompok.

    Kelompok/Nama Siswa: Tanggal:

    No. Aspek Kinerja SK K C B SB

    Menunjukkan minat/inisiatif beraktivitas

    Terlibat aktif melaksanakan kegiatan

    Ketepatan melakukan tugas/menggunakan alat

    Menghargai hak orang lain

    Menunjukkan kreatifitas

    Nilai: SK = 0 3,4; K = 3,5 5,4; C = 5,5 6,4; B = 6,5 8,4; SB = 8,5 10

    c. Format penilaian Karya Siswa (Penilaian Produk/Product Assessment).

    Misalnya membuat perahu mainan dari plastisin.

    1) Penilaian Perencanaan

    ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

    197 )

  • Memilih bahan sesuai dengan tujuan

    Menetapkan alat-alat sesuai dengan tujuan

    Memilih jenis pesawat yang akan dibuat

    Menetapkan bahan-bahan untuk memperindah perahu

    2) Penilaian Proses Pembuatan

    ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

    Dikerjakan mandiri (tanpa bantuan guru yang berarti)

    Kerjasama antar anggota nampak kompak

    Waktu yang digunakan untuk membuat perahu efektif

    Upaya dan hasil untuk memperindah perahu

    3) Penilaian Produk/Hasil Karya

    ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

    Penampilan pesawat: rapih dengan bentuk wajar

    Ukuran ruang perahu sudah optimal sesuai dengan bahan

    Ada hasil kreasi untuk memperindah penampilan

    Daya tampung perahu (jumlah beban yang diangkut)

    d. menilai proses pembuatan dan hasil karya siswa berupa kapal selam pipet.

    1) Penilaian Perencanaan

    ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

    Memilih bahan sesuai dengan tujuan

    Menetapkan alat-alat sesuai dengan tujuan

    Memilih jenis pesawat yang akan dibuat

    198 )

  • Menetapkan bahan-bahan untuk memperindah perahu 2) Penilaian Proses Pembuatan

    ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

    Dikerjakan mandiri (tanpa bantuan guru yang berarti)

    Kerjasama antar anggota nampak kompak

    Waktu yang digunakan untuk membuat perahu efektif

    Upaya dan hasil untuk memperindah perahu

    3) Penilaian Produk/Hasil Karya

    ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB

    Penampilan pesawat: rapih dengan bentuk wajar

    Dengan mudah kapal selam dapat diatur turun-naik.

    Ada hasil kreasi untuk memperindah penampilan Catatan.

    Guru menentukan kriteria dan indikator pada setiap aspek yang dinilai SK (sangat

    kurang), K (kurang), C (cukup), B (baik), dan SB (sangat baik).

    199 )

  • C. RANGKUMAN

    Sistim penilaian yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa sangat berpengaruh terhadap strategi pembelajaran yang dirancang dan dilaksana-

    kan guru, serta hasil belajar yang dicapai siswa. Sistim penilaian yang benar

    adalah yang selaras dengan tujuan dan proses pembelajaran. Tujuan pembe-

    lajaran Sains SD pada kurikulum 2004, dapat dirangkum ke dalam tiga

    aspek sasaran pembelajaran yaitu penguasaan konsep Sains, pengembangan

    keterampilan proses/kinerja siswa, dan penanaman sikap ilmiah. Oleh

    karennya agar informasi tentang hasil belajar siswa dapat mengungkap se-

    cara menyeluruh, maka perlu melakukan pengukuran terhadap ketiga

    aspek tersebut di atas. Dengan demikian sasaran dari penilaian hasil belajar

    di SD meliputi semua komponen yang menyangkut proses dan hasil belajar

    siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

    Penilaian (evaluasi), asesmen, dan pengukuran memiliki arti yang berbeda tapi peran dan fungsinya tidak dapat dipisahkan, karenasemua kegiatan

    tersebut saling berhubungan erat.. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi un-

    tuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai

    atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat

    efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai

    (value judgement). Asesmen (assessment) adalah penerapan berbagai cara

    dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi ten-

    tang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rang-

    kaian kemampuan) siswa. Pengukuran (measurement) adalah proses pembe-

    rian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di

    mana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian

    dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai

    kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pen-

    carian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah alat pengukuran

    yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat ter-

    tentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.

    200 )

  • Aasesmen alternatif (alternative assessment) adalah segala jenis bentuk as-esmen diluar asesmen konvensional (selected respon test dan paper-pencil

    test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung

    proses dan hasil belajar siswa dengan semboyan "What You Get is What

    You Assess" (WYGWYA). Dalam beberapa literatur, asesmen alternatif ini

    kadang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic assessment), as-

    esmen portofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja (performsnce

    assessment).

    Penilaian otentik juga diartikan sebagai proses penilaian performance siswa dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam situasi nyata. Guru yang

    menggunakan penilaian otentik mencari dan mengumpulkan serta mensinte-

    sis informasi kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan penge-

    tahuan dan keterampilan proses dalam situasi nyata. Dengan demikian

    penilaian otentik merupakan metode penilaian alternatif yang memung-

    kinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesai-

    kan tugas-tugas, menyelesaikan masalah atau juga mengekspresikan penge-

    tahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam

    dunia nyata.

    Penggunaan jenis asesmen harus didasarkan hasil belajar yang dicapai siswa. Bebreda dengan Bloom, Stiggins (1994:3,67) mengemukakan lima

    domain hasil belajar, kelima hasil belajar tersebut adalah: (1) Knowledge

    Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan

    suatu mata pelajaran, (2) Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemam-

    puan siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar

    (reason) dan memecahkan suatu masalah, (3) Skill Outcomes, kemampuan

    untuk menunjukkan prestasi tertentu yang berhubungan dengan keterampi-

    lan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan, (4) Product Outcomes,

    kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang didasarkan pada

    penguasaan pengetahuan, dan (5) Affective Outcomes, pencapaian sikap ter-

    tentu sebagai akibat mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan.

    201 )

  • Stiggins (1994: 83) menetapkan empat jenis metode asesmen dasar, yaitu: (1) Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda

    (multiple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau

    mencocokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in

    items), (2) Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa

    persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari

    solusi terhadap persoalan tersebut, (3) Performance Assessment, merupakan

    pengukuran langsung terhadap prestasi unjuk kerja siswa dalam proses

    pembelajaran, (4) Personal Communication Assessment, berupa pertanyaan-

    pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawancara, dan

    diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa dalam mengkomuni-

    kasikan jawaban/gagasan.

    Penilaian kinerja akan efektif mengakses kinerja siswa apabila guru dapat menetapkan kriteria kinerja dan penskoran yang memenuhi aspek reliabili-

    tas dan validitas. Reliabilitas penilaian kinerja dapat diupayakan dengan

    cara meminimalkan adanya faktor penyebab perbedaan keputusan pen-

    skoran terhadap kinerja yang sama. Adapun validitas (kesahihan) alat ukur

    berkaitan dengan kesesuaian antara alat ukur dengan aspek-aspek yang

    hendak diukur. Alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut

    dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur.

    Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis kom-petensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan infor-

    masi oleh guru untuk mengetahui kemajuan belajar siswa sesuai dengan

    daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas dilak-

    sanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis (paper and pencil test),

    kumpulan hasil kinerja siswa (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan

    penilaian unjuk kerja (performance) siswa. Penilaian kelas merupakan suatu

    proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan

    informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil bela-

    jar siswa, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa.

    202 )

  • D. MENGIKAT MAKNA

    1. Tugas dan Latihan Soal

    a. Kemukakan bukti-bukti faktual di lapangan dan alasan-alasan rasional yang menunjukkan bahwa sistim penilaian mempengaruhi kualitas pembelajaran sains di Sekolah Dasar.

    ____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

    b. Jelaskan pengertian dari konsep pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Jelas-

    kan juga contoh penggunaan dalam pembelajaran sains di SD untuk masing-masing konsep tersebut.

    ________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

    203 )

  • ____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

    c. Apa yang dimaksud dengan asesmen konvensional dan asesmen alternatif? Sertakan contoh dalam jawaban Anda untuk kedua jenis asesmen tersebut.

    ____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________________________________________________________

    204 )

  • d. Jelaskan konsep asesmen otentik pada pembelajaran sains. Kemukakan contoh asesmen otentik dalam penilaian berbasis kelas serta padankan masing-masing asesmen tersebut dengan domain hasil belajar yang relevan dari outcomes-nya Stigins dan dari domain STS.

    ________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

    205 )

  • e. Jelaskan prinsi-prinsip reliabilitas dan validitas untuk asesmen otentik pada pembelajaran sains. ____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

    f. Buatlah contoh instrumen asesmen otentik untuk pembelajaran sains di Se-kolah Dasar. Untuk itu Anda pilih kelas, semester, kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar yang akan dijadikan latar penggunaan asesmen tersebut. Pertimbangkan rambu-rambu reliabilitas dan validitas asesmen otentik. Aspek, indikator, serta kriteria pada masing-masing jenis asesmen yang dibuat harus relevan dan realistis bagi pembelajaran sains di SD.

    Soal bagian f ini dikerjakan individu dengan ketentuan: kompetensi dasar

    dan indikator hasil belajar yang dipilih tidak boleh sama dengan yang lain.

    Hasil tugas Anda kirimkan ke e-mail kelas Anda.

    206 )

  • 2. Apakah Anda Ingin Tahu Lebih Lanjut?

    Tuliskan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan hal-hal yang be-

    lum Anda fahami dari wacana pada Bagian VII. Pertanyaan yang diajukan

    20% menggunakan kata tanya apa, 40% menggunakan kata tanya mengapa,

    dan 40% menggunakan kata tanya bagaimana.

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    207 )

  • _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    _______________________________________________________________

    Dosen pemeriksa : __________________ Tanggal memeriksa: ____________

    Tandatangan:

    _____________________

    208 )

    Pendahuluan Penilaian: Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi Konsep Dasar Asesmen Asesmen Otentik: asesmen alternatif untuk setiap hasil belajar Performance Assessment: Contoh alternatif Asesmen Otentik Tugas-tugas (Task) dalam Asesmen Kinerja Penetapan Kriteria Reliabilitas dan Validitas dalam Penilaian Kinerja

    Penilaian Kelas: Penilaian Berbasis Kompetensi

    KelompokPerilaku Off Task per 15 menit Periode ObservasiI

    VII C. RANGKUMAN