Bagaimana keadaan janin/bayiku?

51
PENDAHULUAN SKENARIO 2 Blok Reproduksi BAGAIMANA KEADAAN JANIN/BAYIKU? Seorang G4P2A1, 39 tahun, hamil 37 minggu, datang ke klinik bersalin dengan keluhan mengeluarkan lendir darah pervaginam disertai perut kenceng-kenceng teratur sejak 4 jam yang lalu. Suaminya baru terkena PHK. Wanita tersebut tidak pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas ataupun bidan. Dari pemeriksaan luar oleh dokter didapatkan keadaan umum baik. Vital sign: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37 0 C, RR 20x/menit; terdapat edema pada tungkai bawah. Janin tunggal, presentasi kepala, punggung kiri, denyut jantung janin 144x/menit. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam, hasilnya baik. Pemeriksaan kematangan serviks (Bishop score) nilai 8. Serviks uteri membuka 3 cm. Hasil pemeriksaan tersebut ditulis dalam lembar partograf. Setelah 10 jam, persalinan masuk kala II. Setengah jam dipimpin mengejan, bayi lahir dengan APGAR Score 8-9-10.

description

Blok Reproduksi

Transcript of Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Page 1: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

PENDAHULUAN

SKENARIO 2 Blok Reproduksi

BAGAIMANA KEADAAN JANIN/BAYIKU?

Seorang G4P2A1, 39 tahun, hamil 37 minggu, datang ke klinik bersalin dengan

keluhan mengeluarkan lendir darah pervaginam disertai perut kenceng-kenceng teratur sejak

4 jam yang lalu. Suaminya baru terkena PHK. Wanita tersebut tidak pernah memeriksakan

kehamilannya di Puskesmas ataupun bidan.

Dari pemeriksaan luar oleh dokter didapatkan keadaan umum baik. Vital sign:

tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 370C, RR 20x/menit; terdapat edema

pada tungkai bawah. Janin tunggal, presentasi kepala, punggung kiri, denyut jantung janin

144x/menit.

Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam, hasilnya baik. Pemeriksaan kematangan

serviks (Bishop score) nilai 8. Serviks uteri membuka 3 cm. Hasil pemeriksaan tersebut

ditulis dalam lembar partograf. Setelah 10 jam, persalinan masuk kala II. Setengah jam

dipimpin mengejan, bayi lahir dengan APGAR Score 8-9-10.

Page 2: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

LANGKAH 1

Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario

Lembar partograf : Alat bantu yang digunakan selama kehamilan untuk mencatat

keadaan umum ibu, kesehatan dan kenyamanan janin yang meliputi denyut jantung

bayi, air ketuban, penyusutan air kepala

APGAR Score : criteria klinis yang digunakan untuk menilai keadaan bayi 1 menit

setelah dilahirkan. Meliputi : Warna kulit, reflek atau grimance, tonus otot, denyut

jantung, dan respiration rate. APGAR Score berscala 0-2 dengan rentang score 0-10.

Bishop Score : Penilaian yang dilakukan untuk mengevaluasi ibu. Adapun yang

dinilai adalah dilatasi serviks, konsistensi serviks, pendataran serviks, konsistensi

serviks, dan letak janin.

Kala II : kala pengeluaran janin yang terjadi karena kontraksi otot polos yang teratur

dan sangat kuat, dan biasanya hanya berlangsung 1,5 – 2 jam pada primigravida atau

0,5 – 1 jam pada orang yang telah melahirkan.

G4P2A1 : menunjukkan status yang dimiliki oleh ibu hamil. G dan angka 4

menunjukkan ibu telah mengalami kehamilan (gravida) selama 4 kali. P dan angka 2

menunjukkan ibu telah melahirkan sebanyak 2 kali. Sedangkan A dan angka 1 berarti

bahwa ibu pernah mengalami abortus sebanyak 1 kali.

Presentase kepala : posisi janin saat akan dilahirkan menunjukkan kepala terlebih

dahulu yang keluar dari uterus.

Pemeriksaan obstetri : pemeriksaan yang dilakukan dari mulai ibu hamil sampai

menjelang persalinan.

LANGKAH 2

Menentukan / mendefinisikan permasalahan

1. Bagaimana cara menghitung usia kehamilan?

2. Bagaimanakah tanda – tanda persalinan dan tanda-tanda abortus? Bagaimana bisa

keluar lendir darah?

Page 3: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

3. Bagaimana mekanisme terjadinya oedem dan tekanan darah tinggi? Apakah normal?

4. Bagaimanakah sistem Skoring APGAR?

5. Bagaimana fisiologi persalinan?

6. Apa saja tanda-tanda permulaan persalinan?

7. Bagaimana patofisiologi dan penanganan yang dilakukan?

8. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan saat kehamilan dan menjelang persalinan?

9. Apa saja macam-macam presentase janin?

10. Apa faktor-faktor yang bisa menyebabkan gangguan pada kehamilan?

11. Bagaimanakah Standar operasional (SOP) persalinan normal?

LANGKAH 3

Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan-

permasalahan tersebut

Permasalahan yang telah dibahas pada pertemuan 1 langkah 3 :

1. Fisiologi persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu:

1. Kala I : yang terdiri dari fase laten yang terjadi selama 8 jam yang ditandai dengan

membukanya serviks sampai 3 cm dan fase aktif yang terjadi selama 6 jam samapai

pembukaan penuh 10 cm. Fase aktif terbagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi

(pembukaan 2-3 cm), fase dilatasi (pembukaan 4-9 cm), dan fase deselerasi (pembukaan

>9 cm). Kala I biasanya pada primigravida terjadi selama 13 jam, sedangkan pada

multigravida hanya terjadi selama 7 jam.

2. Kala II : yang disebut juga kala pengeluaran bayi. Pada kala II, kepala bayi sudah

berada di cavum pelvis atau masuk panggul. Pada kala ini His menjadi kontraksi kuat dan

teratur. Pada primigravida berlangsung 1,5 – 2 jam sedangkan pada orang yang telah

melahirkan berlangsung selama 0,5 – 1 jam.

Page 4: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

3. Kala III : disebut juga kala pengeluaran uri atau plasenta. Pada primi gravida biasanya

30 menit, sedangkan pada multigravida terjadi selama 15 menit. Pada kala ini mungkin

terjadi perdarahan kareng a. spiralis yang membuka atau ruptur bersama plasenta,namun

normalnya hanya sekitar 100 – 200 cc)

4. Kala IV : disenutt kala observasi. Baiknya dilakukan selama 2 jam pemantauan dengan

pemantauan ketat dan pemeriksaan rutin tiap 5 menit sekali.

Teori persalinan

a. hormon progesteron menurun menyebabkan penurunan kontroler kontraksi uterus

sehingga ketika progesteron sangat rendah akan terjadi kontraksi uterus.

b. teori plasenta

c. teori detensirahim

d. teori iritasi mekanik

e. teori induksi bisa menggunakan hormon oksitosin

Faktor penginduksi kehamilan

1. Hormon relaxin : dibentuk oleh korpus luteumatau plasenta yang menyebabkan serviks

menjadi lunak, melonggarkan jaringan pengikat di pelvis

2. Hormon estrogen : hormon ini meningkat sejalan dengan bertambahnya umur

kehamilan. Hormon ini menginduksi:

- peningkatan sintesis konekson ( perekat taut celah yang menekan uterus sehingga

uterus berkontraksi)

- meningkatkan reseptor oksitosin di miometrium. Hormon oksitosin sendiri

produksinya tetap, namun karena reseptornya bertambah banyak, jadi lebih responsif

terhadap oksitosin yang ada sehingga meningkatkan kontraksi uterus

- menginduksi prostaglandin lokal sehingga mengurangi serat-serat di serviks sehingga

serviks menjadi lebih longgar

Page 5: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

3. Hormon oksitosin : jumlahnya dalam plasma tidak meningkat, namun karena efek

estrogen reseptor oksitosin yang diperbanyakkan oleh estrogen membuat uterus lebih

responsif terhadap oksitosin

4. Chorionic Realising Hormon (CRH) : hormon ini bisa digunakan sebagai indikator

persalinan, hasil CRH yang tinggi membuat kemungkinan kelahiran prematuritas dan

sebaliknya CRH yang rendah akan menambah usia kehamilan.

CRH merangsang hipotalamus dan plasenta untuk merangsang korteks adrenal sehingga

korteks mengeluarkan kortisol dan DHEA. Kortisol dan DHEA meningkatkan sekresi

surfaktan oleh paru-paru. Surfaktan ini memicu pematangan paru-paru bayi.

DHEA yang dihasilkan oleh plasenta akan diubah menjadi estriol yang merupakan

indikator berjalannya kehamilan. Sedangkan kortisol juga akan merangsang produksi

surfaktan di amnion.

2. Patofisiologi Oedema dan Tekanan darah tinggi

Oedem merupakan efek dari terjadinya spasme pembuluh darah dan retensi garam dan air.

Akibat terjadinya retensi garam dan air akan menyebabkan permeabilitas membran semakin

meningkat dan akhirnya menimbulkan air di kapiler memasuki jaringan.

Hipertensi dikaitkan dengan adanya spasme pada pembuluh darah yang tertekan oleh uterus,

sehingga lumennya menyempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah dalam pembuluh.

Hipertensi dikatakan fisiologis karena merupakan efek daro kompensasi terhadap kontraksi

uterus. Hipertensi pada ibu hamil tidak memerlukan penanganan khusus, namun bisa

diberikan obat apabila tekanan darah sudah mencapai 160/110. Namun apabila tekanan darah

tidak terlalu tinggi maka hanya disarankan untuk memperbanyak istirahat, kemudian

mencegah makanan atau aktifitas yang menyebabkan naiknya tekanan darah, dan tentunya

dengan pantau secara berkala oleh petugas kesehatan di Puskesmas / bidan.

Hipertensi pada ibu hamil diklasifikasikan menjadi :

Hipertensi kronis : apabila terjadinya pada saat kehamilan <20 minggu dan menetap

seterusnya

Page 6: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Hipertensi esensial : apabila terjadinya diinduksi oleh stress atau konsumsi makanan

yang menyebabkan hipertensi

Hipertensi preeklamsia : apabila terjadi pada saat kehamilan lebih dari 2 minggu.

Hipertensi preeklamsia ringan yaitu dengan tekanan darah 140/90 dan hipertensi

preeklamsia berat yaitu dengan tekanan darah 160/110.

Hipertensi gestasional : apabila hipertensi terjadi hanya pada saat kehamilandan akan

menghilang 3 bulan pasca melahirkan. Apabila disertai proteinuria akan

meningkatkan resiko terjadinya eklamsia.

Oedema dan tekanan darah tinggi pada ibu hamil dikaitkan dengan resiko terjadinya

preeklamsia dan eklamsia. Adapun preeklamsia adalah terpenuhinya minimal 2 dari 3 syarat

preeklamsia yaitu oedema, tekanan darah tinggi, dan proteinuria.

Proteinuria merupakan suatu proses patologis yang terjadi karena adanya perubahan spasme

pada glomerulus, sehingga menyebabkan urin mengandung protein. Proteiuria juga bisa

menginduksi terjadinya oedem yang akan meningkatkan resiko preeklamsia.

3. Tanda-tanda persalinan

Kepala bayi menurun/ lightening

Perut melebar karenan fundus uteri mulai menurun

Susah dan sakit saat BAK, namun sering merasa ingin BAK

Serviks menjadi lunak, membuka dan mendatar yang akan menyebabkan pecahnya

pembuluh kapiler di cervicis kanalis

Pecahnya air ketuban

4. Perbedaan partus dengan abortus

Perbedaan hanya dilihat dari lendir yang keluar. Pada partus lendir yang keluar banyak dan

mengandung darah, sedangkan pada abortus lendir yang keluar hanya sedikit dan tidak

mengandung darah. Selain dilihat dari lendir yang keluar, dilihat juga kalau kehamilan

baru berjalan kurang dari20 minggu, maka itu adalah abortus. Dilihat juga adanya tanda-

tanda persalinan yaitu trias adanya His yang teratur (kontraksi uterus), adanya bloody show

(perdarahan), dan terjadinya pembukaan serviks.

5. Penghitungan usia kehamilan

Page 7: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Penghitungan dilakukan dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Telat 2 minggu dari

HPHT berarti usi kehamilan telah 6 minggu. Kemudian bisa juga dilakukan dengan feeling

live (merasakan adanya kehidupan) bisa terdeteksi saat usia kehamilan 18 minggu. Selain

itu dengan mengukur tinggi fundus uteri ibu.

6. Faktor resiko terjadinya gangguan pada kehamilan

Melewati usia ideal untuk hamil, yaitu dari usia 20-35 tahun

Tergolong dalam kategori ”4 terlalu” yaitu terlalu tua (lebih dari 30 tahun), terlalu

muda (kurang dari 19 tahun), terlalu sering (interval kehamilan kurang dari 2 tahun),

dan terlalu banyak (paritas lebih dari 2).

7. APGAR Score

Kriteria\score 0 1 2

Warna kulit Biru pucat Merah muda pada

ekstremitas biru

Merah muda pada

semua anggota tubuh

Refleks/grimance Tidak ada refleks Merintih Menangis kuat

Tonus otot Lemah Flexi ekstremitas Gerak aktif

Denyut jantung Tidak ada Lambat

(<100x/menit)

>100x/menit

Respiration rate

(normal:

110-160x/menit)

Tidak ada Lambat dan tidak

teratur

Cepat dan kuat

Masalah yang belum terpecahkan akan menjadi tujuan pembelajaran (LO).

LANGKAH 4

Menginventarisasi permasalahan-permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara

mengenai permasalahan-permasalah pada langkah 3

1. Bagaimana fisiologi persalinan?

2. Bagaimana mekanisme terjadinya oedem dan tekanan darah tinggi? Apakah normal?

3. Apa saja tanda-tanda permulaan persalinan?

Page 8: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

4. Bagaimanakah tanda – tanda persalinan dan tanda-tanda abortus? Bagaimana bisa

keluar lendir darah?

5. Bagaimana cara menghitung usia kehamilan?

6. Apa faktor-faktor yang bisa menyebabkan gangguan pada kehamilan?

7. Bagaimanakah sistem Skoring APGAR?

LANGKAH 5

Merumuskan tujuan pembelajaran ( LO)

1. Fisiologi persalinan

2. Pemeriksaan usia kehamilan

3. Tanda-tanda persalinan dan Antenatal care

4. Ibu dengan faktor resiko tinggi dan terapinya

5. Lembar partograf

6. APGAR Score

7. Hipertensi dan Oedem pada kehamilan serta penatalaksanaannya

8. Macam-macam komplikasi yang dapat terjadi saat persalinan

9. Macam-macam partus

10. Standar operasional (SOP) partus

LANGKAH 6

Mengumpulkan informasi baru ( belajar mandiri )

Masing-masing anggota kelompok mencari minimal 1 artikel ilmiah mengenai skenario 2

tersebut, untuk kemudian dibahas pada langkah 7.

Page 9: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

LANGKAH 7

Melaporkan, membahas dan menata kembali info informasi baru yang diperoleh

LO 1 : Fisiologi Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Pada persalinan ada 3 faktor yang perlu

diperhatikan, yaitu jalan lahir, janin, dan kekuatan ibu. (Arif, 2001)

Tanda pada persalinan sejati adalah kontraksi yang dicirikan sebagai berikut :

kontraksi dengan interval teratur; interval memendek secara bertahap; intensitas meningkat

secara bertahap; nyeri punggung dan abdomen; serviks membuka; dan nyeri tidak hilang

dengan sedasi. (F. Garry, 2006)

Persalinan yang normal dibagi menjadi 4 kala : Kala I (Kala Pembukaan Serviks);

Kala II (Kala Pengeluaran); III (Kala Uri); dan Kala IV (Kala Pengawasan). (Arif, 2001)

Kala I (Kala Pembukaan Serviks), pada perempuan nulipara berlangsung kurang

lebih 7 jam, dan pada perempuan multipara berlangsung kurang lebih 4 jam. (F. Garry, 2006)

Pada primi gravid kala I terdiri dari 2 fase, yaitu Fase Laten : Berlangsung sampai

pembukaan 3 cm, HIS lemah dan frekuensinya jarang; Fase Aktif, yang dibagi lagi menjadi

Fase Akselerasi (2 jam dengan pembukaan 2-3 cm), Fase Dilatasi Maksimal (2 jam, dengan

pembukaan 4-9 cm), serta Fase Deselerasi (2 jam, dengan pembukaan > 9 cm – lengkap, HIS

tiap 3-4 menit selama 45 detik). (Arif, 2001)

Kala II (Kala Pengeluaran) terjadi dimana HIS terjadi tiap 2-3 menit, lamanya 0-

90 detik. Pada pelahiran kepala, pada setiap kontraksi, perineum menonjol semakin besar dan

bukaan vulvovagina menjadi semakin lebar oleh kepala janina, perlahan- lahan berbentuk

oval dan akhirnya hampir melingkar. Setiap kontraksi berhenti, bukaan tersebut menjai lebih

kecil karena kepala mundur. Ketika kepala semakin terlihat, bukaan vagina dan vulva

teregang lebih jauh sampai akhirnya melingkari diameter terbesar kepala bayi. Diameter

terbesar kepala janin yang dilingkari cincin vulva ini disebut crowning. Saat kepala

meregangkan vulva dan perineum (selama kontraksi) sehingga cukup untuk membuka

introitus vagina hingga diameternya 5 cm, dapat dilakukan manuver ritgen, yang

memungkinkan petugas medis mengendalikan kelahiran kepala dan membantu ekstensi

sehingga kepala dilahirkan dengan diameter terkecilnya melewati introitus dan perineum.

Pada primigravida, kala II berlangsung 1½ jam, dan pada multigravida ½ jam. (F.Garry,

2006)

Page 10: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Kala III (Kala Uri), adalah kala pengeluaran plasenta yang berlangsung 6-15 menit

setelah janin dikeluarkan. (Arif, 2001)

Tanda- tanda pelepasan plasenta adalah sebagai berikut : uterus menjadi globular,

lebih kencang; sering ada pancaran darah mendadak; uterus naik ke abdomen karena plasenta

yang telah terlepas, berjalan turun mauk ke segmen bawah uterus dan vagina, serta massanya

mendorong uterus ke atas. (F.Garry, 2006)

Kala IV (Kala Pengawasan), kala yang penting untuk menilai perdarahan

(maksimal 500 ml) dan baiknya tidak ada kontraksi uterus. (Arif, 2001)

Pada kala pengawasan ini, plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat diperiksa

kelengkapannya dan kelainan- kelainan yang ada. Selain itu uterus, perineum juga harus

diperiksa. American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and

Gynecologists (1997) merekomendasikan untuk mencatat tekanan darah dan denyut nadi

segera setelah melahirkan selama 15 menit selama 1 jam pertama setelah melahirkan.

(F.Garry, 2006)

LO 2 : PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG paling akurat bila dilakukan pada

kehamilan trimester I. Pada saat itu laju pertumbuhan embrio paling cepat dan variasi

biologiknya paling kecil. Sebelum struktur embrio dapat terlihat, penentuan usia kehamilan

dilakukan melalui pengukuran diameter rata – rata kantung gestasi (KG). Setelah struktur,

embrio terlihat, maka usia kehamilan ditentukan melalui pengukuran panjang embrio. Mulai

akhir trimester I pertumbuhan janin sudah cukup besar dan bagian – bagian spesifik janin

(seperti kepala dan ekstremitas) sudah dapat dilihat lebih jelas. Sejak saat itu pengukuran

panjang embrio tidak akurat lagi, dan penentuan usia kehamilan sebaiknya dilakukan melalui

pengukuran bagian – bagian spesifik janin, seperti diameter biparietal.

Penentuan usia kehamilan dilakukan berdasarkan tabel data atau normogram yang

menggambarkan hubungan antara ukuran biometri janin dan usia kehamilan pada kehamilan

normal. Akan lebih baik lagi bila data yang digunakan berasal dari populasi setempat.

Pengukuran diameter KG untuk menentukan usia kehamilan hanya akurat bila digunakan

pada usia kehamilan 5 – 6, minggu. Selain menggunakan normogram perkembangan KG,

usia kehamilan dapat juga digitung dengan menggunakan formula sederhana:

Page 11: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Usia kehamilan ( hari ) = diameter KG (mm) + 30

Pengukuran panjang embrio dilakukan mulai kehamilan 6 minggu, saat struktur embrio

secara konsisten terlihat melalui pemeriksaan USG. Jarak kepala – bokong merupakan

parameter yang paling baik digunakan untuk menentukan usia kehamilan dengan tingkat

kesalahan + 3 – 15 hari.

LO 3 : TANDA-TANDA PERSALINAN DAN ANTENATAL CARE

Tanda-tanda Awal Persalinan

Tanda-tanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya, wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut dengan kala pendahuluan (prepatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut (Mochtar, 1998):

1. Lightening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.4. Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari

uterus, kadang-kadang disebut false labor poins.5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur

darah (bloody show).

Tanda-tanda in partu (Mochtar,1998)

1. Rasa sakit oleh karena adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan

kecil pada serviks.3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan (Mochtar,1998)

1. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power), meliputi: his (kontraksi uterus), kontraksi otot-otot dinding perut, kondisi diafragma, dan ligamentous action terutama ligamentum rotundum.

2. Faktor janin3. Faktor jalan lahir, bahwa pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada

uterus, serviks, vagina, dan dasar panggul.

Page 12: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Antenatal Care

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah tingginya angka kematian ibu

dan bayi serta mengurangi komplikasi yang serius dari kehamilan beresiko tinggi adalah

dengan melakukan pemeriksaan antenatal care.

Menurut Departemen Kesehatan tahun 1997 Antenatal Care adalah pelayanan yang

diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya.

Pelayanan antenatal ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap

penyimpangan dan intervensi dasar yang dilakukan (IKA, 2010, hlm. 8-9).

Menurut Saefudin dkk (2000), tujuan dari ANC adalah :

a. Memantau kemajuan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak.

b. Meningkatkan dan memperhatikan kesehatan fisik, mental dan social budaya ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya

dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

Frekuensi dari pemeriksaan Antenatal Care (Menurut Departemen Kesehatan Tahun,

1997 ) adalah:

a. Minimal I kali pada trimester I

b. Minimal 1 kali pada trimester II

c. Minimal 2 kali pada trimester III

Menurut Arifin (1996) Standar pelayanan ANC meliputi standar 7T,sehingga ibu

hamil yang datang memperoleh pelayanan komprehensif dengan harapan antenatal care

dengan standar 7T dapat sebagai daya ungkit pelayanan kehamilan dan diharapkan ikut andil

dalam menrunkan angka kematian ibu.

Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T yakni :

5T :

1.Ukur tinggi badan/bert badan

2. Ukur tekanan darah

3.Ukur tinggi fundus uteri

4. Pemberian imunisasi TT

Page 13: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

5. Pemberian tablet zat besi

7T :

6. Tes terhadap penyakit menular sexual

7. Temu wicara

LO 4 : KEHAMILAN BERESIKO TINGGI

Suatu kehamilan yang mengarah pada komplikasi yang serius termasuk kedalam

kehamilan beresiko tinggi. Tingginya resiko kehamilan tersebut dapat dinilai dengan sistem

skoring yang telah ditemukan Hobel. Sistem penilaian ini membagi faktor-faktor resiko

tersebut menjadi lima bagian yaitu faktor resiko yang dinilai dari sejarah obstetrik, sejarah

kesehatan ibu, sejarah kesehatan keluarga, kondisi fisik dari ibu yang mengandung serta

kondisi kehamilan pada saat itu. Selanjutnya untuk menentukan skor, kita akan menilai status

kesehatan dari ibu dan janin sesuai dengan kondisi yang tertera pada tabel. Untuk setiap

status memiliki skor penilaian yang berbeda-beda, semakin tinggi skor maka semakin tinggi

pula resiko kehamilan tersebut. Skor 10 atau lebih mengindikasikan bahwa kehamilan sudah

cukup beresiko sehingga membutuhkan pemeriksaan kehamilan yang rutin ataupun lebih

intensif.

Berikut ini adalah “pregnancy risk assesment” atau tabel penilaian kehamilan

beresiko tinggi yang ditemukan oleh Hobel :

PREGNANCY RISK ASSESSMENT [1]

OB History Risk Factor Points

Previous stillbirth 10

Previous neonatal death 10

Previous premature infant 10

Post-term > 42 weeks 10

Fetal blood transfusion for hemolytic disease 10

Repeated miscarriages 5

Previous infant > 10 pounds 5

Six or more completed pregnancies 5

History of eclampsia 5

Previous cesarean section 5

Page 14: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

History of preeclampsia 1

History of fetus with anomalies 1

Medical History Risk Factor Points

Abnormal PAP test 10

Chronic hypertension 10

Heart disease  NYHA Class II-IV (symptomatic) 10

Insulin dependent  diabetes (>A2) 10

Moderate to severe renal disease 10

Previous endocrine ablation 10

Sickle cell disease 10

Epilepsy 5

Heart disease  NYHA  Class I  (no symptoms) 5

History of TB or PPD >= 10 mm 5

Positive serology (for syphilis) 5

Pulmonary disease 5

Thyroid disease 5

Family History Points

Family history of diabetes 1

Physical Risk Factor Risk Factor Points

Incompetent cervix 10

Uterine malformations 10

Maternal age 35 and over or 15 and under 5

Maternal weight < 100 pounds or > 200 pounds 5

Small pelvis 5

Current Pregnancy Risk Factor Points

Abnormal fetal position 10

Moderate to severe preeclampsia 10

Multiple pregnancy 10

Placenta abruptio 10

Placenta previa 10

Polyhydramnios or oligohydramnios 10

Excessive use of drugs/alcohol 5

Gestational diabetes (A1) 5

Page 15: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Kidney infection 5

Mild preeclampsia 5

Rh sensitization only 5

Severe anemia < 9 g/dL hemoglobin 5

Severe flu syndrome or viral disease 5

Vaginal spotting 5

Bladder infection 1

Emotional problems 1

Mild anemia 9 g/dL hemoglobin 1

Moderate alcohol use 1

Smoking >= 1 pack per day 1

LO 5 : PARTOGRAF

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi

untuk membuat keputusan klinik.

Tujuan Umum Penggunaan Partograf :

• Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dg menilai pembukaan serviks

melalui periksa dalam;

• Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal;

• Mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama;

• Data pelengkap yang terkait dg pemantauan kondisi ibu, bayi, grafik kemajuan

persalinan, bahan dan medikamentosa yg diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat

keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yg diberikan dimana semua itu dicatatkan

secara rinci pada status atauekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Pemanfaatan Patograf :

• Untuk semua ibu dlm fase aktif kala satu persalinan;

• Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas,klinik bidan

swasta, Rumah sakit, dll)

Page 16: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yg memberikan asuhan persalinan kepada

ibu dan proses kelahiran bayi ( spesialis obstetri, bidan, dokter umum, residen, dan

mahasiswa kedokteran)

Penggunaan Partograf

1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan

persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf

akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat

keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.

2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan

swasta, rumah sakit, dll).

3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu

selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan

mahasiswa kedokteran).

4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan

asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang

dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Syaifuddin, 2002).

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:

1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam

2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam

3. Nadi: setiap 1/2 jam

4. Pembukaan serviks setiap 4 jam

5. Penurunan: setiap 4 jam

6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Lembar partograf terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Lembar depan (bagian utk mencatat informasi tentang identitas/kondisi ibu dan janin

serta kemajuan persalinan)

2. Lembar belakang/catatan persalinan (bagian utk mencatat hal-hal yang terjadi selama

proses persalinan dan kelahiran bayi serta tindakan-tindakan yg dilakukan sejak kala I

hingga kala IV dan bayi baru lahir)

Page 17: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Lembar Depan Partograf :

1) Informasi tentang ibu:

Nama, umur.

Gravida, para, abortus (keguguran).

Nomor catatan medis/nomor puskesmas.

Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong

persalinan mulai merawat ibu).

Waktu pecahnya selaput ketuban.

2) Kondisi janin:

Denyut Jantung Janin (DJJ)

Warna dan adanya air ketuban

Penyusupan (molase) kepala janin

3) Kemajuan persalinan:

Pembukaan serviks

Page 18: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin

Garis waspada dan garis bertindak

4) Jam dan waktu:

Waktu mulainya fase aktif persalinan

Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

5) Kontraksi uterus:

Frekuensi dan lamanya

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan:

Oksitosin

Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi ibu:

Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

Urin (volume, aseton atau protein)

8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya, meliputi:

Jumlah cairan per oral yang diberikan.

Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.

Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).

Persiapan sebelum melakukan rujukan.

Upaya Rujukan.

Lembar Belakang Partograf

Page 19: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Pencatatan pada lembar belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi

selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak

persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). 

Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. 

Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama

persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya

penyulit dan membuat keputusan klinik yang se¬suai. 

Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada

pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu,

catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan

untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan

yang dan bersih aman.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:

Page 20: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

1. Data dasar

2. Kala I

3. Kala II

4. Kala III

5. Bayi baru lahir

6. Kala IV

Cara pengisian:

Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar

belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian

catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut

unsur-unsurnya sebagai berikut.

1. Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan,

catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada

masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak

di samping jawaban yang sesuai.

2. Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,

masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.

3. Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,

masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.

4. Kala III

Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,

pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia

uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban

pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

5. Bayi baru lahir

Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,

penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan

terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak

di samping jawaban yang sesuai.

Page 21: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

6. Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,

kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama

untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian

peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah

melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan

hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang

telah disediakan (JNPK-KR, 2007).

LO 6 ; APGAR SCORE

Masalah pada ibu dan bayi dapat terjadi beberapa saat sesudah selesainya persalinan.

Untuk itu seorang tenaga kesehatan harus mengetahui dengan segera dan memberikan

penilaian apabila timbul perubahanperubahan pada ibu dan bayi. Salah satu penilaian yang

digunakan untuk menilai bayi yang baru lahir adalah apgar score. Penilaian apgar score

digunakan untuk menilai kualitas daya adaptasi bayi baru lahir dengan menentukan apakah

bayi baru lahir tersebut memerlukan resusitasi atau tidak (Yuniati, 2010).

APGAR score merupakan singkatan dari 5 komponen yakni,

* Appearance: Penampilan, yang dilihat dari warna kulit.

* Pulse: Frekuensi denyut jantung.

* Grimace: Usaha bernapas yang dilihat dari kuat lemahnya tangisan. (disini reflek menangis

dinilai)

* Activity: Aktif atau tidaknya tonus otot.

* Reflex: Reaksi spontan atas rangsang yang datang.

APGAR ini dinilai dengan memberikan penilaian 0-2. Bila reaksi bayi bagus, maka nilainya

2. Reaksi kurang baik bernilai 1, sedangkan reaksi buruk bernilai 0. Kesemua nilai tadi akan

dijumlahkan, sehingga didapatlah hasil sebagai berikut:

* Nilai 10: Bayi memberi reaksi sangat baik pada semua pemeriksaan.

* Nilai 7-10: Bayi dianggap memiliki kemampuan adaptasi yang baik.

* Nilai di bawah 7: Fungsi jantung dan paru-paru bayi tidak baik, sehingga perlu pertolongan.

* Nilai 0: Bayi meninggal saat lahir. Berikut tabel untuk memudahkan penilaian :

Score 0 1 2 Angka

Appearence color (warna kulit)

Pucat badan merah, extrem biru

seluruh tubuh kemerahan

Page 22: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Pulse(heart rate) tdk ada <100> > 100

Grimace (reaksi terhadap rangsang)

tdk ada sdikit grakan mimikmenangis,

batuk/bersin

Activity(tonus otot) lumpuh extremitas dalam fleksi sedikit

gerakan aktif

Respiration(usaha nafas)

tidak ada lemah, tidak teratur menangis kuat

Jumlah

LO 7 : HIPERTENSI DAN OEDEMA SERTA PENATALAKSANAANNYA

Hipertensi pada skenario dan proses terjadinya edema pada pasien, baik fisiologis maupun

patologis dan penatalaksanaan pada skenario.

A. Hipertensi

Pembagian klasifikasi hipertensi dalam kehamilan berdasarkan Report of the National

High Blood Pressure Education Program Working Gorup on High Blood Pressure in

Pregnancy tahun 2001 adalah:

o Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu

atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan

hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.

o Preeklampsia-eklampsia. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20

minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Sedangkan eklampsia adalah

preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.

o Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik

disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.

o Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai

proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau

kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.

( Prawirohardjo, 2009).

Faktor resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam

faktor resiko sebagai berikut:

Primigravida, primipaternitas

Page 23: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple, Diabetes Mellitus,

hidrops fetalis, bayi besar

Umur yang ekstrim

Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia

Penyakit-penyakit ginjal dam hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

Obesitas

( Prawirohardjo, 2009).

Tekanan darah bergantung terutama pada curah jantung, volume plasma, resistensi

perifer, dan vaskoositas darah. Timbulnya hipertensi adalah akibat vasospasme menyeluruh

dengan ukuran tekanan darah ≥ 140/90 mmHg selang 6 jam. Tekanan diastolik ditentukan

pada hilangnya suara Korotkoff’s phase V. Dipilihnya tekanan diastolik 90 mmHg sebagai

batas hipertensi, karena batas tekanan diastolik 90 mmHg yang disertai proteinuria,

emmpunyai korelasi dengan kematian perinatal tinggi. Mengingat proteinuria berkorelasi

dengan nilai absolut tekanan darah diastolik, maka kenaikan (perbedaan) tekanan darah tidak

dipakai sebagai kriteria diagnosis hipertensi, hanya sebagai tanda waspada.

(Prawirohardjo,2009).

B. Edema

Pada endotel dinding kapiler terdapat empat gaya yang mempengaruhi dalam perpindahan

cairan dari plasma ke ruang interstitium. Gaya tersebut adalah:

Tekanan darah kapiler adalah tekanan cairan atau hidrostatik yang dihasilkan oleh

darah pada bagian dalam dinding kapiler. Tekanan ini cenderung mendorong cairan

keluar dari kapiler ke dalam caoiran interstitum.

Tekanan osmotik koloid plasma adalah gaya yang disebabkan oleh dispersi koloidal

protein-protein plasma, tekanan ini mendorong perpindahan cairan ke dalam kapiler.

Karena protein plasma tetap di dalam plasma dan tidak masuk ke dalam cairan

interstitium, maka terbentuk perbedaan konsentrasi protein antara plasma dan cairan

interstitium. Karenanya juga terjadi perbedaan konsentrasi protein yang lebih tinggi

dan konsentrasi air yang lebih rendah daripada cairan interstitum. Perbedaan ini

menimbulkan efek osmotik yang cenderung memindahkan air dari daerah dengan

konsentrasi air tinggi di cairan interstitium ke daerah dengan konsentrasi air rendah.

Tekanan hidrostatik cairan interstitum adalah tekanan yang ditimbulkan oleh cairan

interstitium pada bagian luar dinding kapiler. Tekanan ini cenderung mendorong

cairan masuk ke dalam kapiler.

Page 24: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Tekanan osmotik koloid cairan interstitium adalah gaya lain yang secara normal tidak

signifikan dalam perpindahan cairan. Sebagian kecil protein plasma yang bocor

menembus dinding kapiler ke dalam cairan interstitium normalnya dikembalikan ke

darah melalui sistem limfe. Karena itu, konsentrasi protein di cairan interstitium

sangat rendah dan tekanan osmotik koloid cairan interstitum mendekati nol.

(Sherwood, 2011).

Edema adalah pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstitium. Penyebab

edema dapat dikelompokkam menjadi empat kategori umum:

Berkurangnya konsentrasi plasma menurunkan tekanan osmotik koloid plasma.

Penurunan tekanan masuk utama ini menyebabkan kelebihan cairan yang keluar

sementara airan yang direabsorbsi lebih sedikit daripada normal: karena itu kelebihan

cairan tersebut tetap berada di ruang interstitium.

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler memungkinkan lebih banyak protein

plasma yang keluar dari plasma ke dalam cairan interstitium sekitar. Penurunan

tekanan osmotik koloid plasma yang terjadi menurunkan tekanan masuk efektif,

sementara peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstitium yang terjadi akibat

peningkatan protein di cairan intersttium meningkatkan gayua keluar efektif.

Meningkatnya tekanan vena seperti ketika darah terbendung di vena, menyebabkan

peningkatan tekanan darah kapiler karena kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena.

Dengan meningkatnya tekanan darah kapiler, akan menyebabkan keluarnya cairan

dari kapiler ke ruang interstitium.

Sumbatan pembuluh limfe menyebabkan edema karena kelebihan cairan filtrasi

tertahan di cairan interstitium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui

pembuluh limfe. Akumulasi protein di cairan interstitium memperparah masalah

melalui efek osmotiknya. (Sherwood, 2011).

Edema yang fisiologis terjadi pada ibu hamil. Edema ini terjadi dengan adanya

pembengkakan di tungkai dan kaki selama kehamilan. Hal ini dikarenakan, pada ibu hamil

akan terjadi pembesaran pada uterus,. Uterus yang membesar akan menekan vena-vena besar

yang menyalurkan darah dari ektremitas bawah sewaktu pembuluh tersebut masuk ke rongga

abdomen. Bendungan darah di vena ini meningkatkan tekanan darah di kapiler tungkai dan

kaki, sehingga terjadi perpindahan cairan ke ruang interstitium. Maka terjadi edema regional

pada ibu hamil.

Page 25: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Edema yang patologis dapat terjadi pada beberapa kasus, misalnya pada gagal jantung

kanan, pre-eklampsia dan eklampsia. Pada gagal jantung kanan, edema dapat terjadi karena

naiknya tekanan hidrostatik akibat atrium kanan tidak sanggup lagi mengkompensasi input

darah ke jantung. Pada pre-eklampsia dan eklampsia, edema terjadi karena kerusakan sel

endotel kapiler atau hipoalbuminemia. Kerusakan sel endotel kapiler ini diakibatkan karena

sel endotel terpapar peroksida lemak, sehingga terjadi kerusakan yang dimulai dari membran

sel endotel. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan,

atau edema generalisata, dan biasanya diserai dengan kenaikan berat badan yang cepat

(Prawirohardjo, 2009).

C. Penatalaksanaan pada skenario

Terapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang reversibel (jika

memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan untuk meminimalisasi retensi

air. tidak semua pasien edema memerlukan terapi farmakologis ,pada beberapa pasien terapi

non farmakologis sangat efektif seperti pengurangan asupan natrium (yakni kurang dari

jumlah yang diekskresikan oleh ginjal) dan menaikkan kaki diatas level dari atrium kiri.

Tetapi pada kondisi tertentu Diuretik harus diberikan bersamaan dengan terapi non

farmakologis. Pemilihan obat dan dosis akan sangat tergantung pada penyakit yang

mendasari, berat-ringannya penyakit dan urgensi dari penyakitnya. Efek Diuretik berbeda

berdasarkan tempat kerjanya pada ginjal. Klasifikasi Diuretik berdasarkan tempat kerja :

1. Diuretik yang bekerja pada tubulus proksimalis

2. Diuretik yang bekerja pada loop of henle

3. Diuretik yang bekerja pada tubulus kontortus distal

4. Diuretik yang bekerja pada cortical collecting tubule

5. Prinsip terapi edema

6. Penanganan penyakit yang mendasari

7. Mengurangi asupan natrium dan air, baik dari diet maupun intravena

8. Meningkatkan pengeluaran natrium dan air : Diuretik, hanya sebagai terapi paliatif,

bukan kuratif, Tirah baring, local pressure

9. Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar, diuresis yang berlebihan

menyebabkan pengurangan volume plasma, hipotensi, perfusi yang inadekuat,

sehinggga Diuretik harus diberikan dengan hati-hati.

Page 26: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

LO 8 : MACAM-MACAM KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI SAAT PERSALINAN

1. Atonia Uteri

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan

merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus

merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia

terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut

miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi

plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.

Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.

Penyebab

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi

(penunjang ) seperti :

1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi

2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua

3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek

4. Partus lama / partus terlantar

5. Malnutrisi

6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas

dari dinding uterus

Gejala Klinis

1. Uterus tidak berkontraksi dan lunak

2. Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).

Pencegahan atonia uteri

Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin

segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-

Page 27: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat

mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi

kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah

perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.Oksitosin mempunyai

onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani

seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15

menit. Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan

postpartum.

2. Retensio Plasenta

Definisi : keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir.

Epidemiologi : 16-17 % dari kasus perdarahan postpartum

Penyebab

1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam.

Menurut tingkat perlekatannya :

a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.

b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua

endometrium sampai ke miometrium.

c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.

d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding

rahim.

2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau

adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III)

yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian

plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera

mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum

penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.

Penegakan diagnosis

Page 28: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

Plasenta belum lahir selama 1jam setelah bayi lahir.

Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi

tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

Penatalaksanaan

Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan apabila plasenta belum

lahir dalam 1/2-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan.

Tindakan penanganan retensio plasenta :

1. Memberikan informasi kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Mencuci tangan secara efektif

3. Melaksanakan pemeriksaan umum

4. Mengukur vital sign,suhu,nadi,tensi,pernafasan

5. Melaksanakan pemeriksaan kebidanan

a.inspeksi, b.palpasi, c.periksa dalam

6. Memakai sarung tangan steril

7. Melakukan vulva hygiene

8. Mengamati adanya gejala dan tanda retensio plasenta

9. Bila placenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah lahir,atau terjadi perdarahan

sementara placenta belum lahir,maka berikan oxytocin 10 IU IM.

pastikan bahwa kandung kencing kosong dan tunggu terjadi kontraksi,kemudian coba

melahirkan plasenta dengan menggunakan peregangan tali pusat terkendali

10. Bila dengan tindakan tersebut placenta belum lahir dan terjadi perdarahan

banyak,maka placenta harus dilahirkan secara manual

11. Berikan cairan infus NACL atau RL secara guyur untuk mengganti cairan

Manual plasenta :

1. Memasang infus cairan dekstrose 5%.

Page 29: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

2. Ibu posisi litotomi dengan narkosa dengan segala sesuatunya dalam keadaan suci hama.

3. Teknik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam rongga

rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta dilepas – disisihkan

dengan tepi jari-jari tangan – bila sudah lepas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah

ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta dan bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya karena

dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan membawa infeksi

3. Rupture Uteri

Ruptur uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan karena

angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar rumah sakit sudah

dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen.

Ruptura uteri termasuk salahs at diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan lama

mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam.

Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya.

Menurut waktu terjadinya, ruptur uteri dapat dibedakan:

1. Ruptur Uteri Gravidarum adalah rupture yang terjadi waktu sedang hamil, sering

berlokasi pada korpus.

2. Ruptur Uteri Durante Partum adalah rupture yang terjadi waktu melahirkan anak,

lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang terbanyak.

Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :

A. Menurut lokasinya:

1. Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi

seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi

2. Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama

tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri

yang sebenarnya

3. Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsipal atau versi

dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap

Page 30: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

4. Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan vagina

B. Menurut robeknya peritoneum

1.Rupture uteri Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya

(perimetrium) ; dalam hal ini terjadi hubungan langsung antara rongga perut dan rongga

uterus dengan bahaya peritonitis

2. Rupture uteri Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya.

Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke ligamen latum

C. Menurut etiologinya

Ruptur uteri spontanea menurut etiologinya dikarenakan dinding rahim yang lemah dan cacat,

bekas seksio sesarea, bekas miomectomia, bekas perforasi waktu keratase.

Pembagian rupture uteri menurut robeknya dibagi menjadi :

1. Ruptur uteri kompleta

a. Jaringan peritoneum ikut robek

b. Janin terlempar ke ruangan abdomen

c. Terjadi perdarahan ke dalam ruangan abdomen

d. Mudah terjadi infeksi

2. Ruptura uteri inkompleta

a. Jaringan peritoneum tidak ikut robek

b. Janin tidak terlempar ke dalam ruangan abdomen

c. Perdarahan ke dalam ruangan abdomen tidak terjadi

d. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma

4. Infeksi Pasca Persalinan (Postpartum)

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini

ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang

waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38

Page 31: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

derajat celcius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan

bahwa telah terjadi infeksi post partum.

Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi pada

rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah persalinan.

Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi

post partum, antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan, pemeriksaan pada vagina

berulang-ulang, penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah,

persalinan lama, operasi caesar, tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim, dan terjadinya

perdarahan hebat setelah persalinan.

Gejala

Gejalanya antara lain menggigil, sakit kepala, merasa tidak enak badan, wajah pucat,

denyut jantung cepat, peningkatan sel darah putih, rasa nyeri jika bagian perut ditekan, dan

cairan yang keluar dari rahim berbau busuk. Jika infeksi menyerang jaringan disekeliling

rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat

LO 9 : MACAM-MACAM PARTUS

Menurut Umur Kehamilan :

1. Partus prematurus, adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28 sampai 13

minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000 - 2500 gram.

2. Partus Maturus, adalah persalinan pada kehamilan 37 - 40 minggu, janin matur, berat

badan diatas 2500 gram.

3. Partus post maturus, adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu

yag ditaksir, janin disebut pos matur.

4. Partus Presipitatus, adalah persalinan yang berlangsung cepat bisa terjadi dimana saja,

seperti dikamar mandi, didalan bus dsb.

5. Pertus percobaan, adalah suatu penilaian kemajuan persalinan ` untuk memperolah

bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik. (Mochtar, R. 1998)

Berdasarkan cara / proses keluarnya janin, persalinan dibedakan menjadi 3 macam

yaitu :

1. PERSALINAN SPONTAN

 Bila persalinan berlangsung dg kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut

Page 32: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

2. PERSALINAN BUATAN

Bila persalinan di bantu dg tenaga dr luar misalnya Ekstraksi forcep,atau di lakukan    

operasi sectio caesaria

3. PERSALINAN ANJURAN

Persalinan yg tdk di mulai dg sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,

pemberian pitocsin atau prostaglandin.( Mochtar, R. 1998)

LO 10 : SOP PERSALINAN/PARTUSA. Persiapan alat

Set steril pertolongan persalinan

½ koker gunting episiotomi

klem panjang 2 gunting tali pusat

cateter metal kasa steril

tali pusat lidi kapas

duk buntu steril 14 bengkok

Set jahit luka

Nal puder gunting benang

pinset sirurgis benang catgutchromic/silk

jarum otot dan kulit kassa steril 5-10 lembar

tampon vagina bengkok

Kom untuk tempat plasenta

Baju khusus untuk perawatan steril

Masker

Bethadine 10% atau antiseptik

Aqua

Tempat sampah infeksius

Tempat alat tenun infeksius,

Suction pump atau penghisap lendir balon

Dua buah spuit disposable 2,5 ml

Oxytocin injeksi 1 ampul dan ergometrin injeksi 1 ampul

B. Tahap pre-interaksi

1. Baca rekam medis pasien

2. Siapkan alat-alat dan privasi ruangan

Page 33: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

3. Cuci tangan

C. Tahap Orientasi

1. Berikan salam, panggil nama klien

2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap Kerja

1. Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan

2. Lakukan lavement/huknah, tunggu beberapa saat kemudian persilahkan ibu untuk

melakukan BAB

3. Atur posisi yang nyaman bagi ibu

4. Siapkan alat dan bahan, didekatkan pada ibu

5. Pakai skort dan masker, cuci tangan secara steril

6. Lakukan desinfeksi daerah vulva dengan bethadine 1 %

7. Pecahkan selaput ketuban (jika selaput ketuban masih utuh) pada saat ada his

8. Klien dipimpin mengejan saat ada his dan diberi dukungan semangat

9. Kepala janin menonjol 5-6 cm di introitus vagina

10. Tangan kiri menahan defleksi kepala janin, tangan kanan menahan perineum

11. Setelah kepala bayi keluar, usap wajah bayi dengan kasa steril (bagian mulut dan

hidung bayi)

12. Periksa adakah lilitan tali pusat di leher bayi, jika ada lilitan segera kendorkan atau di

potong.

13. Tunggu rotasi interna

14. Kepala bayi dicekam dengan 2 tangan, ditarik ke bawah lalu ke atas untuk melahirkan

bahu

15. Luruskan tangan di bawah badan bayi ke arah perineum dan yang satu menahan pada

bagian atasnya, untuk menyangga saat melahirkan bokong dan kaki

16. Tali pusat diklem dengan 2 klem jarak 12 cm atau 2-3 cm dari pusat

17. Tali pusat digunting, dan didesinfeksi dengan bethadine 10%, lalu bayi diserahkan

pada asisten

18. Dilakukan kateterisasi dengan kateter logam

19. Cek tanda pengeluaran plasenta

20. Plasenta dilahirkan dengan memberikan tekanan menuju fundus uteri

21. Setelah plasenta lahir, plasenta diputar searah jarum jam

Page 34: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

22. Dilakukan pengontrolan kondisi plasenta (cek keutuhan plasenta)

23. Cek perineum. Bila rupture segera dijahit lalu desinfeksi

24. Pasien diberi tahu bahwa persalinan telah selesai dan akan segera dimandikan

E. Tahap terminasi

1. Evaluasi perasaan pasien

2. Simpulkan hasil kegiatan

3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

4. Bereskan alat-alat

5. Cuci tangan

F. Dokumentasi

1. Catat hasil tindakan dalam Partograf

2. Beri gelang atau penanda pada bayi agar tidak tertukar

Page 35: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

KESIMPULAN

Pada skenario 2, pasien mengalami partus atau persalinan dibantu oleh dokter klinik.

Setelah ibu datang ke klinik dilakukan pemeriksaan pada ibu dan hasilnya sesuai dengan

bishop score 8 dan serviks uteri membuka 3 dengan tanda-tanda persalinan mengindikasikan

bahwa ibu akan dan dapat melahirkan pervaginam. Setelah melahirkan kondisi umum ibu

baik, dan bayi juga dalam kondisi baik dengan APGAR Score 8-9-10. Diperlukan

pengawasan post partum mengingat ibu tidak pernah periksa kehamilan selama kehamilannya

serta ibu kemungkinan juga sedang menderita stress akibat suaminya yang sedang di PHK.

SARAN

Hambatan

Hambatan dalam diskusi tutorial skenario 2 ini adalah :

1. Memahami cara berpikir berdasar masalah yang timbul pada skenario.

2. Menyusun permasalahan dalam suatu pola sistematis sehingga mengarah pada inti

permasalahan.

Kekurangan

Kekurangan dalam diskusi tutorial skenario 2 ini adalah :

1. Perlu pemahaman lebih dalam terhadap materi yang ditemukan untuk penyampaian

yang lebih baik pada diskusi tutorial.

Harapan

Harapan dari diskusi tutorial skenario 2 ini, anggota kelompok dapat :

1. Meningkatkan kemampuan kelompok untuk melakukan seven jumps secara

sistematis.

2. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam menentukan permasalahan dan LO dari

skenario.

3. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam penelusuran pustaka untuk

menyelesaikan permasalahan dalam skenario.

4. Meningkatkan pengetahuan kelompok dalam memahami materi dalam blok

reproduksi.

Page 36: Bagaimana keadaan janin/bayiku?

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. diunduh dari http://fitrah-fahmi.blogspot.com/2010/03/apgar-score.html pada

tanggal 9 februari 2013.

Anonim. 2009. Diunduh dari http://kholilahpunya.wordpress.com/2009/09/30/lihat-ibu-

betapa-pintarnya-aku/ pada tanggal 9 februari 2013

Cunningham, F.Gary., et al.2009. Obstetri Williams, ed 23, volume 2. Jakarta : EGC

JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JHPIEGO

Mansjoer, A, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III. Jakarta : Media

Aesculapius

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri(Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi). Jakarta : EGC

Prawirohardjo S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin A. B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusi dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC