BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIAsirusa.bps.go.id/webadmin/pedoman/2014_29_ped_Pedoman...
Transcript of BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIAsirusa.bps.go.id/webadmin/pedoman/2014_29_ped_Pedoman...
BUKU 2
PODES 2014
PEDOMAN PENCACAH
BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA
BUKU 2
PODES 2014
PEDOMAN PENCACAH
BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA
KATA PENGANTAR
Buku pedoman ini merupakan acuan bagi Pencacah dalam melaksanakan
pendataan Potensi Desa (Podes) 2014. Fokus buku pedoman ini terutama berkaitan
dengan konsep dan definisi yang digunakan dalam melakukan pencacahan.
Data Podes sangat berguna bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan
regional/kewilayahan dan pembangunan daerah. Oleh karena itu diperlukan
komitmen yang tinggi untuk menjaga kualitas data Podes. Peran Petugas Pencacah
sebagai ujung tombak pendataan menjadi sangat penting untuk mewujudkan hal
tersebut. Oleh karena itu, Petugas Pencacahan harus melaksanakan petunjuk
operasional yang telah dibuat.
Setiap Pencacah diminta untuk mempelajari secara seksama buku Pedoman
Pencacah yang telah dibuat. Petunjuk yang ada di dalam buku ini harap dilaksanakan
dengan sebaik‐baiknya.
Jakarta, Februari 2014
Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Suryamin, M.Sc
Pedoman Pencacah Podes 2014 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Umum .............................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.3. Landasan Hukum......................................................................................................... 2
1.4. Cakupan Wilayah dan Kegiatan ............................................................................ 3
1.5. Jenis Data yang Dikumpulkan ............................................................................... 3
1.6. Instrumen yang Digunakan .................................................................................... 5
1.7. Jadwal Kegiatan............................................................................................................ 7
1.8. Sumber Data dan Strategi Wawancara ............................................................... 9
BAB II METODOLOGI
2.1. Definisi Desa/Kelurahan/Nagari ......................................................................... 11
2.2. Master File Desa .......................................................................................................... 12
2.3. Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes 2014 .......................... 12
BAB III STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN PODES 2014
3.1. Struktur Organisasi .................................................................................................... 23
3.2. Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes 2014 ........... 24
BAB IV TATA CARA PENGISIAN DAFTAR
4.1. Ketentuan Umum Pengisian Daftar ..................................................................... 31
4.2. Sumber Data yang Dapat Dihubungi .................................................................. 32
4.3. Contoh Pengisian Daftar ........................................................................................... 32
BAB V PENGISIAN DAFTAR PODES2014‐DESA
BLOK I. PENGENALAN TEMPAT ............................................................................ 35
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER ................................ 38
BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN ...................................... 39
BLOK IV. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN .................................. 49
iv Pedoman Pencacah Podes 2014
BLOK V. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP ......................................... 55
BLOK VI. BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM ...................... 67
BLOK VII. PENDIDIKAN DAN KESEHATAN ........................................................... 71
BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA ........................................................................................... 84
BLOK IX. HIBURAN DAN OLAHRAGA ..................................................................... 90
BLOK X. ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI ................................. 93
BLOK XI. PENGGUNAAN LAHAN .............................................................................. 100
BLOK XII. EKONOMI ........................................................................................................ 103
BLOK XIII. KEAMANAN ................................................................................................... 111
BLOK XIV. PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT............................... 119
BLOK XV. OTONOMI ........................................................................................................ 121
BLOK XVI. KETERANGAN APARATUR PEMERINTAH DESA/KELURAHAN 124
BLOK XVII. CATATAN ........................................................................................................ 127
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................ vi
Pedoman Pencacah Podes 2014 v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes 2014 ............................................... 6
Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes 2014............................................................................. 8
vi Pedoman Pencacah Podes 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes 2014................................................................................ 7
Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014‐DESA................ 18
Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014‐KEC dan PODES2014‐KAB................................................................................................... 19
Gambar 2.3. Mekanisme Pendataan Podes 2014 di BPS Provinsi dan BPS Pusat 21
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes 2014 ........................................................................................................................... 23
Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove .......................................................... 48
Gambar 5.2. Contoh Bagian‐Bagian Sungai ......................................................................... 61
Gambar 5.3. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) .................................... 62
Pedoman Pencacah Podes 2014 1
Data Podes adalah data
kewilayahan (spasial)
satu-satunya yang
dimiliki oleh BPS yang
menekankan pada
penggambaran situasi
wilayah. Sebagai data
kewilayahan sangat
mudah diidentifikasi
akurasi maupun
kesalahannya.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Umum
Implementasi kebijakan dan program pembangunan
nasional dan daerah perlu didukung oleh ketersediaan data dan
informasi berbasis wilayah (spasial) melengkapi data dan
informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang
potensi spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga
tingkat terkecil (small areas) merupakan bahan yang penting
bagi perencanaan, implementasi, pengendalian, dan evaluasi
pembangunan daerah secara umum atau bahkan secara
spesifik menurut wilayah tertentu.
Data hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) hingga saat ini merupakan satu-satunya
sumber data tematik berbasis wilayah yang mampu menggambarkan potensi yang dimiliki oleh
suatu wilayah setingkat desa di seluruh Indonesia. Data Podes tersebut dapat diolah sehingga
dihasilkan informasi penting berbasis wilayah untuk berbagai keperluan oleh berbagai pihak
yang membutuhkan. Sebagai contoh, data Podes digunakan untuk identifikasi tipologi wilayah
misalnya perkotaan-perdesaan, pesisir-nonpesisir, tertinggal-nontertinggal, dan sebagainya.
Sejalan dengan perkembangan jaman, kebutuhan terhadap data dan informasi kewilayahan
hingga wilayah terkecil dirasakan semakin beragam dan mendesak untuk bisa dipenuhi.
Podes telah dilaksanakan sejak tahun 1980. Pengumpulan data Podes dilakukan
sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 10 tahun, sebagai bagian dari siklus 10 tahunan
kegiatan sensus yang dilakukan oleh BPS. Podes dilakukan 2 tahun sebelum pelaksanaan sensus
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan sensus. Pada tahun berakhiran ‘1’, Podes
dilaksanakan untuk mendukung Sensus Pertanian yaitu identifikasi wilayah konsentrasi usaha
pertanian menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran ‘4’, Podes dilaksanakan untuk
mendukung Sensus Ekonomi dalam rangka identifikasi usaha menurut sektor dan subsektor.
Pada tahun berakhiran ‘8’, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Penduduk yaitu untuk
identifikasi wilayah permukiman baru.
Pelaksanaan Podes 2014 diharapkan bisa membantu perencanaan kegiatan Sensus
Ekonomi pada tahun 2016. Kuesioner yang digunakan dalam Podes 2014 sebanyak 3 (tiga)
jenis, yaitu kuesioner desa, kuesioner kecamatan dan kuesioner kabupaten/kota. Data yang
dikumpulkan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu data kor dan modul. Pertanyaan Kor selalu
muncul pada setiap pelaksanaan Podes yang memuat data terkait infrastruktur, sumber daya
2 Pedoman Pencacah Podes 2014
alam, kejadian bencana, kelembagaan desa, dan sebagainya. Sebagian besar pertanyaan kor di
Podes 2014 telah tersedia dan dapat dipergunakan bagi Sensus Ekonomi, sehingga tidak
diperlukan lagi pertanyaan yang dikhususkan sebagai modul.
Padatnya jadwal kegiatan BPS pada tahun 2014 serta adanya pemilu legislatif pada
tanggal 9 April 2014 diharapkan tidak mengganggu target penyelesaian kegiatan lapangan
Podes 2014. Semua pihak terkait diharapkan dapat merancang sejak dini pembagian tugas bagi
para petugas pelaksana dengan sebaik-baiknya, sehingga semua kegiatan dapat diselesaikan
tepat waktu.
1.2 Tujuan
Pendataan Podes tidak hanya ditujukan untuk menghasilkan data spesifik bagi keperluan
pembangunan wilayah, tetapi juga dimaksudkan untuk memberikan indikasi awal tentang
potensi wilayah, ketersediaan infrastruktur/fasilitas, serta kondisi sosial-ekonomi dan budaya
di setiap desa/kelurahan. Secara umum tujuan Podes 2014 adalah:
1. Menyediakan data yang diharapkan dapat mendukung perencanaan kegiatan Sensus
Ekonomi 2016 dari sisi wilayah kerja, anggaran, dan alokasi petugas,
2. Sebagai sarana untuk updating Master File Desa (MFD),
3. Menyediakan data tentang keberadaan dan perkembangan potensi yang dimiliki
desa/kelurahan yang meliputi: sosial, ekonomi, sarana, dan prasarana wilayah,
4. Menyediakan data untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan perencanaan
wilayah di tingkat nasional dan tingkat daerah,
5. Melengkapi penyusunan kerangka sampling (sampling frame) untuk kegiatan statistik
lain lebih lanjut,
6. Menyediakan data bagi keperluan updating klasifikasi/tipologi desa, misalnya
perkotaan-perdesaan, pesisir dan nonpesisir, dan sebagainya,
7. Menyediakan data bagi keperluan updating peta wilayah kerja statistik terendah,
8. Menyediakan data pokok bagi penyusunan statistik wilayah kecil (small area statistics),
9. Menyediakan data bagi penyusunan berbagai analisis seperti identifikasi dan penentuan
desa tertinggal, variabel konteks dalam PMT, dan identifikasi desa rawan bencana.
1.3 Landasan Hukum
Dasar hukum pelaksanaan Podes 2014 adalah:
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik,
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik,
Pedoman Pencacah Podes 2014 3
3. Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen,
4. Keputusan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja BPS.
1.4 Cakupan Wilayah dan Kegiatan
Podes 2014 ini dilakasanakan mencakup seluruh wilayah administrasi pemerintahan
setingkat desa meliputi desa, kelurahan, nagari, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) dan
Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) yang masih dibina oleh kementerian terkait diseluruh
Indonesia. Podes 2014 juga mencakup semua wilayah kecamatan, kabupaten/kota diseluruh
Indonesia. Dalam perencanaannya, Podes 2014 dirancang berdasarkan kondisi wilayah pada
bulan Desember 2013, yang terdiri dari 80.548 wilayah setingkat desa yang tersebar di 6.973
kecamatan, 509 kabupaten/kota, dan 33 provinsi. Namun, jumlah wilayah tersebut sangat
mungkin mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari pemekaran maupun
penggabungan wilayah pada selama kurun waktu Januari 2014 hingga saat pencacahan.
1.5 Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam Podes 2014 merupakan data umum yang memberikan
indikasi keberadaan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah.
1. Potensi Desa/Kelurahan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014-DESA.
Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain:
• Keterangan umum desa/kelurahan,
• Kependudukan dan ketenagakerjaan,
• Perumahan dan lingkungan hidup,
• Bencana alam dan mitigasi bencana alam,
• Pendidikan dan kesehatan,
• Sosial budaya,
• Hiburan dan olahraga,
• Angkutan, komunikasi, dan informasi,
• Penggunaan lahan,
• Ekonomi,
• Keamanan,
4 Pedoman Pencacah Podes 2014
• Program pemberdayaan masyarakat,
• Otonomi dan keterangan pemerintah desa/kelurahan.
Sejak tahun 2008, kuesioner Podes desa terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian
Inti (Kor) dan bagian Modul. Pertanyaan-pertanyaan Kor akan ditanyakan pada setiap
Podes, sedangkan pertanyaan-pertanyaan Modul disesuaikan dengan kebutuhan
sensus tertentu. Dalam kuesioner PODES2014-DESA, pertanyaan terkait modul
ekonomi sudah masuk dalam bagian inti (Kor), sehingga pertanyaan modul tidak
dipisahkan secara khusus. Khusus untuk Provinsi Sumatera Barat, Nagari dan Jorong
akan didata menggunakan kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014-
JORONG.
2. Potensi Kecamatan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014-KEC.
Kuesioner ini memuat pertanyaan untuk mengumpulkan data yang dianggap lebih
relevan ditanyakan di tingkat kecamatan, karena keberadaan datanya di desa masih
terbatas atau karena ketersediaan datanya di tingkat kecamatan lebih lengkap
dibandingkan jika dikumpulkan dari setiap desa. Kuesioner ini memuat pertanyaan-
pertanyaan antara lain:
• Keterangan umum kecamatan,
• Fasilitas perlindungan sosial,
• Keamanan,
• Situs/bangunan bersejarah,
• Daya tarik wisata,
• Sarana transportasi dan ekonomi,
• Lembaga non Profit
• Antisipasi/mitigasi bencana alam dan pelestarian lingkungan, dan
• Keterangan aparatur kecamatan.
3. Potensi Kabupaten/Kota dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014-
KAB/KOTA. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan data yang lebih relevan ditanyakan di tingkat kabupaten/kota.
Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain:
• Keterangan umum kabupaten/kota
• Pertambangan,
• Industri,
• Perhubungan,
• Politik, keamanan, dan kerawanan,
Pedoman Pencacah Podes 2014 5
• Antisipasi/mitigasi bencana alam,
• Keterangan aparatur pemerintah kabupaten/kota.
1.6 Instrumen yang Digunakan
Instrumen yang digunakan untuk Podes 2014 terdiri dari 5 (lima) kuesioner dan 4
(empat) buku pedoman yang masing-masing kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Khusus
untuk kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG hanya digunakan di Provinsi
Sumatera Barat.
Semua jenis instrumen akan dikirim oleh BPS Pusat ke BPS Provinsi untuk diteruskan ke
BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan peruntukannya. Semua dokumen hasil Podes 2014 akan
disimpan di BPS Kabupaten/Kota. Alur dokumen Podes 2014 dari BPS Pusat ke BPS Provinsi,
BPS Kabupaten/Kota sampai ke petugas, dan pengembalian dokumen hasil pencacahan dari
lapangan sampai ke penyimpanannya dapat dilihat pada Gambar 1.1.
6 Pedoman Pencacah Podes 2014
Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes 2014
No Jenis dan Nama Kegunaan Digunakan
oleh
Tempat
Penyimpanan
(1) (2) (3) (4) (5)
Kuesioner
1. PODES2014-DESA Pendataan potensi
desa/kelurahan
PCL BPS Kabupaten/
Kota 2. PODES2014-JORONG Pendataan potensi
jorong
PCL BPS Kabupaten/
Kota
3. PODES2014-NAGARI Pendataan potensi
nagari
PCL BPS Kabupaten/
Kota
4. PODES2014-KEC Pendataan potensi
kecamatan
PCL BPS Kabupaten/
Kota
5. PODES2014-KAB/KOTA Pendataan potensi
kabupaten/kota
PCL BPS Kabupaten/
Kota
Buku Pedoman
1. Pedoman Kepala BPS
Provinsi/BPS
Kabupaten/Kota
Merupakan acuan bagi
Kepala BPS Provinsi
dan Kepala BPS
Kabupaten/ Kota
dalam melaksanakan
kegiatan pendataan
Podes 2014
Kepala BPS
Provinsi dan
Kepala BPS
Kabupaten/
Kota
BPS Provinsi dan
BPS Kabupaten/
Kota
2. Pedoman Pencacahan Merupakan acuan bagi
pencacah dalam
melaksanakan tugas
pendataan Podes 2014
PCL -
3. Pedoman Pemeriksaan Merupakan acuan bagi
pemeriksa untuk
memeriksa isian
kuesioner Podes di
lapangan
PML -
4. Pedoman Pengolahan Merupakan acuan bagi
petugas pengolah
dalam entri data Podes
2014
Petugas
pengolahan
-
Pedoman Pencacah Podes 2014 7
Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes 2014
BPS Pusat
Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/
Kota
Pedoman Pencacahan Podes 2014
Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes
2014
Pedoman Pengolahan Podes 2014
Kuesioner PODES2014-DESA
Kuesioner PODES2014-NAGARI
Kuesioner PODES2014-JORONG
Kuesioner PODES2014-KEC
Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
BPS Provinsi
Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/
Kota
Pedoman Pencacahan Podes 2014
Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes
2014
Pedoman Pengolahan Podes 2014
Kuesioner PODES2014-DESA
Kuesioner PODES2014-NAGARI
Kuesioner PODES2014-JORONG
Kuesioner PODES2014-KEC
Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
BPS Kabupaten/Kota
Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/
Kota
Pedoman Pencacahan Podes 2014
Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes
2014
Pedoman Pengolahan Podes 2014
Kuesioner PODES2014-DESA
Kuesioner PODES2014-NAGARI
Kuesioner PODES2014-JORONG
Kuesioner PODES2014-KEC
Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
Pengawas
Pedoman Pencacahan Podes 2014
Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes
2014
Pedoman Pengolahan Podes 2014
Kuesioner PODES2014-DESA
Kuesioner PODES2014-NAGARI
Kuesioner PODES2014-JORONG
Kuesioner PODES2014-KEC
Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
Petugas Pencacah
Pedoman Pencacahan Podes 2014
Kuesioner PODES2014-DESA
Kuesioner PODES2014-NAGARI
Kuesioner PODES2014-JORONG
Kuesioner PODES2014-KEC
Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
ALUR DOKUMEN DARI BPS PUSAT SAMPAI KEPADA PETUGAS PENCACAH
Petugas Pencacah
Kuesioner PODES2014-DESA
Kuesioner PODES2014-NAGARI
Kuesioner PODES2014-JORONG
Kuesioner PODES2014-KEC
Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
Pengawas/Pemeriksa
Kuesioner PODES2014-DESA
Kuesioner PODES2014-NAGARI
Kuesioner PODES2014-JORONG
Kuesioner PODES2014-KEC
Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
BPS Kabupaten/Kota
(Tempat penyimpanan)
Kuesioner PODES2014-DESA
Kuesioner PODES2014-NAGARI
Kuesioner PODES2014-JORONG
Kuesioner PODES2014-KEC
Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
ALUR DOKUMEN DARI PETUGAS PENCACAH KE TEMPAT PENYIMPANAN
1.7 Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan Podes 2014 mulai dari perencanaan sampai dengan pengolahan dan
penyajian adalah sebagai berikut:
8 Pedoman Pencacah Podes 2014
Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes 2014
Tahapan Kegiatan Waktu
A Perencanaan dan Persiapan Kegiatan
1 Finalisasi instrumen 2-30 Januari
2 Rapat Interdep 28 Januari
3 Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman 10 Februari
4 Pengiriman Perlengkapan dan Dokumen Pelatihan Inda
Pendataan
24 Feb - 10 Maret
5 Penyusunan Program dan Pedoman Pengolahan Jan Maret
6 Pencetakan dan Pengiriman Pedoman Pengolahan 10 - 31 Maret
B Pelatihan
Pelatihan Pendataan
1 Workshop Intama 4 - 7 Februari
2 Pelatihan Innas Pendataan 4 - 6 Maret
3 Pelatihan Inda Pendataan (3 hari) 13 - 19 Maret
4 Pelatihan Petugas Pendataan (3 hari) 20 - 28 Maret
Pelatihan Pengolahan
1 Pelatihan Innas Pengolahan (3 hari) 25 – 27 Maret
2 Pelatihan Inda Pengolahan (2 hari) 1 - 6 April
3 Pelatihan Petugas Pengolahan (1 hari) 10 - 14 April
C Pelaksanaan Lapangan
1 Pencacahan Podes 2014 1 - 30 April
2 Pengawasan Pemeriksaan 1 - 30 April
3 Supervisi Lapangan 1 - 30 April
D Pengolahan Data
1 Pengolahan Dokumen di BPS Kabupaten/Kota 15 April - 14 Mei
2 Validasi Data di BPS Kabupaten/Kota 5 - 30 Mei
3 Verifikasi Data ke Instansi Terkait 5 – 30 Mei
4 Kompilasi data di BPS Provinsi 2 - 20 Juni
5 Kompilasi data di BPS Pusat 23 Juni - 18 Juli
6 Tabulasi 4 – 29 Agustus
E Pelaporan
1 Penyusunan Publikasi 1 September - 31 Oktober
2 Pencetakan Publikasi 3 - 15 November
F Sosialisasi Hasil Podes 3 Desember
Pedoman Pencacah Podes 2014 9
1.8 Sumber Data dan Strategi Wawancara
Data Podes 2014 diperoleh dari narasumber terkait dan relevan di wilayah
desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Narasumber di desa/kelurahan adalah
aparatur pemerintah desa yang terdiri dari kepala desa dan perangkat desa (sekretaris desa,
sekretariat, pelaksana kewilayahan, dan perangkat teknis). Narasumber lain di tingkat desa
yang relevan antara lain petugas puskesmas. Narasumber di kecamatan adalah aparatur
kecamatan dan narasumber lain yang relevan seperti polsek dan ranting dinas pariwisata.
Sedangkan narasumber di kabupaten/kota adalah aparatur kabupaten dan narasumber lain
yang relevan seperti dinas perhubungan, dinas sosial dan sebagainya.
Ketidaklengkapan data yang tersedia di beberapa wilayah dan narasumber merupakan
halangan untuk menghasilkan data yang bermutu. Langkah yang bisa ditempuh untuk
menghasilkan data yang berkualitas antara lain:
1. Melakukan wawancara dengan beberapa pemerintah desa/kelurahan, aparatur
kecamatan, dan aparatur kabupaten/kota,
2. Melakukan wawancara dengan narasumber lain yang berwenang dan relevan,
3. Melakukan konfirmasi kembali kepada pemerintah desa/aparatur kecamatan/aparatur
kabupaten/kota setelah mendapatkan data dari narasumber lain yang terkait dan
relevan.
Usaha lain yang perlu dilakukan adalah pencacah harus mampu menjalin komunikasi
yang baik dengan semua narasumber, yaitu dengan menjadikan narasumber tersebut sebagai
mitra diskusi sekaligus sebagai narasumber relevan untuk menggali data secara bersama-sama.
10 Pedoman Pencacah Podes 2014
Pedoman Pencacah Podes 2014 11
2.1 Definisi Desa/Kelurahan/Nagari
Podes 2014 dilakukan terhadap seluruh wilayah administrasi setingkat
desa/kelurahan/nagari di seluruh Indonesia. Adapun konsep dan definisi desa, kelurahan, dan
nagari yaitu:
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa).
Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas.
Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa Dalam perkembangannya,
sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi
kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang
bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.
Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat
daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah
diangkat oleh bupati/walikota.
Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) adalah satuan permukiman transmigrasi yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan
untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT
merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang kurangnya 2 bulan
sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007).
Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang
ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi
pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246
Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi).
BAB 2 METODOLOGI
12 Pedoman Pencacah Podes 2014
Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan
atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat
(PP No. 72 Tahun 2005).
2.2 Master File Desa
Master File Desa (MFD) merupakan file yang berisi nama-nama desa beserta kode
identitasnya. Secara resmi, penetapan MFD dilakukan oleh BPS Pusat sebanyak 2 (dua) kali
dalam setahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Namun BPS daerah dapat selalu melakukan
update berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh Kepala BPS melalui aplikasi MFD online.
Hal ini dilakukan agar BPS selalu dapat memiliki informasi mutakhir terkait perkembangan atau
perubahan wilayah administrasi setingkat desa di seluruh Indonesia. Usulan/update MFD dari
BPS daerah akan dievaluasi dan ditetapkan oleh BPS Pusat.
MFD yang digunakan untuk pelaksanaan lapangan Podes 2014 merupakan kondisi
desa/kelurahan pada bulan Desember 2013. MFD dikelola oleh Subdirektorat Pengembangan
Kerangka Sampel, Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Informasi berisi
nama dan kode desa kondisi ST2013 dan Desember 2013 akan digunakan sebagai panduan
untuk mengisi identitas desa yang terdapat pada Blok I kuesioner PODES2014-DESA. Namun,
kode desa saat pencacahan dapat berbeda dengan MFD yang digunakan, sebagai akibat
terjadinya pemekaran wilayah atau penggabungan wilayah desa setelah Desember 2013.
2.3 Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes 2014
Dokumen Podes 2014 diisi oleh petugas pencacah berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber terkait yang berwenang dan relevan, serta penelusuran dokumen yang ada di
desa/kelurahan, kecamatan, maupun kabupaten/kota. Sedangkan entry data di BPS
Kabupaten/Kota direncanakan dilakukan oleh KSK sebagai upaya optimalisasi penggunaan
laptop KSK. Tugas BPS Provinsi hanya melakukan kompilasi dan pemeriksaan kewajaran dan
konsistensi data. Secara umum pelaksanaan Podes 2014 dapat dibagi menurut kegiatan di BPS
Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi.
a. BPS Kabupaten/Kota
Pencacahan lapangan dan pengolahan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Secara garis
besar pencacahan lapangan Podes 2014 terdiri dari 3 kegiatan yaitu pencacahan potensi
desa/kelurahan, potensi kecamatan, dan potensi kabupaten/kota. Sedangkan pengolahan data
akan dilakukan oleh KSK untuk mengoptimalkan penggunaan laptop KSK.
Pedoman Pencacah Podes 2014 13
1. Pencacahan dan Monitoring Progres Pencacahan
Pendataan desa/kelurahan menggunakan kuesioner PODES2014-DESA. Khusus desa-
desa yang berstatus pemerintahan nagari di Provinsi Sumatera Barat, yang menjadi satuan
wilayah pencacahan pada Podes 2014 ini adalah nagari, maka dilakukan pendataan dengan
menggunakan kuesioner PODES2014-NAGARI. Sedangkan untuk wilayah di bawah nagari
(jorong/korong/kampung) dilakukan pendataan dengan menggunakan kuesioner
PODES2014-JORONG. Pendataan dilakukan dengan cara wawancara dengan aparatur
pemerintah desa/kelurahan dan narasumber lain yang berwenang dan relevan. Aparatur
pemerintah desa/kelurahan meliputi kepala desa/lurah dan perangkat desa/kelurahan.
Sementara itu, perangkat desa/kelurahan meliputi sekretaris desa/kelurahan dan kaur/kasi di
desa/kelurahan. Pengisian daftar kuesioner menggunakan BOLPOIN. Jika terjadi kesalahan isi
maka isian yang salah tersebut dicoret dan diganti dengan isian yang benar, kemudian diparaf.
Setelah menyelesaikan satu dokumen pencacahan di desa/kelurahan, petugas pencacah
diminta untuk melakukan diskusi dengan pemerintah desa/kelurahan/nagari yang menjadi
responden Podes 2014. Dalam diskusi ini akan dibahas beberapa hal seperti:
1. Klarifikasi tentang kesesuaian data hasil pencacahan dengan fakta yang ada di
desa/kelurahan,
2. Klarifikasi terkait data yang tidak tersedia di pemerintah desa/kelurahan, namun
diperoleh dari narasumber lain yang relevan di luar pemerintah desa/kelurahan,
3. Persepakatan terhadap data yang tidak terdapat di pemerintah desa/kelurahan
sehingga diisi berdasarkan perkiraan petugas BPS dan narasumber lain yang relevan,
4. Persetujuan dan legalisasi pemerintah desa terhadap data final hasil pencacahan Podes
2014 sebagai data yang menggambarkan kondisi riil desa/kelurahan.
Pendataan potensi kecamatan dilakukan dengan cara mengunjungi seluruh kecamatan
untuk melakukan wawancara langsung dengan aparatur kecamatan (camat atau narasumber
lain yang relevan seperti petugas puskesmas maupun ranting dinas). Pendataan Potensi
Kecamatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner PODES2014-KEC.
Pendataan potensi kabupaten dilakukan dengan mengunjungi kantor bupati/walikota
dan kantor-kantor dinas yang relevan di seluruh kabupaten/kota (seperti Dinas Pertambangan,
Dinas Perindustrian, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pertanian). Petugas selanjutnya melakukan
wawancara langsung dengan narasumber di kantor-kantor dinas tersebut sesuai dengan
muatan pertanyaan di masing-masing dinas tersebut. Mekanisme lapangan pada pencacahan
potensi kabupaten/kota sama dengan mekanisme lapangan pada saat pencacahan potensi
kecamatan. Kuesioner yang digunakan dalam pendataan potensi kabupaten/kota adalah
PODES2014-KAB/KOTA.
14 Pedoman Pencacah Podes 2014
Adanya informasi yang harus dikumpulkan oleh pencacah seperti isian jumlah fasilitas
yang umumnya adalah kurang lengkap, maka petugas pencacah diminta melakukan kunjungan
ulang ke narasumber untuk melakukan konfirmasi isian dan mendapatkan legitimasi data yang
diperoleh. Oleh karena itu, petugas pencacah perlu melakukan perencanaan secara matang
mengenai kegiatan apa saja yang perlu dilakukan oleh petugas dalam setiap kunjungan.
Mekanisme lapangan untuk petugas pencacah dan pengawas/pemeriksa berikut agar perlu
dipedomani dengan sebaik-baiknya agar keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi secara
lengkap, akurat, dan dapat selesai sesuai dengan jadwal.
a. Jumlah kunjungan dalam rangka pencacahan tidak dibatasi. Namun dalam skema
kegiatan lapangan diilustrasikan bahwa keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi
secara lengkap dan benar setidaknya dalam 3 (tiga) kali kunjungan.
b. Kunjungan pertama
1. Setiap pencacah sudah melakukan kunjungan pertama ke semua desa/kelurahan
dan mencatat sebagian data yang sudah tersedia,
2. Mengadakan perjanjian untuk kunjungan kedua guna melengkapi data, serta
menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan oleh narasumber pada
kunjungan kedua,
3. Dalam kondisi desa yang sangat sulit dijangkau maka pengumpulan keterangan
secara lengkap dapat saja dilakukan dalam satu kunjungan.
c. Kunjungan kedua
1. Menyelesaikan seluruh isian daftar PODES2014-DESA,
2. Mengadakan perjanjian untuk kunjungan ke-3 untuk melengkapi data yang masih
tersisa, serta menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan pada kunjungan
ke-3,
3. Pencacah memeriksa seluruh isian dengan seksama, termasuk kewajarannya
dibandingkan dengan 2011 dan dibandingkan dengan wilayah lain. Ketidak
wajaran dikonfirmasi lagi pada kunjungan ke-3.
d. Kunjungan ketiga
1. Konfirmasi seluruh data yang sudah dicacah,
2. Mengadakan persepakatan bahwa data tersebut dipakai sebagai data Podes 2014,
serta Kepala Desa/Lurah menandatangani dan memberi cap legalisasi di tempat
yang tersedia pada kuesioner.
e. Pengawasan dan pemeriksaan
1. Setiap pencacah diawasi dan diperiksa baik selama proses maupun hasil kuesioner
dalam hal kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi. Selanjutnya pengawas
memberikan rekomendasi perbaikan. Pengawasan sebaiknya dilakukan di
lapangan,
Pedoman Pencacah Podes 2014 15
2. Pengawas melakukan Monitoring I (mengirim SMS sesuai format yang sudah
ditentukan) untuk setiap desa/kelurahan yang sudah selesai dicacah oleh pencacah
dan dokumennya diterima dan diperiksa. Monitoring I juga dilaksanakan pada
Podes kecamatan.
3. Jika dalam satu minggu pengawas/pemeriksa tidak melaporkan desa/kelurahan
yang sudah selesai, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis
kepada pengawas, Kasie Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota.
Kelancaran kegiatan pencacahan di lapangan juga menjadi tanggung jawab petugas
pengawas lapangan. Pengawas juga sekaligus berfungsi sebagai pemeriksa dokumen yang
telah diserahkan pencacah kepada pengawas. Jika ternyata dokumen yang diterima tidak
lengkap, tidak wajar atau tidak konsisten maka pengawas dapat memberi tugas kepada
pencacah untuk melakukan kunjungan ulang ke desa/kelurahan. Sebaliknya jika dokumen
sudah lengkap maka dapat diserahkan kepada KSK/petugas entry untuk dilakukan entry
data.
2. Pengolahan dan Monitoring Progres Pengolahan Data
Sebelum entry data, KSK wajib melakukan editing coding. Dokumen yang sudah di-entry
dan softfile data hasil entry selanjutnya diserahkan kepada BPS Kabupaten/Kota untuk
dikompilasi. Selain itu BPS Kabupaten/Kota juga akan melakukan validasi terhadap data yang
sudah dientry. Jika data tersebut dinyatakan clean maka proses selanjutnya adalah melakukan
konsistensi dengan dokumen kecamatan dan kabupaten untuk variabel tertentu yang saling
terkait. Jika data tidak lolos validasi maka BPS Kabupaten/Kota akan langsung menghubungi
pengawas untuk melakukan konfirmasi dan tindak lanjut.
Beberapa hal penting terkait kegiatan pengolahan data Podes 2014 yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Perangkat lunak yang akan digunakan untuk pengolahan data (perekaman dan
pengecekan kewajaran) disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas pengolahan data Podes akan
dilatih secara khusus sesuai jadwal yang telah ditentukan. Agar pengolahan data dapat
diselesaikan tepat waktu, diharapkan kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS
Kabupaten/Kota untuk mematuhi jadwal yang telah ditetapkan.
2. Pengolahan dokumen PODES2014-DESA dilakukan oleh petugas olah data dengan
menggunakan aplikasi yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas olah data adalah
KSK atau staf BPS Kabupaten/Kota yang telah mengikuti pelatihan pengolahan data.
Sebelum dilakukan entry data, petugas melakukan kegiatan editing-coding, pemeriksaan
kewajaran isian dan kebenaran identitas wilayah. Entry data dilakukan segera setelah
dokumen terisi secara lengkap dan benar. Softfile hasil entry data dan dokumen
PODES2014-DESA dikirim ke BPS Kabupaten/Kota secara bertahap setiap kali satu
desa/kelurahan selesai. Softfile untuk Seksi IPDS sementara itu kuesioner untuk Seksi
Statistik Sosial.
16 Pedoman Pencacah Podes 2014
3. Kompilasi data hasil pengolahan PODES2014-DESA dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Kasi IPDS melakukan kompilasi,
b. Kasi Statistik Sosial melakukan Monitoring II yaitu mengupload file terenkripsi dari
aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS. Monitoring II melaporkan daftar
desa yang telah selesai diolah beserta status validasi datanya,
c. Jika dalam satu minggu Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan Monitoring II,
maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada Kasie IPDS, Kasie
Statistik Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota.
4. Pemeriksaan data dilakukan dalam hal kelengkapan, kewajaran, validitas, dan
konsistensi datanya. Pemeriksaan dilakukan melalui aplikasi tabulasi yang tersedia
dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas terkait. Pemeriksaan dan
validasi harus dilakukan sehingga diperoleh data yang clean. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
a. Seksi IPDS melakukan validasi dan membuat tabulasi,
b. Seksi Statistik Sosial memeriksa tabulasi dan memastikan validitas data,
c. Seksi Statistik Sosial melakukan kegiatan Monitoring III, yaitu upload file terenkripsi
dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS. Monitoring III berisi rekap
jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan dalam bentuk informasi yang
terenkripsi. Upload dilakukan sebelum pengiriman data clean ke BPS Provinsi.
d. Jika dalam batas waktu monitoring Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan
Monitoring III, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada
Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota.
5. Pengolahan dokumen PODES2014-KEC dan PODES2014-KAB/KOTA dilakukan oleh
BPS Kabupaten/Kota dengan menggunakan aplikasi pengolahan data yang sudah
disiapkan oleh BPS Pusat.
6. Pengecekan konsistensi antara data desa dengan data kecamatan dan kabupaten/kota
untuk variabel-variabel yang bersesuaian/terkait dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
7. Pengolahan dan dokumentasi laporan pengawasan dan pemeriksaan dilakukan di BPS
Kabupaten/Kota.
8. Semua data Podes yang meliputi PODES2014-DESA, PODES2014-KEC, PODES2014-
KAB /KOTA dikirimkan ke BPS Provinsi setelah melalui proses pemeriksaan data.
Pemeriksaan data dilakukan melalui aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program
pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas terkait,
Pedoman Pencacah Podes 2014 17
9. Kepala BPS Kabupaten/Kota menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan
Penjaminan Kualitas Data ke BPS Provinsi. Surat dikirimkan dalam bentuk softfile
kepada Kepala BPS Provinsi cq. Kepala Bidang Statistik Sosial Provinsi, sedangkan asli
surat disimpan di BPS Kabupaten /Kota sebagai arsip.
Pelaksanaan lapangan dan pengolahan menjadi kegiatan yang saling terkait. Selama
proses pengolahan bisa saja dokumen dikembalikan kepada petugas pemeriksa untuk
dibetulkan kembali isian yang masih belum benar. Oleh karena itu kerja sama antara petugas
pencacah, pemeriksa, dan petugas pengolahan harus berjalan dengan baik. Alur pencacahan dan
pengolahan kegiatan Podes 2014, baik PODES2014-DESA, PODES2014-KEC, PODES2014-KAB
dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2.
18 Pedoman Pencacah Podes 2014
Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014-DESA
PENCACAHAN LAPANGAN
MITRA/KSK
- Kunjungan dan wawancara dengan narasumber (pemerintah desa/kelurahan)
dan narasumber lain yang relevan.
- Konsistensi dan klarifikasi data dengan narasumber
- Diskusi dan finalisasi data dengan pemerintah desa/kelurahan
PENGAWASAN
KSK/STAF
- Mengawasi
pelaksanaan lapangan
- Memeriksa
kelengkapan dokumen
PEMERIKSAAN DOKUMEN
KSK/STAF
- Memeriksa kewajaran dan konsistensi isian
- Monitoring I (mengirimkan SMS progres
pencacahan) oleh Pengawas/Pemeriksa
Tidak
Ya
KOMPILASI DATA DI KAB/KOTA
SEKSI IPDS/SOSIAL
- Kompilasi data oleh seksi IPDS
- Monitoring II/upload file terenkripsi (daftar desa selesai diolah) oleh Kasie Stat.
Sosial
Data clean?
KONSISTENSI DATA
SEKSI IPDS & SEKS STAT. SOSIAL
Konsistensi PODES2014 -DESA, PODES2014-KEC,
PODES2014 -KAB/KOTA
Ya
Tidak
VALIDASI DATA
SEKSI IPDS/SOSIAL
- Tabulasi dan pemeriksaan akurasi data
- Pemeriksaan trend dan kewajaran data Podes 2014 dengan Podes 2011
- Konfirmasi data Podes 2014 dengan data dinas terkait
PENGOLAHAN DOKUMEN
KSK
- Editing, Coding, Entry, Verify
Dokumen lengkap dan
isian akurat?
KONSISTEN
Ya
Tidak
PENGIRIMAN DATA KE BPS PROVINSI
- Monitoring III/upload file terenkripsi ( rekap jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan) oleh
Kasie Stat. Sosial
- Pengiriman data oleh Kasie IPDS BPS Kabupaten/Kota
SELESAI
MULAI PELATIHAN PETUGAS
Pedoman Pencacah Podes 2014 19
Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014-KEC dan
PODES2014-KAB
*) Keterangan: Pencacahan PODES2014-KAB/KOTA tidak ada pengawas
20 Pedoman Pencacah Podes 2014
b. BPS Provinsi dan BPS Pusat
BPS Provinsi dan BPS Pusat tidak melakukan tugas pendataan maupun pengolahan data
Podes 2014. Akan tetapi, BPS Provinsi dan BPS Pusat mempunyai tanggung jawab untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan di BPS Kabupaten/Kota. BPS Provinsi
dan BPS Pusat harus memastikan bahwa pelaksanaan Podes 2014 di BPS Kabupaten berjalan
secara efektif.
Selain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan dan pengolahan data
Podes 2014, BPS Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Bidang IPDS melakukan kompilasi, validasi dan tabulasi data dari seluruh
kabupaten/kota,
2. Bidang Statistik Sosial memeriksa kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi pada tabel
yang dihasilkan dari program pengolahan,
3. Bidang IPDS mengirim file data Podes 2014 ke BPS Pusat (Direktur Sistem Informasi
Statistik) setelah dilakukan proses pemeriksaan dan validasi data. Pemeriksaan data
dilakukan dengan menggunakan aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program
pengolahan.
4. Kepala Bidang Statistik Sosial menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan
Penjaminan Kualitas Data ke BPS Pusat. Surat dikirimkan dalam bentuk softfile kepada
Direktur Statistik Ketahanan Sosial yang ditembuskan kepada Deputi Bidang Statistik
Sosial dan Direktur Sistem Informasi Statistik BPS, sedangkan asli surat disimpan di BPS
Provinsi sebagai arsip.
Jika dalam pemeriksaan data ternyata masih ditemukan data yang masih error, maka BPS
Provinsi sesegera melakukan konfirmasi kepada BPS Kabupaten/Kota agar data yang masih
salah isian untuk segera diperbaiki dan dikirimkan kembali. Setelah diperika kembali di BPS
Provinsi dan data dianggap clean maka data tersebut segera dikirimkan ke BPS Pusat c.q.
Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data Statistik, Direktorat Sistem Informasi Statistik cc.
Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial.
Data Podes dari BPS Provinsi diterima oleh BPS Pusat melalui Subdirektorat Integrasi
Pengolahan Data. Data yang sudah diterima kemudian dilakukan kompilasi, validasi, dan
tabulasi. Setelah data Podes 2014 dinyatakan clean, maka data Podes masing-masing daerah
akan dikirim kembali ke BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Gambar 2.3 menunjukkan
bagan alur pengolahan data di BPS Provinsi dan BPS Pusat.
Pedoman Pencacah Podes 2014 21
Gambar 2.3 Mekanisme Podes 2014 di BPS Provinsi dan BPS Pusat
22 Pedoman Pencacah Podes 2014
Pedoman Pencacah Podes 2014 23
BAB 3 STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN
PODES 2014
3.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi penanggung jawab kegiatan Podes 2014 disusun dengan tujuan agar
setiap penanggung jawab kegiatan mengetahui wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya
masing-masing. Struktur organisasi mulai dari tingkat BPS Pusat, BPS Provinsi sampai dengan
BPS Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes 2014
Kepala BPS RI
- Direktur Statistik
Ketahanan Sosial
- Kasubdit. Statistik
Ketahanan Wilayah
Kepala BPS Provinsi
Kepala Bagian Tata
Usaha
Kepala Bidang
Statistik Sosial
Kepala BPS Kabupaten/
Kota
Kasubbag. Tata
Usaha
Kepala Seksi Statistik
Sosial
KSK
Petugas Lapangan/Mitra
Deputi Bidang Statistik
Sosial
Keterangan:
-------------------- Garis Koordinasi
Garis Komando
Deputi Bidang Metodologi
dan Informasi Statistik
Kepala Bidang IPDS
Kasie IPDS
- Dir. Sistem Informasi Statistik
- Dir. Pengembangan
Metodologi Sensus dan
Survei
24 Pedoman Pencacah Podes 2014
Di tingkat BPS Pusat, pengarah umum Podes 2014 adalah Kepala BPS, sementara
pengarah teknis adalah Deputi Bidang Statistik Sosial bersama Deputi Bidang Metodologi dan
Informasi Statistik. Sementara itu, penanggung jawab kegiatan Podes 2014 adalah Direktur
Statistik Ketahanan Sosial, Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei, dan Direktur
Sistem Informasi Statistik. Penanggung jawab teknis Podes 2014 adalah Kepala Subdirektorat
Statistik Ketahanan Wilayah, dibantu oleh kepala subdirektorat dan kepala seksi yang terkait.
Pada tingkat BPS Provinsi, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2014 secara
keseluruhan adalah Kepala BPS Provinsi. Penanggung jawab teknisnya adalah Kepala Bidang
Statistik Sosial. Sementara itu, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Bidang Integrasi
Pengolahan dan Diseminasi Statistik.
Pada tingkat BPS Kabupaten/Kota, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2014 adalah
Kepala BPS Kabupaten/Kota. Sementara itu penanggung jawab teknis adalah Kepala Seksi
Statistik Sosial. Sedangkan penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Seksi Integrasi
Pengolahan dan Diseminasi Statistik.
3.2 Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana
Podes 2014
Pelaksana kegiatan Podes 2014 di BPS Pusat, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota
mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda. Wewenang, tugas, dan
tanggung jawab kegiatan Podes 2014 yang dikelompokkan menurut rentang kendali kegiatan
diuraikan sebagai berikut:
BPS Pusat
a. Kepala BPS
Kepala BPS mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan
Podes 2014 secara keseluruhan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
b. Deputi Bidang Statistik Sosial
Deputi Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai
pengarah kegiatan Podes 2014 secara teknis atas arahan dari Kepala BPS. Deputi Bidang
Statistik Sosial lebih berperan sebagai pengarah kegiatan lapangan agar kegiatan dapat
berjalan dengan lancar.
c. Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik mempunyai wewenang dan
tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2014 secara teknis atas arahan dari
Kepala BPS. Deputi Bidang MIS lebih berperan sebagai pengarah kegiatan pengolahan Podes
2014.
Pedoman Pencacah Podes 2014 25
d. Direktur Statistik Ketahanan Sosial
Direktur Statistik Ketahanan Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan Podes 2014,
2. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan,
3. Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan Podes 2014,
4. Menyusun rencana kegiatan beserta seluruh tahapan kegiatannya,
5. Menyusun jadwal kegiatan,
6. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
e. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei
Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei mempunyai wewenang, tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab atas metodologi dan pemutakhiran MFD,
2. Mengirimkan daftar MFD ke BPS Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan pelatihan
dan lapangan,
3. Memberikan tanggapan mengenai ditemukannya perubahan wilayah.
f. Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS)
Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab atas sistem dan aplikasi pengolahan data Podes 2014,
2. Mendistribusikan sistem dan aplikasi pengolahan data ke BPS daerah,
3. Menyelenggarakan pelatihan instruktur pengolahan data,
4. Memantau pelaksanaan pengolahan data Podes 2014 yang dilaksanakan di pusat
dan daerah,
5. Menerima hasil pengolahan data Podes 2014 dari BPS daerah,
6. Mengkonsolidasikan seluruh hasil pengolahan,
7. Menyajikan hasil pengolahan,
26 Pedoman Pencacah Podes 2014
BPS Provinsi
a. Kepala BPS Provinsi
Kepala BPS Provinsi mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut.
1. Kepala BPS Provinsi bertanggung jawab memberi arahan teknis dan administratif
kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota,
2. Menentukan susunan petugas, organik BPS atau non organik BPS, yang berkaitan
dengan ketentuan upah kinerja di BPS Provinsi,
3. Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah,
4. Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan supervisi pelaksanaan
lapangan.
b. Kepala Bidang Statistik Sosial
Kepala Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014,
2. Memberi petunjuk kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota mengenai rekruitmen dan
pelatihan petugas,
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil
Podes 2014,
4. Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes 2014.
5. Melaksanakan upaya penjaminan kualitas data Podes 2014
6. Menandatangani dan mengirimkan Surat Keterangan Pengiriman Data dan
Penjaminan Kualitas Data Ke BPS ke BPS Pusat.
c. Kepala Bagian Tata Usaha
Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut.
1. Mendistribusikan dokumen ke BPS Kabupaten/Kota,
2. Bersama-sama Kepala Bidang Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas,
3. Menyelenggarakan administrasi kegiatan Podes 2014.
Pedoman Pencacah Podes 2014 27
d. Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai wewenang,
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi pengolahan data dengan BPS Kabupaten/Kota
2. Melakukan penggabungan hasil pengolahan tingkat kabupaten/kota,
3. Melakukan pemeriksaan validasi dan tabulasi data Podes 2014,
4. Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Pusat,
5. Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2014.
BPS Kabupaten/Kota
a. Kepala BPS Kabupaten/Kota
Kepala BPS Kabupaten/Kota mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kegiatan Podes 2014 secara
keseluruhan di kabupaten/kota,
2. Melakukan rekruitmen petugas lapangan,
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan dan pemeriksaan hasil
pendataan dan menjamin mutu data Podes 2014,
4. Melakukan monitoring pencacahan dan pengolahan melalui website SMS Gateway,
5. Membuat laporan pelaksanaan Podes 2014,
6. Menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data
ke BPS Provinsi.
b. Kepala Seksi Statistik Sosial
Kepala Seksi Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014,
2. Menyelenggarakan pelatihan petugas bersama-sama dengan Kepala Sub Bagian Tata
Usaha,
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil
Podes 2014,
4. Mendaftarkan petugas monitoring SMS Gateway,
5. Melakukan monitoring II dan III (upload file terenkripsi dari program pengolahan)
berupa data yang sudah dientri dan rekap data jumlah desa per kecamatan,
6. Memeriksa tabel dan memastikan kebenaran data Podes 2014,
7. Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes 2014.
28 Pedoman Pencacah Podes 2014
c. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Bidang Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut.
1. Mendistribusikan dokumen ke petugas Podes 2014,
2. Bersama-sama Kasie Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas,
3. Membuat laporan administrasi penyelenggaraan pelatihan,
4. Melaksanakan administrasi kegiatan Podes 2014.
d. Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai wewenang,
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut.
1. Melakukan pengelolaan atas perubahan wilayah kerja statistik,
2. Mengatur pendistribusian peralatan GPS receiver kepada pengawas,
3. Melakukan koordinasi pengolahan data Podes 2014,
4. Melakukan validasi data dan tabulasi data serta memeriksa data podes,
5. Memberikan bahan untuk SMS gateway kepada Kasie Sosial berupa informasi berisi
data yang sudah diolah dan divalidasi dalam bentuk enkripsi,
6. Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Provinsi melalui mekanisme
yang ditentukan,
7. Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2014 di tingkat Kabupaten/Kota.
e. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK)
Koordinator Statistik Kecamatan mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014 di tingkat kecamatan,
2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014,
3. Melakukan pengawasan pelaksanaan Podes 2014 di wilayah kerjanya agar
pendataan berjalan dengan baik,
4. Mengikuti pelatihan pengolahan data sebagai petugas pengolah Podes 2014,
5. Melakukan pengolahan data (entry) Podes 2014,
6. Menyerahkan dokumen Podes 2014 dan data yang sudah dientri kepada BPS
Kabupaten.
Pedoman Pencacah Podes 2014 29
f. Pengawas/Pemeriksa (PML) Podes 2014
Pengawas/Pemeriksa mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut.
1. Petugas PML Podes 2014 terdiri dari PML untuk pencacahan Podes 2014 di tingkat
desa/kelurahan dan kecamatan,
2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014,
3. Pengawasan/pemeriksaan PODES2014-DESA dilakukan oleh Koordinator Statistik
Kecamatan (KSK) atau staf BPS Kabupaten/Kota,
4. Pengawasan/pemeriksaan PODES2014-KEC dilakukan oleh Kasie Statistik Sosial
atau Staf BPS Kabupaten/Kota,
5. Mengorganisasikan petugas pencacah yang berada di bawah pengawasannya,
6. Melaksanakan pengawasan sesuai petunjuk, wilayah kerja dan jadwal yang
ditentukan,
7. Memeriksa hasil pencacahan yang diserahkan petugas pencacah (kelengkapan
dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh) dan jika ditemukan
kejanggalan, perintahkan kepada petugas pencacah untuk melakukan kunjungan
ulang,
8. Mengirimkan SMS ke SMS Gateway bagi setiap desa yang sudah selesai diperiksa,
9. Memberikan petunjuk dan jalan keluar atas permasalahan lapangan yang dilaporkan
petugas pencacah,
10. Mengumpulkan dan menyusun dokumen hasil pencacahan kemudian diserahkan
kepada KSK untuk diolah,
11. Mengukur koordinat dan ketinggian kantor desa/kelurahan menggunakan alat (GPS
receiver).
g. Pencacah Podes (PCL) Podes 2014
Pencacah Podes (PCL) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut.
1. Pencacah (PCL) terdiri dari KSK/mitra statistik untuk pencacahan Podes 2014 di
tingkat desa/kelurahan, KSK untuk pencacahan Podes 2014 di tingkat kecamatan,
dan Staf/Kasie Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota untuk pencacahan di tingkat
kabupaten/kota,
2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014,
3. Melaksanakan pendataan sesuai dengan petunjuk dan jadwal yang telah ditentukan,
4. Memeriksa kembali hasil pendataan (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian, dan
kualitas data yang diperoleh),
5. Menyerahkan dokumen Podes 2014 yang telah diisi dan diperiksa kepada
pengawas/pemeriksa.
30 Pedoman Pencacah Podes 2014
Pedoman Pencacah Podes 2014 31
BAB 4 TATA CARA PENGISIAN DAFTAR
4.1 Ketentuan Umum Pengisian Daftar
a. Semua isian harus ditulis dengan pena, atau BOLPOIN. Petugas tidak boleh mengisi
dokumen pencacahan dengan pensil hitam atau pensil warna,
b. Konsep dan definisi yang digunakan untuk mengisi Daftar Podes 2014, harus sesuai
dengan buku pedoman,
c. Untuk pertanyaan yang jawabannya berupa kode, lingkarilah kode jawaban yang sesuai,
kemudian pindahkan kode jawaban tersebut ke dalam kotak yang tersedia di sebelah
kanan,
d. Untuk pertanyaan yang jawabannya bukan kode, tuliskanlah jawaban tersebut dengan
huruf kapital atau angka yang benar kemudian pindahkan isian jawaban tersebut ke
dalam kotak yang tersedia di sebelah kanan,
e. Pemindahan isian ke kotak pengolahan hendaknya dilakukan setelah pencacahan
selesai. Pemindahan isian di setiap rincian dimulai dari kotak yang paling kanan (rata
kanan),
f. Setiap pertanyaan yang jawabannya berupa isian tetapi jawabannya nol agar diberi
tanda strip (-) dan pada kotak isikan 0 (nol),
g. Bila isian melebihi jumlah kotak yang disediakan misalnya dua kotak maka isikan 98
dan bila tidak tahu isikan 99 ke dalam kotak yang tersedia. Sebagai contoh khusus untuk
jarak, bila jaraknya ≥ 98 km maka isikan 98,0 tetapi bila tidak tahu maka isikan (99,0),
h. Setiap isian agar diteliti kembali dan setiap kesalahan agar diperbaiki sebelum
kuesioner diserahkan kepada pengawas/pemeriksa,
i. Bila responden/aparat desa/kelurahan tidak bisa/ragu-ragu menjawab beberapa
pertanyaan (biasanya data kuantitatif/individu), maka pencacah harus menanyakan
pada sumbernya langsung. Contoh kasus seperti data jumlah keluarga yang menerima
kartu ASKESKIN peserta program jaminan kesehatan masyarakat miskin ditanyakan ke
Puskesmas atau Dinas Kesehatan,
j. Pertanyaan tentang jarak:
Semua pertanyaan tentang jarak dari desa/kelurahan ke suatu fasilitas atau ke ibukota
kecamatan/kabupaten/kota, dihitung dari lokasi kantor kepala desa/lurah.
32 Pedoman Pencacah Podes 2014
Semua pertanyaan mengacu pada situasi saat pencacahan, kecuali pada
beberapa pertanyaan yang telah ditetapkan referensi waktunya.
0 0
4.2 Sumber Data yang Dapat Dihubungi
Pada isian kuesioner, ada beberapa keterangan yang tidak bisa diperoleh di tingkat
desa/kelurahan, sehingga harus diperoleh dari instansi terkait di tingkat kecamatan atau
kabupaten/kota. Isian kuesioner tersebut seperti:
No. Isian Kuesioner Sumber Data
(1) (2) (3)
1 Jumlah keluarga pengguna listrik (Blok V.R501.a) PLN
2 Dukun bayi (Blok VII.R708) Posyandu/Puskesmas
3 Jumlah warga penerima kartu
JAMKESMAS/JAMKESDA selama tahun 2013 (Blok VII.
Bidan/Puskesmas
4 Jumlah keluarga yang berlangganan telepon kabel
(Blok 10. R1003.a)
PT. Telkom
4.3 Contoh Pengisian Daftar
a) Melingkari kode jawaban
b) Apabila status pemerintahan yang dicacah tergolong dalam kategori kelurahan,
maka isian Blok III Rincian 301 adalah:
Desa -1 UPT/SPT -3
Kelurahan -2 Lainnya………………(tuliskan) -4
c) Mengisi jawaban dan memasukkan jawaban ke kotak
d) Apabila keluarga pengguna listrik PLN dan Non-PLN masing-masing berjumlah
1550 orang dan 50 orang, maka isian Blok V, Rincian 501.a adalah:
1. PLN (Perusahaan Listrik Negara) 1550 keluarga
0 1 5 5 0
2. Non-PLN (misalnya:swasta, swadaya, atau perseorangan) 50 keluarga
0 0 0 5 0
e) Mengisi jawaban kosong
Apabila tidak ada dokter gigi yang tinggal/menetap di desa/kelurahan, maka isian
Blok VII Rincian 706.b = , sedangkan kotak diisi nol (0), Contoh:
b. Dokter gigi (tidak termasuk tukang gigi) : .……….……. orang
2
Pedoman Pencacah Podes 2014 33
f) Mengisi langsung ke dalam kotak
Apabila di desa/kelurahan terdapat sebuah SD Negeri dan sebuah Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Swasta dan tidak ada SMP/MTs, dan SMP terdekat berjarak 30 km,
maka isian Blok VII, Rincian 701.b dan 701.c Kolom (2) s.d. Kolom (4)
sebagai berikut:
Jeis/jenjang
pendidikan
Jumlah lembaga pendidikan Jika tidak ada lembaga
pendidikan (kolom (2) dan
kolom (3) berisi 0),
perkiraan jarak terdekat (km)
Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4)
b. SD/MI
0 1
0 1
c. SMP/MTs
0 0
0 0
3 0 , 0
34 Pedoman Pencacah Podes 2014
Pedoman Pencacah Podes 2014 35
BAB 5 PENGISIAN DAFTAR PODES2014-DESA
Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pengisian daftar PODES2014-DESA,
PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG. Nomor pertanyaan pada ketiga kuesioner
tersebut dirancang identik untuk pertanyaan yang sama. Untuk selanjutnya, istilah
desa/kelurahan dalam pedoman ini juga dimaksudkan untuk mewakili nagari, jorong, korong
dan kampung yang terdapat dalam kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG.
Sejalan dengan hal itu, istilah kepala desa/lurah dalam pedoman ini juga dimaksudkan sebagai
wali nagari dan wali jorong.
BLOK I PENGENALAN TEMPAT
Identitas desa/kelurahan yang tercantum pada blok ini (R101 s.d. R107)
diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota. Tuliskan nama dan kode provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, desa/kelurahan, status daerah (perkotaan atau perdesaan), keberadaan
desa/kelurahan di Master File Desa (MFD) online, status definitif dan operasional, serta alamat,
nomor telepon, dan alamat e-mail kantor kepala desa/lurah yang menjadi wilayah pencacahan.
Perhatian:
a. Penulisan nama provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, dan alamat
lengkap kantor kepala desa/lurah menggunakan huruf besar (kapital).
b. Kode (PODES2011) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Podes 2011;
c. Kode (ST2013) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Sensus Pertanian
(ST) 2013;
d. Kode (Saat Pencacahan) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi
pencacahan (April 2014).
Cek apakah nama desa yang terdapat pada papan monografi desa atau pada
buku administrasi sudah sesuai dengan nama desa yang ada di daftar Master
File Desa (MFD). Jika nama desa/kelurahan berbeda maka lakukan konfirmasi
ke aparat desa/kelurahan, perbaiki nama yang ada di daftar MFD dan
laporkan kepada pengawas.
36 Pedoman Pencacah Podes 2014
− Jika desa/kelurahan tidak mengalami perubahan (pemekaran/penggabungan), maka
kode saat pencacahan mengacu pada MFD online (Desember 2013).
− Jika dalam pelaksanaan lapangan, terjadi perubahan desa akibat pemekaran atau
penggabungan desa, maka pencacah harus berkoordinasi dengan pengawas untuk
mendapatkan kode identitas desa dari BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota
akan memberikan kode desa yang berubah mengacu pada Mekanisme Sistem
Pengkodean Wilayah yang telah ditetapkan oleh BPS Pusat.
• Bila ditemukan desa baru tetapi belum operasional, maka data-data/karakteristik di
dalamnya dicatat pada desa induknya.
• Petunjuk bagi BPS Kabupaten/Kota: Bila ada pemekaran desa baru maka status (Rincian
105) desa baru mengikuti status daerah desa induknya. Misal, desa induk berstatus daerah
perkotaan maka status desa pecahannya juga perkotaan. Demikian juga jika pemekaran
terjadi di desa berstatus pedesaan.
Rincian 106: Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online
Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui apakah wilayah desa/kelurahan tercatat di
Master File Desa (MFD) online atau tidak. Jika desa/kelurahan tercatat di MFD online, maka
lingkari kode ‘1’. Jika tidak, lingkari kode ‘2’.
Rincian 107: Status definitif dan operasional desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini diisi jika desa/kelurahan tidak tercatat di Master File Desa (MFD)
online (R106 berkode ‘2’). Pertanyaan ini digunakan untuk memastikan bahwa wilayah yang
dicacah pada Podes 2014 merupakan desa/kelurahan yang definitif dan operasional, yaitu :
1. Ada wilayah dengan batas yang jelas
2. Ada penduduk yang menetap di wilayah desa/kelurahan
3. Ada pemerintah desa/kelurahan
4. Ada Surat Keputusan (SK) pembentukan desa/kelurahan
Desa definitif dalam Podes 2014 jika memenuhi tiga syarat pertama (R107a-c berkode
1). Jika salah satu rincian pertanyaan dari R107.a sampai dengan R107.c ada yang
berkode ‘2’ maka pengisian kuesioner hanya sampai Blok II. Kuesioner ini tetap diolah
tetapi tidak menjadi bagian dari target pencacahan lapangan dan informasi desa
baru tersebut menjadi bagian dari desa asal.
Pedoman Pencacah Podes 2014 37
Rincian 108: Alamat lengkap, nomor telepon dan alamat e-mail kantor kepala
desa/lurah
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alamat lengkap, nomor telepon
dan alamat e-mail resmi kantor kepala desa/lurah.
Rincian 108.a: Alamat lengkap
Tuliskan alamat lengkap kantor kepala desa/lurah mulai dari nama jalan atau SLS
terkecilnya, RT, RW, dusun dsb. Selanjutnya isikan juga kode pos kantor kepala desa/lurah pada
kolom berikutnya. Rincian alamat lengkap dan kode pos tidak boleh kosong.
Penjelasan:
a. Dalam kasus khusus dimana (1) tidak ada kantor kepala desa/lurah, (2) ada kantor
kepala desa/lurah tetapi tidak digunakan, maka alamat yang dimaksud mengacu pada
rumah/basecamp berlangsungnya administrasi desa/kelurahan.
b. Jika kantor kepala desa/lurah sedang diperbaiki dan akan digunakan kembali, maka
alamat yang dimaksud mengacu pada kantor kepala desa/lurah yang sedang diperbaiki
tersebut.
Rincian 108.b: Nomor telepon kantor dan narasumber
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan nomor telepon
kantor kepala desa/lurah dan narasumber. Penulisan nomor telepon kantor kepala desa/lurah
harus disertai dengan kode area. Misalnya: 021 (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi); 022
(Bandung, Cimahi, Soreang, dan Lembang), dsb. Jika kantor kepala desa/lurah tidak mempunyai
nomor telepon kantor, maka isikan tanda ‘ - ‘ pada tempat yang tersedia dan usahakan nomor
telepon narasumber terisi.
Rincian 108.c: Alamat E-mail kantor dan narasumber
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan alamat e-mail
kantor kepala desa/lurah dan narasumber. Jika kantor kepala desa/lurah atau narasumber
tidak mempunyai alamat e-mail kantor, maka isikan tanda ‘ - ‘ pada tempat yang tersedia.
38 Pedoman Pencacah Podes 2014
Contoh:
Kantor Lurah Sulaeman beralamat di Jl. Hercules IV No.21, Kecamatan Margahayu, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat, 40229. Nomor Telepon/Fax : (022) 5435092. Website:
http://kelsulaiman_bandungkab.com. Email : [email protected], maka cara
pengisian blok ini adalah:
101
Perkotaan – 1 Perdesaan – 2105
102
Provinsi
Status Daerah
Kabupaten/Kota *)
I. PENGENALAN TEMPAT
NAMANO RINCIAN
40
2 06
23
0 10
Kode
(ST2013)
2 06
23
0 10
Kode
(PODES2011)
Kode
(Saat Pencacahan)
Kecamatan
BANDUNG
103
40
11
MARGAHAYU
JAWA BARAT
JALAN HERCULES IV NO. 21 Kode Pos :
Telepon kantor : (022)5435092 .................................. Telepon narasumber : .........................................................................
E-mail kantor : [email protected].. E-mail narasumber : ............................................................................
Kantor kepala desa/lurah :
a. Alamat lengkap
b. Nomor telepon
c. Alamat e-mail
108
92204
Status definitif dan operasional desa/kelurahan :
a. Ada wilayah desa/kelurahan dengan batas yang jelas Ya – 1 Tidak – 2
b. Ada penduduk yang menetap di wilayah desa/kelurahan Ya – 1 Tidak – 2
c. Ada pemerintah desa/kelurahan Ya – 1 Tidak – 2
d. Ada SK pembentukan desa/kelurahan Ya – 1 Tidak – 2 Tidak tahu – 0
Jika R107 a, b, atau c ada yang berkode 2, maka lanjutkan ke R201 sampai R206 kemudian STOP
107
106 Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online : Ya – 1 R108 Tidak – 2
40
2 06
23
0 10
1
SM
S G
ate
wa
y
1
104 SULAEMANDesa/Kelurahan *)
1
1
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER
Rincian 201 s.d Rincian 206: Keterangan petugas
Isikan nama pencacah dan pengawas/pemeriksa, NIP (bila tidak mempunyai NIP agar
dikosongkan) pada rincian ini. Jangan lupa untuk melengkapi tanda tangan pencacah dan
pengawas/pemeriksa setelah kuesioner terisi lengkap.
Rincian 207: Jabatan narasumber
Tuliskan jabatan narasumber yang menjadi sumber informasi dalam pengisian kuesioner
PODES2014-DESA, baik aparat desa maupun instansi lain.
Setelah kuesioner terisi lengkap, pencacah diharapkan melakukan persepakatan dengan
kepala desa/lurah atau beberapa aparat desa/kelurahan dalam rangka konfirmasi dan
finalisasi data desa yang dikumpulkan. Selanjutnya, pencacah meminta pengesahan kepala
desa/lurah dengan menandatangani, memberi nama dan cap/stempel desa/kelurahan pada
kuesioner.
Pedoman Pencacah Podes 2014 39
BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN
Rincian 301: Status pemerintahan
Status pemerintahan dibedakan menjadi empat, yaitu 1) desa, 2) kelurahan, 3) UPT/SPT,
dan 4) lainnya.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa).
Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas.
Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang
berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola
oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Pemerintahan
desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
40 Pedoman Pencacah Podes 2014
Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat
daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah
diangkat oleh bupati/walikota.
Unit Permukiman Transmigrasi UPT adalah satuan permukiman transmigrasi yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan
untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT
merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang-kurangnya 2 bulan
sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007).
Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang
ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi
pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246
Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi).
Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan
atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat
(PP No. 72 Tahun 2005).
Penjelasan:
• Sampai saat ini, keberadaan UPT masih ada, seperti UPT Buket Ceurana di Kabupaten
Bireuen, UPT II PD Harapan di Kab. Aceh Selatan, dsb.
• Bila dilihat dari data Podes 2008 - 2011, sudah ada UPT yang berubah menjadi desa
seperti di Kab. Gayo Lues, UPT Aih Selah (Podes 2008) menjadi Desa Aih Selah (Podes
2011).
Rincian 302: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk setiap desa/kelurahan, apakah sudah terbentuk Badan
Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan.
302 Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan : Ada – 1 Tidak ada – 2
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga permusyawaratan/
permufakatan yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari
penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara
musyawarah dan mufakat, terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka
agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya (PP No. 72 Tahun 2005).
Pedoman Pencacah Podes 2014 41
Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) adalah lembaga musyawarah pada tingkat
kelurahan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat. LMK merupakan lembaga musyawarah pada tingkat kelurahan yang bertujuan
untuk membantu lurah sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintahan dan untuk
menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Anggota
LMK adalah satu orang perwakilan tokoh masyarakat yang dipilih secara demokratis pada
tingkat RW (Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010).
Badan Permusyawaratan Nagari yang selanjutnya disebut Bamus Nagari adalah
lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah nagari
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan nagari (Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Barat Nomor 2 Tahun 2007).
Keanggotaan Bamus Nagari adalah sebagai berikut :
1. Anggota Bamus Nagari terdiri dari unsur minik mamak/tokoh adat /kepala suku, alim
ulama/tokoh agama, cadiak pandai/cendikiawan, bundo kanduang/tokoh perempuan
dan komponen masyarakat lainnya yang tumbuh dan berkembang dalam nagari
bersangkutan dengan mempertimbangkan representasi jorong yang ditetapkan dengan
cara musyawarah dan mufakat.
2. Masa jabatan anggota Bamus Nagari adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1
kali masa jabatan berikutnya.
3. Pimpinan Bamus Nagari dipilih dari dan oleh anggota Bamus Nagari.
4. Jumlah anggota Bamus Nagari ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 orang
dan paling banyak 11 orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk
dan kemampuan keuangan nagari.
5. Tata cara penetapan calon, pemilihan calon dan pemilihan anggota Bamus Nagari diatur
lebih lanjut dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
Rincian 303: Batas wilayah desa/kelurahan yang dinyatakan dalam bentuk peta desa/
kelurahan dan telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota
Rincian pertanyaan digunakan untuk mengetahui keberadaan batas wilayah
desa/kelurahan (dalam bentuk peta desa/kelurahan) yang telah ditetapkan dalam peraturan
bupati/walikota. Jika desa/kelurahan memiliki peta batas wilayah desa/kelurahan, maka jika
ada isikan kode ‘1’ dan jika tidak ada, isikan kode ‘2’.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, salah satu unsur penataan
desa adalah adanya batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah
ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota.
42 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 304: Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah desa/kelurahan (urutkan dari
yang terkecil)
Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai jumlah SLS terkecil dan jenjang SLS di
bawah desa/kelurahan. Pengisian jenjang SLS dimulai dari SLS terkecil.
Satuan Lingkungan Setempat (SLS) adalah bagian wilayah di bawah desa/kelurahan
yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan. Syarat-syarat
pembentukannya harus memperhatikan faktor jumlah penduduk, luas wilayah, letak geografis,
prasarana, dan sarana serta kondisi kemampuan ekonomi masyarakat. Pada kenyataannya,
nama SLS di setiap desa/kelurahan sangat beragam, di antaranya RT, RW/RK, korong,
kampung, banjar, dusun, dsb. Khusus untuk Sumatera Barat, SLS di bawah nagari dapat berupa
jorong/korong/ kampung.
Tingkatan SLS merupakan struktur atau hierarki SLS di bawah desa/kelurahan.
Nama SLS merupakan tingkatan SLS di bawah desa yang dimulai dari SLS terkecil.
• Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW)/Rukun Keluarga (RK) adalah
organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan
melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotong-
royongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran
pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan masyarakat di desa/kelurahan. Dari
segi ukuran luas wilayah dan jumlah keluarga, RT lebih kecil dari RW/RK. Jumlah
keluarga di dalam RT biasanya lebih kecil dari 30 keluarga untuk desa dan 50 keluarga
untuk kelurahan. Dari setiap RW/RK biasanya terdiri dari paling sedikit 2 RT di desa
dan 3 RT di kelurahan (Permendagri No.5 Tahun 1981 tentang Pembentukan Dusun
dan Lingkungan dalam Kelurahan, pasal 4).
• Selain RT/RW/RK, ada beberapa nama SLS lainnya, misal di Medan dikenal dengan
sebutan lingkungan, di Sumatera Barat dan Bengkulu disebut Jorong. Pada umumnya di
Bali SLS terkecil disebut dengan Banjar. Banjar yang dimaksud adalah Banjar Dinas.
Rincian 304.a, ditanyakan untuk mengetahui keberadaan SLS di bawah desa/kelurahan,
maka jika ada isikan kode ‘1’. Jika tidak ada, isikan kode ‘2’ dan lanjutkan ke R.305.
Rincian 304.b akan terisi jika Rincian 304.a berkode ‘1’. Isikan jumlah SLS (Rincian 304.b
kolom (4)) di desa/kelurahan. Misalnya, suatu desa memiliki Rukun Tetangga (RT) sebagai SLS
terkecil sebanyak 5, maka rincian ini diisi jumlah RT yang ada di seluruh desa/kelurahan.
Contoh:
Kelurahan Mekarsari di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur terdiri dari 15 RW dan 75 RT,
maka pengisian pada Rincian 304 sebagai berikut:
Pedoman Pencacah Podes 2014 43
Rincian 305: Letak wilayah dan topografi desa/kelurahan
Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai letak wilayah desa/kelurahan yang
meliputi jumlah dan nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada, serta bentuk
topografi wilayah desa/kelurahan.
Rincian 305.a: Letak Wilayah Desa/Kelurahan
Isikan banyaknya pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada dan pindahkan isian
pada kotak yang tersedia.
Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi air dan selalu
berada di atas permukaan pasang tertinggi (pasal 121 dalam Unclos, 1982). Mangrove tidak
termasuk sebagai pulau karena tidak memenuhi kriteria di atas.
Penjelasan :
• Jika suatu desa/kelurahan berada di lebih dari 1 pulau, maka R305.a.1 berisi jumlah
pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada. Kemudian, R305.a.2 diisi dengan nama-
nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada secara berurutan dimulai dari
pulau yang paling banyak dihuni warga desa/kelurahan atau mempunyai luas wilayah
yang paling besar.
• Penulisan nama pulau menggunakan huruf kapital.
• Jika jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada lebih dari 4, maka tuliskan
nama pulau berikutnya di blok catatan. Aplikasi pengolahan akan dibuat secara dinamis
untuk menampung kemungkinan penambahan pulau tersebut.
44 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 305.b: Topografi wilayah desa/kelurahan
Topografi desa/kelurahan dilihat berdasarkan letak sebagian besar wilayah desa/
kelurahan, dibedakan menjadi:
1. Lereng adalah bagian dari gunung/bukit yang terletak di antara puncak sampai
lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung bukit dan puncak (bagian
paling atas dari gunung).
2. Lembah adalah daerah rendah yang terletak di antara dua pegunungan atau dua
gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah
sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di
daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah
yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan.
3. Dataran adalah bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan
membentang.
Rincian 306: Keberadaan, lokasi, dan ketinggian kantor kepala desa/lurah
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, lokasi dan ketinggian kantor
kepala desa/lurah dari permukaan air laut.
Kantor kepala desa/lurah adalah bangunan aset desa/kelurahan yang diperuntukkan
secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan yang tidak dimiliki
oleh pribadi.
Rincian 306.a: Keberadaan dan lokasi kantor kepala desa/lurah
Isian lokasi kantor kepala desa/lurah:
• Kantor kepala desa/lurah berada di dalam wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode
‘1’.
• Kantor kepala desa/lurah berada di luar wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode ‘2’.
• Desa/kelurahan tidak memiliki kantor kepala desa/lurah, isikan kode ‘3’.
Pedoman Pencacah Podes 2014 45
Rincian 306.b: Lokasi kantor kepala desa/lurah berada di pulau…….
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui nama pulau di mana kantor kepala
desa/lurah berada.
Penjelasan:
- Di beberapa wilayah, kantor kepala desa/lurah juga dikenal dengan istilah balai desa.
Namun, perlu ditekankan bahwa tidak semua balai desa merupakan kantor kepala
desa/lurah. Yang dicatat di sini adalah bangunan aset desa/kelurahan yang
diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan
desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi.
- Isikan nama pulau di mana kantor kepala desa/lurah berada. Pastikan konsistensi isian
R306.b dengan R 305.a.2.
Rincian 306.c: Koordinat dan ketinggian kantor kepala desa/lurah
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui titik koordinat geografi dan
ketinggian letak kantor kepala desa/lurah. Isikan titik koordinat lintang (latitude) dan bujur
(longitude) pada kotak yang tersedia. Titik koordinat kantor kepala desa/lurah diperoleh dari
BPS Kabupaten/Kota.
Penjelasan:
- Jika BPS Kabupaten/Kota telah melakukan pengukuran titik koordinat ini pada saat
Sensus Penduduk 2010, maka untuk kegiatan Podes 2014 dapat menyalinnya.
- Jika pada saat pencacahan belum ada informasi mengenai titik koordinat dan ketinggian
suatu desa/kelurahan, maka BPS Kabupaten/Kota harus melakukan pengukuran
(tracking) dengan menggunakan GPS receiver/altimeter yang telah tersedia di BPS
Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota diminta memastikan akurasi koordinat posisi
dan ketinggian kantor kepala desa/lurah.
- Jika tidak ada kantor kepala desa/lurah, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu
pada bangunan yang digunakan untuk kegiatan operasional pemerintahan
desa/kelurahan.
- Jika tidak ada bangunan khusus untuk operasional pemerintahan desa/kelurahan,
maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan di wilayah
desa/kelurahan yang diperkirakan tidak akan berubah selama 10 tahun.
Titik koordinat adalah titik potong antara garis lintang (latitude) dan garis bujur
(longitude) suatu daerah. Kedua garis lintang dan bujur inilah yang menentukan diperolehnya
suatu nilai derajat dari suatu titik yang diukur. Secara umum, cara penulisan titik koordinat
terdiri atas dua macam yaitu Decimals Degrees (DD) dan Degrees Minutes Seconds (DMS). Dalam
Podes 2014, penulisan titik koordinat menggunakan Decimals Degrees (DD.
46 Pedoman Pencacah Podes 2014
Misalnya: Koordinat kantor kepala desa Malaya yaitu 6,2251o LS dan 107,51o BT. Maka cara
pengisian adalah sebagai berikut:
0 6 , 2 2 5 1 LU/LS*
1 0 7 , 5 1 0 0 BT
Ketinggian (altitude) kantor kepala desa/lurah dari permukaan laut adalah
ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut dalam satuan meter dpal yang
diukur menggunakan altimeter.
Rincian 307.a: Wilayah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut
Wilayah desa yang berbatasan langsung dengan laut adalah wilayah desa yang
bersinggungan langsung dengan laut, baik berupa pantai maupun tebing karang.
Penjelasan:
- Jika wilayah desa/kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan
kode ‘1’.
- Sebaliknya jika wilayah desa/kelurahan tidak berbatasan/bersinggungan langsung
dengan laut, isikan kode ‘2’.
Rincian 307.b.1: Pemanfaatan laut untuk:
Jika desa/kelurahan kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut (R307.a
berkode ‘1’), tanyakan mengenai pemanfaatan laut tersebut. Pemanfaatan laut adalah segala
aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan laut (baik warga
desa/kelurahan setempat maupun warga desa/kelurahan lain), seperti: perikanan (tangkap
dan budidaya), tambak garam, wisata bahari maupun transportasi umum.
1. Perikanan tangkap (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk
menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya rumput
laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat atau cara apa
pun.
Pedoman Pencacah Podes 2014 47
2. Perikanan budidaya (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan laut lain
(misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/atau mengawetkan.
3. Tambak garam adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air laut dengan maksud
agar garam yang terkandung di dalam air laut tetap berada dalam tambak untuk
selanjutnya dipanen oleh petani.
4. Wisata bahari adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara
komersial di perairan laut dan pantai. Contoh: Pantai Ancol, Parangtritis, Pangandaran,
Bunaken, Wakatobi, Kepulauan Seribu, Pulau Anyer dan sebagainya.
5. Transportasi umum adalah jasa transportasi (memindahkan orang atau barang dari
satu tempat ke tempat lain), penumpang diharuskan membayar ongkos.
Rincian 307.b.2: Keberadaan tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan
Kata “mangrove” berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang komunitas tumbuhnya
didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai (seperti: tepi pantai, muara laguna/danau
dipinggir laut dan tepi sungai) yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Menurut
FAO (1952) definisi mangrove adalah pohon dan semak – semak yang tumbuh dibawah
ketinggian air pasang tertinggi. Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan
berkarang, terumbu karang dan di pulau – pulau kecil.
Di Indonesia diperkirakan terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis
pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku
yang terbagi meknadi 2 kelompok yaitu mangrove sejati (true mangrove) dan mangrove ikutan
(asociate). Tanaman mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai
sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana dan
zonasi yang kompleks tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan.
Tumbuhan yang sering tumbuh di hutan mangrove, dengan jenis antara lain: bakau, api-
api, pedada, tanjang, nyirih, dan nipah. Jika di desa/kelurahan tersebut terdapat tanaman
mangrove, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’.
48 Pedoman Pencacah Podes 2014
Tanaman Bakau Tanaman Api-Api
Tanaman Pedada Tanaman Tanjang
Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove
Rincian 308: Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui lokasi desa/kelurahan terhadap hutan. Lokasi
desa yang berada di dekat hutan dikhawatirkan akan merambah ke hutan.
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan.
a Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan, dibedakan ke dalam:
1. Di dalam hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya terletak di
tengah/dikelilingi hutan.
2. Di tepi/sekitar hutan adalah desa/kelurahan yang wilayahnya berbatasan
langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam
hutan.
3. Di luar hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan
langsung dengan hutan.
Pedoman Pencacah Podes 2014 49
b Dalam Podes 2014, fungsi hutan dibedakan ke dalam :
• Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari Kawasan Hutan Suaka Alam dan
Pelestarian Alam Darat, Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Perairan
serta Taman Buru.
• Hutan Lindung menurut UU RI No. 41 Tahun 1999 adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah.
• Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok untuk
memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP),
Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK).
BLOK IV. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Rincian 401: Penduduk dan keluarga pada 1 Januari 2014
Yang dicatat pada Podes 2014 adalah data jumlah penduduk dan keluarga
desa/kelurahan berdasarkan laporan desa/kelurahan sampai Desember 2013. Jika di
desa/kelurahan tidak tersedia datanya, maka aparat desa/kelurahan diminta untuk
memperkirakan jumlahnya.
- Banyaknya penduduk desa/kelurahan yang dicatat adalah jumlah penduduk yang
tercatat pada buku administrasi kependudukan desa/kelurahan, meliputi semua orang
yang berdomisili di desa/kelurahan selama 6 bulan/lebih atau mereka yang berdomisili
kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap di desa/kelurahan. Warga
desa/kelurahan yang sudah tidak menetap lebih dari 6 bulan, maka tidak termasuk
sebagai penduduk desa/kelurahan.
- Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau
suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
50 Pedoman Pencacah Podes 2014
- Keluarga pertanian adalah keluarga yang sekurang-kurangnya ada satu anggota
keluarga yang mengusahakan produk pertanian (menanggung risiko sendiri) dengan
tujuan sebagian/seluruh dijual atau memperoleh pendapatan/keuntungan. Khusus
untuk keluarga yang menanam padi dan palawija (tanaman pangan), walaupun seluruh
hasilnya untuk dikonsumsi sendiri, dikategorikan sebagai keluarga pertanian. Produk
pertanian meliputi: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan,
dan kehutanan.
Contoh: keluarga Pak Budi memiliki lahan pertanian yang semuanya disewa oleh Pak
Soleh. Dalam hal ini keluarga Pak Budi sama sekali tidak mengelola lahan pertanian
maka keluarga Pak Budi bukan sebagai keluarga pertanian.
- Buruh tani adalah seseorang yang bekerja di sektor pertanian pada satu atau lebih
majikan/institusi dan menerima upah/imbalan dengan sistem harian maupun
borongan. Contoh: buruh panen padi, buruh cangkul sawah/ladang, buruh penyadap
karet, buruh panen udang dari tambak, buruh pemetik kopi, kelapa, cengkeh, dan
sebagainya.
Rincian 402: Kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk desa/kelurahan selama tahun
2013
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui perubahan jumlah penduduk desa/kelurahan
selama tahun 2013, yang disebabkan oleh kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
Rincian 402.a: Jumlah kelahiran
Isikan jumlah warga desa/kelurahan yang lahir selama tahun 2013. Adapun kelahiran
yang dicatat adalah kelahiran hidup. Menurut WHO, lahir hidup adalah peristiwa kelahiran
bayi, tanpa memperhitungkan lamanya berada dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan, misalnya bernafas, ada denyut jantung, atau
denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot. Dengan demikian, peristiwa bayi yang lahir dalam
keadaan tidak hidup/meninggal, tidak dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Untuk
bayi yang lahir hidup tetapi kemudian meninggal beberapa saat setelah lahir atau kemudian
hari, kelahiran ini tetap dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Tidak termasuk
sebagai kelahiran hidup adalah peristiwa keguguran atau bayi yang lahir dalam keadaan
meninggal (lahir mati).
Pedoman Pencacah Podes 2014 51
Rincian 402.b: Jumlah kematian
Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang jumlah kematian
penduduk (semua umur) di desa/kelurahan selama tahun 2013. Kematian adalah hilangnya
tanda-tanda kehidupan pada seseorang, seperti : tidak bernafas dan berhentinya denyut jantung
dan gerakan anggota badan lainnya.
Rincian 402.c: Jumlah penduduk yang datang dan menetap di desa/kelurahan (migrasi
masuk)
Isikan jumlah penduduk yang datang dan menetap di desa/kelurahan ini selama tahun
2013.
Rincian 402.d: Jumlah penduduk yang pindah ke luar desa/kelurahan (migrasi keluar)
Isikan jumlah penduduk desa/kelurahan yang pindah dan menetap di desa/kelurahan
lain selama tahun 2013.
Rincian 403: Jumlah warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar
negeri dan keberadaan agen pengerahan TKI
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui desa-desa/kelurahan-kelurahan pengirim TKI.
Jumlah TKI berdasarkan kondisi terakhir saat pencacahan.
Rincian 403.a. dan Rincian 403.b: Jumlah warga desa/kelurahan yang sedang bekerja
sebagai TKI di luar negeri
TKI adalah setiap WNI yang telah memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam
hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Jangka waktu tertentu ini
biasanya ditandai dengan lamanya TKI tersebut tinggal di luar negeri, namun masih berstatus
sebagai WNI. TKI yang belum berangkat ke luar negeri dan masih tinggal di tempat
penampungan PJTKI dan diketahui oleh kepala desa/lurah, maka masih belum terhitung
sebagai TKI.
Penjelasan:
- Jika aparat desa/kelurahan mengetahui keberadaan warga desa/kelurahan yang
sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka lingkari kode ‘1’ dan isikan jumlah TKI
tersebut pada R.403.b, dirinci menurut jenis kelamin.
52 Pedoman Pencacah Podes 2014
- Jika aparat desa/kelurahan tahu bahwa tidak ada warga desa/kelurahan yang sedang
bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka lingkari kode ‘2’.
- Jika aparat desa/kelurahan tidak tahu mengenai keberadaan warga desa/kelurahan
yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka isikan kode ‘3’.
Rincian 403.c: Agen (seseorang/sekelompok orang/perusahaan) pengerahan TKI ke
luar negeri di desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya agen pengerahan TKI di
desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat agen pengerahan TKI, maka isikan kode ‘1’.
Jika tidak, isikan kode ‘2’.
Agen pengerahan TKI ke luar negeri adalah seseorang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan mencari, merekrut, menampung dan menyalurkan TKI untuk bekerja di
luar negeri.
Rincian 404.a: Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk
Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah sektor atau bidang usaha di
mana sebagian besar penduduk desa/kelurahan memperoleh penghasilan/pendapatan.
Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk, meliputi:
1. Pertanian meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan dan jasa pertanian.
2. Pertambangan dan penggalian adalah kegiatan/lapangan usaha di bidang
pertambangan dan penggalian, seperti pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi,
biji logam, penggalian batu batuan, tanah liat, pasir, garam, mineral bahan kimia dan
bahan pupuk, penambangan gips, aspal, dan lain-lain.
3. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar (barang mentah) menjadi barang setengah jadi atau jadi
dan atau barang lain yang nilainya lebih tinggi, meliputi:
Pedoman Pencacah Podes 2014 53
a) Industri makanan, minuman dan tembakau;
b) Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit;
c) Industri barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga;
d) Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan;
e) Industri kimia dan bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik;
f) Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak dan batu bara;
g) Industri logam dasar;
h) Industri barang dari logam, mesin dan peralatan;
i) Industri pengolahan lainnya.
j) Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan.
4. Perdagangan besar/eceran dan rumah makan adalah kegiatan jual beli barang
(baru maupun bekas), termasuk usaha restoran/rumah makan dan minuman, katering,
restorasi, kafetaria, kantin, warung, dsb.
5. Angkutan, pergudangan, komunikasi
Angkutan mencakup kegiatan penyediaan sarana angkutan penumpang atau
barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan sistem berjadwal, baik melalui
darat, air maupun udara. Kegiatan lain seperti penyediaan fasilitas terminal, parkir,
bongkar muat, dan lain-lain, dicakup sebagai kegiatan transportasi.
Pergudangan mencakup usaha penyimpanan barang-barang sementara (bukan stok)
sebelum barang tersebut dikirim ke tujuan akhir dengan tujuan komersial.
Komunikasi meliputi kegiatan telekomunikasi, penyajian penerbitan, pos dan giro.
6. Jasa adalah kegiatan layanan (service) atau penyediaan jasa meliputi: pendidikan,
kesehatan, kemasyarakatan, serta pemerintahan dan perorangan.
7. Lainnya adalah kegiatan yang bidang atau sektornya tidak termasuk pada rincian di
atas, seperti air, gas, listrik, konstruksi/bangunan, perbankan, dll.
Rincian 404.b.1: Jenis komoditi/sub sektor pertanian
Rincian ini terisi jika R404.a berkode ‘1’ yaitu sektor pertanian. Isikan jenis komoditi/sub
sektor pertanian yang diusahakan sebagian besar keluarga sebagai sumber penghasilan utama,
lalu pindahkan ke dalam kotak yang tersedia sesuai dengan kodenya.
Jenis komoditi/sub sektor pertanian meliputi:
- Tanaman pangan adalah kegiatan pertanian tanaman padi dan palawija. Palawija
meliputi jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas, dll.
54 Pedoman Pencacah Podes 2014
- Hortikultura adalah kegiatan pertanian tanaman hortikultura meliputi buah-buhan,
sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan.
- Perkebunan adalah kegiatan pertanian tanaman perkebunan meliputi tanaman
perkebunan semusim seperti kapas, tebu, tembakau, maupun tanaman perkebunan
tahunan seperti kelapa, kopi, kakao, lada, pala, vanili, kapuk, dll.
- Peternakan adalah kegiatan peternakan yang mencakup baik ternak besar (sapi,
kerbau, kuda, dll), ternak kecil (kambing, domba, babi, kelinci, dll), maupun unggas
(ayam, itik, burung, dll). Termasuk budidaya hewan untuk diambil hasilnya seperti telor,
susu, madu, bulu, dsb.
- Perikanan tangkap (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk menangkap
dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya rumput laut,
mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat atau cara apa pun.
- Perikanan budidaya (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan laut lain
(misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/atau mengawetkan.
- Kehutanan adalah kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemungutan hasil, pengolahan,
pembudidayaan hasil hutan, termasuk penangkaran satwa liar dan pengelolaan suaka
alam dan marga satwa.
- Jasa pertanian meliputi jasa penunjang produksi pertanian dan pasca panen seperti:
pengelolaan bibit tanaman untuk pengembangbiakan, pembibitan tanaman hias,
persewaan traktor, jasa penggilingan padi, dsb.
Rincian 404.b.2: Jenis permukaan jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan
utama desa
Sentra produksi/lahan pertanian yang dimaksud mengacu pada lokasi keberadaan
sentra produksi/lahan pertanian yang paling luas di wilayah desa/kelurahan.
Jalan utama desa adalah jalan yang dianggap oleh sebagian besar penduduk
desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk
arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat.
Jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa adalah jalan yang
menghubungkan antara lokasi sentra produksi/lahan pertanian dengan jalan utama desa. Jenis
permukaan jalan terdiri dari: aspal/beton, diperkeras (dengan kerikil, batu), tanah, dan
lainnya (termasuk jalan terbuat dari kayu/papan yang biasanya digunakan di daerah rawa,
termasuk jalan setapak, jalan di hutan, dan sejenisnya).
Pedoman Pencacah Podes 2014 55
Rincian 405: Produk unggulan di desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui keberadaan produk (barang) unggulan yang
dihasilkan oleh desa/kelurahan.
Produk (barang) unggulan yang dimaksud adalah komoditas atau barang dagangan
yang diproduksi dalam jumlah besar dan menjadi ciri khas desa/kelurahan, bentuknya dapat
berupa hasil bumi maupun kerajinan setempat. Misalnya: salak pondoh sebagai produk
unggulan di Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi (Yogyakarta).
Jika desa memiliki produk (barang) unggulan, maka lingkari kode ‘1’ dan isikan produk
(barang) unggulan desa/kelurahan pada Rincian 405.b. Sementara jika desa tidak memiliki
produk (barang) unggulan, lingkari kode ‘2’.
BLOK V. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Rincian 501.a: Keluarga pengguna listrik
Rincian ini dimaksudkan untuk melihat aksesbilitas keluarga terhadap listrik. Untuk
kewajaran isian maka jumlah pada isian Rincian 501.a tidak boleh melebihi Rincian 401.c.
Keluarga pengguna listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah keluarga
pengguna/pelanggan listrik yang disalurkan oleh PLN.
Keluarga pengguna listrik non-PLN adalah keluarga pengguna/pelanggan listrik selain
dari PLN, misalnya diesel/generator, listrik diusahakan oleh pemerintah daerah, swasta, dan
listrik swadaya masyarakat.
Rincian 501.b: Keluarga tanpa listrik
Keluarga tanpa listrik adalah keluarga yang tidak menggunakan listrik sebagai sumber
energi untuk penerangan rumah.
Penjelasan:
Jumlah isian pada Rincian 501 (R501.a.1+R501.a.2+R501.b) harus sama dengan Rincian
401.c.
56 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 502: Penerangan di jalan utama desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai ada/tidaknya sarana
penerangan dan jenis penerangan di jalan utama desa/kelurahan. Penerangan jalan yang dicatat
di sini adalah jika fasilitasnya tersedia dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Jalan utama desa adalah jalan yang dianggap oleh sebagian besar penduduk
desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk
arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat.
Penjelasan:
Penerangan jalan yang diusahakan/dibiayai oleh masyarakat (swadaya) atau perusahaan
walaupun sumbernya dari PLN dikategorikan sebagai listrik nonpemerintah.
Rincian 503: Bahan bakar untuk memasak yang digunakan oleh sebagian besar
keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis bahan bakar untuk memasak oleh
mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini.
Gas kota adalah penggunaan gas bumi yang diperoleh dari perusahaan gas untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakar untuk memasak keluarga sehari-hari.
Liquid Petroleum Gas (LPG) adalah bahan bakar berupa gas yang dicairkan yang merupakan
produk minyak bumi yang diperoleh dari proses distilasi bertekanan tinggi. Berasal dari
beberapa sumber yaitu dari gas alam maupun gas hasil dari pengolahan minyak bumi (Light
End).
Lainnya seperti arang, sekam, tempurung, briket batu bara, biogas, dll.
Penjelasan:
Apabila sebagian besar penduduk memasak dengan bahan bakar lebih dari satu jenis dan
persentasenya sama, maka kode yang dipilih adalah kode yang terkecil.
Rincian 504: Tempat buang air besar sebagian besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang air besar yang digunakan
oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini.
Pedoman Pencacah Podes 2014 57
Jamban adalah tempat buang air besar yang tertutup, baik menggunakan tangki septik maupun
tidak.
Jamban sendiri adalah jamban yang hanya digunakan oleh satu keluarga.
Jamban bersama adalah jamban yang digunakan oleh dua keluarga atau lebih.
Jamban umum adalah jamban yang dapat digunakan oleh setiap warga desa/kelurahan yang
bersangkutan maupun masyarakat lainnya.
Bukan jamban termasuk tempat pembuangan air besar yang penampungan akhirnya
kolam/sawah, lubang tanah/tanah lapang/kebun, sungai/danau/laut, dan sebagainya.
Penjelasan:
- Apabila sebagian besar keluarga menggunakan dua atau lebih jenis jamban dengan
persentase yang sama, maka kode jenis jamban yang dipilih adalah kode yang terkecil.
Rincian 505.a: Tempat buang sampah sebagian besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang sampah yang digunakan
oleh sebagian besar keluarga di desa/kelurahan ini.
Tempat sampah adalah tempat/wadah yang digunakan untuk menampung sampah yang
berlokasi di sekitar halaman atau pagar bangunan dan terbuat dari tembok atau drum atau
ember atau lubang besar dan sejenisnya, baik tertutup maupun terbuka.
Tempat sampah, kemudian diangkut jika sampah ditampung sementara dalam
wadah/tempat sampah yang kemudian sampah tersebut diangkut ke TPS atau langsung ke
TPA.
Dalam lubang/dibakar jika sampah dibuang ke dalam lubang, baik lubang buatan maupun
alamiah, atau sampah tersebut dibakar.
Sungai/saluran irigasi/danau/laut jika sampah dibuang ke kali, sungai, saluran irigasi, danau,
laut atau pinggir pantai
Drainase (got/selokan) jika sampah dibuang ke dalam saluran got/selokan yang pada
dasarnya berfungsi sebagai saluran air.
Lainnya misalnya sampah dikumpulkan kemudian dipakai sebagai bahan pembuatan kompos.
Rincian 505.b: Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) adalah tempat atau lahan yang
digunakan sebagai penampungan pembuangan sampah yang bersifat sementara di
desa/kelurahan sebelum diangkut ke tempat perdauran ulang, pengolahan atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
58 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 506: Tempat/saluran pembuangan limbah cair/air kotor sebagian besar
keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan masyarakat desa/kelurahan
dalam membuang limbah cair/air kotor.
Lubang resapan jika limbah cair/air kotor dari rumah tangga dibuang ke lubang tanah yang
permukaan atasnya ditutup. Lubang resapan diperuntukkan secara khusus untuk menampung
limbah cair/air kotor dari rumah tangga.
Drainase (got/selokan) jika limbah cair/air kotor dari rumah tangga dibuang ke dalam
saluran got/selokan yang pada dasarnya berfungsi sebagai saluran air.
Sungai/saluran irigasi/danau/laut jika limbah cair/air kotor dari rumah tangga dibuang ke
kali, sungai, saluran irigasi, danau, laut atau pinggir pantai.
Dalam lubang atau tanah terbuka jika limbah cair/air kotor dari rumah tangga dibuang ke
dalam lubang yang tidak tertutup atau langsung dibuang ke tanah terbuka. Di beberapa wilayah
di Pulau Jawa, lubang/tanah terbuka untuk pembuangan limbah cair/air kotor ini sering disebut
dengan istilah ’peceren’.
Lainnya, jika limbah cair/air kotor dibuang selain dengan cara di atas, misalnya dikumpulkan
kemudian diproses khusus menjadi limbah yang aman dan ramah lingkungan serta
dimanfaatkan untuk keperluan tertentu.
Rincian 507: Sumber air untuk minum dan mandi/cuci sebagian besar keluarga
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber air yang digunakan oleh
sebagian besar keluarga di desa/kelurahan untuk minum dan mandi/cuci.
a. Sumber air untuk minum sebagian besar keluarga berasal dari :
Air kemasan – 1 Mata air – 6
Ledeng dengan meteran (PAM/PDAM) – 2 Sungai/danau/kolam – 7
Ledeng tanpa meteran – 3 Air hujan – 8
Sumur bor atau pompa – 4 Lainnya ......................................................... – 9
Sumur – 5
b. Sumber air untuk mandi/cuci sebagian besar keluarga berasal dari :
Ledeng dengan meteran (PAM/PDAM) – 1 Mata air – 5
Ledeng tanpa meteran – 2 Sungai/danau/kolam – 6
Sumur bor atau pompa – 3 Air hujan – 7
Sumur – 4 Lainnya ......................................................... – 8
(tuliskan)
507
(tuliskan)
Air kemasan adalah air yang diproduksi oleh suatu perusahaan melalui proses yang higienis
dan terdaftar di kementerian kesehatan.
Pedoman Pencacah Podes 2014 59
Ledeng dengan meteran (PAM/PDAM) adalah air yang diproduksi melalui penjernihan dan
penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air.
Sumber air ini diusahakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM), Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), atau Badan Pengelola Air Minum (BPAM), baik dikelola oleh pemerintah maupun
swasta.
Ledeng tanpa meteran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan
penyehatan (air PAM) namun disalurkan ke konsumen melalui pedagang air keliling/pikulan.
Sumur bor/pompa adalah air tanah yang cara pengambilannya dengan pompa tangan, pompa
listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis (sumur pantek).
Sumur adalah air dalam tanah yang cara pengambilannya dengan menggunakan gayung atau
ember, baik dengan menggunakan katrol maupun tidak. Air sumur dikelompokkan menjadi 2
kategori, yaitu sumur terlindung dan tidak terlindung.
Sumur terlindung adalah sumur yang memiliki lingkar sumur berupa tembok paling sedikit
0,8 meter di atas tanah dan 3 meter ke bawah tanah, serta ada lantai semen sejauh 1 meter dari
lingkar sumur.
Sumur tak terlindung adalah sumur yang tidak dilindungi oleh tembok dan lantai semen
sejauh 1 meter dari lingkar sumur.
Mata air adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya (alami).
Mata air dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mata air terlindung dan tidak terlindung.
Mata air terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya
dan terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya.
Mata air tidak terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan
sendirinya tetapi tidak terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya.
Rincian 508.a: Sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/bendungan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan dan penggunaan sungai, saluran
irigasi maupun danau/waduk/situ/bendungan yang melintas/berada di desa/kelurahan ini.
Menurut PP No. 38 tahun 2011, Sungai adalah tempat, wadah dan jaringan air yang
terbentuk secara alamiah maupun buatan mulai dari mata air (hulu) sampai muara (hilir)
dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai yang dimaksud di sini termasuk
anak sungai, kanal, dan sodetan.
60 Pedoman Pencacah Podes 2014
Saluran irigasi adalah kesatuan bangunan dan saluran untuk mengatur penyediaan,
pengambilan, dan pembagian air irigasi.
Danau adalah sebuah cekungan yang terbentuk secara alami yang terisi oleh air dari beberapa
sumber seperti curahan hujan, sungai, dan air tanah.
Waduk adalah penampungan aliran sungai yang dibendung untuk keperluan tertentu, misal
pembangkit listrik, persediaan sumber air, irigasi, dsb.
Situ merupakan danau yang berukuran relatif lebih kecil.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan
air ke sebuah pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan bendungan memiliki pintu air untuk
membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.
Rincian 508.b: Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/bendungan
Isikan penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/bendungan oleh
masyarakat pada kotak yang tersedia. Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/
situ/bendungan meliputi: mandi/cuci, minum/masak pengairan/irigasi lahan pertanian,
pariwisata atau rekreasi (misal adanya fasilitas wisata arum jeram, wisata Sungai Musi, dsb),
transportasi, dan pembangkit listrik. Kotak yang diarsir tidak boleh diisi.
Rincian 509: Sungai yang melintasi desa/kelurahan dan keberadaan pabrik/usaha yang
membuang limbah ke sungai
Pedoman Pencacah Podes 2014 61
Rincian 509.a.: Nama sungai yang melintasi desa/kelurahan
Rincian ini bertujuan untuk mengetahui sungai yang melewati desa/kelurahan dari hulu
sampai ke hilir. Tuliskan nama sungai, baik nama resmi/baku atau sebutan lain sesuai dengan
sebutan dari penduduk setempat. Rincian ini diisi jika desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian
508.a kolom (2) berkode ‘1’).
Sungai yang melintasi desa adalah sungai yang alirannya melalui wilayah
desa/kelurahan, termasuk juga sungai yang menjadi batas desa/kelurahan. Jika ada anak
sungai yang tidak mempunyai nama, maka tuliskan nama dari sungai induk.
Penjelasan :
- Nama sungai beserta anak sungai harus sama, dan pada sungai yang sama hanya ada
satu nama.
Rincian 509.b dan 509.c: Keberadaan permukiman di bantaran sungai
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan
permukiman di bantaran sungai yang mencakup banyaknya lokasi, bangunan rumah, dan
keluarga yang bertempat tinggal di bantaran sungai.
Menurut PP No. 38 tahun 2011, bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai
dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai.
Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan
sebagai batas perlindungan sungai.
Rincian ini sebaiknya ditanyakan pada aparat desa dengan melakukan
konfirmasi pada Ketua RT/RW yang wilayahnya mencakup daerah
bantaran sungai tersebut.
Gambar 5.2: Contoh Bagian-Bagian Sungai
62 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 509.d.1: Pembuangan limbah pabrik/industri/usaha ke sungai
Jika desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian 508.a kolom (2) berkode ‘1’), maka
tanyakan apakah di desa/kelurahan terdapat kegiatan pembuangan limbah pabrik/industri/
usaha ke sungai tersebut. Jika ada pembuangan limbah pabrik/industri/usaha ke sungai, isikan
kode ‘1’ atau isikan kode ‘2’ jika tidak ada.
Menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
limbah adalah sisa suatu usaha/kegiatan yang dihasilkan dari hasil kegiatan pabrik, industri,
pertambangan, dan sebagainya baik berupa gas, debu, cair, atau padat. Namun, rincian ini tidak
mencakup limbah di desa/kelurahan yang dihasilkan oleh rumah tangga (limbah domestik).
Rincian 509.d.2: Lokasi pabrik/industri/usaha di wilayah desa/kelurahan
Jika di desa/kelurahan terdapat pembuangan limbah pabrik/industri/usaha ke sungai
(Rincian 509.d.1 berkode ‘1’), maka tanyakan keberadaan pabrik/industri/usaha yang
membuang limbah tersebut. Isikan kode ‘1’ jika lokasi pabrik/industri/usaha yang membuang
limbah tersebut berada di dalam wilayah desa/kelurahan. Isikan kode ‘2’ jika lokasi
pabrik/industri/usaha yang membuang limbah tersebut berada di luar wilayah
desa/kelurahan.
Rincian 510.a: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya SUTET di desa/kelurahan.
SUTET adalah jaringan kawat beraliran listrik bertegangan lebih dari 200-500 KV untuk
pendistribusian listrik lintas daerah.
Penjelasan:
- SUTET berbeda dengan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), yaitu terletak pada
besaran tegangannya. SUTT bertegangan 30kV-150kV.
Gambar 5.3: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Pedoman Pencacah Podes 2014 63
Rincian 510.b dan 510.c: Permukiman di bawah SUTET
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya lokasi, bangunan rumah, dan
keluarga yang bertempat tinggal di bawah SUTET. Lokasi, jumlah bangunan rumah dan jumlah
keluarga yang dicatat pada rincian ini adalah yang berada di bawah lintasan jaringan dan
berjarak kurang lebih 20 meter (Permentamben No. 1.P/47/MTE/1992).
Rincian 511: Permukiman kumuh
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan
permukiman kumuh yang mencakup jumlah lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang
bertempat tinggal di permukiman kumuh.
Permukiman kumuh (slum area) adalah wilayah permukiman dengan bangunan yang
padat dan tidak layak huni, sanitasi lingkungan yang buruk dan padat penduduk. Permukiman
kumuh biasanya berada di lokasi marjinal (tidak boleh dijadikan sebagai tempat tinggal)
misalnya: bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, sepanjang aliran drainase, di bawah
jembatan (layang), pasar, dan sebagainya. Ciri-ciri umum permukiman kumuh antara lain:
1. Penduduk/bangunan sangat padat,
2. Banyak rumah yang tidak layak huni,
3. Sanitasi lingkungan buruk.
Rincian 512: Pencemaran lingkungan hidup di desa/kelurahan selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pencemaran
lingkungan yang terjadi di desa/kelurahan dalam satu tahun terakhir, baik pencemaran air,
tanah, maupun udara.
64 Pedoman Pencacah Podes 2014
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah sesuatu
yang mengakibatkan perubahan terhadap lingkungan hidup (air, tanah, dan udara) baik
langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan manusia, yang biasanya terjadi dalam waktu yang lama. Gangguan ini bisa
terjadi dengan sendirinya (proses alamiah) atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Seperti
yang ditimbulkan oleh limbah pabrik, pemakaian pupuk kimia pada tanaman, limbah
keluarga/pasar/pertokoan/perkantoran, dan sebagainya. Pencemaran lingkungan di suatu
daerah ditunjukkan oleh adanya ketidaknyamanan manusia/penduduk terhadap kondisi/
kualitas air, tanah, atau udara yang ada disekitarnya.
Penjelasan:
a. Pencemaran air. Air yang tercemar dapat dilihat dari tampilan fisiknya yang keruh,
berwarna, berasa, berbusa, dan berbau.
• Keruh/tidak jernih, jika air dituang dalam gelas bening terlihat adanya benda-benda
kecil yang bercampur menjadi satu, misalnya air yang keruh karena butiran koloid
dari tanah liat;
• Berwarna, jika air tampak tidak keruh (bening/jernih) tetapi berwarna. Beberapa
warna dalam air yang harus diwaspadai diantaranya:
- Air berwarna hijau mengandung cuprum, oksida, chlorin, dapat mengakibatkan
penyakit ginjal, sistem syaraf pusat dan kanker.
- Air berwarna hitam mengandung kalsium, magnesium, dapat mengakibatkan
batu ginjal dan kencing batu.
- Air berwarna putih mengandung alumunium, arsen, asbestos, dapat
mengakibatkan penyakit hati, sistem syaraf pusat dan kanker.
- Air berwarna biru mengandung alumunium, sulfur, phospat, pestisida dapat
mengakibatkan penyakit hati, ginjal, kencing batu dan sistem syaraf.
- Air berwarna jingga (oranye) mengandung besi oksida dapat mengakibatkan
gangguan air seni, maupun gangguan keseimbangan metabolisme.
• Berasa, jika air memberi rasa tertentu, seperti: asin, anta, payau. Secara fisika, air bisa
dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan air
tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut
dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik.
• Berbusa, bila air mengeluarkan busa/buih yang cukup banyak (seperti tercampur
deterjen) pada waktu dituang ke suatu tempat (gelas).
• Berbau, jika air mengeluarkan bau tertentu. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau
bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan
organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme
air.
Pedoman Pencacah Podes 2014 65
b. Pencemaran tanah. Kesuburan tanah menurun oleh berbagai sebab, yaitu: rusaknya
komposisi tanah akibat penambangan, penggalian, terkontaminasinya tanah karena
bahan radio aktif di atasnya atau yang dipendam di dalamnya dan sebagainya.
c. Pencemaran udara dicirikan dengan kondisi udara yang berdebu/berjelaga, berasap,
dan berbau menyengat. Sumber pencemarannya meliputi pabrik, pembakaran
gamping, kendaraan bermotor, letusan gunung, peternakan, pembakaran lahan/hutan
dan sebagainya.
Kolom (3): Sumber pencemaran lingkungan terdiri dari :
Rumah tangga, jika sumber pencemaran berasal dari rumah tangga. Misalnya: limbah
domestik atau limbah/sampah dihasilkan akibat kegiatan keluarga.
Pabrik, jika sumber pencemaran berasal dari pabrik, termasuk dari kegiatan industri/usaha.
Limbah lainnya, jika sumber pencemaran berasal dari selain rumah tangga dan
pabrik/industri, misalnya pemakaian pupuk kimia yang berlebihan pada tanaman,
terkontaminasinya air laut, SPBU bocor, dsb. Jika pada Rincian 512 Kolom (3) berkode ‘3’
maka pada masing-masing baris di kolom tersebut dituliskan sumber pencemaran lainnya.
Kolom (4): Pengaduan warga ke aparat desa
Jika di desa/kelurahan terjadi pencemaran lingkungan hidup, maka tanyakan apakah
kejadian tersebut dilaporkan/diadukan ke aparat desa atau tidak. Jika iya, isikan kode ‘1’.
Sebaliknya, isikan kode ‘2’ jika tidak.
Rincian 513: Kebiasaan masyarakat membakar ladang/kebun di desa/kelurahan untuk
proses usaha pertanian selama setahun terakhir
Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan masyarakat
membakar ladang/kebun di desa/kelurahan yang dilakukan oleh masyarakat untuk proses
usaha pertanian selama setahun terakhir.
Kebiasaan membakar ladang/kebun adalah kebiasaan membakar ladang/kebun
secara sengaja dengan maksud untuk proses (mempersiapkan) usaha pertanian. Jika di
desa/kelurahan terdapat kebiasaan membakar ladang/kebun, isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan
kode ‘2’.
Rincian 514: Keberadaan lokasi penggalian golongan C di desa/kelurahan
66 Pedoman Pencacah Podes 2014
Menurut PP Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian, bahan-
bahan galian terbagi atas 3 golongan, yaitu:
a. Golongan A, golongan bahan galian yang strategis yaitu:
1. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, dan gas alam;
2. Bitumen padat, aspal;
3. Antrasit, batubara, batubara muda;
4. Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya;
5. Nikel, kobalt;
6. Timah.
b. Golongan B, golongan bahan galian yang vital yaitu:
1. Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
2. Bauksit, tembaga, timbal, seng;
3. Emas, platina, perak, air raksa, intan;
4. Arsin, antimon, bismut;
5. Yutrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya;
6. Berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa;
7. Kriolit, fluorspar, barit;
8. Yodium, brom, khlor, belerang.
c. Golongan C, golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B yaitu:
1. Nitrat, phosphate, garam batu (halite);
2. Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
3. Yarosit, leusit, tawas (alam), oker;
4. Batu permata, batu setengah permata;
5. Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonite;
6. Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth);
7. Marmer, batu tulis;
8. Batu kapur, dolomite, kalsit;
9. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung
unsur-unsur mineral golongan A dan golongan B dalam jumlah yang berarti ditinjau
dari segi ekonomi pertambangan;
Pedoman Pencacah Podes 2014 67
Penjelasan :
Rincian ini hanya mencakup penggalian golongan C dimana lokasi penggalian dimaksud adalah
tempat dilakukannya kegiatan penggalian golongan C baik yang kegiatannya aktif atau tidak,
maupun yang memiliki surat perizinan atau tidak.
BLOK VI. BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM
Rincian 601: Kejadian/bencana alam (mengganggu kehidupan dan menyebabkan
kerugian bagi masyarakat) yang terjadi selama 3 tahun terakhir
Bencana Alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang kejadiannya tidak
terduga, mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang disebabkan
oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor sehingga dapat (berpotensi) mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerugian materi (harta benda), kerusakan lingkungan, dan rasa khawatir bagi
sebagian besar penduduk.
Penjelasan :
- Bencana alam yang dicatat yaitu bencana yang terjadi dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir dan dirinci setiap tahun, yaitu 2011, 2012, dan 2013. Dalam suatu kejadian
bencana alam dapat menimbulkan beberapa peristiwa alam lainnya.
- Yang dicatat dalam rincian ini adalah ada tidaknya kejadian bencana alam yang
berdampak langsung terhadap warga (korban jiwa, materiil, maupun nonmateriil) di
desa/kelurahan.
- Contoh kasus:
• Suatu gunung berapi selama 2 bulan terakhir ini selalu meletus dan menimbulkan
gempa. Untuk kasus ini bencana alam yang terjadi adalah gunung meletus dan
gempa.
• Meletusnya Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 2014
telah menyebabkan hujan abu vulkanik di sejumlah daerah, baik di Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat. Salah satu wilayah yang terkena dampak abu vulkanik
Gunung Kelud adalah sejumlah desa di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang jaraknya
sangat jauh dari Gunung Kelud. Karena terkena dampak dari abu vulkanik dan
menyebabkan kerugian di bidang pertanian, maka sejumlah desa di kabupaten
Ciamis tersebut dikategorikan terjadi bencana Gunung Meletus.
68 Pedoman Pencacah Podes 2014
Kolom (1): Jenis bencana alam
Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah atau batuan
menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan, seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir dapat
terjadi karena luapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, luapan air sungai
atau pecahnya bendungan air. Kejadian banjir yang selalu terjadi di suatu desa/kelurahan
karena luapan sungai atau sistem drainase yang buruk, seperti yang terjadi di daerah Marunda,
Jakarta Utara tetap dikategorikan sebagai banjir, selama warga di daerah tersebut merasa
terganggu dan mengalami kerugian.
Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan volume yang besar sehingga
merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa. Banjir bandang
disebabkan oleh beberapa faktor seperti karena jebolnya tanggul atau waduk/situ, maupun
karena penggundulan hutan.
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi yang biasanya disebabkan oleh
pergerakan lempeng bumi. Gempa bumi terjadi karena aktivitas tektonik atau vulkanik. Gempa
tektonik adalah jenis gempa yang disebabkan oleh pergeseran tanah sedangkan gempa
vulkanik adalah jenis gempa yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
Tsunami adalah sebuah gelombang/ombak laut yang besar yang terjadi karena gerakan
vertikal pada kerak bumi yang diakibatkan oleh gempa bumi, gempa di laut, gunung berapi
meletus atau hantaman meteor di laut. Gerakan vertikal pada kerak bumi dapat menyebabkan
dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air
yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika
sampai di pantai menjadi gelombang besar, yang disebut tsunami. Dampak negatif tsunami
adalah merusak apa saja yang dilaluinya, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan mengakibatkan
korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah
dan air bersih.
Pedoman Pencacah Podes 2014 69
Gelombang pasang laut adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat
menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai.
Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang/topan, perubahan cuaca
yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan
gelombang pasang sekitar 10-100 km/jam.
Angin puyuh/puting beliung/topan adalah angin yang hembusannya berputar dengan
kencang, dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih.
Gunung meletus atau ‘erupsi’ merupakan fenomena alam yang terjadi akibat aktivitas
vulkanik di gunung yang menyebabkan magma keluar maupun material vulkanik dari kawah
gunung. Dalam hal ini, erupsi yang hanya menyebabkan hujan awan panas juga termasuk
kedalam bencana gunung meletus.
Kebakaran hutan adalah peristiwa kebakaran yang tidak ada unsur kesengajaan yang terjadi
di hutan ataupun pembakaran hutan secara sengaja oleh manusia dan menyebabkan polusi
asap yang besar yang mencemari udara baik di dalam wilayah desa maupun di luar desa,
mengakibatkan kerusakan lahan serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian.
Penjelasan :
- Dalam Podes 2014, kebakaran hutan juga termasuk kebakaran lahan.
Kekeringan lahan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa
yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul
bila suatu wilayah mengalami musim kemarau yang panjang, yang akhirnya menyebabkan
kekeringan karena cadangan air tanah habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun
penggunaan lain oleh manusia. Bencana kekeringan dapat menyebabkan suatu wilayah
kehilangan sumber pendapatan khususnya pada wilayah-wilayah perdesaan yang bergantung
pada usaha pertanian. Kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan
kerusakan yang signifikan.
Kolom (2): Ada/tidak.
Isikan dengan kode yang sesuai.
Kolom (3), (5), dan kolom (7): Banyaknya kejadian
Rincian ini diisi jika Rincian 601 kolom (2) berkode ‘1’. Jika kejadian bencana alam di
desa/kelurahan lebih dari 9 (sembilan) kali, maka tetap ditulis 9.
• Banyaknya kejadian merujuk ke berapa kali satu episode peristiwa (rentetan kejadian)
bencana alam yang terjadi.
• Untuk gempa, satu episode kejadian dimulai dari getaran pertama sampai terakhir.
Misalkan dalam satu episode gempa terjadi selama 24 jam, yang mengakibatkan gempa
lebih dari satu kali maka jumlah gempa yang dihitung tetap hanya satu kali.
70 Pedoman Pencacah Podes 2014
• Untuk gunung meletus, satu episode kejadian adalah dari letusan pertama sampai
letusan terakhir dan bisa saja berlangsung dalam periode beberapa hari dan tetap
dihitung sebagai satu kali letusan.
Kolom (4), (6), dan Kolom (8): Korban jiwa
Korban jiwa (meninggal) yang dicatat merujuk pada seluruh kejadian dalam satu tahun
kejadian, bukan hanya pada tahun puncak kejadian bencana alam. Jika tidak terjadi korban jiwa,
maka isikan 0 (nol).
Rincian 602: Fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana alam yang ada di
desa/kelurahan
Bencana alam yang dimaksud di sini adalah merujuk pada kejadian bencana alam
(R601).
Menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Sistem peringatan dini bencana alam adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana alam pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Sistem peringatan dini bencana alam yang
dimaksud disini misalnya peringatan dini terhadap warga mengenai status ketinggian pintu air,
status gunung, dsb, yang disampaikan melalui kentongan, pemberitahuan dengan loud speaker,
dan lainnya.
Penjelasan:
- Pemberian peringatan status bencana melalui Short Messages Service (SMS) yang diberikan
kepada warga yang berada pada lokasi berisiko terkena bencana, dicatat sebagai sistem
peringatan dini bencana alam.
Sistem peringatan dini tsunami adalah fasilitas pendeteksian kejadian bencana alam tsunami
untuk memberikan peringatan dini sebelum bencana alam tsunami datang/menimpa
desa/kelurahan. Sistem ini menggunakan peralatan teknologi tinggi sebagai alat atau sarana
untuk memonitor kapan dan di mana bencana alam tsunami itu akan terjadi. Cakupan wilayah
sistem peringatan dini tsunami meliputi semua desa/kelurahan yang dapat dijangkau oleh
sistem tersebut dan bukan hanya desa/kelurahan dimana lokasi alat tersebut berada.
Pedoman Pencacah Podes 2014 71
Penjelasan :
- Sistem peringatan dini tsunami yang dimaksud disini adalah peralatan teknologi tinggi
untuk memonitor datangnya gelombang air laut pasang tsunami (desa tersebut berada
dalam cakupan sistem peringatan dini, bukan lokasi dimana alat tersebut dipasang).
- Sistem peringatan dini tsunami yang dicatat adalah yang masih berfungsi. Jika warga
mengatakan tidak tahu apakah sistem peringatan dini tsunami masih berfungsi atau
tidak, maka tetap dicatat sebagai ’ada sistem peringatan dini tsunami’ di
desa/kelurahan.
Perlengkapan keselamatan adalah perlengkapan yang diupayakan/disediakan oleh aparat
setempat ataupun warga komunitas lokal untuk antisipasi maupun evakuasi korban saat terjadi
bencana alam, seperti: perahu karet, tenda, persediaan masker dan sebagainya.
Jalur evakuasi adalah jalur atau rute khusus yang digunakan untuk evakuasi pada saat terjadi
bencana alam. Jalur atau rute ini bisa tersedia di desa/kelurahan dalam bentuk apapun, misal
peta, petunjuk evakuasi, dan lokasi aman untuk berkumpul (muster point). Yang terpenting
adalah jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, warga desa/kelurahan tahu jalur atau rute
evakuasi yang harus dilewati.
BLOK VII. PENDIDIKAN DAN KESEHATAN
Rincian 701: Jenis/jenjang lembaga pendidikan
Kolom (2) dan Kolom (3): isikan ke dalam kotak banyaknya lembaga pendidikan yang
ada aktivitasnya menurut tingkat pendidikan. Tidak termasuk dalam hal ini lembaga
pendidikan yang baru terdaftar secara definitif dan belum melakukan aktivitas belajar-
mengajar.
Lembaga pendidikan adalah lembaga yang menghasilkan siswa yang lulus dan
diakui/disahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dibuktikan dengan
sertifikat/ijazah. Banyak lembaga kursus keterampilan yang menyebutkan bahwa lulusan
kursusnya setara dengan diploma padahal belum tentu diakui oleh Kemendikbud sebagai
diploma.
Ada beberapa kasus terkait cakupan lembaga pendidikan/sekolah:
• Jika ada sekolah yang terletak di perbatasan dua desa, maka dicatat di salah satu desa
dimana kantor administrasi berada.
• Sebuah kampus yang meliputi beberapa desa, maka catat desa dimana kantor rektor
berada.
• Untuk sekolah jarak jauh atau kelas jarak jauh dan sekolah terbuka dicatat menjadi satu
dengan sekolah induknya dimana pengelolaan administrasi berada.
72 Pedoman Pencacah Podes 2014
• Lembaga yang memenuhi kriteria/karakterisitik sebagai lembaga pendidikan tetap
dimasukkan sebagai lembaga pendidikan yang sesuai/setara, contoh lembaga
pendidikan setara akademi seperti LP3I.
TK/RA/BA, meliputi Taman Kanak-Kanak (TK), Bustanuf Athfal (BA) dan Raudatul Athfal (RA).
SD/MI, meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah (MI), baik negeri maupun swasta.
SMP/MTs, meliputi Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah (MTs), baik negeri
maupun swasta.
SMU/MA, meliputi Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah (MA), baik negeri maupun
swasta.
SMK, meliputi Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), baik negeri
maupun swasta.
Akademi/Perguruan Tinggi, meliputi Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan
Universitas, baik negeri maupun swasta.
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional
dan mental.
Pondok pesantren (Ponpes) adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis
pendidikan lainnya (PP No. 55 tahun 2007). Pondok pesantren selain mengajarkan kitab kuning
atau kitab klasik, adapula yang menyelenggarakan pendidikan seperti: MI, MTs maupun MA.
Ponpes yang menyelenggarakan pendidikan formal dan atau non formal seperti MI, MTs, MA
maupun madrasah diniyah, unit satuan pendidikannya selain masuk dalam ponpes juga masuk
ke MI, MTs, MA dan atau madrasah diniyah.
Pedoman Pencacah Podes 2014 73
Pesantren itu terdiri dari lima unsur pokok yaitu: Kiai, Santri, Masjid, Pondok dan Pengajaran
kitab-kitab Islam klasik. Pengertian Pondok Pesanten yang lain adalah bercirikan:
a. Pesantren harus berbentuk asrama (full residential Islamic Boarding School),
b. Fungsi kiai sebagai centre figure, yang berperan sebagai guru, pendidik, dan
pembimbing,
c. Masjid sebagai pusat kegiatan,
d. Materi yang diajarkan tidak sebatas kitab kuning saja.
Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi hasrat
masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang
dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap
pengetahuan agama Islam (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
ditindaklanjuti dengan disahkannya PP No. 55 Tahun 2007, Undang-Undang Pendidikan dan
Peraturan Pemerintah, Departemen Pendidikan Nasional). Madrasah Diniyah ada yang
diselenggarakan di Ponpes dan di luar Ponpes seperti di masjid, musholla, rumah ataupun di
kantor kepala desa (lurah). Materi pembelajaran madrasah diniyah adalah Al’quran, Hadist,
fiqih/ibadah, aqidah/ahlak, sejarah kebudayaan Islam dan Bahasa Arab dll.
Lembaga Pendidikan Diniyah terdiri atas:
a. Diniyah Atfal (DA), Diniyah Ula (DU), Diniyah Wustha (DW), Diniyah Ulya (DUy) dan
Ma’had Aly yang sudah memiliki izin operasional dari Departemen Agama.
b. Lembaga pendidikan Diniyah pada jalur non-formal berjenjang, terdiri dari Diniyah
Takmiliyah Awwaliyah (DTA), Diniyah Takmiliyah Wustha (DTW), Diniyah Takmiliyah
Ulya (DTU), dan Diniyah Takmiliyah Aly (DTA) yang sudah memiliki izin operasional
dari Departemen Agama.
c. Lembaga pendidikan Diniyah pada jalur non-formal tanpa jenjang, terdiri dari Taman
Kanak-kanak al-Qur’an (TKQ), Ta’limul Qur’an lil ’Aulad (TQA), Taman Pendidikan al-
Qur’an (TPQ) dan Majelis Taklim (MT) yang sudah memiliki izin operasional dari
Departemen Agama.
Seminari atau sejenisnya adalah lembaga pendidikan tinggi agama Katolik/Kristen, dalam
profesi kepastoran dan biasanya menyediakan asrama bagi para siswanya dalam komplek
pendidikan. Contoh sejenisnya adalah Pendidikan Alkitab untuk Agama Protestan.
Kolom (4): Perkiraan jarak ke lembaga pendidikan terdekat (dalam km).
Jika tidak ada lembaga pendidikan, maka isikan perkiraan jarak ke lembaga pendidikan
serupa yang terdekat (km). Jika jarak ke lembaga pendidikan kurang dari 100 m maka tuliskan
angka ’00,0’.
74 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 702.a: Kegiatan pemberantasan buta aksara/keaksaraan fungsional (KF)
selama 3 tahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan pemberantasan buta aksara.
Keaksaraan fungsional adalah metode pemberantasan buta aksara meliputi pengajaran
kemampuan baca, tulis, dan hitung, serta berbagai keterampilan lain. Keterampilan disini
tergantung proposal yang diajukan, misal memasak, menjahit, pembuatan kain sulam, dsb.
Rincian 702.b: Kegiatan pendidikan Paket A/B/C selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan kegiatan pendidikan paket
A/B/C. Program Paket A (setara SD/MI), Paket B (setara SMP/ MTs), dan Paket C (setara
SMA/MA).
Rincian 702.c: Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) yang masih beroperasi
Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) adalah tempat kegiatan pembinaan anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
pertumbuhan/perkembangan jasmani dan rohani agar siap memasuki pendidikan selanjutnya.
Penjelasan :
- Pos PAUD sering dikenal dengan nama ‘PAUD’ saja. Dalam kasus ini, tetap dicatat dalam
Podes 2014.
Rincian 702.d: Kelompok Bermain (Play Group) yang masih beroperasi
Kelompok Bermain (Play Group) adalah pendidikan anak-anak usia 2-6 tahun yang
berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan bagi anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Program yang lebih dikenal dengan
nama Play Group ini, merupakan program pendidikan prasekolah sebelum TK yang
programnya adalah mengajarkan anak belajar bersosialisasi di antara mereka dengan cara
bermain. Penyelenggaran Play Group dikelola oleh pihak swasta, baik pendanaan maupun
tenaga pengajarnya.
Pedoman Pencacah Podes 2014 75
Rincian 702.e: Taman Penitipan Anak (TPA) yang masih beroperasi
Taman Penitipan Anak adalah bentuk intervensi pendidikan bagi anak usia 3 bulan
sampai memasuki pendidikan dasar pada lembaga taman penitipan anak (wahana
kesejahteraan anak yang biasanya berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu
tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja). Ini berupa tempat menitipkan anak yang
disertai dengan program pendidikan prasekolah dan mempunyai program stimulasi untuk
anak, antara lain alat bermain (motorik kasar), mengenal bentuk (motorik halus) dan bermain
(sosialisasi). Nama lain yang mungkin ditemui adalah full day atau day care.
Rincian 702.f: Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang masih beroperasi
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah lembaga yang lahir dari dan untuk
masyarakat yang merupakan potensi dalam memberdayakan warga (masyarakat umum)
untuk belajar dan memperoleh informasi/pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidup. TBM
dicirikan sebagai suatu ruang/tempat yang menyediakan koleksi bahan bacaan yang bertujuan
untuk memberikan akses pada masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan.
Rincian 703: Jenis pendidikan keterampilan
Isikan banyaknya lembaga yang menyediakan pendidikan keterampilan di
desa/kelurahan. Pendidikan keterampilan adalah pendidikan luar sekolah yang dikelola oleh
lembaga/badan pelatihan/kursus keterampilan yang mempunyai ciri: jangka waktu pendidikan
relatif pendek, ditunjukkan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat umum dan
menyediakan sertifikat bagi peserta yang lulus. Contoh pendidikan keterampilan antara lain:
bahasa asing, komputer, menjahit/tata busana, kecantikan/tata rias, montir mobil/motor,
elektronika (reparasi TV, AC, Kulkas, dsb) dan lainnya (memasak/tataboga, stir mobil, dsb).
Pendidikan keterampilan termasuk yang diselenggarakan oleh BLK (Balai Latihan Kerja).
Penjelasan:
- Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah lembaga pendidikan keterampilan yang masih
aktif/ beroperasi.
76 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 704: Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah sarana kesehatan yang masih
aktif/beroperasi.
Rumah Sakit (RS) adalah sarana kesehatan/bangunan tempat untuk melayani penderita yang
sakit untuk berobat rawat jalan atau rawat inap yang pelayanannya disediakan oleh dokter,
perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Rumah sakit yang dicatat adalah rumah sakit umum dan khusus. Rumah sakit umum bisa
dimiliki oleh: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI/POLRI atau swasta/BUMN. RS
Pemerintah Pusat misalnya RSCM/RSUP Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta, RS Pemerintah
Daerah misalnya RS Abdul Muluk di Lampung, RS Bhayangkara milik POLRI dan RS Swasta
misalnya RS Stella Maris di Kota Makasar-Sulawesi Selatan, RS Pelni/RS Pertamina milik BUMN.
Termasuk rumah sakit khusus seperti rumah sakit perawatan paru-paru dan rumah sakit
jantung.
Rumah Sakit Bersalin adalah rumah sakit khusus untuk persalinan, dilengkapi pelayanan
spesialis pemeriksaan kehamilan, persalinan, rawat inap dan rawat jalan ibu dan anak yang
berada di bawah pengawasan dokter spesialis kandungan.
Rumah Bersalin adalah sarana pelayanan kesehatan dengan izin sebagai rumah bersalin,
dilengkapi pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan serta pemeriksaan ibu dan anak yang
berada di bawah pengawasan bidan senior.
Biasanya Rumah Sakit Bersalin/Rumah Bersalin dikelola oleh swasta. Misal RSB Bunda
Menteng Jakarta. RSB biasanya melakukan pelayanan operasi, sedangkan RB tidak melakukan
tindakan operasi.
Pedoman Pencacah Podes 2014 77
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai sarana kesehatan/bangunan yang dipakai
sebagai pusat kesehatan masyarakat. Puskesmas adalah sebagai unit pelayanan kesehatan
milik pemerintah (pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota) yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan, atau
kelurahan/desa. Puskesmas memberikan pelayanan berobat jalan dengan rawat inap. Biasanya
Puskesmas berada di setiap kecamatan dan dapat terdiri dari 2 – 3 puskesmas di dalam 1
kecamatan. Pada Podes 2014, Puskesmas dibedakan antara puskesmas yang menyediakan
pelayanan rawat inap dan tidak.
Puskesmas Pembantu (Pustu) sebagai sarana kesehatan/bangunan yang dipakai sebagai
pusat kesehatan masyarakat untuk wilayah yang lebih kecil, misal di desa/kelurahan. Pustu
merupakan sarana kesehatan milik pemerintah yang berfungsi menunjang dan membantu
memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan
yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Pustu memberikan
pelayanan berobat jalan. Pustu bertanggung jawab ke puskesmas induk di kecamatan.
Poliklinik adalah sarana kesehatan/bangunan yang dipakai untuk pelayanan berobat jalan.
Biasanya dikelola oleh swasta atau organisasi keagamaan tertentu.
Balai pengobatan adalah tempat pemeriksaan kesehatan di bawah pengawasan mantri
kesehatan.
Tempat praktek dokter adalah sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk tempat
praktek dokter yang biasanya memberikan pelayanan berobat jalan, termasuk praktek dokter
yang mempunyai fasilitas rawat inap dan apotek.
Tempat praktek bidan adalah sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk tempat
praktek bidan yang biasanya memberikan pelayanan ibu hamil dan bayi.
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau lebih sering dikenal sebagai PKD di beberapa wilayah
merupakan sarana kesehatan/bangunan yang dibentuk di desa/kelurahan dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa/kelurahan.
Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sehingga
masyarakat dapat berperan aktif dalam meningkatkan taraf kesehatan di lingkungannya
dengan kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan. Poskesdes dikelola
oleh bidan dan dibantu beberapa kader.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah bangunan yang dibangun dengan sumbangan dana
pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan
pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal bidan di desa. Di samping pertolongan
persalinan juga dilakukan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB),
dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompentensi teknis bidan
tersebut.
78 Pedoman Pencacah Podes 2014
Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan
memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
secara dini. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Apotek adalah suatu sarana kesehatan yang digunakan untuk pekerjaan kefarmasian, dan
penyaluran/penjualan obat/bahan farmasi. Apotek melayani pembelian obat secara bebas atau
dengan resep dokter. Apotek selalu ada tenaga apoteker selaku penanggungjawabnya.
Toko khusus obat/jamu adalah tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
menyimpan, menjual obat/bahan khusus untuk obat/jamu. Toko obat/jamu melayani
pembelian obat-obatan bebas terbatas dan juga obat bebas.
Penjelasan:
- Toko khusus ‘obat kuat’ tidak dikategorikan sebagai toko khusus obat/jamu sehingga tidak
dicatat.
Kolom (2): Ada/Tidak
Isikan keberadaan sarana kesehatan di desa/kelurahan.
Kolom (3): Jumlah sarana kesehatan
isikan jumlah sarana kesehatan (baris a sampai l) yang ada di desa/kelurahan ini. Rincian
ini diisi jika kolom (2) berkode ‘1’.
Jumlah sarana kesehatan adalah jumlah secara fisik berupa bangunan sarana
kesehatan yang masih berfungsi (memberikan pelayanan kesehatan) yang berada di dalam
wilayah desa/kelurahan ini.
Kolom (4): Jarak ke sarana kesehatan terdekat
Bila sarana kesehatan yang dimaksud tidak ada di desa/kelurahan (Kolom (2) berkode
’2’), maka perlu ditanyakan kolom (4). Isikan perkiraan jarak (dalam kilometer) dari kantor
kepala desa/lurah ke sarana kesehatan serupa terdekat pada kolom (4). Jika jaraknya kurang
dari 1 km maka tuliskan angka ’00,0’.
Penjelasan :
− Jika di desa/kelurahan tidak tersedia puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap,
atau puskesmas dengan rawat inap, maka jarak yang dimaksud adalah jarak terdekat ke
salah satu dari ketiga fasilitas kesehatan tersebut (puskesmas pembantu, puskesmas tanpa
rawat inap, atau puskesmas dengan rawat inap).
Pedoman Pencacah Podes 2014 79
Kolom (5): Kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan
Kolom (5) diisi jika sarana kesehatan yang dimaksud tidak ada di desa/kelurahan
(Kolom (2) berkode ’2’). Isikan Kolom (5) dengan persepsi kepala desa/lurah atau perangkat
desa/kelurahan tentang kemudahan akses ke sarana kesehatan serupa dengan
memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya
adalah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit.
Rincian 705 : Jumlah posyandu menurut kegiatan/pelayanan selama setahun terakhir
Rincian ini diisi jika R704.k Kolom (2) berkode ’1’ yang artinya ada posyandu di
desa/kelurahan. Posyandu mempunyai 2 kegiatan, yaitu: kegiatan utama dan tambahan.
Kegiatan utama posyandu meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, yaitu penimbangan berat badan dan pemberian
tablet besi kepada ibu hamil oleh kader kesehatan dan pembentukan kelompok ibu
hamil pada setiap hari buka posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.
2. Pelayanan kesehatan bagi ibu nifas dan menyusui, yaitu penyuluhan kesehatan, KB, ASI
dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir (vagina), pemberian vitamin A dan
tablet besi, perawatan payudara, senam ibu nifas dan pemeriksaan kesehatan lainnya.
3. Pelayanan kesehatan bayi dan balita yaitu penimbangan berat badan, penentuan status
pertumbuhan, penyuluhan, dan pemeriksaan kesehatan lainnya.
4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB).
5. Pelayanan imunisasi.
6. Pelayanan gizi.
7. Pencegahan dan penanggulangan diare.
Kegiatan tambahan misalnya:
1. Perbaikan kesehatan lingkungan.
2. Pemberantasan penyakit menular.
3. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Jumlah posyandu berdasarkan kegiatan/pelayanan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Ada kegiatan/pelayanan setiap sebulan sekali adalah posyandu di desa/kelurahan yang
minimal ada satu kegiatan/pelayanan posyandu setiap bulan.
2. Ada kegiatan/pelayanan setiap 2 bulan atau lebih adalah posyandu di desa/kelurahan
yang ada kegiatan/pelayanan posyandu tapi tidak setiap bulan.
80 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 706: Tenaga kesehatan yang tinggal/menetap di desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemudahan masyarakat dalam mengakses
kesehatan. Diharapkan, jika ada tenaga kesehatan yang tinggal/menetap di desa/kelurahan,
warga dengan mudah mendapatkan pelayanan pengobatan.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan bidang kesehatan dan melakukan upaya kesehatan untuk masyarakat umum baik
secara langsung maupun tidak langsung, mencakup dokter (umum dan spesialis), dokter gigi,
bidan, perawat, dsb.
Menurut Permen Kemenkes No 32 Tahun 1996, tenaga kesehatan terdiri dari:
1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi
dan perekam medis.
Dokter adalah tenaga kesehatan profesional yang berlatar belakang pendidikan kedokteran
dan memberikan pelayanan kesehatan, misal membuat diagnosis medis dan penanganannya.
Dokter yang dicakup adalah dokter umum dan dokter spesialis tidak termasuk dokter hewan.
Bidan adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai
kebidanan dan berdomisili/tinggal di desa/kelurahan.
Tenaga kesehatan lainnya meliputi, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis.
Penjelasan:
- Orang yang melakukan pengobatan bekam, akupuntur, patah tulang, sinshe, tabib dan
lainnya tidak termasuk dalam tenaga kesehatan lainnya.
Pedoman Pencacah Podes 2014 81
Rincian 707: Keberadaan bidan desa (BDD)
Bidan desa adalah seorang petugas paramedis yang bertugas sebagai bidan di desa/kelurahan
dengan SK (bidan di desa). Bidan yang dimaksud adalah seorang petugas paramedis yang
memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan tidak termasuk seseorang yang
memperoleh pendidikan dan pelatihan kebidanan dari instansi terkait, seperti dinas kesehatan.
Rincian 708: Dukun bayi/dukun bersalin/paraji yang tinggal/menetap di desa/
kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dukun bayi/dukun bersalin/paraji
yang tinggal/menetap di desa/kelurahan. Dukun bayi/dukun bersalin atau dengan sebutan
lain paraji adalah wanita yang memiliki keterampilan secara turun temurun untuk menolong
persalinan secara tradisional.
Rincian 709: Kejadian luar biasa atau wabah penyakit selama setahun terakhir
Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010).
Penetapan KLB menurut PMK No. 1501 tahun 2010 dapat dilakukan oleh:
a. Kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota,
b. Kepala dinas kesehatan provinsi, bila kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak
menetapkan daerahnya dalam keadaan KLB,
c. Menteri kesehatan, bila kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB.
Penjelasan :
- Dalam Podes 2014, KLB juga termasuk yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Misalnya: penetapan KLB oleh Bupati seperti Keputusan Bupati Bantul (tahun 2011)
tentang KLB Leptospirosis di Bantul.
Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1501/MENKES/PER/X/2010). Penetapan wabah menurut PMK No. 1501 Tahun 2010 dapat
dilakukan oleh menteri kesehatan.
82 Pedoman Pencacah Podes 2014
Penjelasan:
− Satu kasus yang terjadi dapat dikatakan sebagai KLB apabila kasus tersebut sangat
berbahaya. Contohnya penyakit flu burung.
Muntaber adalah suatu penyakit yang disebabkan karena peradangan usus oleh bakteri, virus,
parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh
bakteri maupun bahan kimia serta kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein.
Penyakit ini dapat mewabah akibat lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih serta
makanan yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan
baik juga memudahkan kuman untuk berkembang biak. Hujan yang terus menerus sehingga
menimbulkan banjir dan lingkungan yang kotor, sangat potensial menimbulkan wabah
muntaber. Tanda atau gejala seseorang yang terkena muntaber adalah sakit perut (mulas),
kembung, muntah-muntah, demam tinggi, kepala pusing, nafsu makan berkurang, lemas, dan
elastisitas kulit menurun.
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu hari dan biasanya
berlangsung dua hari atau lebih. Penyebab diare antara lain: bakteri, virus, alergi, dan parasit
pada makanan.
Demam Berdarah (DB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Tanda-tanda DB antara lain: demam secara
mendadak 2-7 hari, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda pendarahan di kulit berupa
bintik perdarahan, lebam, kadang disertai mimisan, berak/muntah darah dan kesadaran
menurun.
Campak (Rubiola, Measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai
dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit.
Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa (genus
plasmodium) dengan gejala utama demam berkepanjangan dan berulang. Penyebaran malaria
melalui nyamuk anopheles betina.
Flu burung (avian influenza)/SARS adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
Pedoman Pencacah Podes 2014 83
Hepatitis E adalah adalah suatu penyakit yang menyerang hati (liver) yang disebabkan oleh
Virus Hepatitis E. Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh
virus ini. Virus ini lebih mudah menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi buruk.
Difteri Pertusis Tetanus (DPT) adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
penghasil racun Corynebacterium Diphtheriae. Bakteri ini biasanya menyerang saluran
pernafasan, terutama laring, amandel, dan tenggorokan. Tetapi tidak jarang racun juga
menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung. Penyakit ini lebih
sering menyerang anak-anak.
Lainnya, misalnya keracunan makanan, chikungunya, leptospirosis, kolera, dll.
Rincian 710: Jumlah penderita gizi buruk (marasmus/kwashiorkor) selama 3 tahun
terakhir
Gizi buruk adalah suatu keadaan kekurangan konsumsi zat gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari, yang ditandai dengan berat
dan tinggi badan tidak sesuai umur (dibawah rata-rata) dan harus ditetapkan oleh tenaga
medis. Busung lapar termasuk salah satu bentuk gizi buruk. Secara klinis, status gizi buruk
terdapat tiga tipe, yaitu: marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan pada
balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Gejala marasmus antara
lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang, kulit keriput yang disebabkan karena lemak di
bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun
setelah makan, dan iga gambang.
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Seperti
marasmus, kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Tanda
khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan mental, pada sebagian besar
penderita ditemukan oedema (sembab) baik ringan maupun berat, gejala gastrointestinal,
rambut kepala mudah dicabut, kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis
kulit yang lebih mendalam dan lebar, sering ditemukan hiper pigmentasi dan persikan kulit,
pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati ditemukan perlemakan.
Marasmus-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari beberapa gejala
klinis antara marasmus dan kwashiorkor.
84 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 711: Jumlah warga yang menjadi peserta JAMKESMAS/JAMKESDA, surat
miskin/SKTM dan BPJS Kesehatan/JKN
JAMKESMAS atau Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah program pelayanan kesehatan
gratis bagi masyarakat miskin oleh pemerintah pusat. Sebelumnya disebut sebagai Asuransi
Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin).
JAMKESDA atau Jaminan Kesehatan Daerah adalah program pelayanan kesehatan gratis
bagi masyarakat miskin oleh pemerintah daerah yang tidak masuk dalam program Jamkesmas.
Surat miskin/Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) adalah surat keterangan yang
diberikan oleh kepala desa/lurah kepada masyarakat miskin untuk keperluan tertentu.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS), BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan
sosial. BPJS menyelenggarakan 2 macam jaminan sosial, yaitu jaminan kesehatan dan
ketenagakerjaan. Berdasarkan undang-undang ini, setiap orang termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia wajib menjadi peserta jaminan sosial.
Penjelasan:
- Periode waktu pengamatan dikeluarkannya Jamkesmas/Askeskin dan SKTM adalah sejak
Januari sampai Desember 2013.
- Periode BPJS/JKN adalah sejak Januari 2014 sampai dengan pencacahan.
BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA
Rincian 801: Keberadaan warga yang menganut agama/kepercayaan di desa/kelurahan
Pedoman Pencacah Podes 2014 85
Rincian ini berisi keberadaan warga yang menganut agama/kepercayaan di
desa/kelurahan sesuai dengan yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Jika di
desa/kelurahan ada warga yang menganut agama/kepercayaan tertentu, maka isikan kode
angka ganjil. Jika di desa/kelurahan tidak ada maka isikan kode angka genap.
Islam, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu cukup jelas.
Kristen memiliki beberapa aliran, antara lain: Protestan, Advent, Pantekosta, Baptis,
Kharismatik dan lain-lain.
Kepercayaan yang dimaksud disini adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang
merupakan salah satu unsur kebudayaan warisan leluhur, sering disebut dengan kebatinan,
kejiwaan dan kerohanian yang dilestarikan dalam rangka mendukung pelestarian dan
pengembangan budaya bangsa. Contoh kepercayaan yang ada di Indonesia: Organisasi Aji Dipa,
Organisasi Hak Sejati, Paguyuban Jaya Sampurna, dll.
Penjelasan:
Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah tidak termasuk ke Agama Hindu, tetapi dimasukkan
ke ”Lainnya”.
Rincian 802: Agama/kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar warga di
desa/kelurahan
Isian pada kotak harus merujuk pada R801 kolom 1, dimana kolom (3) nya berkode
‘ganjil’. Isikan salah satu kode agama/kepercayaan pada Rincian 801 kolom (1) yang dianut
oleh sebagian besar warga di desa/kelurahan ini (Rincian 801 kolom (3) berkode ‘ganjil’).
Rincian 803: Jumlah tempat ibadah di desa/kelurahan
Tempat ibadah adalah bangunan/ruangan yang lokasinya tetap dan peruntukannya
khusus untuk ibadah oleh masyarakat umum sesuai agama yang dianut tanpa memandang
status kepemilikan, termasuk bangunan/ruangan yang lokasinya tetap dan fungsinya
86 Pedoman Pencacah Podes 2014
dikhususkan untuk ibadah di fasilitas umum. Tidak termasuk tempat ibadah yang khusus
dipakai oleh pribadi/keluarga.
Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam, yang dapat digunakan untuk Sholat Jum'at.
Surau/Langgar adalah tempat peribadatan umat Islam, lebih kecil dari masjid dan tidak
digunakan untuk Sholat Jum'at.
Gereja Kristen adalah tempat ibadah untuk umat Kristen.
Gereja Katolik adalah tempat ibadah untuk umat Katolik.
Kapel adalah tempat ibadah untuk umat Katolik yang tidak ada Pastur.
Pura adalah tempat sembahyang umat Hindu.
Vihara adalah tempat ibadah umat Buddha.
Klenteng adalah tempat ibadah umat Konghucu.
Rincian 804: Suku dan bahasa sebagian besar warga di desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya keragaman suku/etnis, bahasa
sehari-hari yang digunakan oleh warga, dan akulturasi budaya di desa/kelurahan.
Rincian 804.a: Warga desa/kelurahan terdiri dari beberapa suku/etnis
Suku/etnis adalah golongan suku/etnis yang tinggal di desa/kelurahan ini yang biasanya
ditandai dengan kebudayaan dan adat istiadat tertentu. Jika warga desa/kelurahan terdiri dari
beberapa suku/etnis, maka isikan kode ‘1’ dan tuliskan tiga nama suku/etnis terbesar warga di
desa/kelurahan pada tempat yang tersedia (Rincian 804.a.2). Penulisan nama suku/etnis
diurutkan mulai dari yang jumlah warganya terbesar.
Rincian 804.b: Warga desa/kelurahan berkomunikasi sehari-hari menggunakan
beberapa bahasa
Bahasa yang dimaksud dalam Podes 2014 adalah bahasa yang digunakan oleh
sebagian besar warga desa/kelurahan untuk berkomunikasi. Jika warga desa/kelurahan
menggunakan lebih dari satu bahasa, maka isikan kode ‘1’ dan tuliskan bahasa sehari-hari
sebagian besar tersebut pada tempat yang tersedia (Rincian 804.b.2).
Pedoman Pencacah Podes 2014 87
Rincian 805: Penyandang cacat
Penyandang cacat adalah orang yang mengalami kecacatan sehingga
terganggu/terhambat dalam melakukan suatu kegiatan sebagaimana layaknya. Orang cacat
biasanya mendapat bantuan dari program pemerintah, maka diharapkan aparat desa tahu akan
keberadaan penyandang cacat di wilayahnya, baik yang tinggal di panti maupun rumah tangga.
Penyandang cacat dikelompokkan menjadi penyandang cacat fisik, mental, serta fisik dan
mental, dengan rincian sebagai berikut:
a) Tunanetra adalah kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam
indra penglihatannya. Tunanetra dibedakan ke dalam dua golongan yaitu: buta total dan
kurang awas (low vision).
Buta total jika kedua mata tidak dapat melihat sama sekali.
Kurang awas, bila dua mata tidak dapat menghitung jari-jari tangan yang digerakkan
pada jarak 1 meter di depannya walaupun memakai kacamata atau ada cukup cahaya
untuk melihat.
b) Tunarungu (tuli) adalah kondisi fisik yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara.
c) Tunawicara (bisu) adalah ketidakmampuan seseorang untuk berbicara.
d) Tunarungu-wicara (tuli-bisu) adalah ketidakmampuan seseorang untuk
mendengarkan suara dan berbicara. Seseorang menjadi bisu umumnya disebabkan
karena tuli.
e) Tunadaksa (cacat tubuh) adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi anggota gerak
dan tubuh, serta kelumpuhan/ketidaklengkapan anggota gerak/tulang sehingga
menimbulkan gangguan gerak.
88 Pedoman Pencacah Podes 2014
f) Tunagrahita (cacat mental/keterbelakangan mental) adalah kelainan/
keterbelakangan mental/jiwa sehingga tidak mampu melakukan aktivitas yang umum
dilakukan orang lain seusianya, contoh idiot.
g) Tunalaras adalah hambatan/gangguan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. Seseorang eks sakit jiwa termasuk ke dalam kategori tunalaras.
h) Cacat eks sakit kusta adalah kecacatan yang disebabkan oleh penyakit kusta/lepra
yang secara medis sudah dinyatakan sembuh.
i) Cacat ganda (cacat fisik-mental) adalah orang yang menderita cacat mental
(tunagrahita atau tunalaras) dan cacat fisik (buta, tuli, bisu, bisu-tuli atau cacat tubuh).
Rincian 806: Jumlah orang yang dipasung di desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan orang yang dipasung
di desa/kelurahan.
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui banyaknya orang yang dipasung di
desa/kelurahan. Menurut kementerian kesehatan, pemasungan penderita gangguan jiwa
adalah tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan
cara dikurung, dirantai kakinya, dimasukan kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga
kebebasannya menjadi hilang.
Rincian 807: Kebisaan gotong royong warga di desa/kelurahan sejak Januari 2014
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui masih adanya kegiatan gotong royong di
desa/kelurahan.
Gotong royong dapat diartikan sebagai suatu sikap ataupun kegiatan yang dilakukan oleh
anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan
maupun masalah dengan sukarela tanpa adanya imbalan. Sikap gotong royong ini telah melekat
pada diri masyarakat pedesaan dan merupakan kebiasaan turun temurun dari nenek moyang.
Masing-masing rincian, isikan kode ’1’ jika ada kegiatan, dan kode ’2’ jika tidak ada.
Rincian 808: Budaya/adat/kebiasaan yang menjadi ciri masyarakat desa/ kelurahan
(kearifan lokal) dan masih dipertahankan
Rincian ini ditanyakan dengan maksud untuk mengetahui keberadaan
budaya/adat/kebiasaan yang menjadi ciri masyarakat (kearifan lokal) dan masih
dipertahankan. Tuliskan nama budaya/adat/kebiasaan (kearifan lokal) di desa/kelurahan
beserta penjelasannya berdasarkan klasifikasinya.
Pedoman Pencacah Podes 2014 89
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat. Dalam Podes 2014, bentuk kearifan lokal yang dicatat mencakup adat
atau budaya yang bernilai luhur dan dilakukan oleh masyarakat di desa/kelurahan. Adat dan
budaya luhur tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kelahiran
2. Perkawinan
3. Kematian
4. Pencaharian/pekerjaan
5. Alam/lingkungan hidup
6. Kehidupan komunitas
7. Kehidupan kebangsaan
Penjelasan:
- Isian jenis kearifan lokal di desa/kelurahan yang dituliskan terdiri atas nama dan
penjelasan/deskripsi mengenai kearifan lokal tersebut.
- Contoh:
Tradisi Larungan Sedekah Bumi adalah salah satu contoh adat dan budaya
luhur yang berkaitan dengan pencaharian/pekerjaan. Ritual yang diselenggarakan oleh
masyarakat pesisir Pantai Cilacap , Jawa Tengah ini merupakan ungkapan rasa syukur
atau meminta berkah dan keselamatan kepada yang Maha Kuasa. Tradisi ini
dilaksanakan setiap setahun sekali, yaitu sebelum tahun baru Jawa atau malam satu
syuro. Umumnya, mereka yang melakukan tradisi ini adalah para Nelayan. Pusat tradisi
ini tidak hanya di lakukan di pantai Teluk Penyu, namun juga oleh masyarakat di
sepanjang pesisir Pantai Cilacap bahkan sampai Pantai Pangandaran.
Ada banyak sekali sesaji (Jolen) yang meliputi hasil bumi, sayuran, buah-buahan,
tumpeng dan kurban sembelihan dari para nelayan yang di larungkan ke laut, Jolen-
90 Pedoman Pencacah Podes 2014
jolen di kumpulkan di pendopo Bupati Cilacap dan kemudian di arak ke pantai serta di
barengi dengan berbagai pertunjukan dan atraksi budaya khas Cilacap. Setelah sampai
di bibir pantai, jolen-jolen ini di angkut dengan perahu-perahu tradisional yang sudah di
hias dan selanjutnya jolen-jolen tersebut dibuang ke tengah laut.
Sebelum upacara larungan di mulai terlebih dahulu di lakukan prosesi nyekar ke
Pantai Karang Bandung yang terletak di wilayah timur tenggara Nusakambangan dan
pengambilan air suci di Pulau Majethi yang menurut kepercayaan mitologi warga
pesisir sebagai tempat tumbuhnya Bunga Wjiayakusuma. Selesainya kegiatan tradisi
sedekah bumi di lanjutkan dengan pertunjukan budaya, kesenian di setiap desa-desa.
BLOK IX. HIBURAN DAN OLAHRAGA
Rincian 901: Keberadaan ruang publik terbuka
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan ruang publik terbuka di
desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat ruang publik terbuka, maka isikan kode ‘1’. Jika
tidak, isikan kode ‘2’.
Ruang publik terbuka yang dimaksud adalah ruang/lahan umum yang peruntukkan
utamanya sebagai tempat warga/masyarakat untuk bersantai/bermain tanpa perlu membayar.
Ruang publik terbuka dapat berupa lapangan terbuka/alun-alun, taman, tempat bermain, dsb.
Penjelasan:
- Pada Podes 2014 ini, tidak mencakup ruang publik terbuka berupa jalan dan
pedestrian.
Rincian 902: Bioskop dan pub/diskotik/tempat karaoke yang masih berfungsi
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan bioskop, pub/diskotik/tempat
karaoke yang masih berfungsi.
Pedoman Pencacah Podes 2014 91
Rincian 902.a: Gedung bioskop
Rincian ini diisi keberadaan gedung bioskop di desa/kelurahan dan perkiraan jarak
menuju ke fasilitas terdekat. Jika ada, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak ada, isikan kode ‘2’.
Gedung bioskop adalah gedung yang khusus digunakan untuk pertunjukkan film, biasanya
dilengkapi tempat penjualan tanda masuk (karcis) dan tempat menggantungkan gambar iklan
film yang sedang atau akan diputar. Cakupan dalam Podes 2014 adalah gedung bioskop yang
masih aktif/beroperasi.
Jika di desa/kelurahan tidak terdapat gedung bioskop (R902.a.1 berkode ‘2’), isikan perkiraan
jarak ke gedung bioskop terdekat. Jarak yang dimaksud adalah jarak dari kantor kepala desa
(lurah) ke gedung bioskop terdekat.
Rincian 902.b: Pub/diskotik/tempat karaoke
Rincian ini diisi keberadaan pub, diskotik, tempat karaoke dan jika ada, maka isikan kode
‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’. Jika tidak ada fasilitas maka perkirakan jarak menuju ke fasilitas
terdekat.
Pub/diskotik/tempat karaoke adalah tempat/gedung yang digunakan secara permanen
untuk pub/diskotik/karaoke. Tidak termasuk peralatan karaoke yang disewakan.
Jika di desa/kelurahan tidak terdapat pub/diskotik/tempat karaoke yang masih aktif/
beroperasi (R902.b.1 berkode ‘2’), isikan perkiraan jarak ke pub/diskotik/tempat karaoke
terdekat. Jarak yang dimaksud adalah jarak dari kantor kepala desa (lurah) ke
pub/diskotik/tempat karaoke terdekat.
Rincian 903: Fasilitas/lapangan dan kelompok kegiatan olahraga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan fasilitas/lapangan dan kelompok
kegiatan olahraga.
Lapangan olahraga adalah tempat lapang untuk kegiatan olahraga yang ada di desa/kelurahan
sesuai dengan persyaratan olahraga yang bersangkutan. Keberadaan lapangan olahraga yang
dimaksudkan bukan hanya yang dimiliki oleh desa/kelurahan, termasuk lapangan yang dimiliki
swasta atau pribadi yang difungsikan secara komersial dan masyarakat umum dapat
mengaksesnya.
92 Pedoman Pencacah Podes 2014
Penjelasan:
- Ukuran lapangan standar pada dasarnya tetap menjadi acuan, namun tidak harus sama
persis (seoperasional mungkin di lapangan). Selama di desa terdapat suatu lapangan
yang digunakan untuk olahraga dan ukuran mendekati, maka tetap dicakup.
- Bila ada satu lapangan yang dipakai lebih dari satu jenis kegiatan olah raga, misal untuk
sepak bola dan voli maka akan tercatat dua jenis lapangan yaitu lapangan sepak bola
dan bola voli.
Lapangan sepak bola adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang olahraga
sepak bola dengan ukuran 110 m x 70 m.
Lapangan bola voli adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bola voli
dengan ukuran lapangan yang umum adalah 18 m x 9 m dengan lantai terbuat dari
tanah/beton. Ukuran tinggi net putra 2,43 meter dan untuk net putri 2,24 meter.
Lapangan bulu tangkis adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bulu
tangkis dengan ukuran lapangan 14,40 m x 6,10 m dengan lantai terbuat dari
tanah/beton/papan kayu.
Lapangan bola basket adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bola
basket dengan ukuran lapangan 28 m x 15 m dengan lantai terbuat dari beton.
Lapangan tenis (lapangan) adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi olahraga
tenis lapangan dengan ukuran lapangan 23,77 m x 10,97 m dengan lantai terbuat dari
rumput/gravel/beton.
Lapangan futsal adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang olahraga sepak
bola di dalam ruangan. Aturan main sama seperti bermain sepak bola biasa. Hanya saja ada
sedikit modifikasi pada beberapa hal, misalnya: setiap tim memiliki lima pemain dan dipimpin
oleh seorang wasit, bila bola keluar lapangan, bola tidak dilempar melainkan ditendang, dll.
Kolam renang adalah prasarana olahraga yang berupa bangunan kolam renang dan
diperuntukkan bagi olahraga renang dengan ukuran kolam 50 m x 25 m atau 25 m x 15 m.
Jenis olah raga bela diri mencakup pencak silat, karate, capoera, taekwondo, martial art dan
lain-lain.
Kelompok kegiatan olah raga mengacu pada kelompok kegiatan yang dibentuk oleh warga
desa dan anggotanya adalah warga desa/kelurahan setempat maupun warga di luar
desa/kelurahan, tanpa memperhatikan apakah kegiatan olahraga tersebut dilakukan di
desa/kelurahan maupun di tempat lain.
Rincian 904: Pusat kebugaran (fitness center)
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan pusat kebugaran (fitness center)
di desa/kelurahan.
Pedoman Pencacah Podes 2014 93
Tempat fitness/senam atau yang juga disebut dengan pusat kebugaran (fitness center)
adalah tempat khusus berolahraga ataupun melakukan aktivitas fisik. Sebuah fitness centre yang
biasanya menyajikan banyak fasilitas dengan konsep one stop sport dan entertainment menjadi
kunci utamanya. Dengan konsep ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan
olah raga tetap tinggi dan tentunya dengan harapan lain, seperti sportainment dimana orang
bisa melakukan olahraga yang biasanya berujung pada kebosanan dengan sangat
menyenangkan sebagai penanggulangan atas tingginya tingkat stres, dan yang terakhir adalah
mengubah anggapan masyarakat bahwa olah raga tidaklah pagi hari, sore, malam bahkan setiap
saatpun bisa. Ketegangan, tekanan dan kesibukan yang disebabkan oleh rutinitas yang ada
membuat energi kita terkuras, diharapkan dengan adanya sarana olahraga seperti ini, energi
yang tadinya terkuras bisa di- recharge kembali.
Penjelasan :
- Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah tempat fitness yang menggunakan bangunan
tetap, untuk masuknya berbayar, dan minimal tersedia fasilitas untuk melakukan
latihan beban (barbell, dumbell, dll) dan kardio (treadmill, sepeda statis, aerobic, dll).
BLOK X. ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI
Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau
barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor
maupun tidak bermotor, baik melalui darat maupun air.
Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti
antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi meliputi kegiatan telekomunikasi dan
kegiatan pos dan giro.
Informasi adalah hasil dari proses pengolahan data atau komunikasi antara satu orang
dengan orang lain melalui media komunikasi, seperti: TV, radio, surat kabar, dan lain-lain.
Telekomunikasi adalah hubungan komunikasi jarak jauh melalui pemancaran,
pengiriman atau penerimaan segala jenis tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara atau berita
melalui kawat, radio, secara visual atau sistem elektronik. Contoh: telepon, telegraf, telex, dan
sejenisnya.
Pos dan giro adalah pelayanan lalu-lintas surat pos, uang, barang, dan pelayanan jasa
lainnya.
Rincian 1001: Sarana dan prasarana transportasi antar desa/kelurahan:
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui sarana dan prasarana transportasi antar
desa/kelurahan yang ada.
94 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1001.a: Lalu lintas dari dan ke desa/kelurahan
Rincian ini diisi sarana dan prasarana lalu lintas yang paling sering dilalui warga dari dan
ke desa/kelurahan lain.
Penjelasan:
- Jalan papan di desa/kelurahan yang rumahnya di atas sungai, maka prasarana
transportasinya dianggap ‘darat’.
Rincian 1001.b.1: Jenis permukaan jalan yang terluas
Rincian ini diisi jika R1001.a berkode ’1’ atau ’3’.
Jenis permukaan jalan terluas adalah jenis permukaan jalan terluas yang ada di
desa/kelurahan. Jenis permukaan jalan terdiri dari: aspal/beton, diperkeras (dengan kerikil
atau batu), tanah, dan lainnya yaitu terbuat dari kayu/papan yang biasanya digunakan di daerah
rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan dan sejenisnya.
Rincian 1001.b.2: Apakah dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih
Rincian ini diisi jika Rincian 1001.a berkode ’1’ atau ’3’.
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, maka
isikan kode ’1’.
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, kecuali
saat tertentu, misalnya: ketika turun hujan, pasang, maka isikan kode ’2’.
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, kecuali
sepanjang musim hujan, maka isikan kode ’3’.
- Jika jalan tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun,
maka isikan kode ’4’.
Pedoman Pencacah Podes 2014 95
Rincian 1001.c.1: Keberadaan angkutan umum
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan angkutan umum yang melewati
desa/kelurahan.
- Jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum dengan trayek tetap, maka lingkari kode
‘1’.
- Jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum tanpa trayek tetap, maka lingkari kode ‘2’.
- Jika desa/kelurahan tidak dilewati angkutan umum, maka lingkari kode ‘3’.
Trayek angkutan adalah lintasan/rute/jalur angkutan umum untuk pelayanan jasa angkutan
orang, barang dan atau orang dan barang yang mempunyai asal, tujuan dan lintasan perjalanan
yang tetap tidak termasuk hanya barang saja.
Penjelasan:
Kendaraan umum dengan trayek tetap, tetapi operasionalnya dapat di luar jalur trayek (sesuai
permintaan penumpang), maka termasuk trayek tetap.
Rincian 1001.c.2 dan Rincian 1001.c.3: Operasional angkutan umum yang utama
Rincian ini ditanyakan jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum (R.1001.c.1
berkode ‘1’ atau ‘2’). Jika desa/kelurahan dilewati oleh lebih dari satu angkutan umum, maka
tanyakan operasional dan jam operasi angkutan umum utamanya.
Angkutan umum yang utama merupakan angkutan umum yang biasa/paling banyak
digunakan oleh warga desa/kelurahan. Jika untuk mencapai lokasi yang ditentukan harus
berganti-ganti angkutan umum maka yang dipilih sebagai angkutan umum yang utama adalah
angkutan umum yang paling panjang jarak tempuhnya.
Rincian 1002: Transportasi dari kantor kepala desa/lurah
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui wilayah-wilayah yang terpencil melalui
informasi angkutan umum yang biasa digunakan oleh warga serta jarak, waktu tempuh dan
biayanya.
Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau
barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor
maupun tidak bermotor, baik melalui darat, air maupun udara. Khusus rincian disini adalah
angkutan untuk penumpang.
96 Pedoman Pencacah Podes 2014
Jarak tempuh adalah jarak yang sering dilalui dengan kendaraan, yang biasa digunakan oleh
warga.
Waktu tempuh yang dicatat adalah rata-rata waktu tempuh dengan kendaraan yang biasanya
digunakan oleh warga.
Jenis angkutan umum:
- Ojek sepeda motor adalah alat angkut yang menggunakan sepeda motor untuk
mengangkut orang.
- Kendaraan bermotor roda 3 atau lebih adalah alat angkut beroda 3 atau lebih untuk
mengangkut penumpang/barang yang menggunakan tenaga penggerak dari mesin/
motor.
- Perahu yang dimaksud terdiri atas perahu bermotor dan tidak bermotor.
- Perahu tidak bermotor adalah perahu yang tidak menggunakan tenaga penggerak
dari mesin/motor melainkan menggunakan layar atau dayung.
- Perahu motor/kapal motor adalah kapal yang menggunakan motor sebagai tenaga
penggerak, motor ini dipasang secara permanen di dalamnya.
- Lainnya adalah alat angkutan umum yang selain disebutkan di atas, misalnya becak,
delman, pedati, dokar, dll.
Biaya transportasi adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan. Bila rute yang
digunakan pulang dan pergi berbeda maka yang digunakan adalah biaya rata-rata.
Penjelasan :
- Jika untuk menuju kantor camat, warga menggunakan lebih dari satu moda
transportasi, maka pilih angkutan yang paling banyak digunakan oleh warga.
- Jika responden tidak tahu pasti jarak tempuh, maka isikan kolom ini dengan hasil
perkiraan.
Pedoman Pencacah Podes 2014 97
- Jika jarak tempuhnya kurang dari 1 km maka tuliskan angka ’0001’, begitu juga dengan
waktu tempuh kurang dari 1 jam maka tuliskan angka ’01’ dan biaya transportasi
kurang dari Rp 1.000,- maka tuliskan angka ’00001’.
- Jika angkutan yang digunakan tidak ada angkutan umum/kendaraan pribadi atau
hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki maka stop pada kolom (4) dan pindah ke
baris berikutnya.
Rincian 1003: Keluarga yang berlangganan telepon kabel
Keluarga yang berlangganan telepon kabel adalah keluarga yang berlangganan
sambungan telepon dengan sistem jaringan operasionalnya menggunakan kabel sambungan
telepon rumah. Jika di desa terdapat keluarga yang berlangganan telepon kabel, maka isikan
jumlahnya pada R1003.b.
Rincian 1004: Telepon umum yang masih aktif/berfungsi
Rincian pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui keberadaan telepon umum maupun
koin di desa/kelurahan yang masih aktif/berfungsi.
Telepon umum koin adalah telepon yang penggunaannya dengan koin/uang logam dan dapat
digunakan oleh setiap warga desa/kelurahan maupun anggota masyarakat lainnya.
Telepon umum kartu adalah telepon yang dapat digunakan oleh setiap warga desa/kelurahan
maupun anggota masyarakat lainnya yang penggunaannya dengan kartu telepon biasa atau
kartu telepon chip.
Telepon umum yang dicatat di sini adalah telepon yang disediakan khusus oleh PT. Telkom dan
masih aktif digunakan, tidak termasuk telepon yang disediakan oleh keluarga.
Rincian 1005.a: Base Transceiver Station (BTS) atau menara telepon seluler di
desa/kelurahan ini
BTS adalah alat yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transceiver) sinyal komunikasi
seluler. BTS ditandai adanya menara/tower yang dilengkapi antena sebagai perangkat
transceiver. Masyarakat umum sering menyebutnya sebagai tower telepon seluler/handphone.
Jika di desa/kelurahan terdapat BTS, maka isikan kode ‘1’. Jika di desa/kelurahan tidak terdapat
BTS, maka isikan kode ‘2’.
98 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1005.b: Sinyal telepon seluler/handphone
Sinyal telepon seluler adalah besaran elektromagnetik yang berubah dalam ruang dan waktu
dengan membawa informasi yang memberikan konfirmasi bahwa layanan telepon seluler
sudah tersedia. Telepon seluler yang dimaksud tidak termasuk mobile phone satelit. Isian dari
rincian ini terdiri dari tidak ada sinyal (kode ‘0’), sinyal lemah (kode ‘1’), sinyal kuat (kode ‘2’).
Rincian 1006: Wartel/Kiospon/Warpostel/Warparpostel
Warung Telekomunikasi (Wartel)/Kios Telepon (Kiospon) adalah tempat yang disediakan
untuk menyelenggarakan pelayanan jasa telekomunikasi.
Warung Pos dan Telekomunikasi (Warpostel) adalah tempat yang disediakan untuk
menyelenggarakan pelayanan jasa pos dan jasa telekomunikasi.
Warung Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Warparpostel) adalah tempat yang
disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa pos, agen perjalanan/paket pariwisata dan
telekomunikasi.
Rincian 1007: Fasilitas internet
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan fasilitas internet di
kantor kepala desa/lurah dan warnet di desa/kelurahan.
Kantor kepala desa/lurah dikategorikan mempunyai fasilitas internet jika di kantor
kepala desa/lurah tersedia fasilitas akses internet melalui instalasi khusus internet terdiri dari
jaringan telepon, modem, wifi, dsb.
Warnet adalah tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa internet.
Rincian 1008.a: Kantor pos/pos pembantu/rumah pos
Kantor pos adalah pemberi pelayanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan
paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan pos untuk
kepentingan umum.
Rumah pos berfungsi sama seperti kantor pos dan kantor pos pembantu, bedanya rumah pos
biasanya terletak di daerah terpencil.
Rincian 1008.b: Pelayanan pos keliling
Pos keliling adalah pelayanan pos (menjual, mengirim, dan menerima benda pos) keliling
dengan menggunakan mobil atau sarana angkutan yang berfungsi sama seperti kantor pos atau
kantor pos pembantu.
Pedoman Pencacah Podes 2014 99
Rincian 1008.c: Perusahaan jasa ekspedisi (pengiriman barang/dokumen) swasta
Jasa pengiriman paket/dokumen swasta adalah pelayanan pengiriman paket maupun
dokumen yang dikelola oleh pihak swatsa, misalnya Tiki, JNE, ESL, dll.
Rincian 1009: Program/siaran televisi yang dapat diterima
Program TV adalah program yang dirancang/disusun oleh stasiun/pemancar TV, baik stasiun
TVRI, TV daerah, TV swasta, maupun TV luar negeri. Program TV yang dimaksud disini adalah
program TV baik menggunakan antena parabola/TV kabel ataupun tidak.
Penjelasan:
- TVRI merupakan stasiun program TV Nasional satu-satunya milik pemerintah.
- TVRI daerah pada umumnya memiliki program yang bersifat lokal pada jam-jam
tertentu dan programnya hanya dapat diterima pada provinsi tersebut dan wilayah-
wilayah sekitanya.
- TV swasta adalah program/siaran televisi yang dirancang oleh stasiun/pemancar
televisi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan masyarakat. TV swasta
mencakup TV swasta nasional dan TV lokal.
Kolom (3) : Apakah harus menggunakan parabola/TV kabel?
Jika desa/kelurahan dapat menerima program/siaran televisi, maka tanyakan apakah
desa/kelurahan harus menggunakan parabola/TV kabel untuk menerima siaran televisi
tersebut. Jika iya, isikan kode ‘1’ dan jika tidak isikan kode ‘2’.
100 Pedoman Pencacah Podes 2014
BLOK XI. PENGGUNAAN LAHAN
Rincian 1101: Luas wilayah desa/kelurahan
Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kepadatan penduduk di
desa/kelurahan yang digunakan sebagai salah satu variabel penentu klasifikasi daerah
perkotaan-perdesaan. Informasi luas desa/kelurahan diisikan berdasarkan SK pembentukan
desa atau bukti otentik lainnya. Data luas yang diisikan dalam satuan ‘km2’. Oleh karena itu, jika
satuan luas yang ada di desa/kelurahan bukan dalam km2,, petugas harus melakukan konversi
ke dalam satuan km2. 1 Ha sama dengan 0,01 km2.
Penjelasan:
- Jika ada wilayah desa yang tidak terletak dalam satu hamparan (seperti: berbeda pulau,
terpisah oleh wilayah desa lain, dsb) maka luas desa mencakup seluruh wilayah desa
tersebut.
Rincian 1102: Luas lahan menurut jenis penggunaan lahan
Secara umum, penggunaan lahan yang ada di desa/kelurahan dapat dibagi menjadi: a)
Lahan pertanian sawah, b) Lahan pertanian nonsawah, dan c) Lahan nonpertanian.
Rincian 1102.a: Lahan pertanian sawah
Lahan pertanian sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang atau saluran irigasi, yang biasanya ditanami padi sawah, palawija atau tanaman
budidaya lainnya. Lahan pertanian sawah terdiri dari lahan sawah irigasi dan nonirigasi.
1. Lahan sawah irigasi:
a. Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi
dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan
pembagian air dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur
dengan mudah. Biasanya sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang
memiliki saluran primer dan sekunder serta bangunannya dikuasai dan dipelihara
oleh PU (Pekerjaan Umum). Ciri-ciri irigasi teknis : air dapat diatur dan diukur
sampai dengan saluran tersier serta bangunannya permanen.
Pedoman Pencacah Podes 2014 101
b. Lahan sawah irigasi setengah teknis adalah lahan sawah yang memperoleh irigasi
dari irigasi setengah teknis. Sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal
ini PU hanya mengusai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur
pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai
oleh PU. Ciri-ciri irigasi setengah teknis : air dapat diatur seluruh sistem, tetapi yang
dapat diukur hanya sebagian (primer/sekunder). Bangunan sebagian belum
permanen (sekunder/tersier), primer sudah permanen.
c. Lahan sawah irigasi sederhana adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan
dari irigasi sederhana yang sebagian besar jaringannya (bendungan) dibangun oleh
PU. Ciri-ciri irigasi sederhana: air dapat diatur, bangunan-bangunannya belum/tidak
permanen (mulai dari primer sampai tersier).
d. Lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang memperoleh
pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat atau irigasi
desa. Termasuk lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang diairi dari
air yang ditampung di parit.
2. Lahan sawah non irigasi terdiri dari:
a. Lahan sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang bergantung pada air hujan.
b. Lahan sawah pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung
pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
c. Lahan sawah lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi
rawa lebak (bukan pasang surut).
d. Polder adalah lahan sawah yang terdapat di delta sungai yang pengairannya
dipengaruhi oleh air sungai tersebut.
e. Lahan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah lahan yang biasanya
diusahakan tetapi untuk sementara tidak diusahakan lebih dari 1 tahun dan kurang dari
2 tahun.
Rincian 1102.b: Lahan pertanian nonsawah, terdiri dari:
a. Tegal/kebun adalah lahan bukan sawah (lahan kering) terpisah dari halaman sekitar
rumah yang ditanami tanaman semusim atau tahunan.
b. Ladang/huma adalah lahan bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami
tanaman musiman, penggunaan lahannya hanya satu atau dua musim, kemudian
ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi.
c. Perkebunan adalah lahan yang ditanami tanaman perkebunan/industri seperti: karet,
kelapa, kopi, teh dan sebagainya.
d. Tambak adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang
(galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air payau yang biasanya digunakan
102 Pedoman Pencacah Podes 2014
untuk melakukan pemeliharaan bandeng, udang atau biota air lainnya. Letak tambak
tidak jauh dari laut dan airnya payau.
e. Kolam/tebat/empang adalah lahan yang digunakan untuk pemeliharaan/
pembenihan ikan dan biota air lainnya.
f. Padang rumput/penggembalaan adalah lahan yang khusus digunakan untuk
penggembalaan ternak. Lahan yang sementara tidak diusahakan (>1 tahun dan ≤2
tahun) tidak dianggap sebagai padang rumput/penggembalaan meskipun ada hewan
yang digembalakan disana.
g. Lahan bukan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah lahan bukan sawah
yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (>1 tahun dan ≤ dari 2 tahun) tidak
diusahakan.
Rincian 1102.c: Lahan nonpertanian
Lahan nonpertanian (bukan pertanian) antara lain lahan untuk: perumahan, industri,
perkantoran, pertokoan, jalan, prasarana umum, lapangan, dsb.
Penjelasan:
- Lahan pertanian yang tidak diusahakan kurang dari 2 tahun, tetap termasuk lahan
pertanian.
- Jumlah isian pada Rincian 1102 (1102.a + 1102.b + 1102.c) harus sama dengan Rincian
1101.
Rincian 1103: Perubahan penggunaan (konversi) lahan selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di
wilayah desa/kelurahan selama setahun terakhir. Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan
untuk melihat potensi kerawanan pangan di suatu wilayah. Isikan kode ’1’ jika ya atau terdapat
konversi lahan di desa/kelurahan dan tuliskan persentase perubahan lahan yang terjadi.
Perubahan penggunaan (konversi) lahan yang dicakup pada rincian ini meliputi :
- Perubahan penggunaan lahan pertanian sawah menjadi lahan pertanian nonsawah dan
lahan nonpertanian.
Pedoman Pencacah Podes 2014 103
- Perubahan penggunaan lahan pertanian nonsawah menjadi lahan pertanian sawah dan
lahan nonpertanian.
- Perubahan penggunaan lahan nonpertanian menjadi lahan pertanian sawah dan lahan
pertanian nonsawah.
BLOK XII: EKONOMI
Blok ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan fasilitas
perekonomian di desa/kelurahan.
Rincian 1201: Industri mikro dan kecil (memiliki tenaga kerja kurang dari 20 pekerja)
di desa/kelurahan menurut bahan baku utama
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah
barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang
kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan
mesin ataupun dengan tangan.
Industri kecil adalah industri yang jumlah pekerjanya paling sedikit 5 orang dan paling banyak
19 orang, termasuk pengusaha.
Industri mikro adalah industri yang jumlah pekerjanya paling banyak 4 orang, termasuk
pengusaha.
Penjelasan:
- Banyaknya industri mikro dan kecil berdasarkan pengelolanya, yaitu pihak yang
menanggung risiko. Untuk maklun, bila hanya diupah tenaganya saja maka tidak
termasuk industri.
1201
a. Industri dari kulit (tas, sepatu, sandal, dll.)
b. Industri dari kayu (meubel, dll.)
c. Industri dari logam mulia atau bahan logam (perabot dan perhiasan dari logam dll.)
d. Industri anyaman (peralatan dari rotan/bambu, rumput, mendong, pandan, tikar, tas, hiasan
dinding, dll.)
e. Industri gerabah/keramik/batu (genteng, batu bata, porselin, tegel, keramik, dll.)
f. Industri dari kain/tenun (kerajinan tenun, konveksi, dll.)
g. Industri makanan dan minuman (pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan,
sayuran, minyak dan lemak, susu dan makanan dari susu, makanan lain, dan industri minuman,
dll.)
h. Industri lainnya ……………………………………………………….
(tuliskan)
JumlahIndustri mikro dan kecil (memiliki tenaga kerja kurang dari 20 pekerja) di desa/kelurahan
menurut bahan baku utama :
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
Industri dari kulit adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kulit. Contoh:
pembuatan tas, sepatu, sandal, dsb.
104 Pedoman Pencacah Podes 2014
Industri dari kayu adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kayu dan
sejenisnya, misalnya industri pembuatan meubel/furnitur, mainan dari kayu, lantai dari kayu,
dsb. Ukiran tidak termasuk barang industri dari kayu karena termasuk barang seni.
Industri logam mulia dan bahan-bahan dari logam adalah industri yang bahan baku
utamanya berasal dari logam mulia dan bahan-bahan dari logam, misalnya pembuatan anting-
anting, gelang, cincin dan pembuatan perhiasan lainnya dari emas atau perak serta bahan-
bahan dari logam (misal peralatan rumah tangga).
Industri anyaman adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari bambu, rotan,
pandan, rumput dan sejenisnya, misalnya keset kaki, tikar, tas, hiasan dinding, keranjang, topi,
kipas, dan sebagainya.
Industri gerabah/keramik/batu adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari
gerabah/keramik/porselen/batu dan sejenisnya, misalnya alat-alat dapur (untuk masak-
memasak dsb) yang dibuat dari tanah liat yang kemudian dibakar (misal kendi, genteng, batu
bata, porselin, tegel, keramik, dsb). Tidak termasuk pembuatan barang seni, misalnya patung,
gapura, dll.
Industri dari kain/tenun adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari
kain/benang dan sejenisnya, misal: kerajinan tenun, kain rajutan dan sulaman, konveksi,
gorden, selimut, batik, dsb.
Industri makanan dan minuman adalah industri yang menghasilkan produk
makanan/minuman dan sejenisnya, termasuk pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-
buahan, sayuran, minyak dan lemak, susu dan makanan dari susu, penggilingan padi-padian, dll.
Rincian 1202: Kelompok pertokoan
Kelompok pertokoan adalah sejumlah toko yang terdiri dari minimal 10 toko dan
mengelompok dalam satu lokasi. Dalam satu kelompok pertokoan, jumlah bangunan fisiknya
bisa lebih dari satu.
Contoh: kelompok pertokoan Pasar Baru.
Penjelasan:
- Tidak termasuk ke dalam kelompok pertokoan untuk sejumlah toko yang ada di dalam
mall, dan pusat perbelanjaan lainnya dan kelompok pertokoan yang sudah tidak aktif
(tidak digunakan lagi).
Jarak ke kelompok pertokoan terdekat adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor
kepala desa/lurah ke tempat kelompok pertokoan terdekat dan dinyatakan dalam km.
Pedoman Pencacah Podes 2014 105
Rincian 1203.a: Pangkalan/agen minyak tanah
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan pangkalan/agen minyak tanah di
wilayah desa/kelurahan. Tuliskan kode ’1’ jika terdapat pangkalan/agen minyak tanah dan
kode ’2’ jika tidak terdapat pangkalan/agen/penjual minyak tanah di desa/kelurahan.
Rincian 1203.b: Pangkalan/agen/penjual LPG
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan pangkalan/agen/penjual keliling/
warung/toko yang menjual LPG di wilayah desa/kelurahan. Tuliskan kode ’1’ jika di
desa/kelurahan terdapat pangkalan/agen/penjual keliling/warung/toko yang menjual LPG dan
kode ’2’ jika tidak.
Rincian 1204: Pasar dengan bangunan permanen/semi permanen
Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Pasar bisa
menggunakan bangunan yang bersifat permanen atau semi permanen ataupun tanpa
bangunan. Barang yang diperjualbelikan di dalam pasar bisa terdiri dari banyak komoditas
(campuran) ataupun secara khusus suatu komoditas tertentu. Contoh pasar yang secara khusus
memang diperuntukkan untuk memperjualbelikan suatu komoditas tertentu adalah pasar ikan,
pasar beras, dll.
Penjelasan:
- Banyaknya pasar yang dicatat pada Podes 2014 adalah mengacu lokasi. Dua atau lebih
pasar yang bangunannya berada di lokasi yang saling berdekatan dianggap terletak
pada lokasi yang berbeda jika pasar-pasar tersebut pengelolanya berbeda.
- Banyaknya pasar yang dicatat pada Podes 2014 adalah mengacu pada kegiatan. Artinya,
pasar yang aktif pada hari-hari tertentu saja (pasaran) tetap dicatat sebagai pasar.
Sebaliknya, pasar yang sudah tidak aktif (tidak operasional), tidak dicatat.
Rincian 1204.a: Pasar dengan bangunan permanen
Pasar dengan bangunan permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memliki lantai,
atap, dan dinding permanen.
106 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1204.b: Pasar dengan bangunan semi permanen
Pasar dengan bangunan semi permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memiliki
lantai dan atap, tetapi tanpa dinding.
Penjelasan:
- Bangunan pada pasar tradisional yang mencakup bangunan permanen dan semi
permanen dikategorikan sebagai pasar dengan bangunan permanen.
Rincian 1204.c: Perkiraan jarak ke pasar terdekat
Rincian ini diisi jika R1204.a dan 1204.b berisi jawaban ’0’.
Jarak ke pasar terdekat adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala
desa/kelurahan ke pasar dengan bangunan permanen/semi permanen terdekat dan
dinyatakan dalam km.
Rincian 1205: Pasar tanpa bangunan
Pasar tanpa bangunan adalah pasar yang tidak berada dalam bangunan termasuk pasar
terapung, pasar subuh. Isikan jumlah pasar tanpa bangunan di wilayah desa/kelurahan ini.
Penjelasan:
- Pasar terapung, biasanya meliputi sejumlah wilayah yang luas bahkan sampai satu
kabupaten. Oleh karena itu, penentuan suatu desa/kelurahan dikatakan mempunyai
pasar terapung jika wilayahnya dilalui pasar terapung.
Rincian 1206: Minimarket
Minimarket adalah sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran,
dan semua barang memiliki label harga, dengan luas bangunan kurang dari 400m2. Yang dicatat
pada Podes 2014 adalah minimarket yang masih aktif. Minimarket yang hanya berupa
bangunan, namun tidak ada aktivitas perdagangannya, maka tidak dicatat.
Penjelasan:
- Luas yang dimaksud merujuk pada luas lantai yang terdapat pelayanan (menjual
barang).
Rincian 1207: Toko/warung kelontong
Pedoman Pencacah Podes 2014 107
Toko/warung kelontong adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha di bangunan
tetap untuk menjual barang keperluan sehari-hari secara eceran, tidak mempunyai sistem
pelayanan mandiri dikelola oleh satu penjual. Yang dicatat pada Podes 2014 adalah
toko/warung kelontong yang masih aktif. Toko/warung kelontong yang tidak aktif, hanya
berupa bangunan, tidak dicatat.
Penjelasan :
- Toko yang terdapat di dalam pasar, tidak dicatat sebagai toko.
- Toko yang terdapat di kelompok pertokoan, dicatat sebagai toko.
Rincian1208: Warung/kedai makanan minuman
Warung/kedai makanan minuman adalah usaha yang menjual makanan dan minuman siap
saji yang dijual di bangunan yang tetap dan tidak mempunyai surat ijin usaha. Ciri utama dari
warung/kedai makanan minuman adalah pembeli biasanya tidak dikenakan pajak.
Rincian 1209: Restoran/rumah makan
Restoran adalah suatu jenis usaha yang mempergunakan seluruh bangunan secara permanen
untuk menyediakan jasa pangan yang pengolahan dan penyajiannya secara langsung di tempat
sesuai dengan keinginan para pengguna jasa yang mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan
pajak. Izin restoran dan kualifikasinya diberikan oleh Ditjen Pariwisata/Kanwil Parpostel
setempat.
Rumah makan adalah jenis usaha yang menyediakan jasa pangan yang pengolahan
makanannya bisa dilakukan diluar rumah makan, yang mempunyai ciri pembeli biasanya
dikenakan pajak. Izin rumah makan diberikan oleh Diparda (pada kabupaten/kota). Di wilayah
yang ada Dinas Pariwisata, biasanya pemberian izin ditangani oleh Direktorat
Perekonomian/Bagian Perekonomian Pemda setempat.
Rincian 1210: Hotel
Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan
untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya (seperti
restoran, binatu, dll) bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersial dengan ijin usaha
sebagai hotel. Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah semua jenis akomodasi hotel yang masih
aktif/beroperasi, mencakup hotel melati maupun hotel bintang.
108 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1211: Penginapan: hostel/motel/losmen/wisma
Penginapan (hostel/motel/losmen/wisma) adalah jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan bagi umum, biasanya
tanpa fasilitas pelayanan makan minum yang dikelola secara komersial dengan izin usaha
bukan hotel. Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah semua jenis penginapan yang masih
aktif/beroperasi, mencakup hostel, penginapan remaja, bumi perkemahan, pondok wisata,
losmen, wisma dan sejenisnya.
Rincian 1212: Koperasi yang masih aktif/beroperasi
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah koperasi yang masih aktif/beroperasi
di desa/kelurahan.
Koperasi menurut UU No. 25/1992 tentang perkoperasian adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip:
1. Keanggotaannya sukarela dan terbuka,
2. Pengelolaannya dilakukan secara demokratis,
3. Pembagian sisa hasil usahanya dilakukan secara adil, sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota,
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal,
5. Kemandirian, serta sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
azas kekeluargaan.
Koperasi Unit Desa adalah suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan wadah
bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan yang diselenggarakan
oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.
Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra) merupakan koperasi yang
beranggotakan industri-industri kecil dan kerajinan rakyat yang ada di wilayah desa/kelurahan.
Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan
pinjaman.
Pedoman Pencacah Podes 2014 109
Koperasi lainnya, seperti koperasi pertanian, koperasi pensiunan, koperasi pegawai negeri,
koperasi sekolah, dsb.
Penjelasan:
- Koperasi yang dicakup pada rincian ini adalah koperasi yang sudah berbadan hukum.
- Koperasi dihitung berdasarkan nama koperasinya, bukan berdasarkan kegiatan/
pelayanannya. Misalnya: koperasi pensiunan yang juga melayani simpan pinjam, tetap
dikategorikan sebagai ‘koperasi lainnya’.
Rincian 1213: Kios yang menjual sarana produksi pertanian
Kios yang menjual sarana produksi pertanian (saprotan) adalah tempat penjualan pupuk,
bibit dan lain-lain untuk keperluan tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan
yang dibedakan menurut kepemilikan (KUD atau non-KUD).
Penjelasan:
- Kios saprotan milik non-KUD adalah kios saprotan yang dimiliki secara perorangan
(bukan koperasi),
- KUD yang hanya menjual saprotan tidak termasuk sebagai kios saprotan.
Rincian 1214: Fasilitas kredit yang diterima penduduk/warga selama setahun terakhir
Fasilitas perkreditan adalah fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan
usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka
waktu yang ditentukan. Tidak termasuk pinjaman dari perorangan. Fasilitas kredit yang dicatat
adalah kredit yang diterima oleh penduduk dari lembaga perkreditan dan bukan kredit yang
berkaitan dengan pembangunan desa.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah
Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas
penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah
namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan
penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh
bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada
sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR
110 Pedoman Pencacah Podes 2014
disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah
Mandiri (BSM), (Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010
tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat).
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) yang merupakan salah satu program
Kementerian Pertanian berupa kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam
rangka mendukung pelaksanaan program pengembangan tanaman baku dan bahan bakar
nabati (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198 Tahun 2010). Dalam pelaksanaannya,
ditunjuk 22 bank umum untuk meyediakan, menyalurkan, dan menatausahakan KKP-E. Ke-22
Bank tersebut adalah 8 bank umum: Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga,
BCA, dan BII serta 14 Bank Pembangunan Daerah (BPD) yaitu: BPD Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau, Nusa Tenggara Barat, dan Jambi.
Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit investasi atau modal kerja yang diberikan kepada
usaha kecil untuk membiayai usaha yang produktif.
Rincian 1215: Keberadaan bank di desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan bank
umum, baik bank umum pemerintah maupun swasta dan Bank Perkreditan Rakyat yang masih
aktif/beroperasi di wilayah desa/kelurahan.
Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha
dari bank umum adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito dan tabungan serta menyalurkan kredit. Bank umum mencakup bank umum
pemerintah maupun swasta.
Yang termasuk bank umum pemerintah meliputi Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Pembangunan Daerah.
Yang termasuk bank umum swasta, meliputi Bank Danamon, Bank Central Asia (BCA), Bank
Mutiara, Rabo Bank, dsb.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan atau bentuk lain yang disamakan dengan itu, manyalurkan dana
dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan. BPR dapat menempatkan
Pedoman Pencacah Podes 2014 111
dananya dalam bentuk Sertifikat BI (SBI), deposito berjangka, atau tabungan pada bank lain
Jika di desa/kelurahan terdapat bank, maka isikan banyaknya kantor pelayanan nasabah dari
bank tersebut pada tempat yang tersedia (kolom (3)).
BLOK XIII. KEAMANAN
Rincian 1301: Kejadian perkelahian massal
Rincian 1301.a: Kejadian perkelahian massal selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui konflik yang terjadi di desa. Jenis konflik
disini adalah perkelahian massal antar warga, pelajar, suku, atau lainnya di desa/kelurahan
selama setahun terakhir yang disebabkan oleh saling ejek, salah paham, kenakalan remaja,
dendam lama atau lainnya. Perkelahian yang dicatat di sini adalah perkelahian yang terjadi di
desa/kelurahan ini, walaupun pelaku dan korban tidak berasal dari desa/kelurahan ini, dalam
satu tahun terakhir.
Rincian 1301.b: Kejadian, korban dan penyebab perkelahian massal selama setahun
terakhir
Rincian ini berusaha mengumpulkan secara rinci terkait kejadian massal yang terjadi di
desa/kelurahan, sehingga rincian ini harus diisi jika R1301.a berkode ‘1’.
Kolom (1) telah tercantum jenis-jenis perkelahian massal yang dibedakan menjadi:
1. Perkelahian antar kelompok masyarakat adalah perkelahian antara kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain dalam satu desa/kelurahan.
2. Perkelahian kelompok masyarakat antar desa/kelurahan adalah perkelahian
antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan kelompok masyarakat di luar
desa/kelurahan (desa/kelurahan lainnya).
112 Pedoman Pencacah Podes 2014
3. Perkelahian kelompok masyarakat dengan aparat keamanan adalah perkelahian
antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan aparat keamanan.
4. Perkelahian kelompok masyarakat dengan aparat pemerintah adalah perkelahian
antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan aparat pemerintah.
5. Perkelahian pelajar/mahasiswa adalah perkelahian yang melibatkan
pelajar/mahasiswa, misalnya: antara pelajar/mahasiswa dengan masyarakat, antar
pelajar suatu sekolah dengan pelajar sekolah lain atau antara pelajar dengan pihak
sekolah dan guru.
6. Perkelahian antar suku adalah perkelahian antar suku/etnis yang terjadi di
desa/kelurahan.
7. Lainnya: Misalnya perkelahian antar aparat keamanan, perkelahian yang melibatkan
bukan warga desa ini, dan sebagainya.
Kolom (2) menanyakan tentang jumlah kejadian massal berdasarkan jenis perkelahian
massal yang telah dijelaskan di atas. Kemudian kolom (3) – (5) mengumpulkan
secara rinci jumlah korban dan penyebab perkelahian massal, sehingga rincian ini
harus diisi jika R1301b kolom (2) bukan nol ‘0’.
Kolom (3) jumlah korban meningggal, isikan keberadaan korban meninggal akibat
perkelahian massal menurut jenis perkelahian massal.
Kolom (4) jumlah korban luka-luka, isikan keberadaan korban luka-luka akibat perkelahian
massal menurut jenis perkelahian massal.
Kolom (5) penyebab perkelahian massal, merupakan permasalahan yang memicu terjadinya
perkelahian massal. Penyebab perkelahian massal dibedakan dalam 7 kelompok,
yaitu:
- Harta: misalnya penyerobotan/sengketa lahan, penggusuran bangunan,
rebutan mata pencaharian.
- Kekuasaan: misalnya Pilkada/Pilkades, pemilihan ketua lingkungan, pemilihan
ketua suku, pemilihan tokoh masyarakat lain, dan persengketaan batas wilayah.
- Asmara: Misalnya rebutan kekasih/pasangan.
- Ideologi/kepercayaan: misalnya perbedaan paham politik atau
agama/kepercayaan
- Keramaian (olahraga, hiburan, dll)
- Ketidakpuasan terhadap kebijakan atau pelayanan
- Lainnya, misalnya kenakalan remaja.
Jika dalam satu jenis kejadian massal terjadi lebih dari satu kali, maka isian dari
rincian ini adalah kombinasi (multiple entry).
Pedoman Pencacah Podes 2014 113
Contoh:
- Di desa/kelurahan terjadi 2 kali perkelahian antar kelompok masyarakat, yaitu pada
Bulan Agustus 2013 dan Desember 2013. Perkelahian antar kelompok masyarakat
yang terjadi pada Bulan Agustus 2013 tersebut disebabkan karena keramaian.
Sementara, perkelahian yang terjadi pada Bulan Desember 2013 disebabkan karena
asmara. Maka, isian untuk Rincian 1301.b kolom (5) adalah ‘20’ (kode 4 + 16).
Rincian 1302: Perkelahian massal yang paling sering terjadi
Rincian ini berusaha menggali lebih dalam terkait perkelahian massal yang paling sering
terjadi, sehingga rincian ini diisi jika di desa/kelurahan ini pernah terjadi lebih dari satu kali
perkelahian massal selama setahun terakhir (R1301.b kolom 2 yang isiannya paling besar).
Informasi yang ingin diperoleh adalah terkait penyelesaian perkelahian massal dan
inisiator/penengahnya.
Rincian 1302.a: Perkelahian massal yang paling sering terjadi, apakah dapat
diselesaikan/didamaikan?
Berdasarkan isian pada Rincian 1301.b kolom (2), tentukan jenis perkelahian massal
yang paling sering terjadi dan tanyakan apakah perkelahian massal tersebut dapat
diselesaikan/didamaikan. Pilihan jawaban yang tersedia adalah :
1. Ya, semuanya, jika semua perkelahian massal dapat diselesaikan/didamaikan;
2. Ya, sebagian, jika hanya sebagian perkelahian massal yang dapat diselesaikan/
didamaikan;
3. Tidak, jika semua perkelahian massal tidak dapat diselesaikan/didamaikan.
Rincian 1302.b: Inisiator/penengah penyelesaian perkelahian massal:
Rincian ini diisi mengacu pada jenis perkelahian massal yang sering terjadi. Tanyakan
inisiator/penengah dalam perkelahian massal tersebut. Isikan semua inisiator/penengah
perkelahian massal yang terlibat dalam usaha mendamaikan perkelahian massal tersebut, baik
perkelahian massal yang dapat didamaikan maupun tidak. Pilihan jawaban dikelompokkan
menjadi :
• Aparat keamanan meliputi aparat kepolisian, TNI, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP), Satuan Pengamanan (Satpam), dan sebagainya.
• Aparat pemerintah meliputi aparatur pemerintah daerah, kecamatan, desa/kelurahan
dan sebagianya.
114 Pedoman Pencacah Podes 2014
• Tokoh masyarakat adalah seseorang yang memiliki pengaruh atau wibawa di
lingkungannya. Contoh: Ketua RT/RW, Ketua Adat, pengurus ormas, dll.
• Tokoh agama adalah orang yang memiliki kharisma dalam agama dan menjadi
panutan orang-orang sekitar. Contoh: Ulama/Ustadz, Pendeta, dll.
Isian dari rincian ini merupakan kombinasi (multiple entry), isikan jumlah kode pilihan ke
dalam kotak.
Rincian 1303: Tindak kejahatan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi terjadinya tindak kejahatan di
desa/kelurahan selama setahun terakhir. Tindak kejahatan adalah segala tindakan yang
disengaja atau tidak, telah terjadi atau baru percobaan, yang dapat merugikan orang lain dalam
hal badan, jiwa, harta, benda, kehormatan dan lainnya serta tindakan tersebut dapat diancam
hukuman penjara atau kurungan.
Rincian 1303.a: Tindak kejahatan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun
terakhir
Rincian ini berusaha mengumpulkan secara rinci terkait tindak kejahatan yang terjadi di
desa/kelurahan selama setahun terakhir.
Pada kolom (2) telah tercantum jenis-jenis tindak kejahatan yang dibedakan menjadi:
1. Pencurian adalah pengambilan barang atau ternak tanpa hak dengan maksud memiliki
tanpa disertai dengan kekerasan terhadap korban baik dengan pengrusakan maupun
tidak.
2. Pencurian dengan kekerasan (atau perampokan) adalah pencurian barang atau
ternak tanpa hak yang didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan terhadap korban dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan
pencurian itu.
Pedoman Pencacah Podes 2014 115
3. Penipuan adalah perbuatan dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hak, memakai nama palsu atau keadaan palsu, akal tipu
muslihat, perkataan bohong supaya memberikan uang atau barang.
Penggelapan adalah perbuatan dengan sengaja memiliki secara melawan hak atas
suatu barang yang sekarang ini dikuasai pelaku, barang tersebut sebagian atau
seluruhnya dimiliki oleh orang lain.
4. Penganiayaan adalah perbuatan menyakiti orang lain secara fisik yang mengakibatkan
korban menjadi sakit atau luka/cacat.
5. Pembakaran adalah perbuatan dengan sengaja membakar sesuatu, misalnya rumah,
hutan, yang dapat mendatangkan bahaya bagi barang, jiwa atau badan.
6. Perkosaan adalah pemaksaan terhadap korban untuk melakukan hubungan seksual
dengan kekerasan atau ancaman. Pelecehan seksual dan sejenisnya dikelompokkan
sebagai kejahatan terhadap kesusilaan.
7. Penyalahgunaan narkoba adalah perbuatan menyalahgunakan atau mengkonsumsi
narkoba untuk kesenangan.
Peredaran narkoba adalah perbuatan menjual narkoba dengan imbalan berupa uang
atau barang. Yang dicatat di sini termasuk keduanya (penyalahgunaan dan peredaran).
8. Perjudian adalah perbuatan mempertaruhkan sejumlah uang atau harta yang bersifat
untung-untungan, artinya bila tidak menang, uang atau barang taruhan hilang.
9. Pembunuhan adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain baik berencana
maupun tidak.
10. Perdagangan orang (trafficking) adalah upaya perekrutan, pengangkutan,
pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau
penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan ataupun memberi atau
menerima bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain, baik yang dilakukan dalam negara maupun antar
negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Trafficking
ditujukan pada lokasi kejadian trafficking di wilayah desa/kelurahan ini, meskipun
korban bukan berasal dari warga/desa/ kelurahan ini.
Penjelasan:
Penduduk yang menerima short messages service (sms) penipuan dianggap tidak
termasuk tindak kejahatan, kecuali sudah ada yang menjadi korban.
Kolom (2) menanyakan keberadaan kejadian tindak kejahatan selama setahun terakhir.
Kolom (3) Kecenderungan kejahatan dibanding setahun yang lalu
Penilaian terhadap kecenderungan kejahatan didasarkan pada frekuensi kejadian dan
besarnya kerugian. Isian dari rincian ini terdiri dari menurun (kode ‘1’), sama saja (kode ‘2’) atau
meningkat (kode ‘3’).
116 Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1303.b: Tindak kejahatan yang paling sering terjadi
Rincian ini berusaha menggali jenis tindak kejahatan yang sering terjadi, sehingga rincian
ini diisi jika di desa/kelurahan ini pernah terjadi tindak kejahatan selama setahun terakhir
(R1303.a kolom (3) berkode ’1’). Isikan kode dari jenis tindak kejahatan yang paling sering
terjadi. Kode jenis tindak kejahatan disalin dari kode pada R1303.a kolom (1).
Rincian 1304: Kegiatan warga untuk menjaga keamanan lingkungan selama setahun
terakhir
Rincian ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya kegiatan atau upaya-upaya
swadaya warga desa/kelurahan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Beberapa kegiatan warga desa/kelurahan untuk menjaga keamanan lingkungan selama
setahun terakhir adalah:
a. Pembangunan/pemeliharaan pos keamanan lingkungan, Pos keamanan lingkungan
adalah tempat penjaga keamanan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di wilayah
sekitar. Pos kemanan lingkungan yang tidak digunakan, tidak dicatat.
b. Pembentukan/pengaturan regu keamanan adalah upaya menjaga keamanan
berupa membentuk, mengatur serta memfungsikan hansip/linmas sebagai penjaga
keamanan lingkungan.
c. Penambah jumlah anggota hansip/linmas.
d. Pelaporan tamu yang menginap lebih dari 24 jam ke aparat lingkungan.
e. Pengaktifkan sistem keamanan lingkungan berasal dari inisiatif warga, misalnya:
mengatur kegiatan ronda malam, akses keluar masuk lingkungan setempat (portal), dll.
Rincian 1305: Jumlah anggota linmas/hansip
Isikan jumlah anggota hansip/linmas yang ada di desa/kelurahan dan pindahkan isian
ke dalam kotak yang tersedia.
Pedoman Pencacah Podes 2014 117
Rincian 1306: Akses penduduk dengan pos polisi
Rincian ini ingin mengetahui seberapa sulit/susah penduduk desa/kelurahan dalam
menghubungi polisi jika terjadi suatu tindak kejahatan. Informasi yang ingin dikumpulkan
mencakup keberadaan pos polisi dan jarak ke pos polisi terdekat.
Rincian 1306.a: Pos polisi (termasuk kantor polisi)
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan pos polisi (termasuk kantor
polisi) di desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat pos polisi (termasuk kantor polisi),
isikan kode ‘1’. Sementara jika tidak ada, isikan kode ‘2’.
Pos polisi adalah tempat polisi menjaga kamtibmas wilayah sekitar, termasuk Polisi Sektor
(Polres), Polisi Resort (Polres), dan Polisi Da.erah (Polda).
Rincian 1306.b: Jarak ke pos polisi terdekat
Rincian ini dimaksudkan ingin mengetahui kemudahan akses ke pos polisi jika tidak ada
pos polisi/kantor polisi di desa/kelurahan (Rincian 1306.a berkode ‘2’).
Penjelasan:
- Jarak yang dimaksud adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala
desa/lurah ke pos polisi terdekat.
- Kemudahan untuk mencapai pos polisi diisi berdasarkan persepsi narasumber, yang
dibedakan menjadi : 1) Sangat mudah, 2) Mudah, 3) Sulit, dan 4) Sangat sulit.
Rincian 1307 – 1309
Rincian ini dimaksud untuk melihat berbagai kasus kerawanan sosial yang terjadi di
masyarakat desa. Beberapa kasus yang ingin dijaring adalah kejadian bunuh diri, lokasi anak
jalanan, tempat mangkal gelandangan atau pengemis dan lokalisasi pekerja seks komersial.
Rincian 1307: Jumlah korban bunuh diri yang terjadi selama setahun terakhir
Isikan jumlah korban bunuh diri yang pernah terjadi di wilayah desa/kelurahan ini
selama setahun terakhir. Korban bunuh diri mencakup juga usaha percobaan bunuh diri. Jika di
desa/kelurahan tidak pernah terjadi kasus bunuh diri, maka isikan 0.
118 Pedoman Pencacah Podes 2014
Bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja menghilangkan nyawa sendiri atas kemauan
sendiri atau karena bujukan, rayuan, dan hasutan, termasuk yang mencoba bunuh diri tetapi
tidak mati.
Rincian 1308: Lokasi berkumpul anak jalanan dan tempat mangkal/tinggal
gelandangan/pengemis di desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan lokasi tempat berkumpulnya anak
jalanan serta tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis di desa/kelurahan, walaupun
bukan warga desa/kelurahan.
Rincian 1308.a: Lokasi berkumpul anak jalanan di desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya titik-titik lokasi tempat
berkumpulnya anak jalanan di desa/kelurahan. Tidak termasuk rumah singgah bagi anak
jalanan. Jika di desa/kelurahan terdapat lokasi tempat berkumpulnya anak jalanan, maka isikan
kode ‘1’, sementara jika tidak ada, isikan kode ‘2’.
Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-tempat umum,
seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api, taman kota (Kementrian Sosial RI).
Keberadaan anak jalanan terdiri dari 3 macam, yaitu:
1. Anak jalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal, kehilangan rumah, orang tua, dan
orang yang disayang. Mereka tinggal di tempat umum, antara lain di stasiun kereta api,
gerbong kereta api, pasar dan di kolong jembatan. Sebagian dari mereka tidak pernah
berhubungan lagi dengan keluarga, tetapi sebagian lagi masih berhubungan, walaupun
sangat langka.
2. Anak jalanan yang mempunyai tempat tinggal, tetapi tidak bersama dengan orang tua
mereka. Sebagian dari mereka adalah pendatang dari luar kota. Mereka tinggal di
tempat kumuh dengan menyewa kamar bersama dengan temannya. Anak ini bekerja
sebagai penyemir sepatu, pedagang asongan, pedagang koran dll. Mereka hidup secara
mandiri dan tidak bersekolah. Sewaktu-waktu mereka berhubungan dengan orang tua
atau keluarganya.
3. Anak jalanan yang mempunyai tempat tinggal tetap bersama dengan orang tua mereka
atau kerabatnya. Sebagian dari mereka masih bersekolah dan mereka bekerja sebelum
atau sesudah pulang sekolah, antara lain sebagai penjual koran atau joki three in one di
Jalan Soedirman (Jakarta) atau kawasan lainnya.
Pedoman Pencacah Podes 2014 119
Rincian 1308.b: Keberadaan tempat mangkal/tinggal gelandangan/pengemis
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya tempat mangkal/tinggal
gelandangan dan pengemis, misalnya: di bawah jembatan, emperan toko, dll. Jika di
desa/kelurahan terdapat tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis, maka isikan
kode ‘1’, sementara jika tidak, isikan kode ‘2’.
Rincian 1309: Lokalisasi/lokasi/tempat mangkal Pekerja Seks Komersial (PSK)
Lokalisasi/lokasi/tempat mangkal Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah tempat PSK
menjajakan diri baik secara legal maupun ilegal yang dikelola secara kelompok maupun
individu.
BLOK XIV: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Rincian 1401: Program/kegiatan pemberdayaan masyarakat selama 3 tahun terakhir
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, sumber dana, pelaksana dan
penerima manfaat program/kegiatan pemberdayaan masyarakat selama 2011 hingga 2014.
a. Pembangunan/perbaikan infrastruktur (sarana/prasarana) lingkungan
1. Transportasi mencakup infrastruktur transportasi dan pelengkapnya yang telah
direalisasikan. Contoh: jalan, jembatan, dsb.
2. Pendidikan mencakup kegiatan pengadaan dan perluasan sarana dan prasarana
pendidikan yang telah direalisasikan. Contoh: gedung sekolah dan sarana
pendukung.
3. Permukiman dan kesehatan mencakup perumahan, air bersih, sanitasi dan kegiatan
pengadaan gedung, sarana-prasarana pendukung fasilitas pelayanan kesehatan yang
telah direalisasikan. Contoh: penerangan jalan, posyandu, dll.
4. Perekonomian mencakup pengadaan sarana-prasarana dan penunjang
perekonomian yang telah direalisasikan. Contoh: pasar, irigasi, TPI/PPI, dll.
120 Pedoman Pencacah Podes 2014
b. Peningkatan kapasitas perekonomian
1. Dana bergulir/simpan pinjam mencakup pendanaan dalam bentuk pinjaman secara
bergulir untuk modal usaha pertanian/nonpertanian yang telah direalisasikan.
2. Dana hibah mencakup pendanaan dalam bentuk pemberian/tanpa pengembalian
untuk usaha produktif budidaya maupun nonbudidaya.
c. Peningkatan kapasitas sosial kemasyarakatan (SDM)
1. Peningkatan keterampilan produksi mencakup pelatihan keterampilan dan
penguasaan teknologi untuk memproduksi barang.
2. Peningkatan keterampilan pemasaran hasil produksi mencakup pelatihan
keterampilan untuk pemasaran hasil produksi.
3. Penguatan kelembagaan sosial kemasyarakatan mencakup pemberantasan buta
aksara, pemberian beasiswa, peningkatan pelayanan pendidikan, penyuluhan
keterampilan usaha, peningkatan wawasan kepedulian, peningkatan kapasitas
lainnya.
Sumber dana adalah pemberi uang atau barang yang digunakan untuk menjalankan
program/kegiatan.
Pelaksana adalah pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan program/
kegiatan.
Penerima manfaat langsung adalah pihak-pihak yang memperoleh manfaat secara langsung
dari program/kegiatan.
Pedoman Pencacah Podes 2014 121
BLOK XV: OTONOMI
Blok ini memuat pertanyaan mengenai aset desa, sumber keuangan pemerintahan desa
dan penggunaannya pada tahun 2013.
Rincian 1501: Sumber penerimaan desa, bentuk, dan nilainya selama tahun 2013
Otonomi daerah yang berjalan mulai 2001 telah melahirkan sistem pemerintahan
demokratis. Daerah otonom memiliki wewenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat pada era reformasi
sekarang ini. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan tentang kelurahan, terutama memberikan
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan
bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satunya, terkait pengaturan keuangan desa.
Menurut Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa memiliki kewenangan
di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan adat istiadat desa. Salah satunya, terkait pengaturan keuangan desa.
Desa adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang
dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban desa. Sumber keuangan desa yaitu berasal dari Pendapatan Asli
Desa, Alokasi Dana Desa (ADD) dan berbagai bantuan baik dari pemerintah, luar negeri maupun
Rincian ini khusus ditanyakan untuk daerah yang berstatus Desa
122 Pedoman Pencacah Podes 2014
swasta. Tidak termasuk program bantuan nasional, seperti PKH, Raskin, Askeskin, dan
sebagainya dan sektoral seperti BOS dari Kementerian Pendidikan Nasional, Infrastruktur dari
Kementerian Daerah Tertinggal dan sejenisnya. Penerimaan keuangan yang dicakup adalah
pada tahun anggaran 2013.
Rincian 1501.a: Pendapatan Asli Desa
Pendapatan Asli Desa adalah penerimaan dari berbagai usaha pemerintah desa untuk
mengumpulkan dana guna keperluan desa dalam membiayai kegiatan rutin/pembangunan.
Pendapatan Asli Desa berasal dari penerimaan tanah kas desa, pasar/kios desa, pemandian
umum yang diurus desa, daya tarik wisata, bangunan milik desa yang disewakan, kekayaan
desa lainnya, swadaya dan partisipasi masyarakat dan gotong royong masyarakat. Termasuk
juga penerimaan yang berasal dari pungutan desa dan hasil usaha desa.
Rincian 1501.b: Aloaksi Dana Desa (ADD)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, Alokasi Dana Desa
yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk desa, yang bersumber dari bagian perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten/kota. Perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten,
penyalurannya melalui kas desa. Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari
pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang
mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi,
otonomi asli, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran pemerintah
desa dalam memberikan pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
menghela percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis. Sehingga, hal
ini dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dalam suatu sistem wilayah
pengembangan.
Rincian 1501.c: Bagi hasil/bantuan/hibah
Bantuan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah bantuan/sumbangan yang diberikan oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk kegiatan pembangunan desa.
Bantuan Pemerintah Provinsi adalah bantuan/sumbangan yang diberikan oleh pemerintah
provinsi untuk kegiatan pembangunan desa.
Bantuan Pemerintah Pusat adalah bantuan/sumbangan dari pemerintah pusat untuk
kegiatan pembangunan desa. Misal, Dana Alokasi Khusus (DAK), Deklarasi Ekonomi (Dekon),
dan lain-lain.
Bantuan Luar Negeri adalah bantuan/sumbangan yang berasal dari luar negeri baik yang
berasal dari lembaga/institusi/pemerintah untuk kegiatan pembangunan desa.
Swasta adalah bantuan/sumbangan yang berasal dari pihak swasta.
Pedoman Pencacah Podes 2014 123
Lainnya seperti bantuan dari paguyuban masyarakat daerah atau dari perorangan.
Penjelasan :
- Bentuk penerimaan yang berupa barang dan jasa harus dikonversikan nilainya dengan
‘pasar’ setempat.
Rincian 1502: Pengeluaran desa selama tahun 2013
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui pengeluaran/alokasi penggunaan pendapatan
yang diterima oleh kantor kepala desa. Pengeluaran yang dicatat adalah seluruh pengeluaran
desa selama 2013 dan dinyatakan dalam jutaan rupiah.
Pengeluaran yang dicatat dikelompokkan menjadi 3 kategori:
a. Belanja pegawai; misalnya:pengeluaran untuk membayar upah/gaji pegawai.
b. Belanja modal; misalnya: pembiayaan untuk tanah, bangunan, jalan, jembatan, dan
komputer.
c. Lainnya; misalnya: bantuan sosial, belanja tidak terduga, konsumsi rapat, dll.
Rincian 1503: Aset Desa
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui aset yang dimiliki desa. Jika desa
memiliki aset yang dimaksud, isikan kode ‘ganjil’. Sementara jika tidak, isikan kode ‘genap’.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, aset desa adalah barang milik
desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Aset desa dapat berupa:
a. Tanah kas desa/ulayat.
b. Bangunan desa, misalnya: kantor kepala desa, balai desa, dll.
c. Pasar desa, misalnya: pasar hewan, pelelangan ikan, dan pelelangan hasil pertanian.
d. Aset desa lainnya merupakan aset desa yang dapat diperoleh dari :
124 Pedoman Pencacah Podes 2014
- Kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
- Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis.
- Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan
lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Hasil kerja sama desa.
- Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
- Contoh: tambatan perahu, pemandian umum, lapangan bola, dll.
BLOK XVI: KETERANGAN PEMERINTAH DESA/KELURAHAN
Rincian 1601: Pemerintahan desa/kelurahan
Rincian ini untuk mencatat keterangan pemerintah desa/kelurahan yang menjabat pada
desa/kelurahan yang dikunjungi petugas Podes 2014, yang meliputi Kepala Desa atau Lurah,
Sekretaris Desa atau Sekretaris Kelurahan, sekretariat desa (kaur/kasi), dan pelaksana
kewilayahan (kadus/kasun/RW).
a. Kepala Desa/Lurah
b. Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan
c. Sekretariat Desa (kaur/kasi, dll.)
d. Pelaksana Kewilayahan (kadus dll.)
(1)
Pemerintah desa/kelurahan
Keberadaan :
Ada – 1
Tidak ada – 2 Umur
Jenis kelamin :
Laki-laki – 1
Perempuan – 2
Pendidikan tertinggi
yang ditamatkan *)
(2) (3) (4) (5)
*) Kode untuk kolom (5) :
Tidak pernah sekolah – 1 SMP/Sederajat – 4 Diploma IV/S1 – 7
Tidak tamat SD/Sederajat – 2 SMU/Sederajat – 5 S2 – 8
Tamat SD/Sederajat – 3 Akademi/DIII – 6 S3 – 9
Jika ada pemerintah desa/kelurahan (kolom (2) berkode 1)1601
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah desa adalah kepala
desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa. Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa dan perangkat desa lainnya
(terdiri atas sekretariat desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis).
Kepala desa/lurah mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa
(UU Nomor 6 Tahun 2014).
Pedoman Pencacah Podes 2014 125
Sekretaris Desa adalah unsur staf pembantu kepala desa dan memimpin sekretariat desa.
Contoh: dalam Peraturan Bupati Malang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Kedudukan, Tugas
Pokok dan Fungsi serta Pola Karir Sekretaris Desa, dijelaskan mengenai tugas sekretaris desa,
yaitu:
a. Menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa
serta memberikan pelayanan administrasi kepada kepala desa;
b. Melakukan perencanaan dan melaksanakan kegiatan kesekretariatan;
c. Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, evaluasi dan pelaporan;
d. Mengelola perlengkapan, urusan rumah tangga, kehumasan dan keprotokolan;
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa sesuai dengan bidang
tugasnya.
Sekretariat desa atau yang lebih umum dikenal dengan jabatan kaur/kasi, dll pada dasarnya
bertugas untuk membantu sekretaris desa sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam
pelaksanaannya, terdapat beberapa kaur/kasi yang antar wilayah tidak sama. Contoh: dalam
biro tata pemerintahan setda DIY bagian kependudukan, terdapat beberapa kaur/kasi di kantor
kepala desa/lurah, diantaranya:
− Kaur/kasi pemerintahan, bertugas melaksanakan pengelolaan administrasi
kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan, ketentraman dan ketertiban
masyarakat desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan penataan dan kebijakan
dalam penyusunan produk hukum desa.
− Kaur/kasi pembangunan, bertugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis pengembangan ekonomi masyarakat dan potensi desa, pengelolaan
administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan masyarakat serta penyiapan bahan
usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas pembantuan.
− Kaur/kasi kesejahteraan rakyat, bertugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, penyusunan program keagamaan serta melaksanakan
program pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan.
− Kaur keuangan, bertugas melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa,
pengelolaan administrasi keuangan desa, dan mempersiapkan bahan penyusunan APB
Desa.
− Kaur/kasi urusan umum, bertugas melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan
kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat
dan laporan.
126 Pedoman Pencacah Podes 2014
Penjelasan :
- Pada kenyataannya, jabatan kaur/kasi di desa/kelurahan sangat beragam (belum tentu
sama dengan beberapa contoh di atas).
- Jika di desa/kelurahan terdapat salah satu kaur/kasi (walaupun dengan penamaan
yang berbeda), maka dicatat.
Pelaksana kewilayahan, bisa berupa kepala dusun (kadus), dll. Seperti yang terdapat dalam
biro tata pemerintahan setda DIY bagian kependudukan, dijelaskan bahwa tugas pelaksana
kewilayahan adalah:
− Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya;
− Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong
masyarakat;
− Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat;
− Membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan RW
(Rukun Wilayah) dan RT (Rukun Tetangga) diwilayah kerjanya;
− Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
Kolom (3) s.d. Kolom (5) : Umur, jenis kelamin, dan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan
Ketiga kolom ini hanya diisi untuk rincian 1601.a dan 1601.b (kepala desa/lurah dan
sekretaris desa/kelurahan).
Kolom (3) : Umur
Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang
tahun terakhir. Perhitungan tahun didasarkan pada kalender Masehi.
Contoh: jika umur kepala desa/lurah 45 tahun 11 bulan, ditulis 45 tahun.
Kolom (5) : Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah pendidikan yang telah diselesaikan
pelajarannya pada kelas atau tingkat terakhir sehingga ia mendapat tanda tamat belajar/ijazah.
Misalnya, kuliah sampai tingkat 3 dari jenjang program S1, maka kode yang dilingkari adalah 5
(hanya tamat SMA/sederajat).
Rincian 1602: Jumlah aparat desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah seluruh aparat yang ada
di setiap kantor kepala desa/lurah.
Pedoman Pencacah Podes 2014 127
Aparat desa/kelurahan yang dicatat meliputi kepala desa/lurah, sekretaris
desa/kelurahan, seluruh kaur/kasi (sekretariat desa), kadus/RW, dll (pelaksana kewilayahan),
dan seluruh staf. Tuliskan jumlahnya pada tempat yang tersedia.
BLOK XVII: CATATAN
Blok catatan ini digunakan untuk mencatat keterangan-keterangan yang diperlukan
untuk memperjelas isian Daftar PODES2014-DESA, misalnya, bila ada pemekaran
desa/kelurahan, maka asal-usul desa/kelurahan baru tersebut dicatat secara rinci pada blok ini.
Selain itu pada blok ini juga dilengkapi catatan sebagai bahan monitoring progres SMS gateway
yang disalin dari Blok I Rincian 101-107.
R106 R107R105R102 R103
XVII. CATATAN
Semua pertanyaan/rincian mengacu pada situasi saat pencacahan, kecuali pada beberapa pertanyaan/rincian yang telah ditetapkan referensi
waktunya
SALIN DARI R101 SAMPAI R107 (KODE SAAT PENCACAHAN)
Bahan untuk monitoring progres lapangan menggunakan SMS Gateway.
R101 R104
a b c d
* * *POD *
D A T A Mencerdaskan Bangsa
BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6‐8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003 Jakarta 10010 Telp. (021) 3841195, 3842508, 3810291‐4. Fax: (021) 3857046 Homepage: hppt://www.bps.go.id, Email: [email protected]