BADAN PEMERIKSA KEUANGAN EVALUASI DETEKSI...
Transcript of BADAN PEMERIKSA KEUANGAN EVALUASI DETEKSI...
Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN EVALUASI DETEKSI DINI KORUPSI
www.sosbud.kompasiana.com
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) akan mengevaluasi penerapan sistem deteksi dini
korupsi, termasuk sistem kendali kecurangan fraud control system/ (FCS) di setiap entitas
pengelola keuangan negarai, seperti Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, dan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengantisipasi terjadinya tindak pidana korupsiii. "Kemarin
kita melihat dari pemeriksaan kinerjaiii
terkait fraud control system. Kita mendorong bagaimana
upaya pencegahan itu bisa lebih efektif," kata Sekretaris Jenderal BPK Hendar Ristriawan di
Jakarta.
FCS ke depannya, menurut Hendar Ristriawan, harus lebih diberdayakan dan efektif
memberikan informasi awal mengenai potensi adanya kecurangan atau korupsi agar dapat
diantisipasi, dan ditindaklanjuti untuk mencegah kerugian keuangan negaraiv
. Hendar Ristriawan
mengakui hal tersebut juga berangkat dari pemikiran bahwa opini laporan keuangan Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK tidak serta merta dapat menegaskan bahwa entitas tersebut
bersih dari tindak pidana korupsi.
Frasa "wajar" dalam opini WTP menunjukkan bahwa hasil auditv memang hanya
berdasarkan laporan pemeriksaan administrasi keuangan yang sesuai Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara dan Sistem Manajemen Kinerja. Hendar Ristriawan mengisyaratkan hingga
saat ini, masih terdapat entitas yang belum menerapkan FCS.
Evaluasi FCS akan dilakukan BPK bersama aparat penegak hukum, Kejaksaan Agung,
Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada rapat koordinasi (rakor). Rakor itu juga
bertujuan untuk menyimpulkan langkah konkrit BPK dan aparat penegak hukum dalam
mencegah terjadinya tindak pidana di dalam pengelolaan keuangan negara dan percepatan
pemeriksaan indikasi kerugian negara. "Ada keluhan terkait percepatan pemeriksaan dari
Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
permintaan penegak hukum. Kami perlu cari ruang untuk koordinasi agar pencegahan tindak
pidana, dan juga percepatan pemeriksaan dari permintaan penegak hukum bisa terjadi," ujar
Hendar Ristriawan.
Hendar Ristriawan merinci akan dilakukan diskusi untuk membahas secara mendalam
perbaikan sistem dan prosedur internal BPK. Hal itu agar prosedur yang dijalankan BPK lebih
efektif dan lebih cepat dalam menyampaikan hasil audit yang di dalamnya terdapat indikasi
tindak pidana korupsi.
Sumber Berita:
1. antaranews.com, Kamis, tanggal 25 September 2014.
2. viva.co.id, Kamis, tanggal 25 September 2014.
Catatan:
OPINI PEMERIKSAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2004
TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB
KEUANGAN NEGARA
Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Pemberian Opini didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern.
Opini BPK dimuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan.
Opini diberikan terhadap penilaian tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah.
Opini yang diberikan oleh BPK RI terhadap Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Pemerintah:
o Opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa, menyajikan secara wajar
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;
o Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
Menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa menyajikan secara wajar
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk
dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan;
o Opini tidak wajar (Adversed Opinion)
Menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;
o Pernyataan menolak memberikan opini (Disclaimer of Opinion)
Menyatakan bahwa Auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan apabila lingkup
audit yang dilaksanakan tidak cukup untuk membuat suatu opini.
i Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut. ii Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). iii
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek
ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga
menguji kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan serta pengendalian intern. iv Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. v Audit atau pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.